PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17660/2/088114029_Full.pdf ·...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17660/2/088114029_Full.pdf ·...
-
i
VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)-
DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL
DAN LIDOKAIN HCl SEBAGAI ZAT AKTIF DI DALAM OBAT TETES
TELINGA COLME®
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Regina Clarissa
NIM : 088114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)-
DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL
DAN LIDOKAIN HCl SEBAGAI ZAT AKTIF DI DALAM OBAT TETES
TELINGA COLME®
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Regina Clarissa
NIM : 088114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk yang tersayang,
Mami, Papa, Vania, Rio
Sahabat-sahabatku, serta
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)-Densitometri pada Penetapan Kadar Kloramfenikol dan Lidokain HCl
Sebagai Zat Aktif di dalam Obat Tetes Telinga Colme®. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm).
Selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skrispsi ini, penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa bimbingan,
dukungan, semangat, kritik, dan saran yang membangun. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, perhatian, semangat, kritik, dan saran selama penelitian dan
penyusunan naskah.
3. Ibu Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji atas segala arahan,
masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
4. Ibu Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si., selaku dosen penguji atas segala
arahan, masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Universitas
Sanata Dharma atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di
laboratorium Kimia Analisis Intrumental.
6. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing akademik atas
pendampingannya dari semester satu.
7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang diberikan,
sehingga berguna dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak Siswanto Tanuatmojo, selaku Manager Research and Development
PT. Interbat atas pemberian baku kloramfenikol, baku lidokain HCl, dan
sampel obat tetes telinga Colme®.
9. Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, selaku laboran yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian di laboratorium.
10. Pak Otok, atas bantuannya dalam pengadaan bahan-bahan yang diperlukan
selama penelitian.
11. Lele dan Felicia sebagai teman seperjuangan satu judul dalam penyelesaian
penelitian ini, atas kebersamaan, semangat, keceriaan, nasehat, dan
dukungannya selama ini di laboratorium dan kuliah.
12. Sari, Tere, Wiwie sebagai teman satu kelompok skripsi kloram-lido atas
kebersamaan, semangat, dan keceriaan selama di laboratorium maupun
kuliah.
13. Novi, Cure, Citra, Susan, Susi, Nona, Ayesa, Amel, Dina, sebagai teman
satu bimbingan skripsi atas kebersamaan, semangat, dan keceriaan selama
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
14. Rika, Meimei, Bravo, Lala, Elya, Widi, Metri, Lisu untuk kebersamaan,
keceriaan dan semangat selama ini.
15. Apostolos Family atas kebersamaan, keceriaan, dan persekutuan di PMK
selama ini.
16. Teman-teman kelompok praktikum A, khususnya kelompok A2, dan teman-
teman angkatan 2008 atas semangat, kerja sama, dan kebersamaannya
selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skrispi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perkembangan selanjutnya.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………….................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….....…... iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..…….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………….………………………..…….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………..……... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………….………… vii
PRAKATA…………………………………………………….………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………….………. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………….…………. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………….……….... xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..…….... xviii
INTISARI………………………………………………….…….....…..... xx
ABSTRACT………………………………………………………..…....... xxi
BAB I PENGANTAR………………………………………….…...….... 1
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
1. Permasalahan……………………………………………….…... 3
2. Keaslian Penelitian……………………………………………… 3
3. Manfaat Penelitian……………………………………………… 4
B. Tujuan………………………………………………………………. 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………..………..…. 5
A. Kloramfenikol………………………………………………............. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
B. Lidokain HCl……………………………………………….……….. 6
C. Obat Tetes Telinga………………………………………………….. 7
D. Obat Tetes Telinga Colme®………………………………………… 7
E. Kromatografi Lapis Tipis…………………………………………… 8
1. Tinjauan umum……………………………………….………… 8
2. Sistem kromatogfrafi lapis tipis……....……………..………….. 12
F. Densitometer…………………………………………….………….. 15
G. Validasi Metode……………………………………….………......... 16
1. Tinjauan umum……………………………………….………… 16
2. Parameter validasi……………………………………….……… 18
H. Landasan Teori……………………………………………………... 21
I. Hipotesis……………………………………………………………. 22
BAB III METODE PENELITIAN…………………....………….. 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………. 23
B. Variabel Penelitian…………………………………………………. 23
C. Definisi Operasional………………………………………………... 23
D. Bahan Penelitian……………………………………………………. 24
E. Alat Penelitian……………………………………………………… 24
F. Tata Cara Penelitian………………………………………………… 25
1. Pembuatan fase gerak................................................................... 25
2. Pembuatan larutan baku kloramfenikol........................................ 25
3. Pembuatan larutan baku lidokain HCl.......................................... 25
4. Pembuatan larutan baku campuran kloramfenikol:lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
(1:10)............................................................................................ 25
5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan
lidokain HCl................................................................................. 26
6. Pembuatan kurva baku.................................................................. 26
7. Penentuan recovery dan Koefisien Variasi (KV) baku tunggal... 27
8. Penentuan recovery dan KV baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl 300:3000 ng, 600:6000 ng, dan
900:9000 ng.................................................................................. 27
9. Penentuan recovery dan KV adisi baku dalam sampel................. 28
G. Analisis Hasil...................................................................................... 30
1. Selektivitas.................................................................................... 30
2. Linearitas....................................................................................... 30
3. Akurasi.......................................................................................... 30
4. Akurasi adisi baku dalam matriks sampel..................................... 30
5. Presisi............................................................................................ 30
6. Range............................................................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 32
A. Pembuatan Fase Gerak........................................................................ 32
B. Pembuatan Larutan Baku.................................................................... 32
C. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan...................................... 33
D. Analisis Kualitatif............................................................................... 36
E. Pembuatan Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl................ 41
F. Validasi Metode Analisis.................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
1. Selektivitas.................................................................................... 44
2. Linearitas....................................................................................... 45
3. Akurasi.......................................................................................... 46
4. Presisi............................................................................................ 48
5. Range............................................................................................ 50
6. Akurasi dan presisi adisi baku kloramfenikol dan lidokain HCl
dalam sampel................................................................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 56
A. Kesimpulan......................................................................................... 56
B. Saran.................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 57
LAMPIRAN............................................................................................... 60
BIOGRAFI PENULIS............................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai indeks polaritas pelarut.................................................. 14
Tabel II. Parameter analisis validasi metode......................................... 18
Tabel III. Kriteria rentang recovery yang dapat diterima....................... 19
Tabel IV. Kriteria KV yang dapat diterima............................................ 20
Tabel V. Data replikasi kurva baku kloramfeikol................................. 42
Tabel VI. Data replikasi kurva baku lidokain HCl................................. 42
Tabel VII. Nilai Rs sampel....................................................................... 45
Tabel VIII. Data recovery baku tunggal.................................................... 46
Tabel IX. Data recovery baku campuran kloramfenikol:lidokain HCl
(1:10)...................................................................................... 47
Tabel X. Data koefisen variasi (KV) baku tunggal............................... 48
Tabel XI. Data Koefisien Variasi (KV) baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl (1:10)......................................... 49
Tabel XII. Recovery dan KV adisi baku kloramfenikol dalam sampel.... 54
Tabel XIII. Recovery dan KV adisi baku lidokain HCl dalam sampel..... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kloramfenikol........................................................... 5
Gambar 2. Struktur lidokain HCl............................................................. 6
