#6 Pengujian Efek Antidepresi

31
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI 22 April 2014 Kelompok 6 SELASA, 10.00-13.00 FARMASI A Eni Herdiani 260110120026 (Data Pengamatan, Perhitungan) Tazyinul Qoriah A. 260110120027 (Editor) Novia Eka Putri 260110120028 (Prosedur) Riza Yuniar 260110120029 (Pembahasan) Sani Asmi R. L. 260110120030 (Teori Dasar) Erinna Rachma A. 260110120032 (Pembahasan) LABORATORIUM FARMAKOLOGI ORGAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJAJARAN 2014 Nilai Asisten

Transcript of #6 Pengujian Efek Antidepresi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI

22 April 2014

Kelompok 6

SELASA, 10.00-13.00

FARMASI A

Eni Herdiani260110120026 (Data Pengamatan, Perhitungan)Tazyinul Qoriah A.260110120027 (Editor)Novia Eka Putri260110120028 (Prosedur)Riza Yuniar260110120029 (Pembahasan)Sani Asmi R. L.260110120030 (Teori Dasar)Erinna Rachma A.260110120032 (Pembahasan)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI ORGANFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJAJARAN2014

NilaiAsisten

PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESI

I. TUJUANDapat mengetahui sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresi pada hewan percobaan.

II. PRINSIPEfek obat antidepresi pada hewan percobaan dapat dilihat dari banyaknya gerak imobilitas yang dihasilkan.

III. TEORI DASARDepresi merupakan salah satu gangguan jiwa ringan yang sering dijumpai pada saat ini, baik pada praktik psikiatri maupun pada unit rawat jalan klinik psikiatri. Depresi tidak saja menyebabkan penderitaan yang sangat bagi manusia tetapi dapat pula menyebabkan tindakan bunuh diri sehingga menyebabkan kematian. Depresi merupakan suatu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa rendah diri, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan makan. Penderita depresi cenderung untuk menjadi sedih oleh karena adanya suatu tekanan perasaan yang hampir selalu bersifat kehilangan dapat berupa kehilangan orang terdekat, kehilangan benda dan kehilangan kedudukan (Rosanti, 2010).Sebenarnya, depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon normal terhadap pengalaman hidup negatif, seperti kehidupan anggota keluarga, benda berharga, atau status sosial. Dengan demikian, depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang bergerak dari depresi normal sampai depresi klinis (Carson & Butcher, 1991).Depresi menjadi mal-adaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap. Literatur psikologi dan psikiatrik membedakan dua jenis depresi abnormal, yaitu depresi mayor (unipolar) dan depresi mania (bipolar). Dalam kasus depresi mayor, individu akan mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan gairah terhadap hal-hal yang menyenangkan atau yang dulu diminati. Depresi mania adalah depresi mayor yang diselingi periode-periode mania, yang ditandai dengan perasaan gembira, optimisme, dan gairah meluap-luap yang berlebihan (Aditomo, 2004).Depresi unipolar dapat bersifat primer (tidak berhubungn dengan masalah kesehatan lain) atau sekunder akibat suatu masalah kesehatan, seperti gangguan fisik atau psikiatrik atau pemakaian obat. Antidepresi telah dipakai dengan efektif untuk mengobati depresi unipolar. Gangguan afektif bipolar merupakan ayunan antara dua mood, yaitu maniak (euphoria) dan depresi (disforia). Litium merupakan obat pilihan untuk mengobati jenis gangguan ini (Joyce, 1994).Antidepresi dibagi menjadi dua kelompok: antidepresan trisiklik dan penghambat monoamin oksidase (MAOI). Kedua kelompok antidepresi ini dipasarkan akhir tahun 1950-an. Belum lama ini, kelompok antidepresi yang baru diperkenalkan dan disebut sebagai antidepresi generasi ke dua (Joyce, 1994).a. Antidepresi TrisiklikAntidepresi trisiklik (ATS) menghambat re-uptake neurotransmitter norepinefrin dan serotonin dalam otak. Respon klinik terhadap ATS terjadi setelah 2-4 minggu terapi obat. Jika tidak terdapat perbaikan setelah 2-4 minggu, antidepresi perlahan-lahan dihentikan dan diresepkan antidepresi lain. Trisiklik telah dipakai dengan efektif untuk mengobati depresi unipolar. Seringkali, ATS diberikan pada malam hari untuk mengurangi masalah akibat efek sedasi yang ditimbulkan. Sewaktu menghentikan ATS, obat baru secara bertahap dikurangi untuk menghindari gejala-gejala putus obat, seperti mual, muntah, ansietas, dan akatisia (Joyce, 1994).

