90715447-Delirium

21
DELIRIUM DEFINISI Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum. Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi masing-masing ciri karakteristik tersebut dapat bervariasi pada pasien individual. Delirium dapat terjadi pada berbagai tingkat usia namun tersering pada usia diatas 60 tahun. Menggigau merupakan gejala sementara dan dapat berfluktuasi intensitasnya, kebanyakan kasus dapat sembuh dalam waktu 4 minggu atau kurang. Akan tetapi jika delirium dengan fluktuasi yang menetap lebih dari 6 bulan sangat jarang dan dapat menjadi progresif kearah dementia EPIDEMIOLOGI Delirium merupakan kelainan yang sering pada :

description

UJIAN JIWA

Transcript of 90715447-Delirium

Page 1: 90715447-Delirium

DELIRIUM

DEFINISI

Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi

kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangguan kesadaran, biasanya

terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan

perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan

inkontinensia urin merupakan gejala neurologis yang umum.

Biasanya delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari), perjalanan yang

singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab diidentifikasi dan

dihilangkan. Tetapi masing-masing ciri karakteristik tersebut dapat bervariasi pada pasien

individual. Delirium dapat terjadi pada berbagai tingkat usia namun tersering pada usia diatas 60

tahun. Menggigau merupakan gejala sementara dan dapat berfluktuasi intensitasnya, kebanyakan

kasus dapat sembuh dalam waktu 4 minggu atau kurang. Akan tetapi jika delirium dengan

fluktuasi yang menetap lebih dari 6 bulan sangat jarang dan dapat menjadi progresif kearah

dementia

EPIDEMIOLOGI

Delirium merupakan kelainan yang sering pada :

- sekitar 10 sampai 15 persen adalah pasien bedah dan 15 sampai 25 persen

pasien perawatan medis di rumah sakit. Sekitar 30 persen pasien dirawat di ICU bedah

dan ICU jantung. 40 sampai 50 pasien yang dalam masa penyembuhan dari tindakan

bedah pinggul memiliki episode delirium.

- Penyebab dari pasca operasi delirium termasuk stress dari pembedahan, sakit pasca

operasi, pengobatan anti nyeri, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi, demam, dan

kehilangan darah.

- Sekitar 20% pasien dengan luka bakar berat dan 30-40 % pasien dengan sindrom

imunodefisiensi didapat (AIDS)

- Usia lanjut merupakan faktor resiko dari terjadinya delirium, sekitar 30 – 40 persen dari

pasien yang dirawat berusia 65 tahun dan memiliki episode delirium

Page 2: 90715447-Delirium

ETIOLOGI

Penyebab utama delirium :

1. Penyakit pada CNS : encephalitis, space occupying lesions, tekanan tinggi intrakranial

setelah episode epilepsi.

2. Demam - penyakit sistemik

3. Intoksikasi dari obat-obatan atau zat toksik

4. Withdrawal alkohol

5. Kegagalan metabolik : kardiak, respiratori, renal, hepatik, hipoglikemia

Faktor predisposisi.

Demensia

Obat-obatan multipel

Umur lanjut

Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit Parkinson

Gangguan penglihatan dan pendengaran

Ketidakmampuan fungsional

Hidup dalam institusi

Ketergantungan alkohol

Isolasi sosial

Kondisi ko-morbid multipel

Depresi

Riwayat delirium post-operative sebelumnya

Faktor pencetus (presipitasi).

Penyakit akut berat (termasuk, tetapi tak terbatas kondisi di bawah ini)

• Infeksi, dll 10-35%

• Intoksikasi obat/racun 22-39%

• Withdrawal benzodiazepin

• Withdrawal alkohol ± defisiensi thiamin

Page 3: 90715447-Delirium

• Ensefalopati metabolik (25%)

• Asam basa dan gangguan elektrolit

• Hipoglikemia

• Hipoksia atau hiperkapnia

• Gagal hepar/ginjal

Polifarmasi

Bedah dan anestesi

Nyeri post op yang tak dikontrol baik

Neurologis 8% (anoksia, stroke, epilepsi, dll)

Perubahan dari lingkungan keluarga

'sleep deprivation'

Albumin serum rendah

Demam/hipothermia

Hipotensi perioperati

Pengekangan fisik

Pemekaian kateter terus menerus

Kardiovaskular 3%

Tak ditemukan penyebab 10%

Medikasi terkait delirium :

Beberapa jenis obat-obatan, baik yang resmi dan terlarang dapat menyebabkan delirium, antara

lain :

