82620536 Tinea Barbae Irfan

25
TINEA BARBAE Irfan Gunawan, SKed BAGIAN/DEPARTEMEN FK UNSRI/RSUP DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG I. Pendahuluan Tinea Barbae merupakan infeksi dermatofita yang jarang yang dibatasi pada area muka dan leher yang berjanggut. 1 Infeksi kebanyakan terjadi pada laki-laki (remaja dan orang dewasa). Gejala klinisnya berupa erupsi pustule yang berat, plak yang meradang atau patch superficial yang tidak meradang. 2,3 Kebanyakan tipe peradangan disebabkan oleh dermatofita zoofilik yaitu Trichophyton mentagrophytes var. granulosum atau Trichophyton verrucosum. 4,5 Diantara Mei 1949 dan juli 1951, 60 laki-laki menderita tinea barbae dirujuk ke klinik kulit, lima diantarnya memiliki tinea corporis dan tiga lagi memiliki tinea manuum. Dari tiga belas pasien T. discoides diisolasi sebanyak 9 kali., T. mentagrophytes tiga kali, dan M. canis satu kali. 6 Dari hasil penelitian selama periode januari 2006 sampai dengan desember 2006, 547 kasus dari total 5627 kasus di Poli Kulit dan Kelamin RSU Mataram, atau sekitar 9,27% adalah kasus dermatofitosis 1

Transcript of 82620536 Tinea Barbae Irfan

Page 1: 82620536 Tinea Barbae Irfan

TINEA BARBAE

Irfan Gunawan, SKed

BAGIAN/DEPARTEMEN

FK UNSRI/RSUP DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

I. Pendahuluan

Tinea Barbae merupakan infeksi dermatofita yang jarang yang dibatasi

pada area muka dan leher yang berjanggut.1 Infeksi kebanyakan terjadi pada laki-

laki (remaja dan orang dewasa). Gejala klinisnya berupa erupsi pustule yang berat,

plak yang meradang atau patch superficial yang tidak meradang.2,3 Kebanyakan

tipe peradangan disebabkan oleh dermatofita zoofilik yaitu Trichophyton

mentagrophytes var. granulosum atau Trichophyton verrucosum.4,5

Diantara Mei 1949 dan juli 1951, 60 laki-laki menderita tinea barbae

dirujuk ke klinik kulit, lima diantarnya memiliki tinea corporis dan tiga lagi

memiliki tinea manuum. Dari tiga belas pasien T. discoides diisolasi sebanyak 9

kali., T. mentagrophytes tiga kali, dan M. canis satu kali.6

Dari hasil penelitian selama periode januari 2006 sampai dengan desember

2006, 547 kasus dari total 5627 kasus di Poli Kulit dan Kelamin RSU Mataram,

atau sekitar 9,27% adalah kasus dermatofitosis superfisialis. Tinea Barbae

menjadi kasus yang paling rendah jumlahnya diantara jenis dermatofitosis

superfisialis yang lain, yaitu sebesar 1 kasus (0.18%), sangat jauh jumlahnya bila

dibandingkan dengan tinea corporis yang menjadi jumlah kasus tertinggi, yaitu

sebesar 232 kasus (42,41%).

II. Definisi

Tinea Barbae adalah infeksi dermatofita di daerah jenggot pada muka dan

leher dan hanya terbatas pada laki-laki dewasa. 7

Jamur pada janggut ini juga dikenal sebagai tinea sycosis dan umumnya

juga sering disebut sebagai barber’s itch. Penyakit ini terutama terjadi pada

orang-orang di bidang agrikultural, khusunya yang orang-orang yang kontak

1

Page 2: 82620536 Tinea Barbae Irfan

dengan binatang di sawah. Daerah yang sering terkena biasanya di daerah leher

atau wajah. 1

Lesinya memiliki dua tipe: tipe superfisial ringan yang menyerupai tinea

corporis, dan tipe folikulitis pustul yang parah dan dalam, serta satu tipe lagi yang

cukup jarang, yaitu tipe sirsinata.7

III. Epidemiologi

Tinea barbae secara definisi hanya ditemukan pada laki-laki. Kebanyakan

ditularkan melalui cukuran jenggot yang sudah terkontaminasi sebelumnya.

