(696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

22
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Kelompok 1 : 151158 92 RIANTO 151153 04 PANDU WILANTARA 141150 76 MAULIDA KHOERUNISA 131157 47 KRESNA BAYU WICAKSONO 121157 19 FIRMAN HERIANSYAH

description

a

Transcript of (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

Page 1: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Kelompok 1 :

15115892 RIANTO

15115304 PANDU WILANTARA

14115076 MAULIDA KHOERUNISA

13115747 KRESNA BAYU WICAKSONO

12115719 FIRMAN HERIANSYAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2015

Page 2: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan

penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup

menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa pentingnya bangsa indonesia

memahami tentang Kewarganegaraan Indonesia.. Makalah ini kami susun melalui berbagai

rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun

dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “batas-batas negara indonesia dan potensi potensi utama dari

indonesia” dan sengaja dipilih karena adanya tugas dari Dosen pendidikan kewarganegaran

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun

makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. 

Terima kasih

Page 3: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………….… i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I BATAS – BATAS WILAYAH NKRI ……………………………… 1

1.1.Negara Yang Berbatasan Dengan Daratan & Lautan Indonesia……….. 1

1.2.Batas – Batas Secara Umum …………………………………………… 1

BAB II PERMASALAHAN PERBATASAN INDONESIA …………… 2

2.1.Permasalahan Terkait Wilayah Perbatasan NKRI ……………………… 2

BAB III PENYELESAIAN DENGAN GNP ……………………………… 3

3.1.Penyelesain Permasalahan Wilayah dengan GNP……………………… 3

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 7

4.1.Kesimpulan …………………………………………………………….. 7

4.2.Saran …………………………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA……..………………………………………………… 8

ii

Page 4: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

1

BAB IBATAS – BATAS WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

1.1 Negara Yang Berbatasan Dengan Daratan dan Lautan IndonesiaNegara yang berbatasan dengan

Daratan IndonesiaNegara yang berbatasan dengan

Lautan IndonesiaPapua Nugini

MalaysiaTimor Leste

IndiaSingapura Malaysia Thailand Vietnam Filiphina

Republik Palau Australia

Timor LestePapua Nugini

1.2 Batas – Batas Secara Umum Secara Umum, batas – batas wilayah Indonesia meliputi :

Di sebelah utara : Indonesia berbatasan dengan Malaysia yang berupa daratan di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Barat dan Timur. Selain batas darat, juga berbatasan laut dengan negara Singapura, Malaysia, Filipina.Di sebelah timur : berbatasan darat dan laut dengan Papua Nugini di Pulau Irian Jaya. Di sebelah selatan : berbatasan darat dengan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur dan berbatasan laut dengan Australia di Samudra Hindia.

Di sebelah barat : berbatasan dengan Samudra Hindia.

Page 5: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

2

BAB II

Permasalahan Perbatasan Indonesia

2.1 Permasalahan terkait Wilayah Perbatasan NKRI

No PermasalahanNegara Lain yang

TerlibatPenyelesaian

1 Kasus Ambalat Malaysia

Melakukan pertemuan liberal guna membahas masalah dengan perundingan, dan memutuskan Pulau Ambalat tetap sebagai wlayah NKRI.

2Kasus Wilayah

Camar Bulan dan Tanjung Datuk

Malaysia

Melalui pertemuan Indonesia – Malaysia di Semarang pada tahun 1978, memutuskan wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datuk menjadi bagian dari wilayah Malaysia.

3Kasus Pulau Simakau

Singapura

Melakukan klarifikasi bahwa pulau yangdimaksud adalah pulau Simakau milik Singapura. Jadi, terdapat dua pulau yang bernama sama yang dimiliki Indonesia dan Singapura.

4 Kasus Pulau Batik Timor Leste

Pemangku adat antara wilayah PerbatasanAmyoung dan Ambenu, ingin menyelesaikan titik batas dan meminta izin pemerintah pusat untuk memfasilitasi tersebut. Kedua Negara belum diperbolehkan beraktivitas di daerah perbatasan tersebut.

5 Kasus Pulau Miangas Filiphina

Dinyatakan lebih lanjut dalam protocolperjanjian ekstradisi Indonesia – Filiphina mengenai defisi wilayah Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik Indonesia atas dasar putusan Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928.

6 Kasus Pulau Nipa Singapura

Kementrian Pertahanan MengkampanyekanUntuk Mereklamasi Pulau Nipa karena pada tahun 2004 sampai 2008 penduduk menjual pasir pantai Pulau Nipa kepada Singapura. Langkah KemHan ini menghabiskan dana lebih dari 300 Milyar Rupiah.