Gambar 3. Obat tetes telinga Colme®...................................................... 8
Gambar 4. Retardation Factor (Rf)......................................................... 12
Gambar 5. Struktur silika gel................................................................... 13
Gambar 6. Densitometer.......................................................................... 16
Gambar 7. Gugus kromofor dan auksokrom pada kloramfenikol (A)
dan lidokain HCl (B).............................................................. 34
Gambar 8. Spektra kloramfenikol (300, 600, dan 900 ng) dan lidokain
HCl (3000, 6000, dan 9000 ng)............................................. 36
Gambar 9. Perbandingan nilai Rf baku kloramfenikol dan lidokain HCl
dengan Rf sampel................................................................... 38
Gambar 10. Interkasi kloramfenikol dengan fase diam silika gel............. 39
Gambar 11. Interkasi lidokain dengan fase diam silika gel....................... 39
Gambar 12. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak toluena:
n-heksana:metanol:dietilamin (19,75;3,75;5;1,5).................. 40
Gambar 13. Interaksi lidokain dengan fase gerak toluena:
n-heksana:metanol:dietilamin (19,75;3,75;5;1,5).................. 40
Gambar 14. Kurva hubungan antara jumlah kloramfenikol (ng) dan
AUC (replikasi II hasil modifikasi)....................................... 43
Gambar 15. Kurva hubungan antara jumlah lidokain HCl (ng) dan AUC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
(replikasi II)........................................................................... 43
Gambar 16. Kromatogram sampel............................................................. 45
Gambar 17. Range jumlah kloramfenikol................................................. 50
Gambar 18. Range jumlah lidokain HCl................................................... 51
Gambar 19. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku
kloramfenikol......................................................................... 52
Gambar 20. Kromatogram sampel dengan penambahan baku
kloramfenikol......................................................................... 52
Gambar 21. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku lidokain
HCl......................................................................................... 53
Gambar 22. Kromatogram sampel dengan penambahan baku lidokain
HCl......................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. CoA kloramfenikol........................................................... 60
Lampiran 2. CoA lidokain HCl............................................................. 61
Lampiran 3. Sistem densitometer.......................................................... 62
Lampiran 4. Data penimbangan bahan.................................................. 62
Lampiran 5. Spektra kloramfenikol (300, 600, 900 ng) dan lidokain
HCl (3000, 6000, 9000 ng)............................................... 64
Lampiran 6. Kromatogram baku kloramfenikol 300 ppm (replikasi
2)....................................................................................... 66
Lampiran 7. Kromatogram baku lidokain HCl 3000 ppm (replikasi
2)....................................................................................... 68
Lampiran 8. Data kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl............ 70
Lampiran 9. Kromatogram sampel dan perhitungan nilai resolusi
sampel............................................................................... 70
Lampiran 10. Kromatogram presisi dan akurasi baku tunggal
kloramfenikol.................................................................... 71
Lampiran 11. Kromatogram presisi dan akurasi baku tunggal lidokain
HCl.................................................................................... 75
Lampiran 12. Presisi dan akurasi baku tunggal kloramfenikol............... 78
Lampiran 13. Presisi dan akurasi baku tunggal lidokain HCl................. 80
Lampiran 14. Kromatogram presisi dan akurasi baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl (1:10)................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xix
Lampiran 15. Presisi dan akurasi baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl (1:10)................................... 87
Lampiran 16. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku................ 89
Lampiran 17. Kromatogram sampel dengan penambahan baku............. 93
Lampiran 18. Presisi akurasi adisi baku kloramfenikol dalam sampel... 97
Lampiran 19. Presisi akurasi adisi baku lidokain HCl dalam sampel..... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xx
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan validasi metode yang akan
digunakan untuk melakukan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl
yang merupakan zat aktif di dalam obat tetes telinga Colme®. Penelitian ini
merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif. Metode yang digunakan
adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri dengan fase diam silika gel
60 F254 dan fase gerak hasil optimasi yaitu toluena:n-heksana:metanol:dietilamin
(19,75:3,75:5:1,5).
Parameter validasi yang diteliti meliputi selektivitas, linearitas, akurasi,
presisi, dan range. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode KLT-
densitometri telah memenuhi parameter selektivitas dengan nilai Rs = 2,95,
linearitas dengan nilai r = 0,9998 (kloramfenikol) dan 0,9997 (lidokain HCl).
Recovery untuk kloramfenikol 300 dan 600 ng masing-masing adalah 92,39-
103,01% dan 91,29-1-3,13% , serta lidokain HCl 6000 ng dengan recovery
95,97-104,38% telah memenuhi parameter akurasi. KV untuk kloramfenikol
300, 600, dan 900 ng masing-masing adalah 4,66; 5,08; dan 4,92%, serta
lidokain HCl 6000 ng dengan KV 3,78% telah memenuhi parameter presisi.
Range 300-600 ng untuk kloramfenikol dan tidak ditemukan range untuk
lidokain HCl, namun hanya pada satu titik yaitu 6000 ng untuk lidokain HCl.
Kata kunci: kloramfenikol, lidokain HCl, KLT-densitometri, validasi metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xxi
ABSTRACT
The purpose of this study is to validate the method which will be used
to perform the assay of chloramphenicol and lidocaine HCl which are the active
substances in the Colme® ear drop. This study is a non-experimental descriptive
study. The method that is used is Thin Layer Chromatography (TLC)-
densitometry using silica gel 60 F254 for the stationary phase and the
optimization of mobile phase toluene:n-hexane:methanol:diethylamine
(19,75:3,75:5:1,5).
Validation parameters which are examined in this study are selectivity,
linearity, accuracy, precision, and range. The results showed that TLC-
densitometry method has complied selectivity with Rs value = 2,95 and linearity
with r = 0,9998 (chloramphenicol) and r = 0,9997 (lidocaine HCl). Recovery for
chloramphenicol 300 and 600 ng are 92,39-103,01% and 91,29-1-3,13%, and
recovery for lidocaine HCl 6000 ng is 95,97-104,38% have complied the
parameter of accuracy. CV values for chloramphenicol 300, 600, 900 ng are
4,66; 5,08; and 4,92%, and CV for lidocaine HCl 6000 ng is 3,78% have
complied the parameter of precision. Range 300-600 ng for chloramphenicol and
range for lidocaine HCl is not found, but there is just one point 6000 ng for
lidocaine HCl.
Key words: chloramphenicol, lidocaine HCl, TLC-densitometry, method
validation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Antibiotik merupakan obat antiinfeksi yang secara drastis telah berhasil
menurunkan morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga
penggunaan antibiotik meningkat secara tajam. Salah satu penyakit infeksi yang
cukup tinggi prevalensinya di Indonesia adalah Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) yaitu 3%. Angka ini termasuk tinggi menurut WHO karena ada di
kisaran 2-4% (Anonima, 2010).
Pengobatan penyakit infeksi telinga biasanya menggunakan obat tetes
telinga. Obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara
meneteskan ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan
menggunakan pembawa bukan air (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995).
Obat tetes telinga yang akan dianalisis adalah Colme®. Di dalam
penelitian ini, penulis akan melakukan penjaminan mutu terhadap obat tetes
telinga Colme®
. Penjaminan mutu dapat dilakukan dengan menetapkan kadar
senyawa-senyawa yang terdapat di dalam obat tetes telinga Colme®, yaitu
kloramfenikol dan lidokain HCl, sehingga diperoleh jaminan bahwa kadar yang
terukur sama dengan kadar yang tertera di dalam kemasan.
Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
propilenglikol, aseton, dan etil asetat. Kloramfenikol memiliki pH antara 4,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dan 7,5 (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Kloramfenikol memiliki pKa 5,5; log P sebesar 1,1; dan panjang gelombang
maskimum kloramfenikol di dalam air adalah 278 nm ( =298) (Clarke,
1986).
Lidokain HCl memiliki pH antara 5 dan 7 (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). PKa lidokain HCl adalah 7,86 dan
panjang gelombang maskimun di larutan asam adalah 263 nm ( =19). Satu
bagian lidokain HCl larut dalam 0,7 bagian air, 1,5 bagian etanol, 40 bagian
kloroform, dan tidak larut dalam eter (Clarke, 1986).
Secara umum, penggunaan kromatografi untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif teridiri dari kromatografi kolom, gas, kertas, lapis tipis, dan KCKT
(United States Pharmacopeial Convention, 1995). Di dalam penelitian ini,
metode yang dipilih adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri karena
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif, serta memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
atau kromatografi gas, yaitu pemilihan fase gerak lebih fleksibel, lebih mudah,
terdapat beberapa macam teknik optimasi pemisahan seperti pengembangan dua
dimensi, pengembangan bertingkat, dan pembaceman fase diam dapat dilakukan
pada KLT, serta semua komponen dalam sampel dapat terdeteksi (Rohman,
2009).
Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian dalam rangka
penjaminan mutu obat tetes telinga Colme® yang terdiri dari optimasi, validasi
metode, dan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
telinga Colme®
. Di dalam penelitian ini, penulis mengambil bagian pada tahap
validasi metode. Validasi metode adalah proses mendokumentasikan atau
membuktikan metode analisis yang digunakan dapat memberikan data analisis
yang acceptable untuk penggunaan yang dimaksudkan (Christian, 2004).
