80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

download 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

of 23

Transcript of 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    1/23

    Pada Bayi/Anak Dengan Gangguan SistemHematologi HIV & AIDS

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    2/23

    InfeksiHuman immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan pada anak tahun

    1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan dengan infeksi HIV pada

    orang dewasa dalam berbagai hal seperti cara penularan, pola serokonversi, riwayat perjalanan

    dan penyebaran penyakit, faktor resiko, metode diagnosis, dan manifestasi oral.

    Dampakacquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada anak terus meningkat, dan

    saat ini menjadi penyebab pertama kematian anak di Afrika, dan peringkat keempat penyebab

    kematian anak di seluruh dunia. Saat ini World Health Organization (WHO) memperkirakan

    2,7 juta anak di dunia telah meninggal karena AIDS.

    Kasus pertama AIDS di Indonesia ditemukan pada tahun 1987 di Bali yaitu seorang

    warga negara Belanda. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember

    1985 yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan hasil tes Elisa 3 (tiga) kali

    diulang, menyatakan positif, namun hasil Western Blot yang dilakukan di Amerika Serikat

    ialah negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS. Penyebaran HIV di Indonesia

    meningkat setelah tahun 1995. Berdasarkan pelaporan kasus HIV/AIDS dari tahun 1987

    hingga 31 Desember 2008 terjadi peningkatan signifikan. Setidaknya, 2007 hingga akhir

    Desember 2008 tercatat penambahan penderita AIDS sebanyak 2.000 orang. Angka ini jauh

    lebih besar dibanding tahun 2005 ke 2006 dan 2006 ke 2007 yang hanya ratusan. Sedangkan

    dari keseluruhan penderita, pada akhir 2008, AIDS sudah merenggut korban meninggal

    sebanyak 3.362 (20,87 persen), sedangkan mereka yang hidup adalah 12.748 (79,13 persen)

    orang. Untuk proporsi berdasarkan jenis kelamin hingga kini masih banyak diderita oleh kaum

    laki-laki yaitu 74,9 persen, dibanding perempuan sebanyak 24,6 persen. Fakta baru tahun 2002

    menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV di Indonesia telah meluas ke rumah tangga,

    sejumlah 251 orang diantara penderita HIV/AIDS di atas adalah anak-anak dan remaja, dan

    transmisi perinatal (dari ibu kepada anak) terjadi pada 71 kasus.

    Telah dilaporkan 34 anak usia bawah lima tahun (Balita) di propinsi Papua positif

    mengidap Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tampaknya kasus ini tidak hanya

    menimpa anak balita di propinsi tersebut. Mungkin juga akan dialami beberapa anak balita di

    propinsi lainnya, mengingat kasus HIV juga mulai menyebar ke seluruh pelosok

    Indonesia.APAKAH BEDA INFEKSI HIV DAN AIDS ?Infeksi HIV adalah infeksi virus

    yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS (Acquired

    Immunodeficiency Syndrome).AIDS adalah penyakit fatal yang merupakan stadium lanjut

    dari infeksi HIV.

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS MEDIS

    2

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    3/23

    A. Defenisi

    HIVmerupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya adalah

    virus yang menyerang daya tahan tubuh manusia, sehingga system kekebalan tubuhmanusia dapat menurun tajam bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali.

    AIDS merupakan singkatan dariAcquired ImmunodeficiencySyndrome yang berarti

    sekumpulan gejala dan penyakit infeksi yang timbul karena menurunnya atau rusaknya

    system kekebalan tubuh seseorang.

    Rata-rata perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS adalah 2 10 tahun. Dan rata-rata

    waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju

    perkembangan penyakit ini pada setiap orang bervariasi. Faktor yang mempengaruhinya

    adalah daya tahan tubuh untuk melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang

    yang terinfeksi.

    AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala

    penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV.

    Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan

    Tubuh Dapatan.

    Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

    Immune : Sistem kekebalan tubuh

    Deficiency : Kekurangan

    Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

    Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang

    dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.

    Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan

    menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.

    AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya

    tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )

    AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang

    berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C.Smetzler dan Brenda G.Bare )

    AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan

    ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan

    imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan

    3

    http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/http://sehat-jasmanidanrohani.blogspot.com/
  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    4/23

    dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and

    Prevention )

    B. ETIOLOGI

    Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus

    (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.

    Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2

    dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk

    memudahkan keduanya disebut HIV.

    Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

    Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

    Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

    Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

    Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B

    menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

    AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

    ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh,

    dan manifestasi neurologist.

    AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.

    Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

    Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

    Orang yang ketagian obat intravena

    Partner seks dari penderita AIDS

    Penerima darah atau produk darah (transfusi).

    C. Phatofisiologi

    4

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    5/23

    Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang

    terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa

    dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat

    pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen

    grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human

    Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan

    banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam

    usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

    Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.

    Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.

    Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak

    memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel

    T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-

    300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

    Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur

    oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan

    menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis

    mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi

    infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

    D. Manifestasi Klinis

    Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun.

    Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa.

    Tanda-tanda yang di temui pada penderita AIDS antara lain:

    1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:

    sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 C sampai 40 C dengan

    pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak

    kemerahan pada kulit.

    2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat muncul

    gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening yang terus

    membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat

    malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan

    sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul tukak

    (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu.

    Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.

    5

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    6/23

    3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita AIDS.

    Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis,

    kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik,

    candidiasis mulut dan pnemonia.

    Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa

    perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama

    kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :

    1. Berat badan lahir rendah

    2. Gagal tumbuh

    3. Limfadenopati umum

    4. Hepatosplenomegali

    5. Sinusitis

    6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang

    7. Parotitis

    8. Diare kronik atau kambuhan

    9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan

    10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten

    11. Sariawan orofarings

    12. Trombositopenia

    13. Infeksi bakteri seperti meningitis

    14. Pneumonia interstisial kronik

    Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang memanifestasikan

    dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau hilangnya

    perkembangan motoris.

    E. Komlikasi

    a. Oral Lesi

    Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human

    Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,

    keletihan dan cacat.

    b. Neurologik

    6

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    7/23

    - kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV)

    pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,

    disfasia, dan isolasi social.

    - Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan

    elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /

    parsial.

    -. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.

    - Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus

    (HIV)

    c. Gastrointestinal

    - Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma

    Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

    - Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan

    anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

    - Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat

    infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

    d. Respirasi

    Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan

    strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

    e. Dermatologik

    Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi

    otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan

    sepsis.

    f. Sensorik

    - Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

    - Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek

    nyeri.

    F. Penatalaksanaan

    7

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    8/23

    Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk profilaksis

    antiretrovirus gestasional

    Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human

    Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus

    (HIV), bisa dilakukan dengan :

    -Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang

    tidak terinfeksi.

    - Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir

    yang tidak terlindungi.

    - Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status

    Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

    -Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

    -Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

    Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :

    a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

    Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial,

    atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri

    dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan

    kritis.

    b. Terapi AZT (Azidotimidin)

    Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,

    obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan

    menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah

    sel T4 nya 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency

    Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

    c. Terapi Antiviral Baru

    Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat

    replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

    8

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    9/23

    Didanosine

    Ribavirin

    Diedoxycytidine

    Recombinant CD 4 dapat larut

    d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

    Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka

    perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses

    keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

    e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan

    sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi

    imun.

    f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan

    mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

    G. Pemeriksaan Diagnostik

    Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

    - ELISA

    Western blot

    P24 antigen test

    Kultur HIV

    Tes untuk deteksi gangguan system imun :

    Hematokrit.

    LED

    CD4 limfosit

    Rasio CD4/CD limfosit

    Serum mikroglobulin B2

    Hemoglobulin

    9

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    10/23

    H. Klasifikasi

    Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori

    C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.

    a. Kategori Klinis A

    Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human

    Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori

    klinis B dan C

    1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.

