6 Kelompok 6 - Laporan Pemeriksaan Keuangan

19
LAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN Disusun oleh: 1. Bayu Dwi Nurcahyo (06) 2. Mira Rosida (13) 3. Nurtina Rahma Fahriza (20) 4. Triesna Eka Putri (27) 9D Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2014

description

Laporan pemeriksaan keuangan

Transcript of 6 Kelompok 6 - Laporan Pemeriksaan Keuangan

  • LAPORAN PEMERIKSAAN

    KEUANGAN

    Disusun oleh:

    1. Bayu Dwi Nurcahyo (06) 2. Mira Rosida (13) 3. Nurtina Rahma Fahriza (20) 4. Triesna Eka Putri (27)

    9D Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    2014

  • 1

    A. STANDAR PELAPORAN SPAP Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat standar

    pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:

    a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip

    akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku

    secara komprehensif.

    b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

    akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan

    penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

    c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

    dinyatakan lain dalam laporan audit.

    d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara

    keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika

    pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus

    Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut ini:

    a. Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan

    b. Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

    c. Pelaporan tentang pengendalian intern

    d. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab

    e. Pelaporan informasi rahasia

    f. Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan

    B. STANDAR PELAPORAN TAMBAHAN 1. Pernyataan Kepatuhan Terhadap Standar Pemeriksaan

    Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah: Laporan hasil pemeriksaan

    harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

    Pernyataan standar ini mengacu kepada standar pemeriksaan yang berlaku, yang harus

    diikuti oleh pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti

    Standar Pemeriksaan, pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian,

  • 2

    pemeriksa harus mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya standar pemeriksaan tersebut dan

    dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.

    Standar Pemeriksaan memberlakukan Standar Audit yang ditetapkan oleh IAI dengan

    beberapa penyesuaian. Pernyataan standar yang

    Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan tercantum dalam Standar Pemeriksaan

    merupakan tambahan. Apabila suatu pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan Standar

    Pemeriksaan maka pemeriksaan tersebut dengan sendirinya telah memenuhi Standar Audit yang

    ditetapkan oleh IAI.

    Suatu entitas yang diperiksa berdasarkan Standar Pemeriksaan mungkin juga membutuhkan

    pemeriksa untuk menerbitkan laporan pemeriksaan keuangan untuk tujuan lain, misalnya, entitas

    yang diperiksa membutuhkan laporan keuangan yang telah diperiksa untuk menerbitkan obligasi

    atau untuk tujuan lainnya. Standar pemeriksaan ini tidak melarang pemeriksa untuk menerbitkan

    laporan lain yang terpisah.

    2. Pelaporan Tentang Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah : Laporan hasil pemeriksaan atas

    laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas

    kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan

    material terhadap penyajian laporan keuangan.

    Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditemukan

    dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas kepatuhan.

    Apabila pemeriksa tidak menemukan ketidakpatuhan dalam pengujian kepatuhan

    terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa tidak menerbitkan laporan atas

    kepatuhan.

    Apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan

    perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat suatu

    paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.

    Laporan atas kepatuhan mengungkapkan: (1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan

    peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi,

  • 3

    pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak

    pidana, dan (2) ketidakpatutan yang signifikan.

    Pelaporan Mengenai Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan

    Ketidakpatutan. Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk mempertimbangkan

    dampak kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan

    terhadap laporan hasil pemeriksaan serta meyakinkan bahwa hal tersebut telah diinformasikan

    kepada lembaga/badan yang memiliki fungsi pengawasan terhadap manajemen/pemerintah

    seperti DPR/DPRD, dewan komisaris, komite audit, dewan pengawas.

    Dalam melaporkan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-

    undangan atau ketidakpatutan, pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut secara lugas dan

    jelas dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi pengguna laporan hasil

    pemeriksaan dalam mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi atas kondisi tersebut, hal-hal

    yang diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan, dan jika

    memungkinkan, perlu dinyatakan dalam nilai satuan mata uang.

