Cepat hamil, Cara Cepat Hamil, Cara Hamil Cepat, Agar Cepat Hamil
86339288 Deteksi Hamil Lanjut
-
Upload
putu-kumara-jaya -
Category
Documents
-
view
90 -
download
1
description
Transcript of 86339288 Deteksi Hamil Lanjut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Deteksi Dini
2.1.1 Pengertian
Terdapat dua pengertian deteksi dini yaitu menurut UNDP/UNISDR dan PP No.
50/2005
1. Menurut UNDP/UNISDR
Suatu mekanisme yang berupa pemberian informasi secara tepat waktu dan
efektif, melalui institusi yang dipilih agar masyarakat/individu di daerah rawan
mampu mengambil tindakan menhindari atau mengurangi resiko dan mampu
bersiap-siap untuk merespon secara efektif.
2. PP No. 50/2005
Upaya memberitahukan kepada warga yang berpotensi dilanda suatu masalah
untuk menyiagakan merak dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah
2.1.2 Tujuan
1. Deteksi dini jika ada komplikasi kehamilan
2. Mempertahankan meningkatkan kesehatan selam kehamilan
3. Mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan
4. Mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya
5. Meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir premature, berat badan
lahir rendah, lahir mati ataupun mengalami kematian saat hamil.
2.1.3 Cara Deteksi Dini
1. Pemahaman konflik yang sudah pernah terjadi (database konflik)
2. Koordinasi antar instansi yang terkait
3. Peran serta masyarakat
2.2 Alat Deteksi Dini Komplikasi Hamil Lanjut - Persalinan
2.2.1 Skor Poedji Rochjati
1. Pengertian
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang
memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan
terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007).
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan
bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor
memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan
jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12 (Rochjati
Poedji, 2003: 27-28).
2. Tujuan Sistem Skor
a. Membuat pengelompokan dari ibu hamil (KRR,KRT, KRST) agar berkembang
perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu
hamil.
b. Melakukan pemberdayaan dari ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar
peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan
transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
3. Fungsi Skor
a. Alat komunikasi informasi dan edukasi / KIE bagi klien/ibu hamil, suami,
keluarga dan masyarakat. Skor diigunakan sebagai sarana KIE yang mudah
diterima, diingat, dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan
menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukan. Dengan demikian
berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya, dan transportasi ke rumah
sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat.
b. Alat peringatn bagi petugas kesehatan. Agar lebih waspada, lebih tinggi jumlah
skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi
dan lebih intensif penanganannya.
4. Cara Pemberian Skor
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan
faktor risiko diberi nilai 2, 4 dan 8. Umur dan
paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2
sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4
kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang,
perdarahan antepartum dan pre-eklamsi
berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko
dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu
Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang telah
disusun dengan format sederhana agar mudah
dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003: 126).
Keterangan :
a. Ibu hamil dengan skor 6-10 dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
(bidan,dokter) di Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit.
b. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di Rumah Sakit ditolong dokter.
5. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan
persalinan aman.
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di
rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun
membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK memberi penyuluhan agar
pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau
puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada
letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk
melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan
dokter spesialis (Rochjati Poedji, 2003: 132).
6. Batasan Faktor Resiko pada Ibu Hamil
KELOMPOK FR I/ Ada potensi resiko
1). Primi Muda : Terlalu Muda, hamil pertama umur 16 tahun atau kurang
2). Primi Tua : a. Terlalu lambat hamil I setelah kawin 4 tahun lebih
b. Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih
3). Anak terkecil ˂ 2 tahun : terlalu cepat punya anak lagi, terkecil ˂ 2 tahun
4). Primi Tua sekunder : Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih
5). Grande Multi : Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih
6). Umur ≥ 35 tahun : Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih
7). Tinggi Badan ≤ 145 : Terlalu pendek. Pada hamil pertama, kedua atau lebih
belum pernah melahirkan normal dengan bayi cukup bulan dan hidup.