Validasi ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa metode
analisis dengan sistem yang telah dioptimasi sebelumnya, yaitu fase gerak
toluena:n-heksana:metanol:dietilamin (19,75:3,75:5:1,5) dan fase diam silika gel
60 F254 (Hernat, 2011), telah memenuhi parameter-parameter validasi yaitu
selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range, sehingga dapat memberikan
hasil analisis yang valid. Oleh karena itu, tahap validasi metode KLT-
densitometri ini sangat penting untuk dilakukan sebelum melakukan
penetepakan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga
Colme®.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh permasalahan yaitu
apakah metode KLT-densitometri untuk penetapan kadar kloramfenikol dan
lidokain HCl sebagai zat aktif di dalam obat tetes telinga Colme®
memenuhi
parameter-parameter validasi yang meliputi selektivitas, linearitas, akurasi,
presisi, dan range?
2. Keaslian penelitian
Penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl yang pernah
dilakukan adalah penetapan kadar secara tunggal. Di dalam jurnal karya Vovk
dan Simonovska (2005), pengembangan dan validasi metode KLT-densitometri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
untuk menetapkan kadar residu kloramfenikol di peralatan farmasetika
menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksana:etil asetat (35:65
v/v). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002), pemisahan
lidokain dilakukan menggunakan KLT dengan fase gerak
hexana:toluena:dietilamin dengan perbandingan 65:20:5.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan validasi
metode KLT-densitometri untuk menetapkan kadar kloramfenikol dan lidokain
HCl di dalam campuran yang belum pernah dilakukan pada penelitian
sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmiah tentang penggunaan metode KLT-densitometri pada
penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam campuran.
b. Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range metode
KLT-densitometri untuk penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
obat tetes telinga Colme®
.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa metode KLT-
densitometri telah memenuhi parameter-parameter validasi yaitu selektivitas,
linearitas, akurasi, presisi, dan range, sehingga dapat digunakan untuk penetapan
kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam obat tetes telinga Colme®.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kloramfenikol
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih
dari 103,0% C11H12Cl2N2O5. Obat tetes telinga kloramfenikol mengandung tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari yang tertera
pada etiket. Pemerian dari kloramfenikol adalah hablur halus berbentuk jarum
atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan,
larutan praktis netral terhadap lakmus P, dan stabil dalam larutan netral atau
larutan agak asam. Kloramfenikol memiliki pH antara 4,5 dan 7,5 (Direktorat
Jendral pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Kloramfenikol memiliki pKa
5,5; log P sebesar 1,1; dan panjang gelombang maskimum kloramfenikol di
dalam air adalah 278 nm ( =298) (Clarke, 1986). Kloramfenikol larut dalam
air, sangat larut dalam alkohol, dan di dalam propilenglikol (The British
Pharmacopoeia Commission, 2011).
Gambar 1. Struktur kloramfenikol (Anonim
a, 2011)
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang semula berasal dari sejenis
Streptomyces, namun kemudian dibuat secara sintesis. Kloramfenikol dapat
berkhasiat sebagai bakteriostatis dan bakterisida. Mekanisme kerjanya dengan
menghambat sintesis protein pada bakteri (Tjay Tan dan Rahardja, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
B. Lidokain HCl
Lidokain HCl mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari
102,5% C14H22N2O.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat. Larutan topikal lidokain
HCl mengandung C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pemerian dari lidokain HCl adalah
serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit. Lidokain HCl sangat
mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, dan tidak larut
dalam eter (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Lidokain
HCl memiliki pH 4,5-5 dan titik leleh 74-79 o
C (The British Pharmacopoeia
Commission, 2011). Lidokain HCl memiliki pKa 7,9 dan panjang gelombang
maskimun di larutan asam yaitu 263 nm ( =19) (Clarke, 1986).
Gambar 2. Struktur lidokain HCl (Anonim
b, 2010)
Lidokain (otopain) adalah zat pemati rasa lokal yang pada kulit dan
selaput lendir mampu menghalangi rasa nyeri, perasaan terbakar, dan gatal.
Terdapat dalam tetes telinga 0,5%, tetapi tidak digunakan pada perforasi selaput
gendang dan pada radang telinga atau congek. Berhubung tidak mengakibatkan
hipersensitasi, lidokain banyak digunakan dalam banyak sediaan topikal (Tjay
Tan dan Rahardja, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
C. Obat Tetes Telinga
Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau
obat atau bahan obat dan obat terlarut, teremulsi atau tersuspensi, ditakar
berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum, dan diisikan ke dalam
wadah bertakaran ganda. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga,
dinamakan tetes telinga (otoguttae) (Voigt, 1994).
Obat tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara
meneteskan ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan
menggunakan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus
mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding
telinga, umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol, dapat juga digunakan
etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati (Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1974).
D. Obat Tetes Telinga Colme®
Obat tetes telinga Colme® kemasan botol 8 mL yang diproduksi oleh
PT. Interbat mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4%. Indikasi
untuk pengobatan otitis ekterna dan media dan dosis pemakaian 1-2 tetes, 3-4
kali sehari untuk anak-anak dan dewasa (Anonimb, 2011). Kontra indikasi bagi
penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol dan lidokain HCl, serta
perforasi membran timpani. Colme® disimpan dalam kondisi tertutup, di bawah
25oC, jangan disimpan dalam lemari pembeku, terlindung dari cahaya matahari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
hindari terjadinya kontaminasi, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak
(Anonimc, 2011).
Gambar 3. Obat tetes telinga Colme
® (Anonim
c, 2011)
E. Kromatografi Lapis Tipis
1. Tinjauan umum
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut
oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua
fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam
arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul, atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing
zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat
terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau
gas yang disebut eluen. Fase diam dapat berfungsi sebagai penjerap, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, resin penukar ion,
atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut, sehingga terjadi partisi antara fase
diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini, suatu lapisan cairan pada suatu
penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan
mekanisme pemisahan yang utama dalam kromatografi cair-gas, kromatografi
kertas, dan bentuk kromatografi kolom yang disebut kromatografi cair-cair.
Dalam praktek, sering kali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek
adsorpsi dan partisi (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI,
1995).
Kromatografi digunakan secara luas untuk mengenali ada atau tidak
adanya komponen dalam campuran yang mengandung senyawa dalam jumlah
terbatas yang telah diketahui identitasnya. Kromatografi kuantitatif didasarkan
pada perbandingan tinggi atau area puncak analit dengan satu atau lebih standar.
Jika kondisi dikendalikan dengan benar, kedua parameter ini bervariasi secara
linear dengan konsentrasi (Skoog, West, and Holler, 1994).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c)
kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion; (e) kromatografi
eksklusi ukuran; dan (f) kromatografi afinitas. Berdasarkan pada alat yang
digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a) kromatografi kertas; (b)
kromatografi lapis tipis, yang keduanya disebut dengan kromatografi planar; (c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); dan (d) kromatografi gas (KG)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi lapis tipis adalah bagian dari kromatografi planar yang
secara luas digunakan untuk analisis kualitatif dan dapat juga digunakan untuk
analisis kuantitatif (Christian, 2004). Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik
pemisahan dengan fase diam yang mengandung material tertentu yang tersebar
secara merata sebagai suatu lapisan yang tipis di pelat yang berupa gelas, logam,
atau plastik. (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).
Ismailoff dan Schraiber mengembangkan teknik kromatografi lapis tipis
(KLT) pada tahun 1983 yang disebut juga sebagai kromatografi kolom terbuka.
Metode ini sederhana, pemisahannya cepat, dan sensitif. Kelebihan lain adalah
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan. Untuk
analisa kuantitatif dapat digunakan plot fotodensitometer (Khopkar, 1990).
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh
hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil mungkin dan
sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika
sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih
daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan
lebih dari 15 μL. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebakan bercak
yang menyebar dan puncak ganda (Gandjar dan Rohman, 2007).
Sampel ditotolkan di atas pelat dengan mikropipet dan dikembangkan
dengan meletakkan bagian bawah dari pelat, bukan totolan sampel, dan di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
fase gerak yang sesuai. Fase gerak akan terelusi dengan adanya gaya kapilaritas,
dan senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel akan bergerak naik dengan
kecepatan yang berbeda sesuai dengan kelarutannya dan afinitasnya terhadap
fase diam (Pecsok, Shields, Cairns, and McWilliam, 1976).
Pelat dengan indikator fluoresensi memfasilitasi untuk visualisasi
senyawa yang mengabsorbsi sinar UV. Fluoresensi hijau diproduksi oleh zinc
silikat teraktifasi mangan dan fluoresensi biru dihasilkan oleh magnesium
tungstat yang terkandung di fase diam. Bagaimanapun, hanya magnesium
tungstat yang stabil terhadap asam. Beberapa pelat memiliki kode “F” untuk
fluoresensi dan menjadi indikasi panjang gelombang eksitasi (Spangenberg,
Poole, and Weins, 2010).
