70905290 Askep Post Craniotomy

17
LAPORAN PENDAHULUAN POST CRANIOTOMY (CRANIOPHARYNGIOMA) A. DEFINISI Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. B. ETIOLOGI Kongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, teratoma, berasal dari sisa-sisa embrional yang kemudian mengalami pertumbuhan neoplastik C. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF) • Sakit kepala • Nausea atau muntah proyektil • Pusing • Perubahan mental • Kejang Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) 1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema. 2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia 3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik. 4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis. 5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi. 6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness. 7. Perubahan dalam seksual D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

description

askep kraniotomi

Transcript of 70905290 Askep Post Craniotomy

Page 1: 70905290 Askep Post Craniotomy

LAPORAN PENDAHULUAN

POST CRANIOTOMY (CRANIOPHARYNGIOMA)

A. DEFINISITumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursicaCraniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.

B. ETIOLOGIKongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, teratoma, berasal dari sisa-sisa embrional yang kemudian mengalami pertumbuhan neoplastik

C. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)• Sakit kepala• Nausea atau muntah proyektil• Pusing• Perubahan mental• Kejang

Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema.2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.7. Perubahan dalam seksual

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan. 1. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan kepadatan jejas tumor, serta meluasnya edema serebral sekunder. 2. MRI membantu mendiagnosis tumor potak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis. 3. Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. 4. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. 5. EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

E. KOMPLIKASI POST OPERASI1. Edema cerebral2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral3. Hypovolemik syok4. Hydrocephalus5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)

Page 2: 70905290 Askep Post Craniotomy

6. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini.

7. Infeksi.Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

8. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.2. Mempercepat penyembuhan.3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.4. Mempertahankan konsep diri pasien.5. Mempersiapkan pasien pulang.

Perawatan pasca pembedahan 1. Tindakan keperawatan post operasi

a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan outputb. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain

tercabut.d. Perawatan luka operasi secara steril.

2. MakananPada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan

sesudah pembedahan. makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi.

pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) Biasanya makanan baru diberikan jika: Perut tidak kembung Peristaltik usus normal Flatus positif Bowel movement positif

3. MobilisasiBiasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

4. Pemenuhan kebutuhan eliminasiSistem Perkemihan.- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia

inhalasi, IV, spinal.Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.

- Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).- Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam

komplikasi ginjal.Sistem Gastrointestinal.- Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan

stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.- Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

Page 3: 70905290 Askep Post Craniotomy

- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi

dan drainase lambung. Meningkatkan istirahat. Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah. Memonitor perdarahan. Mencegah obstruksi usus. Irigasi atau pemberian obat.

Proses penyembuhan luka Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.

Fase keduaDari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

Fase ketigaSekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.

Fase keempatFase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka1. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.3. Pencegahan infeksi.4. Pengembalian Fungsi fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini.

G. Kriteria EvaluasiHasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;1. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.2. Luka insisi normal tanpa infeksi.3. Tidak timbul komplikasi.4. Pola eliminasi lancar.5. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.6. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.7. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :

Pengobatan lanjutan. Jenis obat yang diberikan. Diet. Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

H. PENGKAJIANa. Primary Survey

1) Airway Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair)

setelah dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi. Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau

hidung. Auscultasi paru keadekwatan expansi paru,

kesimetrisan.2) Breathing

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

Page 4: 70905290 Askep Post Craniotomy

Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

3) Circulating: Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan

darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).

Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

4) Disability : berfokus pada status neurologi Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata,

respon motorik dan tanda-tanda vital. Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara,

kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.

5) Exposure Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan

b. Secondary Survey : Pemeriksaan fisikPasien nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran somnolent,

apatis, GCS : 4-5-6, T 120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374 0C, RR 20 X/menit.1) Abdomen.

Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.

2) EkstremitasMampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan pucat.