1. Sedatif hipnotik

1.1. Benzodiazepin

1.2. Kloralhidrat, barbiturat

1.3. Anti kolinergik

1.4. benztropin, oksibutirin

2. Antihistamin mis difenhidramin

3. Antispasmodik misal : belladona, propanthelin

4. Fenothiazin misal: thioridazin

Page 4: 90715447-Delirium

5. Antidepresan trisklik

6. Antiparkinson misal levodopa, amantadin, pergolid, bromokriptin

7. Analgetik misal opiat (khususnya pethidin), jarang : NSAID,aspirin

8. Obat anestesi

9. Antipsikotik, khususnya beefek antikolinergik, misal klozapin

10. Steroid : dapat tergantung dosis

11. Antagonis histamin- 2, khususnya simetidin, tetapi juga golongan ranitidin.

12. Antibiotik:aminoglikosid, penicillin, sefalosporin, sulfonamid dan beberapa

flurokuinolon seperti siprofloksasin.

13. Obat kardiovaskuler dan antihipertensi, kinin,digoxin (padakadar

normal),amiodaron, propanolol, methiodopa

14. Antikonvulsan : fenitoin, karbamazepin, valproat, pirimidin,

klonazzepam,klobazam.

15. Lain-lain : lithium, flunoksilin, metoclopramid,imunosupresan.

PATOFISIOLOGI

Tanda dan gejala delirium merupakan manifestasi dari gangguan neuronal, biasanya melibatkan

area di korteks serebri dan reticular activating sistem. Dua mekanisme yang terlibat langsung

dalam terjadinya delirium adalah pelepasan neurotransmiter yang berlebihan (kolinergik

muskarinik dan dopamin) serta jalannya impuls yang abnormal. Aktivitas yang berlebih dari

neuron kolinergik muskarinik pada reticular activating sistem, korteks, dan hipokampus berperan

pada gangguan fungsi kognisi (disorientasi, berpikir konkrit, dan inattention) dalam delirium.

Peningkatan pelepasan dopamin serta pengambilan kembali dopamin yang berkurang misalnya

pada peningkatan stress metabolik. Adanya peningkatan dopamin yang abnormal ini dapat

bersifat neurotoksik melalui produksi oksiradikal dan pelepasan glutamat, suatu neurotransmiter

eksitasi. Adanya gangguan neurotransmiter ini menyebabkan hiperpolarisasi membran yang akan

menyebabkan penyebaran depresi membran.

Berdasarkan tingkat kesadarannya, delirium dapat dibagi tiga :

1. Delirium hiperaktif

Page 5: 90715447-Delirium

Ditemukan pada pasien dalam keadaan penghentian alkohol yang tiba-tiba, intoksikasi

Phencyclidine (PCP), amfetamin, dan asam lisergic dietilamid (LSD)

2. Delirium hipoaktif

Ditemukan pada pasien Hepatic Encefalopathy dan hiperkapnia

3. Delirium campuran

Mekanisme delirium belum sepenuhnya dimengerti. Delirium dapat disebabkan oleh gangguan

struktural dan fisiologis. Hipotesis utama adalah adanya gangguan yang irreversibel terhadap

metabolisme oksidatif otak dan adanya kelainan multipel neurotransmiter.

Asetilkolin

Obat-obat anti kolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan acute confusional states dan pada

pasien dengan gangguan transmisi kolinergik seperti pada penyakit Alzheimer. Pada pasien

dengan post-operative delirium, aktivitas serum anticholonergic meningkat.

Dopamin

Diotak terdapat hubungan reciprocal antara aktivitas kolinergic dan dopaminergic. Pada

delirium, terjadi peningkatan aktivitas dopaminergic

Neurotransmitter lain

Serotonin: ditemukan peningkatan serotonin pada pasien hepatic encephalopathy dan sepsis

delirium. Agen serotoninergic seperti LSD dapat pula menyebabkan delirium. Cortisol dan beta-

endorphins: pada delirium yang disebabkan glukokortikoid eksogen terjadi gangguan pada ritme

circadian dan beta-endorphin.

Mekanisme inflamasi

Mekanisme inflamasi turut berperan pada patofisiologi delirium, yaitu karena keterlibatan

sitokoin seperti intereukin-1 dan interleukin-6, Stress psychososial dan angguan tisur berperan

dalam onset delirium

Mekanisme struktural

Formatio retikularis batang otak adalah daerah utama yang mengatur perhatian kesadaran dan

jalur utama yang berperan dalam delirium adalah jalur tegmental dorsalis yang keluar dari

formatio reticularis mesencephalic ke tegmentum dan thalamus. Adanya gangguan metabolik

(hepatic encephalopathy) dan gangguan struktural (stroke, trauma kepala) yang mengganggu

jalur anatomis tersebut dapat menyebabkan delirium.

