68959113-48033614-NYERI-BAHU

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ( 5,12) Fungsi anggota badan (Ekstrernitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan dan tangan adalah bagian yang sangat penting bagi kehidpan kita sehari-hari. Kita mempergunakan anggota badan bagian atas tersebut antara lain untuk membersihkan diri, mengenakan pakaian, makan, minum, mengendarai kendaraan, menyelesaikan pekerjaan kita masing-masing serta masih banyak kegiatan sehari-hari yang mempergunakan anggota badan bagian atas. Agar lengan daan tangan tersebut dapat berfungsi dengan baik, selain otot- otot dan persyarafannya harus baik, maka persendian harus dapat berfungsi secara baik pula. Adanya gangguan pada persendian yang berupa terbatasnya gerakan dan kekakuan sendi akan dapat mengakibatkan terganggunya fungsi anggota badan bagian atas tersebut, sehingga mengakibatkan terhalangnya sebagian kegiatan kita sehari-hari. Salah satu sendi pada anggota badan bagian atas yang sering mengalami gangguan adalah sendi bahu. Gangguan sendi bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri pada bahu, terutama rasa nyeri yang timbul sewaktu menggerakkan bahu, sehingga yang bersangkutan takut menggerakkan bahunya. Akibatnya bahunya menjadi kaku. Mengingat cukup luasnya penyebab nyeri bahu, Penulis membatasi pokok masalah nyeri bahu pada maskuloskeletal yang disebabkan proses degenerasi yaitu : tendinitis, bursitis dan kapsulitis adhesiva. Fisioterapi 1

Transcript of 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Page 1: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ( 5,12)

Fungsi anggota badan (Ekstrernitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan

dan tangan adalah bagian yang sangat penting bagi kehidpan kita sehari-hari. Kita

mempergunakan anggota badan bagian atas tersebut antara lain untuk

membersihkan diri, mengenakan pakaian, makan, minum, mengendarai

kendaraan, menyelesaikan pekerjaan kita masing-masing serta masih banyak

kegiatan sehari-hari yang mempergunakan anggota badan bagian atas.

Agar lengan daan tangan tersebut dapat berfungsi dengan baik, selain otot-

otot dan persyarafannya harus baik, maka persendian harus dapat berfungsi secara

baik pula. Adanya gangguan pada persendian yang berupa terbatasnya gerakan

dan kekakuan sendi akan dapat mengakibatkan terganggunya fungsi anggota

badan bagian atas tersebut, sehingga mengakibatkan terhalangnya sebagian

kegiatan kita sehari-hari. Salah satu sendi pada anggota badan bagian atas yang

sering mengalami gangguan adalah sendi bahu.

Gangguan sendi bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri

pada bahu, terutama rasa nyeri yang timbul sewaktu menggerakkan bahu,

sehingga yang bersangkutan takut menggerakkan bahunya. Akibatnya bahunya

menjadi kaku. Mengingat cukup luasnya penyebab nyeri bahu, Penulis

membatasi pokok masalah nyeri bahu pada maskuloskeletal yang disebabkan

proses degenerasi yaitu : tendinitis, bursitis dan kapsulitis adhesiva. Fisioterapi

1

Page 2: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

pada kasus nyeri bahu pada pelaksanaannya menggunakan cara antara lain : terapi

panas, terapi dingin dam modalitas lain yang dianggap cocok. Dari sekian banyak

modalitas fisioterapi yang ada, terapi latihan merupakan pilihan yang tepat untuk

mencegah gangguan fungsi sendi. Dengan adanya tugas akhir ini dapat diketahui

proses terapi latihan dalam mencegah dan mengobati gangguan fungsi sendi bahu.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Menambah ilmu, wawasan, pengalaman da ketrampilan

mahasiswa terutama penanganan penderita nyeri bahu.

2. Mendapatkan gambaran klinis mengenai nyeri bahu.

3. Memenuhi persyaratan bagi mahasiswa program studi Diploma III

Fisioterapi Universitas Airlangga untuk menyelesaikan tugas

akhir.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Memberikan tambahan pengetahuan Penulis dalam

penatalaksanaan fisioterapi nyeri bahu.

2. Mengetahui kondisi patologi bahu serta patogenesisnya,

terutama tendinitis, bursitis dan kapsulitis adhesiva.

2

Page 3: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Nyeri Bahu

Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang

disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan, misalnya pada

waktu memakai baju, menyisir rambut, mengambil dompet di saku belakang.

Keluhan di atas sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan

berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ

yang jauh dari tempat nyeri.

2.2 Anatomi fungsional sendi bahu

Gambar 1.

Komponen gelang bahu ( 6 )

Keterangan :

1. Sendi Glenohumeralis

3

Page 4: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

2. Sendi Suprahumeralis

3. Sendi Akromioklavikularis

4. Sendi Sternoklavikularis

5. Sendi Skapulocostalis

6. Sendi Costosternalis

7. Sendi Costovertebralis

Secara ringkas dijelaskan sebagai berikut :

1. Sendi Glenohemeralis ( 6 )

Sendi ini termasuk klasifikasi sendi bola dan mangkuk (ball and soket)

dimana kaput humerus yang berberntuk hampir setengah bola dengan diameter

tiga sentimeter berhubungan dengan fossa glenoidalis dari skapula. Segera akan

tampak bahwa ada ketidaksesuaian antara dua bagian tulang yang mengadakan

persendian ini, dimana ‘bola’ dari caput humeri yang bernilai sudut 1530 masuk ke

dalam ‘mangkuk’ dari fossa glenoidalis yang bernilai sudut 750. Keadaan ini

secara anatomis membuat sendi ini tidak stabil.

Adanya labrium glenoidalis, suatu jaringan fibrokarfilaginous di sepanjang

tepi fossa glenoidalis serta menghadapnya fossa glenoidalis agak ke atas membuat

sendi ini lebih stabil.

Kapsul sendi ini sangat tipis dan di bagian depan diperkuat oleh

ligamentum glenohumeralis superior, medius dari ligamen ini terdapat lubang

yang disebut foramen weitbrecht. Dengan demikian daerah ini merupakan daerah

locus minoris resistensia yang menyebabkan mudahnya terjadi dislokasi kaput

humerus ke anterior.

Terdapat tiga buah busa yang berhubungan dengan kavum sinovium, yaitu

busa subakromialis, subdeltoideus dan subkorakoideus. Fungsinya adalah

4

Page 5: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

memudahkan pergerakan otot-otot deltoideus supraspinatus, infraspinatus, teres

minor dan subskapularis.

2. Sendi Suprahumeral ( 3 )

Merupakan sendi palsu yang bersifat melindungi (protective) persendian

antara kaput humerus dan lengkungan lebar ligamen yang menghubungkan

proccesus korakoideus dan akromion. Lengkungan korakoakromialis melindungi

sendi glenohumeralis terhadap trauma dari atas dan mencegah dislokasi ke atas

dari kaput humerus.

Sendi suprahumeral ini dibatasi oleh kavitas glenoidalis dibagian

superiornya, proccesus akromialis dibagian posterior. Sedangkan dibagian

anterior dan medialnya oleh proccesus kcrakoideus dan dia atasnya terdapat

ligamen korakoakromial. Kaput humerus berada di bawah susunan ini.

