610.7 Ind P -...

90
610.7 Ind P

Transcript of 610.7 Ind P -...

Page 1: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

610.7

Ind

P

Page 2: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan
Page 3: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS PADA POLTEKKES KEMENKES RI 2018

KEMENTERIAN KESEHATAN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN

PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

610.7

Ind

P

Page 4: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

TIM PENYUSUN

Pengarah Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Penanggung Jawab Kepala Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Editor Yuyun Widianingsih, S.Kp, MKM Dra. Trini Nurwati, M.Kes Zaini Dahlan, MPH Eric Irawati, S.Si.T, MKM

Penyusun Yeti Resnayati, S.Kp, M.Kes (DPP PPNI); Fransiskus S. Onggang, S.Kep, Ns, M.Sc(DPP PPNI); Ns. I Wayan Suardana, S,Kep, M.Kep (DPP PPNI); Dr. Irna Nursanti, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat (AIPNI); Yupi Supartini, S.Kp, M.Sc (AIPViKi); Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes (Poltekkes Kemenkes Semarang); Widodo, MN (Poltekkes Kemenkes Surakarta); Dr. Ni Made Riasmini, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom (Poltekkes Kemenkes Jakarta III); Dr. Prayetni, S.Kp, M.Kes (Poltekkes Kemenkes Jakarta III); Dr. Titi Sulastri, S.Kp, M.Kes ( Poltekkes Kemenkes Jakarta III); Ni Luh Putu Ekarini, S.Kep, Ners, M.Kep (Poltekkes Kemenkes Jakarta III);

Narasumber Drs. Endang Taryono (Kemenristekdikti) Dr. Soetrisno, MA (LAM – PTKes) Dr. Liliana Sugiharto, M.S (UNIKA ATMAJAYA)

Pusat Pendidikan SDM Kesehatan

Jln. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan – 12120

Telepon (021) 726 0401; Faksimile (021) 726 0485

Website : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/

Page 5: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan
Page 6: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan
Page 7: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan
Page 8: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

i

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENDIDIKAN SDM KESEHATAN

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas

karuniaNya sehingga Buku Pedoman Penyelenggaraan Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Terapan dan Program Studi Pendidikan Profesi

Ners pada Poltekkes Kemenkes RI telah tersusun. Pendidikan Profesi Ners

merupakan salah satu pendidikan tinggi Keperawatan yang bertujuan untuk

menghasilkan tenaga keperawatan profesional dengan sebutan Ners.

Pelaksanakan proses pendidikan sangat diperlukan pedoman sebagai arah

dalam interaksi antar seluruh elemen dalam proses belajar mengajar sehingga

dapat dicapai kualitas lulusan yang handal dan profesional.

Buku Pedoman ini disusun berdasarkan masukan dari berbagai pihak,

digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan serta

proses pembelajaran. Pedoman ini diharapkan sebagai dasar dalam

penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan menghantarkan mahasiswa dalam

memahami sistem pembelajaran sehingga mahasiswa mampu meraih prestasi

belajar yang optimal.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim penyusun Buku

Pedoman Penyelenggaraan Program Studi Keperawatan Program Sarjana

Terapan dan Program Studi Pendidikan Profesi Ners pada Poltekkes Kemenkes

RI dan pihak lain yang telah mencurahkan pikiran, tenaga dan segala daya

upayanya. Dan tak lupa, saran dan masukan dari semua pihak agar kurikulum

ini menjadi lebih sempurna sangat kami harapkan.

Page 9: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA

MANUSIA KESEHATAN

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu

Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah

meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan

pelayanan kesehatan. Masih banyak tantangan dalam pembangunan kesehatan antara lain, Angka

Kematian Ibu dan bayi yang masih tinggi, masih banyak dijumpai anak balita yang pendek (stunting),

dan berbagai masalah gizi. Belum lagi masalah penyakit menular seperti AIDS, Tuberkulosis dan

Malaria masih tinggi prevalensinya, begitu pula penyakit degeneratif seperti Hipertensi, Diabetes,

Kanker, dan Gangguan Jiwa terus bertambah.

Untuk menjawab tantangan pembangunan kesehatan dalam mencapai kesehatan

masyarakat yang setinggi – tingginya, salah satu fokusnya pada pengembangan dan pemberdayaan

sumber daya manusia kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan

pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan

baik dalam hal jumlah, jenis, mutu, maupun pemerataannya terus dilakukan. Seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya terjadi peningkatan kebutuhan akan tenaga

kesehatan salah satunya tenaga keperawatan. Perawat adalah profesi/tenaga kesehatan yang

jumlah dan kebutuhannya paling banyak diantara tenaga kesehatan lainnya.

Sebagai bagian dari upaya penyediaan tenaga kesehatan yang bermutu, penyelenggaran

pendidikan profesi ners di Poltekkes Kemenkes hendaknya tidak terlepas dari kepentingan

pembangunan kesehatan secara nasional, hal ini dapat dimaknai bahwa pendidikan profesi ners

harus selaras dengan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Selanjutnya tentu upaya tri

dharma perguruan tinggi yang dilaksanakan harus sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan

Tinggi. Oleh karenanya Buku Pedoman ini agar dijadikan panduan oleh seluruh Poltekkes Kemenkes

dalam penyelenggaran pendidikan profesi ners di institusinya masing – masing.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga semua upaya yang dilaksanakan oleh semua

pihak dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan dapat mencapai

tujuannya yaitu menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, dan upaya tersebut mendapatkan

ridlo dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Amiin.

Page 10: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

SAMBUTAN ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

AB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan....................................................................................................... 2

C. Dasar Hukum ............................................................................................ 3

D. Daftar Istilah ............................................................................................. 4

E. Tujuan Pendidikan .................................................................................... 6

BAB II PROFIL PENDIDIKAN PROFESI NERS ......................................................... 8

A. Profil Lulusan Profesi Ners ........................................................................ 8

B. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 9

C. Gelar Kesarjanaan ................................................................................... 23

BAB III PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ........................................................ 22

A. Program Studi Profesi Ners ..................................................................... 22

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 32

BAB IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ........................................................... 37

A. Proses Pembelajaran .............................................................................. 37

B. Peraturan Akademik ............................................................................... 54

C. Cuti Akademik......................................................................................... 62

D. Bimbingan dan Konseling ........................................................................ 64

E. Sistem Penilaian ..................................................................................... 65

F. Yudisium ................................................................................................. 72

G. Wisuda.................................................................................................... 73

H. Angkat Sumpah....................................................................................... 74

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75

Page 11: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

1

AB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

telah membuka program studi baru profesi Ners. Pelaksanaan program

pendidikan profesi Ners di lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (RI) telah melalui studi kelayakan yang

mengacu kepada SK No 108/DIKTI/Kep/2001 tentang pedoman pembukaan

Program Studi dan PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan serta PP RI No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelengaraan Pendidikan. Pembentukan Program Pendidikan Profesi

Ners merupakan Pendidikan yang berkelanjutan yang bertujuan untuk

menyiapkan mahasiswa untuk mampu melaksanakan fungsi dan peran

sebagai Ners. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Indonesia No 232/U/2000 Pasal 2 ayat 2 bahwa program pendidikan

profesional bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional dalam

menerapkan, mengembangkan, menyebarluaskan teknologi dan atau

kesenian serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan Nasional.

Penyelenggaraan pendidikan profesi Ners berdasarkan

pengembangan kurikulum yang diarahkan untuk mempersiapkan

mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus

sesuai amanah Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 dan diharapkan

I Pendahuluan

Page 12: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

2

dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi standar kompetensi perawat

level 7 melalui mekanisme uji kompentensi sesuai dengan amanah Undang-

undang No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

Poltekkes Kemenkes dalam implementasi pembelajaran

menggunakan kurikulum pendidikan profesi Ners yang terdiri atas

Kurikulum Pendidikan Diploma IV / Sarjana Terapan Keperawatan tahun

2013 dan kurikulum pendidikan profesi Ners. (AIPNI tahun 2015) Kurikulum

dikembangkan sesuai arahan dan hasil telaah capaian pembelajaran

Kurikulum Diploma-IV (AIPSTEKI 2013) dan Kurikulum Strata-1 Keperawatan

(AIPNI tahun 2015) dengan memasukkan 22 sks pada sebaran Mata Ajar

dari semester I sampai Semester VIII, sebagai penguatan pengetahuan

Dengan tersusunya buku pedoman penyelenggaraan implementasi

kurikulum pendidikan profesi Ners dan Sarjana Terapan Keperawatan yang

telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat

dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi profesi Ners di

lingkungan Poltekkes Kementerian Kesehatan di seluruh Republik Indonesia

dalam rangka menjamin kualitas lulusan yang memenuhi standar mutu

nasional maupun internasional dan siap bersaing dalam era Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA).

B. Tujuan

Buku pedoman penyelenggaraan Program Studi Sarjana Terapan

Keperawatan dan Program Studi Pendidikan Profesi Ners Pada Poltekkes

Kemenkes RI yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan profesi Ners di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Republik Indonesia

Page 13: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

3

C. Dasar Hukum

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Kurikulum

Pendidikan Profesi Ners adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No.78,

Tambahan Lembaran Negara No. 4301);

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144. Tambahan lembaran

Negara 5063);

3. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 No. 158. Tambahan

lembaran Negara 5336);

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No. 298. Tambahan

lembaran Negara 5607);

5. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No. 307. Tambahan

lembaran Negara 5612);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5500);

Page 14: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

4

8. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

No. 24);

9. Peraturan Menteri Riset, Tehnologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 50

Tahun 2015. Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan

Tinggi Negeri dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan

Tinggi Swasta

10. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik

Indonesia nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1952);

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

nomor 73 tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2013 Nomor 831);

12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan

Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;

13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi;

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 8810 tahun

2013 tentang Organisasi dan Tata Laksana Poltekkes Kemenkes.

D. Daftar Istilah

1. Program Pendidikan Profesi Ners adalah program pendidikan Profesional

yang ditempuh selama 10 (sepuluh) semester setelah menyelesaikan

pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU), yang terdiri dari 2 (dua)

Page 15: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

5

semester setelah menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan dan 4

(Empat ) semester setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III

Keperawatan sesuai Kerangka Kualifikasi KKNI pada level 7 yang berhak

menyandang Gelar Ners.

2. Beban studi Program Pendidikan Profesi Ners 10 (sepuluh) semester dari

Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah 180 satuan kredit semester (sks)

yang terdiri dari Tahap Sarjana Terapan minimal 144 sks dengan jabaran

Muatan Inti sebesar 137 sks (115 sks + 22 sks hasil telaah kurikulum S.1

Keperawatan dan kurikulum D.IV Keperawatan/S1 Terapan Keperawatan

oleh AIPNI) dan Muatan Institusi minimal 7 sks sedangkan tahap

pendidikan Profesi 36 sks. (29 sks Muatan Inti dan 7 sks Muatan Institusi

yang terdiri dari 4 sks untuk penguatan mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah (KMB) dan 3 sks penciri prodi).

3. Beban studi Program Pendidikan Profesi Ners Bersumber Lulusan

Sarjana Terapan masa pendidikan 2 semester dengan beban studi 36 sks

yang terdiri dari 29 sks muatan inti dan 7 sks muatan institusional, yang

terdiri dari 4 sks untuk penguatan MK KMB dan 3 sks penciri prodi yang

sebelumnya didahului matrikulasi dengan beban studi 22 sks (penguatan

critical thinking).

4. Beban studi Program Pendidikan Profesi Ners program Alih Jenjang

dengan masa pendidikan 4 semester setelah menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Keperawatan) adalah 75 sks yang terdiri Muatan inti (39 sks

tahap sarjana terapan dan 36 sks tahap profesi) dan matrikulasi dengan

beban studi 22 sks penguatan critical thinking sebelum tahap profesi.

5. Lama Pendidikan Paling lama 7 (tujuh) tahun akademik untuk program

diploma empat/sarjana terapan dan paling lama 3 (tiga) tahun akademik

untuk program profesi.

Page 16: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

6

6. Matrikulasi adalah program penyetaraan ilmu dan kompetensi yang

belum diperoleh dari lulusan Diploma III Keperawatan dan Diploma DIV

Keperawatan pada jenjang Sarjana Keperawatan. Kegiatan matrikulasi

dilaksanakan sebelum pendidikan profesi dengan beban studi 22 sks.

7. Pengkayaan materi adalah kegiatan pendalaman materi baik kognitif

ataupun psikomotor pada mata kuliah tertentu untuk meningkatkan

kompetensi ditingkat sarjana yang diberikan oleh praktisi dan akademisi.

Kegiatan pengkayaan dilaksanakan sebelum pelaksanaan profesi.

8. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab

yang dimiliki oleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan

tertentuuntuk melaksanakan tugas di bidang pekerjaan tertentu.

9. Ijazah Program Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan diterbitkan

oleh Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

10. Ijazah Program Pendidikan Profesi Ners diterbitkan oleh Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

E. Tujuan Pendidikan

Tujuan yang akan dicapai oleh Program Studi Pendidikan profesi Ners

Menyelenggarakan pembelajaran, riset, dan pengabdian kepada

masyarakat dalam suasana akademik yang kondusif, aspiratif, transparan,

dan akuntabel.

Sasaran :

1. Terwujudnya sistem pembelajaran berorientasi pada mahasiswa (student

centered learning) dengan memanfaatkan teknologi terkini dan berbasis

sistem penjaminan mutu perguruan tinggi pada setiap semester.