    Sejauh memungkinkan, dalam menyajikan temuan mengenai kecurangan, penyimpangan

    terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, serta ketidakpatutan, pemeriksa harus

    mengembangkan unsur-unsur kondisi, kriteria, akibat dan sebab. Dalam mengembangkan temuan

    tersebut, pemeriksa agar menggunakan patokan seperti dalam mengembangkan temuan mengenai

    kelemahan pengendalian intern.

    Pelaporan Langsung tentang Kecurangan dan atau Penyimpangan dari Ketentuan

    Peraturan Perundang-undangan Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk

    melaporkan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada

    pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK.

    Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari

    ketentuan peraturan perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK

    harus menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasehat hukum

    apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari

    ketentuanperaturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu proses penyidikan atau

    proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan mengganggu proses penyidikan atau

  • 4

    peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya, misalnya pada hal-hal yang telah diketahui

    oleh umum (masyarakat).

    3. Pelaporan Tentang Pengendalian Intern Menurut SPKN, standar pelaporan tambahan yang ketiga adalah Laporan atas

    pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas

    pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. Contoh yang

    dimaksud dengan kondisi yang dapat dilaporkan dirumuskan dalam SPAP sebagai berikut:

    a. Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang layak.

    b. Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan akuntansi atau

    output dari suatu sistem.

    c. Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.

    d. Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan aktiva.

    e. Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat sesuai dengan

    tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa, karena kesalahan penerapan

    prosedur pengendalian.

    f. Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang

    mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh sistem tersebut.

    g. Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian intern,

    seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu.

    h. Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran yang

    memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.

    i. Kelemahan yang signifikan dalam disain atau pelaksanaan pengendalian intern yang dapat

    mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak

    langsung dan material atas laporan keuangan.

    j. Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi pemantauan

    tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan

    dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui.

  • 5

    Sejauh memungkinkan, dalam menyajikan temuan mengenai kelemahan pengendalian

    intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa harus mengembangkan unsur-unsur kondisi, kriteria,

    akibat, dan sebab untuk membantu manajemen entitas yang diperiksa atau pihak berwenang

    dalam memahami perlunya mengambil tindakan perbaikan. Berikut ini adalah pedoman dalam

    melaporkan unsur-unsur temuan:

    a. Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan pemeriksa di lapangan.

    Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna laporan dalam

    memperoleh perspektif yang wajar.

    b. Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan hasil

    pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang diharapkan. Kriteria akan mudah

    dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit, dan lengkap, dan sumber dari kriteria

    dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan.

    c. Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari

    perbedaan antara apa yang ditemukan pemeriksa (kondisi) dan apa yang seharusnya

    (kriteria). Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila

    memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan

    ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan.

    d. Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber

    perbedaan antara kondisi dan kriteria. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus

    mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat memberikan argumen yang meyakinkan

    dan masuk akal bahwa sebab yang diungkapkan-merupakan faktor utama terjadinya

    perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah sebab yang diungkapkan dapat

    menjadi dasar pemberian rekomendasi.

    Dalam situasi temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

    undangan dimana tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak

    diharuskan untuk mengungkapkan unsur sebab ini. Apabila pemeriksa mendeteksi adanya

    kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang merupakan kondisi yang

    dapat dilaporkan, pemeriksa harus mengkomunikasikan secara tertulis kelemahan tersebut

    kepada entitas yang diperiksa melalui laporan tentang pengendalian intern.

  • 6

    4. Pelaporan Tanggapan Dari Pejabat Yang Bertanggung Jawab Menurut SPKN, standar pelaporan tambahan yang keempat adalah Laporan hasil

    pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,

    penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus

    dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas

    yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang

    direncanakan.

    Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah

    dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari

    pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa.

    Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup

    kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan

    perundang undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan

    perbaikan yang direncanakan.

    Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.

    Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis

    terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan

    oleh manajemen entitas yang diperiksa.

    Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan

    yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai

    alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan.

    Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan atau

    rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak

    benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka

    pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan

    perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara

    seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa

    berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

    5. Pelaporan Informasi Rahasia

  • 7

    Menurut SPKN, standar pelaporan tambahan yang kelima adalah Informasi rahasia

    yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada

    umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil

    pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya

    informasi tersebut.

    Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh ketentuan

    peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya dapat diberikan kepada pihak

    yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk

    mengetahuinya.

    Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi

    tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Sebagai contoh, informasi

    rinci tentang pengamanan komputer untuk suatu program dapat dikeluarkan dari pelaporan publik

    guna mencegah penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat

    menerbitkan satu laporan resmi yang berisi informasi di atas dan mendistribusikannya kepada

    pihak yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai

    ketentuan, permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu

    dalam laporan hasil pemeriksaan. Pertimbangan Pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya

    informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik.

    Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus

    mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan atau

    melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk menghilangkan informasi tertentu,

    pemeriksa harus menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.

    6. Penerbitan Dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan Menurut SPKN, standar pelaporan tambahan yang keempat adalah Laporan hasil

    pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang

    mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung

  • 8

    jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang

    diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang

    berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, dalam hal yang

    diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan

    kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

    pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut.

    Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan

    berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut harus memastikan

    bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik tersebut

    ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan

    tersebut harus menyebutkan pihak yang harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.

    Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, namun pemeriksa tidak

    mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang

    mengikhtisarkan hasil pekerjaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan

    penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan

    penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, entitas yang

    meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang berwenang.

    C. LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

    1. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Konsep LHP disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis. Di

    dalam penyusunan konsep LHP, hal-hal berikut menjadi perhatian ketua tim dan pengendali

    teknis yaitu:

    (a) jenis LHP,

    (b) jenis opini,

    (c) dasar penetapan opini,

    (d) pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

  • 9

    (e) pelaporan tentang sistem pengendalian intern, dan

    (f) penanda tangan LHP.

    Jenis LHP Keuangan atas Laporan Keuangan terdiri atas :

    1) LHP atas Laporan Keuangan;

    2) Laporan atas Kepatuhan;

    3) Laporan atas Pengendalian Intern.

    Pemeriksa dapat menyampaikan laporan tambahan sesuai dengan kebutuhan. Contoh:

    pemeriksa dapat menyampaikan hasil analisis transparansi fiskal pada pengelolaan dan tanggung

    jawab keuangan negara.

    LHP atas Laporan Keuangan merupakan laporan utama. Laporan ini mengungkapkan:

    a) Opini Badan Pemeriksa Keuangan yang mengungkapkan kewajaran atas Laporan Keuangan

    memuat:

    (1) judul Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan,

    (2) dasar pemeriksaan,

    (3) tanggung jawab pemeriksa, kecuali untuk opini tidak dapat menyatakan pendapat,

    (4) tanggung jawab penyusunan Laporan Keuangan,

    (5) standar pemeriksaan dan keyakinan pemeriksa untuk memberikan pendapat, kecuali

    opini tidak dapat menyatakan pendapat,

    (6) alasan opini pengecualian/tidak menyatakan pendapat/tidak wajar (termasuk kelemahan

    SPI dan/atau temuan kepatuhan yang terkait secara material terhadap kewajaran

    penyajian Laporan Keuangan jika ada,

    (7) paragraf rujukan tentang penerbitan laporan atas kepatuhan dan laporan atas

    pengendalian intern jika ada,

    (8) opini,

    (9) tempat dan tanggal penanda-tanganan LHP, dan

    (10) tanda tangan, nama penandatangan, dan nomor register akuntan.