Page 6: 90715447-Delirium

DIAGNOSIS

Kriteria Diagnosis Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ-III

A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang

ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan

perhatian

B. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau

gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia).

C. Gangguan Psikomotor berupa hipoaktivitas atau hiperaktivitas, pengalihan aktivitas yang

tidak terduga, waktu bereaksi yang lebih panjang, arus pembicaran yang bertambah atau

berkurang, reaksi terperanjat yang meningkat.

D. Gangguan siklus tidur berupa insomnia, atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama

sekali atau siklus tidurnya terbalik yaitu mengantuk siang hari. Gejala memburuk pada malam

hari dan mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi halusinasi

setelah bangun tidur.

E. Gangguan emosional berupa depresi, ansietas, takut, lekas marah, euforia, apatis dan rasa

kehilangan akal.

1. Delirium Akibat Kondisi Medis Umum

• Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang

ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan

mengalihkan perhatian

• Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau

gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia

Page 7: 90715447-Delirium

• Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam

sehari

• Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium bahwa gangguan

disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung suatu KMU

Kondisi Medis Umum

Kondisi medis umum yang melatar belakangi delirium dapat bersifat fokal ataupun sistemik,

misalnya:

1. Penyakit SSP (trauma kepala, tumor, pendarahan, hematoma, abses, nonhemoragik stroke,

transien iskemia, kejang dan migrain, dan lain-lain)

2. Penyakit sistemik (misalnya, infeksi, perubahan status cairan tubuh, defisiensi nutrisi, luka

bakar, nyeri yang tidak dapat dikontrol, stroke akibat panas, dan di tempat tinggi (>5000

meter)

3. Penyakit jantung (misalnya, gagal jantung, aritmia, infark jantung, bedah jantung)

4. Gangguan metabolik (misalnya, ketidakseimbangan elektrolit, diabetes, hipo/hiperglikemia)

5. Paru (misalnya, COPD, hipoksia, gangguan asam basa)

6. Obat yang digunakan (misalnya, steroid, medikasi jantung, antihipertensi, antineoplasma,

antikolinergik, SNM, sinrom serotonin)

7. Endokrin (misalnya, kegagalan adrenal, abnormalitas tiroid atau paratiroid)

8. Hematologi (misalnya, anemia, leukemia, diskrasia)

9. Renal (misalnya, gagal ginjal, uremia)

10. Hepar (misalnya, gagal hepar, sirosis, hepatitis)

2. Delirium Akibat Intoksikasi Zat

A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang

ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan

perhatian.

B. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau

gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia

C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam

sehari.

D. Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut:

Page 8: 90715447-Delirium

1. Simtom A dan B terjadi selama intoksikasi zat atau penggunaan medikasi

2. Intoksikasi zat adalah etiologi terkait dengan delirium

3. Delirium Akibat Putus Zat

A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang

ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan

perhatian.

B. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau

gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia

C. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam

sehari.

D. Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, sebagai berikut:

Simtom A dan B terjadi selama atau segera setelah putus zat.

4. Delirium Akibat Etiologi Beragam

a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang

ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan

perhatian.

b. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau

gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia

c. Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam

sehari.

d. Ada bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium, bahwa :

Delirium memiliki lebih dari satu etiologi, misalnya lebih dari satu KMU, KMU dan

intoksikasi zat, atau efek samping obat.

5. Delirium yang Tidak Dapat Dispesifikasi

A. Kriteria untuk tipe delirium tertentu tidak terpenuhi, misalnya; manifestasi delirium diduga

akibat KMU, penyalahgunaan zat tetapi tidak cukup bukti untuk menegakkan etiologi

spesifik.

Page 9: 90715447-Delirium

B. Delirium disebabkan oleh penyebab yang tidak tercatat pada seksi ini (deprivasi sensorik)

Kriteria diagnostic delirium berdasar DSM IV :

Untuk Delirium karena kondisi medis umum:

1. Gangguan kesadaran disertai berkurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian,

mempertahankan perhatian, atau perubahan atensi.

2. Perubahan kognisi atau gangguan persepsi, yang tidak terkait demensia.

3. Gangguan yang berkembang dalam periode yang pendek (jam ke hari), dan berfluktuasi

sepanjang hari.

4. Adanya bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium

bahwa gangguan disebabkan oleh pengobatan umum, atau obat-obatan, atau gejala putus

obat.

Untuk Delirium Intoksikasi Zat:

1. Gangguan kesadaran disertai berkurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian,

mempertahankan perhatian, atau perubahan atensi.