Gambar 4. Retardation Factor (Rf) (Anonim
c, 2010)
A. Jarak yang ditempuh zat terlarut B. Jarak yang ditempuh fase gerak
Perbandingan antara jarak yang ditempuh zat terlarut dan jarak yang
ditempuh oleh fase gerak disebut dengan Retardation factor (Rf), dengan rumus
sebagai berikut:
(1) (Dean, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
2. Sistem kromatografi lapis tipis
a. Fase diam. Silika gel adalah fase diam yang paling sering digunakan
daripada fase diamnya lainnya. Lapisan silika gel terdiri dari partikel yang
sangat kecil, sangat rapat, ukuran partikelnya yang seragam (6-13 μm), halus,
dan homogen. Bahan pengikat untuk serbuk silika gel adalah 5-20% kalisum
sulfat hemihidrat dan gipsum (silika gel G) yang berfungsi untuk meningkatkan
kohesi dari partikel adsorben dan meningkatkan adesi lapisan adsorben ke pelat
(Dean, 1995).
Semua silika gel adalah silikon dioksida dari sudut pandang kimia.
Masing-masing atom silikon dikelilingi oleh empat atom oksigen dengan bentuk
tetrahedron. Pada permukaan silika gel, elektron valensi dari oksigen
terhubungkan dengan hidrogen (Si-OH, gugus silanol) atau dengan atom silikon
lainnya (Si-O-Si, gugus siloksan). Semua silika gel memiliki densitas yang
seragam pada gugus silanol yaitu sekitar 8 μmoles/m2. Gugus silanol mewakili
pusat permukaan adosorpsi-aktif yang mampu berinteraksi dengan molekul
sampel. Oleh karena itu, silika gel cocok sebagai fase diam di dalam
kromatografi. Kemampuan gugus silanol untuk bereaksi secara kimia dengan
reagen yang sesuai dapat digunakan untuk modifikasi permukaan silika gel
(Kowalska, 1996).
Partikel silika gel mengandung gugus hidroksi pada permukaannya
yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul yang polar. Adanya air
yang teradsorbsi akan mencegah molekul polar untuk membentuk ikatan
hidrogen, sehingga silika gel harus diaktifkan dengan pemanasan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
menghilangkan air yang teradsorbsi (Christian, 2004). Kandungan air yang ideal
adalah antara 11-12 % b/b (Rohman, 2009).
Gambar 5. Struktur silika gel (Hauck and Mack, 1996)
b. Fase gerak. Pemilihan sistem fase gerak untuk menyempurnakan
pemisahan yang dikehendaki mungkin melibatkan sejumlah percobaan, tetapi
pemilihan fase gerak tidak terlalu dibatasi dengan pertimbangan adanya
gangguan respon detektor atau kemungkinan buruknya fase diam. Sistem fase
gerak biasanya terdiri dari dua campuran komponen dari air dan pelarut organik
polar yang larut air (Dean, 1995). Berikut adalah beberapa petunjuk dalam
memilih dan mengoptimasi fase gerak:
1) Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sangat sensitif.
2) Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa, sehingga harga Rf terletak
antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3) Untuk memisahkan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga
mentukan harga Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti
dietil eter ke dalam pelarut seperti metal benzen akan meningkatkan harga Rf
secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
4) Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan
perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam metanoat atau ammonia
masing-masing akan meningkatkan solut-solut yang bersifat basa dan asam
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Di dalam kromatografi adsorbsi, kekuatan elusi fase gerak meningkat
seiring dengan meningkatnya polaritas (misalnya dari heksana ke aseton ke
alkohol ke air). Fase gerak tunggal, atau paling banyak dua atau tiga larutan
dapat digunakan jika memungkinkan. Fase gerak harus memiliki kemurnian
yang tinggi. Keberadaan sejumlah kecil pengotor dapat menghasilkan
kromatogram yang tidak reprodusibel (Christian, 2004).
Semakin besar nilai indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka
pelarut tersebut semakin bersifat non polar (Snyder and Kirkland, 1997). Berikut
ini merupakan tabel beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang
sering digunakan:
Tabel I. Nilai indeks polaritas pelarut (Snyder and Kirkland, 1997)
Solvent Indeks
Polaritas
Nilai Eluotropik UV Cut off
(nm) Alumina C18 Silika
Heksana 0,1 0,01 - 0,00 195
Sikloheksana 0,2 0,04 - - 200
Toluena 2,4 0,29 - 0,22 284
Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256
Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205
Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268
Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Pergerakan fase gerak melintasi fase diam dipengaruhi oleh gaya
kapilaritas. Fase diam (baik di dalam kromatografi adsorpsi, size-exclusion,
maupun pertukaran ion) dan pendukungnya (di dalam kromatografi partisi)
teridiri dari partikel solid yang mikroporus dengan luas permuakaan area yang
besar (berkisar antara 50 m2/g untuk selulosa dan sampai 500 m
2/g untuk silika)
(Kowalska, 1996).
F. Densitometri
Pengukuran secara in situ suatu area dengan scanning densitometer
adalah teknik yang digunakan untuk kuantitatif KLT. Relatif standar deviasi dari
densitometri dapat diperoleh di bawah 2%, hal ini membuat alat ini reliabel
untuk pengukuran secara kuantitatif (Sherma, 1996).
Senyawa yang telah dipisahkan menggunakan KLT atau High
Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) diukur secara kuantitatif
menggunakan pengukuran in situ dari absorbsi sinar tampak atau lampu
ultraviolet atau fluoresensi. Absorbsi sinar UV diukur baik di pelat biasa ataupun
pelat yang mengandung fosfor, hasilnya ditunjukkan dengan zona yang gelap di
atas latar yang berpendar (Sherma, 1996).
Pada densitometri absorbsi, bercak pada KLT discan oleh seberkas
sinar monokromatik selanjutnya di ubah menjadi gambar slit dengan panjang slit
yang dipilih sesuai dengan diameter dari bercak yang paling luas. Karena respon
dari scan reflektansi-serapan tidak linear dengan konsentrasi, standar kalibrasi
disertakan ketika sampel running. Akibatnya, semua sampel, baik standar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
senyawa yang tidak diketahui, ditempatkan pada kondisi kromatografi yang
sama, dan kesalahan sistematik masih sangat minimal. Tingkat deteksi minimum
untuk pengukuran pada sinar tampak atau ultraviolet dari 100 pg sampai 100 ng
per totolan (Dean, 1995).
Gambar 6. Densitometer (Jaenchen, 1996)
G. Validasi Metode
1. Tinjauan umum
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita, 2004).
Menurut Adamovics (cit., Gandjar dan Rohman, 2007), tujuan utama
validasi metode adalah untuk menghasilkan hasil analisis yang paling baik.
Untuk memperoleh hasil tersebut, semua variabel yang terkait dengan metode
analisis harus dipertimbangkan seperti prosedur pengambilan sampel, tahap
penyiapan sampel, jenis penjerap yang digunakan pada kromatografi, fase gerak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
dan sistem deteksinya. Banyaknya parameter yang harus divalidasi tergantung
pada tujuan analisis.
Menurut Swartz dan Krull (cit., Gandjar dan Rohman, 2007), suatu
metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-
parameter kinerjanya cukup mampu mengatasi problem analisis, karenanya
suatu metode harus divalidasi ketika:
a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.
b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan, atau
karena munculnya suatu masalah yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi.
c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah
seiring dengan berjalannya waktu.
d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda dikerjakan oleh analis
berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.
e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antara dua metode, seperti antara
metode baru dan metode baku.
Menurut The United States Pharmacopeia 30th
tahun 2007, metode
analisis dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Kategori I. Mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar
komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.
b. Kategori II. Mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan untuk menganalisis impurities dalam sediaan farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
c. Kategori III. Mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan
karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi dan
pelepasan obat.
d. Kategori IV (tes identifikasi).
