74202863-makalah-pemb-sabun

download 74202863-makalah-pemb-sabun

of 33

Transcript of 74202863-makalah-pemb-sabun

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    1/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Awal Sejarah Sabun dan Detergen

    Asal dari kebersihan pribadi adalah kembali ke zaman pra sejarah. Sejak air

    menjadi bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan

    mengetahui properti kebersihan, sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke

    tangan mereka.Benda mirip sabun ditemukan berbentuk tabung saat penggalian di

    Babilonia Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800

    SM. Sabun yang berbentuk tabung tersebut berasal dari lemak yang direbus

    dengan abu, dimana itu merupakan metoda pembuatan sabun, tetapi tidak

    mengenai kegunaan sabun itu. Kemudian akhir-akhir ini digunakan untuk

    penggaya rambut.

    Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno biasa mandi. Papirus

    Eber, dokumen kesehatan dari sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan

    kombinasi minyak hewani dan nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan

    sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit dan membersihkan kulit.

    Di waktu yang sama, Musa memberikan orang Israel peraturan pemerintah

    kebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan

    penyucian agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel mengetahui

    bahwa campuran abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.

    Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetika dan rupanya tidak

    menggunakan sabun. Bahkan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok

    lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak,

    menggesek minyak dan kotoran pada peralatan metal yang disebut strigil. Mereka

    juga menggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.

    Nama sabun berasal dari legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo, dimana

    binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani cair

    atau lemak dan abu kayu menjadi lilin di sepanjang Sungai Tiber. Para wanita

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    2/33

    berusaha menemukan campuran lilin sebagai pembersih.

    Orang Jerman Kuno dan Modern juga memjelajahi sabun yang terbuat dari

    lemak dan abu, dan digunakan untuk mewarnai rambut mereka menjadi merah.

    Ketika peradaban Romawi maju, dan mereka menjadi selalu mandi. Tempat

    mandi Romawi yang pertama terkenal yang terdapat saluran air, dibangun sekitar

    tahun 312 SM. Pada saat itu, mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi

    populer. Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani (Galen) menganjurkan sabun

    dijadikan untuk pengobatan dan pembersih.

    Setelah musim gugur di Roma pada tahun 467 M, kebiasaan mandi menjadi

    menurun. Kesehatan publik berganti-berganti di lakan Eropa memberikan

    pengaruh yang kuat. Menurunnya kebersihan pribadi, berhubungan dengan

    kondisi kehidupan tanpa sanitasi sehingga menambah berat dan menjadi wabah

    besar di Abad Pertengahan, dan khususnya kematian hitam di abad ke-14. Namun,

    pada abad ke-17 kebersihan dan mandi mulai kembali lagi menjadi kebiasaan di

    banyak tempat di Eropa. Masih ada tempat dimana kebersihan pribadi tersisa

    penting di belahan dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa di Jepang saat

    Abad Pertengahan. Dan di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air panas

    adalah tempat perkumpulan populer pada Sabtu sore.

    Sejarah Pembuatan Sabun dan Detergen pada Pertengahan Abad

    Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa pada

    abad ke-17. Serikat pekerja pembuat sabun terlindungi dalam perdagangan

    rahasia. Minyak nabati dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus

    dengan pewangi. Secara berangsur-angsur jenis sabun yang lebih banyak lagi

    disediakan untuk mencukur dan mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.

    Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun yang

    siap menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon zaitun. Orang Inggris

    mulai membuat sabun pada saat abad ke-12. Bisnis sabun sangat baik pada tahun

    1622, Raja James I mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun yaitu $100.000

    pertahun. Pada abad ke-19, sabun mempunyai pajak tertinggi sehingga menjadi

    barang mewah di beberapa negara. Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi

    tersedia untuk orang biasa, dan standar kebersihan meningkat.

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    3/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608

    dengan mendatangkan beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk

    mencapai Jamestown, Virginia. Akan tetapi, untuk beberapa tahun, pembuatan

    sabun pada dasarnya adalah pekerjaan rumah tangga yang pada akhirnya, pembuat

    sabun profesional mulai biasa mengumpulkan lemak dari rumah tangga, yang

    diubah menjadi beberapa sabun.

    Langkah utama pembuatan sabun komersial skala besar terjadi pada tahun

    1791 ketika kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc menetapkan proses untuk

    membuat abu soda atau sodium karbonat dari garam biasa. Abu soda adalah alkali

    yang terdapat dari abu dikombinasikan dengan lemak menjadi bentuk sabun.

