6111121004 Nina Minawati Muhaemin

45
LAPORAN INDIVIDU STUDI LAPANGAN DAN KUNJUNGAN LEMBAGA (SLKL) 2015 DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASAK SADE Penyusun : Nina Minawati Muhaemin 6111121004 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI-2015

description

ilmu pemerintahan

Transcript of 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

Page 1: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

LAPORAN INDIVIDU

STUDI LAPANGAN DAN KUNJUNGAN LEMBAGA

(SLKL) 2015

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP TINGKAT

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASAK SADE

Penyusun :

Nina Minawati Muhaemin

6111121004

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI-2015

Page 2: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

LEMBAR PENGESAHAN

DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP TINGKAT

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SASAK SADE

PROPOSAL PRAKTIKUM

Penulis :

Nina Minawati Muhaemin

6111121004

Disetujui Pembimbing

Cimahi, 21 April 2015

Toto Kushartono, S.IP., M.Si

NID 4121.530.72

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dadan Kurnia, S.IP.,M.Si

NID 4121.413.74

Page 3: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan ridho- Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan

praktikum ini. Adapum judul yang peneliti pilih dalam laporan praktikum ini

adalah “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat Sasak Sade”

Adapun tujuan penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk

memenuhi salah satu tugas Praktikum tahun ajaran 2015. Terwujudnya laporan

praktikum ini bukan hanya hasil kerja peneliti semesta. Banyak pihak yang turut

berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu

penyusunan karya tulis ini.

Melalui kata pengantar ini, peneliti haturkan ucapan terimakasih yang tak

terhingga pada ayah dan ibu atas segala do’a dan motivasi yang diberikan selama

ini. Tak ada yang dapatmembalas kecuali ALLah SWT, selain itu laporan

praktikum ini terwujud berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari semua

pihak, maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimaksih terhadap

yang terhormat:

1. Toto Kushartono, S.IP., M.Si., selaku pembimbing ynag telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan praktikum

sampai dengan penyusunan laporan ini.

Page 4: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

ii

Dan tak lupa peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu praktikum SLKL 2015:

1. Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani.

2. Wakil Dekan I, II, III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Jenderal Achmad Yani.

3. Bapak Yamardi S.IP., M.Si selaku ketua panitia praktikum SLKL 2015

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani.

4. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan laporan

praktikum SLKL 2015 ini dan seluruh teman- teman jurusan Ilmu

Pemerintahan Universitas Jenderal Achmad Yani.

Akhir kata, peneliti mengucapkan banyak tereimakasih kepada semua

pihak, adapun dalam penulisan laoran prkatikum SLKL 2015 ini masih banyak

kekurangannya, hal ini berkaitan dengan keterbatasan peneliti. Untuk itu peneliti

membuka diri atas kritik dan saran yang sifatnya membangun, semoga praktikum

ini dapat memberikan sumbangan kepada semua pihak, khususnya pengembangan

Ilmu Pemerintahan.

Cimahi, 20 April 2015

Peneliti

Page 5: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

I.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

I.2 Indentifikasi Masalah Penelitian ............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

I.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4

I.4.1 Kegunaan Teoritik ......................................................................... 4

I.4.2 Kegunaan Praktis ........................................................................... 5

I.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 5

I.6 Metode Penelitian ................................................................................... 7

I.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 11

II.1 Konsep Pengembangan ......................................................................... 11

II.2 Konsep Pariwisata ................................................................................. 12

II.2.1 Pengertian Pariwisata ................................................................... 12

II.3 Konsep Pengembangan Pariwisata ........................................................ 15

II.4 Konsep Kesejahteraan Sosial ................................................................ 17

II.4.1 Indikator Kesejahteraan Sosial ..................................................... 17

II.5 Konsep Masyarakat ............................................................................... 18

BAB III OBJEK PRAKTIKUM ................................................................ 20

III.1 Letak dan Keadaan Alam ..................................................................... 20

III.2 Kependudukan...................................................................................... 21

Page 6: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

iii

III.3 Lokasi Suku Sasak ............................................................................... 22

III.4 Asal-Usul Suku Sasak .......................................................................... 24

III.5 Sistem Mata Pencaharian Suku Sasak.................................................. 25

III.6 Sistem Sosial dan Kekerabatan Suku Sasak......................................... 25

III.7 Teknologi dan Peralatan Hidup Suku Sasak ........................................ 26

III.8 Rumah Adat Suku Sasak ...................................................................... 27

III.9 Nilai-Nilai yang Terkandung (Makna Dari Bangunan) ....................... 29

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 31

IV.1 Dampak Pengembangan Pariwisata Desa Adat terhadap Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat Sasak Sade ................................................ 31

IV.1.1 Pendapatan Masyarakat Sasak Sade ........................................ 31

IV.1.2 Konsumsi atau Pengeluaran Masyarakat Sasak Sade .............. 32

IV.1.3 Keadaan Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade .................. 32

IV.1.4 Fasilitas Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade ................... 33

IV.1.5 Kesehatan Anggota Keluarga Masyarakat Sasak Sade ............ 33

IV.1.6 Kmeudahan Memasukkan Anak Ke Jenjang Pendidikan ........ 34

IV.1.7 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi .................... 34

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 35

V.1 Kesimpulan ........................................................................................... 35

V.2 Saran ...................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36

Page 7: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Kebijakan otonomi daerah yang diimplementasikan melalui Undang-

Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah membuka peluang

yang sangat besar bagi daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan

potensi yang tersedia di daerah. Dengan adanya otonomi daerah dengan prinsip

otonomi yang seluas-luasnya, daerah dapat dengan leluasa menyusun perencanaan

pembangunan dalam bentuk RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah) serta menyusun perencanaan keuangan dalam bentuk APBD (Anggaran