Page 17: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

7

2. Terselenggaranya riset bidang keperawatan oleh mahasiswa pada akhir

pendidikan dan dosen setiap tahun.

3. Tercapainya pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat berdasar hasil

riset (evidence based practice), kebutuhan masyarakat, dan kebijakan

program pemerintah setempat pada setiap semester.

4. Terwujudnya tata kelola program yang baik, transparan, aspiratif dan

akuntabel (good governance).

Page 18: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

8

BAB II PROFIL PENDIDIKAN PROFESI NERS

A. Profil Lulusan Profesi Ners

Profil merupakan peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh

lulusan program studi di masyarakat atau dunia kerja. Profil lulusan Ners

berdasarkan jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 7

yang dikembangkan oleh AIPNI dalam buku kurikulum inti pendidikan Ners

2015 adalah sebagai berikut:

1. Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan)

Perawat sebagai individu maupun tim memberikan pelayanan

keperawatan/kesehatan kepada klien (individu, keluarga, dan komunitas)

berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa

mempertimbangkan aspek legal dan etis.

2. Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga, dan tim

kesehatan)

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan mampu menampilkan

kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif-terapeutik

terhadap klien (individu, keluarga, dan komunitas) serta kemampuan

membangun komunikasi dengan rekan sejawat dan tim pelayanan

kesehatan lain.

3. Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi

klien, keluarga dan masyarakat)

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan mampu menyediakan

dan mengimplementasikan program promosi kesehatan bagi klien

II PROFIL PENDIDIKAN PROFESI NERS

Page 19: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

9

(individu, keluarga, dan komunitas), untuk mengurangi angka kesakitan,

meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat

4. Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah

sakit maupun masyarakat)

Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan harus mampu

mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu unit ruang rawat

rumah sakit maupun masyarakat dalam lingkup tanggungjawabnya

5. Researcher (Peneliti )

Perawat sebagai profesional harus mampu menerapkan pemikiran logis,

kritis, sistematis, dan inovatif berdasarkan kaidah, tata cara dan etika

ilmiah dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai

humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya;

B. Capaian Pembelajaran

Pengertian capaian pembelajaran (CP) menurut KKNI (Perpres no

8/2012) adalah: internasilisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan,

pengetahuan, pengetahuan praktis, keterampilan, afeksi, dan kompetensi

yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup

suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.

1. Sarjana Terapan Keperawatan

a. Sikap Dan Tata Nilai

1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam

menyelesaikan tugasnya

Page 20: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

10

3) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah

air serta mendukung perdamaian dunia

4) Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan

kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan

lingkungannya

5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan,

kepercayaan, dan agama serta pendapat/temuan orisinal orang

lain

6) Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat

untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat

luas.

7) Mampu menginternalisasi nilai dan norma akademik yang

benar terkait dengan kejujuran, etika, atribusi, hak cipta,

kerahasiaan dan kepemilikan data kesehatan klien.

8) Mampu menginternalisasi semangat kewirausahaan

9) Mampu menunjukkan sikap empati, caring terhadap klien,

keluarga dan masyarakat dalam melakukan asuhan

keperawatan.

b. Penguasaan Pengetahuan

1) Menguasai konsep teoritis ilmu dasar yang meliputi anatomi

fisiologi, fisika dan biologi, ilmu gizi, psikologi, mikrologi dan

parasitologi, Sosiologi, patologi, biokimia, farmakologi,

kebijakan kesehatan nasional, promosi kesehatan,

pemberdayaan masyarakat.

Page 21: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

11

2) Menguasai konsep teoritis dasar dasar keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif (bio-

psiko-sosial-kultural dan spiritual)

3) Menguasai konsep teoritis kebutuhan dasar manusia dalam

rentang sehat dan sakit.

4) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan medical bedah

secara mendalam.

5) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan anak secara

mendalam.

6) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan maternitas

bedah secara mendalam.

7) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan jiwa secara

mendalam.

8) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan komunitas dan

keluarga secara mendalam.

9) Menguasai konsep teori asuhan keperawatan

kegawatdaruratan secara mendalam.

10) Mampu menguasai konsep teori kepemimpinan untuk

menggerakkan masyarakat.

11) Mampu menguasai konsep teoritis pemberdayaan masyarakat.

12) Mampu menyelesaikan masalah-masalah keperawatan /

kesehatan yang sering terjadi di masyarakat melalui upaya

promotif dan preventif.

13) Mampu menguasai teori bidang pendidikan kesehatan,

pendidikan ketrampilan praktis dan multi media tertentu untuk

membantu pasien agar dapat mandiri dalam mejaga dan

merawat kesehatannya sendiri .

Page 22: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

12

14) Mampu menguasai konsep teori manajemen secara umum,

teori manajemen layanan dan asuhan keperawatan.

15) Mampu menguasai konsep komunikasi manajerial, konsep

teori perubahan, serta teori penyelesaian masalah untuk

menyelesaikan masalah manajerial pada tatanan praktik di

rumah sakit atau masyarakat.

16) Menguasai konsep teoritis bidang penelitian dasar dan

terapan dalam bidang keperawatan pada tatanan klinik dan

komunitas

17) Menguasai metodologi penelitian

18) Statistik dan analisa data penelitian

19) Menguasai konsep Etika penelitian

20) Menguasai konsep pelaporan dan publikasi

21) Menguasai kajian pustaka.

c. Keterampilan Umum

1) Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, inovatif , bermutu

dan terukur dalam melakukan asuhan keperawatan serta

sesuai dengan standar kompetensi kerja bidang yang

bersangkutan.

2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur

dalam melakukan asuhan keperawatan.

3) Mampu mengkaji masalah keperawatan dengan menggunakan

ilmu pengetahuan dan tehnologi sesuai norma yang berlaku di

masyarakat untuk menyusun prosedur keperawatan yang

efektif.

Page 23: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

13

4) Mampu menyusun hasil kajian tersebut dalam bentuk kertas

kerja, yang disosialisasikan menggunggahnya dalam laman

perguruan tinggi.

5) Mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan

prosedur baku, dan persyarakat keselamatan dan keamanan

kerja dalam melakukan supervise dan evaluasi pada

pekerjaannya.

6) Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja sama

dan hasil kerja tim maupun di dalam organisasi.

7) Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja

kelompok dan melakukan supervise serta evaluasi terhadap

penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada anggota yang

berada di bawah tanggungjawabnya.

8) Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok

kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya dan mampu

mengelola pekerjaan secara mandiri

9) Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan dan

menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan

mencegah plag.

d. Keterampilan Khusus

1) Mampu mengaplikasikan komunikasi terapeutik dengan klien,

keluarga dan masyarakat dan memberikan informasi yang

tepat dalam melakukan asuhan keperawatan.

2) Mampu melakukan pengkajian, analisa dan merumuskan

masalah, merencanakan, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi dengan benar dan memperhatikan etika profesi.

Page 24: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

14

3) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah

secara mahir dengan menggunakan proses keperawatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

4) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anak secara

mahir dengan menggunakan proses keperawatan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia.

5) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan maternitas

secara mahir dengan menggunakan proses keperawatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

6) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa secara

mahir dengan menggunakan proses keperawatan dalam rangka

memenuhi kebutuhan dasar manusia.

7) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas (klg,

gerontik, klp khusus) secara mahir dengan menggunakan

proses keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

8) Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan kedaruratan

secara mahir dengan menggunakan proses keperawatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.

9) Mampu melakukan tindakan keperawatan dengan

menggunakan tehnologi peralatan kesehatan secara tepat

berdasarkan SOP dan kode etik dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar manusia.

10) Mampu melakukan komunikasi yang efektif terhadap tokoh

masyarakat

11) Mampu memberikan pendidikan kesehatan dalam upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat

Page 25: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

15

12) Mampu menggunakan Teknologi komunikasi dan seni dalam

menggerakkan masyarakat.

13) Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai

sumber-sumber etnik, agama dan faktor lain dalam

menggerakkan masyarakat

14) Mampu menggunakan ketrampilan interpersonal yang efektif

dalam kerjasama tim .

15) Mampu beradaptasi dan menjalin kerjasama dengan unsur

terkait baik lintas program maupun lintas sektoral dalam

menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat.

16) Mampu memberikan pendidikan kesehatan dan melatih

kemampuan praktis kepada klien agar mandiri dalam menjaga

kesehatannya melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative.

17) Mampu memanfaatkan multimedia, dan bekerja sama secara

lintas program dan lintas sektor untuk menyelesaikan masalah

klien.

18) Mampu mengaplikasikan bidang pengelolaan layanan

keperawatan dan asuhan keperawatan berdasarkan fungsi-

fungsi, serta menerapkan komunikasi manajerial secara efektif

dalam pengelolaan keperawatan.

19) Mampu memanfaatkan sistem informasi, teknologi pengolahan

data dan seni memimpin yang efektif untuk menyelesaikan

masalah manejerial pada tatanan praktik di rumah sakit atau

masyarakat, serta dapat beradaptasi terhadap proses

perubahan dan mengambil keputusan yang tepat.

Page 26: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

16

20) Mampu melakukan studi eksplorasi hasil-hasil penelitian dasar

dan terapan dalam bidang keperawatan sebagai dasar

pengembangan penelitian

21) Memanfaatkan teknologi pengolah data serta alat-alat

pelayanan berbasis teknologi untuk melakukan penelitian

dasar dan terapan di bidang keperawatanpada tingkatan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

22) Membuat desain penelitian dasar dan terapan dalam bidang

keperawatan dengan menggunakan metoda penelitian yang

sesuai untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

23) Melakukan penelitian di bidang keperawatan pada tatanan

klinik atau komunitas dengan melibatkan kelompok atau unit

kerja terkait untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan

masalah pelayanan keperawatan serta bertanggungjawab atas

hasil penelitiannya.

24) Menyusun laporan hasil penelitian dasar dan terapan serta

melakukan publikasi.

2. Profesi Ners

a. Sikap Dan Tata Nilai

1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu

menunjukkan sikap religius;

2) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas

berdasarkan agama, moral, dan etika;

3) Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

Page 27: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

17

4) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah

air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada

negara dan bangsa;

5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan

kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;

6) Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan

peradaban berdasarkan pancasila;

7) Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian

terhadap masyarakat dan lingkungan;

8) Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara;

9) Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan

kewirausahaan;

10) Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang

keahliannya secara mandiri.

11) Mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional

meliputi kemampuan menerima tanggung gugat terhadap

keputusan dan tindakan profesional sesuai dengan lingkup

praktik di bawah tanggungjawabnya, dan hukum/peraturan

perundangan;

12) Mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis

dan peka budaya sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia;

13) Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang

dianut dan martabat klien, menghormati hak klien untuk

memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan dan

kesehatan yang diberikan, serta bertanggung jawab atas

Page 28: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

18

kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan

elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sesuai dengan

lingkup tanggungjawabnya.

b. Penguasaan Pengetahuan

1) Menguasai filosofi, paradigma, teori keperawatan, khususnya

konseptual model dan middle range theories;

2) Menguasai konsep teoritis ilmu biomedik;

3) Menguasai nilai-nilai kemanusiaan(humanity values);

4) Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/

praktik keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau

berkelompok , pada bidang keilmuan keperawatan dasar,

keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan

maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga,

keperawatan gerontik, dan keperawatan komunitas, serta

keperawatan bencana;

5) Menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan

keperawatan;

6) Menguasai konsep teoretis komunikasi terapeutik;

7) Menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan

sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan penyakit

pada level primer, sekunder dan tertier;

8) Menguasai prinsip dan prosedur bantuan hidup lanjut

(advance life support) dan penanganan trauma (basic trauma

cardiac life support/BTCLS) pada kondisi kegawatdaruratan

dan bencana;

Page 29: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

19

9) Menguasai konsep dan prinsip manajemen keperawatan

secara umum dan dalam pengelolaan asuhan keperawatan

kepada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan;

10) Menguasai pengetahuan faktual tentang sistem informasi

asuhan keperawatan dan kesehatan

11) Menguasai prinsip-prinsip K3 dan Pencegahan Pengendalian

Infeksi, hak dan perlindungan kerja ners, keselamatan pasien

dan perawatan berpusat atau berfokus pada pasien

12) Menguasai metode penelitian ilmiah.

c. Ketrampilan Umum

1) Bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang

spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara

dengan standar kompetensi kerja profesinya;

2) Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan

pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis,

sistematis, dan kreatif;

3) Menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya

desain di bidang keahliannya berdasarkan kaidah rancangan

dan prosedur baku, serta kode etik profesinya, yang dapat

diakses oleh masyarakat akademik;

4) Mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi

yang bermanfaat bagi pengembangan profesi, dan

kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama

masyarakat profesinya;

Page 30: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

20

5) Meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang

khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja;

6) Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai

dengan kode etik profesinya;

7) Melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan

keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh

dirinya sendiri dan oleh sejawat;

8) Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada

bidang profesinya;

9) Bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam

menyelesaikan masalah pekerjaan bidang profesinya;

10) Mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan

masyarakat profesi dan kliennya;

11) Mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan,

dan menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan

pengembangan hasil kerja profesinya;

12) Meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri.

d. Ketrampilan Khusus

1) Mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan

berkesinambungan yang menjamin keselamatan klien (patient

safety) sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan

perencanaan keperawatan yang telah atau belum tersedia;

2) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area

spesialisasi (keperawatan medikal bedah, keperawatan anak,

keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, atau keperawatan

Page 31: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

21

komunitas (termasuk keperawatan keluarga dan keperawatan

gerontik) sesuai dengan delegasi dari Ners spesialis;

3) Mampu melaksanakan prosedur penanganan trauma dasar dan

jantung (basic trauma and cardiac life support/BTCLS) pada

situasi gawat darurat/bencana sesuai standar dan

kewenangannya;

4) Mampu memberikan (administering) obat oral, topical, nasal,

parenteral, dan supositoria sesuai standar pemberian obat dan

kewenangan yang didelegasikan;

5) Mampu menegakkan diagnosis keperawatan dengan

kedalaman dan keluasan terbatas berdasarkan analisis data,

informasi, dan hasil kajian dari berbagai sumber untuk

6) Menetapkan prioritas asuhan keperawatan;

7) Mampu menyusun dan mengimplementasikan perencanaan

asuhan keperawatansesuai standar asuhan keperawatan dan

kode etik perawat, yang peka budaya, menghargai keragaman

etnik, agama dan faktor lain dalam merespon kebutuhan klien

(individu, keluarga dan masyarakat) secara regional, nacional

dan Global.

8) Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan atas

perubahan kondisi klien yang tidak diharapkan secara cepatdan

tepat dan melaporkan kondisi dan tindakan asuhan kepada

penanggung jawab perawatan;

9) Mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan

keperawatan secara reguler dengan/atau tanpa tim kesehatan

lain;

Page 32: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

22

10) Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan

memberikan informasi yang akurat kepada klien dan/atau

keluarga /pendamping/penasehat utnuk mendapatkan

persetujuan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya;

11) Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara

refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review tentang

praktik keperawatan yang dilaksanakannya;

12) Mampu melaksanakan penanganan bencana sesuai SOP;

13) Mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya pelanggaran

dalam praktik asuhan keperawatan;

14) Mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu

unit ruang rawatdalam lingkup tanggungjawabnya;

15) Mampu melakukan penelitian dalam bidang keperawatan

untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis

organisasi;

16) Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

program promosi kesehatan, melalui kerjasama dengan sesama

perawat, profesional lain serta kelompok masyarakat untuk

mengurangi angka kesakitan, meningkatkan gaya hidup dan

lingkungan yang sehat.

Pengembangan kurikulum dapat menetapkan tujuan

pembelajaran secara lebih spesifik jika menggunakan taksonomi

pembelajaran untuk menyiapkan perencanaan desain pembelajaran

sampai perlengkapan evaluasinya. Selama beberapa dekade ini, telah

dikenalkan 3 (tiga) model besar taksonomi yang dikenalkan, mulai dari

Bloom (1956), Anderson dan Krathwol (2002) dan terakhir adalah

Page 33: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

23

taksonomi belajar Marzano (2009). Penyusunan kurikulum dan

rancangan pembelajaran dapat memilih model taksonomi yang ada.

Masing-masing model taksonomi memiliki kelebihan dan kekhasan.

C. Gelar Kesarjanaan

1. Sarjana Terapan Keperawatan

Pada Akhir masa studinya, mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan

dinyatakan lulus dan berhak diwisuda dengan Gelar setingkat Sarjana

yaitu Sarjana Terapan Keperawatan (S.Tr.Kep).

2. Profesi Ners

Pada Akhir masa studinya, mahasiswa Profesi Ners dinyatakan lulus

dan berhak diwisuda dengan Gelar Ners (Ns).

Page 34: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

22

BAB III PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

A. Program Studi Profesi Ners

Pendidikan profesi Ners bertujuan untuk menyiapkan peserta didik

untuk mampu melaksanakan fungsi dan peran sebagai Ners. Hal ini sesuai

dengan keputusan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No.

232/U/2000 pasal 2 ayat 2 bahwa program pendidikan profesional

bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan atau kesenian serta

mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Program pendidikan profesi Ners merupakan lanjutan pendidikan

Sarjana Terapan Keperawatan dengan beban studi minimal 144 sks yang

terdiri 137 sks (115 sks ditambah 22 sks) muatan inti dan 7 sks muatan

institusi. Tahap pendidikan profesi Ners dilaksanakan minimal 36 sks yang

terdiri 29 sks muatan inti dan 7 sks muatan institusi, (Buku Kurikulum Inti

Pendidikan Ners Indonesia, 2015). Pendidikan tahap profesi Ners

merupakan tahapan proses adaptasi profesi untuk dapat menerima

pendelegasian kewenangan secara bertahap dalam melakukan asuhan

keperawatan profesional, memberikan pendidikan kesehatan menjalankan

fungsi advokasi pada klien, membuat keputusan legal dan etik serta

menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan

keperawatan.

Implementasi kurikulum program profesi Ners di Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI didasarkan pada proses telaah kompetensi Ners

III PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

SI NERS

Page 35: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

23

dengan kompetensi Sarjana Terapan Keperawatan dan kompetensi Sarjana

Keperawatan. Hasil telaah kompetensi/capaian pembelajaran akan di

implementasikan dalam strategi pembelajaran selama proses pendidikan.

Berdasarkan latar belakang pendidikan peserta didik yang meliputi

lulusan SMU, sarjana Terapan dan Diploma Tiga maka Pendidikan Profesi

Ners di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI terdapat tiga jenis

program pembelajaran (rancangan kesatuan kegiatan yang

berkesinambungan dalam proses pembelajaran).

1. Program Pembelajaran Bersumber Lulusan SMU

Berdasarkan hasil analisis kompetensi/capaian pembelajaran

kurikulum sarjana terapan keperawatan dan sarjana keperawatan oleh

AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia) terdapat 22 sks

tambahan mata kuliah untuk penguatan kemampuan berfikir kritis

(critical thinking). Sesuai hasil rapat penyusunan pedoman

penyelenggaraan pendidikan profesi Ners di Poltekkes Kemenkes RI

tanggal 10 April 2018 yang diselenggarakan oleh Badan PPSDM

Kesehatan dihadiri oleh Pusdik SDMK Badan PPSDM Kesehatan RI,

PPNI, Kemenristek DIKTI, LAMPTKes dan Forum Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes dihasilkan sebagai berikut:

a. Sesuai peraturan perundangan yang berlaku maka penyelenggaraan

pendidikan Profesi Ners Nol tahun (dari SMU) pada tahap sarjana

terapan menggunakan kurikulum Sarjana Terapan Keperawatan (DIV

Keperawatan)

b. Mengakomodasi hasil telaah kurikulum oleh AIPNI sebagaimana

pada point 1 diatas maka 22 sks (penguatan critical thinking sebelum

pendidikan profesi) mata kuliah tersebut diimplementasikan selama

Page 36: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

24

mengikuti pendidikan sarjana terapan dari semester I sampai dengan

semester VIII.

c. Kurikulum Program Sarjana Terapan Keperawatan dengan beban

studi minimal 144 sks yang terdiri 115 sks ditambahkan 22 sks

menjadi 137 sks muatan inti dan minimal 7 sks muatan institusi

d. Tahap pendidikan profesi Ners dilaksanakan minimal 36 sks yang

terdiri 29 sks muatan inti ditambah 7 sks muatan institusi yang

terdiri dari 4 sks untuk penguatan MK KMB dan 3 sks penciri prodi.

e. Implementasi 22 sks (telaah AIPNI) pada Sebaran Mata Ajar dan

penempatan Semester (sesuai sequence dan beban sks pada tiap

semester)

No

Nama Mata Kuliah

Jumlah

sks

Keterangan

Penempatan

MK

1 Psikososial dan budaya

1 Mengganti MK sosiologi dan MK Transkultural ditambahkan 1 sks menjadi total 3 sks

Semester III

2 Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan

2 Mengantikan mata kuliah Manajement patient Safety

Semester II

3 Keperawatan Maternitas

1 Menggantikan Keperawatan Klinis 4 sks (kekurangan dari kedalaman dan kemampuan berfikir kritis masing –masing ditambahkan 1 sks Teori Mata Ajar Keperawatan Anak, Medikal, Jiwa, Maternitas)

Semester III

4 Keperawatan Medikal Bedah I

1 Semester III

5 Keperawatan Anak 1 Semester V

6 Keperawatan Jiwa 1 Semester V

7 Keperawatan Gerontik

1 Ditambahkan 1 sks teori untuk meningkatkan kemampuan critical thinking keperawatan gerontik

Semester VI

8 Keperawatan gawat darurat

2 Ditambahkan 2 sks teori untuk meningkatkan kemampuan critical Thinking keperawatan

Semester V

Page 37: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

25

f. Struktur Program Pendidikan Profesi Ners bersumber SMU/0 tahun,

8 semester tahap akademik dan 2 semester tahap profesi (Muatan

Inti)

SEMESTER I

NO KODE MK MATA KULIAH

BOBOT sks T P K

1 Pendidikan Agama 2 2 - -

2 Bahasa Indonesia 2 2 - -

3 Pancasila 2 2 - -

4 Anatomi Fisiologi 3 2 1 -

5 Fisika dan Biologi 2 1 1 -

6 Konsep Dasar Keperawatan (KDK) 3 3 - -

7 Kebutuhan Dasar Manusia I 4 2 2 -

8 Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan

2 2 - -

Jumlah Kredit Semester 20 16 4 0

SEMESTER II

NO KODE

MK MATA KULIAH BOBOT

sks T P K

1 Mikrobiologi dan Parasitologi 2 1 1 -

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 -

3 Komunikasi dalam keperawatan 2 1 1 -

4 Kebutuhan Dasar Manusia II 3 2 1 -

5 Patologi 3 2 1 -

6 Biokimia 2 1 1 -

7 Farmakologi 2 2 - -

8 Proses dan dokumentasi Keperawatan 2 1 1 -

gawat darurat

9 Bahasa Inggris 2 Tidak ada pada kurikulum D-IV Semester IV

10 Keperawatan Kritis 3 Tidak ada pada kurikulum D-IV Semester VI

11 Keperawatan HIV AIDS

2 Tidak ada pada kurikulum D-IV Semester IV

12 Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

3 Tidak ada pada kurikulum D-IV Semester III

13 Sistim Informasi Keperawatan

2 Tidak ada pada kurikulum D-IV Semester IV

22 sks

Page 38: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

26

NO KODE

MK MATA KULIAH BOBOT

sks T P K

9

Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan

2 1 1 -

Jumlah Kredit Semester 20 13 7 0

SEMESTER III

NO KODE

MK MATA KULIAH BOBOT

sks T P K

1 Promosi Kesehatan 2 1 1 -

2 Keperawatan Medikal Bedah I 4 3 1 -

3 Keperawatan Maternitas 4 3 1 -

4 Ilmu Gizi 2 2 - -

5 Psikososial & Budaya Dalam Keperawatan

2 2 - -

6 Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

3 2 1 -

7 Praktek Keperawatan I (KDM) 3 - - 3

Jumlah Kredit Semester 20 13 4 3

SEMESTER IV

NO KODE

MK MATA KULIAH

BOBOT sks

T P K

1 Keperawatan Medikal Bedah II 3 2 1 -

2 Keperawatan HIV AIDS 2 1 1 -

3 Sistem Informasi Keperawatan 2 1 1 -

4 Psikologi 2 2 - -

5 Praktek Keperawatan 4 (Maternitas) 3 - - 3

6 Praktek Keperawatan II (KMB I) 3 - - 3

7 Praktek Keperawatan 3 (KMB II) 3 - - 3

8 Bahasa Inggris 2 2 - -

Jumlah Kredit Semester 20 8 3 9

SEMESTER V

NO KODE

MK MATA KULIAH

BOBOT sks

T P K

1 Keperawatan gawat darurat 4 3 1 -

2 Keperawatan Jiwa 4 3 1 -

3 Keperawatan Anak 4 3 1 -

4 Praktek Keperawatan 6 (jiwa) 3 - - 3

5 Praktek Keperawatan 5 (Anak) 3 - - 3

6 Keperawatan Keluarga 2 1 1 -

Page 39: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

27

NO KODE

MK MATA KULIAH

BOBOT sks

T P K

Jumlah Kredit Semester 20 10 4 6

SEMESTER VI

NO KODE MK

MATA KULIAH BOBOT sks

T P K

1 Pemberdayaan Masyarakat 2 2 - -

2 Keperawatan Gerontik 3 2 1 -

3 Manajemen Bencana 2 1 1 -

4 Praktek Keperawatan 7 (Kelg) 2 - - 2

5 Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan

2 1 1 -

6 Keperawatan Kritis 3 2 1 -

7 Praktek Keperawatan 10 (manajemen) 2 - - 2

8 Kebijakan Kesehatan Nasional 2 2 - -

Jumlah Kredit Semester 18 10 4 4

SEMESTER VII

NO KODE

MK MATA KULIAH

BOBOT sks

T P K

1 Metodologi Penelitian 3 2 1 -

2 Statistik Kesehatan 2 1 1 -

3 Praktek Keperawatan 9 (gadar kritis) 2 - - 2

4 Keperawatan Komunitas 3 2 1 -

5

Praktek Keperawatan 8 (pok. Sus & kom)

3 - - 3

Jumlah Kredit Semester 13 5 3 5

SEMESTER VIII

NO KODE

MK MATA KULIAH

BOBOT sks

T P K

1. Skripsi 4 - - 4

2. Kewirausahaan 2 2 - -

Jumlah Kredit Semester 6 2 - 4

Page 40: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

28

g. Struktur Program Tahap Profesi (Kurikulum Inti)

