6. Burhanuddin

download 6. Burhanuddin

of 13

Transcript of 6. Burhanuddin

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    1/13

    PERTUMBUHAN EKONOMI TAK BERKUALITAS DAN PERLUNYA

    KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PERLUASAN KESEMPATANKERJA DI KOTA MAKASSAR

    Burhanuddin

    Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

    ABSTRAK

    Penelitian sederhana ini bertujuan menguraikan konsepsi pertumbuhan ekonomi tidakberkualitas dan akibatnya di Kota Makassar serta mencari solusi kebijakan apa yanghendaknya dilakukan untuk mengatasinya. Tulisan ini menggunakan pendekatan ekonomi

    politik klasik dan neo klasik yang juga merupakan bagian dari ilmu administrasikhususnya ilmu administrasi yang berkonsentrasi pada masalah pembangunan. Adapunpenelitian ini adalah penelitian pustaka, dimana metode studi dokumentasi adalah satu satunya metode yang digunakan. Teknik analisis data lebih bersifat deskriptif dimanahasil penelitian diuraikan secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran mengenai

    masalah pertumbuhan ekonomi tak berkualitas dan sekaligus ingin menunjukkandiperlukan kebijakan kebijakan pemerintah baik terobosan ataupun intensifikasi

    kebijakan yang ada guna mengurangi pengangguran, kemiskinan dan mengurangi trendinformalisasi ekonomi. Periode waktu data yang digunakan mulai 2005 hingga 2010.

    Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi tak berkualitas, kebijakan pemerintah,pengangguran, kemiskinan dan informalisasi ekonomi.

    PENDAHULUAN

    Substansi ekonomi politik yang jugamenjadi pokok perhatian administrasi

    antara lain berupa persoalanketerbelakangan, pertumbuhan,perkembangan, pembangunan ekonomisosial, sistem-sistem ekonomi, realismedan idealisme, linear dan strukturalis

    internasional dan sebagainya. Dalampendekatan ekonomi politik, masalah yangdihadapi antara lain mencakup variabel-

    variabel politik, variabel ekonomi, variabelsosial budaya, sedangkan faktor-faktor

    yang berpengaruh meliputi (1) intervensipemerintah, perubahan kebijakan, tindakanpolitik ekonomi, (2) kenaikan harga dipasar, (3) kemerosotan daya belimasyarakat, (4) kelangkaan sumber daya,

    (5) revolusi sosial, transformasi industrial,(6) revolusi dan kemajuan ilmu,

    pengetahuan, teknologi, komunikasi, daninformasi ( Caporaso dan Levine :2008).

    Dalam kehidupan suatu negara

    sering terjadi berbagai permasalahan.Negara yang memegang penuh tanggungjawab pada kehidupan rakyatnya harusmampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan publik

    yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara

    diharapkan dapat menjadi solusi akanpermasalahan tersebut. Kebijakan publikmerupakan keputusan yang dibuat olehpemerintah untuk melakukan pilihantindakan tertentu untuk tidak melakukansesuatu maupun untuk melakukan tidakantertentu(Mustopadidjaja, 2002).

    Kesejahteraan yang dilandasikepemilikan pekerjaan dan tidak

    terkategorikan dalam kemiskinan danketertinggalan merupakan keinginan setiappenduduk suatu negara karena itu, sejak

    berdirinya Republik Indonesia, melalui

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    2/13

    94Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    UUD 1945 telah mengamanatkan bahwanegara wajib memenuhi kebutuhan

    masyarakat dalam mendapatkan pekerjaandan penghidupan yang layak bagikemanusiaan. Kewajiban dimaksudmencakup kewajiban menjaminketersediaan, keterjangkauan, dan

    pemenuhan secara adil dan merata. Untukbisa melaksanakan kewajiban tersebut

    secara efektif, maka negara wajibmenyediakan lapangan pekerjaanutamanya di sektor formal karena diktumpekerjaan dan penghidupan yang layakbagi kemanusiaan tersebut.

