76923685-54182693-askep-abses
-
Upload
roni-suhandani -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
Transcript of 76923685-54182693-askep-abses
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 1/33
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
A. Abses otak
Abses Otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari
fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang
jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi.
Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian
otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea;
sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
permukaan otak pada lobus tertentu. abses otak bersifat soliter atau
multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung
bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah
sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.
Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.
Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak
adalah multipel. Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang
difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan
dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan.
Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan
pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses.
Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik.
Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan
fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.
Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
1 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 2/33
Beberapa ahli membagi perubahan patologi abses otak dalam 4
stadium yaitu:
1. Stadium serebritis dini,
2. Stadium serebritis lanjut,
3. Stadium pembentukan kapsul dini,
4. Stadium pembentukan kapsul lanjut.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan
meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan
meningitis. Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,
amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat
menyebabkan abses otak yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis
media, mastoiditis terutama menyebabkan abses otak lobus temporalis
dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara
hematogen.
B. Meningitis
Secara ringkas, pengertian dari Meningitis adalah inflamasi pada
meningen atau membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medula
spinalis. Penyebab meningitis meliputi:
1) Bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,
terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza,
2) Virus, yang disebabkan oleh agens-agens virus yang sangat bervariasi,
dan
3) Organisme jamur.
2 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 3/33
2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah sebagai berikut :
a. Definisi Abses Otak dan Meningitis?
b. Penyebab Abses Otak dan Meningitis Itu Sendiri?
c. Patofisiologi Abses Otak dan Meningitis?
d. Penyimpangan KDM untuk Meningitis?
e. Gejala Klinis Abses Otak dan Meningitis?
f. Pemeriksaan dan Diagnosis Abses Otak dan Meningitis?
g. Askep Abses Otak dan Meningitis?
3. Tujuan
a. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Presentasi, diharapkan Mahasiswa/I dapat mengetahui
secara garis besar tentang Apa itu Abses Otak dan Meningitis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Presentasi diharapkan Mahasiswa/i dapat memahami
tentang :
1. Definisi Abses Otak dan Meningitis,
2. Penyebab Abses Otak dan Meningitis Itu Sendiri,
3. Patofisiologi Abses Otak dan Meningitis,4. Penyimpangan KDM untuk Meningitis,
5. Gejala Klinis Abses Otak dan Meningitis,
6. Pemeriksaan dan Diagnosis Abses Otak dan Meningitis,
7. Askep Abses Otak dan Meningitis.
3 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 4/33
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
A. Abses Otak
Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul
dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur.
Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau
tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian
insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang
mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau
orang yang menerima transplantasi organ).
B. Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otakdan disertai proses peradangan
yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag
otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau
serosa yang terdapat secara akut dan kronis.
2. ETIOLOGI
A. Abses Otak
Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang
jadi penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes
fragilis.
Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli, Group B
Streptococcus.
4 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 5/33
6 – 20% abses otak disebabkan oleh kombinasi berupa mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, fokus infeksi yang dapat menyebabkan abses
otak antara lain :
1. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak,
misalnya infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis,
2. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen,
3. Infeksi akibat trauma tembus kepala,
4. Infeksi pasca operasi kepala,
5. Sinusitis radang rongga paranasal, Sinusitis frontalis, dan sinusitis
maksilaris,
6. Lain-lain, infeksi mata dan infeksi wajah, Penyakit jantung bawaan
sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri (misalnya pada Tetralogy of
Fallot), terutama pada anak berusia lebih dari 2 tahun, merupakan
faktor predisposisi terjadinya abses otak .
Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:
1. Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3),
2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9),
3. Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14),
4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada AO, yaitu bakteri,
jamur dan parasit"). Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus
alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.
Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis
media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis
penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus
dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan
5 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 6/33
Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada
penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
Jamur penyebab AO antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium
trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus. Walaupun jarang,
Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan AO
secara hematogen.