8). Pernah Gagal Kehamilan : hamil kedua yang pertama gagal, hamil ketiga/
lebih gagal 2 kali/terakhir lahir mati
9). Pernah Melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/vakum
b. Uri dirogoh/uri manual
c. Perdarahan PP diberi infus
10). Bekas Operasi Sesar : Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar sebelum
kehamilanini
KELOMPOK FR II/ Ada Resiko
11). Ibu Hamil Dengan Penyakit :
a. Anemia : Pucat, lemas badan, lekas lelah lesu
b. Malaria : Panas Tinggi menggigil, keluar keringat, sakit kepala, muntah-
muntah
c. Tuberkulosa Paru : Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah, badan
lemas, kurus
d. Payah Jantung : Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak
e. Penyakit lain : PSM
12). Keracunan kehamilan/Preeklamsi : Bengkak pada muka dan tungkai;
tekanan darah tinggi; albumin terdapat dalam air seni
13). Hamil Kembar/ gemeli : Perut ibu sangat membesar, gerakan anak terasa di
banyak tempat
14). Kembar Air/ Hidramnion : Perut ibu sangat membesar, gerakan dari anak
tidak begitu terasa
15). Janin mati dalam kandungan : Ibu hamil tidak terasa gerakan anak lagi
16). Hamil lebih bulan (post date/Serotinus) : Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2
minggu belum melahirkan.
17). Letak Sungsang : di atas perut : kepala bayi ada diatas dalam rahim
18). Letak Lintang : Disamping perut : kepala bayi didalam rahim terletak
disebelah kanan atau kiri
KELOMPOK FR. III/ Ada Gawat Darurat
19). Perdarahan : Mengeluarkan darah pada waktu hamil ini
20). Eklamsia : terjadi kejang-kejang pada hamil 7 bulan lebih pada ibu dengan
keracunan kehamilan
2.2.2 Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS)
Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara
persalinan y a n g d i b u t u h k a n , h a r u s d i t a m b a h k a n s a t u a l a t y a n g
m u d a h d i g u n a k a n d a n d a p a t memperkirakan terjadinya distosia (persalinan
sulit atau disfungsional) sebelum persalinan dimulai, sehingga rujukan
terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan persalinan
yang dikembangkan oleh Soedarto.
Cara pengukuran :
a). Dilakukan pada ibu hamil aterm (>38 minggu), janin tunggal, preskep tanpa
kelainan yang berpengaruh terhadap pengukuran misalnya hidrosefalus, plasenta
previa dll.
b). Dilakukan pengukuran TFU : hasil di plot pada sumbu “tinggi fundus uteri (f.u)”
c). Dilakukan pengukuran telapak kaki kanan terpanjang : hasil di plot pada sumbu
“panjang telapak kaki kanan” perpotongaGrafiknya terdiri dari 4 area / daerah,
yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah
Penilaian :
a). Perpotongan proyeksi kedua pengukuran pada grafik akan jatuh pada salah satu
daerah
b). Untuk menentukan terjadinya disproporsi sefalopelvik
c). Tempat persalinan
1). Daerah hijau tua
Menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah masih
bisa dilakukan dengan aman.
2). Daerah hijau muda
Menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di rumah dapat
dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.
3). Daerah kuning
Menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga
kesehatan atau harus dirujuk (Rumah Sakit)
4). Daerah merah
Mmenunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan
(Rumah Sakit) (Poedji Rochjati, 2003).
2.2.3 Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil / Buku KIA
Kartu menuju sehat ibu hamil adalah suatu bentuk kartu yang disimpan oleh
ibu sendiri sebagai alat yang dapat memantau perkembangan ibu selama kehamilan
dan juga digunakan sebagai penyuluhan. Pemantau keadaan kesehatan dan gizi ibu
hamil serta alat komunikasi antara pemberi pelayanan antenatal. KMS juga
memberikan informasi mendalam yang mudah didapatkan tentang kesehatan
seorang wanita sebelum kehamilan pertama, selama kehamilan, persalinan, masa
nifas dan masa antara kehamilan berikutnya serta status keluarga berencana
(Dep.KesRI,1996).
KMS ibu hamil dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memantau kesehatan,
gizi, pertumbuhan janin, berat badan (BB), tekanan darah (TD), denyut jantung
janin (DJJ), hemoglobin (HB), pemberian tablet Fe, pemberian TT, letak janin, dan
dapat membantu dalam mendeteksi pre-eklamsi, anemia, dan resiko tinggi lainnya
(Depkes R.I, 1999).
2.2.4 Gravidogram
Gravidogram merupakan alat untuk mendeteksi adanya pertumbuhan janin
terhambat karena ketidaksesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia persalinan.
Gambar.Gravidogram
2.2.5 Ultrasonografi
USG merupakan salah satu alat diagnosa yang menggunakan frekuensi tinggi
untuk menciptakan gambar janin. USG bisa menghasilkan gambar yang disebut
sonogram yang memperlihatkan jaringan lunak dengan sangat rinci. USG yang bisa
juga menampilkan gambar bergerak yang bisa dilihat di monitor televisi dan bisa
direkam dengan kamera polaroid.
