75416739 Percobaan Dasar Pada Mencit
Click here to load reader
-
Upload
idhul-ade-rikit-fitra -
Category
Documents
-
view
123 -
download
2
Transcript of 75416739 Percobaan Dasar Pada Mencit
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II
PERCOBAAN DASAR
CARA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN
(MENCIT)
Disusun oleh :Nama : Prastiwi Ari Isnaini No. Mahasiswa : 09.0047
Tgl. Praktikum : 28 April 2011
Hari : Kamis
Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si.,Apt.
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG
2011
PERCOBAAN DASAR
CARA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN
(MENCIT)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengenal cara dan rute pemberian obat secara per
oral, subcutan, intraperitoneal, dan intravena, mengetahui pengaruh rute
pemberian obat terhadap efek farmakologi, memahami konsekuensi praktis
dari pengaruh rute pemberian obat, mengenal manifestasi berbagai efek obat
(Phenobarbital / Luminal) yang diberikan.
2. DASAR TEORI
Di dalam tubuh, obat akan mengalami beberapa fase yaitu fase
farmasetik, fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik.
Cara pemberian obat sangat penting artinya karena setiap obat berbeda
penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian. Rute
pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,
terutama laju penyerapan obat. Hal ini disebabkan karena perbedaan
karakteristik lingkungan fisiologis, anatomi dan biokimiawi pada daerah
kontak permulaan obat dan tubuh. Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan
perbedaan jumlah obat yang dapat mencapai tempat kerja pada rentang waktu
tertentu sehingga mengakibatkan perbedaan onset (mula kerja obat) dan durasi
(lama kerja obat).
Pemilihan rute pemberian obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obat
serta kondisi pasien. Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi
kecepatan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberikan efek
local maupun sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah, sedangkan efek lokal adalah efek obat yang
bekerja setempat. (Anief,M, 1994)
Fenobarbital (Fenobarbiton, Luminal)
Senyawa hipnotik ini terutama digunakan pada serangan grand mal dan
status epilepticus berdasarkan sifatnya yang dapat memblokir pelepasan
muatan listrik di otak. Untuk mengatasi efek hipnotiknya, obat ini dapat
dikombinasi dengan kofein. Tidak boleh diberikan pada absences karena justru
2
dapat memperburuknya. (Tjay, T.H., 2007)
Resorpsinya di usus baik (70-90%) dan lebih kurang 50% terikat pada
protein. Plasma T ½-nya panjang, lebih kurang 3 - 4 hari, maka dosisnya dapat
diberikan sekaligus sehari. Kira – kira 50% dimetabolisme menjadi p
-hidroksifenobarbital yang diekskresikan lewat urin dan hanya 10% - 30%
dalam keadaan utuh. (Tjay, T.H., 2007)
Efek sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya yakni pusing,
mengantuk, ataksia dan pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping ini
dapat dikurangi dengan mengkombinasikannya dengan obat-obat lain.
(Tjay, T.H., 2007)
Interaksi. Bersifat menginduksi enzim dan antara lain mempercepat
penguraian kalsiferol (Vitamin D2) dengan kemungkinan timbulnya Rachitis
(penyakit Inggris) pada anak kecil. Penggunaannya bersama dengan valproat
harus hati-hati, karena kadar darah fenobarbital dapat ditingkatkan. Di lain
pihak kadar darah fenitoin dan karbamazepin serta efeknya dapat diturunkan
oleh fenobarbital. (Tjay, T.H., 2007)
Dosisnya adalah 1 - 2 d d 30 mg - 125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2
kali). Pada anak-anak 2 - 12 bulan 4 mg/kg berat badan sehari. Pada status
epilepticus dewasa 200 mg - 300 mg. (Tjay, T.H., 2007)
Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Fenobarbital dan Barbital
bekerja panjang dengan durasi 10 - 12 jam. Barbital diekskresi terutama oleh
ginjal. Fenobarbital dimetabolisme oleh enzim P450 di hati. Fenobarbital
menginduksi enzim P450 yang menyebabkan peningkatan metabolisme
banyak obat. Fenobarbital digunakan secara klinis sebagai antikonvulsan.
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna. Bentuk garam
natrium lebih cepat diabsorpsi dari bentuk asamnya. Mula kerja bervariasi
antara 10 - 60 menit, bergantung kepada zat serta formula sediaan, dan
dihambat oleh adanya makanan di dalam lambung. Secara intra vena,
Barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi, dan menginduksi serta
mempertahankan anesthesia umum.
