7.Ok - Bab IV - Analisis Dan Pembahasan
-
Upload
anita-nurfitriyani -
Category
Documents
-
view
130 -
download
1
Transcript of 7.Ok - Bab IV - Analisis Dan Pembahasan
IV - 1
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 DAS CIPAMOKOLAN
4.1.1 Sungai Cipamokolan
Sungai Cipamokolan ini merupakan bagian dari DAS Cipamokolan dan memiliki luas
4.261 Ha. Sungai Cipamokolan ini mengalirkan air dari sumber air Gunung Manglayang
dan bermuara di Sungai Citarum. Debit minimal rata-rata dari Sungai Cipamokolan
adalah 25 m3/detik dan debit maksimal rata-rata 40 m3/detik. Sungai ini melintasi 6
kecamatan yang berada di wilayah Kota Bandung, yaitu Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Buahbatu, Kecamatan
Arcamanik, dan Kecamatan Cicadas. Sungai Cipamokolan ini memiliki panjang 18 km
dengan lebar badan sungai sebesar 10-15 meter (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009).
Permasalahan yang terlihat jelas adalah mengenai penumpukan sampah di sepanjang
Sungai Cipamokolan, selain itu warna air sungainya yang berubah menjadi hitam dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya
kegiatan industri serta kegiatan masyarakat setempat yang mengambil badan sungai
serta banyaknya sampah yang dibuang ke sungai. Banyak pula ditemui bangunan-
bangunan yang permanen dan semi permanen yang sebagian dari itu menghadap ke
sungai (Laporan RDTRK, 2011). Di sepanjang sungai Cipamokolan terdapat Sentra Usaha
Sablon, industri tekstil, industri kabel dan lampu, bengkel-bengkel, Rumah Sakit Ujung
Berung dan Rumah Sakit Al-Islam serta pemukiman, kebun-kebun milik para warga,
rumah makan, perkantoran, perniagaan yang merupakan kegiatan domestik. Adapun
beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai Cipamokolan yaitu PT. Alam Inti
Kreasi, PT. Professindo Jayanti, dan sebagainya.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cipamokolan memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cipamokolan berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
IV - 2
Tabel 4.1 Kualitas Air Sungai Cipamokolan
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II I II I II I II I II I II
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 918,0 405,0 682,9 1.239,0 571,8 646,2 503,8 550,0 253,8 314,2 2 Kekeruhan NTU - 10,5 12,6 14,3 32,7 18,7 7,4 5,0 2,6 25,4 14,0 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 439,0 229,0 306,0 688,0 531,6 595,3 251,9 275,0 90,9 111,8 4 Suhu 0C ± 3 27,6 32,0 32,4 27,7 25,4 31,1 28,0 23,9 28,0 29,0 5 Warna TCU - 367 237 23 69 163 69 25 30 40 35
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 1,71 2,03 8,80 7,70 2,30 1,51 0,06 < 0,01 0,02 0,03 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 0,91 0,78 0,57 0,62 0,73 0,52 0,08 < 0,01 0,82 0,08 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,40 0,52 0,10 0,10 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 0,23 0,45 0,09 0,24 < 0,02 < 0,02 0,45 1,27 0,26 0,30
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,03 0,01 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,010 0,010 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 78,22 36,99 44,49 88,47 24,30 23,30 33,95 49,03 < 1,5 < 1,5 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0,07 < 0,01 < 0,01
< 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,220 0,250 0,050 0,060 1,620 0,320 0,360 0,110 0,330 0,140 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,03 0,12 0,01 0,02 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,21 0,22 1,00 1,40 < 0,01 < 0,01 1,39 0,83 1,17 0,64 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 0,12 0,06 0,06 0,12 0,09 0,05 0,19 1,15 0,62 0,43 17 pH - 6,0 - 9,0 6,50 7,00 7,26 7,30 6,12 6,23 7,87 7,20 6,20 6,90 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,06 0,05 0,14 < 0,01 0,03 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 96,94 3,58 9,30 153,68 15,62 49,81 44,80 112,98 14,22 11,93 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 < 0,02 < 0,02 0,06 < 0,02 0,17 < 0,02 0,03 0,03 < 0,02 < 0,02 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,07 0,20 0,01 0,02 0,24 0,62 0,02 0,07 0,04 0,04
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 60 300 48 100 55 82 250 450 88 74 23 COD mg/L 10 84,66 360,4 60,45 142,35 71,70 95,54 345,69 620,48 148,55 122,70 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 1,30 3,70 0,90 2,62 4,38 1,38 0,19 1,07 0,10 0,20 25 Fenol mg/L 0,001 0,02 0,02 tt tt < 0,005 < 0,005 0,050 0,080 0,020 0,040 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 2,50 2,50 0,50 1,00 2,35 1,85 2,73 1,55 2,01 1,62
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 1,1 x 107 2,1 x 105 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 105 2,4 x 105 3,5 x 105 2,9 x 106 2,1 x 106 5,3 x 106 7,5 x 105 2,4 x 103 4,6 x 106 2 x 105
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 3
Kualitas air Sungai Cipamokolan dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cipamokolan yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 15 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Kadmium
(Cd), Kromium heksavalen (Cr6+), Mangan (Mn), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn), Tembaga (Cu),
Timbal (Pb), BOD, COD, detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 9 parameter dari
29 parameter kualitas air. Nilai dari parameter pada tahun tersebut telah mengalami
penurunan dengan kata lain pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan. Ke-9
parameter tersebut adalah Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), Timbal (Pb), BOD,
COD, Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Amoniak yang tidak memenuhi standar baku mutu disebabkan oleh banyaknya limbah
domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, terutama yang berasal dari seni dan
tinja. Begitu pula terdapatnya Nitrit di Sungai Cipamokolan berasal dari limbah kebun
dan sawah milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai tersebut. Timbal
pada air Sungai Cipamokolan berasal dari limbah industri. Keberadaan Fenol yang
terdapat pada sungai ini berasal air limbah domestik terutama pemutih pakaian dan
limbah rumah sakit karena Fenol biasa digunakan untuk pencucian peralatan rumah
sakit.
BOD dan COD, kandungan DO pada Sungai Cipamokolan pun pada tahun 2007 sampai
2012 baik di daerah hulu maupun di daerah hilir nilainya tidak memenuhi standar baku
mutu. BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai,
selain itu perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia
dan biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan dari hulu
ke hilir pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 terlihat fluktuasi dari BOD, COD, dan DO dari
tahun 2007 sampai 2012.
IV - 4
Gambar 4.1 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai
Cipamokolan
Gambar 4.2 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai
Cipamokolan
Fluktuasi nilai COD dan BOD yang teridentifikasi berasal dari limbah industri. Adanya
pemantauan yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri
menghasilkan nilai COD dan BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai
meningkat. Namun, pada tahun 2011 terlihat nilai COD dan BOD yang sangat tinggi
dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-2012). Hal tersebut diakibatkan oleh para
pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau tidak akan dipantau lagi
sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami peningkatan terakumulasi ke
2.50 0.50 2.35 2.73 2.01
60.0048.00 55.00
250.00
88.0084.66 60.45 71.70
345.69
148.55
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
Tahun
mg/L
2.50 1.00 1.85 1.55 1.62
300.00
100.00 82.00
450.00
74.00
360.40
142.3595.54
620.48
122.70
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
IV - 5
tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada). Nilai COD an BOD pada tahun
2012 tetap saja belum memenuhi standar baku mutu, walupun kualitas air mengalami
peningkatan.
Coliform sendiri sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun
bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai
indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang
banyak merupakan parzasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta
terkandung dalam feses (Servais, 2007). Tidak semua bakteri Coliform berasal dari usus
manusia, ia dapat juga berasal dari hewan dan bahkan ada yang hidup bebas karenanya
ada test lanjutan yang memeriksa Escherichia coli yang pasti berasal dari tinja (Soemirat,
2002). Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata melebihi standar
baku mutu yaitu 11.000.000/100 mL pada daerah hulu dan 270.000/100 mL pada daerah
hilir. Sedangkan standar baku mutu yang diperolehkan menurut SK. Gubernur Jawa
Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 10.000/100 mL. Begitu juga jumlah E. Coli yang
terpantau pada tahun 2012 tidak memenuhi standar baku mutu yaitu 4.600.000/100 ml
di daerah hulu dan 200.000/100 mL di daerah hilir dengan standar baku mutunya
sebesar 2.500/100 mL.
Gambar 4.3 Hasil Pemantauan E. Coli pada Sungai Cipamokolan
240,000 350,000
2,100,000
750,000
4,600,000
240,000
2,900,000
5,300,000
2,400200,000
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
US Setelah Sungai Cicadas (Jl. A. Yani) DS Jl. Soekarno Hatta
SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
Jumlah/100 mL
IV - 6
E. Coli yang terdapat di Sungai Cipamokolan ini berasal dari limbah domestik yang
langsung dibuang ke saluran drainase dan pemukiman merupakan tata guna lahan yang
dominan sehingga mengakibatkan terdapatnya jumlah E. Coli yang tinggi pada air sungai
ini. Pada tahun 2012 jumlah E. Coli di hulu lebih besar dibandingkan di hilir, hal tersebut
dikarenakan di daerah hulu sebagian besar terdapat pemukiman.