USG merupakan prosedur yang sangat sederhana dan cepat, hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja. Pemeriksa akan menggunakan
transducer, yaitu alat kecil yang bisa digenggam. Alat ini diletakkan pada perut ibu
hamil dan digerakkan maju mundur. Transducer ini akan mengirimkan gelombang
suara ketika mengenai tempat janin berada, sehingga menghasilkan gambar pada
monitor.
Saat ini telah ditemukan USG yang transducer-nya dimasukkan ke dalam
vagina. Transvaginal USG ini akan menghasilkan gambar perkembangan janin pada
tahap awal yang tidak mungkin diperoleh jika menggunakan USG biasa (Meser,
2009: 158).
Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis perkembangan janin pada
setiap trimester. Hal itu sangat ditekankan oleh dr. Rudiyanti, Sp.OG. Dijelaskan
olehnya, pada kehamilan trimester pertama: meyakinkan adanya kehamilan,
menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi, menentukan kondisi
bayi jika ada kemungkinan kelainan bawaan, menentukan penyebab perdarahan atau
bercak darah dini pada kehamilan muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan
lokasi janin apakah di dalam atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika tidak
ada denyut jantung atau pergerakan janin, dan mendiagnosis adanya janin kembar.
Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai jumlah air
ketuban (dx: polihidramnion), menentukan kondisi plasenta (dx: plasenta
previa,solusio plasenta), menentukan ukuran janin (dx: makrosomi, gemelli),
memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya (dx: gawat janin),
menentukan letak janin apakah sungsang atau terlilit tali pusat, serta untuk melihat
kemungkinan adanya tumor (Meser, 2009: 159).
2.3 Contoh Kasus
2.3.1 Gemeli
1). Pengertian
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau
lebih (Mochtar, 1998).
Kehamilan ganda yaitu apabila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari
satu (Hanifa, 2006).
2). Deteksi
a). Mengalami mual-muntah atau morning sickness yang lebih parah. Jika memang
sedang hamil bayi kembar, kadar hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin)
pada air kemih mungkin juga meningkat. Hormon hCG diperlukan untuk menjaga
kehamilan sampai plasenta berkembang.Hormon ini bisa dideteksi melalui darah
atau melalui urine (saat Anda ingin mengetahui kehamilan lewat test pack) bahkan
sebelum menstruasi Anda berhenti. Dalam kehamilan tunggal, biasanya
konsentrasi hCG meningkat cepat selama minggu pertama, dan menjadi ganda
setiap dua atau tiga hari. Nah, kadar hCG ini bisa meningkat bila terjadi kehamilan
kembar, dan membuat Anda mengalami morning sickness (atau all day sickness)
lebih parah.
b). Kebanyakan wanita (tidak semua) yang hamil bayi kembar memiliki gejala
kehamilan yang lebih intens, disebabkan oleh hormon ekstra yang bersirkulasi
melalui sistem mereka. Mungkin payudara Anda terasa lebih bengkak, lebih sering
buang air kecil, lapar sepanjang waktu, dan cepat lelah. Dalam trimester kedua,
Anda mungkin juga kesulitan menangkap nafas, kaki dan tangan membengkak
(edema), penambahan berat badan dan pembesaran rahim yang tidak normal, serta
gerakan janin yang kuat. Masalah anemia atau kekurangan zat besi (yang
menurunkan hemoglobin) juga biasa terjadi pada kehamilan kembar.
c). Pertambahan berat badan meningkat cepat pada trimester pertama, dan ini bisa
menjadi petunjuk pertama bahwa Anda membawa lebih dari satu janin. Jika Anda
menerapkan pola makan dengan baik, Anda tak perlu khawatir. Sebuah studi yang
diterbitkan dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology menekankan
pentingnya penambahan berat badan di masa awal kehamilan kembar, karena
penambahan di dua trimester pertama terbukti memiliki pengaruh yang lebih besar
pada berat bayi lahir.
d). Ukuran Anda cukup besar untuk usia kehamilan. Pada pemeriksaan pertama
mungkin Anda akan diberitahu bahwa rahim Anda akan terus membesar. Jika
periode menstruasi Anda yang terakhir mengindikasikan kehamilan 8 minggu,
rahim Anda mungkin terasa seperti sudah 10-12 minggu. Hal ini tentu harus
dibuktikan dengan pemeriksaan USG. Begitu kehamilan berlanjut, jika Anda
memang mengandung dua janin, ukuran rahim akan membesar mengikuti usia
kehamilan secara konsisten. Rahim yang menyimpan satu janin mungkin akan
mencapai 38 x 40 cm tingginya, diukur dari tulang pubik. Sedangkan kehamilan
kembar mungkin akan mencapai 48 cm.
e). Anda akan mendapat informasi bahwa kadar AFP (alpha fetoprotein) Anda
meningkat. Kadar AFP, protein yang dilepaskan oleh bayi ketika ia tumbuh dan
ditemukan dalam darah ibu, dapat meningkat ketika ada lebih dari satu bayi.
