91152466-laporan-sedimen-1

21
Sedimentology Weight Measurement of Sediment 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi, konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi. Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam (Nurul, 2009). Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media, tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja. Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu

Transcript of 91152466-laporan-sedimen-1

Page 1: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari

batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,

konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses

fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan

pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan

sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan

batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.

Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan

pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada

saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat

dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi. Endapan sedimen (sedimentary

deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau

di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah.

Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material

penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai

suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan

sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli

sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di

bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang

dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi,

misalnya endapan lantai laut-dalam (Nurul, 2009).

Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana

kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan

oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa

transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media,

tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja.

Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri

yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini

penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu

Page 2: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 2

catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.

Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.

Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran

sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,

transportasi sampai ke pengendapan.

Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material

organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di

dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya.Dua sifat yang

mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis

(density) dan kekentalan (viscosity) media. Berat jenis media akan mempengaruhi

gerakan media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai yang bergerak turun

karena berat jenis yang langsung berhubungan dengan gravitasi. Sedangkan

kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.

1.2.Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui dan memahami alat-alat / instrument yang digunakan

dalam suatu analisis besar butir sedimen dan sebagai bahan

referensi/informasi tentang studi ilmu sedimentology.

Mahasiswa mampu memahami mekanisme pengukuran ukuran butiran

sedimen melalui cara penyaringan dan dengan pemipetan.

Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik butiran sedimen dan mampu

menghitung berat sedimen.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:

Mahasiswa mampu menginterpretasikan dan menganalisis hasil

pengukuran dan perhitungan berat sedimen.

Mahasiswa mampu melakukan mekanisme penyaringan dan pemipetan

dengan baik.

Mahasiswa mampu mengkorelasikan ukuran dan berat sedimen dengan

kondisi perairan dimana sedimen diambil.

Page 3: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan.

Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari

proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi,

tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau

tersedimentasikan. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang

ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan

batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,

baik secara mekanik maupun secara kimia dan organic (Nurul, 2009).

a. Secara mekanik

Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan.

Faktor-faktor yang penting antara lain :

Sumber material batuan sedimen :

Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material

asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan

jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.

Lingkungan pengendapan :

Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:

Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan

pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai

sifat dan ciri-ciri tertentu (Dharma, 2010).

Pengangkutan (transportasi) :

Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki

peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama

transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material

sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan

pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk

dan sifat terhadap batuam sedimen (Dharma, 2010).

Pengendapan :

Page 4: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 4

Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah

titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara

sungai, dll.

Kompaksi :

Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material

sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi

pori-pori akan bermigrasi ke atas.

Lithifikasi dan Sementasi :

Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap

material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi),

yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh

unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.

Replacement dan Rekristalisasi :

Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan

kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau

pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh

temperatur dan tekanan yang relatif rendah (Dharma, 2010).

Diagenesis :

Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik

tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika

b. Secara Kimia dan Organik

Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau

akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi

pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.

Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan

biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen

dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada

badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah

bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan

karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan

demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki

pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti

Page 5: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 5

warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada

karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan

depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk

sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan

deposional (Saputra, 2010).

Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu

kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk

rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk

sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan

pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen

memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu.

Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa

lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi (Nurul, 2009).

Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang

terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi,

petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu

pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah

diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama

karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi

kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda.

Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek

berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi

perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan

sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di

dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan

paleontologi adalah topik tambahan (Saputra, 2010).

Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk

mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen

meliputi;

Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;

Page 6: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 6

o Menggambarkan formasi batuan, proses formal

mendokumentasikan ketebalan, lithology, singkapan, distribusi,

hubungan kontak formasi lain

o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit

Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama

hidrokarbon)

Sequence stratigraphy

o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom

Menggambarkan lithology dari batu;

o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran

butir, bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan

komposisi sedimen

Menganalisis geokimia dari batu

Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk

menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber (Suardi, 2010).

Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa

sumber yang dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material

hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses

mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan

terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme

yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik

yang mengalami dekomposisi.

3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi

kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut

sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini

adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit (Dharma, 2010).