Dengan meningkatkan kebersihan diri akan menurunkan insiden terjadinya tinea

barbae.8

Umumnya, Tinea barbae cukup jarang, tetapi lebih sering pada daerah

tropis yang dicirikan dengan kelembaban dan temperature yang tinggi.9 Hampir

semua yang menderita tinea barbae adalah laki-laki karena dermatofita

menginfeksi di rambut dan folikel rambut dari jenggot dan mustache. Infeksi

dermatofita pada perempuan dan anak-anak didiagnosis sebagai tine faciei.10

Dahulu, infeksi sering ditularkan oleh tukang cukur karena tidak adanya alat

cukur yang hanya digunakan satu kali. Sekarang alat cukur sebagai sumber infeksi

mulai dihilangkan dan definisi lama dari tinea barbae, “barber’s itch”, mulai

dilupakan. Pada daerah pedesaan, kucing, kuda, dan anjing adalah penyebab

utama dari infeksi.11, 12 Maka dari itu, Tinea barbae sekarang lebih difokuskan

pada orang-orang yang terpapar dengan kucing, kuda, anjing, dan penularannya

kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan diantara petani dengan petani atau

antar pekerja kebun.8

Baru-baru ini beberapa penulis melaporkan infeksi ini sebagai hasil dari

autoinokulasi dari jamur di kuku atau tinea pedis.5

IV. Etiologi

Tinea barbae umumnya paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik,

T. mentagrophytes dan T. verrucosum, dan yang cukup jarang, M. canis. Diantara

organisme antrofilik, T. megninii, T. schoenleinii, dan T. violaceum mungkin

2

Page 3: 82620536 Tinea Barbae Irfan

hanya menyebabkan tinea barbae di daerah endemik. Sedangkan T. rubrum juga

dapat menjadi penyebab Tinea Barbae walapun jarang.8

Karena seringnya Tinea Barbae dihadapi, tinea barbae sekarang sangat

jarang terjadi. Kebanyakan infeksi ini ditemukan di tempat cukur ketika laki-laki

sering mencukur dan memotong jenggotnya dengan alat cukur yang sama yang

dipakai pelanggan sebelumnya. Dengan diperkenalkannya desinfeksi untuk alat

cukur dan penggunaan alat cukur di rumah yang aman, kejadian penyakit ini dapat

dikurangi. Sekarang, kebanyakan infeksi ini didapat dari binatang.7

V. Organisme Penyebab

Infeksi tinea barbae lebih sering di daerah pedesaan dan organisme

tersebut biasanya didapat dari hewan-hewan yang terinfeksi dermatofita zoofilik.

Sebagai catatan sebelumnya, keparahan infeksi ini lebih sering disebabkan oleh

dermatofita zoofilik daripada yang diproduksi oleh jamur antrofilik.7

Sebagai tambahan, keparahan dari reaksi host lebih besar ketika rambut

terlibat. Kombinasi dari kedua faktor ini mungkin menjelaskan reaksi keparahan

yang ekstrim yang terlihat pada pasien-pasien dengan tinea barbae. Organisme

yang paling sering terlibat adalah T. mentagrophytes dan T. verrucosum, baik

yang didapat dari sapi. T. mentagrophytes juga didapat dari kuda dan anjing. M.

canis merupakan penyebab yang jarang pada tinea barbae. Pada area endemik dari

T. schoenleinii dan T. violaceum, mereka sering terlibat pada penyakit ini,

meskipun mereka adalah jamur antrofilik. Mereka dapat menyebabkan infeksi

yang parah, mungkin karena adanya keterlibatan rambut dan folikel. T. rubrum

adalah penyebab yang jarang dari tinea barbae dan mungkin merupakan infeksi

yang didapat dari bagian-bagian tubuh yang lain atau ditularkan melalui garukan

pada daerah yang dicukur dari pencukuran yang tidak bersih. Spesies yang

terbatas secara georafis, T. megninii, jarang diisolasi dari infeksi janggut yang

ditularkan di daerah endemiknya. Organisme ini tidak ditemukan di beberapa

daerah, tetapi dapat ditemukan di Portugal, Sardinia, Sisilia, Afrika (sebagai T.