4.1.2 Sungai Cikiley
Sungai Cikiley ini adalah sungai yang terdapat di DAS Cipamokolan dan memiliki Sub DAS
seluas 489 Ha. Sungai ini mengalirkan air dari Tangkapan Air Cisumur dan bermuara ke
Sungai Cipamokolan. Sungai Cikiley melintasi Kecamatan Cicadas di Kota Bandung
sepanjang 5 km dengan lebar rata-rata di hulu sebesar 3 meter dan di hilir 8 meter
(Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009). Sungai Cikiley mengalir dengan debit minimal rata-
rata 0,30 m3/detik dan debit maksimal rata-rata 27 m3/detik. Di sepanjang daerah aliran
Sungai Cikiley ini terdapat industri-industri terutama industri tekstil dan sablon serta
terdapat kegiatan domestik seperti pemukiman, warung-warung nasi kecil, dan bengkel-
bengkel. Sering ditemukan pula para penduduk yang ada di sepanjang Sungai Cikiley
yang membuang sampah ke sungai. Adapun beberapa industri yang terdapat di
sepanjang Sungai Cikiley adalah PT. Grantex, PT. Indosco Utama, PT. Printex, PT.
Cesamatra Sablon, PT. Rabbit Sablon, PT. BTN, dan sebagainya. Terdapatnya pemukiman
merupakan tata guna lahan yang paling dominan terutama di bagian tengah sungai
(middle stream) dan hilir sungai (down stream).
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cikiley memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cikiley berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007 sampai
tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
IV - 7
Tabel 4.2 Kualitas Air Sungai Cikiley
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II III I II III I III I III I III I III
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 267,0 731,0 1.118,0 336,3 295,6 1.728,0 295,4 526,1 387,0 638,4 410,0 508,0 2 Kekeruhan NTU - 7,96 31,00 47,00 3,87 18,90 39,10 6,98 75,20 1,28 1,42 6,03 13,80 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 127,0 353,0 549,0 197,7 143,3 602,0 266,3 464,7 193,5 319,2 104,0 164,0 4 Suhu 0C ± 3 25,2 25,4 25,1 34,1 33,4 31,0 26,5 25,0 26,9 26,6 28,0 28,0 5 Warna TCU - 146 184 313 < 5 < 5 25 31 103 20 20 35 40
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 0,23 4,45 8,00 3,02 25,05 0,80 1,60 0,76 0,02 0,01 0,02 0,02 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 0,54 4,62 6,02 0,33 1,15 0,83 0,51 2,99 < 0,01 < 0,01 0,24 0,62 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,10 0,17 0,10 0,30 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,08 0,13 0,45 < 0,02 < 0,02 0,28 1,44 0,27 0,25
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,003 0,008 0,012 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,010 0,010 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 13,20 58,52 69,47 16,99 257,92 126,96 7,70 18,60 35,83 18,86 3,97 6,21 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,03 0,06 0,11 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,07 0,05 < 0,05 < 0,05 0,07 0,08 0,40 0,86 0,050 0,010 0,06 0,13 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,03 0,03 0,03 < 0,007 0,01 0,01 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,74 0,17 0,17 0,50 0,80 2,15 < 0,01 < 0,01 2,86 3,10 5,79 6,32 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 1,46 0,04 0,05 0,04 0,04 0,61 0,01 0,03 2,28 0,72 0,26 0,26 17 pH - 6,0 - 9,0 7,60 8,7 8,60 7,71 7,24 7,72 6,00 6,30 7,26 7,12 7,10 7,05 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,18 0,03 0,30 < 0,01 < 0,01 0,06 < 0,005 0,14 < 0,005 < 0,005 0,03 < 0,005 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 75,40 200,15 235,17 12,22 159,20 95,44 < 2,4 4,60 2,06 52,11 12,45 11,62 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 < 0,02 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,04 0,05 < 0,02 0,01 0,02 < 0,02 < 0,02 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 < 0,01 0,01 < 0,01 0,02 0,04 0,03 0,07 0,10 < 0,01 0,10 0,09 0,02
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 20,0 20 40,2 40,0 420,0 120,0 5,5 25,0 250,0 350,0 54,0 74,0 23 COD mg/L 10 30,20 34,27 65,71 59,57 587,80 184,40 12,07 33,89 320,64 407,93 89,90 123,60 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 0,26 2,13 2,69 < 0,01 0,20 < 0,01 0,77 1,98 0,06 0,10 0,08 0,10 25 Fenol mg/L 0,001 0,006 0,010 0,010 tt 0,060 0,010 < 0,005 < 0,005 0,005 0,008 < 0,005 0,007 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil < 1 < 1 1,4 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 2,20 2,20 1,88 2,20 0,90 0,60 2,90 1,98 1,85 1,05 0,70 1,35
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - - - 2,4 x 103 2,1 x 104 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 7 x 103 7 x 103 4,6 x 106 1,1 x 107 7 x 104 1,5 x 104 7,5 x 105 2,3 x 103 3 x 104 2 x 103 1,5 x 104
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Middle Stream); III (Down Stream).
IV - 8
Berdasarkan Tabel 4.2 kualitas air Sungai Cikiley dibandingkan terhadap standar baku
mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan
Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B,
C, dan D. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cikiley yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 17 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Besi (Fe),
Kadmium (Cd), Kromium heksavalen (Cr6+), Mangan (Mn), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn),
Tembaga (Cu), Timbal (Pb), BOD, COD, detergen (MBAS), Fenol, Minyak dan Lemak, DO,
Coliform, serta E. Coli.
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 7 parameter dari
29 parameter kualitas air pada Sungai Cikiley yaitu Nitrit (NO2-N),, BOD, COD, Fenol, DO,
Coliform, dan E. Coli.
Terdapatnya Nitrit pada Sungai Cikiley yang melebihi standar baku mutu berasal dari
limbah kebun dan sawah milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai
tersebut akibat dari penggunaan pupuk. Sedangkan keberadaan Fenol yang terdapat
pada sungai ini berasal air limbah domestik terutama pemutih pakaian.
Pada tahun 2012 pun nilai dari BOD dan COD pun tetap belum memenuhi standar baku
mutu, begitu juga dengan DO yang belum mencukupi berdasarkan standar baku mutu.
Standar baku mutu yang ditetapkan untuk DO menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39
Tahun 2000 adalah sebesar > 3 mg/L. BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya
pencemaran pada air sungai, selain itu perbandingan BOD dan COD dapat menentukan
pengolahan secara fisika-kimia dan biologi terhadap air sungai yang tercemar.
Berdasarkan hasil pemantauan BOD, COD, dan DO air Sungai Cikiley dapat dilihat pada
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Bila nilai BOD dan COD naik maka DO pun turun,
seharusnya dalam suatu badan air angka DO harus terdapat banyak karena digunakan
oleh biota air untuk melakukan aktifitasnya.
IV - 9
Gambar 4.4 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cikiley
Gambar 4.5 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai Cikiley
Fluktuasi nilai COD dan BOD teridentifikasi berasal dari limbah industri yang ada di
sekitar Sungai Cikiley. Adanya pemantauan yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung
terhadap IPAL industri menghasilkan nilai COD dan BOD menurun sehingga kualitas air
permukaan mulai meningkat. Sedangkan nilai COD dan BOD pada tahun 2011 yang
sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-2012), diakibatkan oleh para
pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau tidak akan dipantau lagi
sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami peningkatan terakumulasi ke
2.20 2.20 2.90 1.85 0.70
20.040.0
5.5
250.0
54.030.20
59.57
12.07
320.64
89.90
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
1.88 0.60 1.98 1.05 1.35
40.2
120.0
25.0
350.0
74.065.71
184.40
33.89
407.93
123.60
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 10
tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada). Walaupun kualitas air sungai
mengalami peningkatan, tetapi nilai COD dan BOD belum memenuhi standar baku mutu.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata memenuhi standar baku
mutu yaitu 2.400/100 mL pada daerah hulu dan 21.000/100 mL pada daerah hilir
ternyata melebihi standar baku mutu. Sedangkan standar baku mutu yang diperolehkan
menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 10.000/100 mL.
Standar baku mutu yang ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 adalah sebesar 2.500/100 mL. Berdasarkan Gambar 4.7 jumlah E. Coli di daerah
hulu sungai pada tahun 2012 telah memenuhi standar baku mutu, sedangkan di daerah
hilir sebesar 15.000/100 mL belum memenuhi standar baku mutu dengan standar baku
mutu yang diperbolehkan untuk E. Coli sebesar 2.500/100 mL.
Gambar 4.6 Hasil Pemantauan E. Coli pada Sungai Cikiley
E. Coli yang terdapat di Sungai Cikiley berasal dari limbah domestik yang langsung
dibuang ke saluran drainase dan mengakibatkan terdapatnya jumlah E. Coli yang tinggi
pada air sungai ini.
2,400
4,600,000
15,000 2,300 2,0007,000
11,000,000
7,00070,000
750,00030,000
15,0000
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
US Belakang PT. Indosco MD Jl. ArcamanikDS Jl. Cingised SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Jumlah/100 mL
Tahun
IV - 11
4.1.3 Sungai Cisaranten
Sungai Cisaranten merupakan sungai yang mengalirkan air dari Tangkapan Air dan
melewati Sungai Cipagalo bermuara ke Sungai Cipamokolan. Aliran sungai ini melintas di
Kecamatan Arcamanik sepanjang 5 km dengan lebar rata-rata di hulu sebesar 3 meter
dan dihilir 7 meter (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009). Debit minimal rata-rata yang
mengalir di Sungai Cisaranten sebesar 1,50 m3/detik dan debit maksimal rata-rata
sebesar 30 m3/detik. Di sepanjang Sungai Cisaranten terdapat industri-industri terutama
industri tekstil, industri pakaian, industri kerajinan, dan sebagainya serta kegiatan
domestik berupa pertokoan, rumah makan, perniagaan, dan pemukiman yang lebih
dominan. Masih ditemukan beberapa penduduk yang ada di sepanjang Sungai
Cisaranten yang membuang sampahnya ke sungai. Adapun beberapa industri yang
terdapat di sepanjang Sungai Cisaranten adalah PT. Yuntex Raya, PT. Fujitex, PT.