    KAJIAN TEORI

    Ekonomi Politik Pembangunan

    Ekonomi politik setidaknya

    dipahami sebagai sebuah kebijakan negaraatau publik dalam ranah interaksi negara

    dan pasar. Dalam dimensi ini dapatdiartikan bagaimana sebuah pemerintahandalam sebuah negara mempengaruhi ranah

    ekonomi atau sebaliknya bagaimanaekonomi atau pasar mempengaruhi negaradalam kebijakannya. Substansinya antaralain berupa persoalan keterbelakangan,pertumbuhan, perkembangan,pembangunan ekonomi sosial, sistem-sistem ekonomi, realisme dan idealisme,linear dan strukturalis internasional,globalisasi, regionalisme, dan sebagainya.

    Deliarnov (2006) menyatakan baik

    dalam teori ekonomi politik klasik maupundalam ekonomi politik kontemporer

    digambarkan adanya hubungan di antaraekonomi dan politik dalam suatu negara.Dalam teori ekonomi politik klasikdinyatakan bahwa pasar memilikikemampuan untuk mengelola dirinyasendiri. Pandangan seperti ini seringkalidijadikan sebagai dasar dalam menjalankankebijakan pasar bebas. Bahkan paraekonom klasik ini adalah yang pertamakalinya memandang perekonomian sebagaisebuah sistem yang secara prinsip terpisahdari politik dan rumah tangga. Para

    ekonom klasik tetap menganggap bahwa

    politik sebagai sesuatu yang penting,namun tindakan-tindakan yang terkait

    dengan politik jangan terus-menerusmengintervensi pasar, biarkan pasarberjalan apa adanya sehingga keuntunganakan diperoleh dari pasar yang bekerjasecara alami ini. Apabila mekanisme pasar

    bekerja secara alami - dimanaperekonomian diserahkan kepada pasar

    tanpa intervensi politik - maka akanberdampak pada tumbuh danberkembangnya perekonomian secaramakro. Teori ekonomi klasik berpendapatbahwa peran pemerintah sebenarnya

    terbatas hanya pada masalah penegakanhukum, menjaga keamanan danpembangunan infrastruktur. Campurtangan negara baru diperlukan manakalatidak ditemukan adanya keseimbanganatau kesempurnaan pasar. Pasar yangsempurna ditentukan oleh permintaan danpenawaran itu sendiri.

    Pendekatan Neo Klasik Dalam Ekonomi

    Politik

    Pemikiran yang membahas campurtangan negara (politik) yang bersifatsementara dalam menciptakankeseimbangan atau kesempurnaan pasar

    dilanjutkan dalam pendekatan neo klasik.Pasar yang sempurna ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan.

    Salahsatu teori neoklasik adalahteori Harrold-Domar. Teori ini

    menekankan konsep tingkat pertumbuhannatural.selain kuntitas faktor produksi

    tenaga kerja, diperhitungkan juga kenaikan

    efisiensi pendidikan dan latihan. Teori inidapat menentukan berapa besarnyatabungan atau investasi yang diperlukanuntuk memelihara tingkat lajupertumbuhan ekonomi natural yaitu angkamaju pertumbuhan ekonomi naturaldikalikan dengan kapital-output.Menurutnya pertumbuhan ekonomi adalahpeningkatan produksi Nasional danRegional secara fisik, atau dalam istilahumum adalah peningkatan produkdomestic bruto atau produk domestic

    regional bruto. PDB atau PDRB adalah

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    3/13

    95Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    jumlah barang dan jasa yang dihasilkanoleh suatu perekonomian Negara atau

    daerah dalam waktu satu huruf. Ataudengan kata lain pertumbuhan ekonomiadalah proses dimana terjadi kenaikanproduk nasional bruto riil atau pendapatannasional riil. Jadi perekonomian dikatakan

    tumbuh atau berkembang bila terjadipertumbuhan output riil definisi

    pertumbuhan ekonomi yang lain adalahbahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bilaada kenaikan output perkapita.Pertumbuhan ekonomi menggambarkankenaikan taraf hidup diukur dengan output

    riil per orang. Salah satu cara untukmelihat kemajuan perekonomian suatudaerah adalah dengan mencermati nilaiProduk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB merupakan nilai dari seluruh barangdan jasa yang diproduksi dalam jangkawaktu tertentu biasanya dalam waktu satutahun. Dalam menghitung pendapatanregional hanya dipakai konsep domestik.Berarti seluruh nilai tambah ditimbulkan

    oleh berbagai sektor atau lapangan usahayang melakukan kegiatan usahanya di

    suatu wilayah atau region (propinsi ataukabupaten) dimasukkan tanpamemperhatikan kepemilikan faktor-faktorproduksi.

    Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dan

    Penyerapan Tenaga Kerja

    Dalam teori neo klasik dikatakantingginya kesempatan kerja akanberpengaruh terhadap pencapaian ekonomidari suatu negara. Alasanya, kerenakegiatan ekonomi masyarakat ditunjukkandengan kinerja produksi masyarakat yang

    baisanya dicerminkan oleh ProdukDomestik Bruto (PDB), sedangkan untuk

    daerah yaitu produk Domestik RegionalBruto (PDRB). Pemecahan masalah

    kesempatan kerja dapat ditempuh antaralain dengan menciptakan lapangan kerjaproduktif dan perluasan kesempatan kerjayang dilaksanakan dengan mengadakankegiatan-kegiatan ekonomi diberbagaisektor yang disertai dengan usaha

    peningkatan produktivitas angkatan kerjayang ada.

    Pembangunan ekonomi padahakekatnya merupakan suatu proses yangberkesinambungan antara sektor ekonomisehingga dengan terciptanya pertumbuhanekonomi dapat menciptaakan lapangan

    kerja, pemerataan pendapatan dan padaakhirnya meningkatkan taraf hidup

    masyarakat. Dalam suatu prosespembangunan ekonomi mencakup aktifitasekonomi yang mengupayakanpengoptimalan penggunaan faktor-faktorekonomi yang tersedia sehingga

    menciptakan nilai ekonomis, salah satufaktor ekonomi yang dimaksud adalahtenaga kerja.

    Dudley Seers, mengemukakanbahwa tolak ukur pembangunan ekonomitidak saja pada peningkatan pendapatanperkapita tetapi hendaknya juga disertaioleh baiknya distribusi pendapatan,menurunnya angka kemiskinan danpengangguran. Dari uraian tersebut dapat

    disimpulkan bahwa masalah yang palingmendasar dalam ketenagakerjaan dan

    pembangunan ekonomi adalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja.Sedangkan Kuznets menjabarkan adanyatrade off antara pertumbuhan ekonomidengan distribusi yang merata dalampendapatan perkapita. Kuznets jugamenekankan bahwa untuk mengukurformasi modal adalah tidak tepat dan tidakefisien bila hanya kepada modal fisik danmodal tetap lainya. Namun, Kuznetsmenyatakan bahwa sektor tradisional atauatau juga sektor pertanian memilikiperanan yang cukup besar dalam proses

    pembangunan teritama dalam halmenyerap tenaga kerja.

    Menurut Todaro (1999) ada tigafaktor atau komponen utama yang

    berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomisuatu daerah, ketiganya adalah akumulasimodal, pertumbuhan penduduk dankemajuan teknologi. Akumulasi modalmeliputi semua jenis investasi baru baikyang dilakukan oleh pemerintah ataupun

    swasta yang ditanamkan dengan bentuk

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    4/13

    96Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    tanah, peralatan fisik, dan modal sumberdaya. Akumulasi modal akan terjadi

    apabila sebagian dari pendapatanditabungkan (diinvestasikan) kembalidengan tujuan untuk memperbesar outputatau pendapatan di kemudian hari.Keberhasilan daerah untuk meningkatkan

    daya tariknya terhadap investasi salahsatunya tergantung dari kemampuan

    daerah dalam merumuskan kebijakan yangberkaitan dengan investasi dan dunia usahaserta peningkatan kualitas pelayananterhadap masyarakat. Investasi dengankarakteristik seperti ini , bersifat nirlaba

    atau non profit motif, seperti pembangunanjalan dan jembatan, sekolah, taman, pasar,rumah sakit, dan sarana serta prasaranapublik lainnya. Karena investasi inidilakukan oleh negara, makapembiayaannya dilakukan melaluiAnggaran Pendapatan Dan belanja Negara(APBN) atau anggaran pendapatan daerah(APBD). Investasi publik ini menghasilkannilai tambah berupa barang dan jasa ,

    lapangan pekerjaan , sewa dan bunga ,tanpa surplus usaha maupun investasi

    swasta yang merupakan investasi yangdilakukan oleh swasta , dengan tujuanmendapat manfaat berupa laba.