Di dalam sendi ini didapatkan bursa subakromial, bursa subkorakoid, otot

dan tendon supraspinatus, superior dari kapsul glenohumeral, tendon biseps dan

jaringan ikat. Ketika lengan diabduksikan, tuberositas majus harus melewati di

bawah ligamen korakoakromialis dan tidak mengadakan penekanan pada jaringan

yang ada di bawahnya. Pergerakan ini memerlukan koordinasi kerja otot yang

halus, kelenturan (laxity) jaringan lunak dan gerakan eksorotasi dari humerus

yang benar. Gangguan dari faktor tersebut dapat mengakibatkan pembatasan

gerak, nyeri dan distabilitas.

3. Sendi Akromioklavikularis ( 1,11)

Adalah persendian antara klavikula dan akromion. Sendi ini termasuk

dalam sendi yang tidak beraturan. Sendi ini diperkuat oleh ligamen

akromioklavikular yang berjalan dari bagian atas distal klavikula hingga

5

Page 6: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

permukaan atas dari proccesus akromialis dan di belakang oleh aponeurosis dari

otot trapezius dan deltoid. Stabilitas klavikula oleh ligamen korakoklavikular

sebenarnya terdiri dari 2 ligamen, yaitu ligamen conoid dan ligamen trapezoid)

yang mengikat klavikula dengan proccesus korakoid.

Rotasi dari klavikula primer terjadi bila lengan diabduksi lebih dari 900

(waktu skapula berotasi ke atas), maka terjadi rotasi klavikula mengitari sumbu

panjangnya. Elevasi pada sudut 300 pertama terjadi pada sendi sternoklavikularis

dan 300 berikutnya terjadi akibat rotasi klavikula pada sumbu panjangnya.

4. Sendi Skapulokostalis ( 3,11 )

Merupakan persendian antara skapula dan dinding thoraks, dimana

diantaranya terdapat otot subskapularis dan serratus anterior yang disebut juga ‘a

bone – muscles – bone articulation’. Otot penggerak utamanya yaitu serratus

anterior dan trapezius.

Pada sendi ini, skapula bergerak menggelincir pada dinding thoraks.

Gerakannya ada dua tipe, yaitu translasi (gerak dari skapula ke atas, ke bawah, ke

depan dan ke belakang) dan gerak rotasi melalui sumbu tegak lurus. Biasanya

gerak skapula adalah gerak kombinasi daripada kedua gerak ini.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa antara sendi glenohumeral dan

skapulakostal terdapat perbandingan saat melakukan gerakan abduksi dan fleksi

bahu. Mereka menemukan bahwa dua pertiga dari gerakan tersebut dilakukan

oleh sendi glenohumeral (sekitar 1200) sedangkan sepertiganya oleh sendi

skapulakostalis (sekitar 600). Jadi perbandingannya 2:1, yang merupakan hasil

yang konstan.

6

Page 7: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

5. Sendi Sternoklavikular ( 11 )

Adalah persendian synovial antara manubrium sterni dan klavikula bagian

proksimal. Meniskus menempel pada klavikula bagian superior dan pada

kartilago tulang rusuk pertama, membagi sendi sternoklavikular menjadi dua unit

fungsional untuk gerakan menggelincir. Anteroposteroir gliding (protraksi dan

retraksi dari klavikula) terjadi antara sternum dan meniskus, sedangkan

superoinferior gliding (elevasi dan depresi dari klavikula) terjadi antara klavikula

dan meniskus. Penghubung antara sternum dan klavikula di bentuk oleh ligamen

sternoklavikular anterior dan posterior, dan ligamen interklavikular

menghubungkan antara dua klavikula.

6. Sendi Kostosternalis

Merupakan persendian yang menghubungkan tulang iga dengan tulang

sternum. Persendian ini termasuk dalam jenis sendi sinkondrosis.

7. Sendi Kostovertebralis

Merupakan persendian antara tulang iga dengan korpus vertebralis yang

terdiri dari :

a. penghubung kaput kosta dengan kospus vertebra.

b. Yang menghubungkan leher dan tuberkel kosta dengan proccesus transversus.

Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh

banyaknya sendi pada bahu ( 7 sendi) juga ditunjang oleh banyaknya otot yang

berperan dalam melakukan gerakan bahu. Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan

menjadi dua, yaitu kelompok otot yang menggerakkan dan menstabilkan skapula

(shoulder girdle). Otot-otot tersebut, yaitu :

7

Page 8: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

a. Penggerak Sendi Bahu

1. Deltoid

Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

• Pars clavicularis (anterior)

Origo : Akromial sepertiga klavikula

Gerakan : Prime mover fleksi 900 dan adduksi bahu dan sebagai

pembantu gerakan internal rotasi dan abduksi lebih dari

600 dari bahu.

• Pars acromialis (middle)

Origo : akromion

Gerakan : Prime mover abduksi bahu sampai 900

• Pars spinalis (posterior)

Origo : Spina skapula (ventral bertendon pendek, dorsal bertendo

panjang)

Gerakan : Prime mover ekstensi bahu

Insertio : Tuberositas deltoid (bursa subdeltoid antara otot dan

tuberkulum majus)

Persyarafan : N. Axillaris (C5 – C6)

2. Supraspinatus

Origo : Fosa supraspinatus

Insertio : Tuberkulum majus humerus

Persyarafan : N. Supraskapularis (C5)

Gerakan : Prime mover abduksi bahu hingga 900

8

Page 9: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

4. Infraspinatus

Origo : Fosa infraspinatus

Insertio : Middle dari tuberkulum majus humerus

Persyarafan : N.Supraskapularis (C5)

Gerakan : Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horisontal bahu

dan sebagai pembantu gerakan abduksi horisontal bahu.

4. Subskapularis

Origo : Fosa subskapularis

Insertio : Tuberculum minus humerus

Persyarafan : N. Subskapularis superior dan inferior (C5 – C6)

Gerakan : Prime mover rotasi ke dalam dari humerus

5. Teres minor

Origo : Permukaan belakang lateral skapula

Insertio : Distal dari tuberkulum majus humerus

Persyarafan : N. Axillaris (C5)

Gerakan : Prime mover rotasi kelateral dan ekstensi horisontal bahu

dan sebagai pembantu gerakan abduksi horisontal bahu.

Kelima otot di atas disebut juga sebagai otot intrinsik bahu, sedangkan otot nomor

dua hingga lima disebut sebagai “Rotator Cuff”.

6. Teres Mayor

Origo : Lateral skapula dan angulus inferior

Insertio : Krista tuberkulum minus humerus

9

Page 10: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Persyarafan : N. Subskapularis inferior (C5 – C6)

Gerakan : Prime mover ekstensi bahu

7. Latissimus Dorsi

Origo : Proccesus spinosus dari thorakal 6 hingga lumbal,

belakang sakrum, bagian posterior krista illiaka dan

beberapa tulang iga bagian bawah.