  • 10

    b) Laporan Keuangan yang terdiri Neraca, Laba/Rugi, LRA, Laporan Arus Kas serta Catatan

    atas Laporan Keuangan.

    c) Gambaran umum pemeriksaan yang memuat tentang:

    (1) dasar hukum pemeriksaan,

    (2) tujuan pemeriksaan,

    (3) sasaran pemeriksaan,

    (4) standar pemeriksaan,

    (5) metode pemeriksaan,

    (6) waktu pemeriksaan,

    (7) obyek pemeriksaan, dan

    (8) batasan pemeriksaan.

    Apabila laporan tentang kepatuhan dan atau laporan atas pengendalian intern diterbitkan,

    maka LHP yang memuat opini harus menjelaskan bahwa pemeriksa juga menerbitkan laporan-

    laporan tersebut.

    Opini terhadap kewajaran atas Laporan Keuangan yang dapat diberikan adalah salah satu

    di antara empat opini sebagai berikut.

    a) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

    Opini Wajar Tanpa Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara

    wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi.

    b) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

    Opini Wajar Dengan Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara

    wajar dalam semua hal yang material sesuai Standar Akuntansi, kecuali dampak hal-hal yang

    berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang dikecualikan dinyatakan dalam LHP

    yang memuat opini tersebut

    c) Tidak Wajar (adverse opinion)

    Opini Tidak Wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar posisi

    keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi.

  • 11

    d) Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Dapat Menyatakan Pendapat (disclaimer opinion)

    Opini Tidak Dapat Menyatakan Pendapat menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat

    diyakini wajar atau tidak dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi.

    Ketidakyakinan tersebut dapat disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan dan/atau

    terdapat keraguan atas kelangsungan hidup entitas. Alasan yang menyebabkan menolak atau

    tidak dapat menyatakan pendapat harus diungkapkan dalam LHP yang memuat opini tersebut.

    Dasar penetapan opini atas Laporan Keuangan dilakukan dengan mempertimbangkan (1)

    Pasal 16 UU No. 15 Tahun 2004 dan (2) Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan pada Standar

    Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

    Berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004, opini merupakan

    pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam

    laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:

    (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,

    (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosure),

    (iii) kepatuhan perundang-undangan, dan

    (iv) efektivitas sistem pengendalian intern.

    Di samping itu, di dalam penetapan opini, pemeriksa mempertimbangkan SPKN, tingkat

    kesesuaian, dan kecukupan pengungkapan laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat

    materialitas yang telah ditetapkan, tanggapan entitas atas hasil pemeriksaan, dan surat

    representasi.

    Dalam proses penyusunan konsep LHP, pemeriksa yang melakukan pemeriksaan atas

    laporan keuangan harus mempertimbangkan dampak hasil pemeriksaannya tersebut.

    Pelaporan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan didasarkan pada standar

    pemeriksaan, pemeriksa dalam melakukan pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundangan-

    undangan yang berlaku harus melaksanakan hal-hal berikut ini.

    a) Merancang pemeriksaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai guna mendeteksi

    ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan.

  • 12

    b) Merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan memadai guna mendeteksi kesalahan/

    kekeliruan yang material dalam laporan keuangan sebagai akibat langsung dari adanya unsur

    perbuatan melanggar/melawan hukum yang material.

    c) Waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan melawan hukum baik

    secara langsung maupun tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah diterima oleh

    pemeriksa memberikan bukti tentang adanya kemungkinan unsur perbuatan

    melanggar/melawan hukum yang secara tidak langsung berdampak material terhadap laporan

    keuangan, maka pemeriksa harus menerapkan prosedur audit yang secara khusus ditujukan

    untuk memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum telah terjadi.

    Dalam hal ditemukan atau diduga ada unsur pelanggaran hukum, pemeriksa

    mengungkapkan unsur atau dugaan pelanggaran hukum tersebut dalam LHP terkait dengan

    kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

    Pengungkapan ketidakpatuhan yang perlu dilaporkan dilakukan sebagai berikut.

    a) Apabila ketidakpatuhan tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran laporan

    keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat ketidakpatuhan tersebut dalam LHP

    yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian opini.

    b) Pengungkapan semua temuan terkait ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

    yang ditemukan selama pemeriksaan secara terinci dilaporkan dalam Laporan atas Kepatuhan

    dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan.