    Pertumbuhan Ekonomi Tak Berkualitas

    Jika pertumbuhan ekonomi yangbaik atau berkualitas ditandai denganlinearitas antara pertumbuhan ekonomidengan penyerapan tenaga kerja utamanyadi sektor formal dan ditopangperkembangan sektor rill maka sebaliknyaRobinson Tarigan (2008) dan Yustika(2011) menjelaskan pertumbuhan ekonomi

    tak berkualitas dicirikan pertama,pertumbuhan ekonomi di sektor riil

    (pertanian, pertambangan dan industri)tetap berada dalam zona rendah atau

    terjebak dalam zona pertumbuhan rendah,di sisi lain tenaga banyak yang terserap disektor tersebut akibatnya kemiskinan danpengangguran tidak bisa dikurangi,pertumbuhan yang rendah belum mampumendorong terbukanya kesempatan kerja

    baru secara signifikan. Di sektor sektor

    tersebut itulah kantong kemiskinan berada(petani, nelayan, buruh). Dengan kata lain

    selama sektor riil terjebak dalampertumbuhan rendah, maka masalahkemiskinan dan pengangguran sulit diatasi.Kedua, sektor non-tradeable bergerakcepat dan menjadi sumber terpenting

    pertumbuhan ekonomi. Dalam penyerapantenaga kerja, sektor telekomunikasi,

    konstruksi, dan keuangan kira-kiramenyumbang tenaga kerja yang banyak.Ketiga, sektor manufaktur mengalamigejala penurunan (deindustrialisasi). Jikapertumbuhan dan kontribusi sektor industri

    rendah, daya saing, nilai tambah, dandiversifikasi komoditas perekonomiannasional dipastikan bakal keropos.Keempat, pertumbuhan ekonomi takberkualitas salahsatunya juga diperlihatkanpada informalisasi ekonomi. Maksudnya,kegiatan ekonomi disesaki dengan pelakusektor informal, termasuk tenaga kerjayang terlibat di dalamnya. Kelima, sebagaifaktor pendukung adalah lemahnya

    APBN/D dalam menciptakan kesempatankerja dengan kata lain APBN/D tidak bisa

    banyak diharapkan.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah deskriptifdengan pendekatan kualitatif. Adapunsumber data diperoleh dari hasil studipustaka/literatur. Sedangkan studidokumentasi adalah satu satunya metodeyang digunakan. Studi dokumen, yangdimaksud penelaahan buku dan jurnal yangberhubungan dengan ekonomi politik danekonomi pembangunan, dokumen statistik

    dan perencanaan daerah, dokumen dinastenaga kerja. Serta dokumen lain yang

    dianggap penting untuk menjawabpenelitian. Dalam penelitian ini, data

    dianalisis secara deskriptif. Hasilpenelitian akan diterjemahkan dandiuraikan secara kualitatif sehinggadiperoleh gambaran mengenai masalahyang muncul akibat pertumbuhan ekonomitak berkualitas, penyerapan tenaga kerja

    dan pemerataan dan informalisasi ekonomi

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    5/13

    97Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    serta solusi kebijakan yang dianggap bisamemberikan jalan keluar terhadap

    permasalahan yang ada.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:

    Pertumbuhan Tak Berkualitas

    Ahmad Erani Yustika (2010)menyatakan Terdapat tiga catatan pentingdari struktur pertumbuhan ekonomi

    Indonesia sampai 2010. Pertama,

    pertumbuhan ekonomi di sektor riil tetapberada dalam zona rendah (di bawah 5%)sehingga menimbulkan komplikasipersoalan yang tidak terpecahkan dalam

    sejarah modern ekonomi nasional, yaknikemiskinan dan pengangguran. Sampai

    2009, sektor pertanian (perkebunan,kehutanan, dan perikanan) menyumbangsekitar 41% tenaga kerja, sedangkan sektorindustri pengolahan menyerap sekitar 12%tenaga kerja. Jadi, kedua sektor tersebutmenyerap lebih dari 50% dari total tenagakerja di Indonesia. Jika kedua sektortersebut terjebak dalam zona pertumbuhanrendah, maka masalah kemiskinan danpengangguran tidak akan bisa dikurangisecara meyakinkan. Sebabnya, dikeduasektor itulah kantong-kantong kemiskinanberada (petani, nelayan, buruh). Demikianpula, bila kedua sektor itu tumbuh rendah,kemampuannya menciptakan lapangan