    Leblanc memproses hasil kuantitas dari kualitas baik dari abu soda murah.

    Ilmu pembuatan sabun modern lahir 20 tahun yang lalu, kemudian dengan

    penjelajahan Michel Eugene Chevreul dan kimiawan Perancis lainnya, sabun

    terbuat dari kimia alam dan lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak.

    Penelitiannya yang tidak bisa dipungkiri adalah dasar untuk lemak dan bahan

    kimia sabun.

    Kemajuan teknologi sabun pada pertengahan 1800-an ditemukan oleh

    kimiawan Belgia, Ernest Solvay, dengan proses ammonia di mana menggunakan

    garam meja biasa, atau sodium klorida untuk membuat abu soda. Proses Solvay

    lebih lanjut alkali, dan menambah kualitas dan kuantitas abu soda yang tersedia

    untuk manufaktur sabun.

    Penjelajahan ini bersamaan dengan pembangunan kekuatan untuk

    mengoperasikan pabrik, sehingga pembuatan sabun mengalami pertunbuhan yang

    cepat dalam industri Amerika pada tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan

    sabun yang banyak mengubah sabun dari barang mewah menjadi kebutuhan

    sehari-hari. Penggunaan yang tersebar luas ini menjadikan sabun berkembang

    menjadi sabun yang lebih lembut untuk mandi dan sabun digunakan juga di dalam

    mesin cuci itu yang disediakan untuk konsumen seiring dengan pergantian abad.

    Pada jaman Modern atau jaman sekarang

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    4/33

    Bahan kimia dari manufaktur sabun pada dasarnya sama sampai tahun 1916,

    ketika deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman. Pada Perang Dunia I

    kekurangan lemak untuk membuat sabun. Diketahui sekarang dengan sederhana

    yaitu deterjen. Deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun dan produk

    pembersih yang menjadi satu yang diambil dari jenis bahan mentah. Penjelajahan

    deterjen juga dilator belakangi oleh kebutuhan untuk alat kebersihan. Tidak

    seperti sabun, tidak dikombinasikan antara garam mineral dengan air untuk

    membentuk sesuatu yang tidak dapat dipecahkan dan diketahui itu merupakan

    dadih sabun.

    Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat dimulai di awal tahun

    1930-an, tetapi tidak benar-benar dijalankan sampai akhir Perang Dunia II. Ketika

    perang berhenti, persediaan lemak dan minyak dibutuhkan untuk alat kebersihan

    yang akan bekerja di air laut yang kaya mineral dan di air dingin. Lebih lanjut

    merangsang untuk meneliti deterjen.

    Deterjen pertama digunakan untuk mencuci piring dan mencuci baju bahan

    lembut. Perkembangan lebih lanjut, detergen digunakan untuk mencuci baju serba

    guna yang muncul pada tahun 1946. Ketika pembuatan deterjen (yang berisi

    surfaktan) dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen yang

    merupakan bahan pembersih dasar. Pembentukan tersebut membantu surfaktan

    untuk bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat digunakan sebagai pembentuk pada

    detergen dan sangat bagus kinerjanya, sehinggan mereka cocok untuk mencuci

    baju dengan tingkat kekotoran berat sekalipun.

    Pada tahun 1953, penjualan deterjen di negara Amerika melebihi sabun.

    Kini, detergen dapat menggantikan produk dasar sabun untuk mencuci baju,

    mencuci piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen (original atau

    berkombinasi dengan sabun) adalah juga ditemukan yang penggunaannya

    berbentuk batangan dan cair untuk pembersih pribadi.

    Sejak deterjen dan bahan kimia dibentuk, aktivitas lebih lanjut adalah focus

    memproduksi produk pembersih praktis yang mudah digunakan dan

    menyelamatkan konsumen untuk lingkungan.

    1.2. RUMUSAN MASALAH

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    5/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah:

    Sabun

    Apa yang dimaksud dengan sabun?

    Apa macam-macam dari sabun?

    Apa bahan baku utama dan bahan baku pendukung untuk pembuatan

    sabun?

    Bagaimana karakteristik bahan baku yang dipilih dalam pembuatan

    sabun?

    Apa sifat-sifat dari sabun? Bagaimana metoda dalam pembuatan sabun?

