Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari
batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses
fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan
pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan
sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan
batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.
Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan
pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada
saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat
dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi. Endapan sedimen (sedimentary
deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau
di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah.
Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material
penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai
suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan
sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli
sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari udara sebagai benda padat di
bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang
dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi,
misalnya endapan lantai laut-dalam (Nurul, 2009).
Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana
kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan
oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa
transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media,
tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja.
Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri
yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini
penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 2
catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.
Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.
Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran
sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,
transportasi sampai ke pengendapan.
Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material
organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di
dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya.Dua sifat yang
mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis
(density) dan kekentalan (viscosity) media. Berat jenis media akan mempengaruhi
gerakan media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai yang bergerak turun
karena berat jenis yang langsung berhubungan dengan gravitasi. Sedangkan
kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui dan memahami alat-alat / instrument yang digunakan
dalam suatu analisis besar butir sedimen dan sebagai bahan
referensi/informasi tentang studi ilmu sedimentology.
Mahasiswa mampu memahami mekanisme pengukuran ukuran butiran
sedimen melalui cara penyaringan dan dengan pemipetan.
Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik butiran sedimen dan mampu
menghitung berat sedimen.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:
Mahasiswa mampu menginterpretasikan dan menganalisis hasil
pengukuran dan perhitungan berat sedimen.
Mahasiswa mampu melakukan mekanisme penyaringan dan pemipetan
dengan baik.
Mahasiswa mampu mengkorelasikan ukuran dan berat sedimen dengan
kondisi perairan dimana sedimen diambil.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan.
Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari
proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi,
tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau
tersedimentasikan. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang
ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan
batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,
baik secara mekanik maupun secara kimia dan organic (Nurul, 2009).
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan.
Faktor-faktor yang penting antara lain :
Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material
asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan
jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu:
Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan
pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai
sifat dan ciri-ciri tertentu (Dharma, 2010).
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki
peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama
transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material
sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan
pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk
dan sifat terhadap batuam sedimen (Dharma, 2010).
Pengendapan :
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 4
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah
titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara
sungai, dll.
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material
sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi
pori-pori akan bermigrasi ke atas.
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap
material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi),
yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh
unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.
Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan
kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau
pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang relatif rendah (Dharma, 2010).
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik
tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau
akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi
pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan
biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen
dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada
badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah
bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan
karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan
demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki
pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 5
warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada
karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan
depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk
sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan
deposional (Saputra, 2010).
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu
kejadian dalam sejarah bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk
rangkaian kesatuan skala pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk
sedimen memperkenankan kita menginterpretasi dinamika lingkungan
pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam batuan sedimen
memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan tertentu.
Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa
lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi (Nurul, 2009).
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang
terfokus pada aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi,
petrologi, geokimia, dan sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu
pengetahuan telah dikembangkan sebagai teknik analitik baru yang telah
diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori inovatif. Diwaktu yang sama
karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka diperkenalkannya integrasi
kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda.
Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek
berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi
perhatiannya tertuju pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan
sedimen dibahas hubungan waktu dan ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di
dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik lempeng, petrologi dan
paleontologi adalah topik tambahan (Saputra, 2010).
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk
mengumpulkan data dan bukti pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen
meliputi;
Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 6
o Menggambarkan formasi batuan, proses formal
mendokumentasikan ketebalan, lithology, singkapan, distribusi,
hubungan kontak formasi lain
o Pemetaan distribusi unit batu, atau unit
Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama
hidrokarbon)
Sequence stratigraphy
o Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom
Menggambarkan lithology dari batu;
o Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran
butir, bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan
komposisi sedimen
Menganalisis geokimia dari batu
Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk
menentukan usia batu, dan kemiripan dengan daerah sumber (Suardi, 2010).
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa
sumber yang dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material
hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses
mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan
terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi
kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut
sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini
adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit (Dharma, 2010).
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber
dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa
angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 7
meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung
berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen
aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa
angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun
demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin
bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan
dibandingkan sumber-sumber yang lain (Nurul, 2009).
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir
menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia
yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi
sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar
lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut
dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi
kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi
reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar
laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap
di antara butiran mineral (Saputra, 2010).
2.2 Distribusi Sedimen Laut
Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua
(Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang
lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 –
70 km, kedalaman maksimum dari lautan di antara 100 – 200 meter.
‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari
continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %.
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan
utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 8
Glacial Continental Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang
berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut
gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil
biasanya akan diendapkan (Nurul, 2009).
Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis
dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri
atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-
sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya
satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton
yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan
sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti
kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu (Nurul, 2009).
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-
materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke
lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi.
Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke
laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil
dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya (Saputra, 2010).
2.3 Struktur Sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah
proses pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981) Pada
batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 9
Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga
sebagai struktur primer.
Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan
lipatan.
Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang
menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen
menurut Pettijohn 1975:
1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada
saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi
mekanisme pengendapan.
2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan
sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga
dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan,
lereng,dan kondisi permukaan.
3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari
proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi.
2.4 Analisa Besar Butir
Analisa granulometri merupakan suatu metoda analisa yang menggunakan
ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang
keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen. Dalam analisa ini
tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata,
pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis.
Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan
mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang
diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit.
Analisa granulometri dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode
grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik
yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara
transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai rata-
rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva. Sedangkan pasir yang
diendapkan oleh angin sortasi (Suardi, 2010).
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 10
Pilihan atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau
keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu
sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan
Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap
ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai
penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya
apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran
butir panjang disebut sortasi jelek (Suardi, 2010).
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.
Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai
pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa
pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus.
Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran
pasir sangat halus (Nurul, 2009).
Kepencengan (SKEWNESS) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir
terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatudistribusi ukuran butir
dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.
Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam
jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butior berlebihan
partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negative. Besar butir rata-rata
merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal pasir kasar,
pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata-rata dapat juga menunjukkan
kecepatan turbulen/ sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Saputra, 2010).
Adapun partikel-partikel sedimen oleh Friedman dan Sanders (1978) dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok :
1) Hasil rombakan atau hancuran padat dari endapan tua.
2) material yang bukan merupakan hasil rombakan atau hancuran padat yang
terdiri dari material yang dikeluarkan lewat semburan gunung berapi dan
material terlarut di air yang ditransportasikan dan diendapkan pada tempat
akumulasi pengendapan oleh sekresi biologis atau proses pengendapan
secara kimia.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 11
Sumber sedimen dapat berasal dari berbagai tempat. Drake (1978)
menerangkan bahwa terdapat 3 sumber dari material sedimen yang ditemukan
pada permukaan dasar laut yaitu sumber dari daratan yang menyuplai material
hancuran dan material terlarut sumber asli dari laut dan material angkasa luar.
Setelah proses pelapukan terjadi selanjutnya sedimen asal mengalami proses
transportasi dan lithifikasi. Drake (1978) pada proses transportasi, dibawah
kondisi normal, erosi menghasilkan nilai (rate) yang sama dengan pelapukan
batuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a.Kecepatan pengendapan
b.Arus aliran fluida
c.Gelombang
Hasil sedimentasi yang telah berlangsung lama akan mengalami
konsolidasi atau lithifikasi (pembatuan). Sedimen yang terlithifikasi disebut
batuan sedimen. Faktor yang mempengaruhi terhadap proses lithifikasi antara lain
proses fisika, proses kimiawi dan proses biologi. Ukuran butiran berpengaruh
terhadap sifat-sifat dari butiran tersebut. Krumbreindan Sloss (1963) menyatakan
bahwa pada butiran sedimen , ukuran sedimen berhubungan dengan dinamika
transportasi dan deposisi. Ukuran butiran akan mencerminkan resistensi butiran
terhadap proses pelapukan, erosi dan abrasi, Pada proses transportasi berpengaruh
terhadap bentuk, ukuran butir, kebolaan maupun sifat-sifat dari kumpulan butiran
seperti sortasi, kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran
dengan butiran maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun
tanah tersebut akan menentukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung
tanah, dan produksi bahan organic. Dalam klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran
dapat menggunakan skala wentworth (Dharma, 2010).
