68440878-KLORAMFENIKOL

4
KLORAMFENIKOL Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol memiliki nama kimia 1- (pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol, rumus molekul C 11 H 12 C l2 N 2 O 5 dan memiliki struktur: Hubungan Struktur dengan Aktivitas Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang mempunyai dua unsur struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus nitro aromatik dan residu diklor asetil. Gugus R pada turunan kloramfenikol berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus. Kloramfenikol (R=NO2) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphyllococcus aureus yang optimal. Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas optimal, harus diperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat dan mempunya sifat lipofilik lemah. Turunan kloramfenikol yang mempunyai gugus trifluoro lebih aktif daripada kloramfenikol terhadap E. coli. Turunan yang gugus hidroksilnya pada C3 terdapat sebagai ester juga digunakan dalam terapi Mekanisme Aksi Bacteriostatis terhadap hampir semua kuman Gram positif fan sejumlah kuman Gram negatif. Langkah-langkah mekanisme aksinya dalam menghambat sintesis protein: 1. Kloramfenikol berikatan pada sub unit 50s ribosom RNA 70s.

Transcript of 68440878-KLORAMFENIKOL

Page 1: 68440878-KLORAMFENIKOL

KLORAMFENIKOL

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai aktifitas

bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol memiliki nama kimia 1-

(pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol, rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki

struktur:

Hubungan Struktur dengan Aktivitas

Kloramfenikol merupakan senyawa fenil propan tersubstitusi yang mempunyai dua unsur

struktur tidak lazim untuk bahan alam yaitu suatu gugus nitro aromatik dan residu diklor asetil.

Gugus R pada turunan kloramfenikol berpengaruh pada aktivitasnya sebagai anti bakteri

Staphylococcus aureus. Kloramfenikol (R=NO2) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Staphyllococcus aureus yang optimal.

Untuk mendapatkan senyawa turunan kloramfenikol baru dengan aktivitas optimal, harus

diperhatikan agar gugus R bersifat penarik elektron kuat dan mempunya sifat lipofilik lemah.

Turunan kloramfenikol yang mempunyai gugus trifluoro lebih aktif daripada kloramfenikol

terhadap E. coli. Turunan yang gugus hidroksilnya pada C3 terdapat sebagai ester juga

digunakan dalam terapi

Mekanisme Aksi

Bacteriostatis terhadap hampir semua kuman Gram positif fan sejumlah kuman Gram

negatif. Langkah-langkah mekanisme aksinya dalam menghambat sintesis protein:

1. Kloramfenikol berikatan pada sub unit 50s ribosom RNA 70s.

Page 2: 68440878-KLORAMFENIKOL

2. Kloramfenikol meningkatkan ikatan persenyawaan aminoasil molekul tRNA bermuatan

ke aseptor mRNA ribosom tapi ikatan kodon tRNA tidak terpengaruh.

3. Aminoasil yang tidak menyatu sempurna pada aseptor menghambat reaksi transpeptidase

yang dikatalisis enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada

proses sintesis protein kuman karena peptida pada donor kompleks ribosom tidak

ditransfer ke asam amino reseptornya (Katzug, 2000).

Metabolisme

Kloramfenikol dimetabolisme di hepar, terutama berkonjugasi dengan asam glukoronat,

sehingga waktu paruh memanjang pada pasien dengan gangguan faal hati. Sebagian di reduksi

menjadi senyawa arilamin yang tidak aktif lagi. Dalam waktu 24 jam, 80-90% kloramfenikol

yang diberikan oral diekskresikan melalui ginjal tetapi hanya sekitar 5-15% dari dosis oral yang

diekskresikan dalam bentuk aktif melalui urin. Sisanya terdapat dalam bentuk glukoronat atau

hidrolisat lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama melalui filtrat

glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus. Reaksi biotransformasi lain adalah

reduksi gugus nitro menjadi amino dan hidrolisis ikatan amida.

