76863245-Paper-Soal
-
Upload
fitri-wulandari -
Category
Documents
-
view
32 -
download
6
Transcript of 76863245-Paper-Soal
TUGAS MATA KULIAH
METODE DAN TEKNIK ANALISIS WILAYAH
Disusun oleh:
Dara Puspa Agustin
(09/284245/TK/35199)
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
1. Desa dan kota memiliki hubungan timbal balik antar satu dengan yang lain
membentuk hubungan ketergantungan karena satu sama lain saling membutuhkan.
Namun masing -masing memiliki fungsi yang berbeda dan saling berinteraksi
membentuk sebuah sistem yang sering disebut sistem desa-kota.
Desa atau pedesaan berfungsi sebagai kawasan penyedia dan pendukung atau
pemasok kebutuhan bagi aktivitas kota atau perkotaan baik sumber tenaga kerja,
pemasok sumberdaya alam dimana biasanya desa atau pedesaan bergerak di bidang
pertanian (sektor primer) sehingga desa memasok sumber bahan baku ke kota.
Sedangkan kota atau perkotaan difungsikan sebagai pusat pelayanan (fasilitas sosial,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, dll) dan konsentrasi proses produksi, serta pusat
kegiatan ekonomi (perdagangan). Kota juga sering difungsikan sebagai pusat
pemerintahan karena infrastruktur kota lebih maju dan lebih lengkap daripada di
desa.
Perbedaan prioritas analisis pedesaan dan kota terletak pada ketersediaan pelayanan
(infrastruktur), cakupan dan jangkauannya, karakteristik kegiatan (sektor primer atau
sekunder atau tersier), serta karakteristik penduduknya (kepadatan dan jenis
pekerjaan).
2. Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk
meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi,
budaya, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas
dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial,
dan ekonomi antarnegara, antardaerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga
perdesaan. Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong
terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat
komperhensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Konsep perkembangan wilayah di bagi atas 4 kelompok yaitu:
a. Perkembangan yang menekanKan pada kemakmuran wilayah (local prosperity). Data
yang bisa digunakan untuk mengukur kemakmuran wilayah antara lain PDRB,
PDRB per kapita, jumlah tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja), jumlah
pengangguran, data kemiskinan.
b. Perkembangan wilayah yang menekankan pada sumberdaya lingkungan dan faktor
alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di
suatu daerah (sustainable production activity) atau pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Data yang bisa digunakan untuk mengukur pembangunan
berkelanjutan antara lain ketersediaan SDA, pola penggunaan lahan eksisting untuk
melihat kecenderungan kesesuaian lahan, PDRB, jumlah produksi tanaman pangan,
barang dan jasa, tingkat polusi, kondisi ekologi, dan IPM.
c. Ketiga perkembangan wilayah yang memberikan perhatian pada kelembagaan dan
proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada
governance yang bisa bertanggung jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good
governance). Data yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas kelembagaan antara
lain: kelengkapan peraturan perundangan yang diperlukan sudah disahkan dan dapat
dimanfaatkan (produk suatu lembaga), peran lembaga dalam mekanisme dan
prosedur penataan ruang yang responsif terhadap permintaan masyarakat, tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dll.
d. Keempat tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
(people prosperity). Data yang bisa digunakan untuk mengukur kesejahteraan
masyarakat antara lain: Indeks Mutu Hidup (IMH), tingkat pendapatan, tingkat
pemenuhan kebutuhan masyarakat (pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan tingkat
aksesibilitasnya), tingkat konsumsi masyarakat, dan tingkat kemiskinan.
▲Tergantung kepada :
• Rekayasa agar terjadi perkembangan wilayah
• Penataan ruang
• Kebijakan sektor pendidikan, kesehatan, perdagangan
• Action program
1. Pembangunan berkelanjutan didasarkan pada kenyataan bahwa kebutuhan manusia
terus meningkat. Kondisi yang demikian ini membutuhkan suatu strategi
pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien. Disamping itu perhatian dari konsep
pembangunan yang berkelanjutan adalah adanya tanggungjawab moral untuk
memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang, sehingga permasalahan
yang dihadapi dalam pembangunan adalah bagaimana memperlakukan alam dengan
kapasitas yang terbatas namun akan tetap dapat mengalokasikan sumberdaya secara
adil sepanjang waktu dan antar generasi untuk menjamin kesejahteraannya.