    kerja juga sangat terbatas. Kedua, sektornon-tradeable selama beberapa tahun

    terakhir justru bergerak cepat dan menjadisumber terpenting pertumbuhan ekonomi.Dalam peta penyerapan tenaga kerja,sektor telekomunikasi, konstruksi, dankeuangan kira-kira menyumbang 11,5%tenaga kerja. Dengan pertumbuhanekonomi yang konsisten di atas rata-ratapertumbuhan ekonomi nasional, maka

    sektor tersebut menikmati kemakmuranekonomi yang lebih besar ketimbangsektor lainnya. Implikasinya, tenaga kerjayang terlibat di dalamnya memeroleh

    penghasilan yang lebih besar. Tentu saja

    fakta ini meniupkan masalah berikutnya,yakni munculnya intensitas ketimpangan

    pendapatan yang lebih besar antarsektorekonomi (juga ketimpangan pendapatanantarpelaku dan antarwilayah). Tanpadisadari pula, ketimpangan pertumbuhanekonomi antara sektortradeable dannon-tradeablebakal menjadi sumber persoalanekonomi yang akut, bahkan menjalar ke

    masalah sosial dan politik dikemudian hari.Tenaga kerja di Indonesia menumpuk ditradeable sector, di mana untuk sektorpertanian dan industri sudah menyeraptenaga kerja sekitar 52% dari total tenaga

    kerja. Deskripsi ini dengan mudahmenerbitkan kesimpulan bahwa selamasektor riil terjebak dalam pertumbuhanrendah, maka masalah kemiskinan danpengangguran sulit diatasi. Ketiga, dayasaing, nilai tambah, dan diversifikasikomoditas perekonomian nasionaldipastikan bakal keropos karena sektormanufaktur mengalami gejala penurunan(deindustrialisasi). Jika pertumbuhan dan

    kontribusi sektor industri rendah, maka halitu menunjukkan ketiadaan strategi untuk

    meningkatkan nilai tambah terhadapproduk yang dihasilkan. Contoh sederhana,saat ini Indonesia merupakan eksportirbesar di dunia untuk beberapa komoditas,seperti kelapa sawit, ikan tuna, danbatubara. Namun, nilai dari produktersebut sangat murah di pasar internasional dibandingkan apabila produktersebut diolah terlebih dulu di dalamnegeri. Hal ini yang menyebabkanIndonesia tidak bisa memaksimalisasikanpertumbuhan ekonomi karena hanyamenghasilkan produk primer.

    Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Kota

    Makassar

    Perekonomian Kota Makassar dari

    tahun ke tahun terus menunjukkanperkembangan yang cukup dinamis.Selama kurun waktu 2006-2007, nilaiPDRB Atas Dasar Harga berlaku (ADH)meningkat dari Rp. 1.058,54 milyar padatahun 2006 menjadi Rp. 1.254,49 milyar

    pada tahun 2007 atau naik sebesar Rp.

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    6/13

    98Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    195,95 milyar. Sementara nilai PDRBADH konstan tahun 2000 sebesar Rp.

    586,32 milyar pada tahun 2007 atau naiksebesar Rp. 42,49 milyar dibandingkantahun 2006 yang hanya mencapai Rp.543,83 milyar.

    Dilihat berdasarkan laju

    pertumbuhannya, PDRB ADH konstantahun 2000 selama kurun waktu 2006-2007

    (y.o.y) masing-masing tumbuh sebesar7,35% dan 7,81%. Nilai yang serupa jugadiperlihatkan oleh laju pertumbuhanekonomi atau laju pertumbuhan PDRBADH konstan tahun 2000 kuartal terhadap

    kuartal (q.o.q). Angka tersebut adalah lebihtinggi apabila dibandingkan lajupertumbuhan ekonomi nasional yanghanya mencapai 5,50% dan 6,30% dalamkurun waktu yang sama. Sementara darikuartal ke kuartal (q.t.q), laju pertumbuhanekonomi Kota Makassar berada di atasangka 1,70% selama kurun waktu 2006-2007.