b. Antidepresi Generasi KeduaAntidepresi generasi kedua pertama kali dipasarkan pada tahun 1980-an, tetapi beberapa masih dalam tahap pengembangan. Kelompok obat ini tidak berkaitan dengan trisiklik maupun dengan penghambat monoamin oksidase. Kelompok antidepresi ini menyebabkan lebih sedikit gejala-gejala antikolinergik daripada trisiklik (Joyce, 1994).c. Pengambat Monoamin OksidaseEnzim monoamin oksidase menginaktivasi norepinefrin, dopamin, epinefrin, dan serotonin. Dengan menghambat monoamin oksidase, kadar dari tiga neurotransmitter ini meningkat. Penghambat monoamin oksidase yang kini diresepkan adalah tranilsipromin sulfat, isokarboksazid, dan fenelzin sulfat. Penghambat MAO dipakai untuk depresi ringan, reakif, dan atipikal (ansietas kronik, hypersomnia, dan ketakutan). Penghambat MAO dan trisiklik tidak boleh dipakai bersama-sama untuk mengobati depresi (Joyce, 1994)..Obat antidepresi jarang diberikan tanpa disertai psikoterapi, karena obat-obatan ini membuat pasien menjadi kurang waspada, kurang sensitif, dan kurang responsif terhadap kenyataan yang terjadi dalam hidup. Dalam beberapa kasus, obat antidepresi dibutuhkan untuk menurunkan ketegangan. Pada umumnya, obat tersebut dikonsumsi selama tiga hingga enam minggu untuk mendapatkan efek yang nyata. Penundaan efek terjadi karena otak mengakomodasi akumulasi obat di dalam otak. Obat-obatan ini juga biasa digunakan selama enam hingga sembilan bulan pada keadaan depresi yang pertama. Frekuensi pengulangan terjadi depresi setelah yang pertama adalah sama, baik melanjutkan atau tidak melanjutkan pengobatan setelah sembilan bulan (Mehmet, 2008).Serangan depresi membutuhkan terapi jangka panjang. Inhibitor re-uptake serotonin selektif (SSRIs) bekerja dengan meningkatakan kerja serotonin dalam otak, dan menimbulkan satu efek samping yang tidak diinginkan yaitu penurunan libido (Mehmet, 2008).IV. ALAT DAN BAHAN4.1 Alata. Alat suntik 1 mlb. Neraca ohaussc. Spidol merahd. Tabung plastik (toples); panjang 20 cm, diameter 10 cm4.2 Bahana. Airb. Alkohol 70%c. Amitriptilin; 0,03 mg/0,5 ml dan 0,06 mg/0,5 mld. NaCl Fisiologis4.3 Gambar Alat