4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan

masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber

dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa

angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang

Page 7: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 7

meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung

berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen

aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa

angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun

demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin

bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan

dibandingkan sumber-sumber yang lain (Nurul, 2009).

Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir

menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia

yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi

sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar

lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut

dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi

kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi

reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar

laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap

di antara butiran mineral (Saputra, 2010).

2.2 Distribusi Sedimen Laut

Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :

1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua

(Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).

‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang

lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 –

70 km, kedalaman maksimum dari lautan di antara 100 – 200 meter.

‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari

continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %.

2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.

Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :

Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan

utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non

Page 8: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 8

Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang

berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut

gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil

biasanya akan diendapkan (Nurul, 2009).

Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam

Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis

dan Sedimen Biogenik Pelagis.

1. Sedimen Biogenik Pelagis

Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri

atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-

sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya

satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton

yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan

sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti

kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,

keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan

kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu (Nurul, 2009).

2. Sedimen Terigen Pelagis

Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-

materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke

lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi.

Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke

laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil

dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus

kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya (Saputra, 2010).

2.3 Struktur Sedimen

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.

Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah

proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981) Pada

batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :

Page 9: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 9

Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga

sebagai struktur primer.

Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan

lipatan.

Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang

menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen

menurut Pettijohn 1975:

1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada

saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi

mekanisme pengendapan.

2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan

sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga

dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan,

lereng,dan kondisi permukaan.

3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari

proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi.

2.4 Analisa Besar Butir

Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan

ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang

keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen. Dalam analisa ini

tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata,

pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis.

Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan

mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang

diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit.

Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode

grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik

yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara

transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-

rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva. Sedangkan pasir yang

diendapkan oleh angin sortasi (Suardi, 2010).

Page 10: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 10

Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau

keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu

sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan

Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap

ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai

penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya

apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran

butir panjang disebut sortasi jelek (Suardi, 2010).

Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.

Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai

pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa

pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus.

Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran

pasir sangat halus (Nurul, 2009).

Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir

terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir

dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.

Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam

jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan

partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negative. Besar butir rata-rata

merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir kasar,

pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan

kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Saputra, 2010).

Adapun partikel-partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat

dibedakan menjadi 2 kelompok :

1) Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.

2) material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang

terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan

material terlarut di air yang ditransportasikan dan diendapkan pada tempat

akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan

secara kimia.

Page 11: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 11

Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978)

menerangkan bahwa terdapat 3 sumber dari material sedimen yang ditemukan

pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material

hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar.

Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami proses

transportasi dan lithifikasi. Drake (1978) pada proses transportasi, dibawah

kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan

batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:

a.Kecepatan pengendapan

b.Arus aliran fluida

c.Gelombang

Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami

konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut

batuan sedimen. Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain

proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh

terhadap sifat-sifat dari butiran tersebut. Krumbreindan Sloss (1963) menyatakan

bahwa pada butiran sedimen , ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika

transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran

terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh

terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran

seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran

dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun

tanah tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung

tanah, dan produksi bahan organic. Dalam klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran

dapat menggunakan skala wentworth (Dharma, 2010).

Page 12: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 12

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun pelaksanaan praktikum Sedimentologi ini dilaksanakan dalam tiga

tahap. Tahap pertama adalah Simulasi Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat,

13 April 2012 pada pukul 13.30 WIB – 15.30 WIB. Tahap kedua adalah

Pengovenan Sampel Sedimen yang dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2012

pada pukul 12.30 WIB – 13.00 WIB. Dan tahap ketiga adalah Penyaringan dan

Pemipetan Sampel Sedimen pada hari Kamis, 19 April 2012 pada pukul 09.00

WIB – 17.00 WIB. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium

Oseanografi Kelautan dan Laboratorium Biologi Kelautan, Program studi Ilmu

Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan beserta fungsi dibedakan menjadi dua tahap

pelaksanaan, yaitu penyaringan dan pemipetan pada tabel di bawah ini:

3.2.1 Penyaringan

Tabel 1. Alat dan Bahan Tahap Penyaringan

No Alat dan Bahan Fungsi

1. Ayakan Bertingkat Untuk menyaring sedimen sampai dengan

16 tingkat ukuran

2. Gelas Ukur 500 ml Sebagai wadah sedimen awal

3. Timbangan Analitik Untuk menimbang cawan, berat awal, berat

basah, berat kering sampel sedimen.