Kira-kira 6¬20% AO disebabkan oleh flora campuran, kurang lebih
25% AO adalah kriptogenik (tidak diketahui sebabnya). Komplikasi dari
infeksi telinga (otitis media, mastoiditis ) hampir setengah dari jumlah
penyebab abses otak serta Komplikasi infeksi lainnya seperti ; paru-paru
(bronkiektaksis, abses paru,empiema) jantung (endokarditis), organ
pelvis, gigi dan kulit.(long,1996;193)
B. Meningitis
Penyebab dari meningitis adalah :
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa
bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis
adalah :
a. Haemophillus influenza
b. Nesseria meningitides (meningococcal)
c. Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
d. Streptococcus, grup A
e. Staphylococcus aureus
f. Escherichia coli
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
6 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 7/33
j. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan
system kekebalan tubuh seperti AIDS.
2. Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat
akhir/sequeledari berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus
spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada
meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF
tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks
serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan
jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes
simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis
virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzyme
neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi
sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi
karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan
mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna.
Contohnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia.
3.Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur
yang paling sering, biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS.
Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang
akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam
atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea,
muntah dan penurunan status mental.
7 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 8/33
4. Protozoa
(Donna D., 1999), Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial
diantaranya adalah :
a. Otitis media,
b. Pneumonia,
c. Sinusitis,
d. Sickle cell anemia,
e. Fraktur cranial, trauma otak,
f. Operasi spinal,
g. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita,
h. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan,
i. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan, Selain dari adanya invasi
bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman
juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang
pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada
fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan
lingkungan luar.
8 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 9/33
3. PATOFISIOLOGI
A. Abses Otak
Infeksi otak awalnya berasal dari penyebaran langsung bibit penyakit
dari sumber infeksi di daerah lain yang berdekatan dengan otak (seperti
infeksi pada telinga tengah, infeksi sinus, abses pada gigi) atau melalui
peredaran darah yang berasal dari sumber infeksi di seluruh tubuh.
Masuknya kuman penyakit ke dalam jaringan otak dapat terjadi secara
langsung akibat trauma lesakkan (misalnya peluru yang menembuk otak)
sehingga terjadi pembentukkan abses. Abses otak juga dapat disebabkan
karena tindakan pembedahan pada otak dan trauma di daerah wajah.
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi
leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema.
Beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau
dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
(Long,1996;193) AO dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum
dari fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat
yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi
kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada
setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba
dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada
daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu. AO bersifat soliter atau
multipel. Yang multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung
bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan menyebabkan darah
sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.
Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi
abses pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat
9 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 10/33
trombosis; tempat ini menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang
ringan. Karena adanya shunt kanan ke kin maka bakteremi yang biasanya
dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk langsung ke dalam sirkulasi
sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya terjadi pada umur
lebih dari 2 tahun. Dua pertiga AO adalah soliter, hanya sepertiga AO
adalah multipel. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus
pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan
kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan
pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,
fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula
abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang
progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul
antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
Beberapa ahli membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium serebritis dini,
2. Stadium serebritis lanjut,
3. Stadium pembentukan kapsul dini,
4. Stadium pembentukan kapsul lanjut.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan
meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan
meningitis. Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,
amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat
menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media,
10 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 11/33
mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum,
sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen.
Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang
jadi penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes
fragilis. Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli,
Group B Streptococcus. Abses otak dapat terjadi karena:
a. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak,
misalnya infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis,
b. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen,c. Infeksi akibat trauma tembus kepala,
d. Infeksi pasca operasi kepala.
Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:
1. Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3),
2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9),
3.
Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14),4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14).
B. Meningitis
Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan
ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut :
1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala,
2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus
paranasalis, kulit.
3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti
mastoiditis,
11 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 12/33
4. Sinusitis, otitis media,
5. Melalui aliran darah waktu terjadi septicemia,
6. Perluasan dari tromboplebitis kortek,
7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak,
8. Komplikasi bedah otak,
9. Penyebaran dari radang.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
12 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 13/33
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.