    LHP tentang kepatuhan dapat mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan

    peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi,

    pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak

    pidana serta ketidakpatuhan yang signifikan.

    Laporan atas Kepatuhan dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan merupakan

    laporan tambahan yang sifatnya opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan

    ketidakpatuhan selama pemeriksa melakukan pemeriksaan keuangan. Laporan ini memuat:

    a) resume, yang memuat:

    (1) judul Resume,

  • 13

    (2) dasar pemeriksaan,

    (3) standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas ketidakpatuhan yang ditemukan, (4)

    (4) paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP atas efektifitas SPI,

    (5) pokok-pokok temuan ketidakpatuhan,

    (6) Rekomendasi yang diberikan,

    (7) tempat dan tanggal penandatanganan LHP, dan

    (8) tanda tangan, nama penanda tangan, dan nomor register akuntan.

    b) TP yang memaparkan semua temuan-temuan ketidakpatuhan yang memuat:

    (1) kondisi yang perlu dijelaskan;

    (2) kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;

    (3) akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan antara kondisi dan

    kriteria.

    (4) sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan kriteria

    Pelaporan Sistem Pengendalian Intern meliputi efektivitas sistem pengendalian intern

    terkait laporan keuangan. Pengungkapan temuan pengendalian intern yang perlu dilaporkan

    dilakukan sebagai berikut.

    a) Apabila temuan pengendalian intern tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran

    laporan keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam LHP

    yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian opini.

    b) Pengungkapan semua temuan pengendalian intern secara terinci dilaporkan dalam Laporan

    atas Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan.

    Laporan atas Pengendalian Intern dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan ini

    bersifat opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan kelemahan-kelemahan

    pengendalian intern selama pelaksanaan pemeriksaan. Laporan ini memuat:

    a) Resume yang memuat:

    (1) judul Resume,

    (2) dasar pemeriksaan,

  • 14

    (3) standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas ketidakpatuhan yang ditemukan,

    (4) paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP kepatuhan,

    (5) pokok-pokok temuan ketidakpatuhan,

    (6) rekomendasi yang diberikan,

    (7) tempat dan tanggal penandatanganan LHP, dan

    (8) tanda tangan, nama penanda tangan, dan nomor register akuntan.

    b) Gambaran umum Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan

    Keuangan.

    c) TP atas Sistem Pengendalian Intern dengan mengungkapkan:

    (1) kondisi yang perlu dijelaskan;

    (2) kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;

    (3) akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan antara kondisi dan

    kriteria.

    (4) sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan kriteria;

    2. Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Penanggung Jawab Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: Laporan hasil pemeriksaan

    yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan

    dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi

    tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang

    diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.

    Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah

    dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari

    pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari

    pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern,

    kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau

    ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang

    direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil

    pemeriksaannya.

  • 15

    Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan

    tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang

    direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa. Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi

    secara seimbang dan obyektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan

    perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau

    rekomendasi yang berkaitan.

    Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan atau

    rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak

    benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka

    pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan

    perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara

    seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa

    berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

    3. Penyampaian Dan Pembahasan Konsep Hasil Pemeriksaan Dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang

    Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab harus disampaikan kepada pimpinan

    entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian laporan keuangan yang telah diperiksa sesuai

    ketentuan yang berlaku bagi entitas.

    Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan waktu bagi entitas untuk

    melakukan pemahaman dan pembahasan bersama dengan BPK dan proses penyelesaian LHP

    secara keseluruhan sebelum batas akhir waktu penyampaian laporan keuangan yang telah

    diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.

    Konsep LHP yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan dan saran-saran untuk

    temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas pengendalian intern.

    Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan pimpinan

    entitas yang diperiksa. Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang diperiksa

    diselenggarakan oleh penanggung jawab dan dilakukan untuk membicarakan kesimpulan hasil

    pemeriksaan secara keseluruhan, dan kemungkinan tindak lanjut yang akan dilakukan.

  • 16

    Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan atau di kantor

    pusat entitas yang diperiksa atau dalam bentuk lainnya. Seluruh hasil pembahasan

    didokumentasikan dalam Risalah Pembahasan yang disimpan di dalam KKP.

    4. Perolehan Surat Representasi Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] tentang Representasi Manajemen, pemeriksa

    harus memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan laporan keuangan. Surat representasi

    tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pimpinan entitas atas berbagai

    keterangan, data, informasi, dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan

    berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pimpinan/manajemen entitas yang

    diperiksa. Jika terjadi perubahan substansi isi surat representasi yang dilakukan pimpinan entitas,

    maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan berdampak material

    terhadap pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut akan mempengaruhi

    opini.

    Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan

    LHP, ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis menyampaikan LHP dengan opini tidak dapat

    menyatakan pendapat kepada penanggung jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus

    ditandatangani menteri/pimpinan lembaga dan diberi tanggal yang sama dengan tanggal

    pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.

    5. Penyusunan Konsep Akhir Dan Penyampaian LHP Berdasarkan hasil pembahasan atas konsep LHP tersebut, tim pemeriksa menyusun

    konsep akhir LHP. Konsep akhir tersebut disupervisi oleh pengendali teknis dan ditandatangani

    oleh penanda tangan LHP. Penanggung jawab pemeriksaan bersama dengan pengendali teknis,

    dan ketua tim membahas konsep akhir LHP laporan keuangan.

    Selanjutnya konsep akhir LHP tersebut dibahas bersama penanggung jawab dan Anggota

    Badan untuk mendapatkan arahan dan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan, LHP atas

    laporan keuangan ditandatangani oleh Badan/kuasanya yang memenuhi syarat.

  • 17

    LHP laporan keuangan diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir pekerjaan lapangan

    atau tanggal pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang berwenang atau sama dengan

    tanggal surat representasi.

    Penandatangan LHP Keuangan adalah Badan, dengan memperhatikan Standar

    Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, dalam pelaksanaannya dan sesuai dengan pelimpahan

    tugas, maka LHP atas laporan keuangan ditandatangani oleh penanggung jawab pemeriksaan

    yang ditetapkan dalam surat tugas. Kriteria atau kualifikasi penanggung jawab pemeriksaan atas

    Laporan Keuangan telah diatur dalam kebutuhan tim pemeriksaan.

    Apabila Badan Pemeriksa Keuangan menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan

    pemeriksaan atas Laporan Keuangan untuk dan atas nama BPK, maka penanda tangan LHP

    adalah rekan yang menjadi penanggung jawab pemeriksaan tersebut.

    Penandatanganan laporan tersebut harus melalui kendali mutu (quality controll) secara

    berjenjang dari tingkat pemeriksa, ketua tim pemeriksa, dan pengendali teknis yang tertuang

    dalam kertas kerja pemeriksaan serta memenuhi proses keyakinan mutu (qualit assurance)

    LHP yang telah ditandatangani tersebut disampaikan kepada pemilik kepentingan atau

    wakil pemilik/stakeholders, dan pimpinan/pengurus entitas yang diperiksa. Laporan tersebut

    disampaikan pula kepada: (a) Anggota/Pembina Keuangan Negara, (b) Auditor Utama Keuangan

    Negara, (c) Inspektur Utama, dan (d) Kepala Biro Pengolahan Data Elektronik (soft copy) untuk

    dimuat dalam website Badan Pemeriksa Keuangan.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

    Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang

    Panduan Manajemen Pemeriksaan.

    Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/I-III.2/5/2008 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.