Sandang Sari (S. Cilintung), PT. Purimas Eka, serta tata guna lahan yang paling dominan
adalah pemukiman.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cisaranten memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cisaranten berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3 .
Berdasarkan Tabel 4.3, kualitas air Sungai Cisaranten dibandingkan terhadap standar
baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan
Air dan Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat,
Golongan B, C, dan D. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cisaranten yang
dilakukan dari tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 16 parameter kualitas air yang
melebihi standar baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi
perubahannya. Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas
(NH3-N), Besi (Fe), Kromium heksavalen (Cr6+), Mangan (Mn), Nitrit (NO2-N), pH, Seng
(Zn), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), BOD, COD, detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan
E. Coli.
IV - 12
Tabel 4.3 Kualitas Air Sungai Cisaranten
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II I II I II I II I II I II
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 219,0 342,0 737,8 1140,0 565,8 910,6 398,8 417,2 250,8 501,7 2 Kekeruhan NTU - 78,60 71,90 12,40 11,90 9,26 11,50 0,87 1,67 6,34 10,90 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 88,2 13,8 360,1 537,0 519,3 831,9 199,4 208,6 90,0 190,6 4 Suhu 0C ± 3 24,7 25,3 31,5 28,8 26,1 30,0 26,5 25,4 24,0 24,1 5 Warna TCU - 19 43 < 5 < 5 46 67 25 25 50 20
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 0,43 1,00 17,10 5,50 1,04 0,46 < 0,01 0,02 0,02 0,02 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 5,47 7,70 0,57 0,39 0,46 0,38 0,03 < 0,01 0,04 0,10 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,80 0,40 0,20 0,60 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 0,19 < 0,02 0,24 0,33 < 0,02 < 0,02 0,37 0,21 0,25 0,28
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,003 0,01 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,006 0,010 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 17,99 < 0,5 69,48 124,46 27,30 25,80 27,35 20,74 2,07 8,28 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,05 0,69 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,05 0,58 < 0,05 < 0,05 0,67 0,95 0,070 0,090 0,05 0,38 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,02 0,05 < 0,007 < 0,007 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,45 0,25 0,40 0,40 < 0,01 < 0,01 0,68 1,02 4,99 10,32 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 1,27 0,86 0,02 0,06 0,03 0,08 1,33 1,91 0,50 0,35 17 pH - 6,0 - 9,0 7,26 7,02 7,37 7,56 6,31 5,61 7,36 7,42 6,20 6,20 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,06 0,07 < 0,01 < 0,01 < 0,005 0,01 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 13,85 83,96 16,18 94,11 23,34 249,42 3,67 128,65 < 0,4 103,78 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,76 5,34 0,04 0,03 0,04 0,02 0,03 0,04 < 0,02 < 0,02 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 < 0,01 < 0,01 0,01 0,02 0,62 0,41 0,09 0,10 0,03 0,02
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 80 100 120 90 98 125 160 250 70 60 23 COD mg/L 10 176,57 193,53 189,00 100,33 161,56 185,65 232,23 304,70 116,60 99,80 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 < 0,01 0,20 0,06 3,52 1,08 2,04 0,09 0,10 0,08 0,27 25 Fenol mg/L 0,001 tt 0,005 tt tt < 0,005 < 0,005 0,050 0,080 0,040 0,060 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 2,70 2,50 1,60 2,00 2,10 1,55 1,31 0,88 2,10 1,90
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 5,3 x 103 3,6 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 150 1,1 x 107 7 x 105 9,3 x 105 2,4 x 106 1,5 x 104 2,4 x 104 4,2 x 103 2,9 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream)
IV - 13
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 7 parameter dari
29 parameter kualitas air pada Sungai Cisaranten yaitu Nitrit (NO2-N), BOD, COD,
Detergen (MBAS), Fenol, DO, dan E. Coli.
Terdapatnya Nitrit pada Sungai Cisaranten yang melebihi standar baku mutu berasal dari
limbah kebun milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai tersebut akibat
dari penggunaan pupuk. Keberadaan detergen (MBAS) dan Fenol yang terdapat pada
Sungai Cisaranten berasal limbah laundry-laundry dan air limbah domestik terutama
deterjen dan pemutih pakaian, sedangkan Fenol pada sungai ini disebabkan karet-karet
dan plastik yang terdapat pada sampah yang dibuang ke Sungai Cisaranten.
BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai, selain itu
perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia dan
biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan BOD, COD,
dan DO air Sungai Cisaranten dapat di lihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9. Bila nilai
BOD naik, maka nilai COD dan DO pun turun.
Gambar 4.7 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cisaranten
2.70 1.60 2.10 1.31 2.10
80
12098
160
70
176.57189.00
161.56
232.23
116.60
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 14
Gambar 4.8 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai
Cisaranten
Nilai COD dan BOD yang fluktuatif teridentifikasi oleh BPLH Kota Bandung berasal dari
limbah industri yang ada di sekitar Sungai Cisaranten. Adanya pemantauan yang
dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri menghasilkan nilai COD dan
BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai meningkat. Sedangkan nilai COD
dan BOD pada tahun 2011 yang sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-
2012), diakibatkan oleh para pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau
tidak akan dipantau lagi sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami
peningkatan terakumulasi ke tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada).
Walaupun pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan tetapi nilai COD dan
BOD tetap belum memenuhi standar baku mutu.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata memenuhi standar baku
mutu baik di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 5.300/100 mL pada daerah hulu dan
3.600/100 mL pada daerah hilir. Sedangkan standar baku mutu yang diperolehkan
menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 10.000/100 mL.
Standar baku mutu untuk jumlah E. Coli yang ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa
Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 2.500/100 mL. Pada tahun 2012 baik di daerah
hulu maupun di daerah hilir keterdapatan E. Coli pada air sungai ini masih belum
2.50 2.00 1.55 0.88 1.90
10090
125
250
60
193.53
100.33
185.65
304.70
99.80
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 15
memenuhi standar baku mutu, jumlah e. Coli secara berturut-turut sebesar 4.900/100
mL dan 2.900/100 mL.
Gambar 4.9 Hasil Pemantauan E. Coli pada Sungai Cisaranten
Jumlah E. Coli yang terdapat di Sungai Cisaranten ini berasal dari limbah domestik yang
langsung dibuang ke saluran drainase yang mengakibatkan terdapatnya jumlah E. Coli
yang tinggi pada air sungai ini.
4.1.4 Status Mutu Air Sungai Pada DAS Cipamokolan
Sungai-sungai yang terdapat di DAS Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan, Sungai
Cikiley, dan sungai Cisaranten pada tahun 2011 telah diketahui status mutu airnya
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Metode STORET menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air dengan hasil pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Status Mutu Air DAS Cipamokolan Tahun 2011
No Nama Status Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cipamokolan D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten D D Tercemar Berat
Sumber : BPLH Kota Bandung, 2011. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
2,400
11,000,000
930,000 15,0004,200
150
70,000
2,400,000
24,0002,900
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah/100 mL
US Ujung Berung JL. Cipamokolan (Jl. SoeTa) SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
IV - 16
Untuk menentukkan status mutu air sungai yang terdapat di DAS Cipamokolan pada
tahun 2012 pun menggunakan Metode STORET yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Penentuan sistem penilaian untuk status mutu air menggunakan Jumlah contoh > 10
dengan nilai rata-rata karena pengukuran dilakukan 1 tahun sekali (lihat pada Tabel 3.1).
Tabel 4.5 Penentuan Status Mutu Air DAS Cipamokolan 2012
No Nama
Penentuan Total Nilai
Status Mutu *)
Keterangan Up
Stream Down
Stream Up
Stream Down
Stream
1 Sungai Cipamokolan -108 -120 D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley -72 -84 D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten -78 -90 D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
4.1.5 Kualitas DAS Cipamokolan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari ketiga sungai yang ada di DAS
Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten terdapat 4
parameter yang hingga tahun 2012 tidak memenuhi standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Keempat parameter tersebut adalah parameter BOD, COD, DO, dan E. Coli, sedangkan
untuk status baku mutu air sungai pada tahun 2012 dari ketiga sungai tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pemantauan Status Mutu Air Sungai di DAS Cipamokolan Tahun 2012
No Nama Statu Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cipamokolan D D Tercemar Berat 2 Sungai Cikiley D D Tercemar Berat 3 Sungai Cisaranten D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
BPLH Kota Bandung memperuntukkan Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai
Cisaranten tersebut untuk memenuhi golongan B, C, dan D yaitu air yang dapat
digunakan sebagai air baku air minum, keperluan perikanan dan peternakan serta untuk
pertanian, usaha perkotaan, industri. Pada tahun 2012 ketiga sungai tersebut tetap
IV - 17
belum memenuhi standar baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 Gol. B,C,D dengan status D (tercemar berat).
Tercemarnya di Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten berasal dari
limbah domestik yang meliputi permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
dan sebagainya. Limbah domestik ini meliputi limbah buangan kamar mandi, toilet,
dapur, dan air bekas pencucian. Limbah domestik yang terdapat di DAS Cipamokolan ini
langsung dibuang ke saluran drainase yang berakhir di sungai sehingga menyebabkan
jumlah E. Coli yang belum memenuhi standar baku mutu.