Dosis Phenobarbital / Luminal
Untuk manusia BB 50 kg = 300 mg – 600 mg (Anonim, 1979)
3
UJI HAYATI
Pada uji hayati, pengujian dilakukan menggunakan system hayati
sebagai sarana pengujian. Kemudian yang diamati atau diukur adalah respon
system hayati akibat perlakuan terhadapnya yang ditimbulkan zat uji, sediaan
uji, sediaan baku atau sediaan pembanding. Pada azasnya, jika mungkin untuk
keseluruhan pengujian terhadap zat uji atau sediaan uji terhadap respon sistem
hayati sama yang ditimbulkan sediaan baku atau sediaan pembanding. Yang
harus diperhatikan adalah bahwa pengujian terhadap zat uji atau sediaan uji
dan pengujian terhadap sediaan baku atau sediaan pembanding harus
dilakukan dalam kondisi yang dapat dibandingkan dengan seksama.
(Anonim,1979)
Dengan demikian dapatlah dianggap bahwa, deviasi sistematik yang
terutama disebabkan salah penimbangan dan salah pengenceran tidak lagi
merupakan sumber deviasi yang berarti, sehingga deviasi yang masih
tertinggal hanyalah deviasi rawu yang disebabkan faktor naluri sistem hayati
dan kondisi perlakuan terhadapnya. (Anonim,1979)
Naluri sistem hayati bervariasi sesuai dengan biakan murni pilihan,
kelamin, umur, bobot, jenis, suku dan asal usul. Sungguh pun cara dan
prosedur yang disebutkan monografi dipilih yang paling tepat digunakan
dalam pengujian, hasil pengujiannya akan memuaskan, jika dipenuhi semua
syarat yang disebut monografi, terutama sistem hayati dan sediaan baku atau
sediaan pembanding. Sistem hayati Sistem hayati meliputi hewan, jaringan
hewan dan kuman. (Anonim,1979)
HEWAN PERCOBAAN
Hewan biakan murni pilihan karena alasan ekonomi, biakan murni
pilihan hewan yang digunakan masih belum dapat diberikan spesifikasi yang
dikehendaki atau petunjuk dimana biakan murni pilihan hewan itu dapat
diperoleh. Karena itu, biakan murni pilihan yang dimaksud dalam bab ini
barulah pengertian hewan yang diketahui asal usulnya dan bersumber dari
satu induk. Jika syarat ini sukar dipenuhi, hewan lain dapat digunakan untuk
pengujian asalkan sekurangnya 2 minggu sebelum pengujian dilakukan
hewan itu sudah harus dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya.
Jenis hewan yang digunakan dalam pengujian harus sesuai dengan
4
yang disebutkan dalam monografi. Masing-masing bobot, kecuali
dinyatakan lain, adalah sebagai berikut :
Tabel 1
(Anonim,1979)
KONDISI HEWAN
Hewan harus sehat, pertumbuhannya normal, tidak mengalami
kelainan yang berarti, deviasi bobot pemeliharaan tidak lebih dari 10%, suhu
badan normal berdeviasi suhu tidak lebih dari 10 , pemeriksaan tinja tidak
menunjukan kelainan flora ususnya seperti terdapat parasit usus.
(Anonim,1979)
RUANGAN HEWAN
Sehari sebelum pengujian dilakukan, hewan sudah harus dimasukkan
kedalam ruangan hewan. Ruangan hewan harus berventilasi baik dengan
ukuran luas untuk masing-masing hewan tidak kurang dari ukuran berikut ini :
Tabel 2
Makanan hewan. Makanan hewan harus disesuaikan dengan jenis
hewannya, sebaliknya makanan yang diberikan harus komposisi yang jelas
dan tetap. Untuk menghilangkan parasit yang tidak dikehendaki, sayuran
dicuci dengan larutan kalium permanganat P 2% b/v. (Anonim,1979)
5
Mencit 17 gr – 25 grTikus 150 gr – 200 grMarmut 300 gr – 500 grKelinci 1,5 kg – 2 kgMerpati 100 gr – 200 grKucing Tidak kurang dari 2,5 kg
Mencit 450 cm2
Tikus 700 cm2
Marmut 900 cm2
Kelinci 7500 cm2
Kucing 11000 cm2
PERLAKUAN
Perlakuan terhadap hewan harus dilakukan dengan lemah lembut
sesuai dengan kebiasaan hewan masing-masing. Kucing harus diangkat
dengan memegang kulit bagian atas leher dibantu dengan tangan lain
mengangkat badannya. Mengangkat kelinci sama dengan kucing, jangan
diangkat dengan cara memegang kedua telinganya. Tikus, mencit, dan
marmut diangkat dengan memegang ekornya. Sedapat mungkin usahakan
menghindarkan perlakuan yang kasar, karena dapat menimbulkan keresahan
pada hewan yang dapat mengakibatkan kenaikan suhu badannya.
