9 Social Environment

download 9 Social Environment

of 7

Transcript of 9 Social Environment

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    1/7

    TOPIKAL PAPER

    Social Environment

    Keuntungan Perusahaan Harley Davidson Melalui

    Hubungan Sosial Komunitas Harley Davidson

    Pengajar:

    Prof. Dr. Djoko Suryo

    Annisa Septie Permatasari

    12/343650/PEK/18066

    REGULER 33 JAKARTA

    PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    JAKARTA

    2013

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    2/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 1

    A. Latar BelakangHubungan sosial merupakan hubungan yang terwujud antara individu dan individu.

    Individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok sebagai akibat dari

    hasil interaksi sesama mereka. Hubungan sosial antar manusia pun dapat terbentuk

    dikarenakan kumpulan manusia tersebut memiliki ketertarikan yang sama atas sesuatu

    yang tergabung dalam komunitas. Komunitas adalah sebuah sosial dari beberapa

    organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan akan hal yang

    serupa.

    Dari sekian banyak komunitas, tidak sedikit komunitas yang terbentuk atas

    kepemilikan dan ketertarikan akan suatu merek yang sama yang dikenal dengan

    komunitas merek (brand community). Menurut Muniz dan OGuin (2001) komunitas

    merek merupakan kumpulan masyarakat yang terikat khusus secara acak (non-

    geographically) yang didasarkan pada separangkat hubungan sosial yang terstruktur

    yang tergabung antar pengagum sebuah merek. Komunitas merek merupakan media

    sosial antar anggota pengguna produk atau jasa merek tersebut untuk berbagi informasi

    antar anggota dan melakukan berbagai aktivitas secara bersama.

    Komunitas saat ini dapat ditemukan hampir di setiap penjuru kota di Indonesia dan

    jumlahnya begitu banyak sepeti komunitas bike to work, mobil, baca, seni tari, lukis, dan

    sebagainya. Salah satu komunitas yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat saat ini

    yaitu komunitas motor gede Harley Davidson Club Indonesia Club Indonesia yang

    terbentuk sejak tahun 13 Agustus 1988 di Jakarta. Komunitas ini terbentuk pada awalnya

    dengan tujuan untuk memperbaiki citra buruk motor gede di masyarakat. Setiap anggota

    memanfaatkan komunitas tersebut untuk saling bertukar informasi, melakukan kegiatan-

    kegiatan sosial, bahkan sebagai media untuk membicarakan bisnis yang terjalin antar

    anggota komunitas.

    Dari fenomena tersebut, maka penulisan ini akan membahas mengenai hubungan

    sosial yang terjalin dalam anggota komunitas merek Harley Davidson khususnya di

    Jakarta dalam meningkatkan penjualan perusahaan produk motor perusahaan Harley

    Davidson.

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    3/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 2

    B. Pembahasan & AnalisaMenurut Muniz dan OGuin (2001) komunitas merek adalah kumpulan masyarakat

    yang terikat khusus secara acak (non-geographically) yang didasarkan pada separangkat

    hubungan sosial yang terstruktur yang tergabung antar pengagum sebuah merek.

    Sedangkan menurut Stokburger-Sauer (2010), komunitas merek adalah kelompok

    pengguna dan pengagum sebuah merek yang telibat bersama-sama dalam suatu tindakan

    untuk mencapai tujuan bersama, mengekspresikan perasaan yang saling terikat, dan

    berkomitmen. Won-Moo et al., (2011) menerangkan bahwa komunitas merek merupakan

    wadah untuk berbagi informasi suatu merek antar pelanggan merek tersebut dan

    pelanggan potensial, serta meliputi perilaku kesetiaan (loyalty behaviors) seperti word-

    of-mouth, memberikan opini, dan juga dapat dipertanggungjawabkan komitmen

    komunitas merek tersebut. Terdapat tiga elemen komunitas merek menurut Muniz dan

    OGuin (2001) sebagai berikut:

    1. Consciousness of KindAnggota komunitas pada elemen ini merasa memiliki hubungan penting dengan

    suatu merek dan mereka memiliki hubungan kuat antara satu anggota dengan yang

    lainnnya (Bender, 1978 dalam Muniz dan OGuin, 2001).

    2. Ritual dan tradisiRitual dan tradisi dalam suatu komunitas merupakan suatu proses sosial yang

    menggambarkan ciri dari komunitas tersebut dan ditransmisikan untuk anggota dan

    di luar anggota komunitas tersebut.

    3. Tanggung jawab moral (moral responsibility)Tanggungjawab moral adalah rasa tanggung jawab kepada komunitas secara

    keseluruhan dan setiap individu anggota. Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan oleh Won-Moo et al., (2011) menerangkan bahwa komunitas merek

    memiliki pengaruh kuat untuk mempererat hubungan diantara anggota komunitas,

    merek, dan perusahaan.

    Sehingga melalui komunitas merek dapat mempererat baik hubungan diantara

    anggota komunitas, anggota dengan masyarakat sekitar, maupun masyarakat dengan

    perusahaan. Dalam konteks ini perusahaan jelas diuntungkan sebab komunitas merek

    tentu akan melakukan pembelian ulang, menyebarkan citra perusahaan terhadap

    lingkungan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan, serta membantu perusahaan dalam

    menyebarkan brand awareness kepada masyarakat.