SEMESTER IX

SEMESTER X

2. Program Pendidikan Bersumber Lulusan Sarjana Terapan

Beban studi Program Pendidikan Profesi Ners (2 Semester

setelah menyelesaikan Sarjana Terapan / D-IV) adalah 36 sks yang

terdiri dari 29 sks muatan inti dan 7 sks muatan institusional, yang

terdiri dari 4 sks untuk penguatan MK KMB dan 3 sks penciri prodi

NO KODE

MK MATA KULIAH

JUMLAH SKS

KURIKULUM INTI

KURIKULUM INSTITUSI

1 Keperawatan Dasar Profesi 2 -

2 Keperawatan Maternitas 3 -

3 Keperawatan Anak 3 -

4 Keperawatan Jiwa 3 -

5 KMB 6 4

Jumlah Kredit Semester 17 4

NO KODE

MK MATA KULIAH

JUMLAH SKS

KURIKULUM INTI

KURIKULUM INSTITUSI

1

Keperawatan Gawat darurat & kritis

3 -

2

Keperawatan Gerontik 2 -

3

Keperawatan Komunitas dan Keluarga

5 -

4 Manajemen Keperawatan 2 -

Jumlah Kredit Semester 12 -

Page 41: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

29

yang sebelumnya didahului matrikulasi penguatan critical thinking

dengan beban studi 22 sks.

a. Mata Kuliah Matrikulasi

Beban matrikulasi 22 sks setara 257 jam = 43 hari = 7 minggu.

b. Struktur Program Pendidikan Profesi Ners (Kurikulum Inti)

SEMESTER I

NO MATA KULIAH BOBOT SKS

1 Psikososial dan budaya 1 2 Keselamatan Pasien dan Keselamatan

Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan 2

3 Keperawatan Maternitas 1

4 Keperawatan Medikal Bedah I 1

5 Keperawatan Anak 1 6 Keperawatan Jiwa 1

7 Keperawatan Gerontik 1 8 Keperawatan gawat darurat 2

9 Bahasa Inggris 2

10 Keperawatan Kritis 3 11 Keperawatan HIV AIDS 2

12 Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif 3 13 Sistim Informasi Keperawatan 2

Jumlah 22 sks

NO KODE

MK MATA KULIAH

JUMLAH SKS

KURIKULUM INTI

KURIKULUM INSTITUSI

1 Keperawatan Dasar Profesi 2 -

2 Keperawatan Maternitas 3 -

3 Keperawatan Anak 3 -

4 Keperawatan Jiwa 3 -

5 Keperawatan Medikal Bedah 6 4

Jumlah Kredit Semester 17 4

Page 42: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

30

SEMESTER II

3. Program Pembelajaran Bersumber Lulusan Diploma Tiga

Kurikulum alih jenjang dari diploma 3 ke program Ners melalui 2

tahapan, yaitu:

a. Konversi Lulusan Diploma –III Keperawatan ke Program Sarjana

Terapan Keperawatan dengan beban belajar 39 sks,

STRUKTUR PROGRAM

SEMESTER I

NO KODE MK MATA KULIAH BOBOT

SKS T P K

1 KEP.D4.4.24 Ilmu Biomedik Dasar 2 2 - -

2 KEP.D4.4.15 Kebijakan Kesehatan Nasional 2 2 - -

3 KEP.D4.4.09 Konsep Dasar Keperawatan

(KDK) 2 2 - -

4 KEP.D4.4.16 Riset Keperawatan 3 2 1 -

5 KEP.D4.4.17 Statistik Kesehatan 2 1 1 -

NO KODE

MK MATA KULIAH

JUMLAH SKS

KURIKULUM INTI

KURIKULUM ISTITUSI

1 Keperawatan Gawat darurat & Kritis

3 -

2 Keperawatan Gerontik 2 -

3 Keperawatan Komunitas dan Keluarga

5 -

4 Manajemen Keperawatan 2 -

Jumlah Kredit Semester 12 -

Page 43: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

31

NO KODE MK MATA KULIAH BOBOT

SKS T P K

6 KEP.D4.4.26 Keperawatan HIV AIDS 2 1 1 -

7 KEP.D4.5.02 Pemberdayaan Masyarakat 2 1 1 -

8 KEP.D4.3.14 Manajemen Keperawatan 2 1 1 -

9 KEP.D4.3.06 Keperawatan Komunitas 3 2 1 -

Jumlah Kredit Semester 20 14 6 -

SEMESTER II

Keterangan :

1. Praktek Keperawatan 8 (Komunitas & Kelompok Khusus)

2. Praktek Keperawatan 9 (Gawat Darurat)

3. Praktek Keperawatan 10 (Manjemen Keperawatan)

4. Praktek keperawatan 11 (Maternitas, Anak, Jiwa)

b. Sarjana terapan ke Profesi Ners

Kurikulum yang digunakan untuk program Profesi Ners

menggunakan kurikulum 2015 yang disusun oleh AIPNI. Beban

N0 KODE MK MATA KULIAH BOBO

T SKS T P K

1 KEP.D4.3.13 Manajemen Bencana 2 1 1 -

2 KEP.D4.3.12

Keperawatan Menjelang

Ajal & Paliatif 3 2 1 -

3 KEP.D4.3.25 Praktek Keperawatan 8 3 - - 3

4 KEP.D4.3.26 Praktek Keperawatan 9 2 - - 2

5 KEP.D4.3.27 Praktek Keperawatan 10 2 - - 2

6 KEP.D4.3.32 Praktek keperawatan 11 3 - - 3

7 KEP.D4.3.31 Skripsi 4 - - 4

Jumlah Kredit Semester 19 3 2 14

Page 44: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

32

belajar pada tahap profesi adalah sebesar 36 sks, terdiri dari 29 sks

kurikulum inti dan 7 sks kurikulum institusi yang terdiri dari 4 sks

untuk penguatan MK KMB dan 3 sks penciri prodi. sebelumnya

didahului matrikulasi penguatan critical thinking sebelum

pendidikan profesi sebesar 22 sks. Implementasi Struktur Program

matrikulasi dan Pendidikan Profesi mengacu Program Pendidikan

Bersumber Lulusan Sarjana Terapan

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

1. Sarjana Terapan Keperawatan

Prodi Sarjana Terapan Keperawatan berdasarkan KKNI berada

pada level 6 sebagai Pendidikan Vokasi ditempuh selama 8 semester

dan paling lama 10 semester. Ratio beban sks antara Teori : Praktika

Klinik adalah 30% : 70% yang menggambarkan bahwa mahasiswa Prodi

Sarjana terapan keperawatan akan mempunyai penguasaan skill klinik

yang lebih kuat.

Pembelajaran dilakukan melalui metode Student Center Learning

/ SCL,Problem Based Learning / PBL Praktika, Simulated Based

Learning/ SBL dan Praktek Klinik. Dalam Proses pembelajaran untuk

memperkaya penguasaan knowledge, skill psikomotor dalam setiap

semester dihadirkan Dosen Tamu / Experth sesuai dengan bidangnya

yang mendukung kearah pencapaian level 6 KKNI.

Pembelajaran Praktek Klinik dilakukan di Rumah Sakit yang

mendukung pencapaian kompetensi.

Page 45: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

33

2. Profesi Ners

a. Fase Persiapan

1) Tahap ini merupakan periode di mana pemahaman tentang

pelaksanaan kegiatan program profesi harus tumbuh sebelum

tahap implementasi program profesi dijalankan. Tahap

persiapan terdiri dari ketentuan pelaksanaan praktik;

persyaratan pelaksanaan praktik; profil yang harus dimiliki oleh

lulusan program profesi; kompetensi yang harus dicapai selama

program profesi; mata kuliah yang harus dilaksanakan pada

program profesi; penerapan hubungan kompetensi dengan

mata kuliah dan beban studi; wahana praktik dan pencapaian

kompetensi.

Mahasiswa sebelum melaksanakan stage klinik wajib memiliki

kompetensi Basic Trauma Cardiac Life Support/BTCLS

(sertifikat) dan menguasai 12 kompetensi utama Ners yang

pelaksanaannya dengan menggunakan metode OSCE.

12 kompetensi utama Ners:

1) Pemeriksaan fisik.

2) Prosedur pemberian obat secara 12 benar.

3) Pemberian oksigen, suksion, nebulisasi, fisioterapi dada

dan postural drainage.

4) Prosedur pemasangan infus dan enteral.

5) Prosedur pemasangan kateter urin.

6) Prosedur pemasangan selang naso gastrik (NGT).

7) Prosedur pencegahan cedera.

8) Resusitasi Jantung Paru (basic life support = BLS).

9) Perawatan luka

Page 46: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

34

10) Pemberian transfusi darah dan produknya.

11) Prosedur pencegahan infeksi nosokomial.

12) Pendokumentasian dan pelaporan.

Persyaratan pelaksanaan praktek :

2) Wahana praktik memiliki kasus yang diperlukan untuk

pencapaian pembelajaran.

3) Pembimbing klinik yang berfungsi sebagai preceptor / mentor

sudah memiliki

4) Sertifikat pelatihan Preceptor dan mengisi format pernyataan

kesediaan sebagai preceptor.

5) Setiap ruangan tempat mahasiswa praktik tersedia pembimbing

klinik atau perawat senior untuk menjadi preceptor/mentor .

6) Tersedia uraian tugas dan kewenangan preceptor /mentor.

7) Tersedia pedoman praktik di setiap stase.

8) Tersedia buku prosedur tindakan keperawatan.

9) Tersedia buku log untuk mahasiswa.

10) Setiap mahasiswa memiliki ”nursing kit”

Page 47: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

35

b. Fase pelaksanaan

1) Komposisi stase:

Matrik blok praktik. Stase I sd X Rancangan Pembelajaran

Klinik tahap profesi dan rincian waktu beban belajar.

2)

RINCIAN WAKTU

SMT MATA AJAR KLINIK Mgg KET

SKS Mnt mg.ef. Jam Hr

Matrikulasi 22 15.400 14 257 33 6,41

I

1. Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

2 170 16 91 15.2 2.2

2. Keperawatan Maternitas

3 170 16 136 22.7 3.2

3. Keperawatan Anak

3 170 16 136 22.7 3.2

4. Keperawatan Jiwa

3 170 16 136 22.7 3.2

5. Keperawatan Medikal Bedah

10 170 16 454 75.7 10.8

Page 48: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

36

II

6. Keperawatan Gadar dan kritis

3 170 16 136 22.7 3.2

7. Keperawatan Gerontik

2 170 16 91 15.2 2.2

8. Keperawatan Komunitas dan Keluarga

5 170 16 227 37.8 5.4

9. Manajemen Keperawatan

2 170 16 91 15.2 2.2

10 Keperawatan Komprehensif / Elektif

3 170 16 136 22.7 3.2

JUMLAH 36 1634 272.33 38.9

Jumlah minggu = 38.9 minggu

Jumlah bulan = 8.6 bulan

Hari dalam mgg 6 hari

Jam dalam hr = 7 jam

Page 49: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

37

BAB IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada Prodi profesi Ners meliputi; karakteristik

proses pembelajaran, perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, dan beban belajar mahasiswa.

Karakteristik proses pembelajaran bersifat interaktif, holistik,

integratif, saintifik, kontekstual, kontekstual, efektif, tematik, kolaboratif,

dan berpusat pada mahasiswa.

Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk setiap mata kuliah

dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain

seperti pedoman praktek, dan modul praktika laboratorium

Pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk

interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan

belajar tertentu yang terdiri dari proses pembelajaran (teori, praktika, dan

praktek klinik), penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang

mengacu pada setandar nasional pendidikan tinggi.

Isi pembelajaran pada prodi profesi ners merupakan tingkat

kedalaman dan keluasan materi pembelajaran yang mengacu pada capaian

pembelajaran lulusan Profesi Ners dan wajib memanfaatkan hasil

penelitian dan pengabdian kepada masysrakat. Isi pembelajaran bertujuan

menghantarkan mahasiswa agar menguasai atau memiliki kemampuan

terkait Etika, moral, legal dan profesionalisme , Komunikasi efektif,

Keterampilan klinis, penguasaan ipteks, berpikir kritis/analitis, pengelolaan

IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Page 50: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

38

dalam asuhan/layanan keperawatan, mengutamakan keselamatan pasien,

kepemimpinan, kerjasama tim kesehatan, dan mawas diri dan

pengembangan diri

Bentuk pembelajaran yang digunakan pada Program Studi Profesi

Ners adalah kuliah, responsi dan tutorial, seminar, praktikum (praktika

laboratorium), praktik lapangan (praktek klinik), penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat. Strategi pembelajaran yang akan dibahas pada bab ini

meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran yang digunakan pada Program Studi Pendidikan

Ners sebagai berikut:

a. Ceramah

Metode pembelajaran dengan ceramah (lecture) adalah metode yang

dilaksanakan dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan

secara lisan kepada sejumlah mahasiswa. Metode ini dilaksanakan

dengan dosen memberikan penjelasan langsung pada mahasiswa di

kelas. Metode ini merupakan metode paling ekonomis. Dosen dapat

melengkapi mahasiswa dengan hand out maupun tampilan materi

yang telah dipersiapkan oleh dosen. Beberapa keuntungan yang

ditawarkan metode ceramah antara lain dosen lebih menguasai

kelas, pokok bahasan bisa cukup luas, dan dapat diikuti oleh

mahasiswa dalam jumlah besar. Metode ceramah selain mempunyai

keunggulan, juga mempunyai kelemahan antara lain bahwa

mahasiswa cenderung pasif, kegiatan belajar menjadi bersifat verbal,

dan akan menimbulkan kejenuhan mahasiswa jika dilaksanakan

dalam jangka waktu yang lama. Metode ini merupakan metode

konvensional yang sudah tidak direkomendasikan lagi dalam SN-Dikti

Page 51: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

39

b. Diskusi

Diskusi dilakukan antar mahasiswa dengan didampingi dosen sebagai

fasilitator diskusi. Diskusi dapat berupa pembelajaran small group

discussion dengan membagi mahasiswa pada kelompok kecil yang

akan menyusun makalah dan mempresentasikan topik tertentu di

depan kelas, sedangkan mahasiswa dari kelompok lain memberi

tanggapan, pertanyaan, maupun masukan. Dosen sebagai fasilitator

bertugas untuk mengklarifikasi materi dan memfasilitasi mahasiswa

sehingga mampu mongkonstruksi pengetahuan dan berani

menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang interaktif.

