8/13/2019 9 Social Environment
1/7
TOPIKAL PAPER
Social Environment
Keuntungan Perusahaan Harley Davidson Melalui
Hubungan Sosial Komunitas Harley Davidson
Pengajar:
Prof. Dr. Djoko Suryo
Annisa Septie Permatasari
12/343650/PEK/18066
REGULER 33 JAKARTA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2013
8/13/2019 9 Social Environment
2/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 1
A. Latar BelakangHubungan sosial merupakan hubungan yang terwujud antara individu dan individu.
Individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok sebagai akibat dari
hasil interaksi sesama mereka. Hubungan sosial antar manusia pun dapat terbentuk
dikarenakan kumpulan manusia tersebut memiliki ketertarikan yang sama atas sesuatu
yang tergabung dalam komunitas. Komunitas adalah sebuah sosial dari beberapa
organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan akan hal yang
serupa.
Dari sekian banyak komunitas, tidak sedikit komunitas yang terbentuk atas
kepemilikan dan ketertarikan akan suatu merek yang sama yang dikenal dengan
komunitas merek (brand community). Menurut Muniz dan OGuin (2001) komunitas
merek merupakan kumpulan masyarakat yang terikat khusus secara acak (non-
geographically) yang didasarkan pada separangkat hubungan sosial yang terstruktur
yang tergabung antar pengagum sebuah merek. Komunitas merek merupakan media
sosial antar anggota pengguna produk atau jasa merek tersebut untuk berbagi informasi
antar anggota dan melakukan berbagai aktivitas secara bersama.
Komunitas saat ini dapat ditemukan hampir di setiap penjuru kota di Indonesia dan
jumlahnya begitu banyak sepeti komunitas bike to work, mobil, baca, seni tari, lukis, dan
sebagainya. Salah satu komunitas yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat saat ini
yaitu komunitas motor gede Harley Davidson Club Indonesia Club Indonesia yang
terbentuk sejak tahun 13 Agustus 1988 di Jakarta. Komunitas ini terbentuk pada awalnya
dengan tujuan untuk memperbaiki citra buruk motor gede di masyarakat. Setiap anggota
memanfaatkan komunitas tersebut untuk saling bertukar informasi, melakukan kegiatan-
kegiatan sosial, bahkan sebagai media untuk membicarakan bisnis yang terjalin antar
anggota komunitas.
Dari fenomena tersebut, maka penulisan ini akan membahas mengenai hubungan
sosial yang terjalin dalam anggota komunitas merek Harley Davidson khususnya di
Jakarta dalam meningkatkan penjualan perusahaan produk motor perusahaan Harley
Davidson.
8/13/2019 9 Social Environment
3/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 2
B. Pembahasan & AnalisaMenurut Muniz dan OGuin (2001) komunitas merek adalah kumpulan masyarakat
yang terikat khusus secara acak (non-geographically) yang didasarkan pada separangkat
hubungan sosial yang terstruktur yang tergabung antar pengagum sebuah merek.
Sedangkan menurut Stokburger-Sauer (2010), komunitas merek adalah kelompok
pengguna dan pengagum sebuah merek yang telibat bersama-sama dalam suatu tindakan
untuk mencapai tujuan bersama, mengekspresikan perasaan yang saling terikat, dan
berkomitmen. Won-Moo et al., (2011) menerangkan bahwa komunitas merek merupakan
wadah untuk berbagi informasi suatu merek antar pelanggan merek tersebut dan
pelanggan potensial, serta meliputi perilaku kesetiaan (loyalty behaviors) seperti word-
of-mouth, memberikan opini, dan juga dapat dipertanggungjawabkan komitmen
komunitas merek tersebut. Terdapat tiga elemen komunitas merek menurut Muniz dan
OGuin (2001) sebagai berikut:
1. Consciousness of KindAnggota komunitas pada elemen ini merasa memiliki hubungan penting dengan
suatu merek dan mereka memiliki hubungan kuat antara satu anggota dengan yang
lainnnya (Bender, 1978 dalam Muniz dan OGuin, 2001).
2. Ritual dan tradisiRitual dan tradisi dalam suatu komunitas merupakan suatu proses sosial yang
menggambarkan ciri dari komunitas tersebut dan ditransmisikan untuk anggota dan
di luar anggota komunitas tersebut.
3. Tanggung jawab moral (moral responsibility)Tanggungjawab moral adalah rasa tanggung jawab kepada komunitas secara
keseluruhan dan setiap individu anggota. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Won-Moo et al., (2011) menerangkan bahwa komunitas merek
memiliki pengaruh kuat untuk mempererat hubungan diantara anggota komunitas,
merek, dan perusahaan.
Sehingga melalui komunitas merek dapat mempererat baik hubungan diantara
anggota komunitas, anggota dengan masyarakat sekitar, maupun masyarakat dengan
perusahaan. Dalam konteks ini perusahaan jelas diuntungkan sebab komunitas merek
tentu akan melakukan pembelian ulang, menyebarkan citra perusahaan terhadap
lingkungan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan, serta membantu perusahaan dalam
menyebarkan brand awareness kepada masyarakat.
8/13/2019 9 Social Environment
4/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 3
Sejara Komunitas Merek Harley Davidson di Indonesia
Setelah berakhirnya perang dunia ke-II dan awal kemerdekaan Republik Indonesia,
masyarakat telah mengenal salah satu kendataan bermotor roda dua dengan merek
Harley Davidson yang merupakan peninggalan tentara sekutu dan Belanda di Indonesia.