(Anonim,1979)
MENCIT (Mus musculus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus – tikusan)
yang berukuran kecil. Mencit dewasa memiliki berat badan 25 – 40 g (betina)
dan 20 - 40 g (jantan). Mencit mudah dijumpai di rumah – rumah dan dikenal
sebagai hewan pengganggu. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan
perubahan yang dibuat manusia. Mencit percobaan (laboratorium)
dikembangkan dari mencit melalui proses seleksi. Sebagian besar tikus
diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian
biomedis, pengujian, dan pendidikan. Sekarang mencit juga dikembangkan
sebagai hewan peliharaan. (id.wikipedia.org/wiki/Mencit)
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini
sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit
peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan malam.
Mencit adalah hewan percobaan yang sering digunakan dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah
ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul dengan
sesamanya, bersembunyi dan lebih aktif beraktivitas pada malam hari.
6
Kehadiran manusia akan mengganggu aktivitasnya. Laju respirasi normal 163
tiap menitdan suhu tubuh normal 36ºC. (id.wikipedia.org/wiki/Mencit)
Cara Memegang Mencit
o Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan.
Letakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak
licin (misal ram kawat pada penutup kandang), sehingga
jika ditarik, mencit akan mencengkeram.
o Telunjuk dan ibu jari tangan kiri menjepit kulit
tengkuk, sedangkan ekornya dipegang dengan tangan
kanan.
o Posisi mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut
menghadap kita dan ekor dijepitkan di antara jari manis
dan kelingking tangan kiri.
Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan buang air
besar atau buang air kecil. Hal ini terjadi karena mencit merasa stres atau
ketakutan. Selain itu juga merupakan pertahanan diri untuk melindungi dirinya
dengan mengeluarkan fecesnya. (andiscientis.blogspot.com)
Nutrisi
Mencit harus diberi makan pelleted komersial tikus atau hewan
pengerat diet dan air lib iklan. Ini diet yang bergizi lengkap dan tidak
memerlukan suplemen. Asupan makanan sekitar 15 g/100 g BB / hari
sedangkan asupan air sekitar 15 ml/100 g BB / hari.
(id.wikipedia.org/wiki/Mencit)
3. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Beaker glass
2. Jarum oral
3. Jarum suntik ¾ - 1 inchi (No. 27)
4. Timer (jam / stopwatch)
5. Spuit
7
6. Wadah kaca (akuarium) untuk hewan percobaan (mencit)
7. Timbangan analitik
8. Spidol permanen
9. Labu takar
10. Pipet
11. Kapas
Bahan :
1. Hewan percobaan (mencit jenis kelamin jantan)
2. Sediaan injeksi Luminal Natrium
3. Alkohol 70%
4. Aqua pro injection
4. CARA KERJA
1. Buat larutan stok ( lakukan pengenceran)
Ambil sediaan injeksi Phenobarbital 50 mg/2 ml
↓
Pecah vial, masukkan larutan dalam labu takar 50 ml
↓
Encerkan dengan aqua pro injeksi sampai batas volume
↓
Gojog
2. Penimbangan dan Penandaan Mencit
Ambil mencit (pegang bagian ekornya)
↓
Tandai ekor mencit dengan spidol permanent
↓
Masukkan mencit dalam beker, timbang↓
Catat berat mencit
3. Rute Pemberian Obat secara Oral
Ambil larutan stok (Phenobarbital)dengan jarum oral
↓
8
Pegang mencit pada bagian tengkuknya
↓
Masukkan jarum oral ke mulut mencit melalui langit-langit masuk
esofagus
↓
Dorong larutan obat tersebut ke dalam esofagus
↓
Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek (onset) dan hilangnya
efek
4. Rute Pemberian Obat secara Subcutan
Ambil larutan stok dengan jarum suntik
↓
pegang mencit
↓
tarik kulit di bagian tengkuk mencit
↓
Suntikkan larutan obat di bawah kulit tengkuk
↓
Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek (onset) dan hilangnya
efek
5. Rute Pemberian Obat secara Intravena
Ambil larutan stok (Phenobarbital) dengan jarum suntik [¾ - 1 inchi
(No. 27)]
↓
Lakukan dilatasi pada ekor mencit dengan cara mengoleskan alkohol
pada ekornya
↓
Cari vena, suntikkan larutan obat ke dalamnya
(bila terasa ada tahanan / bila piston ditarik tidak ada darah yang keluar
berarti jarum tersebut tidak memasuki vena)
↓
Bila harus dilakukan penyuntikan ulang maka lakukan pengulangan
9
dimulai dari bagian distal ekor.