Kuryangei) meskipun jarang ditemukan di bagian eropa lainnya.7

3

Page 4: 82620536 Tinea Barbae Irfan

Gambar 1. Trichopython mentagrophytes

VI. Patofisiologi

Reaksi immunologi (meningkatnya reaksi alergi atau iritasi) terhadap

antigen jamur mungkin menyebabkan berkembangnya kerion tetapi hanya

beberapa penulis postulasi ini yang menilai sebagai hasil dari metabolik dan/ atau

difusi toksin dari jamur. Jamur patogenik seperti Trichophyton sp. Menghasilkan

beberapa enzim seperti keratinase yang penting untuk menghancurkan keratin dari

epidermis rambut dan kuku.13

VII. Tipe Klinis

Tinea barbae biasanya menimbulkan lesi yang unilateral dan lebih sering

melibatkan area jenggot daripada kumis atau bibir atas. Gejalanya mempunyai 3

tipe klinis. Tipe klinis dari penyakit ini terbagi menjadi tipe inflamasi/ deep

berupa lesi supuratif yang dalam serta bernodul, tipe superficial berupa patch

yang sebagian tanpa rambut, berkrusta dan di superficial dengan folikulitis dan

tipe sirsinata.7,8

1. Tipe inflamasi/ deep

Tipe ini biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.

verrucosum. Tinea barbae tipe inflamasi dianalogkan dengan tipe kerion

pada tinea kapitis. Tipe deep berkembang dengan lambat dan

menghasilkan nodul yang menebal dan bengkak seperti kerion. Lesi yang

4

Page 5: 82620536 Tinea Barbae Irfan

timbul berbentuk nodul dan seperti rawa disertai krusta seropurulen.

Bengkak pada tipe ini biasanya konfluen dan berbetuk infiltrasi difusa

seperti rawa dengan abses. Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut

menjadi hilang, dan pus mungkin muncul melalui folikel sisa yang

terbuka. Rambut-rambut di daerah ini tidak mengkilat, rapuh, dan mudah

diepilasi untuk mendemonstrasikan sebuah massa purulen di sekitar

akarnya. Pustulasi perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus

dan kumpulan pus seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia.

Umumnya lesi ini hanya terbatas pada satu bagian muka atau leher pada

laki-laki. 7,8,14

Gambar 2.Tinea barbae tipe inflamasi disebabkan

oleh infeksi T. Mentagrophytes var.granulosum

2. Tipe superfisial

Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak

terlalu meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. violaceum atau T.

Rubrum. Tipe Superfisial dari tinea barbae menyerupai lesi pada tinea

corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tepi vesikopustul. Reaksi

host terhadap penyakit ini tidak terlalu perah, meskipun alopecia mungkin

timbul di pusat lesi.

Tipe ini disebabkan oleh lebih sedikit peradangan antropofil,

bentuk tinea barbae ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan

5

Page 6: 82620536 Tinea Barbae Irfan

eritema difusa ringan dan papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam

dan rapuh membentuk infeksi endotriks dengan T. violaceum sebagai

etiologi yang lebih sering daripada T. rubrum. Rambut yang terinfeksi

biasanya mudah dicabut. Yang jarang, E. floccosuin mungkin

menyebabkan lesi verrukosa yang menyebar yang dikenal sebagai

epidermofitosis verrukosa. 7,8,15

Gambar 3. Tinea barbae superfisialis; papul folikel

dan pustul sering salah didiagnosis dengan folikulitis

staphylococcus aureus.

3. Tipe sirsinata

Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous,

tinea barbae sirsinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif dan

menyebar dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada

daerah tersebut.8

6

Page 7: 82620536 Tinea Barbae Irfan

Gambar 4. Tinea Barbae tipe sirsinata; memiliki tepi

yang ditutupi papul dan vesikel kecil serta bersisik.