Gambar 4.10 Grafik BOD, COD, DO, dan E.Coli DAS Cipamokolan Tahun 2012
Sungai Cipamokolan Hulu, Sungai Cikiley Hulu dan Hilir, Sungai Cisaranten Hulu dan dan
Hilir merupakan daerah hulu dari DAS Cipamokolan. Berdasarkan Grafik 4.11 dapat
dilihat fluktuasi nilai BOD, COD, dan DO. Daerah hulu DAS Cipamokolan yang memiliki
nilai BOD dan COD yang tinggi dan saat di daerah hilir DASnya nilai BOD dan COD sudah
mengalami penurunan, tetapi nilai BOD dan COD di daerah hilir DAS belum memenuhi
standar baku mutu. Nilai DO pun mulai belum memenuhi standar baku mutu, padahal
nilai DO menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang tersedia di perairan yang
mengiidikasikan kesehatan suatu badan air dan kemampuan untuk mendukung
88
54
74 7060
74
148.55
89.90
123.60116.60
99.80
122.70
2.01 0.70 1.35 2.10 1.90 1.62
0
20
40
60
80
100
120
140
160
S. C
ipam
oko
lan
Hu
lu
S. C
ikile
y H
ulu
S. C
ikile
y H
ilir
S. C
isar
ante
n H
ulu
S. C
isar
ante
n H
ilir
BOD COD DO
Lokasi Sampling
mg/L
IV - 18
keseimbangan ekosistem akuatik. Keterdapatan E. Coli telah mengalami penurunan,
namun belum memenuhi standar baku mutu sampai daerah hilir DAS sebesar 2 x 105 per
100 mL. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengelolaan kualitas air sungai yang
dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan
Sungai Cisaranten yang terdapat di DAS Cipamokolan sehingga terjadi fluktuasi nilai
BOD, COD, DO, dan E. Coli.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut, maka status mutu dari kualitas air
DAS Cipamokolan adalah D (tercemar berat).
Fluktuasi kualitas air pada sungai-sungai di DAS Cipamokolan yaitu Sungai Cipamokolan,
Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten dipengaruhi oleh pengelolaan BPLH Kota Bandung
terhadap kualitas air permukaan (sungai). Pengelolaan yang dilakukan meliputi
pemantauan kualitas air sungai dan IPAL industri, serta PROKASIH (Program Kali Bersih)
dengan mensosialisasikan program tersebut kepada para pelaku pencemaran.
Pemantauan IPAL yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap industri baru
dilakukan terhadap 20 industri dari 40 industri yang ada di Kota Bandung.
Pemantauan kualitas air dari tahun 2007 hingga 2012 rutin dilakukan, begitu juga
pemantauan terhadap IPAL industri. Pada tahun 2007 BPLH Kota Bandung melakukan
teguran kepada para pelaku pencemar (industri) karena angka dari parameter-
parameter pencemar tinggi terutama pada BOD, COD, DO, dan E. Coli serta melakukan
kesepakatan dengan sebagian pelaku pencemar melalui surat penghargaan bagi industri
yang limbahnya memenuhi standar baku mutu dan surat teguran bagi industri yang
tidak memenuhi standar baku mutu, sehingga tahun 2008 kualitas air sungai-sungai
tersebut mengalami peningkatan terutama nilai dari BOD, COD, DO, dan E. Coli
mengalami penurunan.
Tahun 2009 pun dilakukan pemantauan dan pemanggilan kembali kepada para pelaku
pencemar (industri) lainnya, sehingga pada tahun 2009 pun mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2010, terjadi kenaikan kembali pada nilai BOD, COD, DO, dan E. Coli
(walaupun data pemantauan kualitas air sungai tidak ada) yang disebabkan oleh para
pelaku pencemar (industri) yang berpikir bahwa IPAL yang sudah dipantau tidak akan
IV - 19
dipantau lagi dan tindakan BPLH Kota Bandung yang kurang tegas dalam memberikan
teguran.
Melihat hal tersebut, pada tahun 2011 BPLH Kota Bandung mempertegas tegurannya
kepada para pelaku pencemar (industri) melalui cara memperketat ijin pembuangan
limbah dengan syarat wajib melampirkan hasil pengukuran laboratorium limbahnya 3
bulan sebelum batas waktu pengajuan ijin pembuangan limbah.
Tindakan tersebut didukung oleh kegiatan kampanye PROKASIH yang melibatkan
seluruh lapisan masyarakat termasuk para pelaku pencemar (industri).Waktu 3 bulan
dirasakan tidak cukup oleh para pelaku pencemar (industri) dalam mengelola limbahnya,
sehingga mempengaruhi berkurangnya kualitas air sungai. Selain tindakan-tindakan
tersebut, BPLH Kota Bandung pun melakukan pendekatan non-formal kepada
masyarakat mengenai masyarakat yang selalu membuang sampah di sungai. Hal
tersebutlah yang belum dapat ditangani karena dibutuhkan kerjasama dengan pihak-
pihak lain yang terkait.
4.2 DAS CIDURIAN
4.2.1 Sungai Cidurian
Sungai Cidurian merupakan sungai yang melintas di wilayah Kecamatan Buahbatu dan
Kecamatan Rancasari dengan panjang 20 km dan lebar badan sungai di hulu sebesar 6
meter dan di hilir sebesar 12 meter. Mengalir dengan debit minimal rata-rata 1,25
m3/detik dan debit maksimal rata-rata 83 m3/detik.
DAS Cidurian memiliki luas 4.478 Ha. DAS Cidurian terdiri dari Sub DAS Ciparungpung
(273 Ha), Sub DAS Cibodas (620 Ha), Sub DAS Cihalarang (104 Ha), dan DAS Cidurian itu
sendiri (3.481 Ha). DAS Cidurian ini melintasi 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Buahbatu,
Kecamatan Rancasari, Kecamatan Antapani, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan
Cibeunying Kidul, dan Kecamatan Cibeunying Kaler yang sebagian besarnya merupakan
lahan permukiman (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009) dan terdapat juga Sentra Usaha
Sablon dan industri-industri terutama tekstil. Di Kecamatan Kiaracondong Sungai
Cidurian ini melintas di daerah Babakan Surabaya terdapat Perumahan, Pertokoan,
Ruko, dan Warung serta Cicaheum yang terdapat Perumahan, Mesjid Miftahul Ulum
IV - 20
(Laporan RDTRK, 2011). Adapun beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai
Cidurian adalah PT. Aneka Produksi, PT. RHB, PT. Satria Print, serta pemukiman
merupakan tata guna lahan yang dominan.
Kondisi eksisting Sungai Cidurian kurang baik karena banyaknya sampah yang
berserakan di sepanjang sungai tersebut, selain itu juga terjadi penyempitan badan
sungai oleh aktifitas kegiatan masyarakat. Badan Sungai Cidurian dijadikan sebagai
lapangan kegiatan berolahraga dan sebagian besar lagi digunakan sebagai kebun. Air
Sungai Cidurian berwarna hitam, hal ini disebabkan karena adanya pencemaran air oleh
kegiatan industri (Laporan RDTRK, 2011).
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cidurian memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cidurian berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Kualitas air Sungai Cidurian dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cidurian yang dilakukan dari tahun
2007 sampai tahun 2012 terdapat 16 parameter kualitas air yang melebihi standar baku
mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Kadmium
(Cd), Kromium heksavalen (Cr6+), Mangan (Mn), Nitrit (NO2-N), pH, Seng (Zn), Tembaga
(Cu), Timbal (Pb), BOD, COD, detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 9 parameter dari
29 parameter kualitas air. Nilai dari parameter pada tahun tersebut telah mengalami
penurunan dengan kata lain pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan. Ke-9
parameter tersebut adalah Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), BOD, COD, Detergen
(MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
IV - 21
Tabel 4.7 Kualitas Air Sungai Cidurian
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II I II I II I II I II I II
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 523,0 453,0 666,0 735,6 490,9 529,5 406,2 330,6 422,0 377,0 2 Kekeruhan NTU - 8,80 9,18 16,40 7,27 8,77 5,66 2,70 10,50 85,20 6,31 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 244,0 213,0 360,8 397,9 451,9 489,8 203,1 165,3 121,2 162,1 4 Suhu 0C ± 3 28,3 27,0 30,4 27,8 29,4 30,1 26,5 23,5 24,9 26,0 5 Warna TCU - 171 251 < 5 < 5 84 195 30 20 50 25
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 1,31 2,29 9,50 13,00 1,11 0,77 0,17 0,12 0,25 0,20 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 0,85 1,36 0,36 0,41 0,33 0,52 0,05 0,12 0,89 < 0,01 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 0,13 0,48 0,27 0,28 < 0,02 < 0,02 0,98 0,23 0,16 0,74
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,009 0,01 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,010 0,020 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 37,74 48,98 44,99 51,48 20,84 21,34 20,75 18,86 < 1,5 8,28 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,04 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,16 0,08 < 0,05 < 0,05 0,49 0,24 0,060 0,240 0,65 < 0,05 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,01 0,04 0,01 0,01 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,21 0,22 0,85 0,80 0,33 < 0,01 0,79 1,69 2,12 6,90 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 0,06 0,03 0,04 0,03 0,01 0,01 0,06 0,12 0,42 0,75 17 pH - 6,0 - 9,0 7,00 6,50 7,32 7,46 5,65 5,71 7,30 7,88 7,10 7,04 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,04 0,03 < 0,01 < 0,01 0,08 0,07 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 26,50 10,80 6,28 55,33 6,51 < 2,4 7,54 31,62 8,26 19,11 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,04 0,02 0,07 0,08 0,11 0,18 0,02 0,03 < 0,02 < 0,02 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,02 0,07 0,01 0,02 0,23 0,24 0,09 0,10 < 0,01 < 0,01
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 100,0 120,0 180,0 88,0 5,5 30,0 65,0 220,0 110,0 61,0 23 COD mg/L 10 110,46 151,6 201,20 111,68 10,23 45,80 110,05 371,50 189,82 102,50 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 1,13 2,2 0,90 3,71 1,05 0,39 0,24 0,25 0,31 0,24 25 Fenol mg/L 0,001 0,010 0,030 0,005 0,009 < 0,005 < 0,005 0,005 0,009 0,006 0,008 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 2,20 2,70 1,20 0,90 3,32 2,75 2,94 1,92 1,90 2,57
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 3,5 x 103 5,3 x 105 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 105 23 2,1 x 107 2,1 x 106 4,3 x 103 3,5 x 103 2,4 x 105 2,4 x 105 2,3 x 105 3,5 x 105
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 22
Amoniak yang melebihi standar baku mutu berasal dari banyaknya limbah domestic
yang berasal dari pemukiman penduduk terutama yang berasal dari seni dan tinja
sedangkan terdapatnya Nitrit pada Sungai Cisaranten yang melebihi standar baku mutu
berasal dari limbah kebun milik warga yang tinggal di pemukiman sepanjang sungai
tersebut akibat dari penggunaan pupuk. Keberadaan detergen (MBAS) dan Fenol yang
terdapat pada Sungai Cisaranten berasal limbah laundry-laundry dan air limbah
domestik terutama deterjen dan pemutih pakaian, sedangkan Fenol pada sungai ini
disebabkan karet-karet dan plastik yang terdapat pada sampah yang dibuang ke Sungai
Cisaranten.
BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai, selain itu
perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia dan
biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan BOD, COD,
dan DO air Sungai Cisaranten dapat di lihat pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13. Bila
nilai BOD naik, maka nilai COD dan DO pun turun. Kenaikan nilai BOD membuktikan
tingginya jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
mendegradasi bahan-bahan buangan organik dalam air (Fardiaz S., 1992). Dengan
demikian maka harga BOD dapat dipakai untuk menentukkan tingkat pencemaran
organik (Rondo M., 1982).
Gambar 4.11 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cidurian
2.20 1.20 3.32 2.94 1.90
100.0
180.0
5.5
65.0
110.0110.46
201.20
10.23
110.05
189.82
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 23
Gambar 4.12 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai Cidurian
Fluktuasi nilai COD dan BOD yang teridentifikasi berasal dari limbah industri. Adanya
pemantauan yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri
menghasilkan nilai COD dan BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai
meningkat. Namun, pada tahun 2011 terlihat nilai COD dan BOD yang sangat tinggi
dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-2012). Hal tersebut diakibatkan oleh para
pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau tidak akan dipantau lagi
sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami peningkatan terakumulasi ke
tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada). Nilai COD an BOD pada tahun
2012 tetap saja belum memenuhi standar baku mutu, walupun kualitas air mengalami
peningkatan.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata memenuhi standar baku
mutu di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 3.500/100 mL pada daerah hulu, namun
di daerah hilir sebesar 530.000/100 mL tidak memenuhi standar baku mutu. Sedangkan
standar baku mutu yang diperolehkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 adalah sebesar 10.000/100 mL. Sedangkan terdapatnya E. Coli pada Sungai
Cipamokolan ini berasal dari limbah domestik rumah tangga. Standar baku mutu yang
ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar
2.500/100 mL. Jumlah E. Coli pada tahun 2012 baik di daerah hulu maupun daerah hilir
2.70 0.90 2.75 1.92 2.57
120.0
88.0
30.0
220.0
61.0
151.6
111.68
45.80
371.50
102.50
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 24
belum memenuhi standar baku mutu secara berturut-turut berjumlah 230.000/100 mL
dan 350.000/100 mL.
Gambar 4.13 Hasil Pemantauan E. Coli Sungai Cidurian
Jumlah E. Coli yang terdapat di Sungai Cidurian ini berasal dari limbah domestik yang
langsung dibuang ke saluran drainase menuju sungai dan mengakibatkan terdapatnya
jumlah E. Coli yang tinggi pada air sungai ini. Tata guna lahan di sepanjang Sungai
Cidurian sebagian besar adalah pemukiman, terutama di bagian hulu yang memiliki
jumlah pemukiman yang lebih padat di bandingkan bagian hilir. Jumlah E. Coli di daerah
hilir yang lebih besar di bandingkan hulu pada tahun 2012 disebabkan oleh adanya
akumulasi jumlah E. Coli dari daerah hulu dan pengelolaan sanitasi pembuangan limbah
domestik yang kurang maksimal.
4.2.2 Sungai Cihalarang
Sungai Cihalarang melintasi Kecamatan Cibeunying Kaler di Kota Bandung dengan
panjang 2,5 km yang bermuara ke Sungai Cidurian dengan lebar rata-rata di hulu sebesar
1,5 meter dan di hilir sebesar 4 meter. Sungai yang merupakan bagian dari DAS Cidurian
ini memiliki luas Sub DAS sebesar 104 Ha dengan debit minimal rata-rata 0,40 m3/detik
dan debit maksimal rata-rata 12 m3/detik (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009).
240,000
2,100,000
4,30090,000
230,000
23
210,000 3,5009,300
350,000
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
US Jl. Cikutra DS Jl. Soekarno Hatta SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
Jumlah/100mL
IV - 25
Tabel 4.8 Kualitas Air Sungai Cihalarang
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II I II I II I II I II I II
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 285,0 549,0 738,5 922,8 607,3 718,4 601,6 436,2 124,2 929,5 2 Kekeruhan NTU - 136,10 13,40 30,80 26,10 19,50 71,60 6,00 1,20 18,30 43,60 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 136,10 264,00 366,50 445,70 562,20 660,00 300,80 218,10 53,30 385,90 4 Suhu 0C ± 3 25,2 25,3 29,8 30,5 24,5 25,0 26,1 27,8 24,5 24,8 5 Warna TCU - 5 37 79 40 299 198 20 35 55 50
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 16,95 0,70 27,45 30,15 2,17 1,16 0,09 0,20 0,02 0,35 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 0,59 1,24 0,53 0,62 0,99 0,88 0,02 0,18 0,01 0,21 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,13 0,16 0,10 0,60 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 < 0,2 < 0,2 0,38 0,87 0,27 0,20 0,41 1,16 0,11 2,81
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,005 0,01 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,005 0,006 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 19,42 42,83 53,48 84,97 32,25 32,80 22,12 39,60 10,35 31,05 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,02 0,03 0,02 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,06 0,10 < 0,05 0,08 1,16 0,71 0,040 0,600 0,26 0,96 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,03 0,05 0,01 0,04 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,24 0,23 0,87 0,95 < 0,01 < 0,01 4,54 1,60 1,98 16,50 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 0,46 0,02 0,09 0,09 0,06 0,09 1,64 0,14 0,12 0,23 17 pH - 6,0 - 9,0 7,80 7,90 7,39 7,31 6,25 6,31 7,07 7,66 7,00 7,10 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,44 0,10 0,02 < 0,01 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 2,04 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 4,88 36,1 14,09 28,97 10,63 48,55 3,50 20,05 7,71 156,60 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,01 0,01 0,03 0,04 0,05 < 0,02 0,020 0,020 0,020 0,030 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 < 0,01 0,03 0,02 0,02 0,20 0,24 0,04 0,09 0,12 0,05
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 5,5 60,5 280,0 280,0 10,0 22,0 250,0 350,0 200,0 260,0 23 COD mg/L 10 12,50 97,16 334,40 346,20 14,32 34,78 369,22 489,92 338,40 439,00 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 0,07 334,40 1,54 1,99 0,05 0,12 0,25 0,35 0,30 0,45 25 Fenol mg/L 0,001 0,005 0,010 tt 0,005 < 0,005 < 0,005 0,020 0,030 0,010 0,020 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 3,90 1,80 0,80 0,20 3,15 2,95 2,64 1,39 1,40 2,10
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - 1,9 x 103 2,4 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 9,3 x 103 2,4 x 107 2 x 105 2 x 105 9 x 106 2,3 x 103 1,2 x 106 1,6 x 103 1,1 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Down Stream).
IV - 26
Di sepanjang Sungai Cihalarang terdapat kegiatan domestik seperti pemukiman-
pemukiman penduduk, beberapa industri tekstil dan Sentra Usaha Sablon, dan laundry-
laundry.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Cihalarang memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Cihalarang berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Kualitas air Sungai Cihalarang dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Cihalarang yang dilakukan dari tahun
2007 sampai tahun 2012 terdapat 15 parameter kualitas air yang melebihi standar baku
mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Fluorida
(F), Mangan (Mn), Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Timbal (Pb),
BOD, COD, detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 15 parameter
dari 29 parameter kualitas air. Nilai dari parameter pada tahun tersebut telah
mengalami penurunan dengan kata lain pada tahun 2012 kualitas air mengalami
peningkatan. Ke-15 parameter tersebut adalah Amoniak bebas (NH3-N), Fluorida (F),
Mangan (Mn), Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), BOD,
COD, Detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Amoniak yang tidak memenuhi standar baku mutu disebabkan oleh banyaknya limbah
domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, terutama yang berasal dari seni dan
tinja. Fluorida yang terdapat di Sungai Cihalarang berasal dari limbah pupuk yang
mengandung Fluorida, karena di sepanjang Sungai Cihalarang yang menuju ke daerah
hilir terdapat beberada sawah dan kebun milik warga sekitar Sungai Cihalarang. Begitu
IV - 27
pula Nitrat dan Nitrit yang terdapat dari limbah sawah-sawah dan kebun-kebun hasil
dari penggunaan pupuk dan pestisida.
Sumber terdapatnya Timbal, Tembaga, Seng, dan Mangan pada air Sungai Cihalarang
berasal dari limbah industri Air yang mengandung Mangan, apabila kontak dengan udara
akan menjadi keruh dan terbentuk koloid (endapan).