↓
Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek (onset) dan hilangnya
efek
6. Rute Pemberian Obat secara Intra Peritonial
Ambil larutan stok (Phenobarbital) dengan jarum suntik [¾ - 1 inchi
(No. 27)]
↓
Pegang mecit pada bagian tengkuknya hingga posisi abdomen lebih tinggi
dari kepala mencit
↓
Suntikkan larutan obat ke dalam abdomen bawah dari mencit di sebelah
garis midsagital
↓
Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek (onset) dan hilangnya
efek
5. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK
A. Konversi Dosis
Dosis Phenobarbital menurut FI III
Untuk manusia BB 50 kg = 300 mg – 600 mg
Untuk manusia BB 70 kg = 70/50 x (300 - 600)mg
= 420 mg – 840 mg
Untuk mencit BB 20 g = (420 mg – 840 mg) x 0,0026
= 1,092 mg – 2,184 mg
Dsetengah = (1,092 mg – 2,184 mg) : 2
= 1,638 mg
B. Pembuatan Larutan Stock
Sediaan awal Phenobarbital = 50 mg/2 ml
V1 . C1 = V2 . C2
8 ml . 50 mg = 50 ml . C2
10
C2 = 400/50 = 8 mg è 8 mg/50 ml
C. Perhitungan Dosis Mencit
Penimbangan Mencit
1. Mencit 1 = 25,3 g2. Mencit 2 = 24,4 g3. Mencit 3 = 21,8 g4. Mencit 4 = 23,6 g
Dosis mencit
1. Mencit I (Per Oral)
Dosis = 25,3 g x 1,638 = 2,07216 mg 20 g
Volume = 2,0721 mg x 1 ml = 0,26 ml 8
2. Mencit II (Sub Cutan)
Dosis = 24,4 g x 1,638 = 1,9984 mg 20 g
Volume = 1,9984 mg x 0,5 ml = 0,25 ml 8
3. Mencit III (Intra Peritoneal)
Dosis = 21,8 g x 1,638 = 1,7854 mg 20 g
Volume = 1,7854 mg x 1 ml = 0,22 ml 8
4. Mencit IV (Intra Vena)
Dosis = 23,6 g x 1,638 = 1,9328 mg 20 g
Volume = 1,9328 mg x 0,5 ml = 0,12 ml 8
D. Tabel Dosis
No Rute Pemberian BB(Kg) DosisLarutan
stockVol.yg disuntik
1. Per Oral (PO) 25,3 g 2,072 mg 8 mg/50 ml 0,26 ml
11
2. Subcutan (SC) 24,4 g 1,998 mg 0,25 ml3. Intraperitoneal (IP) 21,8 g 1,785 mg 0,22 ml4. Intravena (IV) 23,6 g 1,933 mg 0,12 ml
E. Data Onset dan Durasi
Kelp. P.O S.C I.P I.VOnset Durasi Onset Durasi Onset Durasi Onset Durasi
1 63’ 21’ 23’ 53’ 22’ 62’ 65’ 10’2 65’ 43’ 15’ 93’ 22’ 39’ 45’ 63’3 62’ 50’ 19’ 75’ 24’ 73’ 39’ 40’4 70’ 24’ 81’ - 44’ - 61’ 14’5 62’ 51’ 31’ 29’ 11’ - 56’ -6 31’ 29’ 14’ - 14’ - 15’ 30’
F. Uji Anova Onset
Kelp. P.O S.C I.P I.V1 63’ 23’ 22’ 65’2 65’ 15’ 22’ 45’3 62’ 19’ 24’ 39’4 70’ 81’ 44’ 61’5 62’ 31’ 11’ 56’6 31’ 14’ 14’ 15’
∑X 353 183 137 281
n total = 24
∑Xpo2 = 632 + 652 + 622 + 702 + 622 + 312 = 21743
∑Xsc2 = 232 + 152 + 192 + 812 + 312 + 142 = 8833
∑Xip2 = 222 + 222 + 242 + 442 + 112 + 142 = 3797
∑Xiv2 = 652 + 452 + 392 + 612 + 562 + 152 = 14853
∑XT = 353 + 183 + 137 + 281 = 954
∑XT2 = 21743 + 8833 + 3797 + 14853 = 49226
Taraf nyata = α = 5 % = 0,05
Jumlah kuadrat total
= ∑XT2 - (∑XT) 2
n total
= 49226 – (954) 2
24
= 49226 – 37921,5 = 11304,5
12
Jumlah kuadrat rute pemberian
= [ ∑Xpo 2 + ∑Xsc 2 + ∑Xip 2 + ∑Xiv 2 ] – [ ∑XT 2 ] npo nsc nip niv n total