Pemasukan dan Belanja Daerah) yang mengacu pada Undang-Undang No. 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sebagaimana

yang disebutkan dalam pasal 1 ayat 6 UU No.23 tahun 2014 bahwa “Otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pemerintah daerah melaksakan urusan pemerintahan daerah, kecuali

urusan-urusan yang dalam undang-undang Pemerintahan Daerah menjadi urusan

mutlak dari pemerintah pusat, yakni urusan politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta urusan agama. Pemerintah

Page 8: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

2

daerah melaksanakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan, kesehatan, ketertiban umum, dan sejenisnya. Selain urusan wajib

tersebut, terdapat urusan pemerintahan pilihan yang dapat dipilih oleh pemerintah

daerah sesuai dengan potensi yang ada di daerah, urusan-urusan tersebut adalah

kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya

mineral, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi. Pemerintah dapat

memaksimalkan pengelolaan potensi sumber daya yang ada terutama sumber daya

alam yang tersedia untuk menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

tentunya menjadi modal bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan tigas

hakikinya, yakni pembangunan, pelayanan, dan pemberdayaan kepada

masyarakat.

Pembangunan yang ada di Indonesia pada hakikatnya adalah untuk

tecapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Begitupun dengan pembangunan

dan pengembangan yang dilakukan pada sektor pariwisata. Pasal 4 Undang-

Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan beberapa

tujuan pariwisata yakni untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar

bangsa. Dari uraian tujuan tersebut sangat jelaslah bahwa pengrmbangan sektor

pariwisata diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Page 9: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

3

Kabupaten Lombok tengah memiliki potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang dapat dijadikan objek wisata. Terdapat banyak

wilayah pantai yang dapat dijadikan tempat wisata bahari, dan bentang alam

lainnya yang dapat menjadi daya tarik wisata alam. Kebudayaan masyarakat suku

sasak pun sebagai suku asli pulau Lombok dapat dijadikan sebagai potensi wisata

budaya berbasis budaya masyarakat. Dengan demikian, potensi yang ada baik

potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia berupa

kebudayaan yang menjadi ciri khas dapat dimanfaatkan untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakat Lombok sendiri. Untuk itu, disusunlah penelitian yang

berjudul Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat Sasak Sade.

II.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Pengembangan pariwisata di Desa Sasak Sade memberikan dampak bagi

masyarakat sekitar. Dampak ini kemudian akan mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat ke arah yang lebih baik apabila dampak positif akibat pengembangan

pariwisata dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar. Terjadinya

kenaikan tingkat kesejahteraan merupakan salah satu dampak positif yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat apabila peningkatan tersebut terdistribusi dengan

baik. Hal ini terjadi karena dengan adanya pengembangan pariwisata maka

terbuka lapangan pekerjaan baru yakni di sektor pariwisata itu sendiri. Oleh

karena itu menjadi menarik untuk melihat bagaimana dampak

pengembangan pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sasak

sade?

Page 10: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

4

I.3 Tujuan Penelitian

Pada umumnya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat adanya

pengembangan pariwisata terjadi di berbagai komponen kehidupan salah satunya

adalah pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, tujuan dari penulisan

penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pengembangan pariwisata

terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sasak sade.

I.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

I.4.1 Kegunaan Teoritik

Kepentingan penyusun, kegiatan praktikum pemerintahan ini merupakan

kesempatan untuk menambah wawasan serta melatih dan mempertajam

daya nalar berfikir dari teori- teori yang telah dipelajari, dan sarana

menambah kemampuan menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam

melihat dampak pengembangan pariwisata terhadap kesejahteraan

masyarakat.

Kepentingan akademik, laporan kegiatan praktikum pemerintahan

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan

pengetahuan serta memperkaya wacana dunia pendidikan khususnya

bidang pemerintahan dan berkenaan dengan dampak pariwisata terhadap

tingkat kesejahteraan.

Page 11: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

5

I.4.2 Kegunaan Praktis;

Hasil kegiatan praktikum pemerintahan ini diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan serta bahan masukan dalam menyelesaikan

permasalahan- permasalahan yang berkenaan dengan kesejahteraan

masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pemrintah

dalam rangka apengembangan kebijakan dan program untuk

mempertahankan eksistensi desa adat sebagai salah satu akar kebudayaan

Lombok. Bagi desa adat penelitian ini dapat berguna sebagai inspirasi

dalam rangka memelihara dan mempertahankan adat- istiadat asli daerah

agar tetap mempunyai ciri khas tersendiri, sedangkan dari segi akademik,

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan yang mengaitkan

pariwisata dengan lembaga tradisional khususnya dalam konteks

kebudayaan di Lombok.

I.5 Kerangka Pemikiran

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan

sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang

dibutuhkan masyarakat. Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif

maupun dampak negatif, maka diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil

kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62)

menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak negatif dari

pengembangan pariwisata.

Page 12: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

6

Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:

1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata

merupakan industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat

digantikan dengan modal atau peralatan.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara

wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke

arah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari

dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian

regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak

ekonomis dari pariwisata.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya

pengembangan pariwisata meliputi:

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan

perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang

atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat

tergantung pada satu pasar asing.

2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-

proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian,

seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negri, tambahan

pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan

percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar

mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar

dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

Pasal 4 Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

menyebutkan beberapa tujuan pariwisata yakni untuk :

1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

2. meningkatkan kesejahteraan rakyat,

3. menghapus kemiskinan,

4. mengatasi pengangguran,

5. melestarikan alam,

6. lingkungan dan sumber daya,

7. memajukan kebudayaan,

8. mengangkat citra bangsa,

9. memupuk rasa cinta tanah air,

10. memperkukuh jati diri dan persatuan bangsa,

11. dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Page 13: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

7

Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan dari setiap pemerintahan yang

ada yang salah satu caranya yakni dengan mengembangkan sektor pariwisata.

Menurut James Midgley (dalam Huraerah, 2002:29) kesejahteraan sosial suatu

keadaan manusia yang baik atau sejahtera yang wujudnya apabila masalah-

masalah sosial terkendali, apabila kebutuhan-kebutuhan manusia terpenuhi, dan

apabila kesempatan-kesempatan sosial dimaksimalkan.

Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan, yaitu

1. pendapatan 2. konsumsi atau pengeluaran keluarga 3. Keadaan tempat tinggal 4. Fasilitas tempat tinggal 5. kesehatan anggota keluarga 6. kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 7. kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

I.6 Metode Praktikum

Penelitian ini pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan

kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran hasil penelitian tersebut.

Untuk itu di dalam proses penyusunan laporan praktikum SLKL 2015. Peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif ini adalah pendekatan yang diguanakan untuk

menggambarkan persoalan- persoalan yang ada di lapangan dan merupakan suatu

cara di dalam mengungkapkan dan menelaah permaslahan dengan

menggambarkan serta menjelaskan peristiwa- peristiwa yang terjadi berdasarkan

fakta yang ada, sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif yaitu berupa

kata- kata tertulis maupun lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati.

Page 14: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

8

Karakteristik penelitian sangat penting untuk diketahui, Djunaidi &

Fauzan (2012:32) mengatakan karakteristik khusus penelitian kualitatif adalah

berupaya mengungkapkan individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi

tertentu dalam kehidupan sehari- hari secara komperhensifatau holistik danrinci.

Adapun karakteristik penelitian menurut (Sujana dan Ibrahim, 2001: 6-

7), Suharsini Arikunto, 2002: 11- 12;Moleong, 2005; 8- 11; Johnson, 2005, dan

Kasiram, 2008;154- 155).

a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris- rasional atau bottom-

up). Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan groundes

theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti

dalam metode kuantitatif. Atas dasar itu penelitian bersifat genetaring

theory, sehingga teoru yang dihasilkan berupa teori substansif.

b. Perspekitf partispan sangat diutamakan dan dihargai tinggi. Minta

penelitaian banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna

menurut sudut pandang partisipan yang diteliti, sehingga bisa

menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis.

c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancanganpenelitian baku.

Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian.

d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna

dibalik data, menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual,

dan empiris logis.

e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumberdata yang

dibutuhkan, dan alat pengumpulan data bisa berubah- ubah sesuai

dengan kebutuhan.

f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu

dengan memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang

dihadapi.

g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga

keberadaan tidak terpisahkan dengan apayang diteliti.

h. Analisis data dapat dilakukan selama peneltian sedang dan telah

berlangsung.

i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interprestasi dalam konteks waktu

serta situasi tertentu,

j. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian alamiah atau inquiri

naturalistik.

Berdasarkan definisi menurut Moleong maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian menggunakan prosedur analisis kualitatif adalah penelitian yang

Page 15: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

9

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis

statistik atau cara kuantitatif lainnya. Selain itu juga, penelitian kualitatif

didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci,

dibentuk dengan kata- kata, gambaran holistik dan rumit.

I.7 Lokasi dan Waktu

Praktikum ini diselenggarakan di Kabupaten Lombok Tengah tepatnya di

Dusun Sade Desa Rambitan, Pujut Lombok Tengah.

Adapun lama praktikum selama3 hari dengan rincian sebagai berikut :

1. Tanggal 1- 28 Februari 2015 : Persiapan

2. Tanggal 9 Maret – 10 April 2015 : Bimbingan

3. Tanggal 13 April 2015 : Pembekalan

4. Tanggal 19 – 25 April 2015 : Pelaksanaan

5. Mei 2015 : Evaluasi

Page 16: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

10

Berikut adalah jadwal dan kegiatan praktikum seperti terlihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal dan Kegiatan Praktikum Tahun 2015

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI

PERSIAPAN

1- 28 Februari

2015

BIMBINGAN

9 Maret 2015 –

Evaluasi Mei

2015

PEMBEKALAN

13 April 2015

PELAKSANAAN

19 – 25 April

2015

EVALUASI

Page 17: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Pengembangan

Konsep pengembangan telah banyak dibahas oleh banyak ahli Darminta

(2002 : 474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu

menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini

diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang

sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik.

Menurut Suwantoro (1997:120) Pengembangan bertujuan untuk

mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang, dan bertahap.

Sementara itu, menurut Poerwadarminta (2002:474) Pengembangan lebih

menekankan kepada suatu proses atau suatu cara menjadikan sesuatu menjadi

maju, baik sempurna dan berguna.

Moeliono (1990: 414) mengungkapkan, yang dimaksud dengan

pengembangan adalah proses, cara, pembuatan mengembangkan. Pengembangan

pariwisata memiliki karakter aktivitas yang bersifat multisectoral, dalam

pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana secara terpadu dengan

pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan

fisik dan politik. Jadi pengembangan dapat diartikan sebagai perbuatan

menjadikan sesuatu baik yang ada maupun yang belum ada menjadi lebih baik

dari sebelumnya.

Page 18: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

12

II.2 Konsep Pariwisata

II.2.1 Pengertian Pariwisata

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu

aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat

maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang.

Definisi pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006:1) sebagai berikut

:

Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang

sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan

kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan

layanan, dan sebagainya.

Sementara Marpaung (2002:13) mendefinisikan pariwisata sebagai :

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan

tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan runtin, keluar dari tempat

kediamannya. Aktifitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang

dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut Soekadijo pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat

yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel,

pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan

pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan

pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para

wisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2).

Undang- Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

menyebutkan beberapa istilah, diantaranya :

Page 19: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

13

Pasal 1

(1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang untuk mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya

tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

(2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

(3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

(4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serts interaksi antar

wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah,

pemerintah daerah, dan pengusaha.

(5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisata.

Nyoman S. Pendit (1999: 42-48) menggolongkan pariwisata menjadi

beberapa jenis yaitu :

1. Wisata Budaya Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan

untuk memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.

2. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang

wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan

tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat

baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat

peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat

menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau

tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olah Raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan

tujuan berolahraga atau. memang sengaja bermaksud mengambil

bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu tempat atau Negara

seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-

lain. Bisa saja olahraga memancing, berburu, berenang

4. Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk

mengunjungi pameranpameran dan pekan raya yang bersifat

komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar

atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau

daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-

Page 20: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

14

bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan

atau penelitian. Misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi

industri tekstil.

6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya,

ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow,

Penobatan Ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau

konvensi politik yang disertai dengan darmawisata.

7. Wisata Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan

konvensi atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

8. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah

serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat

ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh,

pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian Merupakan pengorganisasian perjalanan yang

dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang

pembibitan dan sebagainya dimananwisatawan rombongan dapat

mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun

melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka

ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Wisata yang dikaitkan dengan

kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut.

Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan

mendayung dan lainnya.

11. Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen

atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan

mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung,

hutan daerah pegunungan dan sebagainya.

12. Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah

ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah

perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi

hutan atau banteng.

13. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini

banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat

suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang

dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang

dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali

Songo, tempat ibadah seperti di Candi Borobudur, Pura Besakih di

Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya.

14. Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan madu

dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan

perjalanan dan kunjungan mereka.

Page 21: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

15

II.3 Konsep Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan

sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang

dibutuhkan masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang

dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga

memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan

wisata.

3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi,

sosial, dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan

pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat

disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses atau cara yang terjadi

secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu objek tersebut menjadi lebih baik

sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat secara keseluruhan.

Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak

negatif, maka diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan

dampak negatif yang ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai

dampak positif maupun dampak negatif dari pengembangan pariwisata.

Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:

1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata

merupakan industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat

digantikan dengan modal atau peralatan.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara

wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke

arah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari

Page 22: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

16

dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian

regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak

ekonomis dari pariwisata.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan

pariwisata meliputi:

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan

perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang

atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat

tergantung pada satu pasar asing.

2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-

proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian,

seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negri, tambahan

pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan

percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar

mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar

dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

II.4 Konsep Kesejahteraan Sosial

Menurut James Midgley (dalam Huraerah, 2011:29) kesejahteraan sosial

suatu keadaan manusia yang baik atau sejahtera yang wujudnya apabila masalah-

masalah sosial terkendali, apabila kebutuhan-kebutuhan manusia terpenuhi, dan

apabila kesempatan-kesempatan sosial dimaksimalkan.

Dalam definisi tersebut, tersirat bahwa individu, keluarga atau masyarakat

yang mampu mengatasi masalah sosialnya akan lebih sejahtera. Begitu juga,

individu, keluarga, atau masyarakat yang kebutuhannya terpenuhi, seperti

kebutuhan makanan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan, air bersih, dan

transportasi akan merasa sejahtera. Demikian pula, individu, keluarga atau

masyarakat akan menjadi sejahtera jika memiliki kesempatan sosial untuk

mengembangkan dan merealisasikan potensi-potensinya.

Sebaliknya, jika ketiga kondisi diatas tidak dapat dipenuhi, dapat

dipastikan bahwa individu, keluarga atau masyarakat tersebut gagal dalam

Page 23: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

17

mencapai tingkat kesejahteraan yang diinginkan. Dalam kaitan ini, Richard M.

Titmuss (dalam Huraerah 2011: 30) mengatakan bahwa ketidakmampuan untuk

mengatasi masalah-masalah sosial melahirkan kondisi yang disebut sebagai

penyakit sosial. Ketidaksanggupan dalam meraih kesempatan-kesempatan sosial

juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit sosial. Sementara itu, dalam

pandangan Midgley (dalam Huraerah 2011:30) orang yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya dikatakan sebagai orang yang tidak dapat mencapai

kebahagiaan sosial.

Menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974

tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial

material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan

dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga

negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga

serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban

manusia sesuai dengan Pancasila”.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Kesejahteraan sosial adalah kondisi masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan

pokoknya baik secara rohani maupun jasmani.

II.4.1 Indikator Kesejahteraan Sosial

Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu

1. pendapatan 2. konsumsi atau pengeluaran keluarga 3. Keadaan tempat tinggal 4. kesehatan anggota keluarga 5. kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 6. kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

Page 24: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

18

7. kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Sen, (2002: 8) mengatakan bahwa welfare economics merupakan suatu

proses rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh

kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti :

1. tingkat kehidupan (levels of living);

2. pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment);

3. kualitas hidup (quality of life); dan

4. pembangunan manusia (human development).

II.5 Konsep Masyarakat

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang

berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk,

artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tntu karena ada bentuk- bentuk aturan

hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melalinkan

oleh unsur- unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan

kesatuan. Para ahli seperti Maclver, J. L. Gillin, dan J.P Gillin (dalam Soelaeman

2000:122) menyatakan bahwa:

Adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai- nilai,

norma- norma, cara- cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan

bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat- istiadat tertentu, yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Sementara itu, Definisi lain diungkapkan oleh Koentjaraningrat (2009:

115-118) yang menyatakan bahwa :

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat tenrtentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh

suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat

yang memiliki keempat ciri yaitu interaksi antara warga-warganya, adat

istiadat, kontinuitas waktu, dan rasa identitas yang mengikat semua warga

Page 25: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

19

Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang

berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya,

wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan

persatuan yang diikat oleh kesamaan.

Page 26: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

20

BAB III

OBJEK PENELITIAN

III.1 Letak dan Keadaan Alam

Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat

pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang

ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Posisinya terletak di antara 116°05‟ sampai

116°24‟ Bujur Timur dan 8°24‟ sampai 8°57‟ Lintang Selatan, dengan luas

wilayah 1.208,39 km² (120.839 ha). Di sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara, di sebelah Selatan

terbentang Samudera Indonesia, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Lombok Barat dan di sebelah Timur dengan Kabupaten Lombok Timur.

Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim tropis dengan musim kemarau

yang kering pada bulan April-Oktober. Musim hujan mulai sekitar bulan

Oktober/Nopember sampai dengan bulan April dengan curah hujan pada

bulanbulan tersebut rata-rata di atas 100 mm, dan curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan Januari yang mencapai 375 mm. Sedangkan pada bulan Mei sampai

September curah hujan rata-rata di bawah 100 mm bahkan di bawah 50 mm dan

curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yakni sebesar 0,58 mm. Hari

hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari 18,16 hari dan hari hujan terkecil pada

bulan Agustus selama 0,58 hari. Untuk memenuhi kebutuhan air, baik untuk

Page 27: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

21

keperluan air bersih maupun keperluan pertanian banyak terdapat sumber mata air

di wilayah bagian Utara dengan cadangan debit air seluruhnya diperkirakan

sekitar 5.162 liter per detik.

Dilihat dari topografi, bagian utara wilayah Kabupaten Lombok Tengah

merupakan daerah dataran tinggi dan merupakan areal kaki Gunung Rinjani.

Curah hujan pada daerah ini relatif tinggi dan dapat menjadi pendukung bagi

kegiatan di sektor pertanian, juga terdapat aset wisata terutama pariwisata alam

pegunungan dengan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Bagian

tengah merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki potensi pertanian padi

dan palawija, didukung oleh hamparan lahan sawah yang luas dengan sarana

irigasi yang memadai. Sedangkan bagian Selatan merupakan daerah yang

berbukit-bukit dan sekaligus berbatasan dengan Samudra Indonesia dengan garis

pantai sepanjang 85 km. Karena berbatasan dengan Samudra Indonesia, maka

wilayah ini memendam potensi wisata pantai yang indah dengan gelombang yang

cukup fantastik.

Secara administrasi pemerintahan, wilayah Kabupaten Lombok Tengah

terdiri dari atas 12 Kecamatan, 127 desa dan 12 kelurahan, dengan jumlah dusun

1.354 dusun.

III.2 Kependudukan

Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah 1.208,39 km² dengan

penduduk berjumlah 860.209 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah

Page 28: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

22

407.079 jiwa, penduduk perempuan 453.130 jiwa dan rumah tangga berjumlah

256.670 RT.

Kepadatan penduduk 712 jiwa/km², Kecamatan yang terpadat adalah

Kecamatan Praya dengan kepadatan penduduk 1.688 jiwa/km² dan Kecamatan

yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Batukliang Utara

dengan kepadatan penduduk 260 jiwa/km². Rata-rata laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Lombok Tengah pertahun periode 2000-2010 sebesar 1,45 persen,

dimana angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju

pertumbuhan penduduk pertahun periode 1990-2000 yaitu sebesar 0,98 persen.

III.3 Lokasi Suku Sasak

Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok, Nusa

Tenggara Barat. Jumlah penduduk pulau Lombok pada tahun 2014 sekitar

3.311.044 jiwa yaitu sebuah pulau di Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara

yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di

sebelah timur dari Sumbawa. Letak Geografis pulau Lombok 8.565° S 116 .351°

E. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam “ekor” disisi barat daya

yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km²,

menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di

dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.

Pulau Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini

sendiri dibagi menjadi 1 Kotamadya dan 3 Kabupaten :

1. Kotamadya Mataram

2. Kabupaten Lombok Barat

Page 29: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

23

3. Kabupaten Lombok Tengah

4. Kabupaten Lombok Timur

Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah 1.208,39 km² dengan

penduduk berjumlah 860.209 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah

407.079 jiwa, penduduk perempuan 453.130 jiwa dan rumah tangga berjumlah

256.670 RT.

Kecamatan Pujut yang terletak di bagian Selatan Kabupaten Lombok Tengah

yang mempunyai obyek wisata pantai yang sangat indah dan mempesona dengan

panjang panti kurang lebih 17 Km yang terbentang dari Pantai Mawun Desa

Tumpak sampai Awang Desa Mertak, merupakan salah satu dari 12 Kecamatan

yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yang terletak 15 Km disebelah Selatan

Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah yaitu Kota Praya dengan luas wilayah

23.355 Ha. yang tersebar dalam 16 ( Enam belas ) Desa dan 207 ( Dua ratus )

Dusun dengan jumlah Penduduk 106.536 Jiwa yang terdiri dari Laki-laki : 51.445

jiwa, Perempuan 54.767 jiwa, Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) : 32.562 dan

Jumlah Kepala Keluarga Miskin : 14580.

Secara Geografis kampung Sade terletak pada 8 – 50 ° LS dan 116 ° GT

dengan batas wilayah sebelah barat Dusun Penyalu sebelah timur Dusun Lentak

sebelah utara Dusun Selak dan sebelah selatan Dusun Selemang. Pemukiman

kampung Sade terletak pada ketinggian 120-126 mdpl dengan topogafi yang

berbukit dan bergelombang. Desa Sade Rembitan terletak di wilayah Pujut,

Lombok Tengah. Desa ini merupakan salah satu dati tiga desa adat yang menjadi

tempat tinggal Suku Sasak di Lombok. Luas wilayah desa sade adalah kurang

Page 30: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

24

lebih 6 Ha dengan jumlah penduduk 213 kepala keluarga atau kurang lebih 872

jiwa dari usia 0-100 tahun.

III.4 Asal-Usul Suku Sasak

Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau

ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak Laeq berarti waktu lampau),

namun sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang

ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja

Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan

Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang

kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa

itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok, antara lain :

Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samar Katon, dan Selaparang.

Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-

13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah Kerajaan Hindu dan

kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada

tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah Kerajaan Islam dan kekuasaannya

berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan

Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan

yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja

Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat

disisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya

Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari

pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang

Page 31: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

25

masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun

demikian, Lombok kemudian berada dibawah kekuasaan Hindia Belanda secara

langsung.

Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada dibawah

kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Sesuai perang dunia II,

Lombok sempat berada dibawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada

tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.

