89510684-makalah-hidrosefalus.doc

30
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Hidrosefalus adalah kesatuan klinik yang dibedakan oleh tiga faktor: peninggian tekanan intraventrikuler, penambahan volume CSS, dan dilatasi rongga CS. Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, volume CSS, dan ukuran ventrikel menimbulkan kelainan berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel, separasi sutura, tanda MacEwen positif, fenomena setting sun, scalp yang mengkilap, dilatasi vena scalp, strabismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitched, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrosefalus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampil hingga pasien mulai berjalan, dimana keadaan ini dibuktikan dengan langkah berdasar, lebar para paresis, hemianopia bitemporal, dan retardasi mental. Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 1

description

SEMANGAT

Transcript of 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

Page 1: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan

pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Hidrosefalus adalah kesatuan

klinik yang dibedakan oleh tiga faktor: peninggian tekanan intraventrikuler,

penambahan volume CSS, dan dilatasi rongga CS.

Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, volume CSS, dan ukuran

ventrikel menimbulkan kelainan berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel,

separasi sutura, tanda MacEwen positif, fenomena setting sun, scalp yang mengkilap,

dilatasi vena scalp, strabismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitched, postur

opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang.

Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada

sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrosefalus yang

berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampil hingga pasien mulai berjalan, dimana

keadaan ini dibuktikan dengan langkah berdasar, lebar para paresis, hemianopia

bitemporal, dan retardasi mental.

Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus

konginetal adalah 0,5- 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43 % disebabkan oleh

stenosis aquaductus serebri.

Oleh karena itu , penulis tertarik untuk mengangkat judul yang berkaitan dengan

hidrosefalus ini.

1

Page 2: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

2. TUJUAN

2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai

cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus

hidrosefalus.

2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian,patofisiologi,manifestasi klinik dan etiologi pada penyakit

hidrosefalus

b.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak hidrosefalus

c.Melakukan pengkajian anamnesa pada bayi dengan hidrosefalus

d.Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan

terhadap bayi dengan hidrosefalus

e.Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan

pada bayi dengan hidrosefalus

f.Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan atau intervensi

terhadap bayi dengan hidrosefalus

g.Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi berdasarkan interpretasi

data yang yang ditentukan

h.Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada bayi

dengan hidrosefalus

i.Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada bayi dengan

hidrosefalus

2

Page 3: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang

menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan

pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.(Poppy Wijaya,2006).

Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan

serebrospinalis ( CSS ) dengan atau pernah dengan tekanan intra kronial yang meninggi

sehingga terdapat pelebaran ruangan mengalirkan CSS. ( Ilmu Kesehatan Anak 2 , hal 238 ).

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventikrel serebral, ruang

subarachnoid atau ruang subdural. ( Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 hal 496 ).

Hidrocefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan

serebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga

terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirkan CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan

cairan local tanpa tekanan intrakranial yang meniggi seperti pada pelebaran ruangan CSS

akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan, sesudah terjadinya atrofi otak.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatn Anak Fak.Kedokteran UI.Ilmu Kesehatan Anak jilid:2,hal.874).

Hidrocefalus merupakan pembesaran abnormal dari ventrikel otak yang disebabkan

oleh peningkatan gradien tekanan antara cairan intraventrikel dan otak. (Rosa M.Sacharin.

Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi:2, Hal.285).

Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya CSS

dengan atau pernah dengan tekanan intracranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat

pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Hal

196).

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,

sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209).

Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi

cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau

kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta

terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

3

Page 4: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam

otak(cairan serebro spinal).Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak

yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang

vital.(http://ms32.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal

%2Fitem).

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan

absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi

pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. (Divisi Neuropediatri

Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak – FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya).

Jadi hidrosefalus adalah suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya

cairan serebrospinal.

B. Patofisiologi

CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam

ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini

memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis

dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi

arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan

sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam

plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus

lymphaticus).(Poppy Wijaya,2006).

Hidrocefalus terjadi karena obstruksi aliran cairan serebrospinal, gangguan absorpsi

CSS, dan produksi CSS yang berlebihan. Bayak factor penyebab terjadinya hidrosefalus,

termasuk tumor, malformasi vaskuler, dan trauma serebri. ( Keperawatan Pediatri edisi 3, hal:

223).

Sekresi total CSS dalam 24 jam adalah sekitar 500-600cc,sedangkan jumblah total

CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS

sebanyak 4-5 kali/hari.Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50 cc dan akan

meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa. Hidrosefalus timbul

akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan absorpsi dan gangguan sirkulasi

CSS. Selain akibat gangguan pada produksi, absorpsi, dan sirkulasi,hidrosefalus juga dapat

timbul akibat Disgenesis serebri dan atrofi serebri. ( Poppy Wijaya,2006).

