8. PEMUNGUT PPN

21
Halaman 79 Kegiatan Belajar 8 8. PEMUNGUT PPN A. Indikator a. Peserta pelatihan dapat menyebutkan pihak-pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPN b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan mekanisme pemungutan PPN oleh Pemungut PPN B. Uraian dan Contoh a. Pihak-Pihak yang Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%). Namun demikian, apabila yang bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN- nya (10%) disetor langsung ke Kas Negara. Adapun pihak-pihak yang ditunjuk debagai pemgut adalah: a. Instansi Pemerintah (Pusat/Daerah/Desa) b. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) d. Badan usaha tertentu e. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP) b. Mekanisme Pemungutan PPN oleh Pemungut PPN 1. Instansi Pemerintah Setiap Instansi Pemerintah wajib mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah menurut keadaan yang sebenarnya. Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh PKP Rekanan Pemerintah kepada Instansi Pemerintah.Instansi Pemerintah wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang. 52 Mekanisme pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut ; 1. Pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan, wajib membuat: 52 PMK 231/PMK.03/2019

Transcript of 8. PEMUNGUT PPN

Page 1: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 79

Kegiatan

Belajar

8 8. PEMUNGUT PPN

A. Indikator

a. Peserta pelatihan dapat menyebutkan pihak-pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPN

b. Peserta pelatihan dapat menjelaskan mekanisme pemungutan PPN oleh Pemungut

PPN

B. Uraian dan Contoh

a. Pihak-Pihak yang Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN

Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh

PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar kepada

PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%). Namun demikian, apabila

yang bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus),

PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual,

melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian,

Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-

nya (10%) disetor langsung ke Kas Negara. Adapun pihak-pihak yang ditunjuk debagai pemgut

adalah:

a. Instansi Pemerintah (Pusat/Daerah/Desa)

b. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau

pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

d. Badan usaha tertentu

e. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP)

b. Mekanisme Pemungutan PPN oleh Pemungut PPN

1. Instansi Pemerintah

Setiap Instansi Pemerintah wajib mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP yang wilayah

kerjanya meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah menurut keadaan yang sebenarnya.

Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh PKP Rekanan Pemerintah

kepada Instansi Pemerintah.Instansi Pemerintah wajib memungut, menyetor, dan melaporkan

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang. 52

Mekanisme pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut ;

1. Pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan, wajib membuat:

52 PMK 231/PMK.03/2019

Page 2: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 80

a) Faktur Pajak dan SSP, dengan ketentuan Faktur Pajak diisi dengan lengkap rangkap 3

dengan peruntukan :

- lembar ke-1 untuk Instansi pemerintah sebagai Pemungut PPN

- lembar ke-2 untuk arsip PKP Rekanan

- lembar ke-3 untuk KPP melalui Instansi Pemerintah.

Oleh Instansi Pemerintah yang melakukan pemungutan, pada setiap lembar Faktur

Pajak wajib dibubuhi cap “Disetor tanggal ……..” dan ditandatangani oleh Instansi

Pemerintah yang bersangkutan.

Oleh KPKN yang melakukan pemungutan untuk kepentingan Instansi Pemerintah, pada

setiap lembar Faktur Pajak dicantumkan “nomor dan tanggal advis SPM”.

b) SSP yang diisi adalah kolom identitas dan jumlah pajak terutang, sedangkan kolom

lainnya tidak perlu diisi. Adapun jumlah lembar SSP dibuat rangkap 5. Setelah PPN dan

PPnBM, atau PPN yang terutang disetor ke bank persepsi atau kantor pos, SSP

tersebut didistribusikan :

- lembar ke-1 untuk PKP Rekanan

- lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak

- lembar ke-3 untuk PKP Rekanan, akan dilampirkan pada SPT Masa PPN

- lembar ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos.

- lembar ke-5 untuk pertinggal Instansi Pemerintah.

Pada setiap lembar SSP ini oleh KPKN yang melakukan pemungutan pajak untuk

kepentingan Instansi Pemerintah dibubuhi “nomor dan tanggal advis SPM”. pada SSP

lembar ke-1 dan lembar ke-2 dibubuhi cap “TELAH DIBUKUKAN” oleh KPKN.

2. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM.

3. Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran;

4. Penyetoran Pajak yang dipungut.

Instansi Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah Daerah wajib menyetorkan PPh dan

PPN atau PPN dan PPnBM yang telah dipotong dan/atau dipungut paling lama 7 (tujuh) hari

setelah tanggal pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau pada hari yang sama

dengan pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme Langsung sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan.

Instansi Pemerintah Desa wajib menyetorkan PPh dan PPN atau PPN dan PPnBM yang

telah dipotong dan/atau dipungut paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah

pelaksanaan pembayaran..

5. Pelaporan pajak yang telah dipungut dan disetor.

Instansi Pemerintah yang melakukan pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM atau

PPN wajib menyampaikan laporan kepada KPP tempat Instansi Pemerintah terdaftar dengan

menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut PPN Formulir 1107PUT”

yang dibuat dalam rangkap 2 paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan dilakukan

pembayaran atas tagihan, yang masing-masing diperuntukkan sebagai berikut :

- lembar ke-1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 untuk KPP ;

- lembar ke-2, untuk arsip Instansi Pemerintah.

6. Beberapa pembayaran ini tidak perlu dilakukan pemungutan PPN oleh Pemungut PPN

Instansi Pemerintah, yaitu:

Page 3: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 81

PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh Instansi Pemerintah, dalam hal:

a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak

termasuk jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang, dan bukan merupakan

pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari

Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah);

b. pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja Instansi Pemerintah Pusat

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara

pembayaran dan penggunaan kartu kredit pemerintah;

c. pembayaran untuk pengadaan tanah;

d. pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak

oleh PT Pertamina (Persero);

e. pembayaran atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;

f. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan

penerbangan; dan/atau

g. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang

menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan, mendapat fasilitas

PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN.

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai

dengan huruf f, dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh PKP Rekanan Pemerintah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2010 kontraktor kontrak

kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau pemegang

kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi ditunjuk untuk memungut,

menyetor, dan melaporkan pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Rekanan kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang

Izin dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin.

Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang

Kuasa/Pemegang Izin adalah sebesar 10% dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dalam

hal penyerahan Barang Kena Pajak selain terutang Pajak Pertambahan Nilai juga terutang

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka jumlah Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

harus dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin adalah sebesar tarif

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak.

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah tidak dipungut oleh Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin dalam

hal:

a) pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 termasuk jumlah Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

b) pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang

menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak

Page 4: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 82

Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai;

c) pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh

PT Pertamina (Persero);

d) pembayaran atas rekening telepon;

e) pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;

dan/atau

f) pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan

perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah yang terutang sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,

dan huruf e dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Rekanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan.

Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin. Faktur

Pajak harus dibuat pada saat:

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau

c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang dilakukan paling lama pada saat:

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau

c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib menyetorkan Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

yang telah dipungut ke Kantor Pos/ Bank Persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya

setelah Masa Pajak berakhir. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin wajib

melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Kontraktor atau

Pemegang Kuasa/Pemegang Izin terdaftar paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak. Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak

Pertambahan Nilai.

Adapun tata cara pemungutan dan penyetoran adalah sebagai berikut:

1. Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau

JKP kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin.

2. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibuat sesuai dengan ketentuan di

bidang perpajakan.

Page 5: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 83

3. SSP sebagaimana dimaksud pada angka 1 diisi dengan membubuhkan NPWP serta

identitas Rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh Kontraktor atau

Pemegang Kuasa/Pemegang Izin sebagai penyetor atas nama Rekanan.

4. Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM, maka Rekanan

harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.

5. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 1dibuat dalam rangkap 3 (tiga):

1. lembar kesatu untuk Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin;

2. lembar kedua untuk Rekanan; dan

3. lembar ketiga untuk Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin yang

dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN.

6. SSP sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan

peruntukkan sebagai berikut:

1. lembar kesatu untuk Rekanan;

2. lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos;

3. lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN;

4. lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos; dan

5. lembar kelima untuk Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin yang

dilampirkan pada SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN.

7. Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin yang melakukan pemungutan wajib

membubuhkan cap "Disetor Tanggal .............." dan menandatanganinya pada Faktur

Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 5.

8. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN atau PPN

dan PPnBM.

Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin selaku pemungut PPN wajib

melaporkan pemungutan dan penyetoran PPN dengan mengisi SPT Masa PPN Formulir

1107PUT. Pelaporan dilakukan setiap bulan ke KPP tempat Kontraktor atau Pemegang

Kuasa/Pemegang Izin terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa

Pajak, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 dan SSP lembar ke-5.

3. Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pajak Pertambahan Nilai

atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan kepada Badan Usaha

Milik Negara dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Badan Usaha Milik Negara. Jumlah Pajak

Pertambahan Nilai yang harus dipungut oleh Badan Usaha Milik Negara adalah sebesar 10%

dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dalam hal atas penyerahan Barang Kena Pajak

selain terutang Pajak Pertambahan Nilai juga terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

jumlah Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang harus dipungut oleh Badan Usaha Milik

Negara adalah sebesar tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berlaku dikalikan

dengan Dasar Pengenaan Pajak.

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah tidak dipungut oleh Badan Usaha Milik Negara dalam hal :

Page 6: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 84

a) pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 termasuk jumlah Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

b) pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang

menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak

Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai;

c) pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh

PT Pertamina (Persero);

d) pembayaran atas rekening telepon;

e) pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;

dan/atau

f) pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan

perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah yang terutang sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf

e, dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh rekanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Badan Usaha Milik Negara. Faktur Pajak harus dibuat pada

saat :

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau

c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah dilakukan pada saat :

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau

c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Badan Usaha Milik Negara wajib menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor

Pos/Bank Persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Badan Usaha Milik Negara wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut dan disetor ke Kantor

Pelayanan Pajak tempat Badan Usaha Milik Negara terdaftar paling lama pada akhir bulan

berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan

Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

Page 7: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 85

4. Badan Usaha Tertentu

Badan usaha tertentu ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Badan usaha tertentu tersebut

meliputi:

a. badan usaha milik negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah

berlakunya Peraturan Menteri ini, dan restrukturisasi tersebut dilakukan melalui

pengalihan saham milik negara kepada badan usaha milik negara lainnya;

b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh

Pemerintah yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk

Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;

c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh badan usaha milik negara yaitu

PT Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen

Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali

Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Badak Natural Gas

Liquefaction, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Tambang Timah, PT Terminal

Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI

Syariah, dan Bank BNI Syariah.

Dalam hal badan usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c

melakukan perubahan nama badan usaha, badan usaha tertentu tersebut tetap ditunjuk

sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah. Jika badan usaha tertentu tidak lagi dimiliki secara langsung

oleh badan usaha milik negara, badan usaha tertentu dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai

pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

5. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP)

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor 166/PMK.03/2018 Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP) ditunjuk sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi, (IUPK OP) adalah Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi dengan kriteria:

a. merupakan perubahan bentuk usaha pertambangan dari Kontrak Karya yang belum berakhir kontraknya;

b. bergerak di bidang usaha pertambangan mineral; dan c. izinnya diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

energi dan sumber daya mineral sampai dengan tanggal 31 Desember 2019, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Rekanan kepada Pemegang IUPK OP, dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemegang IUPK OP. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut oleh Pemegang IUPK OP dalam hal:

a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

Page 8: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 86

b. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

c. pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero);

d. pembayaran atas rekening telepon; e. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;

dan/atau f. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan

perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Pemegang IUPK OP. Faktur Pajak tersebut harus dibuat pada saat:

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Rekanan wajib melaporkan Faktur Pajak tersebut pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan paling lama pada saat:

a. penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; b. penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; atau c. penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

Pemegang IUPK OP wajib menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Bank Persepsi/Pos Persepsi paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemegang IUPK OP wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dipungut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemegang IUPK OP terdaftar paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai. C. Rangkuman

Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh

PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar kepada

PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%). Namun demikian, apabila

yang bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus),

PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual,

melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian,

Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-

nya (10%) disetor langsung ke Kas Negara. Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari

a. Instansi Pemerintah (Pusat/Daerah/desa) yang dananya berasal dari APBN/APBD

b. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau

pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi.