2. Perubahan kognisi atau gangguan persepsi, yang tidak terkait demensia.

3. Gangguan yang berkembang dalam periode yang pendek (jam ke hari), dan berfluktuasi

sepanjang hari.

4. Adanya bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium

(A) atau (B)

A. Gejala dalam kriteria 1 dan 2 berkembang selama intoksikasi zat

B. Pemakaian medikasi secara etiologi berhubungan dengan gangguan.

Untuk Delirium Putus Zat :

1. Gangguan kesadaran disertai berkurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian,

mempertahankan perhatian, atau perubahan atensi.

2. Perubahan kognisi atau gangguan persepsi, yang tidak terkait demensia.

Page 10: 90715447-Delirium

3. Gangguan yang berkembang dalam periode yang pendek (jam ke hari), dan berfluktuasi

sepanjang hari.

4. Adanya bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium

bahwa gejala dalam kriteria (1) dan (2) berkembang selama , atau segera setelah suatu

sindroma putus

Untuk Delirium Karena Penyebab Multiple:

1. Gangguan kesadaran disertai berkurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian,

mempertahankan perhatian, atau perubahan atensi.

2. Perubahan kognisi atau gangguan persepsi, yang tidak terkait demensia.

3. Gangguan yang berkembang dalam periode yang pendek (jam ke hari), dan berfluktuasi

sepanjang hari.

4. Adanya bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium

bahwa delirium telah memiliki lebih dari satu penyebab (misalnya lebih dari satu

penyebab kondisi medis umum, suatu kondisi medis umum ditambah intoksikasi zat atau

efek samping medikasi).

GEJALA KLINIS DARI DELIRIUM :

Gangguan kesadaran

Disorientasi

Konsentrasi kurang

Tingkah laku

hiperaktif

hipoaktif

Pikiran

Bizarre

Ideas of reference

waham

Mood

cemas, Irritable

Page 11: 90715447-Delirium

depresi

Persepsi

Illusi

Hallusinasi (visual)

Memori

terganggu

*Fluctuating course, worse in the evening

Gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, yang dalam DSM IV

digambarkan sebagai penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan dengan penurunan

kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan atau mengalihkan perhatian. Keadaan

delirium mungkin didahului selama beberapa hari oleh perkembangan kecemasan, mengantuk,

insomnia, halusinasi transient, mimpi menakutkan di malam hari, kegelisahan.

1. Kesadaran (arousal)

Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium. Satu pola

ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan dari kesiagaan. Pasien

dengan delirium yang berhubungan dengan pemusatan zat seringkali mempunyai delirium

hiperaktif yang juga dapat disertai dengann tanda otonomik, seperti kulit kemerahan, pucat,

berkeringat, takikardi, pupil berdilatasi, mual-muntah dan hipertermi. Pasien dengan gejala

hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai sedang depresi, katatonik atau mengalami

depresi.

2. Orientasi

Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus di uji pada pasien dengan delirium.

Orientasi terhadap waktu seringkali hilang, bahkan pada kasus deliriun yang ringan orientasi

terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain mungkin juga terganggu pada

kasus yang berat.

3. Bahasa dan Kognisi

Page 12: 90715447-Delirium

Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan atau membingungkan (inkoheren)

dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan. Fungsi kognitif lainnya yang

mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum.

Kemampuan untuk menyusu, mempertahankan dan mengingat kenangan munkin terganggu,

walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Pasien delirium juga

mempunyai waham yang tidak sistematis, kadang-kadang paranoid.

4. Persepsi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk membedakan

stimulus sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa

lalu mereka. Halusinasi juga relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering

adalah visual atau auditorik, walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktorius. Ilusi visual dan

auditoris juga sering pada delirium.

5. Mood

Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran dan rasa takut yang tidak beralasan.

Kelainan mood lain yang sering adalah apati, depresi, dan euforia.

6. Gejala penyerta

a. Gangguan tidur bangun

Tidur pasien secara karakteristik terganggu. Pasien seringkali mengantuk selama siang hari

dan dapat ditemukan tidur sekejap ditempat tidurnya atau diruang keluarga. Tetapi tidur pada

pasien delirium hampir selalu singkat dan terputus-putus. Pasien seringkali mengalami

eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, dikenal sebagai sundowning. Kadang-kadang

mimpi menakutkan di malam hari dan mimpi yang mengganggu pasien terus berlangsung ke

keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi.

b. Gejala neurologis

gejala neurologis yang sering menyertai berupa disfagia, tremor, asteriksis, inkordinasi dan

inkontinensia urin. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola gejala pasien

dengan delirium.