Waktu paruh kloramfenikol adalah sekitar 1,5-4 jam pada orang dewasa dengan fungsi

hati dan ginjal yang normal. Waktu paruh kloramfenikol dalam plasma darah akan meningkat

pada pasien dengan fungsi hati yang kurang baik. Dalam hal ini kloramfenikol perlu

pengurangan dosis. Pada pemberian kloramfenikol secara intra vena, pasien dengan gagal ginjal

akan memiliki konsentrasi kloramfenikol yang lebih tinggi karena ekskresi ester suksinat melalui

ginjal berkurang. Konsentrasi kloramfenikol dalam darah tidak dipengaruhi peritoneal dialysis

dan hanya sejumlah kecil obat yang hilang oleh hemodialisis.

Kloramfenikol termasuk dalam obat yang mengalami metabolisme fase I (reaksi

fungsionalisasi). Pada reaksi ini, kloramfenikol termasuk dalam reaksi oksidasi dimana terjadi

penambahan gugus OH. Pada metabolisme fase I terjadi penambahan gugus fungsional tertentu

yang bersifat polar, seperti OH, COOH, NH2, dan SH ke struktur molekul senyawa. Metabolisme

fase I mengubah obat yang bersifat lipofil menjadi obat yang bersifat hidrofil dengan

menambahkan produk polar. Sedangkan metabolisme fase II mengubah obat yang bersifat

hidrofil menjadi obat yang bersifat sangat hidrofil, akibatnya obat akan dikeluarkan melalui

ginjal dalam bentuk urin (Siswandono dan Bambang, 2000). Kloramfenikol termasuk ke dalam

Page 3: 68440878-KLORAMFENIKOL

obat yang mengalami bioaktivasi pada metabolisme fase I dan mengalami bioinaktivasi pada

metabolisme fase II.

a. Bioaktivasi

Kloramfenikol mengalami oksidasi dengan penambahan gugus OH menjadi turunan

oksamil klorida yang aktif sebagai antibiotik. Kloramfenikol yang bersifat lipofil ini

mengalami perubahan menjadi obat yang bersifat hidrofil karena adanya penambahan gugus

polar, yaitu gugus OH. Akibatnya, 5-10% kloramfenikol yang dalam bentuk aktif (turunan

oksamil klorida) dapat diekskresi oleh ginjal melalui urin. Bentuk aktif kloramfenikol

diekskresi terutama melalui filtrat glomerulus (Tim Penyusun, 2008).

b. Bioinaktivasi

Kloramfenikol yang telah bersifat hidrofil (turunan oksamil klorida) kembali mengalami

konjugasi (metabolisme fase II) dengan asam glukuronat oleh enzim glukuronit transferase

menjadi obat yang sangat hidrofil (turunan asam oksamat). Akibatnya, 80-90%

kloramfenikol yang sangat hidrofil (turunan asam oksamat) diekskresi melalui ginjal dalam

bentuk urin (Tim Penyusun, 2008).

Skema biotransformasi kloramfenikol:

Penggunaan

1. Kloramfenikol bekerja sebagai antibiotik.

2. Kloramfenikol dapat digunakan sebagai obat demam tifoid (demam yang disebabkan oleh

S.typhi), meningitis purulenta (penyakit yang disebabkan oleh H. influenzae, S.

pneumoniae, dan N. meningitidis) alternative obat ketika tidak cocok diobati dengan

Page 4: 68440878-KLORAMFENIKOL

cephalosporin atau penisilin, ricketsiosis (penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia yang

biasanya berhubungan dengan bakteri Pseudomonas apiseptica) alternative obat ketika

tidak cocok dengan tetrasiklin .

3. Indikasi untuk infeksi salmonella (penyebab tifus dan paratifus)

4. Tidak boleh digunakan untuk bayi lahir, pasien dengan gangguan hati dan pasien yang

hipersensitif terhadap kloramfenikol.

5. Sebaiknya bila masih ada antibiotic yang lebih aman dan efektif, kloramfenikol dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Katzug, Bertram G.,2000, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.

Siswandono, dan Bambang Soekarjo. 2000. Kimia Medisinal Edisi I. Airlangga university Press.

Surabaya.

Tim Penyusun. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik. Universitas Indonesia. Jakarta.