= [ (353)2 + (183)2 + (137)2 + (281)2 ] – [(954)2 ] 6 6 6 6 24
= [20768,17 + 5581,5 + 3128,17 + 13160,17] – 37921,5
= 4716,51
Jumlah kuadrat galat
= jumlah kuadrat total – jumlah kuadrat rute pemberian obat
= 11304,5 – 4716,51
= 6587,99
G. Tabel Anova Onset
Sumber
VariasiJK dk
Kuadrat rata-
rata (JK/dk)F.hitung
Perlakuan 4716,51 3 1572,17 = Kuadrat rata 2 rute pemberian
Kuadrat rata-rata galat
= 1572,17 = 4,77
329,4Galat 6587,99 20 329,4
Total 11304,5 23 491,5
dk. rute pemberian obat = jumlah rute pemberian - 1 = 4 - 1 = 3
dk galat = n total – jumlah rute pemberian = 24 – 4 = 20
dk total = n total – 1 = 24 - 1 = 23
Kriteria uji
F. Kritis = F (α ; dk perlakuan ; dk galat)
= F ( 0,05 ; 3 ; 20 )
= 3,10
F hitung > F kritis
4,77 > 3,10 → Berbeda bermakna
13
H. Uji Anova Durasi
Kelp. P.O S.C I.P I.V1 21’ 53’ 62’ 10’2 43’ 93’ 39’ 63’3 50’ 75’ 73’ 40’4 24’ - - 14’5 51’ 29’ - -6 29’ - - 30’
∑Xpo = 218 ∑Xsc = 250 ∑Xip = 174 ∑Xiv = 157
n total = 24 – 6 = 18
∑Xpo2 = 212 + 432 + 502 + 242 + 512 + 292 = 8808
∑Xsc2 = 532 + 932 + 752 + 292 = 17924
∑Xip2 = 622 + 392 + 732 = 10694
∑Xiv2 = 102 + 632 + 402 + 142 + 302 = 6765
∑XT = 218 + 250 + 174 + 157 = 799
∑XT2 = 8808 + 17924 + 10694 + 6765 = 44191
Taraf nyata = α = 5 % = 0,05
Jumlah kuadrat total
= ∑XT2 - (∑XT) 2
n total
= 44191 – (799) 2
18
= 44191 – 35466,722 = 8724,278 = 8724,3
Jumlah kuadrat perlakuan rute pemberian
= [ ∑Xpo 2 + ∑Xsc 2 + ∑Xip 2 + ∑Xiv 2 ] – [ ∑XT 2 ] npo nsc nip niv n total
= [ (218)2 + (250)2 + (174)2 + (157)2 ] – [(799)2 ] 6 4 3 5 18
= [7920,67 + 15625 + 10092 + 4929,8] – 35466,7
= 38567,47 – 35466,7
14
= 3100,77
Jumlah kuadrat galat
= jumlah kuadrat total – jumlah kuadrat rute pemberian obat
= 8724,3 – 3100,77
= 5623,53
I. Tabel Anova Durasi
Sumber
VariasiJK dk
Kuadrat rata-
rata (JK/dk)F.hitung
Perlakuan 3100,77 3 1033,59 = Kuadrat rata 2 rute pemberian
Kuadrat rata-rata galat
= 1033,59 = 2,57
401,68Galat 5623,53 14 401,68
Total 8724,3 17 513,19
F. Kritis = F (α ; dk perlakuan ; dk galat)
= F ( 0,05 ; 3 ; 14 )
= 3,34
F hitung < F kritis
2,57 < 334 → Berbeda tidak bermakna
6. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini digunakan injeksi Phenobarbital 50 mg / 2 ml
yang diberikan pada hewan percobaan (mencit) untuk mengetahui onset dan
durasi obat. Phenobarbital adalah senyawa hipnotik yang digunakan sebagai
antikonvulsan, anti epilepsi dan hipnotik / sedatif. Tetapi karena yang akan
dilihat adalah onset dan durasinya maka efek yang lebih diutamakan adalah
efek hipnotik sedativenya. Sediaan injeksi phenobarbital terlebih dulu
diencerkan konsentrasinya hingga volume 50 ml sehingga diperoleh
konsentrasi obat 8 mg / 50 ml. Dosis yang disuntikkan pada mencit harus
disesuaikan dengan berat badan masing – masing mencit.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih. Hewan ini