III.5 Sistem Mata Pencaharian Suku Sasak

Mata pencaharian utama Orang Sasak adalah bercocok tanam di ladang

(lendang) atau di sawah (subak). Ada juga yang menggantungkan hidup pada

kegiatan berburu rusa, babi, dan binatang hutan lain; mencari umbi-umbian,

menangkap ikan; mata pencaharian lain adalah membuat barang anyaman, ukiran

logam, kain tenun, barang-barang dari rotan, tanah liat dan sebagainya.

III.6 Sistem Sosial Dan Kekerabatan Suku Sasak

Keluarga inti masyarakat Sasak disebut koren atau kurenan. Keluarga-

keluarga inti ini bergabung ke dalam keluarga luas terbatas yang mereka sebut

sorohan atau kadang waris. Prinsip kekerabatan mereka adalah patrilineal yang

mengenal garis keturunan ke atas (papu balo) dan ke bawah (papu bai), lalu ke

samping (semeton jari). Adat menetap sesudah nikah biasanya virilokal, walaupun

banyak juga yang lebih suka membuat hunian baru. Dalam kegiatan yang

membutuhkan banyak tenaga mereka bergotong royong dengan sistem yang

mereka sebut basiru.

Page 32: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

26

Setiap sorohan dipimpin oleh seorang ketua yang disebut turas dan diberi

gelar Datu. Dalam sebuah desa (dusun atau gubuk) pada masa sekarang selain

kepala desa juga dikenal pemimpin adat yang dipanggil mangkubumi atau

pemangku adat atau jintaka. Kepala desa sendiri sehari-hari dibantu oleh krama

desa, yaitu orang-orang terkemuka dari setiap kelompok soroan dalam desa.

Pembantu tetap kepala desa adalah jaksa (juru tulis), keliang (penghubung),

langlang (kepala keamanan) dan wakil keliang (juarah). Setiap kepala desa

memperoleh santunan dari warganya, misalnya bantuan tenaga untuk mengerjakan

sawah atau ladang kepala desa, ini disebut najen.

Pada masa sekarang dalam masyarakat Sasak masih ada sisa bentuk

pelapisan sosial lama, yaitu dengan adanya golongan-golongan seperti menak

(bangsawan) yang biasanya bergelar Datu, Raden, dan Mamik. Kedua adalah

golongan orang terpandang yang berasal dari keturunan pemimpin desa yang

bukan bangsawan, disebut parawangsa. Ketiga adalah golongan kaula atau orang

kebanyakan : yang sudah mempunyai anak disebut amaq, yang belum mempunyai

anak disebut Ioq. Sedangkan perempuan yang belum mempunyai suami disebut Ia,

dan yang sudah bersuami disebut inaq.

III.7 Teknologi Dan Peralatan Hidup Suku Sasak

Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun

1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krisis

moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 dan krisis-krisis lain yang

menyertainya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000

terjadi kerusuhan antar etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi

Page 33: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

27

pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau

Bali. Namun selang beberapa lama kemudian situasi sudah menjadi kondusif dan

mereka sudah kembali. Pada tahun 2007 sektor pariwisata adalah satu-satunya

sektor di Lombok yang berkembang.

Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan Sasak adalah bentuk bangunan

rumah adatnya. Rumah mempunyai posisi penting dalam kehidupan manusia,

yaitu sebagai tempat individu dan keluarganya berlindung secara jasmani dan

memenuhi kebutuhan spiritualnya. Oleh karena itulah, jika kita memperhatikan

bangunan rumah adat secara seksama, maka kita akan menemukan bahwa rumah

adat dibangun berdasarkan nilai estetika dan local wisdom masyarakatnya, seperti

halnya rumah tradisional suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Orang

Sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang dijadikan sebagai tempat

tinggal dan juga tempat penyelenggaraan ritual adat dan ritual keagamaan.

III.8 Rumah Adat Suku Sasak

Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu

(bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau

dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah

mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut

diwarisi dari nenek moyang mereka.

Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah

adat Sasak didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung

bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu.

Page 34: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

28

Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah,

dan tidak memiliki jendela.

Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan

profan duniawi) secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai

tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat

dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan

kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah),

dan sebaginya.

Perubahan pengetahuan masyarakat, bertambahnya jumlah penghuni dan

berubahnya faktor-faktor eksternal lainya (seperti faktor keamanan, geografis, dan

topografis) menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat.

Hanya saja, konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang, dan polanya

tetap menampilkan karakteristik tradisionalnya yang dilandasi oleh nilai-nilai

filosofis yang ditransmisikan secara turun temurun.

Untuk menjaga lestarinya rumah adat mereka dari gilasan arsitektur

modern, para orang tua biasanya mengatakan kepada anak-anaknya yang hendak

membangun rumah dengan ungkapan: “Kalau mau tetap tinggal di sini, buatlah

rumah seperti model dan bahan bangunan yang sudah ada. Kalau ingin

membangun rumah permanen seperti rumah-rumah di kampung-kampung lain

pada umumnya, silakan keluar dari kampung ini.” Demikianlah cara orang Sasak

menjaga eksistensi rumah adat mereka, yaitu dengan cara melembagakan dan

mentransmisikan pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Page 35: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

29

III.9 Nilai-Nilai yang Terkandung (Makna Dari Bangunan)

Rumah merupakan ekspresi pemikiran paling nyata seorang individu atau

kelompok dalam mengejewantahkan hubungan dengan sesama manusia

(komunitas atau masyarakat), alam, dan dengan Tuhan (lingkup keyakinan).

Keberadaan rumah Sasak, baik bentuk, tata ruang serta struktur bangunan

rumahnya mengandung simbol-simbol yang sarat dengan nilai-nilai filsafat tinggi

dan sakral. Di antara nilai-nilai tersebut diantaranya:

Atap rumah dengan design sangat rendah dengan pintu berukuran kecil

bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk bila memasuki pintu rumah yang

relatif pendek. Sikap merunduk merupakan sikap saling hormat menghormati dan

saling menghargai antara tamu dengan tuan rumah.