Tabel II. Parameter analisis validasi metode (United States
Pharmacopeial Convention, 2007)
Parameter
kinerja
analisis
Kategori
I
Kategori II Kategori
III
Kategori
IV Kuantitatif Batas tes
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya
LOD Tidak Tidak Ya * Tidak
LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Range Ya Ya * * Tidak
*mungkin diperlukan (tergantung sifat spesifik tes)
2. Parameter validasi
a. Selektifitas. Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matrik sampel (Harmita, 2004). Harga
Rs > I,5 disebut baseline resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua puncak
dengan ukuran yang sama. Dalam prakteknya, pemisahan dengan harga Rs = 1,0
(kedua puncak berhimpit < 2%) dianggap memadai untuk tujuan analisis
(Pecsok et al, 1976).
b. Linearitas. Linearitas dari suatu prosedur analisis merupakan
kemampuan (pada rentang tertentu) untuk mendapatkan hasil uji yang secara
langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel.
Persyaratan data linearitas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien
korelasi (r) > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Linearitas dapat diukur dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang
diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, selanjutnya dapat
ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan keofisien korelasinya. Kisaran
konsentrasi yang digunakan untuk linearitas harus cukup luas untuk memenuhi
kisaran metode yang diharapkan. Minimal 5 kisaran konsentrasi harus diamati
dan suatu plot antara respon detektor dengan konsentrasi sampel harus
dihasilkan (Rohman, 2009).
c. Akurasi. Akurasi dari suatu metode adalah kedekatan nilai yang
diperoleh dengan nilai sebenarnya (true value) dari sampel. Akurasi ini mungkin
merupakan parameter validasi yang paling sulit dan yang perlu diperhatikan
adalah sampling dan perlakuan terhadap sampel (Christian, 2004).
Tabel III. Kriteria rentang recovery yang dapat diterima (Harmita, 2004)
Analit pada matriks sampel (%) Rentang recovery yang diperoleh (%)
100 98-102
>10 98-102
>1 97-103
>0,1 95-105
0,01 90-107
0,001 90-107
0,0001 (1 ppm) 80-110
0,00001 (100 ppb) 80-110
0,000001 (10 ppb) 60-115
d. Presisi. Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran
yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Kriteria seksama
diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi
2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada
konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium.
(Harmita, 2004).
Tabel IV. Kriteria KV yang dapat diterima (Harmita, 2004)
Kadar analit KV(%)
≥ 1% 2,5
> 0,1% 5
1 ppm 16
1 ppb 32
e. Range. Range dalam metode analisis adalah interval antara
konsentrasi paling atas dan konsentrasi paling bawah dari analit yang sudah
memenuhi prosedur analisis yang meliputi akurasi, presisi, dan linearitas (The
British Pharmacopoeia Commission, 2011).
f. Batas deteksi (Limit of Detection atau LOD). Menurut Swartz dan
Krull (cit., Gandjar dan Rohman, 2007), batas deteksi didefinisikan sebagai
konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu
dapat dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan
apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu. Sebagai contoh, batas deteksi
merupakan banyaknya sampel yang menunjukkan respon (S) 3 kali terhadap
derau (N) atau LOD = 3 S/N.
g. Batas kuantifikasi (Limit of Quantification atau LOQ). Batas
kuantifikasi didefinisikan sebagai analit terendah dalam sampel yang dapat
ditentukan dengan presisi akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
metode yang digunakan. Sebagaimana LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai
konsentrasi (dengan akurasi dan presisi juga dilaporkan) dan kadang-kadang
rasio signal to noise 10:1 digunakan untuk menentukan LOQ (Gandjar dan
Rohman, 2007).
H. Landasan Teori
Kloramfenikol dan lidokain HCl merupakan salah satu kombinasi obat
yang digunakan untuk mengobati infeksi telinga luar dan tengah. Obat tetes
telinga yang memiliki komposisi kloramfenikol dan lidokain HCl adalah
Colme®. Kloramfenikol larut dalam air, sangat larut dalam alkohol, dan di dalam
propilenglikol. Kloramfenikol memiliki pH 4,5-7,5; pKa 5,5; log P sebesar 1,1;
dan panjang gelombang maskimum kloramfenikol di dalam air adalah 278 nm
( =298). Lidokain HCl sangat mudah larut dalam air dan etanol, larut dalam
kloroform, dan tidak larut dalam eter. Lidokain HCl memiliki pH 4,5-5,5; titik
leleh 74-79oC; pKa 7,9; dan panjang gelombang maksimun di larutan asam
adalah 263 nm ( =19).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memisahkan suatu
campuran menjadi senyawa-senyawa tunggal dan melakukan analisis kuantitatif
adalah KLT-densitometri. Metode KLT dapat digunakan untuk memisahkan
campuran senyawa menjadi senyawa-senyawa tunggal karena adanya perbedaan
afinitas dan interaksi senyawa terhadap fase diam dan fase gerak. Bercak yang
muncul setelah dilakukan elusi dapat dianalisis kuantitatif menggunakan
densitometer, sehingga dapat diperoleh nilai Rf dan AUC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Suatu metode yang akan digunakan untuk analisis harus memiliki
validitas yang baik agar data yang diperoleh dapat dipercaya. Parameter validasi
meliputi selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range. Suatu metode
analisis dikatakan memiliki validitas yang baik apabila memenuhi parameter-
parameter validasi tersebut.
I. Hipotesis
Metode KLT-densitometri untuk penetapan kadar kloramfenikol dan
lidokain HCl sebagai zat aktif di dalam obat tetes telinga Colme®
memenuhi
parameter-parameter validasi yang meliputi selektivitas, linearitas, akurasi,
presisi, dan range.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat non-eksperimental deskriptif karena
tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah sistem KLT yang telah dioptimasi, yaitu jenis dan
komposisi fase gerak.
2. Variabel tergantung adalah parameter-parameter validasi yaitu selektivitas,
linearitas, akurasi, presisi, dan range.
3. Variabel pengacau terkendali adalah pelarut, bahan baku yang digunakan,
dan kejenuhan bejana kromatografi, untuk mengatasinya digunakan pelarut
pro analisis yang memiliki kemurnian tinggi, menggunakan bahan baku
yang memiliki Certificate of Analysis (CoA), dan menggunakan kertas saring
sebagai indikator kejenuhan bejana kromatografi.
C. Definisi Operasional
1. Sistem KLT yang digunakan adalah KLT fase normal dengan fase diam yang
berupa silika gel 60 F254 dan fase gerak berupa campuran toluena:n-
heksana:metanol:dietilamin (19,75:3,75:5:1,5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
2. Jumlah kloramfenikol dan lidokain HCl dinyatakan dalam satuan nanogram
(ng).
3. Parameter validasi yang digunakan adalah selektivitas, akurasi, presisi, dan
range.
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku
kloramfenikol dari Chemo Lugano Branch dengan nomor batch 80002250001
dan baku lidokain HCl dari Megafine Pharma dengan nomor batch ALH/449/10,
pelat KLT silika gel 60 F254 (E. Merck), etanol p.a (E. Merck), toluena p.a (E.
Merck), n-heksana p.a (E. Merck), metanol p.a (E. Merck), aquadest, obat tetes
telinga Colme®
kemasan botol 8 mL produksi PT. Interbat dengan nomor batch
D 016004.
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat
densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No.160602)
autosampler (Linomat 5 No.170610), neraca analitik (OHAOUS Carat Series
PAJ 1003, max 60/120 g, min 0,0001 g, d = 0,01/0,1 mg, e = 1 mg), neraca
analitik (Scaltec SBC 22 max 60/210 g; min 0,001 g; d = 0,01/0,1mg; e = 1mg),
mikropipet 1-5 mL (Scorex), mikropipet 100-1000 µL (Scorex), bejana
kromatografi (Camag), alat-alat gelas (Pyrex).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
F. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan fase gerak
Fase gerak yang dibuat adalah fase gerak yang telah didapat dari hasil
optimasi pada penelitian sebelumnya yaitu toluena:n-heksana:metanol:dietilamin
(19,75:3,75:5:1,5). Volume masing-masing pelarut diukur menggunakan buret
dan ditampung ke dalam labu takar 50 mL lalu digojog agar homogen.
2. Pembuatan larutan baku kloramfenikol
Baku kloramfenikol ditimbang seksama lebih kurang 10 mg,
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, dan dilarutkan dengan etanol sampai
batas tanda, sehingga diperoleh larutan stok kloramfenikol 1000 ppm. Larutan
stok diambil 1,5 menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar 5
mL, dan diencerkan dengan etanol hingga batas tanda. Larutan digojog, sehingga
diperoleh larutan baku kloramfenikol 300 ppm. Larutan ini siap untuk
ditotolkan.