4

Page 5: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

SKEMA PATOFISIOLOGI HIDROCEPALUS

C. Etiologi

Penyebab terjadinya hidrosefalus pada bayi dan anak dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Penyebab bawaan (kongenital):

1) Stenosis akuaduktus silvii (10%)

2) Malformasi Dandy-Walker (2-4%)

3) Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan 2

4) Agenesis Foramen Monro

5) Toksoplasmosis kongenital

6) Sindroma Bickers-Adams

b. Penyebab dapatan:

1) Tumor (20%), misalnya meduloblastoma, astrositoma, kista, abses atau hematoma

2) Perdarahan intraventrikular

5

Hidrocefalus

CSS BerlebihKepala membesar Peningkatan TIK

Mual / muntah

Lemas, Nyeri, lelah,letih

Gangguan aliran darah ke otak

Perfusi jaringan serebral tak efektif

Penurunan fungsi neurologis

Krisis pada keluarga

Proses perubahan keluarga cemas

Kurang pengetahuan

Kurang info

Kulit meregang hingga tipis / pasien tidak dapat bergerak atau menggerakkan kepala

Kerusakan mobilisasi

Resiko terjadi dekubitus

Page 6: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

3) Meningitis bakterial

4) Peningkatan tekanan sinus venosus (akondroplasia, kraniostenosis atau trombosis

venous)

5) Iatrogenik: Hipervitaminosis A dapat menyebabkan peningkatan sekresi cairan

serebrospinal atau meningkatkan permeabilitas sawar darah otak, sehingga

menimbulkan hidrosefalus.

D. Klasifikasi dan Manifestasi klinik

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus

tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal

menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran

likuor.

Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.

Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi

ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi

kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada

orang tua. (Darsono, 2005)

D.1 Manifestasi Klinis

Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat

ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang

menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari

hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan

pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan

ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi

dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari

biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala

6

Page 7: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter

Paul Rickham, 2003)

2. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi

intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda

(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi

pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang

progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran

lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania

biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:

1. Fontanel anterior yang sangat tegang.

2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.

4. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

5. Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar

dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan

kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala

gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).

(Darsono, 2005:213)

E. Gejala Klinis

1. Bayi

Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :

a. Kepala makin membesar

b. Veba-vena kepala prominen

c. Ubun-ubun melebar dan tegang

d. Sutura melebar

e. “Cracked-pot sign”, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah

semangka pada perkusi kepala

f. Perkembangan motorik terlambat

g. Perkembangan mental terlambat

h. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)

i. “Cerebral cry”, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar

j. Nistagmus horisontal

7

Page 8: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

k. “Sunset phenomena”, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan

penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris

seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.

2. Anak:

Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan

intrakranial:

a. Muntah proyektil

b. Nyeri kepala

c. Kejang

d. Kesadaran menurun

e. Papiledema

F. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik:

a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk

melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

b. Transiluminasi

Pemeriksaan darah:

a. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

Pemeriksaan cairan serebrospinal:

Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa

Pemeriksaan radiologi:

a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

Diagnosa Banding

·        Bayi sehat

·        Ciri keluarga (“familial feature”)

·        Megaensefali

·        Hidranensefali

·        Tumor otak

·        Cairan subdural (”subdural effusion”)

8

Page 9: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

G. KOMPLIKASI  

1. Peningkatan TIK

2. Infeksi malfungsi pirau

3. Keterlambatan perkembangan kognitif, psikososial, dan fisik

4. IQ menurun

5. Hernia serebri

6. Kejang

7. Renjatan

H. PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi

Mengurangi volume cairan serebrospinalis:

a. Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan 25

mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)

b. Furosemide 1 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3-4 dosis

Catatan: Lakukan pemeriksaan serum elektrolit secara berkala untuk mencegah

terjadinya efek samping. Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika sesuai kuman

penyebab.

2. Terapi

a. Terapi medikamentosa

Obat-obatan yang sering dipakai untuk terapi ini adalah:

- Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis: Per oral, 2-3 x 125 mg/hari. Dosis ini dapat ditingkatkan

maksimal 1.200 mg/hari.

- Furosemid

Cara pemberian dan dosis: Per oral 1,2 mg/kg BB 1x/hari atau injeksi IV 0,6 mg/kg

BB/hati. Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.

1. Terapi pintas / “Shunting”

Ada 2 macam:

- Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:

pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

- Internal

9

Page 10: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain

a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

c) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.

d) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

e) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

b. “Lumbo Peritoneal Shunt”

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi

terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

Teknik Shunting

1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,

ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.

2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.

3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal

dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak

di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan

yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.

4) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan

jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax ujung distal setinggi 6/7).x-ray

5) Ventriculo-Peritneal Shunt

a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.

Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak

diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.

Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan

CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

I. PROGNOSIS

Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis

serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena

penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia.

Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai

kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005). Pada kelompok yang dioperasi, angka

kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar

10

Page 11: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat

tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)

Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau

tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang

bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata).

BAB III

11

Page 12: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Wawancara

DS :

a. Pengertian penyakit oleh keluarga/pasien

b. Kemampuan pasien untuk mengerti

c. Pernyataan sakit kepala, mual-muntah, kejang

d. Pernyataan kepalanya membesar

DO :

a. Lingkar kepala melebihi normal

b. Terjadi peningkatan TIK (mual, muntah, kejang)

c. Fortanella/Sutura belum menutup

d. Tingkat kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi,

lethargi

e. Status tanda-tanda vital bervariasi terhadap nadi dan tekanan darah

Riwayat Kesehatan

Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan

adanya:

a. Riwayat trauma sewaktu lahir

b. Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir,

infeksi, neoplasma

c. Riwayat keluarga

2. Pemerikasaan fisik

a. Sakit kepala, mual, muntah, kejang

12

Page 13: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

b. Penurunan kesadaran yang bisa diamati adalah gelisah, disorientasi,

lethargi

c. Sunset sign pada mata

d. TTV yang bervariasi untuk tiap individu

e. Pembesaran lingkar kepala

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Neurologi

Untuk mengetahui status neurologis pasien, misalnya gangguan

kesadaran, motoris/kejang, edema pupil saraf otak II

b. Pengukuran lingkar kepala

Untuk mengetahui Progrestivitas atau perkembangan lingkar kepala

c. CT Scan

Untuk mengetahui adanya kelainan dalam otak dengan menggunakan

radio isotop, radioaktif dan scanner

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan

menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat

bayangan struktur tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume cairan

serebrospinal

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt

4. Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi

13

Page 14: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

C. TUJUAN (NOC)

1. Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

volume cairan cerebrospinal.

NOC : Status sirkulasi

Kriteria hasil NOC :

a. Menunjukkan status sirkulasi ditandai dengan indikator berikut:

1) TD sistolik dan diatolik dalam rentang yang diharapkan

2) Tidak ada hipotensi otastik

3) Tidak ada bising pembuluh darah besar

b. Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai dengan indikator:

1) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kemampuan

2) Menunjukkan perhatian, konsentrasi serta orientasi

3) Menunjukkan memori jangka lama dan saat ini

4) Memproses informasi

5) Membuat keputusan dengan benar

2. Diagnosa II : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

NOC :

a. Level nyeri

- Laporan nyeri

- Frekwensi nyeri

- Lamanya nyeri

- Ekspresi wajah terhadap nyeri

- Kegelisahan

- Perubahan TTV

- Perubahan ukuran pupil

b. Kontrol Nyeri

- Menyebutkan faktor penyebab

- Menyebutkan waktu terjadinya nyeri

14

Page 15: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

- Menggunakan analgesik sesuai indikasi

- Menyebutkan gejala nyeri

3. Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shunt

Kriteria Hasil NOC :

a. Kontrol Resiko

Kriteria hasil NOC :

- Dapat memonitor faktor resiko

- Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko

- Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan faktor resiko

- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko

b. Deteksi Resiko

Kriteria hasil NOC :

- Mengtahui atau mengungkapkan tanda dan gejala tentang indikasi resiko.

- Menggunakan sumber untuk menyediakan informasi tentang resiko

potensial.

- Berpartisipasi dalam pemeriksaan.

4.Diagnosa IV: Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep

diri

Kriteria Hasil NOC:

a) Anxiety control

- Monitor intensitas dari cemas

- Mencari informasi untuk menurunkan cemas

- Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

- Melakukan hubungan sosial untuk memusatkan konsentrasi

- Kontrol respon cemas

b) Coping

- Identifikasi pola koping yang efektif

- Identifikasi pola koping yang tidak efektif

- Kontrol cara pasien dalam mengungkapkan perasaannya dengan kata – kata

- Laporkan penurunan stress

- Pakai perilaku untuk peenurunan stress

15

Page 16: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

5.Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber

informasi

NOC :

a.Knowledge : Disease Process (1803)

- Kenalkan dengan nama penyakit

- Gambarkan dari proses penyakit

- Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

- Jelaskan faktor resiko

- Jelaskan efek dari penyakit

- Jelaskan tanda dan gejala

b.Knowledga Illness care (1824

- Proses penyakit

- Pengendalian infeksi

- Pengobatan

- Prosedur pengobatan

- Perawatan terhadap penyakit

D. INTERVENSI (NIC)

Diagnosa I : Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan volume

cairan cerebrospinal.