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 12
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum Sedimentologi ini dilaksanakan dalam tiga
tahap. Tahap pertama adalah Simulasi Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat,
13 April 2012 pada pukul 13.30 WIB – 15.30 WIB. Tahap kedua adalah
Pengovenan Sampel Sedimen yang dilaksanakan pada hari Rabu, 18 April 2012
pada pukul 12.30 WIB – 13.00 WIB. Dan tahap ketiga adalah Penyaringan dan
Pemipetan Sampel Sedimen pada hari Kamis, 19 April 2012 pada pukul 09.00
WIB – 17.00 WIB. Pelaksanaan praktikum ini bertempat di Laboratorium
Oseanografi Kelautan dan Laboratorium Biologi Kelautan, Program studi Ilmu
Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan beserta fungsi dibedakan menjadi dua tahap
pelaksanaan, yaitu penyaringan dan pemipetan pada tabel di bawah ini:
3.2.1 Penyaringan
Tabel 1. Alat dan Bahan Tahap Penyaringan
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Ayakan Bertingkat Untuk menyaring sedimen sampai dengan
16 tingkat ukuran
2. Gelas Ukur 500 ml Sebagai wadah sedimen awal
3. Timbangan Analitik Untuk menimbang cawan, berat awal, berat
basah, berat kering sampel sedimen.
4. Alumunium Foil Untuk melapisi cawan agar sedimen
terproses secara sempurna.
5. Cawan besi (16) Untuk tempat wadah sedimen yang akan
diukur.
6. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada
masing-masing cawan
7. Oven Untuk mengeringkan sedimen sehingga
tidak lagi mengandung uap air
8. Gayung Untuk menuangkan air saat penyaringan
9. Baki Sebagai wadah peletakkan sampel sedimen
10. Sarung Tangan Untuk mempermudah dalam proses
penghancuran sedimen dan penyaringan
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 13
11. Tisue Untuk membersihkan noda dan kotoran
yang tidak diinginkan
12. Baskom Untuk wadah penampungan air saat
penyaringan dengan ayakan bertingkat
13. Ember Untuk wadah air
14. Sedimen Sebagai sampel yang akan diukur dan
diproses
15. Air Untuk mempermudah dalam proses
penyaringan dan penghancuran sedimen
3.2.2 Pemipetan
Tabel 2. Alat dan Bahan Tahap Pemipetan
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Gelas Ukur 1000 ml Sebagai wadah sampel sedimen dan air
untuk proses pemipetan
2. Gelas Beker 100 ml (9
buah)
Sebagai tempat menampung air sedimen
saat disaring dengan kertas saring
3. Pipet Serologis (2 buah) Untuk mengaduk sekaligus menghisap dan
mengeluarkan larutan sedimen
4. Timbangan Analitik Untuk menimbang berat kertas saring dan
sedimen pada kertas saring
5. Kertas Label Untuk memberi nomor atau nama pada
masing-masing kertas saring.
6. Oven Untuk mengeringkan sedimen dan kertas
saring sehingga tidak mengandung uap air
7. Kertas Saring Whatman (9
buah)
Untuk menyaring sedimen yang dari
proses pemipetan
8. Larutan Sedimen Sebagai bahan untuk melakukan proses
pemipetan dan sampel yang akan diukur
9. Stopwatch Untuk menghitung waktu saat proses
pemipetan.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum sedimentologi ini adalah:
3.3.1 Pengukuran Berat Awal Sedimen
Buat cawan dari alumunium foil dan timbang cawan awal dengan menggunakan
timbangan analitik dan dinolkan.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 14
3.3.2 Tahap Penyaringan
Masukkan sampel sedimen sebanyak 250 gr. Masukkan ke oven selama 1 hari.
Setelah itu di timbang untuk mendapatkan berat kering sedimen + cawan
Siapkan cawan besi sebanyak 16 buah dan dilapisi dengan alumunium foil
untuk mencegah kebocoran dan sebagai penampung hasil saringan sedimen
Lakukan pelebelan untuk setiap cawan dan timbang berat masing-masing
cawan untuk mendapatkan nilai cawan kosong
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 15
Susun ayakan bertingak sesuai dengan ukuran, yaitu dari ukuran terkecil
sampai terbesar dan dibawahnya dilapisi alas ayakan menjadi 16 tingkatan
Hancurkan sedimen dengan menambahkan air dan menggunakan tangan untuk
mempermudah dalam proses penyaringan
Lakukan proses penyaringan dengan menggunakan ayakan bertingkat untuk
menyaring sedimen berdasarkan ukuran butiran
Setiap selesai menyaring pada setiap tingkatan ayakan, kumpulkan partikel
sedimen pada ayakan dan letakkan pada cawan besi yang telah disiapkan
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 16
3.3.3 Tahap Pemipetan
Timbang sedimen yang telah terkumpul pada cawan sehingga didapatkan berat
basah sedimen dan cawan.