3) Integumen.Kulit keriput, pucat. Turgor sedang

4) Pemeriksaan neurologisBila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi : Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,

pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori). Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan

sebagian lapang pandang, foto fobia. Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata. Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh. Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus

menyebabkan kompresi spasmodik diafragma. Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu

sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

c. Tersiery Survey1) Kardiovaskuler

Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan laboratorium: HB = 9,9 gr%, HCT= 32 dan PLT = 235.

2) BrainKlien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam batas normal.

3) BladerKlien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc, warna kuning kecoklatan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 5: 70905290 Askep Post Craniotomy

1. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.6. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.7. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.8. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan

Kriteria Hasil/ Tujuan

Intervensi Keperawatan

Rasionalisasi

1. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.

Tujuan: Setelah

dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri dapat teratasi atau tertangani dengan baik.

Kriteria hasil: Melaporkan

rasa nyeri hilang atau terkontrol.

Mengungkapkan metode pemberian menghilang rasa nyeri.

Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan sebagi penghilang rasa nyeri.

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala (0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Pertahankan posisi istirahat semi fowler.

3. Dorong ambulasi dini.

4. Berikan kantong es pada abdomen.

5. Berikan analesik sesuai indikasi.

1. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses.

2. Mengurangi tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

3. Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltic dan kelancaran flatus, dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

4. menghilangkan dan mengurangi nyeri melelui penghilangan ujung saraf. catatan:jangan lakukan kompres panas karena dapat menyebabkan kongesti jaringan.

5. menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.

Tujuan:Setelah diberikan tindakan pasien tidak mengalami gangguan integritas kulit.Kriteria hasil:

1. Kaji dan catat ukuran, warna, keadaan luka, dan kondisi sekitar luka.

2. lakukan kompres basah dan

1. Mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

2. merupakan tindakan protektif

Page 6: 70905290 Askep Post Craniotomy

Menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu. pasien menukjukkan

Pasien menunjukkan perilaku untuk meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi.

sejuk atau terapi rendaman.

3. lakukan perawatan luka dan hygiene sesudah mandi, lalu keringkan kulit dengan hati hati.

4. berikan priopritas untuk meningkatkan kenyamanan dan kehilanan pasien.

yang dapat mengurangi nyeri.

3. Memungkinkan pasien lebih bebas bergerak dan meningkatkan kenyamanan pasien.

4. mempercepat proses penyembuhan dan rehabilitasi pasien,

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien diharapkan tidak mengalami infeksi.Kriteria hasil: Tidak

menunjukkan adanya tanda infeksi.

Tidak terjadi infeksi.

1. awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat dan perubahan mental dan peningkatan nyeri abdomen.

2. Lihat lika insisi dan balutan. catat karakteristik, drainase luka.

3. Lakukan cuci tangan yang baik dan lakukan perawatan luka aseptik.

4. Berikan antibiotik sesuai indikasi.

1. Deteksi dini adanya infeksi.

2. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi.

3. Menurunkan penyebaran bakteri

4. Mungkin diberikan secara profilaktif untuk menurunkan jumlah organisme, dan untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.

Tujuan: Setelah

dilakukan perawatan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan.

Kriteria hasil: Tanda-tanda

vital stabil. Kulit klien

hangat dan kering

Nadi perifer ada dan kuat.

Masukan atau haluaran seimbang.

1. Observasi ekstermitas terhadap pembengkakan, dan eritema.

2. Evaluasi status mental. perhatikan terjadinya hemaparalis, afasia, kejang, muntah dan peningkatan TD.

1. Tirah baring lama dapat mencetuskan statis venadan meningkatkan resiko pembentukan trombosis.

2. Indikasi yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan

Tujuan: setelah

dilakukan

1. awasi intake dan out put cairan.

1. memberikan informasi tentang penggantian

Page 7: 70905290 Askep Post Craniotomy

dengan perdarahan post operasi.

tindakan keperawatan pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat.

Tanda-tanda vital stabil.

Mukosa lembab

Turgor kulit/ pengisian kapiler baik.

Haluaran urine baik.