Kandungan detergen (MBAS) dan Fenol yang terdapat pada Sungai Ciharalang pada
beberapa tahun ini juga masih tidak memenuhi standar baku mutu baik di daerah hulu
ataupun di daerah hilir. Keberadaan detergen (MBAS) pada air Sungai Cihalarang ini
disebabkan oleh adanya Laundy-laundry sekitar sungai dan juga pemukiman penduduk.
Begitu pula dengan Fenol yang terdapat pada sungai ini berasal air limbah domestik
terutama pemutih pakaian dan sampah yang di buang ke sungai tersebut berupa karet,
plastik, dsb..
BOD, COD, dan DO merupakan indikator adanya pencemaran pada air sungai, selain itu
perbandingan BOD dan COD dapat menentukan pengolahan secara fisika-kimia dan
biologi terhadap air sungai yang tercemar. Berdasarkan hasil pemantauan dapat di lihat
pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16. Bila nilai BOD naik, maka nilai COD dan DO pun
turun. Kenaikan nilai BOD membuktikan tingginya jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk mendegradasi bahan-bahan buangan organik
dalam air (Fardiaz S., 1992). Dengan demikian maka harga BOD dapat dipakai untuk
menentukkan tingkat pencemaran organik (Rondo M., 1982).
Seperti halnya BOD dan COD, kandungan DO pada Sungai Cihalarang pun pada tahun
2007 sampai 2012 baik di daerah hulu maupun di daerah hilir nilainya tidak memenuhi
standar baku mutu. Standar baku mutu yang ditetapkan untuk DO menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar > 3 mg/L.
IV - 28
Gambar 4.14 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Cihalarang
Gambar 4.15 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai
Cihalarang
Fluktuasi nilai COD dan BOD yang teridentifikasi berasal dari limbah industri. Adanya
pemantauan yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri
menghasilkan nilai COD dan BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai
meningkat. Namun, pada tahun 2011 terlihat nilai COD dan BOD yang sangat tinggi
dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-2012). Hal tersebut diakibatkan oleh para
3.90 0.80 3.15 2.64 1.405.5
280.0
10.0
250.0
200.0
12.50
334.40
14.32
369.22
338.40
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
1.80 0.20 2.95 1.39 2.10
60.5
280.0
22.0
350.0
260.0
97.16
346.20
34.78
489.92
439.00
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 29
pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau tidak akan dipantau lagi
sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami peningkatan terakumulasi ke
tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada). Nilai COD an BOD pada tahun
2012 tetap saja belum memenuhi standar baku mutu, walupun kualitas air mengalami
peningkatan.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 ternyata tidak memenuhi standar
baku mutu di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 11.000.000/100 mL pada daerah
hulu dan di daerah hilir sebesar 270.000/100 mL. Sedangkan standar baku mutu yang
diperolehkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar
10.000/100 mL. Sedangkan terdapatnya E. Coli pada Sungai Cihalarang ini berasal dari
limbah domestik rumah tangga. Standar baku mutu yang ditetapkan menurut SK.
Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar 2.500/100 mL. Pada tahun 2012
baik di daerah hulu maupun daerah hilir jumlah E. Coli belum memenuhi standar baku
mutu sebagaimana yang terlihat di Gambar 4.17
Gambar 4.16 Hasil Pemantauan E. Coli Sungai Cihalarang
Tata guna lahan yang paling dominan di sepanjang Sungai Cihalarang ini merupakan
pemukiman. Daerah hilir memiliki pemukiman yang yang lebih banyak dibandingkan
daerah hulu sungai. E. Coli yang terdapat di Sungai Cihalarang ini berasal dari limbah
240,000 350,000
2,100,000
750,000
4,600,000
240,000
2,900,000
5,300,000
2,400200,000
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah/100 mL
US Setelah Sungai Cicadas (Jl. A. Yani) DS Jl. Soekarno Hatta
SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
IV - 30
domestik (pemukiman) yang langsung dibuang ke saluran drainase menuju dan
mengakibatkan terdapatnya jumlah E. Coli yang tinggi pada air sungai ini.
4.2.3 Sungai Ciparungpung
Sungai Ciparungpung adalah salah satu sungai yang terdapat di DAS Cidurian. Sungai ini
mengalirkan air yang bersumber dari Tangkapan Air Cimenyan dan bermuara ke Sungai
Cidurian. Sungai Ciparungpung ini Sub DAS seluas 620 Ha. Sungai ini memiliki panjang 10
km dengan lebar rata di hulu sebesar 6 meter dan di hilir 12 meter (Laporan Akhir PISDK
Tahap I, 2009).
Secara garis besar sungai Ciparungpung ini melintas di wilayah kecamatan Cibeunying
Kidul dan Kecamatan Kiaracondong (Laporan Akhir PISDK Tahap I, 2009). Sungai ini pun
melewati Jalan Ahmad Yani dan Jalan Terusan Jakarta serta terdapat perumahan-
perumahan wilayah Antapani di sekitar sungai Ciparungpung. Sebagian besar di Sub DAS
Ciparungpung ini merupakan lahan permukiman (Laporan RDTRK, 2011).
Air sungai Ciparungpung berwarna hitam, hal ini disebabkan oleh kegiatan industri
tekstil dan industri-industri lain yang berada di sepanjang sungai Ciparungpung. Disaat
musim hujan pun sering kali air sungai meluap ke jalan (Laporan RDTRK, 2011). Industri
tekstil yang terdapat di Sub DAS Ciparungpung ini sebagian besar terdapat di Jalan
Sulaksana dan Cimuncang (BPLH Kota Bandung, 2009). Pada sungai ini juga terjadi
penumpukan sampah di sekitar pingiran sungai, sampah tersebut dihasilkan dari
kegiatan industri rumah tangga yang membuang sampah ke sungai (Laporan RDTRK,
2011). Adapun beberapa indutri yang terdapat di sepanjang Sungai Ciparungpung
adalah CV. Banyumas, CV. Cimuntex, PT. Lunatex, PT. Naintex, PT. Warna Pemai Abadi
World Yamatex, CV. Murni Jaya, PT. Sandang Nasional, PT. Nagamas, serta pemukiman
adalah tata guna lahan yang dominan.
Menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLH) Kota Bandung sampai tahun 2011, Sungai Ciparungpung memiliki status mutu D
(tercemar berat) dengan kata lain sudah berada diambang batas kewajaran. Berikut
adalah kualitas air Sungai Ciparungpung berdasarkan hasil pemantauan dari tahun 2007
sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.9.
IV - 31
Tabel 4.9 Kualitas Air Sungai Ciparungpung
No Parameter Satuan Baku Mutu
Hasil Pengujian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
I II III I II III I III I III I III I III
Parameter Fisika 1 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm 2.250 194,7 278,0 405,0 352,4 624,0 837,2 356,3 663,0 569,2 246,8 302,9 308,7 2 Kekeruhan NTU - 80,4 103,0 58,0 15,2 16,0 23,5 17,7 19,4 19,0 0,7 20,2 21,2 3 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1.000 92,5 132,6 194,1 190,1 357,70 463,5 314,3 517,8 284,6 123,4 123,4 128,6 4 Suhu 0C ± 3 25,0 25,20 25,2 31,8 31,00 32,6 25,2 25,5 27,0 25,1 24,0 26,0 5 Warna TCU - 39 191 183 < 5 < 5 37 180 186 20 20 50 50
Parameter Kimia Anorganik 6 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L 0,02 1,69 3,70 17,55 7,00 10,90 8,30 1,97 1,28 0,11 0,11 0,28 0,35 7 Besi (Fe) mg/L 5,00 5,45 4,42 2,23 0,42 0,27 0,62 0,82 1,95 < 0,01 0,13 0,49 0,56 8 Boron (B) mg/L 1,00 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,09 0,14 0,20 0,20 9 Fluorida (F) mg/L 1,50 < 0,02 < 0,02 < 0,02 0,33 0,19 0,21 0,05 0,38 0,34 0,93 0,30 0,26
10 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,006 0,012 0,018 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,010 0,010 < 0,003 < 0,003 11 Klorida (Cl) mg/L 600 12,45 17,43 21,91 26,99 39,99 74,98 15,38 39,70 9,42 49,03 2,07 12,42 12 Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,05 0,03 0,03 0,03 < 0,01 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 13 Mangan (Mn) mg/L 0,50 0,09 0,04 0,09 < 0,05 < 0,05 0,23 1,08 1,54 0,006 0,260 0,29 0,29 14 Nikel (Ni) mg/L 0,50 0,01 0,05 0,03 0,01 0,01 0,01 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 15 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,47 0,13 0,18 0,60 0,50 1,16 0,14 < 0,01 1,06 2,10 1,42 1,50 16 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,06 1,58 0,03 0,02 0,02 0,02 0,10 0,02 0,02 1,42 0,19 0,68 0,78 17 pH - 6,0 - 9,0 7,70 7,90 8,10 7,09 7,37 7,26 6,47 6,51 6,95 7,05 6,73 6,70 18 Seng (Zn) mg/L 0,02 0,23 0,41 0,39 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0,04 0,06 < 0,005 < 0,005 0,010 < 0,005 19 Sulfat (SO4
-2) mg/L 400 6,23 4,80 53,52 4,85 38,35 44,99 < 2,4 19,89 2,04 11,62 14,43 15,06 20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,10 0,11 0,27 0,04 0,03 0,04 < 0,02 0,09 0,02 0,05 0,02 0,02 21 Timbal (Pb) mg/L 0,03 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0,01 0,02 0,02 0,15 0,13 < 0,01 0,07 0,12 0,10
Parameter Kimia Organik 22 BOD mg/L 6 5,0 10,0 30,5 50,0 150,0 150,0 4,0 6,0 220,0 350,0 230,0 200,0 23 COD mg/L 10 6,85 16,12 60,47 62,51 192,36 199,10 < 5 11,65 320,64 508,89 386,85 346,90 24 Detergen (MBAS) mg/L 0,20 0,11 0,47 1,16 0,19 0,36 1,35 3,77 3,87 0,20 0,36 0,28 0,20 25 Fenol mg/L 0,001 tt 0,008 0,01 tt tt tt < 0,005 < 0,005 0,05 0,10 0,04 0,01 26 Minyak dan Lemak mg/L Nihil 2,33 < 1 2,84 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 < 1 27 Oksigen Terlarut (DO) mg/L > 3 2,84 3,40 2,30 0,50 0,50 0,80 3,25 3,00 2,47 1,66 2,20 1,60
Parameter Mikrobiologi 29 Coliform jmlh/100 mL 10.000 - - - - - - - - - - 3,4 x 103 3,5 x 103 29 E. Coli jmlh/100 mL 2.500 2,4 x 103 2,4 x 103 44 2,4 x 107 2,4 x 107 5,3 x 105 2,4 x 106 1,1 x 105 300 9,3 x 105 2,7 x 103 2,8 x 103
Sumber : Hasil Pemantauan, LPKL-BPLH Kota Bandung. Keterangan : Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D; I (Up Stream); II (Middle Stream); III (Down Stream).