Alat suntik 1 mlNeraca Ohauss

Spidol MerahToples

4.4 Gambar Bahan

Alkohol 70 %Amitriptilin 0,0325 mg/0,5 ml

Amitriptilin 0,065 mg/0,5 mlAir

NaCl Fisiologis

V. PROSEDURPada praktikum kali ini, mencit dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan NaCl fisiologis, kelompok uji dengan amitriptilin I dosis 0,03 mg/0,5 ml, dan kelompok uji dengan amitriptilin II dosis 0,06 mg/0,5 ml. Semua zat-zat ini diberikan secara intraperitoneal. Selanjutnya, semua mencit didiamkan selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam silinder plastik yang sudah diisi air dan mencit dibiarkan berenang secara aktif. Setelah beberapa lama, mencit-mencit tersebut akan bergerak secara pasif, hal ini menunjukkan keputus-asaan sebagai tanda depresi. Keadaan ini diamati dan diukur lamanya mencit bergerak pasif selama 15 menit dengan interval waktu 5 menit. Semua data yang didapatkan, diolah secara statistik dengan metode Anava dan Students t test, kemudian dibuat menjadi grafik yang menunjukkan hubungan perlakuan dengan lama diam mencit dan grafik hubungan antara waktu dengan lama diam mencit.

VI. DATA PENGAMATAN6.1 Berat Badan MencitMencit ke-Berat Badan (gram)

115,9

228,6

316

6.2 Pengujian Efek AntidepresiPerlakuanKelompokWaktu Diam (detik)

51015

NaCl Fisiologis135183285503

250107254411

312174265451

4231290278799

592177186455

61659182257

43699014502876

72,67165241,67479,33

Amitriptilin I (0,03 mg/0,5 ml)1463028104

261227271559

3119288286693

4177267262706

5100183222505

691140253484

50399510693051

99189,16220,3508,5

Amitriptilin II (0,06 mg/0,5 ml)1504853

2109130206445

3118230235583

435176254465

5017980

6351152206

2705889741832

4598162,33305,33

6.3 Gambar Perlakuan

Pemberian NaCl fisiologis secara i.pPemberian Amitriptilin I secara i.p

Pemberian Amitriptilin II secara i.pMencit I

Mencit IIMencit III

VII. PERHITUNGAN7.1 Perhitungan Volume Perlakuan

(NaCl Fisiologis) (Amitriptilin I) (Amitriptilin II)7.2 Perhitungan Persentase Penurunan Depresi 7.3 Tabel AnavaYij(k) = Ai + Bj + ABij + Yij(k) : Pengamatan lama waktu diam pada waktu ke-i dan obat antidepresi ke-j dan replikasi ke-kAi: Pengaruh waktu ke-iBj: Pengaruh obat antidepresi ke-jABij: Pengaruh interaksi waktu ke-i dan obat antidepresi ke-j: Pengaruh eror pada waktu ke-i dan obat antidepresi ke-j dan replikasi ke-k

Ho = Waktu ke-i dan obat antiepresi ke-j tidak berpengaruh terhadap lama waktu diam. FK = JKT = = 1612629 = 4977575,6481 JKA= = = 42212,259 JKB= = = 11983,26 JKAB= = 42212,259 11983,26 = 1936,296 JKG= JKT JKA JKB JKAB= 4977575,6481 42212,259 11983,26 1936,296= 4921443,834 KTA= 21106,1295 KTB= 5991,63 KTAB= 484,074 KTG= 10935,8852 Fhit =

TABEL ANAVASumber KeragamanDbJKKTFhitFtabel

A231956,3315978,1651,929< 3,23

B2146732,4473366,220,55< 3,23

A*B412175,563043,890,044< 2,61

Eror45441660,5039814,67

Total53632524,833

Karena F hitung < F tabel maka, terima H0 waktu kei , obat antidepresi ke-j tidak berpengaruh terhadap jumlah lama waktu diam.7.4 Grafik