Metode ini bertujuan mendorong mahasiswa berpikir kritis,

mengekspresikan pendapat, dan mengambil alternatif jawaban.

Kelemahan metode ini adalah tidak bisa dilaksanakan dalam

kelompok yang besar, dan cenderung dikuasai oleh mahasiswa yang

suka berbicara.

c. Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah pembelajaran dengan menunjukkan

suatu proses tertentu yang sedang dipelajari kepada mahasiswa

disertai dengan penjelasan lisan. Metode demonstrasi dapat Tenaga

Pendidik Profesi Ners dilaksanakan di ruang kuliah maupun di

laboratorium. Setelah mendapatkan materi dari dosen maka tiap

mahasiswa harus melakukan redemonstrasi yang telah ditunjukkan

pada dosen.

d. Simulated Based Learning (SBL)

Simulasi dilakukan oleh mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran

baik praktikum maupun perkuliahan dalam kelas. Dosen membuat

Page 52: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

40

perencanaan simulasi dengan scenario yang akan diterapkan kepada

mahasiswa. Simulasi dilakukan dengan bermain peran mengenai

suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang

sebenarnya. Kegiatan ini terintegrasi dengan pembelajaran kasus

tertentu yang dipelajari mahasiswa.

e. Studi Kasus

Peserta dengan menggunakan kasus (masalah) yang nyata sebagai

masukan utama melakukan proses analisis kasus untuk memecahkan

masalah atau mengambil keputusan melalui pencarian secara aktif

informasi konsep teoritik dan interaksi dengan peserta lainnya yang

berpuncak pada diskusi kelas dengan pengarahan fasilitator. Dalam

konteks ini mahasiswa diberi tugas untuk mengembangkan kerangka

konsep teori yang mendasari pelaksanaan/tindakan asuhan

keperawatan berdasar kasus dan konsep teori yang menjadi

rasionalisasi tindakan asuhan keperawatan pada kasus dengan

mengambil sumber dari jurnal keperawatan terkait

f. Project Based Learning

Metode pembelajaran Project Based Learning mencakup lima prinsip

yaitu: problem orientation (orientasi masalah), project-organization

(perencanaan proyek/kegiatan), interdiciplinary consideration

(menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang), participant’s

control (mahasiswa melaksanakan kontrol pada proyek yang dipilih),

dan exemplary function (menghubungkan antara teori dengan proyek

yang dipilih) (Graff & Kolmos 2007). Dalam pembelajaran ini dapat

dilaksanakan dengan penetapan proyek yang akan dilaksanakan oleh

dosen, maupun dengan dosen memberi semacam trigger kepada

Page 53: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

41

mahasiswa sehingga mahasiswa merancang suatu proyek untuk

menyelesaikan masalah tertentu.

g. Self directed learning

Metode belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa

sendiri.Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya

oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak

sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi

terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa

tersebut

h. Discovery learning

Discovery learning merupakan bentuk pembelajaran mandiri,

mahasiswa melakukan aktivitas untuk mengumpulkan / menghimpun

berbagai informasi, membandingkan, mengkategorikan, dan

menganalisis untuk membangun suatu konsep pemahaman ataupun

kesimpulan terhadap topik tertentu yang ditentukan oleh dosen.

i. Collaborative learning

Metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar

mahasiswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri

oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari

dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang

didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu

dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil

diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan

melalui konsensus bersama antar anggota kelompok.

j. Bed side teaching

Page 54: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

42

Bed side teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis yang

melibatkan klien, mahasiswa, dan pembimbing klinis yang dilakukan

dalam konteks klinis, metode ini bertujuan untuk memberikan

pengalaman klinis pada konteks yang nyata (real setting) dan

mahasiswa dapat belajar dari pengalaman tersebut dan dari umpan

balik dari pembimbing klinik dan klien.

k. Tutorial

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran

melalui proses bimbingan oleh dosen kepada mahasiswa secara

perorangan maupun kelompok kecil. Dosen memberikan bimbingan

secara spesifik ke mahasiswa dan mahasiswa dapat belajar dengan

kecepatan sesuai dengan kemampuannya. Mahasiswa mempelajari

modul yang diberikan dan bahan ajar tambahan. Pada saat

mahasiswa menghadapi kesulitan memahami modul, maka dosen

memberikan bimbingan menggunakan langkah-langkah yang yang

telah dipersiapkan.

l. Telaah jurnal

Telaah jurnal adalah metode pencaraian literature dari jurnal-jurnal

ilmiah. Telaah jurnal dilakukan pada saat mahasiswa mendapatkan

kasus untuk dicari solusi dan pembahasan secara ilmiah dan berbasis

bukti. Mahasiswa akan melakukan analisis dengan uraian PICO

(Problem, Intervention, Comparison, Outcome).

m. Pembelajaran praktek

Metode praktek merupakan pembelajaran dimana mahaiswa

melaksanakan kegiatan latihan atau praktek agar memiliki ketegasan

atau ketrampilan yang lebih dari teori yang telah dipelajari.

Pembelajaran ini meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam

Page 55: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

43

mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh.

Kegiatan dilaksanakan di tatanan rumah sakit dan komunitas dan

layanan kelompok khusus. Praktek pada tahapan sarjana terapan

menekankan pada pencapaian pembelajaran mata ajar (kompetensi

mata ajar), sedangkan praktek pada tahapan profesi menitikberatkan

pada aspek profesionalisme perawat yang menerapkan integrasi

berbagai mata ajar dan pendekatan komprehensif

Penugasan pada praktek tahapan sarjana keperawatan

menitikberatkan pada penguatan konsep teori yang mendasari

rasionalisasi suatu tindakan, sedangkan praktek pada tahapan profesi

lebih menekankan pada berfikir komprehensif dan kerja multidisiplin

team. Pada saat praktek profesi mahasiswa mngadakan Panel expert

dari Critical insidence report dan reflektif pracitse termasuk kejadian

luar biasa terkait praktek profesi dengan nara sumber dari CI ruangan

dan pembimbing Akademik sesuai stase/bidang keilmuan klinik yang

dilaksanakan.

n. Pre dan Post Conference

Conference adalah diskusi kelompok tentang berbagai aspek praktik

klinik yang bertujuan memberikan arahan, mengklarifikasi dan

mengkonstruksi pengetahuan klinis, serta memberikan penyelesaian

masalah pada mahasiswa. Diskusi dapat dikaitkan dengan tugas

tertulis yang dibuat oleh mahasiswa. Pre Conference dilakukan

sebelum mahasiswa ber interaksi dengan pasien dan Post Conference

dilakukan pada saat mahasiswa setelah berinteraksi dengan pasien.

o. Seminar

Seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh kelompok

mahasiswa dalam suatu siding yang membahas masalah-masalah

Page 56: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

44

atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya

atau mencari pedoman pelaksanaannya. Mahasiswa dibina untuk

bersikap dan berfikir secara ilmiah, dan terpupuk kerjasama.

p. Preceptorship

Preceptorship adalah metode pengajaran dan pembelajaran

mahasiswa menggunakan seorang perawat sebagai model perannya.

Preceptorship disampaikan secara perseorangan dan individual

secara formal antara perawat yang berpengalaman (preceptor) ke

calon perawat baru (perceptee) bertujuan untuk membantu calon

perawat untuk menyesuaikan diri dan menjalankan tugas, serta

membentuk peran & tanggungjawab menjadi perawat yang

professional.

q. Penelitian

Penelitian adalah suatu proses investigasi yang dilakukan secara aktif,

tekun, dan sistematis yang bertujuan menemukan,

mengintepretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan

intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih

mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori serta

membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan

tersebut.

r. Ronde Keperawatan

Kegiatan interaksi antara mahasiswa dan preceptorship yang di

laksanakan di samping pasien untuk membahas masalah

keperawatan pasien dan pasien sebagai sumber informasi.

s. Role Modeling

Page 57: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

45

Suatu kegiatan pembelajaran di klinik dengan pasien sebagai sumber

data yang dipandang sebagai manusia holistik sebagai model yang

menjadi fokus dalam asuhan keperawatan.

2. Model-model bimbingan

a. Preceptoring

Model bimbingan ini merupakan sistem dan proses melimpahkan

kewenangan secara bertahap dari para preseptor kepada peserta

didik. Setiap ruang yang dilalui peserta didik harus memiliki

pembimbing yang berperan sebagai preseptor. Tujuannya adalah

agar peserta didik menjadi dewasa dan matang dalam

profesionalisme keperawatan sehingga ketika lulus mampu menjadi

profesional sejati. Tujuan ini dapat dicapai dengan membekali peserta

didik suatu program “ANTARA” yang terstruktur dan mendukung

sebagai jembatan menuju upaya menghasilkan praktisi yang handal

dan kompeten terutama untuk mampu bekerja dalam situasi layanan

yang bertingkat tinggi.

Pada program pendidikan ners ini lebih sesuai dengan

menggunakan istilah preseptor karena durasi hanya kurang lebih satu

tahun dan berlangsung secara intensif. Proses belajar merupakan

proses dua arah. Peserta didik memiliki akontabilitas sendiri karena

preseptor tidak memiliki akuntabilitas untuk mewakili peserta didik.

b. Preseptee (peserta didik)

Peserta didik harus merupakan seseorang yang telah dibekali

dengan kompetensi yang diperlukan dan mahir untuk

Page 58: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

46

menjalankannya, sehingga dapat berfungsi sebagai praktisi yang

akuntabel.

Kebutuhan akan preseptor terjadi karena upaya untuk

mempertahankan layanan pasien yang berkualitas dan keberadaan

peserta didik tidak merupakan pihak yang didaya-gunakan karena

ketidak-cukupan tenaga atau dianggap sebagai tenaga gratisan.

Sebaliknya, preseptor juga diperlukan untuk mengurangi stress yang

mungkin dialami oleh peserta didik. Disamping itu, keberadaan

preseptor juga untuk menjamin bahwa tanggung jawab tidak

sepenuhnya berada pada peserta didik, tidak diberikan secara lebih

dini atau tidak seharusnya diberikan secara kurang tepat. Yang

terakhir, tentu saja untuk mengurangi resiko pekerjaan terjadi pada

peserta didik dan pasien terutama pada lingkungan layanan

kesehatan yang lebih kompleks.

Pada program preseptoring, proses mempelajari suatu

kompetensi sudah diminimalisasi, sebaliknya pada pendidikan ini

difokuskan pada penerapan pengetahuan, teori, konsep, sikap, dan

keterampilan kedalam tatanan nyata dengan subyek klien nyata / riil

bukan pasien simulasi. Oleh karena itu, keberadaan seseorang yang

bertindak sebagai pembimbing dan preseptor bukan hanya

memberikan bimbingan tetapi juga melimpahkan sebagian

kewenangan yang dimilikinya dalam memberikan asuhan klien kepada

peserta didik.

c. Definisi tentang Preseptor:

Page 59: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

47

1) Preseptor/mentor dapat merupakan seorang dosen yang

ditempatkan di tatanan klinik atau perawat senior yang bekerja

di tatanan layanan dan ditetapkan sebagai preseptor.

2) Ia harus seorang ahli atau berpengalaman dalam memberikan

pelatihan dan pengalaman praktik kepada peserta didik; biasanya

seorang perawat praktisi yang bekerja dan berpengalaman di

suatu area keperawatan tertentu, yang mampu mengajarkan,

memberikan konseling, menginspirasi, serta bersikap dan

bertindak sebagai “model peran” untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan individu pemula dalam periode

tertentu dengan tujuan tertentu mensosialisasikan pemula

kedalam peran baru sebagai profesional”

d. Kriteria preseptor

1) Preseptor atau mentor pada pendidikan ners ini seharusnya

berpendidikan lebih tinggi dari peserta didik (PP no. 19/2005,

pasal 36 ayat 1), minimal merupakan seorang ners tercatat (STR)

/ memiliki lisensi (SIP/SIK) yang berpengalaman klinik minimal 5

tahun.

2) Memiliki sertifikat kompetensi sesuai keahlian di bidangnya (PP

no 19/2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 31 ayat 3

dan pasal 36 ayat 1) .

3) Telah berpengalaman minimal 2 tahun berturut-turut

ditempatnya bekerja dimana yang bersangkutan ditunjuk sebagai

preseptor sehingga dapat membimbing peserta didik dengan

baik.

Page 60: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

48

4) Merupakan model peran ners yang baik dan layak dicontoh

karena sikap, perilaku, kemampuan profesionalnya diatas rata-

rata.

5) Telah mengikuti pelatihan pendidik klinik yang memahami

tentang kebutuhan peserta didik akan dukungan, upaya

pencapaian tujuan, perencanaan kegiatan dan cara

mengevaluasinya.

e. Kemampuan preseptor

1) Berkomunikasi secara baik dan benar.