IV - 32
Kualitas air Sungai Ciparungpung dibandingkan terhadap standar baku mutu menurut
SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu
Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D.
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Ciparungpung yang dilakukan dari
tahun 2007 sampai tahun 2012 terdapat 16 parameter kualitas air yang melebihi standar
baku mutu dari 29 parameter yang dipantau dan dapat dilihat fluktuasi perubahannya.
Parameter yang melebihi standar baku mutu adalah Amoniak bebas (NH3-N), Besi (Fe),
Kadmium (Cd), Mangan (Mn), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), BOD,
COD, detergen (MBAS), Fenol, Minyak dan Lemak, DO, Coliform, dan E. Coli.
Pada tahun 2012 parameter yang melebihi standar baku mutu terdapat 8 parameter dari
29 parameter kualitas air. Nilai dari parameter pada tahun tersebut telah mengalami
penurunan dengan kata lain pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan. Ke-8
parameter tersebut adalah Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), Timbal (Pb), BOD,
COD, Fenol, DO, dan E. Coli.
Amoniak yang tidak memenuhi standar baku mutu disebabkan oleh banyaknya limbah
domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, terutama yang berasal dari seni dan
tinja. Kandungan Kadmium yang terdapat di Sungai Ciparungpung berasal dari limbah
industri dan kegiatan domestik yang berasal dari limbah kebun milik para warga akibat
penggunaan pupuk dan pestisida. Begitu pula terdapatnya Nitrit dan Timbal di Sungai
Ciparungpung berasal dari limbah kebun milik warga yang tinggal di pemukiman
sepanjang sungai tersebut. Sedangkan sumber terdapatnya Timbal pada air Sungai
Ciparungpung berasal dari limbah industri. Keberadaan Fenol yang terdapat pada Sungai
Ciparungpung berasal air limbah domestik terutama deterjen dan pemutih pakaian.
Seperti halnya BOD dan COD, kandungan DO pada Sungai Cidurian pun pada tahun 2007
sampai 2012 bak di daerah hulu maupun di daerah hilir nilainya tidak memenuhi standar
baku mutu. Standar baku mutu yang ditetapkan untuk DO menurut SK. Gubernur Jawa
Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar > 3 mg/L. Berdasarkan hasil pemantauan BOD,
COD, dan DO air Sungai Cisaranten dapat di lihat pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.20.
Bila nilai BOD naik, maka nilai COD dan DO pun turun dan demikian sebaliknya.
IV - 33
Gambar 4.17 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Up Stream Sungai Ciparungpung
Gambar 4. 18 Hasil Pemantauan BOD, COD, dan DO pada Down Stream Sungai Ciparungpung
Nilai COD dan BOD yang fluktuatif teridentifikasi oleh BPLH Kota Bandung berasal dari
limbah industri yang ada di sekitar Sungai Ciparungpung. Adanya pemantauan yang
dilakukan oleh BPLH Kota Bandung terhadap IPAL industri menghasilkan nilai COD dan
BOD menurun sehingga kualitas air permukaan mulai meningkat. Sedangkan nilai COD
dan BOD pada tahun 2011 yang sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun yang lain (2007-
2.84 0.50 3.25 2.47 2.205.0
50.0
4.0
220.0230.0
6.85
62.51
< 5
320.64
386.85
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
2.30 0.80 3.00 1.66 1.60
30.5
150.0
6.0
350.0
200.0
60.47
199.10
11.65
508.89
346.90
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
DO
BOD
COD
mg/L
Tahun
mg/L
IV - 34
2012), diakibatkan oleh para pelaku industri yang berpikir, IPAL yang sudah dipantau
tidak akan dipantau lagi sehingga pada tahun 2010 nilai COD dan BOD mengalami
peningkatan terakumulasi ke tahun 2011 (data kualitas air sungai tahun 2010 tidak ada).
Walaupun pada tahun 2012 kualitas air mengalami peningkatan tetapi nilai COD dan
BOD tetap belum memenuhi standar baku mutu.
Pengujian coliform yang terpantau pada tahun 2012 telah memenuhi standar baku mutu
di daerah hulu maupun hilir sungai yaitu 3.400/100 mL pada daerah hulu, namun di
daerah hilir sebesar 3.500/100 mL tidak memenuhi standar baku mutu. Sedangkan
standar baku mutu yang diperolehkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun
2000 adalah sebesar 10.000/100 mL. Sedangkan terdapatnya E. Coli pada Sungai
Ciparungpung ini berasal dari limbah domestik rumah tangga. Standar baku mutu yang
ditetapkan menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 adalah sebesar
2.500/100 mL. Pada tahun 2012 jumlah E. Coli pun belum memenuhi standar baku mutu
sebagaimana yang bterlihat pada Gambar 4.21
Gambar 4.19 Hasil Pemantauan E. Coli Sungai Ciparungpung
Jumlah E. Coli yang terdapat di Sungai Ciparungpung ini berasal dari limbah domestik
yang langsung dibuang ke saluran drainase menuju sungai dan mengakibatkan
terdapatnya jumlah E. Coli yang tinggi pada air sungai ini. Tata guna lahan di sepanjang
2,400
24,000,000
2,400,000
300 2,7002,400
24,000,000
44 530,000 110,000930,000
2,8000
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah/100 mL
US Komplek Bumi Asri MD Jl. Suci
DS Jl. Purwakarta Antapani SK Gub. No. 39 Tahun 2000
Tahun
IV - 35
Sungai Cidurian sebagian besar adalah pemukiman, terutama di bagian hulu dan tengah
yang memiliki jumlah pemukiman yang lebih padat di bandingkan bagian hilir. Hal
tersebut serta pengelolaan sanitasi pembuangan limbah domestik yang kurang
maksimal.
4.2.4 Status Mutu Air Sungai Pada DAS Cidurian
Sungai-sungai yang terdapat di DAS Cidurian yaitu Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang,
dan Sungai Ciparungpung pada tahun 2011 telah diketahui status mutu airnya
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Metode STORET menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air dengan hasil pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Status Mutu Air DAS Cipamokolan Tahun 2011
No Nama Status Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cidurian D D Tercemar Berat 2 Sungai Cihalarang D D Tercemar Berat 3 Sungai Ciparungpung D D Tercemar Berat
Sumber : BPLH Kota Bandung, 2011. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
Untuk menentukkan status mutu air sungai yang terdapat di DAS Cidurian pada tahun
2012 pun menggunakan Metode STORET yang dapat dilihat pada Tabel 4.11. Penentuan
sistem penilaian untuk status mutu air menggunakan Jumlah contoh > 10 dengan nilai
rata-rata karena pengukuran dilakukan 1 tahun sekali (lihat pada Tabel 3.1).
Tabel 4.11 Penentuan Status Mutu Air DAS Cipamokolan 2012
No Nama
Penentuan Total Nilai
Status Mutu *)
Keterangan
Up Stream
Down Stream
Up Stream
Down Stream
1 Sungai Cidurian -114 -120 D D Tercemar Berat 2 Sungai Cihalarang -70 -130 D D Tercemar Berat 3 Sungai Ciparungpung -114 -102 D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
IV - 36
4.2.5 Kualitas DAS Cidurian
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari ketiga sungai yang ada di DAS Cidurian
yaitu Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, dan Sungai Ciparungpung terdapat 4
parameter yang sejak tahun 2007 hingga tahun 2012 tidak memenuhi standar baku
mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan
Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B,
C, dan D. Keempat parameter tersebut adalah . Dengan parameter BOD, COD, DO, dan
E. Coli, sedangkan untuk status baku mutu air pada tahun 2012 dari ketiga sungai
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Pemantauan Status Mutu Air Sungai di DAS Ciparungpung
No Nama Statu Mutu
*)
Keterangan Up Stream Down Stream
1 Sungai Cidurian D D Tercemar Berat 2 Sungai Cihalarang D D Tercemar Berat 3 Sungai Ciparungpung D D Tercemar Berat
Sumber : Hasil Perhitungan 2012. Keterangan : *) Baku Mutu SK. Gubernur Jawa Barat No.39 Tahun 2000 Gol. B,C,D
BPLH Kota Bandung memperuntukkan Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, dan Sungai
Ciparungpung tersebut untuk memenuhi golongan B, C, dan D yaitu air yang dapat
digunakan sebagai air baku air minum, keperluan perikanan dan peternakan serta untuk
pertanian, usaha perkotaan, industri. Namun hingga tahun 2011 ketiga sungai tersebut
tetap belum memenuhi standar baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.39
Tahun 2000 Gol. B,C,D dengan status D (tercemar berat).