Kendaraan roda dua Harley Davidson tersebut pada saat itu umumnya digunakan di
lingkungan instansi militer dan kepolisian sebagai kendaraan dinas untuk tugas-tugas
pengawalan maupun kurir. Selain itu kendaraan tersebut juga digunakan di perkebunan-
perkebunan yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera.
Berbekal pengalaman mereka yang pernah berdinas menggunakan kendaraan motor
besar tersebut dan adanya sekelompok pecinta otomotif kendaraan roda dua serta yang
memiliki kesamaan hobi untuk memelihara dan mengendarai motor besar tersebut maka
mereka mulai mendirikan wadah perkumpulan dan sosialisasi. Perkumpulan ini dalam
bentuk komunitas-komunitas motor yang pada awalnya dari berbagai jenis kendaraan
motor besar sepertiHarley Davidson, Norton, Triumph, BSA, dan sebagainya.
Perkumpulan komunitas pecinta motor besar ini mulai berdiri yang sifatnya secara
individu sesuai domisili kelompok yang ada. Beberapa kota-kota besar para pecinta
motor besar ini yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya
bahkan mencapai di luar Pulau Jawa.
Di era tahun 1960, para pecinta motor besar khususnyaHarley Davidson yang beradi
di Jakarta mendirikan komunitas Harley Davidson Club Djakarta (HCD), Harley
Davidson Club Bandung (HCB), Harley Davidson Club Tjirebon (HCT), Harley
Davidson Club Semarang (HCS), dan komunitasHarley Davidson lainnya yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Atas dasar kesamaan ketertatikan, hobi, dan semangat sosial yaitu rasa persaudaraan
para pecinta Harley Davidson tersebut, maka pada tanggal 13 Agustus 1988 bertepatan
dengan peringatan hari ulang tahun Harley Davidson Club Jakarta di Jakarta tercetus
keinginan bersama para pecinta Harley Davidson untuk membentuk organisasi yang
bersifat nasional sebagai wadah tunggal dari berbagai komunitas yang ada sebelumnya
yang dikenal sebagaiHarley Davidson Club Indonesia (HDCI).
Sejak berdirinya HDCI di Indonesia, sejak 1988 memulai untuk menunjukan aktifitas
yang positif baik bagi para anggota maupun untuk masyarakat sekitar. Hal ini dapat
dilihat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat touring dengan memperkenalkan
potensi pariwisatan maupun kegiatan-kegiatan bakti sosial guna membantu masyarakat
yang kurang mampu dan membantu kegiatan penanggulangan korban bencana alam.
8/13/2019 9 Social Environment
5/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 4
Analisa
Manusia sebagai makhluk sosial dapat menjalin hubungan antar sesama manusia
dalam bentuk apa pun. Komunitas merek menjadi salah satu wadah dimana setiap
individu-individu yang berkumpul dan didasari atas ketertarikan akan sesuatu dan secara
bersama-sama melakukan kegiatan. Terkait dengan komunitas merek Harley Davidson,
di mana anggota dari komunitas ini cenderung individu-individu yang memiliki
pendapatan yang tergolong tinggi. Anggota-anggota komunitas tersebut bergabung
dalam komunitas tersebut selain untuk melampiaskan kegemaran pada motor besar
disamping itu untuk bersosialisasi antar profesi baik pengusaha maupun pejabat sebagai
bentuk mengembangkan relasi.
Komunitas merek jelas membantu perusahaan dalam berbagai aspek. Perusahaan
secara tidak langsung dibantu untuk melakukan pemasaran atas merek. Paling tidak
perusahaan sudah paham kemana akan memasarkan produknya. Selain itu membantu
meningkatkan penjualan sebab anggota komunitas akan melakukan positive word-of-
mouthpaling tidak kepada lingkungan sekitar mereka.
8/13/2019 9 Social Environment
6/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 5
C. KesimpulanKomunitas merek dalam interaksi sosial antara anggora komunitas secara individu,
melalui proses akan menciptakan tata nilai (value) dan sikap (attitutde) yang membawa
pengaruh terhadap gaya hidup (life style) anggotanya. Semakin positif nilai dan sikap
yang ditanamkan maka citra yang ditangkap oleh masyarakat cenderung akan baik. Hal
ini jelas membawa pengaruh positif dan merupakan keuntungan bagi perusahaan merek
tersebut. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi permintaan akan suatu produk jasa yang
akan dihasilkan oleh bisnis yang bersangkutan termasuk kelangsungan hidup bisnis itu
sendiri.
8/13/2019 9 Social Environment
7/7
Social Environment
Annisa Septie .P_Reg33Jkt_12/343650/PEK/18066 Page 6
DAFTAR PUSTAKA
Muniz, A.M. and OGuinn, T.C. Jr (2001), Brand community, Journal of Consumer
Research,Vol. 27 No. 4, pp. 412-32.
Stokburger-Sauer, N. (2010), Brand community: drivers and outcomes, Psychology and
Marketing, Vol. 27 No. 4, pp. 347-68.
Won-Moo,H., Kwang-Ho,A., dan Minsung,K (2011), Building brand loyalty through
managing brand community commitment,Management Decisions. Vol.49
No.7,pp.1194-1213