VIII. PEMBAHASANPada praktikum kali ini, dilakukan pengujian efek antidepresi. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana aktivitas obat antidepresi terhadap hewan percobaan. Prinsip percobaan ini yaitu dengan menggunakan metode forced swimming test dan diamati lamanya hewan uji menunjukkan sifat pasif tidak bergerak pada waktu tertentu setelah pemberian obat antidepresi. Forced swimming test adalah suatu metode dalam mendeteksi efek suatu obat antidepresi pada hewan uji. Khasiat obat antidepresi dapat diketahui melalui lamanya waktu imobilitas (immobility time) yang lebih singkat dibandingkan kelompok yang tidak diberi obat antidepresi. Waktu imobilitas pada hewan uji dapat diasumsikan sebagai suatu keadaan putus asa pada manusia dan merupakan salah satu dari sindrom depresi yaitu terjadi penurunan minat dan motivasi.Hewan percobaan yang digunakan dalam pengujian efek antidepresi kali ini adalah mencit putih. Mencit putih di laboratorium mudah ditangani, ia bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari. Kehadiran manusia agak menggangu aktivitas mencit, suhu tubuh normal mencit 37,4oC , dan laju respirasi normal 163/menit.Percobaan kali ini diawali dengan pengambilan hewan percobaan secara acak. Mencit yang digunakan untuk tiap kelompok adalah tiga ekor. Setelah itu mencit ditimbang kemudian ditandai untuk mempermudah dalam pengenalan dan pengamatan terhadap efek antidepresi dari masing-masing mencit. Pada saat menimbang, alat timbangan harus benar-benar bersih, bebas dari kotoran-kotoran yang mungkin dikeluarkan oleh mencit sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar berat yang didapat benar-benar berat dari mencit tersebut, tidak ditambah dengan berat kotoran yang tersisa. Karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap dosis obat yang akan diberikan pada mencit. Berat badan mencit dari hasil penimbangan adalah 15,9 gram untuk mencit pertama, 28,6 gram untuk mencit kedua, dan 16 gram untuk mencit ketiga.Setelah diketahui berat dari masing-masing mencit, dilakukan pengkonversian dosis untuk mendapat dosis yang sesuai untuk tiap mencit. Hal ini dilakukan agar dosis obat yang diberikan terhadap mencit tidak berlebih ataupun tidak kurang dari dosis seharusnya. Dosis yang tidak tepat dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Konversi dosis hewan percobaan dilakukan dengan membandingkan berat hewan percobaan yang sebenarnya dengan berat hewan percobaan standar kemudian dikalikan dengan faktor konversi sesuai rute pemberian obat. Pemberian obat pada hewan percobaan dilakukan secara intraperitoneal, jadi untuk mengetahui dosis obat yang akan diberikan kepada mencit harus dikonversi terlebih dahulu dan digunakan rumus:

Dari hasil pengkonversian didapatkan bahwa berat badan mencit 1 harus diberikan obat sebanyak 0,3975 ml untuk mencit kedua sebanyaj 0,715 ml, dan untuk mencit ketiga diberikan obat sebanyak 0,4 ml secara intraperitonial.Pada percobaan ini digunakan 3 mencit yang berfungsi sebagai kontrol (mencit 1), dan sebagai uji 1 dan 2 (digunakan mencit 2 dan 3). Pemberian obat pada mencit dilakukan secara interperitoneal sehingga efektivitas dari obat lebih cepat diabsorpsi. Rute intraperiotenal adalah rute pemberian pada bagian rongga perut, jika menyuntik terlalu dalam dapat menyebabkan pendarahan organ dalam dari mencit tersebut. Sedangkan jika menyuntik terlalu dangkal, obat akan masuk secara subkutan dan terbentuk benjolan akibat akumulasi obat pada jaringan subkutan.Untuk hewan uji kontrol (mencit 1), digunakan larutan NaCl fisiologis sebagai kontrol negatif sebanyak 0,3975 ml. Pengunaan NaCl fisiologis sebagai kontrol negatif bertujuan untuk lebih mengetahui pengaruh yang diberikan zat pembawa obat, yaitu air, karena amitriptilin dapat larut dalam air. Dengan kata lain, kontrol negatif digunakan sebagai pembanding terhadap zat uji.Obat yang dijadikan zat uji pada percobaan kali ini adalah amitriptilin dengan dua dosis yang berbeda. Untuk uji pertama, mencit 2 diberikan dosis amitriptilin sebesar 0,03 mg/0,5 ml, kemudian kepada mencit 3 diberikan dosis Amitriptilin sebesar 0,06 mg/0,5 ml. Pemberian dosis yang berbeda ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa dosis yang memberikan efektivitas antidepresi yang lebih tinggi untuk hewan percobaan, atau efektivitas yang lebih sesuai pada hewan percobaan.Amitriptilin adalah antidepresan yang digunakan untuk mengobati depresi, biasanya untuk depresi berat. Pada prinsipnya, antidepresan dapat mempengaruhi bahan kimia dalam otak, dalam rangka, untuk mengobati gejala-gejala depresi. Amitriptilin akan meningkatkan neurontransmitter di otak, yang akan mengurangi kesedihan dan kesuraman yang berhubungan dengan depresi.Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan menghambat re-uptake neurontransmiter aminergik dan menghambat pemecahan neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase. Amitriptilin memiliki dua gugus metal, termasuk amin tersier sehingga lebih responsif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga memiliki aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat. Efek samping dari pemberian obat ini adalah sedasi, efek anti-kolinergik, efek anti-adrenergik alfa, dan efek neurotoksis.Pemberian obat pada mencit satu ke mencit yang lainnya diberikan rentang waktu sekitar 15 menit, yang dimaksudkan agar pemeriksaan swimming test pada mencit tidak tertukar antara mencit satu dengan yang lainnya dan perlakuan yang diberikan sama, yaitu setelah pemberian obat 1 jam, mencit diberenangkan dalam tabung selama 15 menit. Tujuan didiamkannya mencit selama 1 jam adalah agar obat amitriptilin telah mencapai efek antidepresi maksimal, dan alasan waktu pengamatan dilakukan selama 15 menit adalah karena waktu tersebut diperkirakan merupakan waktu amitriptilin memberikan efek maksimal.Pada percobaan ini digunakan toples plastik besar (ukuran: tinggi = 20 cm; diameter = 10 cm) yang diisi air setengah dari volume toples. Toples yang digunakan biasanya diisi air dengan ketinggian 8 cm pada suhu ruangan (250C). Hal ini dimaksudkan agar mencit tidak loncat apabila air terlalu tinggi dan tidak menapakkan kakinya pada saat melakukan swimming test. Seharusnya sehari sebelum percobaan, mencit dimasukkan kedalam tabung tersebut selama 5 menit dan dibiarkan berenang untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungan agar hewan uji tidak kaget saat diberenangkan pada saat pengamatan. Namun pada praktikum kali ini, mencit yang digunakan tidak diadaptasikan terlebih dahulu sehingga pada 5 menit pertama mencit berusaha untuk keluar dari tabung dan waktu pengamatan pun terganggu.Kemudian, setelah menunggu selama 1 jam, mencit 1 dimasukkan ke dalam toples yang sudah diisi air, dan dibiarkan berenang selama 15 menit. Setiap 5 menit, mencit diamati dan dicatat berapa lama mencit diam tidak bergerak (menunjukkan depresi). Dan didapatkan untuk mencit pertama pada menit ke-5, lama diam mencit 16 detik, pada menit ke 10 lama diam mencit 59 detik, pada menit ke 15 lama diam mencit mencit 182 detik.Untuk mencit kedua (amitriptilin I, dosis 0,03 mg/0,5 ml), mencit dimasukkan ke dalam toples dan diamati. Pada 5 menit pertama, lama diam mencit 91 detik, pada menit ke-10 lama diam mencit 140 detik, sedangkan pada menit ke-15 lama diam mencit 253 detik. Untuk mencit ketiga (amitriptilin II, dosis 0,06 mg/0,5 ml) mencit yang dimasukkan ke dalam toples diamati dan didapatkan hasil pada menit ke-5 lama diam mencit 3 detik, pada menit ke-10 lama diam mencit 51 detik dan pada menit ke-15 lama diam mencit 152 detik.Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara kontrol negatif (NaCl) dengan Amitriptilin I (dosis 0,03 mg/0,05 ml). Seharusnya pada hasil uji kontrol negatif mencit lebih depresi dibandingkan dengan pemberian obat depresi namun didapatkan hasil bahwa mencit yang diberikan amitriptilin I lebih depresi dibandingkan mencit yang hanya diberikan kontrol yang tidak memiliki efek antidepresi. Hal ini dapat dikarenakan berat mencit yang diberikan amitriptilin I lebih besar dibandingkan dengan mencit yang hanya diberikan kontrol sehingga dengan pengaruh gaya gravitasi yang lebih besar, mencit yang beratnya lebih besar lebih malas untuk bergerak (dalam hal ini berenang). Selain itu, faktor adaptasi juga dapat mempengaruhi hasil tersebut karena mencit yang baru dikenalkan pada air pertama kali dapat menambah efek depresi pada mencit tersebut.Pemberian obat pada mencit yang setelahnya didiamkan selama 1 jam akan menyebabkan obat menuju waktu puncaknya, dan seharusnya pada saat pengujian 15 menit efek dari obat tersebut masih bisa dirasakan. Hasil yang ditunjukkan oleh mencit adalah bahwa semakin lama mencit tersebut di dalam air, semakin lama pula hewan itu diam pasif, yang berarti bahwa efektivitas dari obat amitriptilin perlahan habis sehingga menyebabkan hewan uji mengalami depresi.Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergic neurontransmitter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada celah sinaps neuron di sistem saraf pusat (SSP) khususnya pada sistem limbic, sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Obat antidepresi akan berinteraksi dengan penghantar rangsangan fisiologik dan akan bekerja pada pengaturan saraf sehingga kesetimbangan neurontransmitter yang terganggu akan diperbaiki. Obat tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit psikis, tetapi hanya mempengaruhi gejala tujuan tertentu seperti halusinasi.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan, di antaranya: Pengamatan gerak mencit pada saat swimming test tidak konstan; Perbedaan berat badan mencit; Kesalahan dalam pemberian obat, ada kemungkinan obat tidak masuk seluruhnya kedalam tubuh mencit; Mencit tidak beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungannya sehingga memberikan efek depresi pada awal tes berenang mencit Perbedaan kondisi mencit, dilihat dari tingkat kelincahan dan stress atau tidaknya mencit.Data pengamatan yang diambil dianalisis dengan Students t-testuntuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara perlakuan bahan uji dan kontrol. Data disajikan pula dalam bentuk grafik. Data yang diperoleh juga kemudian diolah untuk mendapatkan persen penurunan depresi. Pada persen penurunan depresi dengan obat uji Amitriptilin 0,03 mg/0,5 ml didapatkan persentase sebesar -6,0848 % dan pada Amitriptilin 0,06 mg/ 0,05 ml didapatkan persentase sebesar 36,3004 %. Persentase penurunan depresi pada obat antidepresi menunjukkan kemampuan obat uji dalam menurunkan depresi. Nilai yang ideal untuk persentase penurunan depresi juga sama dengan persentase aktivitas yaitu 50 %. Penyimpangan persentase penurunan depresi dapat terjadi dikarenakan pemberian obat antidepresi secara intraperitonial belum tepat dan mencit yang diberenangkan ke dalam air tidak seragam untuk setiap waktunya sehingga perhitungan waktu depresi menjadi kurang akurat.Berdasarkan grafik interval waktu terhadap lama waktu diam, terdapat penurunan depresi pada amitriptilin 0,03 mg/0,5 ml dan amitriptilin 0,06 mg/0,5 ml, karena setiap mencit mempunyai waktu diam (depresi). Tapi apabila berdasarkan grafik perlakuan terhadap lama waktu diam, didapatkan hasil yang tidak signifikan dimana persentase yang didapat amitriptilin 0,03 mg/0,5 ml adalah -6,0848% yang artinya tidak terjadi penurunan depresi pada mencit setelah diberikan amitriptilin (obat antidepresi) dengan dosis tersebut. Selain itu, rata-rata waktu depresi mencit yang diberikan NaCl lebih rendah daripada waktu depresi mencit yang diberikan amitriptilin 0,03 mg/0,5 ml. Berdasarkan literatur, dengan pemberian amitriptilin waktu depresi hewan uji lebih rendah daripada hewan yang hanya diberikan NaCl atau kontrol. Mungkin terdapat kesalahan pada saat pemberian amitriptilin pada mencit. Seperti telah diketahui bahwa amitriptilin diberikan melalui intraperitonial dimana bisa saja hanya sebagian amitriptilin yang masuk atau jarum suntik bukannya masuk ke dalam rongga perut mencit tapi hanya sampai permukaan kulit sehingga amitriptilin hanya tersalurkan sampai kulit yang waktu absorbsinya lebih lama daripada intraperitonial, karena amitriptilin merupakan obat yang larut dalam air. Hal ini mengakibatkan mencit tidak mendapatkan perlakuan yang sama atau dengan kata lain, aktivitas obat antidepresi mencit tidak dapat dibandingkan karena perlakuan yang didapat tidak sama. Selain itu, tingkat depresi mencit sebelum diberikan obat juga dapat mempengaruhi aktivitas mencit setelah diberikan amitriptilin, yang memungkinkan amitriptilin yang diberikan hanya menurunkan depresi mencit sebelum ditaruh di air untuk berenang sehingga penurunan depresi pada saat ditaruh di air mempunyai peluang lebih kecil. Perhitungan volume amitriptilin yang diberikan pada mencit pun mempengaruhi berapa banyak amitriptilin yang seharusnya diterima mencit untuk dilihat aktivitas penurunan depresi.Karena terjadi kesalahan pada amitriptilin 0,03 mg/0,5 ml, jadi penurunan depresi yang sebenarnya hanya dapat dilihat antara NaCl dengan amitriptilin 0,06 mg/0,5 ml. Persentase penurunan deperesi yang didapat adalah 36,3004%, persentase yang didapat pada amitriptilin ini pun tidak terlalu signifikan karena seperti yang telah disebutkan aktivitas yang ideal itu mencapai 50%. Jadi pemberian amitriptilin pada mencit tidak terlalu berpengaruh untuk menurunkan depresinya. Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas bisa menjadi penyebab uji aktivitas obat antidepresi kurang mencapai hasil yang diinginkan.