Insertio : Medial sulkus bisipitalis

Persyafaran : N. Thorakodorsalis (C7 – C8)

Gerakan : Prime mover ekstensi dan rotasi kemedial dari bahu.

8. Korakobrakhialis

Origo : Proccesus korakoid skapula

Insertio : Permukaan anteromedial humerus

Persyarafan : N. Muskulokutaneus (C6 – C7)

Gerakan : Prime mover fleksi bahu 900

9. Pektoralis Mayor

Dibagi tiga, yaitu :

• Pars klavikularis

Origo : dua pertiga bagian media klavikula

• Pars manubrialis

Origo : Sternum

• Pars Sternokostalis

Origo : Kartilago kostae 1 – 6

Insertio : Tuberkulum majus humerus

10

Page 11: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Persyarafan : N. Pektoralis medial dan lateral (C5, C6, C7, C8, T1)

Gerakan : Prime mover adduksi horisontal dan rotasi ke medial

bahu.

b. Penggerak Pergelangan Bahu

1. Serratus anterior

Origo : 8 tulang rusuk bagian anterolateralis

Insertio : Permukaan anterior skapula dari sudut atas hingga bawah

Persyarafan : N. Thorakalis longus (C5, C6, C7)

Gerakan : Prime mover adduksi dan rotasi ke atas skapula dan

sebagai pembantu gerakan abduksi bahu 900

2. Rhomboideus mayor

Origo : Proccesus spinosus thorakal 2, 3, 4, dan 5

Insertio : Medial skapula hingga bawah skapula

Persyarafan : N. Skapulodorsalis (C5)

Gerakan : Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah skapula dan

sebagai pembantu gerakan elevansi skapula.

3. Rhomboideus minor

Origo : Proccesus spinosus cervikal 7 dan thorakal 1

Insertio : Spina skapula

Persyarafan : N. Skapulodorsalis (C5)

Gerakan : Prime mover adduksi dan rotasi ke bawah skapula dan

sebagai pembantu gerakan elevansi skapula

4. Levator skapula

11

Page 12: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Origo : Proccesus transversus cervikalis 1 – 4

Insertio : Tepi atas skapula

Persyarafan : N. Skapulodorsalis (C3, C4, C5)

Gerakan : Prime mover elevansi skapula

5. Pektoralis minor

Origo : Tulang iga 3, 4, 5

Insertio : Proccesus korakoideus

Persyarafan : N. Pektoralis medialis (C8 – Th1)

Gerakan : Adduksi horisontal bahu

6. Subsklavius

Origo : Permukaan atas tulang rusuk

Insertio : Bagian bawah klavikula

Persyarafan : N. Subklavius (C5 – C6)

Gerakan : Depresi klavikula

7. Trapezius

Dibagi menjadi 3, yaitu :

• Superior

Origo : Sepertiga medial dari tulang occiput

Insertio : Sepertiga lateral dari klavikula bagian posterior

Gerakan : Elevasi skapula

• Middle

Origo : Proccesus spinosus thorakalis atas

Insertio : Tepi medial spina skapula

12

Page 13: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Gerakan : Adduksi skapula

• Inferior

Origo : Proccesus spinosus thorakalis bawah

Insertio : Tepi bawah spina skapula

Persyarafan : N. Accessory (C3 – C4)

Gerakan : Depresi dan adduksi skapula

2.3. Blomekanika sendi bahu ( 1,12 )

A. Gerakan dan luas gerak sendi bahu

Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok

otot penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan

gerakan dari humerus. Gerakan-gerakan tersebut antara lain :

1) Gerakan skapula

a. Elevasi dan depresi

Elevasi yaitu gerakan skapula ke atas sejajar dengan vertebra,

dapat dilakukan dengan mengangkat bahu ke atas. Sedangkan

depresi adalah kembalinya bahu dari posisi elevasi. Gerakan

vertikal disertai dengan tilting. Total luas geraknya adalah 10 – 12

cm.

b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi)

Protraksi adalah gerakan kelateral skapula menjauhi vertebra.

Gerakan ini dapat terjadi ketika bahu melakukan gerakan

mendorong ke depan. Retraksi yaitu gerakan skapula ke medial,

dapat dilakukan dengan menarik bahu ke belakang. Total luas

13

Page 14: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

geraknya adalah kira-kira 15 cm.

c. Upward rotation dan downward rotation

Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada bidang

frontal sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas. Sedangkan

downward rotation yaitu gerakan kembali dari upward rotation.

Total luas gerak 600 , displacement sudut bawah skapula 10 – 12

cm dan sudut superolateral 5 – 6 cm.

4. Upward tilt dan reduction of upward tilt.

Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal horisontal

yang menyebabkan permukaan posterior skapula bergerak ke atas.

Gerakan ini terjadi oleh karena rotasi dari klavikula, sehingga

bagian superior skapula bergerak naik-turun dan bagian

inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini hanya terjadi jika bahu

hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu gerakan kembali dari

upward tilt.

2) Gerakan humerus

Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.

a. Fleksi dan ekstensi

Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari

00 ke 1800. Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00) disebut gerak

depresi lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam

bidang sagital ke belakang dari 00 ke kira-kira 600. Gerakan fleksi

dibagi menjadi 3 fase. Fase 1, fleksi 00 sampai 500 - 600. Otot yang

14

Page 15: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

terlibat yaitu deltoid anterior, korakobrakhialis, pektoralis mayor

serabut klavikular. Gerakan fleksi bahu ini dibatasi oleh tegangan

dari ligamen korakohumeralis dan tahanan yang dilakukan oleh teres

minor, teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600 - 1200.

Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari

skapula, sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke depan,

dan aksial pada sendi sternoklavikular dan akromioklavikular, setiap

sendi membantu 300. Gerakan ini melibatkan otot trapezius, serratus

anterior. Fleksi pada sendi skapulothorakis dibatasi oleh tahanan

lattisimus dorsi dan serabut kostosternal dari pektoralis mayor. Fase

III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya satu lengan yang fleksi dari spinal

kolumn. Bila kedua lengan fleksi maksimum akan terjadi gerakan

lordosis dari lumbal melebihi normal.

b. Abduksi dan adduksi

Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam

bidang frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah gerak kebalikan

dari abduksi yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tiga

fase gerakan abduksi, fase I, abduksi 00 – 900 merupakangerakan

start abduksi dari sendi bahu. Otot-otot yang terlibat yaitu deltoid

middle dan supraspinatus. Pada akhir abduksi 900 , shoulder

mengunci sebagai hasil greater tuberosity menyentuh superior

margin dari glenoid.

Fase II, abduksi 900 –1500 , ketika abduksi 900, disertai fleksi

15

Page 16: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi

hanya dapat maju dengan disertai gerakan shoulder girdle. Gerakan

ini adalah ayunan dari skapula dengan rotasi tanpa mengunci,

sehingga kavitas glenoidalis menghadap agak keatas dengan luas

gerakan 600 Aksial rotasi pada sendi sternoklavikularis dan

akromioklavikularis, setiap sendi membantu gerakan 300. otot- otot

yang terlibat ialah trapezius atas dan bawah dan seratus anterior.