    2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized

    Limpanodenophaty )

    3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang

    menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

    b. Kategori Klinis B

    Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

    1. Angiomatosis Baksilaris

    2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap

    terapi

    3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )

    4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.

    5. Leukoplakial yang berambut

    6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu

    dermaton saraf.7. Idiopatik Trombositopenik Purpura

    8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

    c. Kategori Klinis C

    Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

    1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus

    2. Kanker serviks inpasif

    3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

    4. Kriptokokosis ekstrapulmoner

    5. Kriptosporidosis internal kronis

    6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )

    10

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    11/23

    7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )

    8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

    9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )

    10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )

    11. Isoproasis intestinal yang kronis

    12. Sarkoma Kaposi

    13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

    14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner

    15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )

    16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner

    17. Pneumonia Pneumocystic Cranii

    18. Pneumonia Rekuren

    19. Leukoenselophaty multifokal progresiva

    20. Septikemia salmonella yang rekuren

    21. Toksoplamosis otak

    22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

    11

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    12/23

    BAB III

    TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

    A. Pengkajian

    Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.

    Penampilan umum : pucat, kelaparan.

    Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari

    berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

    Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan

    perasaan takut, cemas, meringis.

    Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang

    interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan

    atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

    HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada

    bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

    Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku

    kuduk, kejang, paraplegia.

    Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

    Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

    Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan,

    batuk produktif atau non produktif.

    GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,

    inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

    Gu : lesi atau eksudat pada genital,

    15. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

    12

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    13/23

    B. Diagnosa keperawatan

    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

    Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang

    beresiko.

    Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,

    kelelahan.

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

    Diare berhubungan dengan infeksi GI

    Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang

    dicintai.

    C. Intervensi & Inplementasi

    Analisa data

    No Data Etiologi Masalah

    1 DS :

    diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuhmeskipun sudah berobat kedokter.

    Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair

    kurang lebih 15x/hari

    DO :

    - Na 98 mmoL/L

    - K 2,8 mmol/L

    - Cl 110 mmol/L

    Output yang berlebih Kekurangan volumecairan

    2 DS :

    Tn.W mengatakan BB menurun 7 kgdalam 1 bulan serta sariawan mulut tak

    kunjung sembuh.

    Imunodefisiensi Resiko infeksi

    13

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    14/23

    DO :

    - Leukosit 20.000/uL

    - Trombosit 160.000/uL

    - LED 30 mm

    Rencana asuhan keperawatan

    Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

    Tujuan : mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit

    Kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat

    - Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan

    rasa haus

    Pantau masukan oral dan memasukkan

    cairan sedikitnya 2500 ml/hari

    Hilangkan makanan yang potensial

    menyebabkan diare, yakni yang pedas/makanan berkadar lemak tinggi,kacang, kubis, susu.

    Berikan makanan yang membuat pasien

    berselera.

    Kolaborasi

    Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

    antiemetikum, antidiare atau

    antispasmodik.

    Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

    Berikan cairan/elektrolit melalui selang

    makanan atau IV.

    Indikator tidak langsung dari status

    cairan.

    Mempertahankan keseimbangan cairan,

    mengurangi rasa haus, melembabkanmukosa.

    Mungkin dapat mengurangi diare.

    Meningkatkan asupan nutrisi secara

    adekuat.

    Mengurangi insiden muntah,

    menurunkan jumlah keenceran feses

    mengurangi kejang usus dan peristaltik.

    Mewaspadai adanya gangguan elektrolit

    dan menentukan kebutuhan elektrolit.

    Diperlukan untuk mendukung volume

    sirkulasi, terutama jika pemasukan oraltidak adekuat.

    Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi

    Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi

    - Mempertahankan daya tahan tubuh

    Kriteria hasil: Infeksi berkurang

    - Daya tahan tubuh meningkat

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    Pantau adanya infeksi : demam, Deteksi dini terhadap infeksi penting

    untuk melakukan tindakan segera.