4. Alumunium Foil Untuk melapisi cawan agar sedimen

terproses secara sempurna.

5. Cawan besi (16) Untuk tempat wadah sedimen yang akan

diukur.

6. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada

masing-masing cawan

7. Oven Untuk mengeringkan sedimen sehingga

tidak lagi mengandung uap air

8. Gayung Untuk menuangkan air saat penyaringan

9. Baki Sebagai wadah peletakkan sampel sedimen

10. Sarung Tangan Untuk mempermudah dalam proses

penghancuran sedimen dan penyaringan

Page 13: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 13

11. Tisue Untuk membersihkan noda dan kotoran

yang tidak diinginkan

12. Baskom Untuk wadah penampungan air saat

penyaringan dengan ayakan bertingkat

13. Ember Untuk wadah air

14. Sedimen Sebagai sampel yang akan diukur dan

diproses

15. Air Untuk mempermudah dalam proses

penyaringan dan penghancuran sedimen

3.2.2 Pemipetan

Tabel 2. Alat dan Bahan Tahap Pemipetan

No Alat dan Bahan Fungsi

1. Gelas Ukur 1000 ml Sebagai wadah sampel sedimen dan air

untuk proses pemipetan

2. Gelas Beker 100 ml (9

buah)

Sebagai tempat menampung air sedimen

saat disaring dengan kertas saring

3. Pipet Serologis (2 buah) Untuk mengaduk sekaligus menghisap dan

mengeluarkan larutan sedimen

4. Timbangan Analitik Untuk menimbang berat kertas saring dan

sedimen pada kertas saring

5. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada

masing-masing kertas saring.

6. Oven Untuk mengeringkan sedimen dan kertas

saring sehingga tidak mengandung uap air

7. Kertas Saring Whatman (9

buah)

Untuk menyaring sedimen yang dari

proses pemipetan

8. Larutan Sedimen Sebagai bahan untuk melakukan proses

pemipetan dan sampel yang akan diukur

9. Stopwatch Untuk menghitung waktu saat proses

pemipetan.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum sedimentologi ini adalah:

3.3.1 Pengukuran Berat Awal Sedimen

Buat cawan dari alumunium foil dan timbang cawan awal dengan menggunakan

timbangan analitik dan dinolkan.

Page 14: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 14

3.3.2 Tahap Penyaringan

Masukkan sampel sedimen sebanyak 250 gr. Masukkan ke oven selama 1 hari.

Setelah itu di timbang untuk mendapatkan berat kering sedimen + cawan

Siapkan cawan besi sebanyak 16 buah dan dilapisi dengan alumunium foil

untuk mencegah kebocoran dan sebagai penampung hasil saringan sedimen

Lakukan pelebelan untuk setiap cawan dan timbang berat masing-masing

cawan untuk mendapatkan nilai cawan kosong

Page 15: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 15

Susun ayakan bertingak sesuai dengan ukuran, yaitu dari ukuran terkecil

sampai terbesar dan dibawahnya dilapisi alas ayakan menjadi 16 tingkatan

Hancurkan sedimen dengan menambahkan air dan menggunakan tangan untuk

mempermudah dalam proses penyaringan

Lakukan proses penyaringan dengan menggunakan ayakan bertingkat untuk

menyaring sedimen berdasarkan ukuran butiran

Setiap selesai menyaring pada setiap tingkatan ayakan, kumpulkan partikel

sedimen pada ayakan dan letakkan pada cawan besi yang telah disiapkan

Page 16: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 16

3.3.3 Tahap Pemipetan

Timbang sedimen yang telah terkumpul pada cawan sehingga didapatkan berat

basah sedimen dan cawan.

Masukkan hasil penyaringan ke dalam oven sampai benar-benar kering lalu

kemudian lakukan penimbangan berat sedimen kering + cawan

Siapkan kertas saring Whatman sebanyak 9 buah dan dibentuk seperti corong.