Page 13: 90715447-Delirium

MANAGEMENT PENGOBATAN

Pengobatan secara langsung baik identifikasi dari underlying physical cause maupun menilai

pengobatan dari anxietas, distress, dan problem prilaku.

- pasien perlu penentraman hati, dan reorientasi untuk mengurangi anxietas, cara ini perlu

dilakukan dengan sering.

- Keluarga pasien perlu diberitahukan dan diterangkan secara jelas mengenai penyakit

pasien agar mengurangi kecemasannya sehingga keluarga pasien dapat menolong pasien

dalam perawat menjadi lebih tentram.

- Pada perawatan di rumah sakit pasien sebaiknya dirawat di ruangan yang tenang juga

cukup cahaya agar pasien dapat tahu dimana dia berada namun dengan penerangan

dimana tidak mengganggu tidur pasien.

- Keluarga maupun teman perlu menemani dan menjenguk pasien.

- Penting untuk memberi sedapat mungkin sejak terjadi perburukan dari delirium.

- Dosis yang kecil dari benzodiazepin atau obat hypnotic lain sangat berguna untuk

membut pasien tidur saat malam. Benzodiazepin harus dihindari saat siang dimana efek

sedasinya dapat meningkatkan disorientasi.

- Ketika pasien dalam keadaan yang menderita dan gangguan prilaku, monitor pengobatan

antipsikotik secara hati-hati dapat sangat berharga. Ikuti dengan dosis inisial yng cukup

untuk mengobati situasi akut, dosis obat oral secara reguler dapat diberikan secara

adekuat agar pasien tidak mengantuk berlebihan. Haloperidal dapat diberikan dimana

dosis harian 10-60mg. Jika perlu dosis pertama antara 2-5mg dapat diberikan

intramuskular.

Pengobatan Farmakologis Delirium :

Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah

psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah Haloperidol. Droperidol

(Inapsine) adalah suatu butyrophenone yang tersedia sebagai suatu formula intravena

alternative , walaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat penting pada pengobatan

ini. Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium karena obat tersebut

disertai dengan aktifitas antikolinergik yang bermakna.Insomnia paling baik diobati dengan

Page 14: 90715447-Delirium

golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek atau dengan hydroxyzine (Vistaril), 25

sampai 100mg.

1. Pengobatan termasuk pengobatan pada penyakit yang mendasari dan identifikasi

medikasi yang mempengaruhi derajat kesadaran.

2. Olanzapine (Zyprexa) : adalah obat neuroleptic atipikal, dengan efek

ekstrapiramidal yang ringan, efektif untuk pengobatan delirium yang disertai

agitasi. Dosisnya dimulai dengan 2,5mg, dan meningkat sampai 20 mg po jika

dibutuhkan. Olanzepine dapat menurunkan ambang kejang, namun sisanya dapat

ditoleransi dengan cukup baik.

3. Risperidone (risperidal), juga efektif dan dapat ditoleransi dengan baik, dimulai

dengan 0,5 mg dua kali sehari atau 1mg sebelum waktu tidur, meningkat sampai 3

mg 2 kali sehari jika dibutuhkan.

4. Haloperidol (haldol), dpat digunakan dengan dosis yang rendah (0.5 mg sampai

dengan 2 mg 2 kali sehari), jika dibutuhkan secara intravena. Efek samping ekstra

pyramidal dapat terjadi, dapat ditambahkan sedative, misalnya lorazepam diawali

0,5 mg sampai 1 mg setiap 3 sampai 8 jam jika dibutuhkan.

IPROGNOSIS

Setelah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya menghilang

dalam periode 3-7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin membutuhkan waktu sampai 2

minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien

mengalami delirium semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang.

Ingatan tentang apa yang dialami selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang

timbul, dan pasien mungkin menganggapnya sebagai mimpi buruk, sebagai pengalaman yang

mengerikan yang hanya diingat secara samar-samar.

Page 15: 90715447-Delirium

DAFTAR PUSTAKA

Buchanan R. W., & Carpenter W. T., Jr., Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of

Phyciatry 7th edition, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2000

Direktorat Jendral Pelayanan Medis, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III, cetakan pertama, Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1993

Mycek M. J., Harvey R. A., Champe P. C., Lipincott Illustrated Reviews 2nd edition, Phildeaphia,

Lippincott Williams & Wilkins,1997.

Michael Gelder, Richard Mayou, John Geddes., Psychiatry 2nd edition, Oxford University, New

York, 1999.