Tercemarnya di Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, dan Sungai Ciparungpung berasal
dari limbah domestik (permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, bengkel,
dsb), limbah industri (industri tekstil), pertanian, dan fasos-fasum (pemakaman). Limbah
domestik ini meliputi limbah buangan kamar mandi, toilet, dapur, dan air bekas
pencucian.
IV - 37
Gambar 4.20 Grafik BOD, COD, DO, dan E.Coli DAS Cipamokolan Tahun 2012
Sungai Cidurian Hulu, Sungai Cihalarang Hulu dan Hilir, Sungai Ciparungpung Hulu dan
dan Hilir merupakan daerah hulu dari DAS Cipamokolan, sedangkan Sungai Cidurian hilir
merupakan daerah hilir dari DAS Cidurian. Berdasarkan Grafik 4.22 dapat dilihat
fluktuasi nilai BOD, COD, dan DO. Daerah hulu DAS Cidurian yang memiliki nilai BOD dan
COD yang tinggi dan saat di daerah hili DASnya nilai BOD dan COD sudah mengalami
penurunan, tetapi nilai BOD dan COD di daerah hilir DAS belum memenuhi standar baku
mutu. Nilai DO pun mulai belum memenuhi standar baku mutu, padahal nilai DO
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang tersedia di perairan yang mengiidikasikan
kesehatan suatu badan air dan kemampuan untuk mendukung keseimbangan ekosistem
akuatik. Keterdapatan E. Coli telah mengalami penurunan, namun belum memenuhi
standar baku mutu sampai daerah hilir DAS sebesar 2,5 x 105 per 100 mL. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya pengelolaan kualitas air sungai yang dilakukan oleh BPLH Kota
Bandung terhadap Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, Sungai Ciparungpung yang
terdapat di DAS Cidurian sehingga terjadi fluktuasi nilai BOD, COD, DO, dan E. Coli.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka status mutu dari kualitas air DAS
Cidurian adalah D (tercemar berat).
110
200
260230
200
61
189.82
338.40
439.00
386.85346.90
102.50
1.90 1.40 2.10 2.20 1.60 5.57
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
S. C
idu
rian
Hu
lu
S. C
ihal
aran
g H
ulu
S. C
ihal
aran
g H
ilir
S. C
ipar
un
gpu
ng
Hu
lu
S. C
ipar
un
gpu
ng
Hili
r
S. C
ipam
oko
lan
Hili
r
BOD COD DO
mg/L
LokasiSampling
IV - 38
Seperti halnya pada DAS Cipamokolan fluktuasi kualitas air pada sungai-sungai di DAS
Cidurian yaitu Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, Sungai Ciparungpung pun
dipengaruhi oleh pengelolaan BPLH Kota Bandung terhadap kualitas air permukaan
(sungai). Pengelolaan yang dilakukan meliputi pemantauan kualitas air sungai dan IPAL
industri, serta PROKASIH (Program Kali Bersih) dengan mensosialisasikan program
tersebut kepada para pelaku pencemaran.
Pemantauan kualitas air dari tahun 2007 hingga 2012 rutin dilakukan, begitu juga
pemantauan terhadap IPAL industri. Pemantauan IPAL yang dilakukan oleh BPLH Kota
Bandung terhadap industri baru dilakukan terhadap 20 industri dari 40 industri yang ada
di Kota Bandung. Pada tahun 2007 BPLH Kota Bandung melakukan teguran kepada para
pelaku pencemar (industri) karena angka dari parameter-parameter pencemar tinggi
terutama pada BOD, COD, DO, dan E. Coli serta melakukan kesepakatan dengan
sebagian pelaku pencemar melalui surat penghargaan bagi industri yang limbahnya
memenuhi standar baku mutu dan surat teguran bagi industri yang tidak memenuhi
standar baku mutu, sehingga tahun 2008 kualitas air sungai-sungai tersebut mengalami
peningkatan terutama nilai dari BOD, COD, DO, dan E. Coli mengalami penurunan.
Tahun 2009 pun dilakukan pemantauan dan pemanggilan kembali kepada para pelaku
pencemar (industri) serta sidak yang menemukan salahsatu penyebab dari nilai BOD
dan COD yang tinggi. Penyebab tersebut adalah industri-industri tektil dan usaha sablon
yang ada di daerah Cimuncang kemudian dilakukan teguran tegas, sehingga pada tahun
2009 nilai BOD dan COD mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2010, terjadi kenaikan kembali pada nilai BOD, COD, DO, dan E. Coli
(walaupun data pemantauan kualitas air sungai tidak ada) yang disebabkan oleh para
pelaku pencemar (industri) yang berpikir bahwa IPAL yang sudah dipantau tidak akan
dipantau lagi dan tindakan BPLH Kota Bandung yang kurang tegas dalam memberikan
teguran.
Melihat hal tersebut, pada tahun 2011 BPLH Kota Bandung mempertegas tegurannya
kepada para pelaku pencemar (industri) melalui cara memperketat ijin pembuangan
limbah dengan syarat wajib melampirkan hasil pengukuran laboratorium limbahnya 3
bulan sebelum batas waktu pengajuan ijin pembuangan limbah. Tindakan tersebut
IV - 39
didukung oleh kegiatan kampanye PROKASIH yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat termasuk para pelaku pencemar (industri). Lokasi kampanye adalah
sepanjang Sungai Cidurian yang berada di DAS Cidurian. Waktu 3 bulan dirasakan tidak
cukup oleh para pelaku pencemar (industri) dalam mengelola limbahnya, sehingga
mempengaruhi berkurangnya kualitas air sungai.
Selain tindakan-tindakan tersebut, BPLH Kota Bandung pun melakukan pendekatan non-
formal kepada masyarakat mengenai masyarakat yang selalu membuang sampah di
sungai. Hal tersebutlah yang belum dapat ditangani karena dibutuhkan kerjasama
dengan pihak-pihak lain yang terkait.
4.3 ANALISIS PARAMETER KUALITAS AIR DAS CIPAMOKOLAN DAN DAS CIDURIAN
Kualitas air permukaan (sungai) tergantung dari parameter kualitas air, apakah
parameter kualitas air tersebut memenuhi standar baku mutu atau tidak. Apabila
parameter-parameter kualitas air sungai memenuhi standar baku mutu maka kualitas
dari air sungai tersebut baik dan sebaliknya apabila parameter-parameter kualitas air
sungai tidak memenuhi standar baku mutu maka kualitas dari air sungai tersebut buruk.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian yang
memiliki status mutu D (tercemar berat) terdapat beberapa parameter kualitas air
sungai yang tidak memenuhi standar baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat
No.39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan
Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D, dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat perbedaan parameter-parameter kualitas air sungai
yang tidak melebihi standar baku mutu pada DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian beserta
tata guna lahan yang ada di DAS-DAS tersebut. Perbedaan yang sangat menonjol adalah
parameter F (Fluorida) yang terdapat pada DAS Cidurian (Cihalarang).
IV - 40
Tabel 4.13 Parameter Kualitas Air Yang Melebihi Standar Baku Mutu Tahun 2012
No. Tempat Parameter Kualitas Air Tata Guna Lahan
DAS Cipamokolan
1 Sungai Cipamokolan Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), Timbal (Pb), BOD, COD, Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli
Sentra Usaha Sablon, industri-industri, Rumah Sakit Ujung Berung dan Rumah Sakit Al-
Islam, kebun-kebun milik para warga, rumah makan,
perkantoran, perniagaan,institusi, serta pemukiman yang paling
dominan.
2 Sungai Cikiley Nitrit (NO2-N),, BOD, COD, Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
3 Sungai Cisaranten Nitrit (NO2-N), BOD, COD, Detergen (MBAS), Fenol, DO, dan E. Coli.
DAS Cidurian
4 Sungai Cidurian Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), BOD, COD, Detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
Sentra Usaha Sablon, industri-industri, kebun-kebun milik para
warga, rumah makan, perkantoran, perniagaan,institusi,
serta pemukiman yang paling dominan.
5 Sungai Cihalarang Amoniak bebas (NH3-N), Fluorida (F), Mangan (Mn), Nitrat (NO3-N), Nitrit (NO2-N), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), BOD, COD, Detergen (MBAS), Fenol, DO, Coliform, dan E. Coli.
6 Sungai Ciparungpung Amoniak bebas (NH3-N), Nitrit (NO2-N), Timbal (Pb), BOD, COD, Fenol, DO, dan E. Coli.
Pada tahun 2012 kandungan Fluorida tidak memenuhi standar baku mutu. Keberadaan
Fluorida pada DAS Cidurian dapat berasal dari limbah pupuk dari sawah dan kebun yang
ada di sepanjang DAS Cidurian (Sungai Cihalarang). Selanjutnya dari tata guna lahan di
DAS Cipamokolan terdapat rumah sakit dan di DAS Cidurian tidak ada, perbedaan tata
guna lahan tersebut dapat mempengaruhi sumber dari parameter-parameter kualitas air
sungai berasal. Misalnya pada parameter Fenol pada DAS Cipamokolan dapat berasal
dari air limbah domestik (detergen dan pemutih) dan limbah rumah sakit (air
pembilasan alat-alat kedokteran), sedangkan Fenol pada DAS Cidurian dapat berasal dari
limbah domestik saja.
Adanya perbedaan paremeter-parameter kualitas air sungai dan tata guna lahan pada
DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam
upaya pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air permukaan (sungai).