Masukkan hasil penyaringan ke dalam oven sampai benar-benar kering lalu
kemudian lakukan penimbangan berat sedimen kering + cawan
Siapkan kertas saring Whatman sebanyak 9 buah dan dibentuk seperti corong.
Lakukan pelebelan dan kemudian dioven lebih kurang 15 menit.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 17
Masukkan larutan dari sisa hasil penyaringan yang lolos dari ayakan bertingkat
ke dalam gelas ukur 1000 ml
Siapkan 9 gelas beker dan letakkan kertas saring di atasnya. Aduk larutan
sedimen pada gelas ukur. Waktu dimuali saat pengadukan berhenti.
Sesuaikan waktu pemipetan dengan waktu yang telah ditetapkan, dimana
terdapat 2 jarak pengambilan dengan pipet, yaitu pada jarak 20 cm dan 10 cm
dari ujung pipet. Sesuai dengan ketetapan prosedur yang telah ditetapkan.
Masukkan larutan yang telah dipipet ke dalam kertas saring berdasarkan
masing-masing waktu yang telah ditentukan. Tunggu sampai kering.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 18
Masukkan kertas saring yang berisi saringan sedimen ke dalam oven sampai
kering. Kemudian timbang berat kering cawan + sedimen.
Setelah semua proses dilakukan, tahap berikutnya adalah menganalisa dan
mengolah data yang telah didapatkan.
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengukuran Berat Awal Sedimen
Berat Basah Sedimen = 250 gr
Berat Cawan = 3,65 gr
Berat Kering Cawan + Sedimen = 140,26 gr
Berat Total = 140,26 gr – 3,65 gr = 136,76 gr
4.1.2 Data Pengukuran Tahap Penyaringan
Ukuran
Saringan
Ukuran Berat (gr)
Berat Cawan Berat Basah Cawan
+ Sedimen
Berat Kering Cawan +
Sedimen
4,75 mm 3,59 31,26 28,23
2,36 mm 4,19 16,45 13,73
1 mm 3,85 15,97 11,66
850 µm 3,58 7,44 5,96
500 µm 3,83 35,50 25,40
425 µm 3,73 20,36 15,10
250 µm 3,84 43,60 30,69
212 µm 3,72 9,95 7,53
180 µm 3,96 8,66 6,18
150 µm 3,75 8,54 5,96
106 µm 3,77 10,46 6,49
75 µm 3,83 11,34 6,41
63 µm 3,88 7,16 4,50
53 µm 3,86 7,68 4,68
45 µm 3,75 7,34 4,40
38 µm 3,56 5,26 3,73
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 20
4.1.3 Data Pengukuran Tahap Pemipetan
π
Waktu
(t)
Jarak
(cm)
Ukuran Berat (gr)
Berat Kering Kertas
Saring
Berat Kering Kertas
Saring + Sedimen
4 58’’ 20 1,23 1,30
4,5 1’56’’ 20 1,20 1,26
5 1’56’’ 10 1,21 1,26
5,5 3’52’’ 10 1,21 1,27
6,0 7’42’’ 10 1,20 1,25
6,5 15’ 10 1,17 1,21
7 31’ 10 1,21 1,24
7,5 1° 10 1,19 1,20
8 2°3’ 10 1,21 1,22
Sedimentology
Weight Measurement of Sediment 21
DAFTAR PUSTAKA
Dharma. 2010. Analisa Besar Butir Sedimen. http://dhamadharma.wordpress.com/
2010/10/19/laporan-praktikum-analisa-besar-butir/. Diakses tanggal 18
April 2012 pukul 20.00 WIB.
Nurul, Agus. 2009. Sedimentology. http://agusnurul.blogspot.com/2009/04/tugas-
mata-kuliah-sedimentology.html. Diakses tanggal 18 April 2012 pukul
19.00 WIB.
Saputra, Adi. 2010. Transpor Sedimen. http://www.ilmukelautan.com/oseanografi
/fisika-oseanografi/410-transpor-sedimen. Diakses tanggal 18 April
2012 pukul 21.00 WIB.
Suardi, Yogi. 2010. Transportasi Sedimen. http://jurnal-geologi.blogspot.com/
2010/02/transportasi-sedimen_23.html. Diakses tanggal 18 April 2012
pukul 20.00 WIB.