3. Pembuatan larutan baku lidokain HCl
Baku lidokain HCl ditimbang seksama lebih kurang 15 mg, dimasukkan
ke dalam labu takar 5 ml, dan dilarutkan dengan etanol sampai batas tanda.
Larutan digojog, sehingga diperoleh larutan baku lidokain HCl 3000 ppm.
Larutan ini siap untuk ditotolkan.
4. Pembuatan larutan baku campuran kloramfenikol:lidokain HCl (1:10)
Baku lidokain HCl ditimbang seksama lebih kurang 15 mg dan
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Baku kloramfenikol ditimbang seksama
lebih kurang 10 mg, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, dan dilarutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
dengan etanol sampai batas tanda (larutan stok kloramfenikol). Larutan stok
kloramfenikol diambil 1,5 menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu
takar 5 mL yang berisi 15 mg lidokain HCl, diencerkan dengan etanol sampai
tanda batas, dan digojog, sehingga diperoleh larutan baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl 300:3000 ppm (1:10).
5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan
lidokain HCl
Larutan baku kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000 ppm
masing-masing ditotolkan sebanyak 1, 2 dan 3 µL pada pelat silika gel dengan
jarak antar totolan 1 cm. Setelah totolan kering, pelat dikembangkan di dalam
bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase gerak. Setelah mencapai
jarak pengembangan 10 cm, pelat dikeluarkan, dan dikeringkan. Penentuan
panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan merekam pola spektra
absorbsi masing-masing seri jumlah pada daerah panjang gelombang 200-400
nm menggunakan densitometer. Overlapping spektra kloramfenikol dan lidokain
HCl ditentukan secara berturut-turut pada seri jumlah kloramfenikol 300, 600,
900 ng dan lidokain HCl 3000, 6000, 9000 ng.
6. Pembuatan kurva baku
Larutan baku tunggal kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000
ppm masing-masing ditotolkan dengan volume penotolan 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3
µL pada pelat silika gel dengan jarak antar totolan 1 cm. Setelah totolan kering,
pelat dikembangkan di dalam bejana kromatografi yang telah jenuh oleh fase
gerak. Pelat dikeluarkan dari bejana setelah mencapai jarak pengembangan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
cm, dikeringkan, dan diukur AUC-nya dengan densitometer pada panjang
gelombang pengamatan. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Dibuat kurva baku
hubungan antara jumlah analit (ng) dan AUC, sehingga didapatkan persamaan
kurva baku masing-masing senyawa. Dipilih persamaan kurva baku yang
memiliki nilai r > 0,999 untuk kloramfenikol dan lidokain HCl.
7. Penentuan recovery dan Koefisien Variasi (KV) baku tunggal
Larutan baku tunggal kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000
ppm masing-masing ditotolkan sebanyak 1, 2 dan 3 µL pada pelat silika gel
dengan jarak antar totolan 1 cm. Setelah totolan kering, pelat dikembangkan
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi oleh fase gerak. Setelah
mencapai jarak pengembangan 10 cm, pelat dikeluarkan, dikeringkan, dan
discanning menggunakan densitometer pada panjang gelombang pengamatan.
Nilai AUC yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku yang telah
dibuat pada poin 5, sehingga didapatkan jumlah kloramfenikol dan lidokain HCl.
Berdasarkan data yang diperoleh maka recovery dan KV-nya dapat dihitung.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
8. Penentuan recovery dan KV baku campuran kloramfenikol:lidokain
HCl 300:3000 ng, 600:6000 ng, dan 900:9000 ng
Larutan baku campuran kloramfenikol:lidokain HCl 1:10 ditotolkan
sebanyak 1, 2, dan 3 µL pada pelat silika gel dengan jarak antar totolan 1 cm.
Setelah totolan kering, pelat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhi oleh fase gerak. Setelah mencapai jarak pengembangan 10 cm,
pelat dikeluarkan, dikeringkan, dan discanning menggunakan densitometer pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
panjang gelombang pengamatan. Nilai AUC yang didapat dimasukkan ke dalam
persamaan kurva baku yang telah dibuat pada poin 5, sehingga didapatkan
jumlah kloramfenikol dan lidokain HCl. Berdasarkan data yang diperoleh maka
recovery dan KV-nya dapat dihitung. Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali.
9. Penentuan recovery dan KV adisi baku dalam sampel
a. Penyiapan larutan stok sampel. Dua sampel obat tetes telinga
Colme® dikeluarkan isinya dan dihomogenkan. Sebanyak 1 ml larutan sampel
diambil dengan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, dilarutkan
dengan etanol sampai batas tanda, dan digojog agar homogen (LSA). Sebanyak 2
mL larutan sampel diambil dengan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar
10 mL, dilarutkan dengan etanol sampai batas tanda, dan digojog agar homogen
(LSB). Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali.
b. Penyiapan larutan sampel tanpa penambahan baku kloramfenikol
(LSK). Sebanyak 0,4 mL LSA diambil dengan mikropipet, dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL, diencerkan dengan etanol sampai batas tanda, dan digojog
agar homogen. Larutan ini siap untuk ditotolkan. Replikasi dilakukan sebanyak
5 kali.
c. Penyiapan larutan sampel tanpa penambahan baku lidokain HCl.
(LSL). Sebanyak 2,5 mL LSB diambil dengam mikropipet, dimasukkan ke dalam
labu takar 5 mL, diencerkan dengan etanol sampai batas tanda, dan digojog agar
homogen. Larutan ini siap untuk ditotolkan. Replikasi dilakukan sebanyak 5
kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
d. Penyiapan larutan sampel dengan penambahan baku kloramfenikol
(LSAK). Sebanyak 0,4 mL LSA dan 2 mL larutan baku kloramfenikol 1000 ppm
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan etanol sampai batas
tanda, dan digojog agar homogen. Larutan ini siap untuk ditotolkan. Replikasi
dilakukan sebanyak 5 kali.
e. Penyiapan larutan sampel dengan penambahan baku lidokain HCl
(LSAL). Sebanyak 5 mL LSB diambil dengan mikropipet, dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL yang berisi 20 mg lidokain HCl, diencerkan dengan etanol
sampai batas tanda, dan digojog agar homogen. Larutan ini siap untuk
ditotolkan. Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali.
f. Pengembangan dan pengukuran. LSK, LSL, LSAK, dan LSAL ditotolkan
sebanyak 1 µL pada pelat silika gel dengan jarak antar totolan 1 cm. Setelah
totolan kering, pelat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah
dijenuhi oleh fase gerak. Setelah mencapai jarak pengembangan 10 cm, pelat
dikeluarkan, dikeringkan, dan discanning menggunakan densitometer pada
panjang gelombang pengamatan. Nilai AUC yang didapat dimasukkan ke dalam
persamaan kurva baku yang telah dibuat pada poin 5, sehingga didapatkan
jumlah kloramfenikol dan lidokain HCl yang ditambahkan. Berdasarkan data
yang diperoleh maka recovery dan KV-nya dapat dihitung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
G. Analisis hasil
1. Selektivitas
Selektivitas ditunjukkan dengan nilai resolusi > 1,5. Resolusi dapat
dihitung dengan cara berikut:
(2) (Watson, 1999).
Keterangan :
RfA dan RfB = nilai Rf dari peak A dan B
wA dan wB = lebar peak A dan B
2. Linearitas
Jumlah baku kloramfenikol dan lidokain HCl (ng) masing-masing
diplotkan dengan AUC yang diperoleh, sehingga didapatkan persamaan kurva
baku y = bx + a dan nilai koefisien korelasi (r). Suatu metode dapat dikatakan
memiliki linearitas yang baik jika r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003).
3. Akurasi
Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat
dihitung dengan cara berikut:
(3) (Harmita, 2004).
4. Akurasi adisi baku dalam matriks sampel
Nilai recovery adisi baku dalam matriks sampel dapat dihitung dengan
cara berikut:
(4)
(Harmita, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
5. Presisi
Presisi metode analisis dinyatakan dengan KV (koefisien variasi) yang
dapat dihitung dengan cara berikut:
(5) (Harmita, 2004).
6. Range
Range merupakan interval jumlah analit yang memenuhi persyaratan
linearitas, akurasi, dan presisi (The British Pharmacopoeia Commission, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase gerak yang
telah didapat dari hasil optimasi pada penelitian sebelumnya, yaitu toluena:n-
heksana:metanol:dietilamin (19,75:3,75:5:1,5) (Hernat, 2011). Fase gerak
tersebut merupakan fase gerak yang dapat memisahkan kloramfenikol dan
lidokain HCl secara optimal. Penggunaan dietilamin pada fase gerak bertujuan
untuk memberikan suasana basa agar lidokain HCl dapat menjadi lidokain basa.