IX. KESIMPULANAktivitas antidepresi hewan uji (mencit) dapat ditentukan dengan metode forced swimming test dan lama diam atau immobility time sebagai parameter pengamatannya. Adapun antidepresan yang diujikan adalah amitriptilin I, dosis 0,03 mg/0,5 ml, dan amitriptilin II, dosis 0,06 mg/0,5 ml. Amitriptilin I memberikan persen penurunan depresi sebesar -6,0848%, sedangkan amitriptilin II memberikan persen penurunan depresi sebesar 36,3004%. Dengan demikian, efektivitas antidepresi amitriptilin II lebih besar dibandingkan efektivitas antidepresi amitriptilin I.

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo Anindito, Sofia Retnowati. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Journal of Physcology. Volume 31 (2): 1-14Carson, R. & Butcher, J.N. 1991. Abnormal Physcology and Modern Life. HarperCollis. New YorkJoyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. 1994. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Penerbit Buku Kedoteran EGC. JakartaMehmet C. oz. M.D. & Michael F. Roizen, M.D. 2008. Being Beautiful: Sehat dan Cantik Luar Dalam Ala Dr. Oz. PT Mizan Pustaka. BandungRosanti, Tutik Ida, Dyah Krisnansari. 2010. Kejadian Depresi pada Pegawai Menjelang Pensiun, Studi pada Kepala Desa di Lima Kecamatan, Kabupaten Demak. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). Volume 5 (1): 8-23