4. PENYIMPANGAN KDM
1. PATHWAY MENINGITIS
Agen penyebab
Invasi ke SSP melalui aliran darah
Bermigrasi ke lapisan subarahnoid
Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan ventrikuler
Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal
Kerusakan neurologist
( Donna D., 1999)
13 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 14/33
5. GEJALA KLINIS
A. Abses Otak.
Tidak ada satupun gejala klinis khas untuk abses otak. Gambaran
klasik yang sering dijumpai berupa sakit kepala, panas, defisit neurologis
fokal, kejang dan gangguan kesadaran. Gejala awal abses otak tidak jelas
karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus, penderita yang berobat dalam
keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin parah, kejang
atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh
melemah).
Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung
pada ukuran dan lokasi abses pada otak.
Gejala abses cerebri dapat dibagi menjadi:
1. Gejala infeksi umum,
2. Gejala tekanan tinggi intra cranial,
3. Gejala fokal.
Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-
gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejala-gejala
peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang.
Dengan semakin besarnya AO gejala menjadi khas berupa trias abses otak
yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala
neurologik fokal.
14 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 15/33
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-
gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia
homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang
kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam
kavum ventrikel
Abses lobus temporalis selain menyebabkan gangguan
pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan
kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. Gangguan motorik
terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abseske dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di
daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik.
Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan
menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan
nistagmus.
Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan
berakibat fatal.
B. Meningitis
Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu,
mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan,
nyeri kepala.
2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri
kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata
juling, paresis atau paralisis.
15 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 16/33
3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher
dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda
kerning positif.
Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90°ke depan, tuungkai dapat
diluruskan pada sendi lutut. Tanda brudzinky I positif adalah bila
kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak
fleksi di sudut sendi lutut.
Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi
lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut.
Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium – stadium
yaitu :
1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi
perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam,
nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka
stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium
terminal.
2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal
yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling,
kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran
menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas
tinggi dan akhirnya meninggal.
16 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 17/33
6. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
A. Abses Otak
1. Anamnesis: Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering
dijumpai (70 – 90%). Terkadang juga didapatkan mual, muntah dan
kaku kuduk (25%).
2. Pemeriksaan fisik: Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal
menunjukkan adanya edema di sekitar abses. Kejang biasanya bersifat
fokal. Gangguan kesadaran mulai dari perubahan kepribadian, apatis
sampai koma. Apabila dijumpai papil edema menunjukkan bahwa
proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan disfagia.
3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit
meningkat dan laju endap darah meningkat pada 60% kasus.
b. Cairan Serebro Spinal (CSS)
Dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra
kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi herniasi,
a. Pemeriksaan radiologi:
17 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 18/33
CT Scan : CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk
memastikan diagnosis. Pada stadium awal (1 dan 2) hanya
didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler yang tidak
menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah
hipodens dikelilingi cincin yang menyerap kontras.
B. Meningitis
1) Glukosa & LDH : meningkat,
2) LED/ESRD : meningkat,
3) CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom,
hemoragik,
4) Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intracranial,
5) Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat
mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan
tipe penyebab infeksi,
6) MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor,
7) Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber
infeksi intra kranial.
18 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 19/33
ASUHAN KEPERAWATAN OBSES OTAK
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Abses Otak.
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a. Identitas klien ;usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tgl MRS, askes dst.
b. Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal .
d. Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga(otitis
media, mastoiditi ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses
paru,empiema)jantung(endokarditis organ pelvis, gigi dan kulit.
2. Pemeriksaan fisik
a. KU,
b. Pola fungsi kesehatan :
1). Aktivitas/istirahat :
Gejala : malaise
Tanda : ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan,gerakan involunter.
2). Sirkulasi
Gejala ; adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
19 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 20/33
Tanda ; TD meningkat,nadi menurun (berhubungan peningkatan TIK dan
pengaruh pada vasomotor).
3). Eliminasi
Tanda;adanya inkontensia dan/atau retensi.
4). Nutrisi
Gejala ; kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut )
Tanda ; anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membran mukosa kering.
5). Higiene
Tanda ; ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri(pada
periode akut).
6). Neurosensori
Gejala : sakit kepala,parestesia,timbul kejang, gangguan penglihatan
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran,kehilangan memori, sulit
dalam mengambil keputusan,afasia,mata; pupil unisokor
(peningkatan TIK),nistagmus.kejang umum lokal.
7). Nyeri /kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan;leher/punggung kaku.