VIII. Gejala Klinis

Infeksi sering berawal pada leher atau dagu, tetapi gejala klinis dari Tine

Barbae tergantung pada patogen penyebab. Kadang-kadang dermatofitosis dapat

berkembang tanpa lesi khusus, tetapi selalu dengan rasa gatal.16

Tinea yang disebabkan oleh dermatofita zoofilik lebih parah karena reaksi

inflamasi yang terjadi disebabkan oleh jamur yang lebih kuat.14 Dagu, pipi, dan

leher sering terinfeksi. Umumnya infeksi ini menyebabkan nodul yang inflamasi

atau nodul-nodul dengan pustul mulitpel dan aliran sinus pada permukaannya.

Rambut dapat rontok dan patah, eksudat, pus dan krusta menutupi permukaan

kulit (kerion celsi). Rambut mudah dicabut dan tidak sakit. Kadang-kadang

muncul bersamaan dengan limfadenopati regional, sedangkan demam dan malaise

cukup jarang terjadi.3

Ada gejala-gejala yang sangat jauh berbeda satu sama lain. Dua variasi

gejala klinis utama dibedakan.

Tipe tanpa inflamasi yang disebabkan oleh dermatofita antrofilik diawali

dengan patch datar dan eritema dengan tepi yang meninggi. Patch bersisik

mungkin ditutupi papul-papul, pustule atau krusta. Rambut patah di dekat kulit

dan dapat menyumbat folikel rambut. Patch kulit mungkin soliter tetapi dapat juga

multiple dan mungkin berbentuk annular. Patch dapat bertahan hingga bertahun-

tahun dan mungkin membesar. Kadang-kadang, morfologi klinisnya menyerupai

7

Page 8: 82620536 Tinea Barbae Irfan

folikulitis bakteri, khususnya ketika folikel pustula telah berkembang dan

hilangnya rambut telah terlihat. Lesi pustula dengan rambut yang hilang

menunjukkan varian kronik dari infeksi jamur ini yang menyerupai sikosis

(folikulitis pustula dari janggut). Dengan demikian, penyakit itu disebut

sycosiform tinea barbae.

Tipe dalam atau pustul dari tinea barbae dicirikan dengan adanya folikel

yang berpustul dan dalam yang membentuk nodul-nodul, seperti lesi kerion yang

ditemukan pada Tinea capitis. Lesi pustula ini diawali mikotik yang

sesungguhnya dan pus sangat penuh pada artrokonidia jamur. Reaksi yang terjadi

bisa benar-benar parah dimana kebanyakan rambut menjadi patah dilanjutkan

resolusi dari penyakit ini. Alopecia dan bekas luka mungkin menetap. Lesi terlhat

seperti rawa dan membengkak. Rambut-rambut ini ketika diepilasi akan terlihat

memiliki sejenis pus, massa putih pada akar rambut dan mengelilingi jaringan di

sekitarnya. Aliran sinus meningkat dan merusak jaringan sekitar. Sedikit tekanan

akan membangkitkan ekstrusksi dari material purulen. Lesi ini mungkin soliter

dan kebanyakan sering ditemukan pada daerah maksila. Kadang-kadang

keseluruhan area jenggot terkena dan indurasi verukosa ungu kemerahan yang

banyak juga terbentuk. Pembesaran kelenjar getah bening regional, demam

ringan, dan malaise mungkin muncul bersamaan pada infeksi yang parah,

khususnya yang disebabkan oleh T. verrucosum. Bibir atas biasanya terhindar dari

tinea barbae, sangat kontras jika dibandingkan dengan infeksi bakteri sycosis

vulgaris.7,14,15

IX. Histopatologi

Reaksi seluler terhadap tinea barbae sama dengan yang diproduksi pada

tinea capitis dengan tipe yang lebih parah. Organisme mungkin tampak pada

batang rambut dan folikel dan sejumlah besar antrospora tampak pada batang

rambut dan hidup bebas pada debris seluler. Kadang-kadang organisme ini tidak

tampak adan hanya infiltrat pyogen yang akut yang terlihat. Pada lesi kronik atau