    14

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    15/23

    mengigil, diaforesis, batuk, nafas

    pendek, nyeri oral atau nyeri menelan. Ajarkan pasien atau pemberi perawatan

    tentang perlunya melaporkan

    kemungkinan infeksi.

    Pantau jumlah sel darah putih dandiferensial

    Pantau tanda-tanda vital termasuk

    suhu.

    Awasi pembuangan jarum suntik dan

    mata pisau secara ketat dengan

    menggunakan wadah tersendiri.

    Kolaborasi

    Beriakan antibiotik atau agenantimikroba, misal : trimetroprim

    (bactrim atau septra), nistasin,pentamidin atau retrovir.

    Infeksi lama dan berulang memperberat

    kelemahan pasien.

    Berikan deteksi dini terhadap infeksi.

    Peningkatan SDP dikaitkan dengan

    infeksi Memberikan informasi data dasar,

    peningkatan suhu secara berulang-ulang

    dari demam yang terjadi untukmenunjukkan bahwa tubuh bereaksi

    pada proses infeksi ang baru dimana

    obat tidak lagi dapat secara efektifmengontrol infeksi yang tidak dapat

    disembuhkan.

    Mencegah inokulasi yang tak disengaja

    dari pemberi perawatan.

    Menghambat proses infeksi. Beberapa

    obat-obatan ditargetkan untuk

    organisme tertentu, obat-obatan lainya

    ditargetkan untuk meningkatkan fungsiimun

    15

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    16/23

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Bayi dan balita dapat tertular HIV selama kehamilan, waktu melahirkan dan saat

    menyusui, jika ibunya terinfeksi HIV. Jika tertular pada awal kehamilan, kemungkinan anak

    akan melanjut cepat ke AIDS, dan akan meninggal dalam dua tahun pertama kehidupannya,

    bila tidak diberi ART. Namun pada sebagian besar anak dengan HIV, perkembangan penyakit

    akan lebih pelan, dan ada harapan mereka dapat tahan hidup tanpa ART selama 8-9 tahun atau

    lebih.

    Pengobatan HIV/AIDS yang ada saat ini dapat dikatakan belum baik, karena hanya

    bersifat mensupres virus dan tidak dapat mengeradikasi virus, sehingga petugas kesehatan

    baiknya lebih mementingkan upaya pencegahan daripada pengobatan.

    16

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    17/23

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?

    AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini.

    HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem

    pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang

    menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankandirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang

    yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS.

    Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV,

    tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh

    seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya

    tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

    Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-

    obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah

    enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang.

    Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat

    kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.

    HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang

    dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi

    genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam

    DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein.

    Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.

    Gambar 1A Struktur Virus HIV

    17

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    18/23

    Gambar 1B Daur hidup HIV

    Obat-obatan yang telah

    ditemukan pada saat ini

    menghambat pengubahan RNA

    menjadi DNA dan menghambat

    pembentukan protein-protein

    aktif. Enzim yang membantu

    pengubahan RNA menjadi DNA

    disebut reverse transcriptase,

    sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebutprotease.

    Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus

    harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses

    pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses

    pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang

    baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim

    reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh.

    Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan

    proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara

    total.

    Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat

    enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang

    nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya,

    protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya,

    maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah

    peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein

    yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat

    membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional

    yang berperan sebagai enzim.

    Gambar 2 (klik untuk

    memperbesar)

    Gambar 2 menunjukkan skema

    produk translasional dari gen

    gag-pol dan daerah di mana

    produk dari gen tersebut dipecah

    18

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    19/23

    oleh protease. p17 berfungsi sebagai protein kapsid, p24 protein matriks, dan p7 nukleokapsid.

    p2, p1 dan p6 merupakan protein kecil yang belum diketahui fungsinya. Tanda panah

    menunjukkan proses pemotongan yang dikatalisis oleh protease HIV (Flexner, 1998).