Pada gerakan 1500 , yang dihasilkan oleh rotasi skapula diketahui

dengan adanya tahanan peregangan dari otot-otot abduktor yaitu

latissimus dorsi dan pektoralis mayor. Fase III, abduksi 1500 – 1800

dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai gerakan

spinal kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai pemelesetan

kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal

lawannya. Jika kedua lengan abduksi bersama-sama sampai 1800

akan terjadi lumbar lordosis yang dipimpin oleh otot spinal.

c. Fleksi dan Ekstensi lumbar

Gerak fleksi horisontal adalah gerak dari lengan dalam bidang

horisontal mulai 00 – 1350. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak

lengan kebelakang dalam bidang horisontal dari 00 – 450.

d. Rotasi

Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila

lengan bawah digerakkan menjauhi garis tengah tubuh disebut

eksorotasi, bila lengan bawah digerakkan menuju garis tengah

16

Page 17: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .

Rotasi dengan lengan dalam abduksi 900 dan telapak tangan

menghadap kebawah, bila lengan diputar kearah kranial disebut

eksorotasi dan bila kearah kaudal disebut endorotasi. Luas geraknya

900 .

B. Pengukuran ROM ( Luas Gerak Sendi ) Bahu

Alatnya disebut Goniometer. Untuk mengukur LGS dibutuhkan 3 ti

tik atau minimal 2 titik. Titik pertama terletak diatas sendi yang akan

diukur, titik kedua terletak pada sendi itu sendiri sedangkan titik ketiga

berada dibawah sendi yang akan diukur.

Dalam pengukuran LGS ini terdapat 2 macam sistem penulisan yaitu :

a. ISOM ( International standart Orthopaedic measurement)

Ketentuan pencatatan :

Sendi : Bidang : Gerakan : Zero starting position- Gerakan

Contoh : Shoulder: Sagital : Ekstensi- 00-fleksi

Sagital : 500 - 00 – 1800

LGS (ROM) = 2300

b. AAOOS (American Academy of Orthopaedic Surgeon)

Ketentuan pencatatan :

Sendi : Zero Starting Position – Gerakan

Contoh : Shoulder : fleksi 00 – 180o

17

Page 18: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

2.4 Etiologi nyeri bahu ( 2,5,8 )

Menurut Cailiet, penyebab nyeri anggota gerak atas termasuk bahu

bermacam-macam, antara lain :

I. I. Musculoskeletal

1. Degeneratif

a. Tendinitis, dengan atau tanpa kalsifikasi

b. Robekan ‘Cuff’ sebagian atau total

2. Traumatik

a. Fraktur

b. Dislokasi

c. Separasi akromioklavikular

d. Robekan tendon biseps

3. Keradangan

a. Radang sendi rematoid

b. ‘Gout’

c. Radang sendi infeksius

4. Tumor

a. Tulang

b. Jaringan lunak

II. II. Neurologik

1. Saraf tepi

a. Akar saraf

b. Spiral Foraminal

1. Spondilosys

18

Page 19: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

2. Hernia diskus intervertebralis fraktur

3. Hernia diskus intervertebralis dislokasi

c. Tumor ekstramedullaris

2. Pleksus Brakhialis

a. Mekanikal

1. Kompresi berkas neurovaskuler

2. Sindroma skalenus antikus

3. ‘Cervikal rib’

4. Sindroma kalikulo kostal

5. Sindroma pektoralis minor

b. Trauma

1. Cedera tarikan atau tusukan

c. Keradangan

1. Radang pleksus brakhialis

d. Tumor

1. ‘Panevast’

2. ‘Adenitia’

3. Sistem saraf pusat

a. Tumor indramedullar

b. ‘Syringomeylia’

A. III. Vascular

1. Arterial

a. Sumbatan : akut dan kronis

1. Emboli

19

Page 20: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

2. ‘Vasospatik’

3. Traumatik

4. Atherosklerotik

b. Aneurisma atau Fistula

2. Vena

a. Plebitis

3. Saluran Limfe

a. Limfedema

B. IV. Nyeri rujukan dari organ dalam

1. Jantung

a. Nyeri angina

b. Infark myokard

2. Kandung Empedu

3. Diafragma

4. ‘Ruptured Viscus’

C. V. Persendian

1. Degeneratif

2. Keradangan

3. Infeksi

4. Metabolik

2.5 Patologi disfungsi sendi ( 9 )

Pada dasarnya suatu restriksi gerak disebabkan oleh :

1. Permukaan sendi yang tidak sesuai

20

Page 21: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Permukaan sendi Glenokumeral, Acromioclavikular dan Sternoclavikular

yang tidak rata atau tidak sesuai dapat menyebabkan gerak sendi bahu tidak

normal. Permukaan sendi terganggu akibat pembentukan osteofit pasca trauma.

2. Ploriferasi sel-sel synovial

Tebalnya membran synovial menyebabkan rongga sendi bertambah sempit

dan kapsul sendi tidak dapat ditegangkan lagi.

3. Kapsul dan Ligamen

Kapsul dan Ligamen dapat mempengaruhi/menyebabkan gerakan sendi

menjadi terbatas karena pemendekan dan pembentukan jaringan parut. Kapsul

dapat memmendek akibat mobilisasi dan letak kapsul serta Ligamen pada posisi

pendek.

4. Otot dan Tendon

Keduanya dapat mempengaruhi jarak gerak sendi. Otot, tendon dan kapsul

mempunyai sifat ‘remodelling’ artinya kapsul dapat merenggang.

Penulis membatasi pokok masalah nyeri bahu pada muskuloskeletal akibat

degenerasi yang terdiri dari :

I. Tendinitis

II. Bursitis

III. Kapsulitis Adhesiva

2.6 Patogenesis sendi bahu

1. Tendinitis ( 4,5,8 )

Posisi manusia dalam keadaan tegak beserta aktivitas manusia sehari-hari

selalu mengaktifkan tendon otot supraspinatus dan tendon otot bahu yang lain.

Bila kita dalam posisi menggantung sehingga pengaruh gravitasi akan

menyebabkan tarikan pada kapsul dan tendon-tendon bahu. Aktivitas manusia

sehari-hari yang memerlukan gerakan fleksi dan abduksi bahu menyebabkan

gesekan pada tendon yang berada diantara kaput humeri dan ligamentum

koracoakromiale. Bahkan pada derajat tertentu, abduksi/elevasi, disamping

gesekan juga akan menyebabkan penekanan pada tendon tersebut.

Nyeri bahu pada pekerja yang aktivitasnya harus mengangkat beban yang

21

Page 22: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

berat bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan

harus diangkat sebatas atas akromion. Posisi yang demikian itu terjadi bila

berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon.

Gambar 3Sirkulasi darah pada daerah bahu ( 5 )

Keterangan :A. Rotasi ke ‘Rotator Cuff’B. Daerah iskemia akibat tarikan

Iskemia ini selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya atropi kelemahan otot

daerah pundak sehingga bahu tersebut kelihatan kempis.