Page 6: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

3

BAB III

Penyelesaian Masalah Garis Batas Landas Kontinen Dengan Negara – Negara TetanggaDengan GNP

3.1 Penyelesaian Permasalahan Wilayah Dengan GNPAda beberapa permasalahan wilayah diantaranya maka Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) melakukan penyelesaian masalah garis batas landas kontinen dengan negara- negara tetangga dengan semangat good neighboorhood policy atau semangat kebijakan negara bertetangga yang baik, seperti :

1. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganMalaysia

Kedua belah pihak ini sepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagaikeadaan status quo). Pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia dan Malaysia, yang dengan Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia – Malaysia kedua negara masing-masing melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, tak lama berselang Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh (Pedra blanca) tentunya hal tersebut membingungkan Indonesia dan Singapura dan pada akhirnya Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut.

Kemudian pada tanggal 17 Maret 1970 kembali ditanda tangani Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia. Akan tetapi pada tahun 1979 pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal batas kontinental dan maritime yang secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya melewati Pulau Sebatik. Indonesia memprotes dan menyatakan tidak mengakui klaim itu, merujuk pada Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia – Malaysia tahun1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970. Kasus ini meningkat profilnya setelah Pulau Sipadan dan Ligitan, juga berada di blok Ambalat, dinyatakan sebagai bagian dari Malaysia oleh Mahkamah Internasional. Batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia ditarik dari dekat Singapura dan berakhir di dekat Pulau Batu Mandi di Selat Malaka. Artinya tidak ada batas perairan yang berupa batas laut wilayah antara Malaysia dan Indonesia setelah Pulau Batu Mandi ke arah Barat Laut di Selat Malaka. Yang ada hanyalah batas landas kontinen yang ditetapkan pada tahun 1969.

2. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganSingapura

Batas wilayah laut antara Indonesia dan Singapura ditentukan atas dasar hukuminternasional. Perjanjian ini didasari atas Konvensi PBB Tentang batas wilayah laut (The United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) pada 1982. Kedua negara juga turut meratifikasi UNCLOS. Ratifikasi dari batas wilayah laut yang disetujui ini merupakan kelanjutan dari perjanjian batas wilayah laut yang sebelumnya telah disetujui oleh kedua negara sebelumnya pada 25 Mei 1973. Sementara perjanjian terbaru yang diratifikasi, mempertegas batas wilayah laut dari Pulau Nipa hingga Pulau Karimun Besar. Sedangkan pada sebelah barat, pihak keamanan dan petugas navigasi dari kedua negara dapat

Page 7: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

4

melaksanakan tugas mereka secara signifikan tanpa ada gangguan di wilayah Selat Singapura.

Page 8: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

5

Perjanjian ini akan menentukan dasar hukum bagi petugas berwenang kedua negara dalam menjaga keamanan, keselamatan navigasi, penegakan hukum dan pengamanan atas zona maritim berdasarkan hukum yang berlaku. Indonesia dan Singapura masih harus menyelesaikan masalah perbatasan mereka di wilayah timur antara Batam dan Changi dan lokasi diantara Bintan serta South Ledge, Middle Rock dan Batu Puteh. Masalah yang sering terjadi penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat penambangan pasir laut.. Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah.

3. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganFilipina

Proses perundingan batas maritim RI – Filipina yang dilakukan sampai dengan tahun2007 telah mencapai kemajuan yang signifikan dengan dihasilkannya kesepakatan atas garis batas diantara kedua Tim Teknis Perunding. Pada kesempatan pertemuan bilateral tingkat kepala negara antara RI-Filipina yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret 2011, Menteri Luar Negeri kedua negara telah menandatangani Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of the Philippines concerning Maritime Boundary Delimitation. Masalah yang sering terjadi belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan Filipina di perairan utara dan selatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang harus dicermati.

4. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganThailand

Batas Landas Kontinen telah diselesaikan. penetapan garis batas landas kontinenkedua negara terletak di Selat Malaka dan laut Andaman. Perjanjian ini ditandatangai tanggal 17 Desember 1971, dan berlaku mulai 7 April 1972. Sedangkan untuk batas ZEE masih dirundingkan. Pertemuan penjajagan awal telah dilaksanakan tanggal 25 Agustus2010 di Bangkok. Thailand masih memerlukan konsultasi dengan parlemen untuk berunding. Masalah yang sering terjadi ditinjau dari segi geografis, Penangkapan ikan oleh nelayan Thailand yang mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah keamanan di laut. Di samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing merupakan masalah sosio- ekonomi karena keberadaan masyarakat pantai Indonesia.

5. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganVietnam

Indonesia dan Vietnam telah menyelesaikan perjanjian batas Landas Kontinen padatahun 2003. Batas landas kontinen antara Indonesia – Vietnam ditarik dari pulau besar ke pulau besar (main land to main land). Dalam perjanjian tersebut Indonesia berhasil meyakinkan Vietnam untuk menggunakan dasar Konvensi Laut UNCLOS 1982. Dengan demikian prinsip Indonesia sebagai negara Kepulauan telah terakomodasi. Permasalahan batas maritim antara Indonesia dan Viet Nam yang masih harus dirundingkan adalah penetapan garis batas ZEE. Kedua negara kini tengah menjajaki untuk mempelajari proposal garis batas ZEE masing-masing. Masalah yang sering terjadi wilayah perbatasan antara

Page 9: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

5

Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.

6. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganAustralia

Perairan antara Indonesia dengan Australia meliputi wilayah yang sangat luas,terbentang lebih kurang 2.100 mil laut dari selat Torres sampai perairan P.Chrismas. Perjanjian perbatasan maritim antara Indonesia dengan Australia yang telah ditentukan dan disepakati, menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari perkembangannya, karena perjanjian tersebut dilaksanakan baik sebelum berlakunya UNCLOS ’82 (menggunakan Konvensi Genewa 1958) maupun sesudahnya. Perjanjian yang telah ditetapkan juga menarik karena adanya negara Timor Leste yang telah merdeka sehingga ada perjanjian (Timor Gap Treaty) yang menjadi batal dan batas-batas laut yang ada harus dirundingkan kembali secara trilateral antara RI – Timor Leste – Australia. Pada tanggal 9 September 1989 telah disetujui pembagian Timor Gap yang dibagi menjadi 3 area (A,B dan C) dalam suatu Zone yang disebut ”Zone Of Cooperation”. Perjanjian Timor Gab ini berlaku efektif mulai tanggal 9Februari 1991, perjanjian ini juga tidak membatalkan perjanjian yang sudah ada sebelumnya, namun dengan merdekanya Timor Leste maka perjanjian ini secara otomatis menjadi batal. Masalah yang sering terjadi penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor perlu dibicarakan secara trilateral bersama Timor Leste.

7. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia dengan - India

Garis Batas Landas Kontinen Indonesia dan India adalah garis lurus yang ditarik darititik pertemuan menuju arah barat daya yang berada di Laut Andaman. Hal itu berdasarkan persetujuan pada 14 Januari 1977 di New Delhi, tentang perjanjian garis batas Landas Kontinen kedua negara. Namun, pada beberapa wilayah batas laut kedua negara masih belum ada kesepakatan. Masalah yang sering terjadi perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar di India. Permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan para nelayan.

8. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganPapua Nugini

Batas darat Indonesia dan Papua New Guinea didasarkan pada perjanjian Indonesiadan Australia mengenai garis-garis batas Indonesia dan Papua Nugini. Ditandatangani pada Tanggal 12 Februari 1973 di Jakarta. Pemerintah selanjutnya meratifikasi perjanjian tersebut dengan membentuk Undang-undang Nomor 6 tahun 1973. Namun sampai saat ini perjanjian bilateral tersebut belum menjadi landasan legal bagi survey dan demarkasi batas darat antara kedua negara. Masalah yang sering terjadi persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari.

Page 10: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

6

9. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganTimor Leste

Berdirinya negara Timor Leste sebagai negara merdeka, menyebabkan terbentuknyaperbatasan baru antara Indonesia dengan negara tersebut. Perundingan penentuan batas darat dan laut antara RI dan Timor Leste telah dilakukan dan masih berlangsung sampai sekarang. First Meeting Joint Border Committee Indonesia-Timor Leste dilaksanakan pada 18-19Desember 2002 di Jakarta. Pada tahap ini disepakati penentuan batas darat berupa deliniasi dan demarkasi, yang dilanjutkan dengan perundingan penentuan batas maritim. Kemudian perundingan Joint Border Committee kedua diselenggarakan di Dilli, pada Juli 2003. Masalah yang sering terjadi saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara sosial dan budaya dengan masyarakat Indonesia. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi perbatasan, dapat menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional.

10. Perjanjian bilateral dan persoalan yang ada pada Negara Republik Indonesia denganRepublik Palau

Republik Palau berada di sebelah Timur Laut Indonesia. Secara geografis negara ituterletak di 060. 51” LU dan 1350.50” BT. Mereka adalah negara kepulauan dengan luas daratan ± 500 km2. Berdasarkan konstitusi 1979, Republik Palau memiliki yuridiksi dan kedaulatan pada perairan pedalaman dan Laut Teritorial-nya hingga 200 mil laut. Diukur dari garis pangkal lurus kepulauan yang mengelilingi kepulauan. Masalah yang sering terjadi Palau memiliki Zona Perikanan yang diperluas (Extended Fishery Zone) hingga berbatasan dengan Zona Perikanan Eksklusif, yang lebarnya 200 mil laut diukur dari garis pangkal. Hal itu menyebabkan tumpang tindih antara ZEE Indonesia dengan Zona Perikanan yang diperluas Republik Palau.

Page 11: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

7

Page 12: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

8

Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya

alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang

melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan

perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. 