dalam penyembuhan, infiltrar peradangan kronik dengan sel raksasa mungkin

terlihat.7

X. Diagnosis

8

Page 9: 82620536 Tinea Barbae Irfan

Investigasi mikologi adalah dasar untuk diagnosis. Pemeriksaan mikologi

terdiri dari mikroskopi langsung dan kultur/ biakan. Pada beberapa kasus yang

jarang seperti tinea yang disebabkan Mikrosporum canis dapat menyebabkan

tinea. Pemeriksaan lampu wood akan sangat membantu. Akan tampak florosensi

hijau kusam pada rambut yang terinfeksi.16

Material yang terkumpul biasanya terdiri dari rambut yang diepilasi dan

massa pustula. Ketika plak-plak pada superfisial dan tanpa pustul, pemeriksaan

material terbaik adalah dengan mengambilnya dari tepi.3 Pemeriksaan langsung

dengan potassium hidroksida 20% dengan tambahan dimetil sulfoksida akan

memberikan hasil yang cepat, tetapi diperlukan orang yang berpengalaman untuk

melakukannya. Preparat KOH untuk mengidentifikasi hifa adalah diagnosis untuk

infeksi T. verrucosum. Menyayat tepi lesi yang aktif atau dengan memakai rambut

untuk diteliti sebaiknya dilakukan. Teknik ini memiliki sensitifitas 88% dan

spesifisitas 95%. Lampu wood akan memastikan kasus-kasus yang jarang seperti

pada infeksi microsporum.9, 16

[6]. Pewarnaan tambahan, seperti pewarnaan Swartz-Lamkin, Parker blue-

black ink atau chlorazol black E, kadang-kadang akan sangat berguna. Spesimen

tersebut diperiksa dengan mikroskop cahaya dan hasilnya tergantung pada jamur

penyebab yang diperksa yang akan menunjukkan tipe hifa khusunya masing-

masing dan/ atau artokonidia.17 Sedangkan untuk pengerjaan kultur dapat

memakan waktu sekitar 3-4 minggu dan biasanya ditampilkan pada agar Saboraud

dengan cycloheximide dan kloramfenikol ditambahkan untuk menghambat

pertumbuhan dari bakteri dan jamur non-dermatofitik. Identifikasi jamur

didasarkan pada morfologi dan mikroskopik dari koloni. Identifikasi pathogen

menyediakan informasi tentang sumber dari infeksi dan menolong dalam

menyeleksi pengobatan yang tepat.3

Pemeriksaan histologi diperlukan hanya pada kasus-kasus yang sulit.

Pewarnaan hematoxylin dan eosin sering tidak dapat menunjukkan elemen jamur.

Pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) sangat direkomendasikan. Pada spesimen

biopsi, folikulitis dan perifolikulitis akan dapat diamati melalui infiltrat-infiltrat

9

Page 10: 82620536 Tinea Barbae Irfan

spongiosis dan folikel limfositik. Kadang-kadang mikroabses akan terbentuk oleh

neutrofil dalam keratin folikel.18

Infiltrat peradangan sel campuran sering tampak pada dermis, serta pada

sel raksasa kerion yang kronik juga dapat terlihat. Artrikonidia dan/ atau hifa

mungkin dapat dideteksi di stratum korneum, folikel rambut dan batang rambut.19

Gambar 5. Gambaran mikroskopik M. Canis;

beberapa mikrokonidia, berdinding tebal, dan

makrokonidia ekinulata dengan bentuk kran

pada ujungnya.

Gambar 6. Gambaran mikroskopik T. Verrucosum;

Rantai-rantai dari klamidokonidia pada SDA dan

makrokonidia berbentuk ”buntut tikus” tipis dengan

tiamin.

XI. Diagnosis Banding

10

Page 11: 82620536 Tinea Barbae Irfan

Diagnosis banding pada tinea barbae dapat berdasarkan kemiripan gejala

klinisnya dengan penyakit lain maupun melalui organisme penyebab.