Lakukan pelebelan dan kemudian dioven lebih kurang 15 menit.

Page 17: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 17

Masukkan larutan dari sisa hasil penyaringan yang lolos dari ayakan bertingkat

ke dalam gelas ukur 1000 ml

Siapkan 9 gelas beker dan letakkan kertas saring di atasnya. Aduk larutan

sedimen pada gelas ukur. Waktu dimuali saat pengadukan berhenti.

Sesuaikan waktu pemipetan dengan waktu yang telah ditetapkan, dimana

terdapat 2 jarak pengambilan dengan pipet, yaitu pada jarak 20 cm dan 10 cm

dari ujung pipet. Sesuai dengan ketetapan prosedur yang telah ditetapkan.

Masukkan larutan yang telah dipipet ke dalam kertas saring berdasarkan

masing-masing waktu yang telah ditentukan. Tunggu sampai kering.

Page 18: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 18

Masukkan kertas saring yang berisi saringan sedimen ke dalam oven sampai

kering. Kemudian timbang berat kering cawan + sedimen.

Setelah semua proses dilakukan, tahap berikutnya adalah menganalisa dan

mengolah data yang telah didapatkan.

Page 19: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengukuran Berat Awal Sedimen

Berat Basah Sedimen = 250 gr

Berat Cawan = 3,65 gr

Berat Kering Cawan + Sedimen = 140,26 gr

Berat Total = 140,26 gr – 3,65 gr = 136,76 gr

4.1.2 Data Pengukuran Tahap Penyaringan

Ukuran

Saringan

Ukuran Berat (gr)

Berat Cawan Berat Basah Cawan

+ Sedimen

Berat Kering Cawan +

Sedimen

4,75 mm 3,59 31,26 28,23

2,36 mm 4,19 16,45 13,73

1 mm 3,85 15,97 11,66

850 µm 3,58 7,44 5,96

500 µm 3,83 35,50 25,40

425 µm 3,73 20,36 15,10

250 µm 3,84 43,60 30,69

212 µm 3,72 9,95 7,53

180 µm 3,96 8,66 6,18

150 µm 3,75 8,54 5,96

106 µm 3,77 10,46 6,49

75 µm 3,83 11,34 6,41

63 µm 3,88 7,16 4,50

53 µm 3,86 7,68 4,68

45 µm 3,75 7,34 4,40

38 µm 3,56 5,26 3,73

Page 20: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 20

4.1.3 Data Pengukuran Tahap Pemipetan

π

Waktu

(t)

Jarak

(cm)

Ukuran Berat (gr)

Berat Kering Kertas

Saring

Berat Kering Kertas

Saring + Sedimen

4 58’’ 20 1,23 1,30

4,5 1’56’’ 20 1,20 1,26

5 1’56’’ 10 1,21 1,26

5,5 3’52’’ 10 1,21 1,27

6,0 7’42’’ 10 1,20 1,25

6,5 15’ 10 1,17 1,21

7 31’ 10 1,21 1,24

7,5 1° 10 1,19 1,20

8 2°3’ 10 1,21 1,22

Page 21: 91152466-laporan-sedimen-1

Sedimentology

Weight Measurement of Sediment 21

DAFTAR PUSTAKA

Dharma. 2010. Analisa Besar Butir Sedimen. http://dhamadharma.wordpress.com/

2010/10/19/laporan-praktikum-analisa-besar-butir/. Diakses tanggal 18

April 2012 pukul 20.00 WIB.

Nurul, Agus. 2009. Sedimentology. http://agusnurul.blogspot.com/2009/04/tugas-

mata-kuliah-sedimentology.html. Diakses tanggal 18 April 2012 pukul

19.00 WIB.

Saputra, Adi. 2010. Transpor Sedimen. http://www.ilmukelautan.com/oseanografi

/fisika-oseanografi/410-transpor-sedimen. Diakses tanggal 18 April

2012 pukul 21.00 WIB.

Suardi, Yogi. 2010. Transportasi Sedimen. http://jurnal-geologi.blogspot.com/

2010/02/transportasi-sedimen_23.html. Diakses tanggal 18 April 2012

pukul 20.00 WIB.