Degenerasi yang progesif pada ‘Rotator Cuff’ biasanya terjadi pada

mereka yang kurang atau tidak mewaspadai adanya rasa nyeri dan gangguan

fungsi pada bahu. Kebanyakan otot ‘Rotator Cuff’ telah mulai tertarik serta

memperlihatkan tanda-tanda penipisan dan fibrotisasi. Penipisan denegerasi ini

terutama terjadi pada daerah ‘Critical Zone’.

22

Page 23: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Gambar 4Daerah kritis pada tendon otot-otot ‘Rotator Cuff’ ( 5 )

Beberapa tahun kemudian, memungkinkan terjadinya robekan ringan yang akan

bertambah besar. Bila proses degenerasi semakin lanjut akan diikuti oleh adanya

erosi dari tuberkulum humerus. Erosi ini menyebabkan terjadinya penekanan

tendon biseps oleh karena siklus bisipitalis tmenjadi dangkal dan berubah arah

(menjadi lebih miring) dan bahkan tidak jarang seakan-akan menghilang. Bursa

subrakromialis menjadi ikut terjepit di daerah tersebut sehingga dinding bursa

menebal.

Gambar 5Proses terjadinya degenerasi ( 5 )

23

Page 24: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Bila terjadi ruptur tendon atau kalsifikasi, dinding bursa ini menjadi tegang.

Permukaan bawah akromion oleh adanya gesekan dan tekanan dari humerus akan

mengeras dan menebal. Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai faktor

yang berperan penting dalam proses tendinitis degenerativa, meskipun faktor-

faktor yang lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi

luas gerak sendi yang disebabkan oleh perubahan posisi skapula ini sebagai akibat

dari berkembangnya lengkung kiposis thorakal karena degenerasi diskus

intervertebralis.

Kalsifikasi pada Tendinitis

Penimbunan kristal kalsium karbonat pada ‘Rotator Cuff’ sangat sering

terjadi. Garam ini tertimbun dalam tendon, Ligamen, Aponeurosis dan Kapsul

sendi serta dinding pembuluh darah. Penimbunan ini berhubungan dengan

perubahan degenerasi. Umumnya terjadi pada daerah kritis dimana degenerasi ini

dapat menyebabkan ruptur atau nekrosis pada tempat penimbunan kalsium.

Secara sederhana proses terjadinya kalsifikasi pada Tendinitis dapat dilihat dalam

gambar 6.

Gambar 6Proses terjadinya Calcific Tendnitis ( 5 )

24

Page 25: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Keterangan :A. Tendon M. Supraspinatus (Cuff) antara Ligamen Coracoacromial dan Kaput numeriB. Tekanan yang berulang-ilang karena kegiatan sehari-hari serta posisi kerja yang salah.C. Perubahan degeneratif pada Critical Zone

Penimbunan pertama kali didapatkan didalam tendon kemudian menuju ke

permukaan. Selanjutnya Ruptur ke atas menuju ruang di bawah bursa subdeltoid.

Evakuasi kalsium dari timbunan yang ruptur juga sementara saja dan rasa nyeri ini

kemudian timbul mlagi. Evakuasi kalsium ke ruang bawah bursa akan menekan

ke atas ke arah bursa dengan iritasi dan penekanan, kemudian timbunan ini dapat

ruptur ke dalam bursa itu sendiri. Raptur ini terjadi secara akut dan menimbulkan

nyeri hebat. Di dalam bursa, timbunan ini dapat meluas ke lateral maupun ke

distal (medial), sehingga berbentuk seperti ‘dumbbelt’ dengan pemisahnya adalah

ligamentum korakoakromial. Dalam keadaan ini, baik abduksi maupun adduksi

bahu tidak lagi dapat dilakukan sepenuhnya (akan terganggu). Radang bursa yang

terjadi berulang kali oleh karena adanya tekanan yang terus menerus dapat

menyebabkan penebalan dinding bursa dengan atas bursa sehingga timbul

pericapsulitis adhesiva.

Gambar 7Evolusi dari kalsifikasi pada Tendinitis dan terjadinya ‘Bursitis’ ( 5 )

25

Page 26: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Keterangan :1. Posisi normal tendon supraspinatus dan bursa subdeltoid2. Letak timbunan kalisum pada tendon ‘Cuff’3. Timbunan kalisum mulai keluar ke ruang di bawah bursa4. Evakuasi sebagai kalsium, namun sebagian besar masih berada dalam tendon5. Evakuasi berlanjut, ruptur dalam bursa6. Perluasan di dalam bursa, berbentuk ‘Dumbbelt’7. Perlekatan dinding bursa karena penebalan dinding dasar dan atas bursa serta pengentalan cairan bursa.

Tendinitis pada daerah bahu yang sering terjadi adalah tendinitis supraspinatus

dan tendinitis bisipitalis.

Tendinitis Supraspinatus

Tendon otot supraspinatus sebelum berinsertio pada tuberkulum majus

humerus akan melewati terowongan pada daerah bahu yang yang dibentuk oleh

kaput humerus (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya,

dan akromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling

tumpang tindih dengan tendon kaput dari longus biseps. Adanya gesekan dan

penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon

otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.

Penderita tendinitis yang biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang

disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri daerah rasa nyerinya adalah

keseluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul

pada waktu mengangkat bahu. Pada malam hari, nyeri ini dirasakan terus

menerus dan bertambah nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasa

disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde

26

Page 27: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

atau mengambil bumbu di atas rak. Pemeriksaan fisik pada tendinitis

supraspinatus didapatkan adanya :

• Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi

• Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus

• Nyeri pada abduksi bahu antara 600 - 750

• Tes Apley scratch dan mosley-positif (kedua tes ini bukan merupakan tes

khusus bagi tendinitis supraspinatus)

Tendinitis Bisipitalis

Tendon otot biseps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri,

meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendinitis ini

biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada

bahu dengan lengan dalam posisi seperti tersebut diatas secara berulang kali.

Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas.

Penderitanya biasanya datang dengan keluhan-keluhan kalau mengangkat atau

menjinjing benda berat. Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis

didapatkan adanya :

• Adduksi sendi bahu terbatas

• Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus

intertuberkularis)

• Tes ‘yergason’ positif. Bila pada tes ‘yergason’ disamping timbul nyeri juga

didapati penonjolan disamping medial teberculum minus humeri, berarti

tendon bisep tergeser dan berada di luar sulkus bisipitalis.

II. Bursitis

Meskipun peradangan dari bursa, kelainan ini jarang primer, tetapi

biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari ‘rotator cuff’. Bursitis

daerah bahu yang sering adalah bursitis subacromialis dan bursitis subcleltoideus.

Penderita bursitis subakromialis memiliki keluhan yaitu penerita tidak dapat

mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa

pegal-pegal dibahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas. Nyeri

27

Page 28: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis subacromialis yang khas.