2) Model peran profesional.

3) Berkeinginan memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik.

4) Pendengar yang baik dan mampu menyelesaikan masalah.

5) Tanggap terhadap kebutuhan dan ketidak-berpengalaman

peserta didik.

6) Cukup mengenali dan terbiasa dengan teori dan praktik terkini.

7) Kompeten dan percaya diri dalam peran sebagai preseptor.

f. Tugas pokok preseptor

1) Preseptor mengidentifikasi kebutuhan belajar klinik peserta didik

melalui silabus / Course Study Guide / modul praktik dari institusi

pendidikan.

2) Cukup berpengalaman dan kompeten untuk membantu peserta

didik menerapkan pengetahuan teoritis kedalam praktik.

3) Memperlihatkan komitmen tinggi untuk membimbing peserta

didik selama proses belajar klinik berlangsung.

Page 61: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

49

4) Membantu menyelesaikan masalah yang bersifat transisi peran

dari peserta didik menjadi ners kompeten yang dihadapi oleh

peserta didik.

5) Bersama peserta didik memformulasikan tujuan belajar untuk

menjembatani masalah transisional tersebut diatas.

6) Menyelesaikan masalah, membantu membuat keputusan dan

menumbuhkan akuntabilitas peserta didik selama proses belajar.

7) Memfasilitasi sosialisasi profesional peserta didik kedalam peran

profesi ners peserta didik.

8) Memberikan umpan balik secara terus menerus dan periodik

pada peserta didik terkait kemajuan atau kelemahan peserta

didik selama belajar di klinik.

9) Berperan sebagai narasumber dalam memberikan dukungan

personal dan profesional kepada peserta didik.

10) Membantu peserta didik dalam mengkaji, memvalidasi, serta

mencatat pencapaian kompetensi klinik peserta didik.

g. Metoda pembelajaran peserta didik

Beberapa metoda pembelajaran peserta didik diinisiasi dan

fasilitasi oleh preseptor/ mentor di setiap stase, meliputi :

1) Pre dan postconference.

2) Tutorial individual yang diberikan preseptor.

3) Diskusi kasus.

4) Seminar kecil tentang kasus atau IPTEK kesehatan/keperawatan

terkini.

5) Pendelegasian kewenangan bertahap (lampiran 1.)

6) Problem Solving for Better Health (PSBH).

Page 62: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

50

7) Belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan.

8) Laporan kasus dan overan dinas.

Pemilihan metoda disesuaikan dengan tujuan pencapaian

kompetensi dan lama waktu program preseptoring sudah

berlangsung.

h. Pelaksanaan kegiatan program preseptoring

1) Persiapan sebelum melakukan program preseptor.

Setiap peserta didik yang ditempatkan di RS tertentu sebagai

wahana praktik harus menjalani beberapa hal yang merupakan

kegiatan wajib yaitu:

a) Melakukan kegiatan orientasi RS dan ruang rawat dan

menerima buku pedoman preseptorship dan program

kegiatannya. Memberikan waktu pada peserta didik untuk

mendalami ruang rawat dan kliennya pada saat orientasi.

b) Menjalani latihan yang diadakan oleh institusi pendidikan

bekerjasama dengan RS selama 2 hari. Pelatihan informal ini

meliputi diseminasi informasi terkait berbagai hal, seperti

berikut:

(1) kebijakan yang berlaku di RS dan ruang rawat dimana

peserta didik ditempatkan.

(2) sifat layanan yang diberikan.

(3) jenis dan kriteria pasien yang dirawat.

(4) aturan dan ketentuan apabila menghadapi situasi tidak

diharapkan seperti klien jatuh, salah memberikan obat,

kebakaran, dll.

(5) kedudukan dan posisi preseptor dan peserta didik.

Page 63: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

51

c) Melakukan pertemuan formal dengan preseptor dan manajer

ruang rawat, untuk:

(1) Mendiskusikan peran preseptor dan harapan peserta

didik.

(2) Berbagi informasi tentang tujuan dan luaran proses

belajar peserta didik

(3) berdasarkan pengalaman lalu, kualifikasi preseptor dan

kemampuan belajar peserta didik.

(4) Menetapkan jumlah jam tatap muka untuk berdiskusi

antara preseptor dan peserta didik.

(5) Menetapkan kesepakatan periode dan tanggal evaluasi /

review peserta didik.

(6) Menyepakati kontrak belajar

1) Pelaksanaan kegiatan program preseptorship.

Sebelum peserta didik memulai kegiatan praktiknya, manajer

ruangan memberikan kepada setiap preseptor beberapa kasus

klien dengan berbagai tingkat ketergantungan dan tingkat

kebutuhan dasar yang berbeda. Lazimnya, setiap preseptor

memiliki 4 sd 6 klien yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap

preseptor memiliki 2 sampai dengan 3 orang peserta didik yang

menjadi tanggung jawabnya. Preseptor harus memahami

karakteristik setiap peserta didik agar ketika melimpahkan

sebagian kewenangan yang dimilikinya tidak menyama-ratakan

tingkat kemampuan menjalankan kompetensi dari masing-masing

peserta didik, walaupun ia harus memiliki asumsi bahwa setiap

peserta didik telah memiliki kompetensi yang diperlukan untuk

menjadi seorang ners dan telah lulus uji masuk klinik.

Page 64: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

52

Mengikuti preseptor dalam mengkaji klien, menghadiri

pertemuan tim asuhan, mendokumentasikan,

mengoperasionalkan komputer, mengantarkan klien keluar ruang

rawat.

Memperkenalkan secara extensive pada komunitas klien

yang berada di ruangan dimana peserta didik ditempatkan.

Secara teratur menghadiri pertemuan dengan perawat

ruangan ketika diadakan diskusi kasus. Mendengarkan ners

spesialis atau konsultan ketika memberikan ceramah atau

pencerahan bagi perawat.

i. Pelimpahan kewenangan dilakukan bertahap melalui:

1) Pemberian tugas prosedural, untuk meyakini bahwa peserta didik

telah memiliki kemampuan melaksanakan prosedur sesuai

dengan tingkat kemahiran keterampilan yang diharapkan.

Pelimpahan kewenangan prosedural dapat diberikan selama

minggu pertama dan maksimal sampai minggu kedua.

2) Pemberian klien secara utuh untuk diberikan asuhan oleh peserta

didik dimulai dengan klien yang memiliki tingkat ketergantungan

yang paling rendah (misal: mandiri). Pelimpahan kewenangan

memberikan asuhan dengan tingkat ketergantungan yang paling

rendah ini dapat diberikan selama minggu kedua atau maksimal

minggu ketiga. Kemudian secara bertahap diberikan klien dengan

tingkat ketergantungan lebih tinggi.

3) Setiap setelah melakukan tindakan prosedural atau asuhan,

peserta didik diminta untuk selalu melaporkan secara lisan

tentang cara melakukan, respon klien, dan hasil tindakan untuk

Page 65: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

53

kemudian dievaluasi oleh preseptor. Pelimpahan kewenangan

melaporkan lisan ditumbuh kembangkan dari awal sejak peserta

didik menjalani program internship. Kewenangan melaporkan

lisan kemudian secara bertahap dilanjutkan dengan melaporkan

tertulis dalam bentuk menulis laporan di kartu pasien/kardex dan

selalu ditanda tangani oleh preseptor/mentor berdampingan

dengan tanda tangan peserta didik.

4) Setiap peserta didik tidak selalu harus memiliki klien dengan jenis

ketergantungan yang sama. Preseptor harus memahami dan

meyakini kemampuan peserta didik dalam menerima

kewenangan. Apabila peserta didik dinilai belum mampu

menerima pendelegasian kewenangan pada tingkat yang lebih

sulit, maka ia tidak diperkenankan menerima pendelegasian

berikutnya sampai ia dianggap sudah mampu untuk menerima

kewenangan pada tingkat berikutnya.

5) Peserta didik mengikuti jadwal dinas dari preseptornya masing-

masing sehingga setiap peserta didik mengetahui kemana harus

pergi jika mau bertanya, melaporkan, meminta saran, dan

mendiskusikan hal-hal tentang kliennya.

6) Peserta didik difasilitasi untuk melakukan presentasi, diskusi

kasus, seminar kecil diruangan masing-masing sesuai dengan

kompetensi dan kewenangan yang harus diperolehnya melalui

klien masing-masing.

j. Hal lain yang harus diperhatikan pada program preseptoring.

1) Setiap preseptor memiliki catatan riwayat proses pembelajaran

peserta didik, format penilaian proses belajar, dan critical

Page 66: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

54

incidence report book untuk mencatat setiap kejadian yang

dianggap luar biasa baik atau jelek, kesalahan yang dibuat

peserta didik atau kelemahan peserta didik yang mengakibatkan

kecelakaan pada diri sendiri, klien, atau orang lain.

2) Selama preseptor melimpahkan sebagian kewenangan tentang

asuhan klien kepada peserta didik, maka tanggung jawab dan

tanggung gugat tentang klien tetap berada pada preseptor.

Namun, apabila peserta didik sudah memperoleh kewenangan

secara utuh dan menyeluruh terkait klien yang telah

didelegasikan, maka tanggung jawab dan tanggung gugat secara

internal ruangan telah dimiliki oleh peserta didik.

3) Pencapaian kompetensi berkomunikasi berbahasa Inggris

dilakukan dengan memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

komunikasi berbahasa Inggris baik ketika presentasi, diskusi

kasus atau seminar kecil.

4) Preseptor melakukan penilaian kegiatan peserta didik setiap

pertengahan proses belajar dan di akhir proses belajar di suatu

ruang rawat.

5) Sebelum berpindah ruang rawat / blok / stase, maka dilakukan

penilaian/ umpan balik tentang peran preseptor oleh peserta

didik.

B. Peraturan Akademik

1. Beban belajar

Beban belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi ners

menggunakan Sistem Kredit Semester Satu semester setara dengan

Page 67: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

55

kegiatan pembelajaran 16 (enam belas) minggu efektif termasuk Ujian

Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).

Sedangkan besarnya bobot tiap mata kuliah diperhitungkan

dengan Sistem Kredit Semester (SKS). Secara umum Sistem Kredit

Semester memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Setiap cabang ilmu atau mata kuliah diberi nilai kredit dalam

satuan kredit semester (sks).

b. Bobot sks untuk masing-masing cabang ilmu atau mata kuliah

tidak selalu sama.

c. Bobot sks untuk masing-masing cabang ilmu atau mata kuliah

tidak mencerminkan penting tidaknya suatu mata kuliah, tetapi

ditentukan atas dasar ruang lingkup kajian dan bahan ajar mata

kuliah yang bersangkutan dan waktu yang dibutuhkan untuk

menguasainya. Di dalamnya termasuk waktu untuk perkuliahan

(Pengalaman Belajar Teori/T), praktik laboratorium/workshop

(Pengalaman Belajar Pratikum/P), kerja lapangan/klinik/komunitas

(Pengalaman Belajar Lapangan/L/K) ataupun penugasan lainnya.

2. Pengalaman Belajar Teori (T)

Pengalaman Belajar Teori dikembangkan dengan metode

ceramah, diskusi, role play, problem based learning, computer assisted

learning, serta penugasan. Beban studi untuk pembelajaran teori

ditentukan setiap satu sks adalah 50 menit terjadwal/tatap muka, 60

menit penugasan terstruktur dan 60 menit belajar mandiri.

Pengalaman belajar teori merupakan prasyarat Pengalaman Belajar

Praktik Laboratorium

a. Pengalaman Belajar Praktik Laboratorium/Workshop (P)

Page 68: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

56

Pengalaman Belajar Praktik Laboratorium/Workshop (P) adalah

PBM yang diberikan di laboratorium, bengkel kerja sehingga

peserta didik memungkinkan mendapatkan pengalaman belajar

menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah diperoleh

sebelumnya dengan cara demonstrasi, simulasi, proyek,

multimedia tutorial, baik secara mandiri/kelompok. Nilai satu SKS

P adalah 170 menit terjadwal.

b. Pengalaman Belajar Klinik (K)/ Pengalaman Belajar Lapangan/

Komunitas (L)

Metode yang dikembangkan adalah observasi, pengalaman,

penugasan, simulasi atau role play, konferensi, problem solving

dan studi kasus. K/L adalah PBM yang dilaksanakan di klinik (RS,

Puskesmas, perusahaan dan masyarakat) untuk memberi

kesempatan kepada peserta didik mempraktikkan secara nyata

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperoleh setiap

tahap pendidikan sesuai dengan kompetensinya. Nilai kredit 1 sks

L/K adalah 170 menit per minggu per semester selama 16 kali

tatap muka termasuk ujian praktik.

c. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)/ Tugas Akhir (TA)/ Skripsi

KTI/TA/Skripsi adalah kegiatan belajar mengajar yang memberi

kesempatan kepada peserta didik dalam mengungkapkan

kemampuan penalaran secara komprehensif melalui tulisan sesuai

dengan lingkup dan tanggung jawab profesi di masing-masing

jurusan / program studi. Nilai kredit 1 SKS penyusunan Karya Tulis

Ilmiah setara dengan 170 menit per minggu per semester.