Tanda : Tampak terus terjaga. Menangis/mengeluh.
8). Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan ( episode awal ). Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah.
20 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 21/33
9). Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA/infeksi lain meliputi ; mastoiditis, telinga
tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit; fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala.
Tanda : suhu meningkat, diaforesis, menggigil. Kelemahan secara umum;
tonus otot flaksid atau spastic(paralisis atau parese). Gangguan
sensasi.
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : Nyeri teratasi atau dapat dikontrol.
Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi
nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai
indikasi(menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya dan meningkatkan relaksasi)
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
(menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri)
Kolaborasi:
Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein.(untuk menghilangkan nyeri).
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan persepsi atau kognitif, penurunan
kekuatan,terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan mis tirah baring,
imobilisasi.
Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal
21 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 22/33
Kriteria hasil : klien dapat mempertahankan posisi tubuh yang optimal, klien
dapat mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh
yang sakit,mempertahankan integritas kulit, kandung kemih dan
fungsi usus.
Intervensi :
a. Periksa kembali kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi(mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara
fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan ).
b. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-
4)
Nilai 0 : klien mampu mandiri.
Nilai 1 : memerlukan bantuan/peralatan yang minimal.
Nilai 2 : memerlukan bantuan sedang/dengan pengawasan/diajarkan.
Nilai 3 : memerlukan bantuan/peralatan yang terus menerus dan alat khusus.
Nilai 4 : tergantung secara total pada pemberi asuhan.
Seseorang dalam semua katagori sama-sama mempunyai risiko kecelakaan
namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya
tersebut sehubungan dengan imobilisasi.
c. Letakkan pasien pada posisi tertentu. Ubah posisi pasien secara teratur dan
buat sedikit perubahan posisi antar waktu.(perubahan posisi yang teratur
menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan menigkatkan sirkulasi
seluruh bagian tubuh.
d. Berikan bantuan untuk melakukan ROM (mempertahankan mobilisasi dan
fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena statis.
e. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, ganti
linen/pakaian yang basah tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan.
( meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan terjadinya
eksekoriasi kulit )
22 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 23/33
f. Pantau haluaran urin. Catat warna dan bau urine. Bantu dengan latihan
kandung kemih bila memungkinkan.
3. Perubahan persepsi-sensori b.d defisit neurologis.
Tujuan : mengembalikan dan mempertahankan fungsi persepsi sensori.
Kriteria hasil : tingkat kesadaran normal, fungsi persepsi membaik.
Intervensi:
a. Evaluasi/pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan
berbicara,alam perasaan, sensorik, dan proses pikir.
b. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas/dingin,benda
tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan alat tubuh.
c. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek
dan sederhana.
kolaborasi:
Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif.
4. Risti terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen, statis
cairan.
Tujuan : Penyebaran infeks tidak terjadi
Kriteria hasil : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tidak ada bukti
penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
Intervensi :
a. Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan. ( isolasi diperlukan
sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan
untuk menurunkan risiko penyebaran pada orang lain),
b. pertahankan tehnik aseptik dan tehnik mencuci tangan yang tepat baik pasien,
pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan.
(menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder). Mengotrol penyebaran
sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi),
23 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 24/33
c. Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur atau
demam yang terus menerus.(infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis
dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut)
Kolaborasi:
a. Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi(obat yang dipilih tergantung pada tipe
infeksi dan sensitivitas individu.
b. siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai indikasi.(mungkin memerlukan
drainase dari adanya abses otak atau penglepasan pirau ventrikel” mencegah
ruptur/mengontrol penyebaran infeksi)
6. Resti perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral.
Tujuan : Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit,
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris.
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, Rasa sakit kepala berkurang,
Kesadaran meningkat, adanya peningkatan kognitif dan tidak ada
atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Intervensi :
a. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya, seperti GCS(pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
kesadaran dan potensial penigkatan tekanan intrakranial adalah sangat berguna
dalam menentukan lokasi,dan perkembangan dari kerusakan cerebral)
b. Pantau pernapasan, catat pola dan irama pernapasan.(tipe dari pola pernapasan
merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral
yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan
intubasi disertai pemasangan ventilator mekanik.
c. pantau intake dan output. Catat karakteristik urine, turgor kulit dan keadaan
membran mukosa.(hipertermi menigkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
menigkatkan resiko dehidrasi, terutama jika kesadaran menurun.