2. Awasi TTV, kaji membrane mukosa, turgor kulit, membrane mukosa, nadi perifer dan pengisian kapiler.

3. Awasi pemeriksaan laboratorium.

4. Berikan cairan IV atau produk darah sesuai indikasi

kebutuhan dan fungsi organ.

2. indicator keadekuatan volume sirkulasi/ perfusi.

3. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Mempertahankan volume sirkulasi.

6. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.

Tujuan:setelah dilakukan tindakan perawatan pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. Kriteria hasil: volume nafas

adekuat. klien dapat

mempertahankan pola nafas normal dan efektif dan tidak ada tanda hipoksia.

1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.

2. Auskultasi bunyi nafas.

3. Lihat kulit dan membran mukosa untuk melihat adanya sianosis.

4. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.

1. Kecepatan dan upayamungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi darah dan akumulasi secretatau juga hipoksia.

2. Bunyi nafas sering menurun pada dasar paru selama periode waktu setelah pembedahan sehubungan dengan terjadinya atelektasis.

3. Sianosis menunjukkan adanya hipoksia sehubungan dengan gagal jantung atau komplikasi paru.

4. Untuk memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anestesidan mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat instalasi

7. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan

Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan

1. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.

1. Perubaahan sputum menunjukkan terjadi distres

Page 8: 70905290 Askep Post Craniotomy

dengan penumpukan secret.

pasien menunjukkan bunyi nafas yang jelas.Kriteria hasil: frekuensi nafas

dalam rentang normal.

bebas dipsnea.

2. Auskultasi paru, perhatikan stridordan penurunan bunyi nafas.

3. Dorong batuk atau latihan pernafasan.

4. Perhatikan adanya warna pucat atau merah pada luka.

pernafasan.2. Deteksi

adanya obstruksi.

3. Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan.

4. Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.

8. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.

Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan aliran urine yang lancar.Kriteria hasil: Haluaran urine

adekuat.

1. Catat keluaran urine, selidiki penurunan aliran urine secara tiba-tiba.

2. Awasi TTV, kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler.

3. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat.

1. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan adanya obstruksi atau juga karena dehidrasi.

2. Indikator keseimbangan cairan.

3. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik.

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan keseimbangan berat badan.Kriteria hasil: Berat badan

klien tetap seimbang.

1. Timbang BB secara teratur.

2. Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada atau hiperaktif.

3. Tambahkan diet sesuai toleransi.

1. kehilangan atau peningkatan menunjukkan perubahan hidrasi, tapi kehilangan lanjut juga menunjukkan defisit nutrisi.

2. Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi atau iritasi usus dapat menyertai hiperaktifitas usus, penurunan absorbsi air atau juga diare.

3. Kemajuan diet yang hati-hati saat memasukkan nutrisi dimulai lagi dapat menurunkan iritasi gaster.

Page 9: 70905290 Askep Post Craniotomy

Patofisiologi Post Craniotomy

Craniotomy

Gangguan rasa nyaman nyeri

Ujung- ujung saraf

Reseptor nyeriKerusakan integritas kulit

Jaringan kulit rusak

Resti Infeksi

Infasi kuman

Higiene luka buruk

Luka insisi

Pendarahan

Gangguan perfusi jaringan

Kekurangan vol cairan

↓ Vol darah

Page 10: 70905290 Askep Post Craniotomy

Efek anastasi

Menekan pusat pernapasan

Penumpukan secret↓ Kerja organ

pernapasan

Nausea, vomitas

Sistem perkemihan

Bersihan jalan napas inefektif↓ Ekspansi paru

Suplai Oksigen inadekuat

Pola napas inefektif

Perubahan pola eliminasi urin

Inkontinensia

Reflek berkemih ↓

↓ fungsi ginjal

Reflek muntah

Stimulasi medula

Sistem G.I.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 11: 70905290 Askep Post Craniotomy

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.

2. Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta.

3. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. www.CerminDuniaKedokteran.co.id 5. www.medicastore.com