Bursa subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus

dan akromior serta lapisan bagian luar dari otot ‘rotator cuff’. Bursa ini sedikit

cairan. Gerakan abduksi dan fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan

dinding bursa tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga

akan menyebabkan saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan

menyebabkan peradangan pada bursa. Gejala klinis Bursitis adalah :

• Nyeri pada lengan bagian luar

• Nyeri tajam, tetap, berdenyut dan lain-lain. Pada keadaan akut, penderita

menggendong tangannya dengan gendongan. Gerakan ke semua arahgerak

akan menimbulkan nyeri

• Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut biasanya 12-

72 jam

• Pada gerakan aktif, ditandai adanya pembatasan pada semua bidang

• Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan

• Pada gerakan pasif. Pembatasan gerak karena nyeri tidak pada kapsula

pattern. Tidak terasa adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang hebat

• Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi gerakan

abduksi 600 atau fleksi 900 biasanya tidak dapat dilakukan tertahan karena

timbulnya rasa sakit.

• Dapat dilakukan kontraksi kuat-kuat tanpa nyeri bila dilakukan dengan hati-

hati

III. Kapsulitis Adhesive

Untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan

keterbatasan luas gerak sendi maka istilah yang digunakan adalah ‘frozen

shoulder’. Kapsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak

sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif ini adalah suatu

gambaran teknis yang dapat menyertai tendinitis, intark myokard, diabetes

melitus, fraktur, immobilisasi berkepanjangan atau radikulitis servikalis.

28

Page 29: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Keadaan ini biasanya multilateral, terjadi pada usia diatas 45-60 tahun dan

lebih sering pada perempuan. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoid. Bila

terjadi pada malam hari, sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan

disik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengan (abduksi),

sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya. Hal ini juga

dijumpai adanya atropi otot gelang bahu.

Gejala-gejala klinis antara lain :

• Nyeri pada lengan bagian luar, mungkin menyebar ke daerah segment C5 dan

C6

• Nyeri dapat tetap atau nyeri gerakan pada LGS tertentu

• Penderita kadang terbangun dari tidur karena timbul nyeri bahu karena

tertindih

• Pada gerakan aktif. Pembatasan LGS pada kapsular pattern

• Sulit atau tidak dapat menyisir rambut atau merogoh saku celana belakang

• Pada gerakan pasif. Pembatasan pada kapsular pattern. External rotasi

tertahan, abduksi setengah tertahan, flexi dan internal rotasi terbatas.

29

Page 30: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

BAB III

PENATALAKSANAAN NYERI BAHU

1. Istirahat/terapi dingin

Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkaan masih

bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai proses pembengkaan berhenti. Selama

bahu tidak digerakkan utnuk menghentikan pembengkaan, diberikan kompres

dingin atau es dan obat anti bengkak dan nyeri.

2. Terapi panas

Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti atau pada

bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada jaringan otot yang spasme. Terapi

panas bertujuan :

a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat

b. Mengurangi rasa nyeri

c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme

Terapi panas yang digunakan adalah :

a. Terapi panas superficial : HCP,sinar infra merah

b. Terapi panas dalam: SWD, MWD, USD

• Terapi panas superfisial ; sinar infra merah

- macam sinar infra merah

a. luminous ( diberikan pada penderitadengan kondisi akut)

b. non luminous ( diberikan pada penderita dengan kondisi

kronis )

- dosis :

a. jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm

b. pada kondisi akut durasi dan frekuensinya 10-15 menit/1

x 1/hari.

• Terapi panas dalam

a. MWD ( Micro Wave Diathermy )

Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan

30

Page 31: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang

12,25 cm dan frekuensinya 2.450 mc/detik.

Dosis : jarak emitor dengan kulit pada punggung bawah

antara 10 – 20 cm, intensitas 200 watt, tetapi untuk semua

kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan

frekuensinya 10 – 30 menit/hari ( kondisi akut kurang

dari 10 menit ).

b. SWD ( Short Wave Diathermy )

Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan

arus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33 MHz dan

panjang gelombang 11 meter.

Dosis : Elektrode yang digunakan dengan kondensor

( pad ). Kondisi akut intensitasnya kurang dari 40 mA

( dibawah sensasi panas ), durasi dan frekuensinya 2,5 –

10 menit/hari. Kondisi kronis intensitasnya antara 40 – 60

mA ( panas comfortable ) durasi dan frekuensinya 20

menit/hari.

c. USD ( Ultra Sound Diathermy )

Terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari

gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 0,8 – 1

MHz dan panjang gelombang 1,5 mm.

Dosis : Kondisi akut intensitasnya 0,25 – 0,5 W/cm2 ,

durasi 2 – 3 menit. Apabila tidak ada perbaikan

intensitasnya dinaikkan 0,8W/cm2 , durasinya 4 – 5 menit.

Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2, durasinya 5-10

menit, apabila tidak ada perbaikan intensitasnya

dinaikkan maksimal 3 W/cm2, durasi 10 – 15 menit, jika

tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi

dihentikan mungkin ada penyakit lain.

3. Traksi leher

31

Page 32: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Tujuan traksi ialah relaksasi spasme otot, meluruskan lordosis dari leher,

melebarkan foramen intervertebral,melepaskan permukaan fasetsdan ligamen-

ligamen. Traksi yang digunakan adalah traksi leher statik dan intermitten dari

listrik. Beban traksi diberikan mulai dari sepertujuh sampai dengan sepersepuluh

dari berat badan total atau sesuai dengan toleransi penderita. Waktu yang

diberikan 10 – 20 menit. Pada kondisi akut, traksi diberikan 1x/hari/seri (7-10 x).

Apabila nyeri bertambah pemberian beban dikurangi atau traksi ditunda

pemberiannya.

4. Massage sendi bahu

Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan permukaan

metabolisme setempat, melemaskan otot-otot yang spasme, mengurangi nyeri,

melepaskan perlengketan antar otot dan kapsuler.

5. Manipulasi dan mobilisasi

Manipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi

bahu yang terganggu. Manipulasi dikerjakan dengan gerakan atau doroangan

dengan tiba-tiba dalam amplitudo kecil. Mobilisasi dikerjakan dengan gerakan

pasif bergoyang dua atau tiga kali perdetik.

6. Terapi latihan : di rumah sakit (Gymnasium)

latihan LGS dengan menggunakan : over head pulleys shoulderwell,

finger ladder, dan lain-lain. Latihan yang dapat dilakukan di rumah misalnya

latihan codman, latihan tongkat, dan lain-lain.

Program Terapi Latihan pada Penderita Nyeri Bahu

Terapi latihan yang dimaksudkan adalah latihan khas (specific exercises).

Tujuan pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah :

a. Mengurangi sakit dan spasme otot

b. Memelihara fungsi sendi bahu

c. mengilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang terjadi atau meningkatkan

fungsi sendi semaksimal mungkin.

Pada saat ini, Penulis akan membicarakan terapi latihan pada nyeri bahu, yaitu :

I. Stadium akut

32

Page 33: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

II. Stadium kronis

I. Terapi latihan pada penderita nyeri bahu stadium akut

Dalam stadium ini gejala peradangan stadium akut yang berupa keluhan

nyeri (nyeri khas, nyeri bahu, nyeri terulur dan nyeri kontraksi), spasme otot dan

gangguan fungsi tampak menonjol. Dalam stadium ini, bahu yang sakit perlu

mendapatkan istirahat/mobilisasi karena penggunaan sendi bahu pasa stadium ini

akan menyebabkan memberatnya gejala dan kerusakan sendi. Untuk

mengistirahatkan sendi bahu yang nyeri baisanya dipakai gendongan. Tetapi

tidak menutup kemungkinan untuk mengistirahatkan sendi bahu dengan cara lain,

misalnya pemasangan gips sirkuler dengan pemberian posisi optimum yaitu fleksi

300 - 400, abduksi450 dan internal rotasi 450.

Pemberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit sedapat mungkin

dihindarkan karena pemberian istirahat lama sengan alasan apapun akan

memungkinkan terjadinya gangguan fungsi bahu yang dapat berupa pembatasan

jarak gerak sendi dan atau atropi otot sekitar bahu yang justru akan memperburuk

keadaan. Tujuan terapi latihan pada stadium akut ini adalah :

a. Mengurangi nyeri dan spasme otot

b. Mencegah terjadinya pembatasan jarak gerak sendi dan mencegah atropi otot

Dengan cara memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan (assisted)

dan kontraksi statik/isometrik.

a. Latihan pasif

Sebelum program latihan dimulai perlu diberikan penjelasan kepada

penderita tentang tujuan pelaksanaan latihan agar terjalin kerjasama yang baik

antara penderita dengan fisioterapis.

Arah gerakan ke semua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah

gerak yang terhambat karena nyeri atau faktor lain. Luas gerak sendi disesuaikan

dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita.

Latihan pasif juga dapat dilakukan dengan latihan anjuran yang sangat populer

(codman pendular exercise). Penderita berdiri didepan meja dan membungkuk ke

depan. Lengan yang sakit tergantung bebas (rileks) pada sendi bahu

33

Page 34: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

(glenohumeracle) tanpa adanya kontraksi otot. Badan digerakkan sehingga lengan

terayun bebas ke depan dan ke belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit

terayun pasif. Pemberat beban harus digantungkan pada pergelangan tangan

seberat 1- 2 kg.

Gerakan pasif harus dikerjakan dengan perlahan-lahan, makin meningkat

dan dipertahankan selama mungkin dalam batas toleransi penderita. Gerakan

dengan kuat kejut dan cepat merupakan kontraindikasi karena dapat merusak

kapsul sendi. Dengan cara tersebut, pengukuran yang berlebihan dapat

dihindarkan dan penambahan luas gerak sendi dapat tercapai sedikit demi sedikit.

b. Latihan dengan bantuan (active assisted)

Latihan ini biasanya lebih menguntungkan daripada latihan pasif karena

adanya kontraksi secara sadar yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan

yang terjadi sampai batas toleransinya, sehingga penderita merasa lebih aman dan

memungkinkan timbulnya ketegangan otot karena takut, dapat dihindari serta

gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas gerak sendi serupa

dengan saat latihan pasif.

c. Kontraksi Isometrik

Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama otot-otot

yang bila dikontrkasikan tidak menimbulkan nyeri. Intensitas kontraksi

disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat dikerjakan kira-kira 3 – 4

menit tiap jam dan disesuaikan juga dengan keadaan penderita untuk

memungkinkan latihan dapat dikerjakan dengan baik. Setelah diberikan tindakan

pengobatan dengan obat-obatan atau modalitas fisioterapi yang lain untuk

mengurangi nyeri dan apasme otot. Modalitas yang digunakan pada stadium akut

ini antara lain adalah : terapi USD (Ultra Sound Diatermy)yang mengurangi

spasmeyang diberikan dalam waktu 10 – 30 menit.

II. Terapi Latihan pada Penderita Nyeri Bahu Stadium Kronis ( 8 )

Pada penderita nyeri bahu stadium kronis sering dijumpai adanya

gangguan fungsi sendi bahu yang berupa pembatasan luas gerak sendi dan atropi

otot yang menyolok, disamping keluhan nyeri yang telah banyak berkurang. Hal

34

Page 35: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

ini terjadi karena faktor kurang perhatian atau kurangnya keberhasilan dalam

usaha pencegahan. Tujuan terapi latihan pada stadium kronis ini adalah :

A. Meningkatkan luas gerak sendi bahu

Pembatasan luas gerak sendi pada bahu biasanya disebabkan oleh

terjadinya pemendekan dan hilangnya elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul

sendi) bahu atau adanya perlengketan antar jariangan akibat adanya reaksi

jaringan fibros.

Pada prinsipnya, untuk meningkatkan luas gerak sendi haruis dilakukan

penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan jaringan yang

kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada

dengan latihan pasif, latihan aktif atau kombinasi keduanya. Pelaksanaan latihan

sebagai berikut :

1. Latihan pasif

Sebelum menyusun program latihan pasif pada nyeri stadium kronis ini,

perlu diadakan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu, yaitu :

a. Sifat nyeri : terus menerus, kadang-kadang, atau hanya saat tertentu

b. Gangguan fungsi yang ada

c. Pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif

d. Isometris melawan tahanan

Codman Pendular Exercise pada mulanya adalah latihan ayunan pasif tetapi

bertujuan utnuk menambahkan luas gerak sendi. Latihan dimodifikasi menjadi

‘active pendular exercise’, dengan menambah beban, latihan ini harus benar-benar

diajarkan kepada penderita dan dapat dilakukan dengan benar (lihat gambar)

Gambar 8. Aktive Pendular Glenohumeral Exercise ( 8 )

Gerakan dimulai dari amplitudo yang kecil meningkat sampai terasa latihan pada

struktur yang memendek atau lengket. Gerak ayunan diarahkan ke arah gerak

35

Page 36: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

yang mengalami pembatasan gerakan abduksi dan eksternal rotasi.

2. Latihan aktif

Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi. Latihan harus

dikerjakan dengan teknik yang benar, berulang-ulang teratur dan

berkesinambungan. Untuk itu perlu penderita diberikan pengertian dan

memahami tujuan dari latihan serta cara melakukannya. Penderita harus

menyadari pentingnya program latihan yang diprogramkan untuknya.

b. Memperkuat otot-otot bahu

Akibat immobilisasi yang lama, otot akan menjadi lebih kecil (atropi) dan

kekuatannya berkurang/menurun. Pada orang sehat, immobilisasi total selama 3

minggu menyebabkan penurunan kekuatan otot sebesar 50 % atau rata-rata tiap

hari 1, 3 – 3, 0 %.

Kekuatan otot dapat diperbaiki dengan latihan yang berulang-ulang

mempergunakan kekuatan maksimum lebih dari 35 %, ketahanan otot dapat

diperbaiki dengan kekuatan maksimum 20 – 40 % dan pengulangan yang relatif

lebih besar. Latihan penguatan lebih ditekankan pada beban yang diberikan,

sedangkan latihan untuk menambah daya tahan lebih ditekankan pada

pengulangan/repetisi. Tahanan yang dipakai dapat berupa pemberat atau secara

manual, sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan dengan fasilitas

yang ada, seperti stick, finger ladder, over head pulley dan lain-lain, yang

membantu menambah luas gerak sendi bahu.