Kolaborasi:
24 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 25/33
1. Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi dan
indikasi. Jaga kepala tetap pada posisi netral.(peningkatan aliran vena dari
kepala akan menurunkan TIK).
2. Berikan obat sesuai indikasi seperti ; deksametason, klorpomasin,
asetaminofen.
Deksametason : dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi
pembentukan edema serebral.
Klorpomasin : obat pilihan dalam mengatasi kelainan postut tubuh atau
mengigil yang dapat meningkatkan TIK.
Asetaminofen : menurunkan metabolisme seluler/menurunkan konsumsi
oksigen dan resiko kejang.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan abses
otak b.d kurangnya informs
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi abses otak, prognosis dan perawatan
abses otak
Kriteria Hasil : Klien terlihat tenang, Klien mengerti tentang kondisinya.
Intervensi :
a. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang sederhana.
b. (menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk
menerima,mengingat,menyimpan informasi yang diberikan,)
c. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanyaa mengenai hal-hal
yang tidak diketahuinya.(Doenges,1999:308).
25 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 26/33
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
1. Biodata klien,
2. Riwayat kesehatan yang lalu:
a. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
b. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Riwayat kesehatan sekarang
a.Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan
Involunter.
b.Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda :
tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritmia.
c.Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d.Makanan/cairan
26 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 27/33
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e.Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai
kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas
nukal, babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari pathogen.
2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan
dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
27 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 28/33
4. Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a). Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
Intervensi mandiri:
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan,
2. Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
3. Pantau suhu secara teratur,
4. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus,
5. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan
nafas dalam,
6. Catat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau).
Kolaborasi:
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.
b). Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan
dengan edema serebral, hipovolemia.
Intervensi mandiri :
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang,
28 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 29/33
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan
dan haluaran.
5. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
1. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
2. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.
c). Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
Intervensi mandiri :
1. Pantau adanya kejang,
2. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan
nafas buatan.
3. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin,
diaepam, venobarbital.
d). Nyeri (akut) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Intervensi mandiri :
1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.
2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi),
3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
Kolaborasi
Berikan anal getik, asetaminofen,codein
29 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 30/33
e). Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Intervensi mandiri :
1. Kaji derajat imobilisasi pasien.
2. Bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
4. Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau
air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
5. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
f). Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
Intervensi mandiri :
1. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
2. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
3. Observasi respons perilaku.
4. Hilangkan suara bising yang berlebihan.
5. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
6. Beri kesempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
7. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Intervensi mandiri :
1. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
2. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan
prosedur.
3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
4. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong.
30 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 31/33
D.EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
31 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 32/33
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Abses Otak
Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu
kapsul dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau
jamur. Abses otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma
atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun
demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang
mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau
orang yang menerima transplantasi organ).
b. Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses
peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke
permukaan jaringan otak dan medula spinalis yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau serosa yang terdapat secara akut dan kronis.
2. Saran
Sebagai manusia biasa tentu saja makalah ini bukanlah hal yang
sempurna. Oleh karena itu kami harapkan adanya saran dan dorongan moral
32 | F a k u l t a s I l m u K e s e h a t a n U n i v e r s i t a s B o r n e o T a r a k a n
7/16/2019 76923685-54182693-askep-abses
http://slidepdf.com/reader/full/76923685-54182693-askep-abses 33/33
yang membangun dari pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya
dapat tersusun lebih baik dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10AbsesOtak89.pdf/10AbsesOtak89.ht
ml .
2. http://www.susukolostrum.com/artikel-kesehatan/syaraf/abses-otak.html
3. http://penyimpangankdm-udin.blogspot.com/2010/05/blog-post_8344.html
4. http://medicastore.com/penyakit/337/Abses_Otak.html
5. http://jhon-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2010/01/abses-otak.html
6. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, MonicaEster, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC
7. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
8. Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan;
1996.
9. L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric.
Jakarta : EGC.