Pembangunan rumah dengan arah dan ukuran yang sama menunjukkan

bahwa masyarakat hidup harmonis. Oleh karena itu, jika ada yang membangun

rumah yang arahnya tidak sama dengan bangunan rumah yang sudah ada, maka itu

menandakan bahwa penghuni kampung tersebut tidak harmonis.

Undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan bahwa tingkat

ketaqwaan ilmu pengetahuan dan kekayaan tiap-tiap manusia tidak akan sama.

Oleh karena itu, diharapkan semua manusia senantiasa menyadari bahwa

kekurangan dan kelebihan yang dimiliki merupakan rahmat Tuhan. Ada juga yang

menganggap bahwa anak tangga sebanyak tiga buah menunjukkan simbol daur

hidup manusia, yaitu lahir, berkembang, dan mati, atau simbol keluarga batih

(ayah, ibu, dan anak).

Page 36: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

30

Empat tiang penyangga berugaq/sekepat mempunyai pengertian:

Kebenaran yang harus diutamakan; Kepercayaan diri dalam memegang amanah;

dalam menyampaikan sesuatu hendaknya berlaku jujur dan polos; dan sebagai

orang yang beriman hendaknya pandai/cerdas dalam menyikapi masah (tanggap).

Sedangkan atapnya menggambarkan keyakian bahwa Tuhan Maha tahu atas

segalanya, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Ada juga yang beranggapan

bahwa pesan dari berugak bertiang empat adalah simbol syariat Islam: Quran,

Hadis, Ijma„, Qiyas. Disamping itu, berugak yang ada di depan rumah merupakan

bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan Tuhan, dan juga sebagai tempat

berinteraksi dengan masyarakat lainnya.

Bale tajuk, pada umumnya, berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah

lima melambangkan bahwa masyarakat Sasak adalah masyarakat yang religius

yang menurut keyakinan mereka, setiap mahluk hidup pasti akan mati dan setiap

sesuatu yang lahir maka pasti akan berakhir.

Keberadaan lumbung menunjukkan bahwa warga sasak harus hidup

hemat dan tidak boros. Bahan-bahan yang disimpan di dalamnya, hanya bisa

diambil pada waktu tertentu, misalnya sekali sebulan sebagai persiapan untuk

keperluan mendadak, misalnya karena gagal panen atau karena ada salah satu

anggota keluarga meninggal.

Page 37: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

31

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Dampak Pengembangan Pariwisata Desa Adat terhadap Tingkat

Kesejahteraan Masyarakat Sasak Sade

Salah satu tujuan dari diadakannya pengembangan sektor pariwisata di

setiap daerah yang memiliki potensi menjadi objek wisata adalah untuk mencapai

peningkatan perekonomian masyarakat. Peningkatan perekonomian tersebut dapat

berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Di desa Sasak Sade

Kabupaten Lombok tengah sendiri telah dikembangkan wisata budaya, desa Sasak

Sade telah dijadikan sebagai desa adat yang menjadi salah satu destinasi

pariwisata di Lombok Tengah.

Masyarakat Sasak sade baik secara langsung maupun tidak langsung

terkena dampak dari adanya pengembangan pariwisata tersebut, salah satu

dampaknya adalah pada tingkat kesejahteraan masyarakat sasak sade sendiri.

Terdapat beberapa tolak ukur untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat,

yakni : pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, Keadaan tempat tinggal,

fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan memasukkan

anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

(BPS, 2005).

IV.1.1 Pendapatan Mayarakat Sasak Sade

umber mata pencaharian masyarakat desa sasak sade adalah bertani.

Masyarakat beertani padi dengan masa panen satu kali dalam satu tahun. Hasil

Page 38: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

32

panen pun disimpan sebagian di tempat yang disebut Lumbung Padi. Sistem

pertaniannya masih menggunakan sistem subsistem, dimana masyarakat bertani

hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja. Semenjak desa sasak sade dijadikan

tempat wisata budaya berbasis desa adat, masyarakat mempunya sumber

pemasukan lainnya, yakni penghasilan dari hasil pertunjukkan seni, dan dari hasil

penjualan handicraft berupa kain songket, aksesoris wanita, kain sarung, dan

sejenisnya. Besar kecilnya pendapatan masyarakat bergantung pada banyaknya

wisatawan yang hadir. Pada saat pengunjung ramai, pendapatan masyarakat bisa

mencapai Rp. 200.000 per hari, namun jika pengunjung sedang sepi, bahkan uang

sepeserpun tidak mereka dapatkan.

IV.1.2 Konsumsi atau Pengeluaran Masyarakat Sasak Sade

Masyarakat sasak sade adalah masyarakat yang masih kental dengan nilai-

nilai tradisional. Pola pikir masyarakat yang masih belum dapat berpikir terlalu

jauh ke depan membuat pola konsumsi atau pengeluaran keluarga hanya sebatas

pengeluaran yang bersifat kebutuhan pokok. Pengeluaran yang ada tidak lebih dari

membeli kebutuhan untuk makan sehari-hari. Pengeluaran masyarakat belum pada

tahap pada pemenuhan kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier.

IV.1.3 Keadaan Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade

Desa sasak sade adalah desa adat, maka dari itu keadaan tempat tinggal

masyarakat jauh dari kata modern. Nilai-nilai tradisional masih sangat kental dan

terwujud dalam bangunan tenpat tinggal yang ada. Dinding rumah masih terbuat

dari bilik dan atapnya hanya tumpukan jerami. Rumah tersebut sengaja

Page 39: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

33

dipertahankan seperti itu agar tetap menjadi ciri khas budaya dari masyarakat yan

gjustru menjadi daya tarik desa adat tersebut. Bagian depan desa sasak sade,

terlihat tertata dengan rapi, namun saat memasuki kawasan yang lebih dalam,

dapat dilihat keadaan yang kumuh. Jalan yang ada masih berupa tanah, tempat

sanitasi (MCK) tidak terawat dan tempatnya ada di luar rumah dan digunakan

secara bersamaan oleh masyarakat.