Pembangunan berkelanjutan merupakann pembangunan yang memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang untuk
kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang pula dengan bersendikan pada
pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai
pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu sama lain. Pembangunan
berkelanjutan memberikan jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui
kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Konsep ini mengandung dua unsur :
yaitu kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golongan masyarakat yang kurang
beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi, dan yang kedua adalah
keterbatasan penguasaan teknologi dan organisasi sosial harus memperhatikan
keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat
ini dan di masa depan.
Melalui konsep pembangunan berkelanjutan dapat dicapai empat hal:
a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang
dapat diperbarui
b. Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat jenuh (exhaustible
resources)
c. Pemeliharaan sistem-sistem pendukung ekologis
d. Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati.
Perbedaan yang mendasar dengan pembangunan yang tidak berkelanjutan adalah
pada prinsip dimana pembangunan yang tidak berkelanjutan terjadi dengan
mengorbankan generasi mendatang. Sebagai contoh, perencanaan yang tidak
bertanggung jawab, degradasi lingkungan melalui eksploitasi sumber daya dll
menghasilkan limbah dan polusi yang merusak ekosistem.
1. Tidak semua indikator perkembangan wilayah sesuai dengan konsep pembangunan
berkelanjutan. Indikator perkembangan wilayah yang relevan dengan konsep
pembangunan berkelanjutan adalah ketersediaan sumberdaya lingkungan dan faktor
alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di
suatu daerah. Sehingga indikator jumlah produksi tanaman pangan, barang dan jasa
yang tercermin dari nilai PDRB dan tingkat kesejahteraan penduduk serta keadaan
ekologis dinilai dapat mencerminkan kualitas keberlanjutan pembangunan wilayah.
2. Kualitas hidup masyarakat dapat diartikan sebagai ukuran taraf hidup manusia di
lingkungannya. Kualitas hidup masyarakat dapat diukur dengan seberapa besar
terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai mahluk hidup, tidak
hanya menyangkut dirinya, melainkan juga masyarakatnya, dan terutama
kelangsungan hidup diri sendiri melalui keturunannya. Kebutuhan dasar ini terdiri
atas udara, air yang bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan keturunan serta
perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama manusia.
Selain itu juga pengukuran terhadap bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup manusiawi. Berbeda dengan mahluk hidup yang lain, manusia
sebagai mahluk yang berbudaya tidak cukup hanya sekedar hidup secara hayati,
melainkan karena perkembangan kebudayaannya maka manusia harus hidup secara
manusiawi. kebutuhan dasar untuk hidup secara manusiawi, sebagian bersifat
material dan sebagian lagi bersifat non material.
Di dalam masyarakat manusia yang beradab, hukum berdiri diatas keadilan, oleh
karena itu perlindungan hukum yang adil merupakan kebutuhan dasar yang membuat
manusia dapat hidup secara manusiawi. Pekerjaan bukanlah sekedar sumber
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar hayati sebagaimanayang diajarkan
oleh induk hewan kepada anaknya, tetapi juga perlu diberikan pengetahuan tentang
agama, filsafat, ilmu, seni dan budaya yang membedakan pendidikan manusia
dengan hewan. Pendidikan teknologi sangatlah penting. Pendidikan ini haruslah
disertai dengan pendidikan lain seperti tersebut di atas. Jika tidak, sebenarnya
manusia secara kualitatif tidak akan ada bedanya dengan hewan. Kebutuhan dasar
lain yang membuat manusia menjadi manusiawi adalah energi. Misalnya untuk
tranportasi sangatlah tidak manusiawi seandainya seseorang harus berjalan kaki
puluhan kilometer dari tempat tinggalnya ke suatu lokasi dimana dia bekerja untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup hayatinya.