Page 69: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

57

3. Masa belajar

Batas waktu belajar adalah waktu yang dibutuhkan oleh peserta

didik untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma yaitu :

a. Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan = 8 – 14 semester

b. Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Alih jenjang = 2- 4

semester

c. Program Profesi Ners = 2 - 6 semester

4. Pendaftaran ulang dan pengisian KRS

a. Pada setiap menjelang awal semester sesuai Kalender Akademik

mahasiswa wajib melakukan pendaftaran ulang

b. Mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran ulang sebanyak 2

(dua) semester atau lebih secara berturut-turut, maka status

kemahasiswaan dapat dibatalkan, kecuali mahasiswa

menyelesaikan kewajiban administratif sesuai aturan akademik

c. Mahasiswa yang telah mendaftar ulang diwajibkan mengisi KRS

dengan sejumlah mata kuliah yang diprogramkan untuk diikuti

pada semester berikutnya.

d. Pengisian KRS dilakukan dengan berkonsultasi/mendapat

bimbingan dosen pembimbing akademik.

e. Pengesahan KRS dilakukan oleh dosen pembimbing akademik

(DPA) atau pejabat yang ditunjuk.

5. Tata tertib perkuliahan

a. Kegiatan tatap muka mata kuliah dilaksanakan dalam 16 kali

pertemuan tidak termasuk Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir

Semester berdasarkan kalender akademik yang telah ditetapkan.

Page 70: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

58

b. Frekuensi kegiatan mata kuliah praktikum 100 % kehadiran untuk

dapat dikeluarkan nilai. Koordinator mata kuliah dan atau Dosen

pengampu mata kuliah wajib menyampaikan kontrak kegiatan

perkuliahan pada pertemuan pertama.

c. Pelaksanaan kegiatan perkuliahan dan salinan softcopy-nya

diserahkan ke Program Studi.

d. Dosen pengampu mata kuliah wajib mengisi realisasi

pembelajaran /Perkuliahan dan memeriksa kehadiran peserta

mata kuliah pada setiap pelaksanaan kegiatan akademik

e. Dosen pengampu mata kuliah wajib menjamin transparansi

penilaian pada setiap mata kuliah.

f. Mahasiswa yang diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester

adalah mereka yang telah mengikuti sekurang-kurangnya 90% dari

semua kegiatan mata kuliah (untuk mata kuliah teori) tersebut

selama satu semester.

g. Mahasiswa wajib menggunakan seragam sesuai ketentuan yang

berlaku.

h. Selama kegiatan perkuliahan berlangsung mahasiswa tidak

diperkenankan untuk:

1). Membuat keonaran

2). Mengaktifkan (handphone)

i. Jaringan internet hanya digunakan untuk kepentingan

pembelajaran.

6. Peraturan praktika laboratorium yaitu :

a. Sudah mengikuti pembelajaran teori pada mata ajar terkait.

Page 71: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

59

b. Mahasiswa dapat mengikuti ujian praktika laboratorium apabila

kehadirannya adalah 100% dari tatap muka praktik laboratorium.

c. Jika ada mahasiswa dengan 75% s/d kurang dari 100%, maka

mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan mengganti jumlah tatap

muka yang ditinggalkan.

d. Mahasiswa dengan kehadiran kurang dari 75% tidak diperbolehkan

mengikuti uji pre klinik.

e. Mematuhi tata tertib yang telah ditetapkan oleh bagian

laboratorium.

f. Nilai batas lulus adalah 3.00.

g. Mahasiswa wajib menggunakan baju praktikum laboratorium.

7. Peraturan Klinik/Lapangan

a. Telah mengikuti teori dan praktik laboratorium serta dinyatakan

lulus pada mata ajar terkait.

b. Mahasiswa dapat mengikuti ujian stase apabila kehadirannya

adalah 100% dari jumlah praktik.

c. Jika ada mahasiswa dengan 75% s/d kurang dari 100% kehadiran,

maka mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan mengganti jumlah

praktik yang ditinggalkan (1 kali apabila ijin dan dua kali apabila

tanpa keterangan).

d. Mahasiswa dengan kehadiran kurang dari 75% tidak diperbolehkan

mengikuti uji stase.

e. Wajib mematuhi peraturan yang berlaku dirumah sakit.

f. Batas lulus uji stase adalah 3.00.

8. Peraturan ujian tengah dan akhir semester

Page 72: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

60

a. UTS

1) Ujian Tengah Semester bertujuan untuk mengetahui apakah

mahasiswa telah menguasai bahan yang disajikan pada suatu

periode.

2) Ujian Tengah Semester dilaksanakan pada pertemuan ke-8

pada semester berjalan dengan bentuk ujian tetulis atau ujian

lisan.

b. UAS

1) Pengertian

a) Ujian Akhir Semester dilaksanakan pada akhir semester

berjalan.

b) Ujian Akhir Semester bertujuan untuk mengetahui

kemajuan belajar mahasiswa dan kemajuan mengajar

dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar

selama satu semester.

c) Penguji adalah dosen dan atau tim dosen mata kuliah yang

diujikan. Mata kuliah yang diujikan harus memenuhi

kehadiran dosen 75% tatap muka.

2) Persyaratan

Peserta ujian semester adalah mahasiswa yang telah

memenuhi syarat:

a) Terdaftar sebagai peserta kuliah pada mata kuliah yang

akan diujikan dalam Kartu Rencana Studi (KRS).

b) Telah menyelesaikan seluruh tugas mata kuliah yang

bersangkutan.

Page 73: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

61

c) Telah memenuhi persyaratan administrasi yang berlaku.

d) Memenuhi prosentase kehadiran tatap muka minimal

antara 75% sampai 90% mendapatkan penugasan.

e) Mahasiswa dengan kehadiran kurang dari 75 % tidak dapat

mengikuti ujian dan harus mengikuti proses pembelajaran

mata ajar yang sama pada semester berikutnya.

3) Ujian Ulang

a) Mahasiswa yang memperoleh nilai D atau E, dapat

mengikuti uji ulang sebanyak satu kali pada semester

bersangkutan.

b) Nilai yang diperoleh pada uji ulang maksimal 2.00 apabila

soal yang digunakan adalah soal yang sama dengan soal uji

utama pada semester berjalan.

c) Mahasiswa dapat memperoleh nilai maksimal apabila soal

yang digunakan adalah bentuk soal baru pada mata kuliah

terkait.

d) Apabila nilai yang diperoleh pada uji ulang tetap D atau E

maka mahasiswa diwajibkan mengambil mata kuliah

tersebut pada program Semester Pendek (SP) atau

semester berjalan tahun akademik berikutnya.

e) Nilai yang dicantumkan dalam Kartu Hasil Studi adalah

nilai tertinggi yang diperoleh mahasiswa.

4) Keberhasilan Semester

Page 74: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

62

a) Keberhasilan semester ditentukan pada tiap akhir semester

dengan cara menilai semua mata kuliah yang diambil oleh

mahasiswa selama semester yang baru berakhir.

b) Nilai lulus adalah A, B dan C dengan rentang penilaian

sesuai dengan buku panduan akademik Poltekkes

Kemenkes

c) Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada kontrak

perkuliahan yang telah disepakati oleh mahasiswa pada

awal semester berjalan.

d) Keberhasilan studi mahasiswa dinyatakan dengan Indeks

Prestasi (IP).

e) Keberhasilan studi dituangkan dalam Kartu Hasil Studi

(KHS) dan disahkan oleh Ketua Program studi atau Ketua

Perwakilan Jurusan.

f) Kartu Hasil Studi (KHS) diarsipkan di Program Studi.

C. Cuti Akademik

Cuti akademik adalah masa istirahat dari kegiatan akademik pada

waktu tertentu selama mahasiswa mengikuti pendidikan di Poltekkes

Kemenkes RI

1. Syarat cuti akademik:

a. Telah mengikuti minimal 2 semester masa studi.

b. Mendapatkan persetujuan dari Dosen Pembimbing Akademik dan

Ketua Jurusan

c. Tidak melakukan pelanggaran norma etika yang telah ditetapkan.

d. Menyertakan alasan dan bukti fisik yang mendukung.

2. Prosedur cuti akademik

Page 75: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

63

a. Mahasiswa wajib melakukan konsultasi kepada Dosen pembimbing

Akademik (DPA) sebelum melakukan cuti akademik.

b. Mahasiswa mengajukan permohonan cuti akademik kepada Ketua

Jurusan / Ketua Prodi dengan menunjukkan form cuti yang telah diisi

dan ditandatangani yang bersangkutan dan DPA.

c. Sekretaris Jurusan melakukan verifikasi dan selanjutnya mengajukan

permohonan cuti pada Direktur.

3. Prosedur pengaktifan kembali sebagai mahasiswa

a. Mahasiswa wajib melapor kepada Dosen pembimbing Akademik

sebelum melakukan her registrasi.

b. Mahasiswa mengajukan permohonan izin aktif kembali 2 minggu

sebelum perkuliahan dimulai kepada Ketua Jurusan / Ketua Prodi

dengan mengisi form aktif kembali yang telah ditandatangani oleh

yang bersangkutan dan DPA.

c. Sekretaris Jurusan melakukan verifikasi dan selanjutnya mengajukan

surat permohonan izin aktif kembali kepada Direktur.

4. Jenis Cuti Akademik

a. Cuti Akademik yang direncanakan

Cuti akademik yang direncanakan adalah cuti akademik yang

diberikan kepada mahasiswa karena alasan tertentu yang dapat

dibenarkan.

1) Cuti akademik dapat diberikan untuk jangka waktu dua semester

secara berulang, sepanjang tidak melampaui batas maksimal

masa studi.

2) Cuti akademik dapat diberikan kepada mahasiswa Program Studi

Diploma Sarjana Terapan Keperawatan alih jenjang (transfer D

III) yang telah mengikuti pendidikan 1 (satu) semester.

Page 76: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

64

b. Cuti Akademik yang tidak direncanakan

Cuti akademik yang tidak direncanakan adalah cuti akademik yang

diberikan kepada mahasiswa karena alasan tertentu setelah

mendapat rekomendasi atau ditetapkan oleh pejabat (pemerintah)

yang berwenang.

1) Cuti akademik yang tidak direncanakan dapat diberikan tambahan

batas waktu studi maksimal 12 semester bagi mahasiwa Program

DIII dan 6 semester bagi mahasiswa Program Diploma IV.

2) Cuti akademik karena alasan (gangguan) kesehatan, yang berdasar

rekomendasi dokter diperkirakan masa penyembuhannya

membutuhkan wakti lebih dari 6 bulan.

3) Cuti akademik karena alasan tugas negara (misal duta olah raga,

duta seni/budaya, pertukaran pelajar, TKHI, dll) yang membutuhkan

waktu pelaksanaan lebih dari 6 bulan.

D. Bimbingan dan Konseling

Adalah proses pemberian bantuan/fasilitasi secara sistematis dan

intensif yang dilakukan oleh dosen pembimbing akademik (DPA) kepada

mahasiswa dalam rangka pengembangan pribadi, social dan ketrampilan

belajar (learning skill) untuk kelancaran dan keberhasilan proses belajar

mengajar di Jurusan Keperawatan.

DPA adalah dosen yang memberikan bantuan berupa nasehat

akademik kepada mahasiswa, sesuai dengan panduan yang berlaku untuk

meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa sehingga mahasiswa

dapat mengikuti proses studi sesuai ketentuan yang berlaku dan lulus tepat

waktu. Rasio DPA dengan mahasiswa maksimal 1 : 20 orang.

1. Syarat DPA:

Page 77: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

65

a. Dosen tetap pada prodi/jurusan yang tidak sedang tugas belajar.

b. Ditetapkan dengan SK Direktur Poltekkes Kemenkes RI

2. Tugas DPA adalah:

a. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pemanfaatan

sarana dan prasarana penunjang bagi kegiatan akademik dan non

akademik.

b. Membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah- masalah akademik

c. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan

belajar yang baik (ketrampilan belajar) sehingga tumbuh kemandirian

belajar untuk keberhasilan studinya

d. Memberikan rekomendasi tentang tingkat keberhasilan belajar

mahasiswa untuk keperluan tertentu

e. Membantu mahasiswa dalam mematuhi norma dan etika,

mengembangkan kepribadian menuju terwujudnya manusia Indonesia

seutuhnya yang berwawasan, berfikir dan berperilaku sesuai dengan

nilai nilai agama, kebangsaan dan adat istiadat, profesi serta berbagai

norma positif lainnya.

f. Menandatangani Kartu Rencana Studi (KRS)

g. Membantu mahasiswa mengembangkan wawasan keilmuan secara

mandiri sepanjang hayat.

h. Melaporkan perkembangan mahasiswa yang dibimbing dalam rapat

dewan dosen setiap semester

E. Sistem Penilaian

Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa mencakup: Prinsip

penilaian; teknik dan instrumen penilaian; mekanisme dan prosedur

Page 78: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

66

penilaian; pelaksanaan penilaian; pelaporan penilaian; dan kelulusan

mahasiswa.

1. Prinsip penilaian, sebagaimana mencakup prinsip edukatif, otentik,

objektif, akuntabel, dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.

a. Prinsip edukatif merupakan penilaian yang memotivasi mahasiswa

agar mampu: memperbaiki perencanaan dan cara belajar; dan

meraih capaian pembelajaran lulusan.

b. Prinsip otentik merupakan penilaian yang berorientasi pada proses

belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang

mencerminkan kemampuan mahasiswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

c. Prinsip objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada standar

yang disepakati antara dosen dan mahasiswa serta bebas dari

pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai.

d. Prinsip akuntabel merupakan penilaian yang dilaksanakan sesuai

dengan prosedur dan kriteria yang jelas, disepakati pada awal

kuliah, dan dipahami oleh mahasiswa.

e. Prinsip transparan merupakan penilaian yang prosedur dan hasil

penilaiannya dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.