    Menurut Flexner (1998), pada saat ini telah dikenal empat inhibitor protease yang digunakan

    pada terapi pasien yang terinfeksi oleh virus HIV, yaitu indinavir, nelfinavir, ritonavirdan

    saquinavir. Satu inhibitor lainnya masih dalam proses penelitian, yaitu amprenavir. Inhibitor

    protease yang telah umum digunakan, memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan.

    Semua inhibitor protease yang telah disetujui memiliki efek samping gastrointestinal.

    Hiperlipidemia, intoleransi glukosa dan distribusi lemak abnormal dapat juga terjadi.

    Gambar 3 (klik untuk

    memperbesar)

    Gambar 3 menujukkan lima

    struktur inhibitor protease HIV

    dengan aktivitas antiretroviral

    pada uji klinis. NHtBu = amido

    tersier butil dan Ph = fenil

    (Flexner, 1998).

    Uji klinis menunjukkan bahwa

    terapi tunggal dengan

    menggunakan inhibitor protease

    saja dapat menurunkan jumlah RNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4

    (indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertama perlakuan. Namun demikian,

    kemampuan senyawa-senyawa ini untuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehingga

    menyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIV yang tahan terhadap obat.

    Karena itu, pengobatan dilakukan dengan menggunakan suatu terapi kombinasi bersama-sama

    dengan inhibitor reverse transcriptase. Inhibitor protease yang dikombinasikan dengan

    inhibitor reverse transkriptase menunjukkan respon antiviral yang lebih signifikan yang dapat

    bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama (Patrick & Potts, 1998).

    Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa sampai saat ini belum ada obat yang benar-

    benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya

    menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan.

    Oleh karena itu, tantangan bagi para peneliti di seluruh dunia (termasuk Indonesia)

    adalah untuk mencari obat yang dapat menghancurkan virus yang terdapat dalam tubuh, bukan

    hanya menghambat pertumbuhan virus. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati,

    19

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    20/23

    tentunya memiliki potensi yang sangat besar untuk ditemukannya obat yang berasal dari alam.

    Penelusuran senyawa yang berkhasiat tentunya memerlukan penelitian yang tidak sederhana.

    Dapatkah obat tersebut ditemukan di Indonesia?

    BAB VI

    20

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    21/23

    TOPIK YANG TIDAK DIMENGERTI

    Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori

    C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.

    b. Kategori Klinis A

    Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human

    Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori

    klinis B dan C

    4. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.

    5. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized

    Limpanodenophaty )

    6. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang

    menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

    c. Kategori Klinis B

    Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

    9. Angiomatosis Baksilaris

    10. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap

    terapi

    11. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )

    12. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.

    13. Leukoplakial yang berambut

    14. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu

    dermaton saraf.

    15. Idiopatik Trombositopenik Purpura

    16. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

    d. Kategori Klinis C

    Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

    23. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus

    24. Kanker serviks inpasif

    25. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

    26. Kriptokokosis ekstrapulmoner

    27. Kriptosporidosis internal kronis

    28. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )

    21

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    22/23

    29. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )

    30. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

    31. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )

    32. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )

    33. Isoproasis intestinal yang kronis

    34. Sarkoma Kaposi

    35. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

    36. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner

    37. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )

    38. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner

    39. Pneumonia Pneumocystic Cranii

    40. Pneumonia Rekuren

    41. Leukoenselophaty multifokal progresiva

    42. Septikemia salmonella yang rekuren

    43. Toksoplamosis otak

    44. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

    22

  • 7/23/2019 80485249 ASKEP Sistem Hematoogi HIV Amp AIDS Pada Anak

    23/23

    Daftar Pustaka

    1. Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293

    2. Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin.

    Microbiol. Rev. 11: 614-627.