Yang paling utama adalah kebebasan dasar untuk memilih. Sudah barang tentu
dalam masyarakat yang tertib, derajat kebebasan untuk memilih dibatasi oleh hukum,
baik yang tertulis maupu yang tidak tertulis. Kemampuan memilih merupakam sifat
hakikih untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, baik pada tumbuhan,
hewan maupun manusia. Untuk dapat memilih harus ada keanekaragaman pilihan,
oleh karena itu keanekaragaman merupakan unsur yang esensial dalam lingkungan.
Metode untuk mengukur tingkat kualitas hidup masyarakat adalah melalui instrumen
kualitas hidup WHOQOL-BREF dan instrumen sense of community yang berbentuk
kuosioner self report (merespon sesuai kondisinya). Metode ini menghitung korelasi
masing-masing item dengan scor dari masing-masing dimensi WHOQOL_BREF
yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan, hubungan sosial, dan hubungan dengan
lingkungan. Masing-masing pertanyaan dijawab menggunakan angka dengan skala
1-5. Metode ini tidak meberikan skor menyeluruh dari tiap dimensi namun hanya
masing-masing dimensi. Kemudian skor ditransformasi menggunakan rumus:
TRANSFORMED SCORE = (SCORE – 4) x (100/16)
Instrumen sense of community terdiri dari 12 pertanyaan dari 4 dimensi yaitu
membership, influence, integration and fulfillment of needs, dan shared emotional
connection. Cara menjawabnya menggunakan angka dengan skala 1-5. Jawaban dari
masing-masing dimensi menggambarkan respon masing-masing individu di tiap
dimensi dan skor tunggal SCl menggambarkan sense of community individu secara
menyeluruh.
3. Perekonomian wilayah dikatakan berkembang atau tidak dapat diukur melalui
beberapa indikator antara lain:
a. Nilai PDRB untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan
besarnya presentase peningkatan produksi barang jasa masyarakat dan struktur
perekonomiannya guna mengetahui transformasi antar sektor. PDRB yang digunakan
dalam analisis adalah PDRB berdasarkan harga konstan untuk menghindari nilai
inflasi dalam melakukan analisis.
b. PDRB per kapita untuk mengklasifikasikan tingkat pendapatan masyarakat dan
perbandingannya dengan masyarakat daerah lain.
c. Indikator pertumbuhan ekonomi tipologi klassen
d. Ketimpangan wilayah menggunakan indeks Williamson dan Theil
e. Indikator sektor-sektor andalan yang diketahui melalui analisis shift share dan LQ.
f. Jumlah orang miskin mengindikasikan tingkat kemiskinan di wilayah tersebut.
Data ekonomi dan kependudukan dapat diperoleh melalui survey sekunder dari buka
PDRB Kabupaten, Kabupaten Dalam Angka, serta didukung oleh survey primer
(pengamatan langsung dilapangan mengenai sektor-sektor yang dominan dan
berkontribusi di wilayah tersebut).
1. PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto adalah sejumlah produksi yang
dihasilkan oleh setiap daerah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam
nilai mata uang tertentu (rupiah). Unit-unit produksi dikelompokkan menjadi 9 sektor
lapangan usaha.
Struktur ekonomi wilayah merupakan komposisi atau kontribusi dari kegiatan
produksi cesara sektoral menurut lapangan usaha. Dengan ini memungkinkan suatu
daerah mengidentifikasi hubungan terpenting antara perpindahan faktor-faktor dan
pertumbuhan regional dengan cara yang lebih jelas.
Analisis yang dapat dilakukan antara lain:
a. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah Analisis shift share, untuk
menunjukkan keunggulan komparatif suatu sektor.
b. Analisis shift share juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai
sektor (industri) di daerah studi dengan wilayah nasional untuk mengetahui
menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dibandingkan
dengan perekonomian nasional.
c. Analisis LQ, untuk mengetahui sektor apakah yang menjadi sektor basis.
d. Analisis base multiplier, untuk mengetahui daya pengganda suatu sektor basis
e. Angka pertumbuhan rata-rata sektor.
f. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) untuk mencari wilayah mana di sekitar wilayah
yang bersangkutan yang berpotensi kuat dalam pertumbuhannya dalam interaksi satu
sama lain.