Page 9: 8. PEMUNGUT PPN

Halaman 87

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

d. Badan Usaha Tertentu

Page 10: 8. PEMUNGUT PPN

PEMUNGUT PPN

Page 11: 8. PEMUNGUT PPN

Pemungut PPN

❑ Instansi Pemerintah

❑ K3S Migas dan Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi

❑ Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

❑ Badan Usaha Tertentu

❑ Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP)

Page 12: 8. PEMUNGUT PPN

Perbandingan Pemungut PPN

Instansi Pemerintah K3S Migas, BUMN, Badan Usaha

Tertentu

Pengecualian

dari

pemungutan

a.pembayaran yang jumlahnya paling

banyak Rp2.000.000 tidak termasuk jumlah

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang,

dan bukan merupakan pembayaran yang

dipecah dari suatu transaksi yang nilai

sebenarnya lebih dari Rp2.000.000;

b.pembayaran dengan kartu kredit

pemerintah atas belanja Instansi

Pemerintah Pusat sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai tata cara pembayaran

dan penggunaan kartu kredit pemerintah;

c.pembayaran untuk pengadaan tanah;

d.pembayaran atas penyerahan bahan bakar

minyak dan bahan bakar bukan minyak

oleh PT Pertamina (Persero);

e.pembayaran atas penyerahan jasa

telekomunikasi oleh perusahaan

telekomunikasi;

f. pembayaran atas jasa angkutan udara

yang diserahkan oleh perusahaan

penerbangan; dan/atau

g.pembayaran atas penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

yang menurut ketentuan perundang-

undangan di bidang perpajakan, mendapat

fasilitas PPN tidak dipungut atau

dibebaskan dari pengenaan PPN

a. pembayaran yang jumlahnya paling

banyak Rp10.000.000 termasuk jumlah

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang terutang dan

tidak merupakan pembayaran yang

terpecah-pecah;

b. pembayaran atas penyerahan Barang

Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

yang menurut ketentuan perundang-

undangan di bidang perpajakan

mendapat fasilitas Pajak Pertambahan

Nilai tidak dipungut atau dibebaskan dari

pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

c. pembayaran atas penyerahan bahan

bakar minyak dan bahan bakar bukan

minyak oleh PT Pertamina (Persero);

d. pembayaran atas rekening telepon;

e. pembayaran atas jasa angkutan udara

yang diserahkan oleh perusahaan

penerbangan; dan/atau

f. pembayaran lainnya untuk penyerahan

barang dan/atau jasa yang menurut

ketentuan perundang-undangan di bidang

perpajakan tidak dikenai Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah.

Page 13: 8. PEMUNGUT PPN

Instansi Pemerintah

• Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, dan instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran

Page 14: 8. PEMUNGUT PPN

Pemungut PPN

• Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh PKP Rekanan Pemerintah kepada Instansi Pemerintah.

• Instansi Pemerintah wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang

Page 15: 8. PEMUNGUT PPN

• Saat pemungutan?

• Saat pembuatan faktur?

• Saat penyetoran ?

• Saat pelaporan ?

Lihat di bahan ajar

Page 16: 8. PEMUNGUT PPN

K3S MIGAS dan Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi

Yang ditunjuk sebagai pemungut PPN adalaha. kontraktor kontrak kerja sama

pengusahaan minyak dan gas bumi; danb.kontraktor atau pemegang

kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.

Page 17: 8. PEMUNGUT PPN

BUMN

BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut PPN adalah BUMN yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, tidak termasuk anak perusahaan dan joint operation atau bentuk kerja sama lainnya.

Page 18: 8. PEMUNGUT PPN

• Saat pemungutan?

• Saat pembuatan faktur?

• Saat penyetoran ?

• Saat pelaporan ?

Lihat di bahan ajar

Page 19: 8. PEMUNGUT PPN

Badan Usaha Tertentu

a. badan usaha milik negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah, dan restrukturisasi tersebut dilakukan melalui pengalihan saham milik negara kepada badan usaha milik negara lainnya;

b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;

c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh badan usaha milik negara yaitu PT Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah.

Dalam hal badan usaha tertentu tidak lagi dimiliki secara langsung oleh badan usaha milik negara, badan usaha tertentu dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Page 20: 8. PEMUNGUT PPN

• Saat pemungutan?

• Saat pembuatan faktur?

• Saat penyetoran ?

• Saat pelaporan ?

Page 21: 8. PEMUNGUT PPN

Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi

• Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP) ditunjuk sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. – Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi, (IUPK OP) adalah

Pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi dengan kriteria:– merupakan perubahan bentuk usaha pertambangan dari Kontrak Karya yang

belum berakhir kontraknya;– bergerak di bidang usaha pertambangan mineral; dan– izinnya diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang energi dan sumber daya mineral sampai dengan tanggal 31 Desember 2019,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.• Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Rekanan kepada Pemegang IUPK OP, dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemegang IUPK OP