2. Teknik Penilaian, terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes

tertulis, tes lisan, dan angket.

3. Instrumen penilaian, terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik

dan/atau penilaian hasil dalam bentuk portofolio atau karya desain.

a. Penilaian sikap dapat menggunakan teknik penilaian observasi.

b. Penilaian penguasaan pengetahuan, keterampilan umum, dan

keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau

kombinasi dari berbagi teknik dan instrumen penilaian

Page 79: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

67

c. Hasil akhir penilaian merupakan integrasi antara berbagai teknik

dan instrumen penilaian yang digunakan.

4. Mekanisme Penilaian, terdiri atas :

a. menyusun, menyampaikan, menyepakati tahap, teknik,

instrumen, kriteria, indikator, dan bobot penilaian antara penilai

dan yang dinilai sesuai dengan rencana pembelajaran;

b. melaksanakan proses penilaian sesuai dengan tahap, teknik,

instrumen, kriteria, indikator, dan bobot penilaian yang memuat

prinsip penilaian

c. memberikan umpan balik dan kesempatan untuk

mempertanyakan hasil penilaian kepada mahasiswa

d. mendokumentasikan penilaian proses dan hasil belajar

mahasiswa secara akuntabel dan transparan.

5. Prosedur Penilaian, mencakup tahap perencanaan, kegiatan pemberian

tugas atau soal, observasi kinerja, pengembalian hasil observasi dan

pemberian nilai akhir.

a. Prosedur penilaian pada tahap perencanaan dapat dilakukan

melalui penilaian bertahap dan/atau penilaian ulang

b. Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana

pembelajaran.

c. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan oleh: Dosen pengampu atau

tim dosen pengampu Dosen pengampu atau tim dosen pengampu

dengan mengikutsertakan mahasiswa; dan/atau Dosen pengampu

atau tim dosen pengampu dengan mengikutsertakan pemangku

kepentingan yang relevan

6. Pelaporan penilaian, Kualifikasi keberhasilan mahasiswa dalam

menempuh suatu mata kuliah yang dinyatakan dalam kisaran :

Page 80: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

68

a. huruf A setara dengan angka 4 (empat) berkategori sangat baik.

b. huruf B setara dengan angka 3 (tiga) berkategori baik.

c. huruf C setara dengan angka 2 (dua) berkategori cukup.

d. huruf D setara dengan angka 1 (satu) berkategori kurang.

e. huruf E setara dengan angka 0 (nol) berkategori sangat kurang.

Perguruan tinggi dapat menggunakan huruf antara dan angka antara

untuk nilai pada kisaran 0 (nol) sampai 4 (empat).

7. Hasil penilaian diumumkan kepada mahasiswa setelah satu tahap

pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.

a. Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan di tiap semester

dinyatakan dengan indeks prestasi semester (IPS).

b. Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan pada akhir program

studi dinyatakan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK)

c. Indeks prestasi semester (IPS) dinyatakan dalam besaran yang

dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf

setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah

bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambil

dalam satu semester.

d. Indeks prestasi kumulatif (IPK) dinyatakan dalam besaran yang

dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf

setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah

bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambil

yang telah ditempuh.

8. Mahasiswa program diploma dan program sarjana dinyatakan lulus

apabila telah menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan

memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh program

studi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih besar atau sama

Page 81: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

69

dengan 2,00 (dua koma nol nol). Kelulusan mahasiswa dari program

diploma dan program sarjana dapat diberikan predikat memuaskan,

sangat memuaskan, atau pujian dengan kriteria:

a. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan apabila

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 2,76 (dua koma tujuh

enam) sampai dengan 3,00 (tiga koma nol nol);

b. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan

apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01 (tiga koma

nol satu) sampai dengan 3,50 (tiga koma lima nol); atau

c. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,50 (tiga

koma lima nol).

9. Mahasiswa program profesi, dinyatakan lulus apabila telah menempuh

seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian

pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh program studi dengan

indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih besar atau sama dengan 3,00 (tiga

koma nol nol). Kelulusan mahasiswa dari program profesi, dapat

diberikan predikat memuaskan, sangat memuaskan, dan pujian dengan

kriteria:

a. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan

apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,00 (tiga koma

nol nol) sampai dengan 3,50 (tiga koma lima nol);

b. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat

memuaskan apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK)

3,51(tiga koma lima satu) sampai dengan 3,75 (tiga koma tujuh

lima); atau

c. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila

Page 82: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

70

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,75 (tiga

koma tujuh lima).

10. Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh:

a. Ijazah, bagi lulusan program diploma, program sarjana terapan

b. Sertifikat profesi, bagi lulusan program profesi;

c. Sertifikat kompetensi, bagi lulusan program pendidikan sesuai

dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi

di luar program studinya

d. Gelar

e. Surat keterangan pendamping ijazah, kecuali ditentukan lain oleh

peraturan perundang- undangan

11. Sertifikat profesi diterbitkan oleh Direktur Poltekkes Kemenkes RI

bersama dengan Kementerian Kesehatan RI.

12. Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh perguruan tinggi bekerja sama

dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi

yang terakreditasi.

13. Mahasiswa yang belum memenuhi syarat lulus pada tahap semester

diberikan nilai huruf T dan atau K, dengan ketentuan

Huruf T (Tidak lengkap) diberikan kepada mahasiswa dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Belum memenuhi sebagian evaluasi yang ditetapkan, misalnya

tidak/belum memenuhi Ujian Tengah Semester atau Akhir

Semester, atau belum melengkapi tugas-tugas yang diberikan.

b. Apabila mahasisa tidak mengikuti UTS/UAS dan telah menyerahkan

tugas dalam waktu 2-3 (dua sampai tiga) minggu terhitung sejak

akhir kegiatan semester, maka huruf T harus diganti dengan huruf

A-E sesuai dengan nilai yang diperoleh mahasiswa

Page 83: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

71

c. Apabila peserta didik tidak mengikuti UTS/UAS atau tidak

menyelesaikan tugasnya dalam batas waktu 2-3 minggu, maka

huruf mutunya menjadi E atau huruf mutu lain apabila dosen

pengampu melakukan penghitungan penilaian sesuai dengan

bobot masing-masing bentuk dan jenis penilaian.

d. Huruf T tidak dapat diubah menjadi huruf K, kecuali bila peserta

didik tidak dapat menempuh ujian akhir semester susulan atas

dasar alasan yang dapat dibenarkan (misalnya: sakit, mengalami

kecelakaan atau musibah yang memerlukan perawatan lama).

Huruf K (Kosong) diberikan kepada mahasiswa dengan ketentuan :

a. Diberikan untuk seluruh mata kuliah semester yang bersangkutan

dalam hal peserta didik mengundurkan diri atas dasar alasan yang

dapat dibenarkan (lihat butir 3) dari semester sedang berjalan,

dengan catatan yang bersangkutan telah melakukan registrasi

(mengisi KRS).

b. Dikenakan pada satu atau beberapa mata kuliah pada semester

yang bersangkutan, dalam hal mahasiswa tidak dapat mengikuti

uian akhir semester atas dasar alasan yang dapat dibenarkan (butir

3 di bawah) sehingga tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester.

c. Alasan yang dapat dibenarkan untuk memberikan huruf K adalah

1) Sakit atau kecelakaan yang memerlukan perawatan atau proses

penyembuhan lama yang memerlukan perawatan atau proses

penyembuhan lama yang dinyatakan dengan surat keterangan

dari dokter spesialis atau Rumah Sakit yang merawatnya.

2) Musibah keluarga yang mengharuskan mahasiswa

meninggalkan studinya dalam waktu lama dengan dikuatkan

surat keterangan yang berlaku

Page 84: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

72

d. Bagi peserta didik yang memperoleh huruf K untuk seluruh beban

studi semester pada suatu semester tertentu, tidak diperhitungkan

dalam batas waktu studi dan tidak dianggap sebagai penghentian

studi untuk sementara

e. Bila butir 4 terjadi untuk kedua kalinya, maka dianggap

penghentian studi pada semester yang bersangkutan sehingga

mahasiswa hanya diperkenankan satu kali mengajukan

permohonan menghentikan studi sementara.

f. Jika mata kuliah yang memperoleh huruf K itu ditempuh kembali

pada kesempatan lain, huruf mutunya dapat menjadi A, B, C, D dan

E

g. Nilai K tidak dibenarkan untuk penghitungan IP dan IPK

h. Nilai Akhir (Huruf Mutu) yang sah adalah

1) Nilai akhir (huruf mutu) mata kuliah atau hasil evaluasi akhir

suatu mata kuliah hanya dianggap sah apabila mahasiswa dan

mata kuliah terdaftar dalam KRS pada semester yang

bersangkutan.

2) Semua nilai akhir (huruf mutu) mata kuliah atau penilaian akhir

suatu mata kuliah yang tidak memenuhi persyaratan butir 1

dinyatakan tidak berlaku (gugur)

F. Yudisium

Yudisium adalah penetapan kelulusan peserta didik pada akhir semester

dan akhir program.

1. Yudisium akhir semester

Persyaratan:

a) Telah mengikuti rangkaian kegiatan akademik pada semester berjalan.

Page 85: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

73

b) Telah menyelesaikan kewajiban administrasi.

2. Yudisium akhir program

Persyaratan:

a) Lulus semua mata kuliah dalam beban studi kumulatif yang

ditetapkan

b) Memiliki IPK ≥ 2,75

c) Telah menyusun dan menulis laporan Tugas akhir dan atau

sejenisnya yang dipersyaratkan dan telah diuji, serta memperoleh

nilai ≥ 3,00

Yudisium semester disyahkan oleh ketua Jurusan / Perwakilan Jurusan,

yudisium akhir program disyahkan dan ditetapkan dengan surat

keputusan Direktur Poltekkes Kemenkes.

G. Wisuda

1. Gambaran Umum Singkat

Kegiatan Wisuda merupakan bagian dari program pendidikan

yang tertuang dalam kalender akademik setiap institusi perguruan

tinggi. Wisuda dilaksanakan setelah mahasiswa selesai menempuh

jenjang pendidikan dan dinyatakan lulus pada Yudisium Akhir Program.

2. Dasar Hukum

a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1988/Menkes/Per/IX/2011

tanggal 27 September 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 890/ Menkes / Per/

VIII/ 2007 tentang Organisasi dan tata kerja Politeknik Kesehatan

Kemenkes.

Page 86: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

74

b. Pedoman Pelaksanaan Wisuda, Angkat Sumpah dan Pelantikan

Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan, BPPSDM Kesehatan Kemenkes RI tahun 2009.

c. SK Direktur tentang Penyelenggaraan Wisuda Poltekkes Kemenkes.

d. Prosedur Sistem Penjaminan Mutu ; Prosedur Belajar Mengajar ;

Prosedur 7 : Wisuda

3. Alasan dilaksanakan Wisuda

Wisuda adalah pengakuan akademik terhadap para lulusan yang

telah menyelesaikan pendidikannya dengan syarat tertentu, yang

ditandai dengan penyerahan ijazah dan pelantikan lulusan sebagai

tenaga kesehatan oleh Menteri Kesehatan atau yang mewakili, dalam

bentuk kegiatan rapat senat terbuka Poltekkes Kemenkes RI.

H. Angkat Sumpah

1. Pengertian

Angkat sumpah lulusan perawat adalah ikrar sumpah lulusan perawat

dihadapan rohaniwan tentang tanggung jawabnya sebagai insan profesi

keperawatan.

2. Tujuan

Angkat sumpah perawat bertujuan untuk mengembankan tanggung

jawab profesi perawat kepada para lulusan agar ketika dihadapkan

langsung ke masyarakat, para lulusan dapat menjadi perawat yang

bertanggung jawab.

3. Waktu Pelaksanaan

Page 87: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

75

Angkat sumpah lulusan dilaksanakan setelah mahasiswa dinyatakan lulus

mengikuti pendidikan yang dibuktikan dengan berita acara yudisium

akhir program.

BAB V PENUTUP

Demikian buku penyelengaraan Pendidikan Profesi Ners Poltekkes

Kemenkes RI. Secara umum buku ini memuat pedoman yang diperlukan bagi

civitas akademika dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan Badan PPSDM

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Buku ini merupakan salah satu bagian

dari pedoman-pedoman yang telah diterbitkan oleh Badan PPSDM Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI

Hal hal yang belum tercantum dalam buku panduan ini akan diatur

kemudian.Besar harapan agar buku ini dapat dipedomani dan dilaksanakan

oleh semua pihak yang berkepentingan di Lingkungan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI.

V PENUTUP

Page 88: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

76

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi.

4. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 232/U/2000 tentang

Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil

Belajar Mahasiswa.

6. Kepmenkes No. HK.03.2.4.1.444.1 tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Pendidikan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan

R.I.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :

890/Menkes/Per/VIII/2007 tanggal 2 Agustus 2007 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Politeknik Kesehatan.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :

OT.02.03/1/4/03440.1 Tanggal : 1 Juli 2008 Tentang Pedoman Organisasi

dan Tatalaksana Politeknik Kesehatan Depkes.

Page 89: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan

77

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan

10. Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 1862/E/T/2011 Tentang Alih Bina

Institusi Diknakes

11. Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional

Pendidikan Tinggi.

Page 90: 610.7 Ind P - bppsdmk.kemkes.go.idbppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2019/01/BUKU... · telah dikembangkan oleh Politeknik Kesehatan Kemenkes RI , maka dapat dijadikan