Sebagai Negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian

besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan.

Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi

padi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan

luas panen dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah

jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi holtikultura jenis sayur mayur meliputi

bawang merah besar, bawang daun, kentang, kubis dan wortel. Sedangkan produksi

holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan salak.

Berdasarkan usia tanaman, perkebunan di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar,

yaitu tanaman semusim (tebu, tembakau, kapas, jarak, sereh wangi, nilam dan rami) dan

tanaman tahunan (karet, kelapa, kopi, kelapa sawit, cengkeh, pala, kayu manis, panili,

kemiri, pinang, asam jawa, siwalan, nipah, kelapa deres, aren dan sagu). Sebagian besar

budidaya perkebunan berupa tanaman tahunan.

Populasi peternakan di Indonesia terdiri atas populasi ternak besar seperti, sapi perah, sapi

potong, kerbau, dan kuda. Populasi ternak kecil meliputi: kambing, domba, dan babi.

Sementara populasi ternak unggas terdiri dari ayam kampung, ayam ras petelur, ayam ras

pedaging dan itik. Diantara hasil ternak yang saat ini memiliki prospek ekspor adalah kulit

olahan (disamak).

Berdasarkan fungsinya, hutan Indonesia dibagi menjadi empat jenis, yaitu hutan lindung,

hutan produksi, hutan suaka alam, dan hutan wisata. Produksi kehutanan berupa kayu

hutan, baik kayu bulat, kayu gergajian maupun kayu lapis. Dari hasil hutan tersebut, yang

saat ini menjadi produk andalan Indonesia untuk kegiatan ekspor adalah kayu lapis.

Fakta fisik bahwa dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut, maka sumber daya alam di

laut memiliki potensi yang sangat besar. Selain mengandung minyak, gas, mineral dan

energi laut non-konvesional, serta harta karun yang sudah mulai digali meskipun masih

terbatas, laut juga menghasilkan ikan yang potensi lestarinya diperkirakan sebesar 6, 4 juta

ton per tahun. Saat ini yang baru dimanfaatkan sekitar 70 %. Pengembangan sumber daya

kelautan dan perikanan dikelompokkan dalam lima industri kelautan, yaitu industri

perikanan, industri mineraldan energi laut, industri maritim, termasuk industri galangan

kapal, industri pelayaran (transportasi laut) dan industri pariwisata (wisata bahari dan

Page 13: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

9

kawasan konservasi). Saat ini yang menjadi andalan ekspor perikanan Indonesia adalah

udang dan Tuna.

Pertambangan dan energi diharapkan menjadi primadona sumber penerimaan devisa,

khususnya dari pendapatan ekspor minyak dan gas. Dua komoditi tambang tersebut

kuantitasnya sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, sehingga sering

digunakan sebagai asumsi dasar dalam perencanaan APBN. Energi listrik sebagian besar

masih diproduksi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan sisanya oleh perusahaan-

perusahaan yang dikelola Pemerintah Daerah, koperasi, atau perusahaan swasta lainnya.

Pemerintah juga menggali sumber-sumber energi alternatif untuk mengurangi

ketergantungan kepada BBM. Sumber energi aternatif yang dimiliki dalam jumbal besar

adalah gas, batubara, tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga surya. Energi alternatif yang

saat ini tengah digarap pemrintah adalah energi berbasis nabati atau biofuel dengan bahan

dasar tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, tebu, singkong, dan jarak.

s

Page 14: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

10

BAB IV PENUTUP

4.1 KesimpulanTelah dijelaskan tentang batas – batas wilayah Indonesia yang di daratan maupun yang di

lautan dengan Negara lain, penyelesaian masalah tentang batas wilayah Indonesia dan jugaNegara yang terlibat.

4.2 SaranSetelah Kita mengetahui lebih lanjut mengenai batas – batas wilayah indonesia, kita

dapat mengawasi dan menjaga batas wilayah agar tidak dilanggar oleh Negara lain atau sesuatu permasalahan tentang batas wilayah Indonesia.

Page 15: (696474a292) Batas_-_Batas_Indonesia.3-11

11

DAFTAR PUSTAKA

[1] Horton,Paul.B. dkk.1987.PKN. Jakarta: Erlangga.

[2] Karono,Kartini.1981.Patologi Sosial.Jakarta:RajawaliZen. “Definisi HAM”. 2009.

[ 3] htt p:// www.dhamm acitt a.org/ pust ak a/ Ebook/ Dhar m a-P rabha/ Dh arm a-P r ab ha-48.P df

[4] Naufal, Muhammad.. 2009. http://info.g-excess.com/id/online.infoKadoet.. 2009.

[5] htt p:// www.acehforum .or .i d/m engat asi -p el an ggr an -ham -t 2444p2.htm l

[6] htt p://m ahkot awebl og.w ordpress.com

[7] www.google.com