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    4/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 3

    Sejara Komunitas Merek Harley Davidson di Indonesia

    Setelah berakhirnya perang dunia ke-II dan awal kemerdekaan Republik Indonesia,

    masyarakat telah mengenal salah satu kendataan bermotor roda dua dengan merek

    Harley Davidson yang merupakan peninggalan tentara sekutu dan Belanda di Indonesia.

    Kendaraan roda dua Harley Davidson tersebut pada saat itu umumnya digunakan di

    lingkungan instansi militer dan kepolisian sebagai kendaraan dinas untuk tugas-tugas

    pengawalan maupun kurir. Selain itu kendaraan tersebut juga digunakan di perkebunan-

    perkebunan yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera.

    Berbekal pengalaman mereka yang pernah berdinas menggunakan kendaraan motor

    besar tersebut dan adanya sekelompok pecinta otomotif kendaraan roda dua serta yang

    memiliki kesamaan hobi untuk memelihara dan mengendarai motor besar tersebut maka

    mereka mulai mendirikan wadah perkumpulan dan sosialisasi. Perkumpulan ini dalam

    bentuk komunitas-komunitas motor yang pada awalnya dari berbagai jenis kendaraan

    motor besar sepertiHarley Davidson, Norton, Triumph, BSA, dan sebagainya.

    Perkumpulan komunitas pecinta motor besar ini mulai berdiri yang sifatnya secara

    individu sesuai domisili kelompok yang ada. Beberapa kota-kota besar para pecinta

    motor besar ini yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya

    bahkan mencapai di luar Pulau Jawa.

    Di era tahun 1960, para pecinta motor besar khususnyaHarley Davidson yang beradi

    di Jakarta mendirikan komunitas Harley Davidson Club Djakarta (HCD), Harley

    Davidson Club Bandung (HCB), Harley Davidson Club Tjirebon (HCT), Harley

    Davidson Club Semarang (HCS), dan komunitasHarley Davidson lainnya yang tersebar

    di seluruh Indonesia.

    Atas dasar kesamaan ketertatikan, hobi, dan semangat sosial yaitu rasa persaudaraan

    para pecinta Harley Davidson tersebut, maka pada tanggal 13 Agustus 1988 bertepatan

    dengan peringatan hari ulang tahun Harley Davidson Club Jakarta di Jakarta tercetus

    keinginan bersama para pecinta Harley Davidson untuk membentuk organisasi yang

    bersifat nasional sebagai wadah tunggal dari berbagai komunitas yang ada sebelumnya

    yang dikenal sebagaiHarley Davidson Club Indonesia (HDCI).

    Sejak berdirinya HDCI di Indonesia, sejak 1988 memulai untuk menunjukan aktifitas

    yang positif baik bagi para anggota maupun untuk masyarakat sekitar. Hal ini dapat

    dilihat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat touring dengan memperkenalkan

    potensi pariwisatan maupun kegiatan-kegiatan bakti sosial guna membantu masyarakat

    yang kurang mampu dan membantu kegiatan penanggulangan korban bencana alam.

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    5/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 4

    Analisa

    Manusia sebagai makhluk sosial dapat menjalin hubungan antar sesama manusia

    dalam bentuk apa pun. Komunitas merek menjadi salah satu wadah dimana setiap

    individu-individu yang berkumpul dan didasari atas ketertarikan akan sesuatu dan secara

    bersama-sama melakukan kegiatan. Terkait dengan komunitas merek Harley Davidson,

    di mana anggota dari komunitas ini cenderung individu-individu yang memiliki

    pendapatan yang tergolong tinggi. Anggota-anggota komunitas tersebut bergabung

    dalam komunitas tersebut selain untuk melampiaskan kegemaran pada motor besar

    disamping itu untuk bersosialisasi antar profesi baik pengusaha maupun pejabat sebagai

    bentuk mengembangkan relasi.

    Komunitas merek jelas membantu perusahaan dalam berbagai aspek. Perusahaan

    secara tidak langsung dibantu untuk melakukan pemasaran atas merek. Paling tidak

    perusahaan sudah paham kemana akan memasarkan produknya. Selain itu membantu

    meningkatkan penjualan sebab anggota komunitas akan melakukan positive word-of-

    mouthpaling tidak kepada lingkungan sekitar mereka.

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    6/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 5

    C. KesimpulanKomunitas merek dalam interaksi sosial antara anggora komunitas secara individu,

    melalui proses akan menciptakan tata nilai (value) dan sikap (attitutde) yang membawa

    pengaruh terhadap gaya hidup (life style) anggotanya. Semakin positif nilai dan sikap

    yang ditanamkan maka citra yang ditangkap oleh masyarakat cenderung akan baik. Hal

    ini jelas membawa pengaruh positif dan merupakan keuntungan bagi perusahaan merek

    tersebut. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi permintaan akan suatu produk jasa yang

    akan dihasilkan oleh bisnis yang bersangkutan termasuk kelangsungan hidup bisnis itu

    sendiri.

  • 8/13/2019 9 Social Environment

    7/7

    Social Environment

    Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 6

    DAFTAR PUSTAKA

    Muniz, A.M. and OGuinn, T.C. Jr (2001), Brand community, Journal of Consumer

    Research,Vol. 27 No. 4, pp. 412-32.

    Stokburger-Sauer, N. (2010), Brand community: drivers and outcomes, Psychology and

    Marketing, Vol. 27 No. 4, pp. 347-68.

    Won-Moo,H., Kwang-Ho,A., dan Minsung,K (2011), Building brand loyalty through

    managing brand community commitment,Management Decisions. Vol.49

    No.7,pp.1194-1213