Dietilamin memiliki pKb sebesar 2,9 (Quin, 2000). Penggunaan n-heksana
bertujuan untuk menurunkan kepolaran dari campuran fase gerak, sedangkan
toluena dan metanol berfungsi untuk mengelusi lidokain lebih cepat, sehingga
pemisahan lidokain dan kloramfenikol dapat berlangsung dengan baik.
Fase gerak yang digunakan bersifat lebih non polar dengan indeks
polaritasnya yaitu 2,53; sedangkan fase diam yang digunakan adalah silika gel
yang bersifat lebih polar. Oleh karena itu sistem KLT yang digunakan adalah
sistem KLT fase normal, di mana fase diam yang digunakan bersifat lebih polar
dibandingkan dengan fase gerak yang digunakan.
B. Pembuatan Larutan Baku
Larutan baku yang dibuat adalah larutan baku kloramfenikol tunggal
dan larutan baku lidokain HCl tunggal, serta larutan baku campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
kloramfenikol:lidokain HCl. Pada penelitian ini, larutan baku tunggal
yang akan ditotolkan adalah larutan baku kloramfenikol 300 ppm dan larutan
baku lidokain HCl 3000 ppm, serta larutan baku campuran
kloramfenikol:lidokain HCl dengan perbandingan 300:3000 ppm (1:10).
Perbandingan kloramfenikol:lidokain HCl 1:10 didapatkan dari hasil
optimasi. Lidokain HCl memiliki perbandingan yang sangat besar dikarenakan
lidokain HCl memiliki =19, sehingga serapan lidokain HCl sangat kecil dan
lidokain HCl harus dalam jumlah yang besar agar dapat terdeteksi, sedangkan
kloramfenikol memiliki =298, sehingga dengan jumlah yang kecil,
kloramfenikol sudah dapat terdeteksi.
Di dalam penelitian ini tidak menggunakan seri konsentrasi tetapi
menggunakan seri jumlah analit yang didapatkan dari volume penotolan yaitu 1;
1,5; 2; 2,5; dan 3 µL, sehingga didapatkan seri jumlah masing-masing analit,
yaitu kloramfenikol adalah 300, 450, 600, 750, dan 900 ng, sedangkan untuk
lidokain HCl adalah 3000, 4500, 6000, 7500, dan 9000 ng. Penggunaan seri
jumlah analit akan mengurangi kesalahan dalam pengenceran apabila
menggunakan seri konsentrasi dan proses preparasi larutan baku menjadi lebih
singkat.
C. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan
Penentuan panjang gelombang pengamatan bertujuan untuk mengetahui
panjang gelombang di mana kloramfenikol dan lidokain HCl dapat memberikan
serapan yang optimal ketika dilakukan scanning secara bersamaan. Larutan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
digunakan untuk menentukan panjang gelombang pengamatan adalah larutan
baku kloramfenikol 300 ppm dan larutan baku lidokain HCl 3000 ppm dengan
volume penotolan 1, 2, dan 3 µL. Penggunaan 3 volume totolan ini untuk
mendapatkan jumlah analit pada level bawah, sedang, dan tinggi yang dapat
mewakili kesulurahan jumlah analit pada seri jumlah analit yang digunakan.
Pengukuran panjang gelombang pengamatan diukur pada rentang panjang
gelombang 200-400 nm karena rentang tersebut merupakan rentang panjang
gelombang daerah UV dan panjang gelombang teoritis dari kloramfenikol dan
lidokain HCl berada pada rentang tersebut.
Suatu senyawa dapat diukur serapaannya pada daerah UV jika memiliki
gugus kromofor dan auksokrom yang dapat menyerap radiasi sinar pada daerah
UV. Pada densitometer, detektor yang digunakan adalah lampu D2 yang
menghasilkan sinar UV, sehingga pengukuran panjang gelombang pengamatan
dapat langsung dilakukan menggunakan densitometer. Berikut ini adalah gambar
struktur kromofor dan auksokrom pada kloramfenikol dan lidokain.
Gambar 7. Gugus kromofor dan auksokrom pada kloramfenikol (A) dan lidokain (B)
Panjang gelombang maksimum dapat diperoleh dengan melihat bentuk
spektra kloramfenikol dan lidokain HCl. Perbedaan panjang gelombang yang
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
didapatkan dari hasil penelitian dan panjang gelombang teoritis yang
diperbolehkan adalah sebesar 2 nm (Direktorat Jendral pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995). Panjang gelombang maksimum kloramfenikol yang
didapatkan adalah 281 nm, sedangkan panjang gelombang maksimum
kloramfenikol dalam air secara teoritis adalah 278 nm. Panjang gelombang
maksimum lidokain HCl yang didapatkan adalah 263 nm, sama seperti panjang
gelombang maksimum lidokain HCl dalam larutan asam secara teoritis. Adanya
perbedaan sebesar 3 nm antara panjang gelombang maksimum kloramfenikol
yang didapatkan dengan panjang gelombang teoritisnya disebabkan karena
adanya perbedaan instrumen yang digunakan.
Panjang gelombang pengamatan didapatkan dengan
menumpangtindihkan spektra kloramfenikol dan lidokain HCl seperti yang
terlihat pada gambar 8. Panjang gelombang pengamatan yang didapatkan adalah
sebesar 242 nm. Selanjutnya, panjang gelombang tersebutlah yang digunakan
selama penelitian untuk mendapatkan serapan yang optimal dari kloramfenikol
dan lidokain HCl ketika dilakukan scanning secara bersamaan menggunakan
densitometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Gambar 8. Spektra kloramfenikol (300, 600, dan 900 ng) dan lidokain HCl (3000,
6000, dan 9000 ng)
D. Analisis Kualitatif
Pengamatan nilai Rf dilakukan di dalam penelitian ini berfungsi sebagai
parameter analisis kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya analit dalam sampel
dengan membandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf baku. Larutan yang
digunakan adalah larutan baku tunggal kloramfenikol 300 ppm dan larutan baku
tunggal lidokain HCl 3000 ppm yang masing-masing ditotolkan sebanyak 2 μL
serta larutan sampel yang ditotolkan sebanyak 1 μL.
Preparasi dan penotolan sampel dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada
tahap pertama untuk melihat peak lidokain HCl, di mana jumlah lidokain
berdasarkan perhitungan adalah 4000 ng, sedangkan kloramfenikol sebanyak
kloramfenikol
Lidokain HCl
242 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
10000 ng. Pada penotolan pertama ini, bercak kloramfenikol akan mengalami
tailing setelah pengembangan karena jumlah kloramfenikol sangat banyak yang
membuat fase gerak tidak mampu membawa keseluruhan kloramfenikol,
sehingga menyebabkan bercak kloramfenikol menjadi tailing. Pada tahap yang
kedua bertujuan untuk melihat peak kloramfenikol, sehingga dilakukan
pengenceran larutan sampel dan didapatkan jumlah kloramfenikol adalah 400
ng, sedangkan jumlah lidokain HCl adalah 160 ng. Pada penotolan yang kedua
ini, bercak lidokain HCl tidak akan tampak setelah pengembangan karena
jumlah lidokain HCl sangat kecil, sehingga lidokain HCl tidak akan terdeteksi
ketika dilihat di bawah sinar UV. Berikut ini adalah gambar kromatogram
sampel, baku lidokain HCl, dan baku kloramfenikol:
A
lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Gambar 9. Perbandingan nilai Rf baku kloramfenikol dan lidokain HCl dengan Rf sampel
A. Rf lidokain HCl dalam sampel = 0,47
B. Rf baku lidokain HCl (3000 ng) = 0,47
C. Rf kloramfenikol dalam sampel = 0,25
D. Rf baku kloramfenikol (300 ng) = 0,25
B
kloramfenikol
C
kloramfenikol
lidokain HCl
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Dari gambar 9.A dan 9.B dapat dilihat bahwa Rf sampel yaitu 0,47 sama
dengan Rf baku lidokain HCl, sedangkan pada gambar 9.C dan 9.D dapat dilihat
bahwa Rf sampel 0,25 sama seperti Rf baku kloramfenikol. Persamaan nilai Rf ini
menunjukkan bahwa di dalam sampel benar terdapat kloramfenikol dan lidokain
HCl.
Perbedaan nilai Rf kloramfenikol dan lidokain HCl dikarenakan adanya
perbedaan afinitas masing-masing senyawa terhadap fase diam dan fase gerak.