1. Tipologi Klassen memiliki dua pendekatan, yang pertama adalah penentuan prioritas
kebijakan salah satunya dengan menentukan sektor-sektor prioritas atau unggulan.
Prioritas tidak hanya dilakukan pada tingkat sektoral saja, tetapi juga pada tingkat
subsektor, usaha, bahkan tingkat komoditi yang layak untuk dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan potensi yang ada.
Di dalam pendekatan ini, tipologi klassen digunakan sebagai alat analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas
atau unggulan suatu daerah.
Analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi
daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan
membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan
nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional.
Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa
sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.
Kuadran I
Sektor maju dan tumbuh dengan pesat
Kuadran II
Sektor maju tapi tertekan
(gi>g, si>s) (gi<g, si>s)
Kuadran III
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang dengan pesat
(gi>g, si<s)
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
(gi<g, si<s)
Pendekatan yang kedua, Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama,
yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah
dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan
membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah dengan PDRB per kapita
daerah yang menjadi acuan atau PDB per kapita (secara nasional).
Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan
rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat
dibedakan menjadi empat klasifikasi, yaitu:
a. Kuadran I, Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh, yaitu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding
rata-rata provinsi.
b. Kuadran II, Daerah Maju Tapi Tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan
perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah
dibanding dengan rata-rata provinsi.
c. Kuadran III, Daerah Berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-
rata provinsi.
d. Kuadran IV, Daerah Relatif Tertinggal, yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata
provinsi.
Manfaat yang diperoleh dari analisis tipologi klassen adalah:
• Dapat membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan keunggulan sektor,
subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakan hasil analisis tipologi
Klassen.
• Dapat menentukan prioritas kebijakan suatu daerah berdasarkan posisi perekonomian
yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang diacunya.
• Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral.
Berikut adalah hasil analisis tipologi klassen tiap kecamatan di Kabupaten Kudus:
No
Nama
Kecamatan
Hasil Klasifikasi Wilayah
2002 2004 2006 20081 Kaliwungu maju maju maju,tertekan maju,tertekan2 Kota maju,tertekan maju maju maju3 Jati maju maju maju maju,tertekan4 Undaan berkembang tertinggal berkembang berkembang5 Mejobo tertinggal tertinggal tertinggal tertinggal6 Jekulo tertinggal berkembang berkembang berkembang7 Bae tertinggal berkembang tertinggal tertinggal8 Gebog berkembang tertinggal berkembang maju9 Dawe tertinggal tertinggal berkembang berkembang
Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa terjadi dinamika kondisi perekonomian
kecamatan yang tidak stabil dan terjadi kesenjangan antara kecamatan-kecamatan
urban (Kota, Jati, Gebog, Kaliwungu) dengan wilayah-wilayah belakangnya.
Kecenderungan kecamatan yang berada pada kuadran VI (tertinggal) dikarenakan
minimnya industry skala menengah – besar di kecamatan tersebut dibanding
kecamatan-kecamatan lain.
1. Ragam sumberdaya ekonomi atau potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Kudus baik
yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta
dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayah.yang
ditemukan di Kabupaten Kudus antara lain:
a. Sumber daya alam, yaitu pertanian (padi, tebu, palawija), pertambangan (galian C),
peternakan, lahan (permukiman dan pertanian), dan sumber daya air serta alam.
Cara mensurveynya dengan metode pengamatan langsung dan survey sekunder dari
hasil produksi Kabupaten Kudus.
Analisis yang perlu dilakukan adalah potensi pengembangan komoditas pertanian
dan perkebunan, daya dukung lingkungan, ketersediaan sumberdaya air (cadangan
air bawah tanah) dan analisis
b. Sumber daya modal yaitu infrastruktur, kegiatan industri dan perdagangan.
Cara mensurveynya dengan metode pengamatan langsung dan survey sekunder
jumlah, jenis, sebaran infrastruktur, cakupan, jangkauannya serta hasil produksi dari
kegiatan produksi serta perdagangan Kabupaten Kudus.