1. Latihan dengan tongkat

Latihan ini cukup sederhana dan murah. Gerakan yang dianjurkan adalah :

a. Pegang tongkat dengan kedua tangan, menggantung di muka/depan.

b. Dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepala sejauh limitasi sendi bahu

memungkinkan.

c. Seperti gerakan no.b, tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri. Perlu

diingat bahwa gerakan berpusat di sendi bahu.

d. Tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian

digerakkan naik-turun,

36

Page 37: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

e. Tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang punggung bawah

kemudian lakukan gerakan berikut :

- menjauhi tubuh

- digerakkan ke atas dan ke bawah

Gambar 9. Latihan dengan tongkat ( 10 )

2. Latihan dengan Wall Climbing Exercise

a. ShoulderAbduction (gambar 9)

Penderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau

dinding. Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang

memanjat dinding.

Gambar 10. (A) Betul (B) Salah (C) Shoulder Flexion ( 10 )

b. Shoulder Flexion (gambar 10.C)

37

Page 38: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Penderita menghadap dinding/Wall Climbing Exercise. Gerakan bahu

fleksi dibantu oleh jari II dan jari III yang memanjat dinding.

3. Clinning Bar

Penderita berdiri dengan keduia tangan memegang Clinning Bar (Palng

antara dua bingkai pintu) bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua

lutut ditekuk, badan turun ke bawah.

Gambar 11. Clinning Bar ( 10 )

4. Overhead Exercise

Dengan katrol ditempatkan di atas kepala, lengan mengalami kelainan

secara pasif dan dielevasi oleh lengan yang sehat atau normal.

Gambar 12. Overhead Exercise ( 2 )

38

Page 39: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

5. Passive External Rotasi of Shoulder

Penderita berdiri menghadap sudut dinding, kedua siku ditekuk. Kedua

lengan masing-masing memang dinding (push-up) anterior kapsuldan pektoralis

akanterulur. Permulaan latihan dengan kedua tangan lurus dengan dada kemudian

kedua tangan naik sampai lengan ekstensi penuh di atas kepala.

Gambar 13. Passive External Rotasi of Shoulder ( 10 )

6. Beberapa latihan untuk penderita nyeri bahu

Latihan A : Penderita tidur terlentang dengan siku di sisi tubuh dan tangan

mengarah ke atas. Eksternal rotasi secara aktif oleh pasien dan secara pasif oleh

terapis. Tahanan boleh diberikan jika lingkup gerak memungkinkan. Latihan ini

dapat dilakukan dengan posisi melawan dinding.

39

Page 40: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

Latihan B : Sama dengan latihan A dengan peningkatan abduksi lengan

Latihan C : Lengan di belakang kepala, gerakan siku ke belakang, kearah lantai

jika berbaring terlentang ; ke dinding jika berdiri.

1. Gambar 14. Beberapa terapi latihan untuk penderita nyeri bahu ( 8 )

40

Page 41: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

BAB IV

KESIMPULAN

1. Jenis nyeri muskuloskleletal yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari

adalah nyeri bahu.

2. Adanya nyeri bahu dapat diikuti dengan gangguan fungsi bahu. Hal ini

merupakan hambatan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, misalnya

bekerja, berolah raga, makan dan minum.

3. Terapi optimal penderita nyeri bahu adalah pencegahan, pengobatan ditujukan

untuk menghilangkan rasa nyeri dan mempercepat kembalinya fungsi bahu.

Pengobatan terdiri dari :

a. Istirahat dan terapi dingin pada stadium akut

b. Pemberian terapi panas

c. Massage

d. Manipulasi dan mobilisasi

e. Terapi latihan

4. Terapi latihan dan modalitas merupakan cara yang efektif untuk mencegah

terjadinya gangguan fungsi sendi bahu. Pada fase akut diperlukan istirahat dan

terapi dingin. Pada fase sub akut dan kronis dapat diberikan terapi panas

( Superfisial : HCP, sinar infra merah ; Dalam : SWD, MWD, USD ) Adapun

terapi latihan yang diberikan misalnya : OHP, finger ladder, shoulder well,

codman pendular exercise, latihan dengan tongkat dan lain-lain.

41

Page 42: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

BAB V

PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur dan puji penyembahan kehadirat Allah

Bapa di Sorga , Tuhan Yesus Kristus bahwa pembuatan tugas akhir ini telah

selesai. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah mambantu dalam menyusun tugas akhir ini.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya khususnya untuk para

fisioterapis.

Surabaya, 2002

Penulis

42

Page 43: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Wells F. Katharine : Kinesiology scientific basic of human motion, editor :

W.B. Saunders company, Philadelphia, London ,Toronto, tahun 1987,

halaman 71-90.

2. Cailliet, R : Shoulder Pain, 1st, editor,FA. Davis company, Philadelphia,

tahun 1981, halaman 38-53.

3. Reyes, TM and Reyes,Obl : Kinesiology, 1st. Editor, ust printing office,

Manilla, tahun 1978, halaman 50-73.

4. Effendi, Z : Nyeri bahu, seksi rematologi, lab UPF ilmu penyakit dalam

FK UNAIR. RSUD Dr. Sutomo Surabaya, editor TITAFI VII Surabaya,

tahun 1989, halaman 1.

5. Rocman, F : Sindroma Nyeri Bahu Intrinsik, ed TITAFI VII, Surabaya,

tahun 1989, halaman 1-17.

6. Santoso, B : Anatomi Fungsional Sendi Bahu, UPF Rehabilitasi Medik

RSUD Dr. Sutomo Surabaya,ed TITAFI VII, Surabaya, tahun 1989,

halaman 1-11.

7. Soekarno : Data kasus nyeri bahu dengan terapi latihan, UPF Rehabilitasi

Medik RSUD Dr. Sutomo Surabaya, ed TITAFI VII Surabaya, tahun

1989, halaman 1-9.

8. Sujudi : Fisioterapi Pada Nyeri Bahu dengan terapi latihan, UPF

Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Sutomo Surabaya.ed TITAFI VII,

Surabaya, tahun 1989, halaman 1-27.

1

Page 44: 68959113-48033614-NYERI-BAHU

9. Suhardi : Fisioterapi Pada Penderita Nyeri Bahu, UPF Rehabilitasi Medik

RSUD Dr, Sutomo Surabaya , ed TITAFI VII Surabaya, tahun 1989,

halaman 1-13.

10. Sukarno : Program Latihan di rumah Pada Penderita Nyeri Bahu, UPF

Rehabilitasi Medik Dr. Sutomo Surabaya , ed TITAFI VII Surabaya,tahun

1989, halaman 16-20.

11. Nordin, M and Frankel H victor : Basic Biomechanic of the

Muskuloskeletal system. Lea and Febriger Philadelphia, London , tahun

1989 , halaman 225-234.

12. Soekarno, : Psycal Examination of the Shoulder, Surabaya, tahun 1993,

halaman 2-4 dan 11-17.

13. Rasch, J Philip and Buke , K Roger : Kinesiology and Applied Anatomy,

editor lea and febriger Philadelphia, tahun 1982, halaman 147-177.

2