digunakan sebagai hewan percobaan karena memiliki struktur dan sistem
15
organ yang hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh
manusia. Mencit memiliki karakteristik mudah ditangani dan bersifat penakut,
fotofobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya, bersembunyi dan lebih
aktif beraktivitas pada malam hari. Mencit yang digunakan adalah mencit yang
berjenis kelamin jantan, karena mencit jantan tidak memiliki siklus
menstruasi seperti mencit betina. Perbedaan hormon saat mensturasi pada
mencit betina dapat mempengaruhi efek obat pada mencit.
Sehari sebelum praktikum dilakukan, mencit harus dipuasakan terlebih
dahulu agar sistem / saluran pencernaannya kosong sehingga tidak akan
mempengaruhi absorpsi obat.
Dalam praktikum ini, obat diberikan dengan 4 cara yaitu :
per oral, obat diberikan melalui mulut
mencit dengan menggunakan jarum oral.
Jarum oral memiliki ujung yang tumpul
sehingga tidak akan melukai mencit.
Pemberian obat dengan jarum oral harus
dipastikan bahwa jarum sudah mencapai
rahang mencit, karena jika tidak, obat
yang diberikan akan dimuntahkan
kembali oleh mencit tersebut. Pastikan
jarum oral tidak masuk ke saluran
pernafasan mencit.
Subcutan, obat disuntikkan di jaringan bawah
kulit tengkuk mencit.
Intravena, obat disuntikkan melalui
pembuluh darah vena di ekor mencit
dimana terdapat banyak pembuluh darah.
Lakukan dilatasi pada ekor mencit
dengan cara mengoleskan alkohol pada
ekornya sehingga pembuluh darah vena
lebih jelas terlihat.
Intraperitoneal, obat disuntikkan ke
rongga perut mencit.
16
Berdasarkan cara – cara pemberian obat di atas, urutan terjadinya onset
adalah :
intra vena, pemberian obat secara
intravena memiliki onset paling cepat
karena obat yang disuntikkan akan
langsung masuk ke sistem peredaran
darah dan beredar ke suluruh tubuh
mencit sehingga cepat menghasilkan
efek.
intraperitonial
subcutan
per oral, pemberian obat secara per
oral memiliki onset paling lama (± 1
jam). Hal ini disebabkan karena obat
harus mengalami proses absorbpsi di
saluran pencernaan (lambung dan
usus) baru kemudian akan di
distribusikan ke seluruh tubuh agar
menghasilkan efek. Cara ini adalah
cara pemberian obat yang paling
banyak digunakan karena relatif
mudah, aman, dan murah.
Saat mengambilan larutan stock phenobarbital dengan menggunakan
spuit, pastikan jangan sampai terdapat gelembung udara pada larutan di dalam
spuit karena dapat menyembabkan thrombo emboli pada mencit.
Onset (mula kerja obat) dihitung saat pada menit dimana mencit mulai
diam, tertidur atau tidak menunjukan respon / aktivitas. Sedangkan durasi
(lama obat bekerja di dalam tubuh) dihitung saat mencit mulai sadar /
terbangun dari tidur akibat hilangnya efek hipnotik sedative dari
phenobarbital.