Analisis yang perlu dilakukan adalah potensi pengembangan infrastruktur, jangkauan
pelayanan, analisis ekonomi wilayah (PDRB perkapita, PDRB, LQ, Shiftshare,
Tipologi Klassen, input-output), analisis peluang investasi.
c. Sumber daya manusia yaitu tenaga kerja, konsumen, serta pelaku usaha
(entrepreneur).
Cara mensurveynya dengan metode pengamatan langsung dan survey sekunder
jumlah, sebaran penduduk, struktur penduduk, jenis pekerjaan, tingkat migrasi,
pendapatan perkapita.
Analisis yang perlu dilakukan adalah jumlah lapangan pekerjaan, tingkat penyerapan
tenaga kerja, potensi pengembangan industri kecil-menengah, analisis indeks harga
konsumsi.
1. Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan
suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam
periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan
kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan
lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan (kemampuan suatu habitat
untuk mendukung sejumlah individu).
Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung absolut,
daya dan dukung optimum. Daya dukung absolut atau maksimum adalah jumlah
maksimum individu yang dapat didukung olwh sumberdaya lingkungan pada
tingkat sekedar hidup (tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk
individu tersebut). Daya dukung optimum adalah besar sumber daya digunakan di
suatu daerah untuk menunjang kebutuhan makhluk hidup didalamnya secara
optimum selama periode waktu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi daya dukung lingkungan/ carrying
capacity mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah organisme atau spesies khusus secara maksimum dan seimbang yang dapat
didukung oleh suatu lingkungan
b. Jumlah penduduk maksimum yang dapat didukung oleh suatu lingkungan tanpa
merusak lingkungan tersebut
c. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam periode
jangka panjang tampa membahayakan lingkungan tersebut
d. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh suatu
lingkungan tanpa merusak lingkungan tersebut
e. Rata-rata kepadatan suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok
manusia dibawah angka yang diperkirakan akan meningkat, dan diatas angka yang
diperkirakan untuk menurun disebabkan oleh kekurangan sumber daya. Kapasitas
pembawa akan berbeda untuk tiap kelompok manusia dalam sebuah lingkungan
tempat tinggal, disebabkan oleh jenis makanan, tempat tinggal, dan kondisi sosial
dari masing-masing lingkungan tempat tinggal tersebut
Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan keambrukan kehidupan,
karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan degradasi limbah,
meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak struktur dan
fungsi tatanan masyarakat. Berbagai permasalahan ruang muncul akibat
diabaikannya konsep daya dukung dalam alokasi pemanfaatan ruang serta tidak
maksimalnya control atas penggunaan lahan. Misalnya kasus alih fungsi lahan
pertanian produktif menjadi lahan non pertanian, penurunan secara signifikan luas
hutan tropis sebagai kawasan resapan air yang menyebabkan run-off yang besar
pada kawasan hulu-hilir sehingga meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir
pada wilayah hilir, mengganggu siklus hidrologis, dan memperluas kelangkaan air
bersih dalam jangka panjang serta meningkatnya satuan wilayah sungai (SWS)
yang kritis. Sehingga konsep daya dukung lingkungan sangat diperlukan dalam
perencanaan wilayah dan kota untuk mewujudkan kualitas tata ruang wilayah yang
semakin baik, aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dan mengatasi masalah
lingkungan.
Berikut alasan kenapa daya dukung lingkungan perlu diperhatikan dalam proses
perencanaan wilayah, yaitu:
a. Penerapan tata ruang perencanaan yang tepat berarti bahwa pengembangan sumber
daya alam harus memperhitungkan daya dukungnya.
b. Penempatan berbagai macam aktivitas yang mendayagunakan sumber daya alam
harus memperhatikan kapasitasnya dalam mengabsorbsi perubahan yang
diakibatkan oleh aktivitas tersebut.
c. SDA di suatu wilayah hendaknya dialokasikan ke dalam beberapa zona diantaranya
hutan lindung, wilayah industri, perkebunan, daerah aliran sungai dan sebagainya.
d. Perlunya standar kualitas lingkungan seperti standar ambient untuk air permukaan,
air tanah dan air laut, dan kualitas udara.