    Apakah yang dimaksud reaksi saponifikasi?

    Bagaimana pembuatan sabun dalam industri?

    Detergen

    Apa yang dimaksud dengan detergen?

    Apa macam-macam dari detergen?

    Apa bahan baku untuk pembuatan detergen?

    Apa sifat fisis dan sifat kimia detergen?

    Bagaimana pembuatan detergen?

    Bagaimana mekanisme kerja detergen?

    1.3. TUJUANTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

    Pengenalan sabun dan detergen

    Macam-macam sabun dan detergen

    Bahan baku untuk pembuatan sabun dan detergen

    Karakteristik bahan baku yang dipilih dalam pembuatan sabun

    Sifat-sifat sabun dan detergen

    Metoda-metoda pembuatan sabun

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    6/33

    Reaksi saponifikasi dari sabun

    Pembuatan sabun dan detergen dalam industri Mekanisme kerja detergen

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    7/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. SABUN

    I.Pengenalan Sabun

    Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic

    yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung

    pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun

    keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakn pada

    sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

    Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun

    zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak

    dengan larutan alkali dengan membebaskan gliserol. Lemak minyak yang

    digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan

    laut.

    Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis

    dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran seperti

    sabun mandi dan sabun cuci, baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah

    tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.

    Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan

    sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek, baik yang

    menguntungkan maupun yang merugikan.

    Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah: C12

    sampai C18

    . Jika < C12

    : Iritasi pada kulit dan jika > C20

    : Kurang larut (digunakan

    sebagai campuran).

    Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin,

    garam dan impuriti lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat

    digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe

    ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam

    karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    8/33

    mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti

    minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

    Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun

    sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan

    campuran antara senyawa alkali dan lemak atau minyak.

    Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah

    kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan

    pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya

    natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

    II.Macam Macam Sabun

    Macam-macam sabun, diantaranya:

    a. Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan

    dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat

    dengan perbandingan 2:1.

    b. Sabun Cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan

    menggunakan minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH).

    Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan

    gliserin atau alkohol.

    c. Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan

    kadar parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan

    antiseptik dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang

    digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor

    karbanilida, irgassan Dp 300 dan sulfur.

    d. Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam

    menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi

    dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat

    dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan atau

    menggiling, atau juga dengan menghancurkan sabun yang

    berbentuk batangan.

    e. Sabun Bubuk untuk mecuci, dapat diproduksi melalui dry-

    mixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    9/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    seperti sabun sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat,

    sodium sulfat, dan lain-lain.

    Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas:

    a. Cationic Sabun

    Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationik detergen. Sebagai

    tambahan, selain sebagai bahan pencuci yang bersih, itu juga mengandung

    sifat anti kuman yang membuat banyak digunakan pada rumah sakit.

    Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.

    b. Anionic Sabun

    Sabun jenis ini merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

    c. Neutral atau Non Ionic Sabun

    Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena

    sabun jenis ini tidak memiliki gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak beraksi

    dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang

    mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

    III.Bahan Baku Utama dan Pendukung Untuk Pembuatan Sabun

    Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan

    pendukung.

    Bahan Baku Utama

    Bahan baku utama dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan

    senyawa alkali (basa). Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam

    pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak

    beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung

    sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12

    (asam

    laurik) hingga C18

    (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak

    tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi

    dengan larutan natrium hidroksida dan membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    10/33

    yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam

    lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam

    pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya,

    panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena

    dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18

    atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa.

    Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah

    teroksidasi bila terkena udara. Alasan-alasan tersebut, faktor ekonomis, dan daya

    jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.

    Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih

    rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga

    sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada

    temperatur tinggi.

    Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,

    KOH, Na2CO

    3, NH

    4OH, dan ethanolamines. NaOH atau yang biasa dikenal

    dengan soda kaustik dalam industri sabun merupakan alkali yang paling banyak

    digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam

    pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO

    3(abu

    soda atau natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat

    menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak

    atau lemak).

    Ethanolamine merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa

    tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang

    dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa dan mampu menurunkan

    kesadahan air.

    Sabun yang terbuat dari ethanolamine dan minyak kelapa menunjukkan sifat

    mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun

    industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali

    yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

    mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    11/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Jenis-jenis Minyak atau Lemak

    Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun

    harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi

    produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan

    lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses

    pembuatan sabun diantaranya :

    a. Tallow.

    Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri

    pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari

    warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan

    saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan

    dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan

    dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling

    banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %.

    Titer pada tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C

    dikenal dengan nama grease.

    b. Lard.

    Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak

    tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35

    ~40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial

    terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari

    lard berwarna putih dan mudah berbusa.

    c. Palm Oil (minyak kelapa sawit).

    Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow.

    Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak

    kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna

    karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun

    harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa

    sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan

    sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    12/33

    dengan bahan lainnya.

    d. Coconut Oil (minyak kelapa).

    Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam

    industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh

    melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki

    kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak

    kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga

    memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

    e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit).

    Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit

    memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga

    dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki

    kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih

    rendah daripada minyak kelapa.

    f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin).

    Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-

    asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan

    asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

    g. Marine Oil.

    Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil

    memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus

    dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

    h. Castor Oil (minyak jarak).

    Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat

    sabun transparan.

    i. Olive oil (minyak zaitun).

    Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan

    kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak

    zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

    j. Campuran minyak dan lemak.

    Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    13/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur

    dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa

    memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat

    sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi

    dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

    Bahan-Bahan Pendukung

    Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan

    sabun hasil saponifikasi (pengendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai

    sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl

    (garam) dan bahan-bahan aditif.

    a. NaCl

    NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

    Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang

    terlalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang

    digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl

    digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

    mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan

    sabun akan mengendap. NaCl harus bebas daribesi, kalsium, dan magnesium agar

    diperoleh sabun yang berkualitas.

    b. Bahan aditif

    Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun

    yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarikkonsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: Builders, Fillers inert, Anti

    oksidan, Pewarna dan parfum.

    Builders (Bahan Penguat)

    Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral

    mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan-bahan lain yang berfungsi untuk

    mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi

    utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    14/33

    agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu

    mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering

    digunakan sebagai builder adalah senyawa-senyawa kompleks fosfat, natrium

    sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

    Fillers Inert (Bahan Pengisi)

    Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.

    Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.

    Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata-mata ditinjau

    dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan

    sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu

    tetrasodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna

    putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

    Pewarna

    Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar

    memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun

    membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu

    terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

    Parfum

    Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan

    besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun

    secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum

    akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan

    berwarna kekuning-kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat

    parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g

    parfum= 1,1 ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke

    dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum

    mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma

    mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan

    jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas

    dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif

    ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    15/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya

    bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

    IV.Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun

    Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan

    dasar sabun antara lain:

    Warna

    Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk

    digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

    Angka Saponifikasi

    Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium

    hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram

    minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang

    dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.

    Bilangan Iod

    Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak jenuhan minyak atau lemak,

    semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh.

    Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk

    mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

    V.Sifat Sifat Sabun

    Sifat-sifat sabun diantaranya:

    a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

    dihidrolisis parsial oleh air. Oleh karena itu, larutan sabun dalam air

    bersifat basa.

    CH3(CH

    2)

    16COONa + H

    2O CH

    3(CH

    2)

    16COOH + OH-

    CH3(CH

    2)

    16COONa + CaSO

    4 Na

    2SO

    4+ Ca(CH

    3(CH

    2)

    16COO)

    2

    b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,

    peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun

    dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    16/33

    mengendap.

    c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses

    kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk

    mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun

    mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai

    rantai hydrogen CH3(CH

    2)

    16yang bertindak sebagai ekor yang bersifat

    hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik sedangkan

    COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut

    dalam air.

    Non polar: CH3(CH

    2)

    16(larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan

    kotoran non polar)

    Polar: COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)

    Proses penghilangan kotoran

    Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan

    permukaan sehingga air kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih

    cepat ke permukaan kain.

    Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat

    molekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul

    kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.

    Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan

    menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.

    VI.Metoda Metoda Pembuatan Sabun

    Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode-metode untukmenghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu

    digunakan metode-metode, dimana metode-metode ini memiliki kelebihan-

    kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun metode-metode tersebut

    adalah:

    a. Metode Batch

    Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH

    atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    17/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung

    garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari

    proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali

    dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam

    berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk

    mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang

    homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih

    lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi

    ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.

    Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun

    mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun

    apung (dengan melarutkan udara didalamnya).

    b. Metoda Kontinu

    Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. Lemak atau minyak

    hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti

    sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung

    reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung

    yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan

    dengan alkali untuk menjadi sabun.

    VII.Reaksi Saponifikasi

    Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin, sapon= sabun

    dan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai

    membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak

    hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17, di Eropa sabun hanya digunakan

    dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.

    Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut :

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    18/33

    Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

    H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

    kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan

    tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan

    temperatur 273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena

    air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh

    dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya

    inter molekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

    VIII.Pembuatan Sabun dalam Industri

    a. Saponifikasi Lemak Netral

    Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak

    mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya

    pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses

    emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.

    Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun

    dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

    Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin

    NaOH= [SV x 0,000713] x 100/NaOH (%) [SV/1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    19/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul.

    Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk

    memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,

    yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.

    Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur

    campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke

    separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali

    yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci

    dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang

    digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa-sisa larutan alkali

    dari sabun. Sabun murni (60-63% TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum

    spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83% TFM) yang

    siap untuk diproses menjadi produk akhir.

    b. Pengeringan Sabun

    Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)

    yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada

    sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun

    butiran atau lempengan. Jenis jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga

    multisistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun.

    Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni

    melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir

    pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan

    pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh

    di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer

    mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih

    efisien daripada dryer system tunggal.

    c. Netralisasi Asam Lemak

    Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun

    berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

    RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

    Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    20/33

    asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :

    NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

    Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan

    persamaan :

    MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

    Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk

    menetralisasi 1 gram asam lemak.

    Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih

    dahulu menuju turbo disperser dimana interaksi reaktan-reaktan tersebut

    mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian

    pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi

    kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh

    suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian

    dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang

    siap untuk diolah menjadi sabun batangan.

    d. Penyempurnaan Sabun

    Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan

    dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer (analgamator).

    Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah

    campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut

    kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata

    pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak

    melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan

    bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan

    sabun batangan merupakan tahap akhir.

    2.2. DETERGEN

    I.Pengenalan Detergen

    Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

    membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

    Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    21/33

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    22/33

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    23/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    Penggolongan Detergen Berdasarkan Bentuk Fisiknya, yaitu:

    a. Deterjen Cair

    Secara umum, deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Hal yang

    membedakan hanyalah bentuknya: bubuk dan cair.

    b. Deterjen Krim

    Deterjen krim bentuknya hampir sama dengan sabun colek, tetapi kandungan

    formula keduanya berbeda.

    b. Deterjen bubuk

    Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen bubuk dapat dibedakan menjadi 2,

    yaitu deterjen bubuk berongga dan deterjen bubuk padat atau masif.

    Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok deterjen tersebut disebabkan oleh

    perbedaan dalam proses pembuatannya. Ditinjau dari efektivitasnya untuk

    mencuci, kedua bentuk deterjen tersebut dapat dikatakan sama, yaitu:

    Deterjen bubuk berongga

    Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya mempunyai rongga.

    Butiran deterjen yang berongga dapat dianalogikan dengan bentuk bola sepak

    yang didalamnya rongga. Ini berarti butiran deterjen jenis ini mempunyai volume

    per satuan berat yang besar karena adanya rongga tersebut. Butiran deterjen jenis

    berongga dihasilkan oleh proses spray drying. Kelebihan deterjen bubuk berongga

    dibandingkan dengan deterjen bubuk padat adalah volumenya lebih besar. Dengan

    berat yang sama, deterjen bubuk dengan butiran berongga tampak lebih banyak

    dibandingkan dengan deterjen padat.

    Deterjen bubuk padat/masif

    Bentuk butiran deterjen bubuk padat/masif dapat dianalogikan degan bola

    tolak peluru, yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak

    berongga. Butiran deterjen yang padat merupakan hasil olahan proses

    pencampuran kering (dry mixing). Proses dry mixing dapat dibagi menjadi dua,

    yaitu dry mixing granulation (DMG process) dan simple dry mixing (metode

    campur kering sederhana = CKS). Metode CKS termasuk cara pembuatan

    deterjen bubuk yang mudah dipraktekkan.

    Penggolongan Deterjen Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya, detergen

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    24/33

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    25/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    jenis ini tidak bereaksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Nonionic

    detergent kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic detergents.