Dari data percobaan yang diperoleh data onset dan durasi sebagai
berikut :
Data Kelompok I
17
Data Kelas
Kelp. P.O S.C I.P I.VOnset Durasi Onset Durasi Onset Durasi Onset Durasi
1 63’ 21’ 23’ 53’ 22’ 62’ 65’ 10’2 65’ 43’ 15’ 93’ 22’ 39’ 45’ 63’3 62’ 50’ 19’ 75’ 24’ 73’ 39’ 40’4 70’ 24’ 81’ - 44’ - 61’ 14’5 62’ 51’ 31’ 29’ 11’ - 56’ -6 31’ 29’ 14’ - 14’ - 15’ 30’
Dari data percobaan di atas, pemberian secara per oral menunjukkan
onset yang paling lama tetapi memiliki durasi paling cepat. Tetapi pada
praktikum ini terjadi penyimpangan hasil. Seharusnya pemberian obat secara
intravena menunjukkan onset yang paling cepat dibandingkan pemberian obat
cara lain. Tetapi pada percobaan ini, intravena justru menunjukkan hasil
sebaliknya. Efek hipnotik sedative intravena justru tampak pada menit yang
lebih lama dari pemberian obat secara per oral, intraperitoneal, dan subcutan.
Penyimpangan ini dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
a. Cara pemberian obat yang salah
Kesalahan teknis saat pemberian obat dapat mempengaruhi efek obat. Cara
penyuntikan yang salah sehingga cairan obat banyak yang keluar atau
karena penyuntikan yang ragu – ragu sehingga obat tidak masuk dalam
sekali suntik.
b. Pengenceran salah
Kesalahan dalam pembuatan larutan stok juga dapat mempengaruhi dosis
obat. Hal ini mungkin terjadi saat meng-adkan larutan hingga batas cincin
pada labu takar.
c. Faktor internal mencit
Faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi mencit antara lain adalah
kebisingan di laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap mencit, dan lain
lain. Dalam menangani mencit, semua hal yang menjadi faktor internal dan
18
P.O S.C I.P I.VOnset Durasi Onset Durasi Onset Durasi Onset Durasi63’ 21’ 23’ 53’ 22’ 62’ 65’ 10’
eksternal dalam penanganan hewan percobaan harus optimal, untuk
menjaga kondisi mencit tersebut tetap pada keadaan normal.
Hasil percobaan yang menyimpang mungkin dikarenakan kondisi mencit
yang terganggu sehingga ia merasa terancam, ketakutan dan stress, mencit
terlalu agresif/ kurang agresif sehingga dosis yang diberikan tidak berefek.
Mencit yang akan digunakan untuk praktikum harus dipuasakan sehari
sebelumnya, hasil yang menyimpang juga dapat terjadi karena mencit
memakan sekam – sekam yang tersisa di kandangnya sehingga ia tidak
puasa sepenuhnya.
Pada percobaan ini didapatkan hasil berbeda bermakna untuk onset
dan berbeda tidak bermakna untuk durasi.
7. KESIMPULAN
Pada percobaan ini didapatkan hasil berbeda bermakna untuk onset dan
berbeda tidak bermakna untuk durasi. Cara pemberian obat sangat penting artinya
karena setiap obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung
pada lokasi pemberian. Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek obat, terutama laju penyerapan obat. Perbedaan rute
pemberian obat mengakibatkan perbedaan jumlah obat yang dapat mencapai
tempat kerja yang akan berakibat pada perbedaan onset (mula kerja) dan
durasi (lama kerja) obat.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan karena mencit
jantan tidak memiliki siklus menstruasi seperti mencit betina. Sehari sebelum
praktikum dilakukan, mencit harus dipuasakan terlebih dahulu agar sistem /
saluran pencernaannya kosong sehingga tidak akan mempengaruhi absorpsi
obat.
Berdasarkan cara – cara pemberian obat di atas, urutan terjadinya onset
adalah intra vena , intraperitonial, subcutan dan per oral.
Faktor – faktor yang mempengaruhi efek obat sehingga praktikum
menunjukkan hasil yang menyimpang adalah karena Cara pemberian obat
yang salah, pengenceran larutan stock salah dan faktor – faktor pada mencit
misalnya mencit merasa terganggu / stress, mencit terlalu agresif / kurang
agresif. Mencit memakan sekam – sekam yang tersisa di kandangnya sehingga
19
ia tidak puasa sepenuhnya.
8. DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, Penerbit Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Anief M., 1994, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
http:// id.wikipedia.org/wiki/Mencit
http:// andiscientis.blogspot.com
Semarang , Mei 2010
Praktikan
Prastiwi Ari Isnaini
20