Contoh penerapannya pada perencanaan kawasan industri dimana memanfaatkan
lahan yang relatif luas untuk kegiatan industri diperlukan analisis daya dukung
lingkungan karena dapat mengalami degradasi lahan, polusi dan overcapacity.
Maka diperlukan analisis geografi, topografi (kelerengan lahan), jenis tanah dan
geomorfologi, dan hidrologi untuk menghitung daya dukung lingkungan. Masing0-
masing criteria diberi skor dan dibobot untuk menentukan klas dan klasifikasi.
1. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu.
Dalam analisis kesesuaian lahan, prosedur penilaian kesesuaian lahan dilakukan
dengan pendekatan satuan lahan. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan
dengan cara mencocokkan (matching) karakteristik dan kualitas lahan dengan
persyaratan tumbuh tanaman tertentu.
Berikut adalah skema langkah-langkah dalam menganalisis kesesuaian lahan:
Data survey tanah
Karakteristik/Kualitas lahan
Kebutuhan tanaman (tanah
dan lanskap)
Kesesuaian lahan berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu:
Ordo S : Sesuai (Suitable)
adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa
atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan
tersebut akan memberi keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan.
Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak
mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya.
Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta
meningkatkan masukan yang diperlukan.
Nilai
Indeks lahan
Iklim
Agro-Klimatik
Indeks iklim
Nilai seluruh faktor iklim
Tingkat pembatas
Klas Kesesuain Lahan
Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan.
Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan.
Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)
adalah lahan yang mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah
penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.
Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan yang
mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya
tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang
rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi keberhasilan
penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan lahan
yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan
bagi suatu penggunaan yang lestari.
2. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun
tidak membentuk suatu tata ruang yang mengandung susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang
secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk
tata ruang.
Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang adalah sebagai berikut:
a. Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan,
keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan.
b. Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir
yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat.
c. Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka
hijau.
d. Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.
Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat – pusat pelayanannya
diantaranya:
Model Struktur ruang
Mono
centered
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak
saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub
pusat yang lain.
Multi nodal Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub
pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat
selain terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung
langsung dengan pusat.
Multi centered Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling
terhubung satu sama lainnya.
Non centered Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub
pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling
terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
Struktur ruang mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan wilayah dimana
perubahan terjadi dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang
berbeda. Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang
berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Perkembangan wilayah terlihat
dari penggunaan lahan yang membentuk zona-zona tertentu di dalam ruang wilayh
selain itu, bentuk wilayah secara keseluruhan mencerminkan posisinya secara
geografis dan karakteristik tempatnya.
6 pola perkembangan wilayah antara, sebagai berikut :
Struktur tata ruang dapat dilakukan dengan analisis hierarki kota-kota melalui
analisis fungsi wilayah (Skalogram dan OGP).
Analisis yang dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen pendidikan,
kesehataan, dan jasa. Tingkat layanan diketahui dari jumlah unit setiap instrumen
layanan dan presentasenya di setiap bagian wilayah atau kota. Wilayah dengan total
nilai skor merupakan wilayah dengan tingkat layanan tertinggi. Wilayah dengan nilai
lebih tinggi juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut lebih bersifat perkotaan
dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Hasil dari analisis berupa total nilai tingkat pelayanan tiap wilayah. Total nilai tiap
wilayah kemudian dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah.
Yang kedua adalah menggunakan analisis fungsi kota-kota
Dalam lingkup wilayah, secara umum kota-kota mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland services).
b. Pusat komunikasi antar wilayah (international communication)
c. Pusat kegiatan industri (good processing.manufacturing).
d. Pusat permukiman (residensial subcenter).
Struktur tata ruang diidentifikasi berdasarkan kelengkapan fasilitas perkotaaan di tiap
kota atau bagian kota. Berarti makin lengkap fungsi pelayanan kota yang dimiliki,
akan menunjukkan tingkat hierarki kota yang makin tinggi. Indikator untuk
menunjukkan tiap fungsi di atas adalah kelengkapan atau ketersediaan fasilitas.