    III.Bahan Baku Untuk Pembuatan Detergen

    a. Bahan Aktif (Active Ingredient)

    Bahan aktif merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada

    dalam proses pembuatan deterjen. Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang

    mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).

    Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat

    melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara kimia bahan

    ini dapat berupa sodium lauryl sulfonate (SLS).

    b. Bahan Pengisi (Filler)

    Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.

    Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.

    Pada umumnya, sebagai bahan pengisi deterjen digunakan sodium sulfat. Bahan

    lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium

    pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk

    bubuk, dan mudah larut dalam air.

    c. Bahan Penunjang

    Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut soda

    abu yang berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi meningkatkan

    daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam campuran tidak boleh terlalu banyak

    karena menimbulkan efek samping, yaitu dapat mengakibatkan rasa panas di

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    26/33

    tangan pada saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STTP (sodium

    tripoly phosphate) yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu dapat

    menyuburkan tanaman. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yang

    merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.

    d. Bahan Tambahan (Aditif)

    Salah satu contoh dari bahan aditif adalah carboxyl methyl cellulose (CMC).

    Bahan ini berbentuk serbuk putih dan berfungsi untuk mencegah kembalinya

    kotoran ke pakaian sehingga disebut antiredeposisi.

    Aditif organik dalam deterjen juga dapat ditambahkan untuk meningkatkan

    daya cuci. Peningkatan daya cuci yang dimaksud dapat meliputi beberapa hal,

    yaitu:

    1. Menurunkan pengendapan kembali kotoran

    2. Meningkatkan efekwhiteness dan brightness

    3. Meningkatkan kemudahan terlepasnya kotoran

    4. Menurunkan atau menigkatkan pembusaan seperti yang diinginkan

    5. Menaikkan tingkat kelarutan deterjen (Jika deterjen semakin larut,

    maka fungsi pencucian juga meningkat)

    6. Menaikkan daya dorong terhadap logam-logam

    7. Menurunkan injury (misalnya iritasi pada kulit manusia, barang atau

    kain, dan mesin)

    e. Bahan Pewangi (Parfum)Parfum termasuk dalam bahan tambahan. Keberadaan parfum memegang

    peranan besar dalam hal keterkaitan akan produk deterjen bubuk. Artinya,

    walaupun secara kualitas deterjen bubuk bagus, tetapi bila salah memberi parfum

    akan berakibat fatal. Parfum untuk deterjen berbentuk cairan berwarna kekuning-

    kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g)

    dapat dikonversikan ke mililiter (ml). Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml.

    Pada dasarnya, jenis parfum untuk deterjen dapat dibagi ke dalam dua jenis,

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    27/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    yaitu parfum umum dan parfum eksklusif. Parfum umum mempunyai aroma yang

    sudah dikenal umum di masyarakat, seperti aroma mawar dan aroma kenanga.

    Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan deterjen bubuk

    diantaranya bouquet, deep water, alpine, danspring flower.

    f. Antifoam

    Cairan antifoam digunakan khusus untuk pembuatan deterjen bubuk untuk

    mesin cuci. Bahan tersebut berfungsi untuk meredam timbulnya busa. Persentase

    keberadaan senyawa ini dalam formula sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,04-

    0,06%.

    IV.Sifat Fisis dan Kimia Detergen

    Fisis

    Ujung non polar : R O (hidrofob)

    Ujung polar : SO3Na (hidrofil)

    Kimia

    Dapat melarutkan lemak

    Tak dipengaruhi kesadahan air

    V.Pembuatan Detergen

    Pembuatan Deterjen Bahan dasarnya adalah dodekil benzena. Reaksi

    dilakukan dalam reaktor bersisi kaca yang dipasang dengan mixer efisien. Dodekil

    benzena dimasukkan ke dalam reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum,

    pada suhu antara 32-46C. Kemudian dicampurkan pada suhu 46C selama

    kurang lebih 2 jam sampai reaksi selesai. Tahapan berikutnya netralisasi dengan

    NaOH yang memberikan 60% alkil aril sulfonat dan 40% diluet (natrium sulfat).

    Adapun pembuatan deterjen dengan berbagai jenis deterjen dilakukan

    sebagai berikut :

    a. Detergen Anionik

    Alkil aril sulfonat

    Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    28/33

    mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil

    benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa

    digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena). Pembuatan deodecil benzena

    (C6H

    6C

    12H

    25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena (C

    12H

    24) dibantu

    dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel- Craft.

    Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat

    degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.

    Olefin sulfat dan sulfonat

    Diproses dengan tiga cara, yaitu : Proses Oxo

    Olefin direaksikan dengan karbon monoksida dan hidrogen pada suhu 160C

    sampai 175C dengan tekanan 100-250 atm, menghasilkan aldehida. Aldehida

    kemudian dihidrogenasi dengan bantuan nikel sebagai katalis sehingga menghasilkan

    suatu senyawa alkohol. Aldehida berkurang pada saat terbentuknya alkohol. Alkohol

    yang dihasilkan dari proses oxo sebagian besar memiliki berat molekul kecil

    dibandingkan berat molekul alkohol alami. Oxo-alkohol yang memiliki berat molekul

    tinggi mengalami sulfonasi. Alkohol ini banyak digunakan untuk kosmetik dan

    produk cairan rumah tangga (tidak digunakan untuk bahan dasar pembuatan

    detergen).

    Proses Alfol ( Proses Ziegar)

    Pada proses ini aluminium trietil dihilangkan dengan logam aluminium dan

    hidrogen untuk menghasilkan dietilaluminium hidrida. Hidrida dihilangkan dengan

    etena untuk menghasilkan 3 mol aluminium trietil. Dua pertiganya didaur ulang,

    sementara sisa trietil direaksikan dengan etena untuk menghasilkan campuran beratmolekul tinggi pada aluminium alkil. Kemudian alkil aluminium dioksidasi dan

    dihidrolisis dengan air untuk menghasilkan alkohol dan aluminium hidroksida.

    Proses WI. Welsh

    Pada proses ini alfa olefin direaksikan dengan hidrogen bromida dengan

    bantuan peroksida atau cahaya ultraviolet. Alkil bromida diubah menjadi ester

    melalui logam halida yang katalisasi dengan asam organik. Ester kemudian

    dihidrolisis menghasilkan alkohol.

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    29/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    b. Detergen kationik

    Amina asetat(RNH3)OOCCH3

    Dihasilkan dengan menetralisasi amina lemak dengan asam asetat dan dapat

    larut dalam air.

    Alkil trimetil ammonium klorida (RN(CH3))3+Cl-

    Dihasilkan dari alkilasi lengkap amina lemak atau tetriari amina dengan

    alkil halida lemak. Reaksi :

    1. R-NH2

    + 3CH3Cl RN(CH

    2)

    2Cl + HCl

    2. R2NH + 2CH

    2Cl R

    2N(CH

    2)

    2Cl + HCl

    c. Detergen nonionik

    Pembuatan detergen nonionik adalah :

    Etilen oksida

    Proses pembuatannya dengan mereaksikan senyawa yang mengandung

    kelompok hidrofobik dengan etilen oksida atau propilen oksida, dilakukan pada suhu

    150-220C. Hasil yang diperoleh dinetralkan dengan 30% asam sulfur dan asam

    asetat glasial.

    Amina oksida

    Proses pembuatannya dengan mengoksidasi amina tetriari.

    d. Detergen amfoterik

    Proses pembuatannya yaitu amina lemak dasar (lauril amina) direaksikan

    dengan metil akrilat untuk menghasilkan ester N-lemak--amino propionik.

    Kemudian disaponifikasi dengan NaOH membentuk garam natrium.

    VI.Mekanisme Kerja Detergen

    Kinerja deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik

    untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    30/33

    air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak

    suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul

    surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran

    dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain.

    Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan. Jika kotoran berupa minyak atau

    lemak maka akan membentuk emulsi minyakair dan detergen sebagai emulgator (zat

    pembentuk emulsi). Sedangkan apabila kotoran yang berupa tanah akan diadsorpsi

    oleh detergen kemudian mambentuk suspensi butiran tanah-air, dimana detergen

    sebagaisuspensi agent(zat pembentuk suspensi).

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    31/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    BAB IIIPENUTUP

    3.1. Simpulan

    Simpulan yang didapat dari makalah tentang proses pembuatan sabun ini

    adalah sebagai berikut :

    Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic

    yang panjang.

    Bahan utama pembuatan sabun secara sederhana adalah dengan

    memanaskan campuran antara lemak minyak dengan alkali (basa).