Normalnya tes darah secara sederhana akan diberikan 16-18 minggu sejak
menstruasi Anda yang terakhir. Pemeriksaan alpha fetoprotein mendeteksi lebih
dari separuh kehamilan kembar.
f). Dokter Anda dapat mendengarkan dua detak jantung. Dua detak jantung yang
terpisah dapat dibuktikan sampai usia kehamilan 12 minggu. Pada sekitar usia 28
minggu, sangat mungkin untuk membedakan dua kepala janin dan beberapa bagian
kecil ketika melakukan pemeriksaan USG.
g). Hasil pemeriksaan USG Anda positif. Jika Anda percaya bahwa Anda memang
sedang hamil bayi kembar, USG dapat dilakukan sejak awal kehamilan. Dengan
dokter yang ahli USG, dua embryo dan dua detak jantung janin yang kuat bahkan
dapat dilihat 6 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir Anda. Banyak pula
janin kembar yang sudah dapat didiagnosa sejak usia 5 minggu, ketika Anda baru
terlambat mens satu minggu saja.
3). Penatalaksanaan
a). Dalam kehamilan
1. Penilaian pertumbuhan dan penanganan bila ada masalah, aspek yang dinilai
antara lain kemajuan pertumbuhan janin dan deteksi kelainan congenital
2. Penilaian retardasi pertumbuhan secara USG
3. Pematangan paru janin, bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam
dengan pemberian betta methason 24 mg/hari (16 minggu)
4. Rawat inap, bila
a. Ada kelainan obstetric
b. Ada his atau pembukaan serviks
c. Adanya hipertensi
d. Pertumbuhan salah satu janin terganggu
e. Mencegah partus prematurus dengan obat tokolitik
b). Dalam persalinan
1. Prinsip-prinsip penanganan
Sebaiknya persalinan ditangani oleh tenaga yang terampil apakah mampu
menangani berbagai komplikasi, antara lain :
a. Persalinan preterm
b. Disfungsi uterus
c. Presentasi abdominal
d. Prolapsus funikuli
e. Solution plasenta
f. Perdarahan post partum
2. Tenaga penolong persalinan tersebut di atas harus selalu mendampingi dan
menangani proses persalinan
3. Siapkan instrument dan bahan untuk kondisi gawat darurat termasuk persediaan
darah yang sesuai
4. Pasang infuse profilaksis
5. Siapkan tenaga terlatih dan berpengalaman untuk resusitasi atau kondisi gawat
darurat
6. Tersedia fasilitas dan sarana yang memadai untuk persalinan ganda
7. Persalinan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit
c). Menurut lokasi atau tempat pelayanan
1. Polindes
a. Melakukan asuhan antenatal
b. Menjelaskan diagnosa secara klinis jika ada keraguan dirujuk ke RS untuk
pemeriksaan USG dan radiologi
c. Merujuk pasien bila ada kelainan
d. Mencegah anemi dan komplikasi yang mungkin timbul sebelum hamil
e. Merujuk pasien ke puskesmas bila pasien inpartu
2. Puskesmas
a. Melakukan asuhan antenatal
b. Memastikan diagnose kehamilan ganda
c. Menolong persalinan pervaginam bila anak pertama dan kedua dengan
presentasi kepala
3. Rumah Sakit
a. Melakukan perawatan antenatal
b. Melakukan pertolongan lengkap untuk persalinan pervaginam
c. Melakukan tindakan bedah jika ada komplikasi (Hanifa, 2006)
2.3.2 Emboli Air Ketuban
1. Pengertian
Emboli air ketuban (EAK), menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG, adalah masuknya
cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud
komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit
janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental.
2. Deteksi
EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu mengalami EAK, belum tentu
juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa. Begitu juga sebaliknya.
kejadian EAK sulit dicegah karena sama sekali tak bisa diprediksi. Diagnosis pasti
hanya dapat dilakukan dengan otopsi. Artinya Risiko EAK, tak bisa diantisipasi jauh-
jauh hari karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain,
perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu
aman dari ancaman, setelah ibu meninggal, baru bisa terlihat di mana komponen-
komponen air ketuban tersebar di pembuluh darah paru. Bahkan pada beberapa kasus,
ditemukan air ketuban di dahak ibu yang mungkin disebabkan ekstravasasi, yakni
keluarnya cairan ketuban dari pembuluh darah ke dalam gelembung paru/alveoli
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation)
Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah
keadaan umum ibu stabil
X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium
kanan dan ventrikel kanan.
Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
Terapi tambahan :
a. Resusitasi cairan
b. Infus Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis terapi DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation)
d. Dengan fresh frozen plasma
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
f. Segera rawat di ICU
2.3.3 Solusio Plasenta
1. Pengertian
Terlepasnya plasenta sebelum bayi lahir pada insersi yang normal dengan dengan umur
kehamilan lebih dari 22 minggu
2. Deteksi
Deteksi dengan ultrasonografi
3. Penatalaksanaan
a. Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian berhenti,
perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita dapat
dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannyaberlangsung terus, dan gejala solusio plasenta bertambah jelas,
atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka
pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup, dilakukan
sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, regangan
dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc glukosa
5% untuk mempercepat persalinan.
Pengobatan:
Umum:
1) Transfusi darah.Transfusi darah harus segera diberikan tidak peduli bagaimana
keadaan umum penderita waktu itu. Karena jika diagnosis solusio placenta dapat
ditegakkan itu berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000ml.
2) Pemberian O2
3) Pemberian antibiotic
4) Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi
Khusus:
1) Terhadap hipofibrinogenemi : substitusi dengan human fibrinogen 10gr atau darah
segar dan menghentikan fibrinolisis dengan trasylol (proteinase inhibitor) 200.000
iu diberikan IV, selanjutnya jika perlu 100.000 iu / jam dalam infus. Pemberian 1
gram fibrinogen akan meningkatkan kadar fibrinogen darah 40 mg%.
2.2.4 Plasenta Previa
1. Pengertian
Menurut De Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 :
a. Plasenta previa sentralis (totalis)
Adalah bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis
Adalah bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan di tutupi oleh plasenta
Menurut penulis buku0buku Amerika Serikat :
a. Plasenta previa totalis
Adalah seluruh ostium ditutupi plasenta
b. Plasenta previa partialis
Adalah sebagian ditutupi plasenta
c. Plasenta letak rendah
Adalah tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan
dalam tidak teraba
Menurut broune :
a. Tingkat 1 : lateral plasenta previa
Adalah pinggir plasenta berisi samapi kesegmen bawah rahim, namun tidak sampai
ke pinggir pembukaan
b. Tingkat 2 : margina plasenta previa
Adalah plasenta mencapai pinggir pembukaan
c. Tingkat 3 : complete plasenta previa
Adalah plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hamper lengkap
d. Tingkat 4 : center plasenta previa
Adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) (Mochtar, 1998).
2. Deteksi
3. Penatalaksanaan
Penanganan pasif menurut Prof. Sarwono Prawirohardjo, Sp.OG 1997
a. Perhatian
Tiap-tiap perdarahan dari ketiga yang lebih dari show, harus dikirim ke rumah sakit
tanpa dilakukan manipulasi
b. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat janin dibawah 2500 gram, maka
kehamilan dapat dipertahankan. Istirahat dan pemberian obat-obatan seperti
spasmolitika. Progestin atau progesterone observasi dengan teliti.
c. Sambil mengawasi periksalah golongandarah, dan siapkan donor untuk transfuse
darah. Bila bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera
ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi dan transfuse darah.
d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera
cepat sembuh dan transfusi darah.
e. Bila kekurangan darah, berikanlah tranfusi darah dan obat-obatan penambah darah.
2.2.5Bekas SC
1. Pengertian
Bekas Seksio Caesaria (BSC) adalah bekas pembedahan pada abdomen untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Kapita Selekta, 2001 :
344i)
2.Deteksi
3.Penanganan
a. Mencari indikasi dan laporan teknik operasi SC yang lalu
b. Menentukan ada tidaknya sebab yang menetap pada ibu (panggul sempit, tumor jalan lahir
dll)
c. Direncanakan persalinan pervaginam pada semua kasus kecuali:
x Laporan operasi tidak berhasil ditemukan
x Dilakukan SC corporil pada persalinan sebelumnya
x Telah dilakukan SC 2x atau lebih
x Ada kesempitan jalan lahir
x Ada indikasi obstetric lain (PPT dan lain-lain)
d.Dilakukan MOW bila telah 2x atau lebih menjalani SC
e. Bila didapatkan risiko yang lain (missal post term dan /presentasi sungsang dll)
f. Pemakaian obat-obatan untuk induksi persalinan (Prostin E, drip oksitosin, dll)