Banyaknya morfologi dari lesi Tinea Barbae adalah alasan utama luasnya

kelainan kulit lain yang dapat menyerupai infeksi jamur. Penyakit-penyakit ini

seperti folikulitis bakteri, dermatitis atopik, dermatitis kontak dan dermatitis

seboroik dapat menyerupai tinea barbae.16

Diagnosis banding yang terpenting adalah sikosis barbae dan epiteliomata

Sikosis barbae biasanya lebih menyebar, lebih kronis dan menginfeksi daerah

yang sering kena tekanan, meskipun reaksi inflamasi tidak begitu intens, rambut-

rambut yang terinfeksi tidak hilang dan tidak sakit saat dicabut. Area kecil dari

tinea barbae biasanya menyerupai epiteliomata sel basal, tetapi kesalahan

diagnosis tidak akan terjadi bila diagnosis banding tersebut dapat diingat.20

Jamur lain, seperti ragi dan jamur hifa dapat menyebabkan infeksi lokal di

area dengan lesi yang sama, khususnya pada pasien yang baru lahir atau

imunokompromis. Kadang-kadang infeksi dermatofitik dapat meniru penyakit

lain, seperti lupus eritematosus atau rosacea.16

Riwayat kontak dengan hewan bersamaan dengan munculnya lesi pustul

yang meradang dan parah yang disebabkan oleh T. verrucosum atau T.

mentagrophytes var. mentagrophytes menunjukan diagnosis dari tinea barbae.

Folikel yang tidak mengkilat, pustul, rapuh, rambut yang mudah diepilasi dan

adanya tepi-tepi perifer yang menyebar secara aktif menyusun gambaran klasik

dari penyakit ini. Agen penyebabnya adalah M. canis, dengan florosensi dari

rambut ini di bawah lampu wood akan terlihat agen penyebabnya. Spesies

Trichiphyton tidak menunjukkan florosens di bawah lampu wood. Preparat jamur

yang telah ditetesi potassium hidroksida bisa menunjukkan adanya elemen jamur

dan membedakan penyakit ini dari sycosis vulgaris. Bentuk jamur yang lebih

ringan, lebih sedikit menyebabkan nyeri dan sakit daripada pioderma yang

disebabkan stafilokokus. Infeksi dari dermatofita mungkin melibatkan bulu mata,

tetapi tidak mengenai konjugtiva. Infeksi bulu mata tanpa melibatkan bagian lain

dapat ditemukan, biasanya pada anak-anak, dan M. canis merupakan penyebab

yang paling sering. Kondisi lain yang dapat menyerupai Tinea barbae yaitu

11

Page 12: 82620536 Tinea Barbae Irfan

dermatitis kontak, iododerma, bromoderma, kista, akne, aktinomikosis, dan sifilis

pustula.7

XII. Terapi

Pengobatan untuk tinea barbae sama dengan pengobatan pada tinea

capitis.13 Terapi oral antimikosis diperlukan. Beberapa penelitian dan pengalaman

sendiri menunjukkan antijamur topikal tidak cukup untuk mengontrol lesi dari

tinea barbae secara menyeluruh. Dengan demikian pada kebanyakan kasus sangat

direkomendasikan kombinasi antara pengobatan sistemik dan topikal antimikosis.

Ketika mengenai rambut-rambut, pencukuran atau depilasi sebaiknya diambil

sebagai pertimbangan.16

Dahulu, epilasi manual atau x-ray bersama dengan kompres menggunakan

kompres permanganat (1:4000) atau larutan vleminckx (1:33) pernah dilakukan.

Tetapi tidak ada dari regimen ini yang sekarang diindikasikan untuk mengobati

tinea barbae, khususnya epilasi x-ray. Merkuri amonia (5%), quinolor, desenex,

sopronol, atau asterol kadang-kadang digunakan untuk megobati lesi itu.