Berikut ini adalah gambar interaksi kloramfenikol dan lidokain HCl terhadap
fase diam dan fase gerak:
Gambar 10. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam silika gel
- - - - - interaksi hidrogen
Gambar 11. Interaksi lidokain dengan fase diam silika gel
- - - - - interaksi hidrogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Gambar 12. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak toluena:
n-heksana:metanol:dietilamin (19,75;3,75;5;1,5)
Gambar 13. Interaksi lidokain dengan fase gerak toluena:n-
heksana:metanol:dietilamin(19,75;3,75;5;1,5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Kloramfenikol memiliki lebih banyak interaksi dengan fase diam
melalui interaksi hidrogen dibandingkan dengan lidokain, sehingga
kloramfenikol akan tertahan lebih lama di fase diam dan lidokain akan terelusi
lebih dahulu. Selain itu, lidokain akan terelusi lebih dahulu karena adanya
interaksi van der Waals yang lebih banyak dari gugus non polar lidokain dengan
gugus non polar dari toluena yang merupakan komponen terbanyak dalam fase
gerak dan adanya interaksi dipol-dipol, sehingga lidokain akan terelusi lebih
cepat dibandingkan dengan kloramfenikol.
Kepolaran dari suatu senyawa juga memiliki peran penting dalam
penentuan nilai Rf senyawa tersebut. Kloramfenikol yang memiliki sifat lebih
polar daripada lidokain akan tertahan di fase diam lebih lama, sedangkan
lidokain yang sifatnya lebih non polar dibandingkan kloramfenikol akan terelusi
lebih dahulu oleh fase gerak yang sifatnya juga non polar dengan indeks
polaritas fase gerak adalah 2,53.
E. Pembuatan Kurva Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl
Pembuatan kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl masing-masing
dilakukan sebanyak 3 kali replikasi untuk memperoleh nilai koefisien korelasi
(r) yang paling baik. Nilai r merupakan hubungan antara dua besaran yang
diukur, dalam hal ini adalah jumlah analit (ng) dan nilai AUC. Volume totolan
yang ditotolkan sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 μL agar diperoleh seri jumlah untuk
kloramfenikol adalah 300, 450, 600, 750, dan 900 ng, sedangkan untuk lidokain
HCl adalah 3000, 4500, 6000, 7500, dan 9000 ng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Tabel V. Data replikasi kurva baku kloramfenikol
Tabel VI. Data replikasi kurva baku lidokain HCl
Replikasi
I II III
Jumlah
(ng) AUC
Jumlah
(ng) AUC
Jumlah
(ng) AUC
2980 3371,9 3000 4021,1 2980 3468,7
4470 4682,4 4500 5419,9 4470 5242,5
5960 5988,9 6000 6840,6 5960 6512,9
7450 7082,4 7500 8064,5 7450 7985,9
8940 8348,5 9000 9529,2 8940 9291,6
A 953,54 A 1310,74 A 744,64
B 0,8291 B 0,9107 B 0,9657
r 0,9995 r 0,9997 r 0,9984
α 39,66° Α 42,32° α 44,00°
Berdasarkan data yang diperoleh dari 3 replikasi kurva baku maka
diperoleh kurva baku kloramfenikol dan lidokain HCl yang paling baik yang
dilihat dari nilai r > 0,999 (Mulja dan Hanwar, 2003). Kurva baku yang dipilih
adalah kurva baku replikasi II, baik untuk kloramfenikol maupun lidokain HCl.
Persamaan kurva baku kloramfenikol yang didapatkan adalah y = 3,8641 x +
392,5 dengan nilai r = 0,9998, sedangkan persamaan kurva baku untuk lidokain
HCl adalah y = 0,9107 x + 1310,74 dengan nilai r = 0,9997.
Replikasi
I II III
Jumlah
(ng) AUC
Jumlah
(ng) AUC
AUC
Modifikasi
Jumlah
(ng) AUC
300 1731,8 300 1535,4 383,85 300 1347,9
450 2210,3 450 2142,4 535,6 450 1967,0
600 2671,1 600 2724,3 681,075 600 2400,7
750 3132,9 750 3296,2 824,05 750 2981,6
900 3682,5 900 3856,6 964,15 900 3604,2
A 756,12 A 392,5 98,125 A 249,4
B 3,216 B 3,8641 0,966 B 3,6848
r 0,9994 r 0,9998 0,9998 r 0,9984
α 72,73° α 75,49° 44,01° α 74,82°
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Kurva baku untuk kloramfenikol dilakukan modifikasi agar α
mendekati 45° sehingga penampilan kurva baku kloramfenikol menjadi lebih
baik, namun persamaan kurva baku yang digunakan untuk perhitungan jumlah
kloramfenikol tetap menggunakan persamaan kurva baku yang tidak
dimodifikasi.
Gambar 14. Kurva hubungan antara jumlah kloramfenikol (ng) dan AUC
(replikasi II hasil modifikasi)
Gambar 15. Kurva hubungan antara jumlah lidokain HCl (ng) dan AUC (replikasi II)
Kurva baku kloramfenikol (gambar 14) dan lidokain HCl (gambar 15)
menunjukkan garis yang linear dengan korelasi positif, yaitu adanya hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
antara jumlah analit (ng) dengan AUC, apabila terdapat perubahan jumlah analit
(ng) maka akan diikuti dengan perubahan nilai AUC secara proporsional.
F. Validasi Metode Analisis
Validasi metode sangat penting dilakukan untuk membuktikan bahwa
metode analisis yang digunakan telah memenuhi parameter-parameter validasi
yang telah ditentukan, sehingga hasil atau data yang didapat ketika
menggunakan metode ini dapat dipercaya. Di dalam penelitian ini, validasi
dilakukan menggunakan larutan baku tunggal yaitu larutan baku kloramfenikol
300 ppm dan lidokain HCl 3000 ppm, serta menggunakan larutan baku
campuran kloramfenikol:lidokain HCl (1:10). Volume penotolan yang dilakukan
adalah 1, 2, dan 3 µL untuk mendapatkan seri jumlah analit pada level rendah,
sedang, dan tinggi.
Validasi yang dilakukan menggunakan larutan baku tunggal bertujuan
untuk memvalidasi metode analisis yang digunakan yaitu KLT-densitometri,
sedangkan validasi yang dilakukan menggunakan baku campuran dan adisi baku
untuk memvalidasi metode analisis pada saat pengaplikasian metode ini untuk
penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel. Parameter-
parameter validasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi selektivitas,
linearitas, akurasi, presisi, dan range.
1. Selektivitas
Pengukuran parameter selektivitas menggunakan larutan sampel yang
telah dipreparasi dan ditotolkan sebanyak 1 µL. Selektivitas digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
melihat apakah metode yang digunakan dapat memisahkan dan membedakan
senyawa yang satu dengan senyawa yang lain ketika berada dalam suatu
campuran. Selektifitas dapat dilihat dari nilai resolusi, di mana nilai resolusi
yang baik adalah > 1,5.
Tabel VII. Nilai Rs sampel
Replikasi Rf kloramfenikol Rf lidokain HCl Rs
1 0,21 0,47 3,06
2 0,21 0,47 2,89
3 0,21 0,47 2,89
Rata-rata 0,21 0,47 2,95
Dari hasil yang diperoleh, metode ini dapat membedakan 2 senyawa
yang berbeda dalam suatu campuran yang ditandai dengan terdeteksinya 2 peak
pada nilai Rf yang berbeda yaitu kloramfenikol 0,21 dan lidokain HCl 0,47.
Selain itu, nilai resolusi dari peak kloramfenikol dan lidokain HCl yang
didapatkan adalah sebesar 2,95; sehingga metode ini memiliki selektifitas yang
baik karena Rs yang dihasilkan > 1,5. Gambar di bawah adalah gambar
kromatogram sampel yang memperlihatkan dengan jelas bahwa peak
kloramfenikol dan peak lidokain HCl telah memisah dengan baik.
Gambar 16. Kromatogram sampel
kloramfenikol
lidokain HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
2. Linearitas
Linearitas ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) yang didapat
dari kurva baku. Di dalam penelitian ini, nilai r menunjukkan hubungan antara
jumlah analit (ng) terhadap AUC yang didapatkan. Dari data yang diperoleh,
didapatkan nilai r untuk kurva baku kloramfenikol adalah 0,9998 dan nilai r
untuk kurva baku lidokain HCl adal