    Sedangkan bahan pendukung digunakan untuk membantu proses

    penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pengendapan sabun dan

    pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan.

    Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif

    (Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna dan parfum).

    Sabun memiliki dua ujung, yang mana salah satu ujungnya sangat suka

    larut dalam air, dan ujung satunya lagi sangat suka larut dalam minyak.

    Metoda metoda proses pembuatan sabun ini ada duia macam yaitu metoda

    batch dan metoda kontinu.

    Tahap tahap proses pembuatan sabun ada 4 yaitu, saponifikasi lemak

    netral, pengeringan, netralisasi asam lemak, dan penyempurnaan sabun.

    Detergen adalah Surfaktan anionik atau garam dari sulfonat atau sulfatberantai panjang dari Natrium (RSO

    3- Na+ dan ROSO

    3- Na+).

    Berdasarkan Bentuk Fisiknya, detergen digolongkan menjadi detergen cair,

    detergen krim dan detergen bubuk. Sedangkan berdasarkan ion yang

    dikandungnya, digolongkan menjadi Cationic detergent, Anionic detergents

    dan Neutral atau Non-Ionic Detergents

    Bahan baku utama detergen adalah surfaktan. Kemudian diberi bahan

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    32/33

    pengisi, bahan penunjang, bahan aditif dan bahan pewangi.

    Sifat Fisis Detergen adalah Ujung non polar : R O (hidrofob) dan Ujung

    polar: SO3Na (hidrofil). Secara kimia, yaitu dapat melarutkan lemak dan

    tak dipengaruhi kesadahan air.

    Surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran,

    baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air.

    3.2. Saran

    Demikianlah makalah tentang industry pembuatan sabun dan detergen ini

    dibuat. Untuk mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan

    saran-saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih bagus

    dan sempurna.

  • 7/29/2019 74202863-makalah-pemb-sabun

    33/33

    April , 2011 Industri Pembuatan Sabun & Detergen

    DAFTAR PUSTAKA

    Fessenden & Fessenden. 1982.Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dan

    kimia-detergen-pembuatan-dan-komposisi-detergen/

    http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Kimia/0199%20K

    im%202-6b.htm

    http://toserbanagita.blogspot.com/2009/03/cara-membuat-deterjen-bubuk.html

    http://kuliah.wikidot.com/deterjen-sabun

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/definisi-detergen/

    http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen

    http://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/

    http://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar

    Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-

    Material-For-Sale

    http://majarimagazine.com/2009/06/builder-dan-aditif-dalam-deterjen/

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/bahan-tambahan-

    dalam-detergen-dan-kegunaannya/

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dan%20kimia-detergen-pembuatan-dan-komposisi-detergen/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dan%20kimia-detergen-pembuatan-dan-komposisi-detergen/http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Kimia/0199%20Kim%202-6b.htmhttp://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Kimia/0199%20Kim%202-6b.htmhttp://toserbanagita.blogspot.com/2009/03/cara-membuat-deterjen-bubuk.htmlhttp://kuliah.wikidot.com/deterjen-sabunhttp://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/definisi-detergen/http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjenhttp://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/http://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://majarimagazine.com/2009/06/builder-dan-aditif-dalam-deterjen/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/bahan-tambahan-dalam-detergen-dan-kegunaannya/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/bahan-tambahan-dalam-detergen-dan-kegunaannya/http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Kimia/0199%20Kim%202-6b.htmhttp://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Kimia/0199%20Kim%202-6b.htmhttp://toserbanagita.blogspot.com/2009/03/cara-membuat-deterjen-bubuk.htmlhttp://kuliah.wikidot.com/deterjen-sabunhttp://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/definisi-detergen/http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjenhttp://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/http://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://www.hotfrog.co.id/Companies/Cara-Membuat-Sabun-Bubuk-Tristar%20Kursus-Home-Industri-Jual-Bahan-Kimia-untuk-Industry-Chemical-Raw-Material-For-Salehttp://majarimagazine.com/2009/06/builder-dan-aditif-dalam-deterjen/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/bahan-tambahan-dalam-detergen-dan-kegunaannya/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/bahan-tambahan-dalam-detergen-dan-kegunaannya/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dan%20kimia-detergen-pembuatan-dan-komposisi-detergen/http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dan%20kimia-detergen-pembuatan-dan-komposisi-detergen/