Beberapa dari obat di atas mungkin sangat berguna pada kasus resisten sebagai

tambahn untuk pengobatan griseofulvin. Memangkas dan mencukur area jenggot

juga sangat direkomendasikan. Sepanjang diberikan bersama-sama kompres

hangat dan dilakukan pembersihan sisa-sisa dari jaringan yang sakit.7

Kompres hangat digunakan untuk menyingkirkan krusta dan debris

sebagai pengobatan tidak spesifik, biasanya dapat dilakukan. Sekarang ini

terbinafine 250 mg digunakan sehari sekali untuk periode paling sedikit selama 4

minggu, tergantung pada pilihan pengobatannya. Pada beberapa kasus

penggunaaan griseofulvin pada dosis paling sedikit 20 mg/kg/hari (terapi

berlangsung lebih dari 8 minggu) mungkin dapat dipertimbangkan.1,10

Griseofulvin mungkin sangat berguna untuk pengobatan Tinea barbae,

khususnya untuk tipe kronik. Hilangnya rasa sakit, tidak nyaman, dan malaise

secara cepat, bersama dengan kegagalan untuk mengembangkan lesi satelit dan

resolusi lebih cepat dari penyakit ini, telah dilaporkan setelah pengobatan dari

infeksi T. verrucosum yang parah. Dosis griseofulvin adalah 500mg per hari

12

Page 13: 82620536 Tinea Barbae Irfan

dibagi menjadi dua sediaan. Pengobatan sebaiknya dilanjutkan selama dua atau

tiga minggu seiring hilangnya gejala-gejala klinis.7

Itrakonazol 100mg/ hari selama 4-6 minggu dapat sangat efektif. Telah

dipastikan oleh Maeda dkk. yang telah mengobati secara efektif dengan

itrakonazol 100mg/ hari (selama 2 bulan terapi) pada seorang petani yang

terinfeksi Trichophyton verrucosum.21,22

Sebagai pengobatan topikal bisanya digunakan 2 kelompok antijamur,

yaitu azol dan alilamin. Meskipun rekomendasi pengobatan umum sudah ada

untuk pasien tinea barbae, tetap penting diingat bahwa sering pada pasien-pasien

tersebut, regimen pengobatan, khusunya periode pengobatan, sebaiknya

ditentukan berdasarkan masing-masing pasien tersebut berdasarkan pada gejala

klinis dan penilaian laboratoriumnya. Eliminasi dari sumber infeksi, khususnya

yang kontak dengan hewan yang terinfeksi akan menjadi sangat penting untuk

hasil akhir dari pengobatan ini. Lebih lanjut lagi, pengobatan infeksi jamur

lainnya seperti tinea pedis dan onikomikosi sangat penting, karena kemungkinan

terjadinya autoinokulasi pada janggut.7,16

XIII. Prognosis

Karena kebanyakan kasus dari tinea barbae adalah tipe peradangan,

resolusi secara spontan biasanya terjadi. Durasi dari infeksi bervariasi tergantung

organisme yang terlibat. Karena T. verrucosum dan T. mentagrophytes var.

Mentagrophytes kebanyakan merupakan organisme yang virulen, infeksi yang

terjadi umumnya sembuh dalam dua sampai tiga minggu. Infeksi kronik dapat

berlangsung lebih dari dua bulan dan T. rubrum atau T. violaceum jarang menjadi

penyebabnya.7

XIV. Kesimpulan

Tinea Barbae adalah infeksi dermatofitosis superfisialis yang jarang

terjadi. Infeksi ini hanya terbatas pada daerah yang berjanggut, yaitu pipi, dagu

dan leher. Hampir seluruh penderitanya adalah laki-laki dewasa. Penyakit ini

dapat disebabkan berbagai organisme jamur, sehingga penyakit ini memiliki tiga

tipe klinis, yaitu tipe inflamasi (deep), tipe superficial, dan tipe sirsinata. Masing-

13

Page 14: 82620536 Tinea Barbae Irfan

masing tipe memberikan gambaran klinis yang cukup berbeda. Untuk

mendiagnosis penyakit ini diperlukan aspek klinis dan pemeriksaan penunjang

yang tepat seperti pemeriksaan mikroskopik dengan KOH, maupun pemeriksaan

biakan hingga histopatologi. Kadang-kadang penyakit ini sulit dibedakan dengan

sycosis barbae. Terapi tinea barbae terbukti efektif bila dilakukan dengan

kombinasi terapi sistemik dan terapi topikal. Lama pengobatan tergantung kondisi

penderita masing-masing dan jenis jamur yang menginfeksinya.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: 82620536 Tinea Barbae Irfan

1. Bonifaz A, Ramirez-Tamayo T, Saul A. Tinea Barbae (tinea sycosis): experience with nine cases. J Dermatol 2003; 30, 898-903.

2. Trotha R, Graser Y, Platt J, Koster A, Konig B, Konig W, Freytag C.Tinea barbae caused by a zoophilic strain of Trichopyton interdigitale. Mycoses 2003; 46: 60-3.

3. Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea barbae. eMedicine Dermatology [Journal serial online].2004. Available at: http://author.emedicine.com/derm/topic419.htm

4. Elewski BE. Tinea barbae. Clinical Dermatology, Demis DJ (ed). Philadelphia, Lippincott Williams and Wilkins 1999, Unit 17-8, 1-4.

5. Kawada A, Argane Y, Maeda A, Yudate T, Tezuka T, Hiruma M. Tinea barbae due to Trichophyton rubrum with possible involvement of autoinoculation. Br J Dermatol 2000; 142: 1064-5.

6. Maeda M, Nakashima T, Satho M, Yamada T, Kitajima Y. Tinea barbae due to Trichophyton verrucosum. Eur J Dermatol 2002; 12: 272-4.

7. Rippon, J.W. Medical Mycology. W.B. Saunders Co., Philadelphia, 1974, bab 5 hlm. 194-196

8. Verma, S. dan Heffernan M.P. Tinea Barbae in Fitzpatrick, Wolff, K.,Goldsmith L.A., Katz S.I, Gilchrest B.A., Paller, A.F., Leffell, D.J. Dermatology in General Medicine, 7th ed., vol. 2, bab. 186, hlm. 1813-1814. (McGraw-Hill Book Company, New york 2006)

9. Shrum JP, Millikan LE, Bataineh O. Superficial fungal infections in the tropics. Dermatol Clin 1994; 12: 687-93.

10. Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea faciei. eMedicine Dermatology [Journal serial online]. 2004. Available at: http://author.emedicine.com/derm/topic740.htm

11. Beswick SJ, Das J, Lawrence CM, Tan BB. Kerion formation due to Trichophyton rubrum. Br J Dermatol 1999; 141: 953-4.

12. Szepietowski JC, Bielicka E, Maj J. Inflammatory tinea barbae due to Trichophyton rubrum infection – autoinnoculation from fingernail onychomycosis? Case Rep Clin Pract Rev 2002; 3: 68-70.

13. Ceburkovas O, Schwartz RA, Janniger CK. Tinea capitis: current concepts. J Dermatol 2000; 27: 144-8.

15

Page 16: 82620536 Tinea Barbae Irfan

14. Baldassarre MA, Belli MA, De Luca T, Ruocco E. Tinea faciei:presentazione di un caso. 41st Italian National Dermatology Congress Abstract Book.Capri, Italy. Editors: Berutti G, Ruocco V. Publisher 2003; 169.

15. Lin RL, Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea faciei, an often deceptive facial eruption. Int J Dermatol 2004; 43, in press

16. Baran, W dan Schwartz, R.A. Tinea Barbae. Acta Dermatoven APA vol 13, 2004, No. 3, hlm. 91.

17. Drake LA, Dinehart SM, Farmer ER, Goltz RW, Graham GF, Hordinsky MK, Lewis CW, Pariser DM, Skouge JW, Webster SB, Whitaker DC, Butler B, Lowery BJ, Elewski BE, Elgart ML, Jacobs PH, Lesher JL Jr, Scher RK..Guidelines of care for superficial mycotic infections of the skin: Tinea capitis and tinea barbae. J Am Acad Dermatol 1996; 34: 290-4.

18. Soyer HP, Cerroni L. The significance of histopathology in the diagnosis of dermatomycoses. Acta Derm Venerol (APA) 1992; 1: 84-7.

19. Maeda M, Nakashima T, Satho M, Yamada T, Kitajima Y. Tinea barbae due to Trichophyton verrucosum. Eur J Dermatol 2002; 12: 272-4.

20. Niczyporuk W, Krajewska-Kulak E, Lukaszuk C. Bartoszewicz M, Roszkowska I, Edyta M. Difficulties in the diagnosis and therapy of skin and hair mycoses in children. Dermatol Klin Zabieg 1999; 2: 75-8.

21. Zuber TJ, Baddam K. Superficial fungal infection of the skin. Where and how it appears help determine therapy. Postgrad Med 2001; 109: 117-20, 123-6, 131-2.

22. Shear NH, Einarson TR, Arikian SR, Doyle JJ, van Assche D. Pharmacoeconomic analysis of topical treatments for tinea infections. Int J Dermatol 1998; 37: 64-71.

16