Intervensi NIC

1. Pantau hal-hal berikut ini

a. Tanda – tanda vital

b. Sakit kepala

c. Tingkat kesadaran dan orientasi

d. Diplopia inistagmus, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan

e. Pemantauan TIK

- Pemantauan TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan

- Pantau tekanan perfusi jaringan

- Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus

b. Penatalaksanaan sensasi perifer

- Pantau adanya parestes: mati rasa atau adanya rasa kesemutan

- Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

16

Page 17: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

2. Aktivitas kolaboratif

a. Pertahankan parameter termodinamik dalam rentang yang dianjurkan

b. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler, sesuai permintaan

c. Berikan obat yang menyebabkan Hipertensi untuk mempertahankan tekanan

perfusi serebral sesuai dengan permintaan

d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai dengan 45 derajat, bergantung

pada kondisi pasien dan permintaan medis

e. Berikan loap diuretik dan osmotik, sesuai dengan permintaan.

Diagnosa II : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

Intervensi NIC :

a. Manajemen Nyeri

- Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi

nyeri.

- Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, terutama jika tidak

dapat berkomunikasi secara efektif.

- Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat.

- Tentukan dampak nyeri terhadap kwalitas hidup (misal ; tidur, aktivitas,

dll).

- Evaluasi dengan pasien dan tim kesehatan, efektivitas dari kontrol nyeri

pada masa lalu yang biasa digunakan.

- Kaji pasien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan pendukung.

- Berikan info tentang nyeri, misal; penyebab, berapa lama akan berakhir

dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

- Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon pasien

untuk ketidaknyamanan (misal : temperatur rungan cahaya dan

kebisingan).

- Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi,

guided imagery, therapi musik, distraksi, dll).

17

Page 18: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

Diagnosa III: Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan penempatan shutrl

Intervensi NIC :

a.Kontrol Infeksi

Aktivitas :

- Gunakan sarung tangn steril

- Pelihara lingkungan yang tetap aseptik.

- Batasi pengunjung

- Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi

infeksi laporkan kepada petugas kesehatan.

- Anjurkan intake nutrisi yang baik.

b.Identifikasi Resiko.

Aktivitas :

- Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan secara berkelanjutan

- Menentukan sumber yang finansial.

- Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko.

- Tentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.

Diagnosa IV: Ketakutan atau kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

Intervensi NIC:

a.Penurunan cemas

- Ciptakan lingkungan yang tenang untuk mengurangi cemas

- Menyediakan informasi yang benar dan jelas tentang diagnosis dan program

perawatan yang diberikan

- Kaji penyebab kecemasan pasien

- Anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien guna mengurangi kecemasan

- Identifikasi perubahan tingkat kecemasan pasien

b.Teknik ketenangan

- Pertahankan kontak mata dengan pasien

- Duduk dan berbincang – bincang dengan pasien

- Ciptakan suasana yang tenang

- Gunakan teknik distraksi

- Berikan obat anti cemas

- Instruksikan pasien dengan metoda penurunan cemas (mengurangi cemas).

18

Page 19: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

Diagnosa V: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi.

Intervensi NIC :

a. Teaching Disease Process

Aktifitas :

- Jelaskan patofisiologi penyakit

- Jelaskan tanda dan gejala dari penyait

- Jelaskan proses penyakit

- Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit

- Diskusikan pilihan perawatan

b. Teaching : Prosedur / Treatment

Aktifitas :

- Informasikan kepada pasien kapan dan dimana prosedur perawatan

dilakukan

- Informasikan kepada pasien tentang berapa lama prosedur dilakukan

- Jelaskan tujuan dari prosedur / perawatan

- Gambarkan aktifitas sebelum prosedur dilakukan

- Jelaskan prosedur tindakan

19

Page 20: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran

ventrikel.

Insiden hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus

konginetal adalah 0,5- 1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11 % - 43 % disebabkan oleh stenosis

aquaductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga

dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur.

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a) mengurangi produksi CSS

b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Hal yang sangat penting dalam penanganan kasus hidrosefalus ini adalaqh kejadian

infeksi akibat penatalaksanaan dan asuhan yang diberikan tidak tepat.

2. Saran

Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus hidrosefalus

untuk tidak berkecil hati karena ada masih ada cara pengobatan yang dapat dilakukan.

Pengobatan tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembangnya

dikemudian hari.

Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan asuhan

yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat menurunkan

angka kematian pada bayi.

20

Page 21: 89510684-makalah-hidrosefalus.doc

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku Ajar

Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

Tucker,Susan Martin dkk.2008.Standar perawatan pasien edisi 5.Jakarta:EGC.

Wilkinson,Judith M.2007.Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC.Jakarta EGC.

Carpenito/Moyeth,Lynda Juall.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC.

21