IV.1.4 Fasilitas Tempat Tinggal Masyarakat Sasak Sade

Untuk standar desa adat, tempat tinggal dari masyarakat sasak sade

memang dipertahankan tetap tradisional. Berbicara mengenai fasilitas, masyarakat

sasak sade sudah terfasilitasi dengan aliran listrik, namun masyarakat masih

banyak masyarakat yang tidak memiliki televisi, kulkas, dan alat elektronik dan

alat rumah tangga modern lainnya. Untuk fasilitas kebersihan pun masyarakat

masih menggunakan kamar mandi bersama yang keadaannya tidak terawat.

Sementara, untuk air besih, masyarakat menampung air hujan di dalam sebuah

bak besar yang bahkan banyak jentik nyamuk di dalamnya. Hal ini menandakan

bahwa disana masih sulit untuk mendapatkan air bersih karena warga sekitar

memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap air bersih.

IV.1.5 Kesehatan Anggota Kelaurga Masyarakat Sasak Sade

Masyarakat sasak sade masih terkesan kurang memperhatikan

kesehatannya. Hal tersebut dapat dilihat dari tempat Mandi, Cuci, Kakus (MCK)

yang tidak terawat. Tumbuh lumut di lantai MCK tersebut, sementara itu

penampungan air yang ada penuh dengan jentik nyamuk yang dapat menjadi

Page 40: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

34

sarang nyamuk demam berdarah. Sementara kondisi MCK ynag tidak terawat

dapat menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri, virus, jamur, dan beberapa

penyakit menular, terlebih MCK tersebut digunakan oleh warga sevara

bersamaan.

IV.1.6 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Sade, dapat dikatakan lebih baik dari pada

sebelumnya, hal ini dilihat dari kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan,

meskipun sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat Dusun Sade baru sampai jenjang

Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat. Terutama pada generasi muda yang diarahkan

pada pendidikan kejuruan khususnya pariwisata, untuk menunjang program pemerintah

yang menetapkan Dusun Sade sebagai destinasi pariwisata.Sedangkan sebagian kecilnya

telah mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi namun jumlahnya masih dapat

dihitung dalam hitungan jari. Sementara jarak dari desa ke tempat pendidikan SD,

SMP/Sederajat, SMA/Sederajat relatif dekat. Untuk jarak menuju SD cukup menempuh

perjalanan sejauh 500 m, serta SMP dan SMA sekitar 1 km.

IV.1.7 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Keadaan jalan raya yang melewati Desa Sasak Sade dapat dikatakan

mulus. Jalan yang ada telah teraspal dan tidak ditemukan lubang-lubang di jalan

yang mampu mebngganggu pengguna jalan. Namun sangat disayangkan,

keberadaan transportasi umum di sana sangat jarang. Hal tersebut tentunya

menjadikan akses transportasi merupakan salah satu hal yang sulit di dapatkan

oleh masyarakat sasak sade. Sehingga akses masyarakat terbatas.

Page 41: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

35

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian dalam bab pembahasan, Dampak

Pengembangan Pariwisata terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sasak

Sade berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan masyarakat, peneliti

mengambil kesimpulan bahwa secara ekonomi, masyarakat sasak sade mengalami

perbaikan karena adanya lapangan kerja baru yang terbentuk setelah adanya

pengembangan sektor pariwisata di desa tersebut, sehingga masyarakat memiliki

pendapatan tambahan selain bertani.Namun, pola hidup masyarakat yang masih

kental dengan nilai-nilai tradisional membuat masyarakat sulit untuk mencapai

indikator kesejahteraan masyarakat lainnya, seperti pemenuhan fasilitas tempat

tinggal, dan tingkat kesehatan. Sementara untuk pendidikan masyarakat Sade,

dapat dikatakan lebih baik dari pada sebelumnya, hal ini dilihat dari kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya pendidikan, meskipun sebagian besar tingkat

pendidikan masyarakat Dusun Sade baru sampai jenjang Sekolah Menengah Atas

(SMA)/sederajat.

V.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran agar

pengembangan pariwisata dapat berdampak positif untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, perlu diadakannya pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat siap untuk melakukan pembangunan. Pemberdayaan yang mampu

Page 42: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

36

menjadikan masyarakat hisup secara tradisional namun memiliki pemikiran yang

modern dan berwawasan ke depan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat

terwujud.

Page 43: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

36

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Damanik, J dan Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.

Jogjakarta: Pusat Studi Pariwisata.

Darminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ghony, Djunaidi. M dan Almanshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Arr-Ruzz Media

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat.

Bandung: Humaniora.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.

Moeliono, M. Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

DEPDIKBUD Balai Pustaka.

Moleong, 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Kosda

Karya.

Soekadjo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Jogjakarta: Andi.

Page 44: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

37

Dokumen :

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974

Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Internet :

Anonim. Sejarah Dan Tradisi Suku Sasak Lombok NTB.(http://www.wacana

nusantara.org/sejarah-dan-tradisi-suku-sasak/).

Ihsan Gagah. Masyarakat dan Kebudayaan Suku Sasak di Pulau

Lombok.(http://ihsangagah.blogspot.com/2012/02/masyarakat-dan-

kebudayaan-suku-sasak)

Nur Kasana. Etnografi Suku Sasak.

(http://nurkasana1992.blogspot.com/2013/05/800x600-normal-o-false-

false-false-en.html?m=1)

Watipuspitasari. Kebudayaan Suku Sasak.

(http://watipuspitasari.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-suku-sasak).

Page 45: 6111121004 Nina Minawati Muhaemin

38

Website Resmi Badan Pusat Statistik (BPS). (http://bps.go.id)

Website Resmi Kabupaten Lombok Tengah. (http://lomboktengahkab.go.id)