    Secara sektoral, tingginya laju

    pertumbuhan ekonomi Kota Makassarselam kurun waktu 2006-2007 tidak

    terlepas dari kinerja sektor-sektorpembentuknya yang mengalamipertumbuhan positif, kecuali sektorpertambangan dan penggalian yangmengalami kontraksi sebesar 7,89%.Sektor listrik, gas dan air bersih tercatatsebagai yang paling tinggi mengalamipeningkatan tertinggi pada tahun 2007dengan laju pertumbuhan sebesar 44,63%atau meningkat 35,29% dibandingkantahun 2006. Tingginya laju pertumbuhansektor tersebut menunjukkan bahwakebutuhan pelaku ekonomi di Kota

    Makassar akan listrik terus meningkatseiring dengan makin berkembangnya

    perekonomian Kota Makassar. Salah satuindikasi tersebut dibuktikan dengan laju

    pertumbuhan sektor industri pengolahan,khususnya sub-sektor industri tanpa migassebesar 11,01% atau meningkat 4,74%dibandingkan tahun 2006.

    Seiring dengan meningkatnyapembangunan fisik, seperti rumah toko,

    menempatkan sektor konstruksi/bangunan

    sebagai sektor kedua yang mengalamipertumbuhan tertinggi pada tahun 2007

    dengan laju pertumbuhan sebesar 12,25%atau meningkat 2,51% dibandingkan tahun2006. Selanjutnya, meskipun pada tahun2007 laju pertumbuhan sektor keuangan,persewaan bangunan dan jasa perusahaan

    mengalami penurunan sebesar 13,54%dibandingkan tahun 2006, akan tetapi

    secara umum laju pertumbuhan sektortersebut cukup tinggi, yaitu mencapai9,25%. Relatif tingginya laju pertumbuhansektor ini adalah tidak terlepas dari makinberkembang sub-sektor keuangan dan

    lembaga keuangan lainnya. Salah satunyaadalah beroperasinya bank berskalanasional seperti Bank Mualamat dan BankPanin di Kota Makassar.

    Pada tahun 2008, laju pertumbuhanekonomi Kota Makassar sebesar 7,02%atau menurun 0,79% dibandingkan tahun2007. Penurunan tersebut, secara sektoraldapat dilihat dengan lebih rendah lajupertumbuhan ekonomi kuartalan (q.t.q)

    pada tahun 2008 yang hanya berkisar1,62%-1,68%, sementara pada tahun 2007

    berkisar antara 1,80%-2,26%. Selain itu,meskipun semua sektor pembentuk PDRBADH konstan tahun 2000 Kota Makassarpada tahun 2008 mengalami pertumbuhansecara positif, akan tetapi sektor-sektorekonomi yang berkontribusi besar sepertisektor perdagangan, hotel dan restoranserta sektor jasa-jasa lebih rendah lajupertumbuhan dibandingkan tahun 2007.Sektor-sektor yang mengalami lajupertumbuhan lebih rendah pada tahun 2008adalah sektor listrik, gas dan air bersihserta sektor keuangan, persewaan

    bangunan dan jasa perusahaan.Adapun struktur ekonomi Kota

    Makassar yang direfleksikan olehkontribusi sektor-sektor pembentuk PDRB

    Atas Dasar Harga (ADH) berlaku sampaitahun 2007 masih didomiansi oleh sektor-sektor yang masuk dalam kelompok tersier(63,33%) sementara kelompok primer dansekunder masing-masing hanya sebesar17,37% dan 19,30%. Pada tahun 2007,

    sektor yang paling berpengaruh terhadap

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    7/13

    99Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    pembentukan PDRB adalah sektorperdagangan, hotel dan restoran yang

    kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dansektor pertanian. Ketiga sektor tersebutmasing-masing memberikan kontribusisebesar 24,24% (Rp. 304,13 milyar),21,91% (Rp. 274,91 milyar) dan 16,96%

    (Rp. 212,76 milyar) .Fenomena yanghampir sama, tetap berlanjut pada tahun

    2008, tetapi diperkirakan peranan darisektor perdagangan, hotel dan restoranlebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Selain itu, sektorpengangkutan dan komunikasi serta sektor

    konstruksi/bangunan terus menunjukkankonsistensi sebagai kandidat sektorunggulan Kota Makassar di masa yangakan datang.

    Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar:

    Pertumbuhan Ekonomi Tak Berkualitas

    Terdapat beberapa fakta yang

    menunjukkan pertumbuhan ekonomi KotaMakassar 2005 2009 adalahpertumbuhan tak berkualitas. Pertama,

    selama kurun waktu 2005-2009, lajupertumbuhan ekonomi Kota Makassar rata-rata 7,70%, akan tetapi hal tersebut belummampu mendorong terbukanyakesempatan kerja baru secara signifikan.Berdasarkan data yang dikeluarkan olehBPS Kota Makassar (2008), menurunnyatingkat pengangguran pada tahun 2007dibandingkan tahun 2006 terutamadisebabkan oleh menurunnya jumlah

    penduduk usia 15 tahun ke atas yangmasuk dalam kategori angkatan kerja dan

    pada sisi lain, penduduk yang masukkategori bukan angkatan kerja meningkat.Selain itu, ternyata pada tahun 2006 angkasetengah pengangguran atau angkatankerja yang bekerja kurang dari 35 jamadalah sekitar 15.227 orang. Selarasdengan hal tersebut, jumlah pendudukmiskin terus meningkat. Pada tahun 2007penduduk Kota Makassar yang beradadibawah garis kemiskinan sekitar 56.034jiwa (44,97% dari keseluruhan jumlahpenduduk) dan yang miskin sekitar 32.432

    jiwa (26,03% dari keseluruhan jumlah

    penduduk) atau masing-masing meningkatsebesar 12,55% dan 9,79% dibandingkan

    tahun 2006. Dengan kata lain, pada tahun2007 jumlah total penduduk miskin diKota Makassar mencapai 88.466 jiwa ataumeningkat sebesar 11,52%. Pada tahun2009, jumlah penduduk yang berada di

    bawah garis kemiskinan bertambah sekitar13,83% atau menjadi 71.564 jiwa

    dibandingkan dengan tahun 2007Sementara tingkat pengangguran terbukahanya turun sekitar 7,73% dari keseluruhanangkatan kerja pada tahun 2009 atau dari6.007 orang pada tahun 2007 menjadi

    4.074 orang pada 2009. SeharusnyaDengan pertumbuhan ekonomi yang tinggidapat mengurangi jumlah penduduk miskindan pengangguran.

    Tabel 1

    Realisasi Angkatan Kerja dan

    Penduduk Miskin Makassar, 2006-2009

    N

    o.

    Indikator

    Struktur

    Ekonomi

    Realisasi

    2006 2007 2008 2009

    I.

    Angkatan

    Kerja

    dan

    Bukan

    AngkatanKerja

    (Orang)

    8 6.095 87.22 8 9 2.104 9 3.49 2

    1.Angkatan

    Kerja

    (Orang)

    5 4. 629 51. 70 1 5 2. 632 5 2. 68 6

    Bekerja 46.741 45.694 47.205 48.612

    Mencari

    Pekerjaan

    7.888 6.007 5.427 4.074

    2.

    Bukan

    Angkatan

    Kerja

    (Orang)

    3 1. 466 35. 52 7 3 9. 472 4 0. 80 6

    Sekolah 11.634 15.366 18.358 19.025

    Lainnya 19. 832 20. 161 21. 114 21. 781

    3.

    Pengangg

    uran

    Terbuka

    (%)

    14,44 11,62 10,31 7,73

    Jumlah(Orang)

    7.888 6.007 5.427 4.074

    II Penduduk Miskin (Orang)

    1.

    Penduduk

    dibawahGaris

    Kemiskinan

    4 9.786 56.03 4 63 .3 58 0 7 1.56 4

    PersentaseTerhadapPenduduk

    14,35 12,55 13,07 12,95

    2. Penduduk

    Miskin

    2 9.540 32.43 2 3 8.232 4 6.86 2

    PersentaseTerhadapPenduduk

    10,85 9,79 17,89 22,57

    3.

    Penduduk

    dibawahGaris

    79.326 88.466 101.590 118.426

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    8/13

    100Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    Kemiskinan +

    PendudukMiskin

    PersentaseTerhadapPenduduk

    13,02 11,52 14,84 16,57

    Sumber : RKPD Kota Makassar Tahun

    2010Kedua, sektor non-tradeable

    selama beberapa tahun terakhir justrubergerak cepat dan menjadi sumberterpenting pertumbuhan ekonomi. Dalam

    peta penyerapan tenaga kerja, sektortelekomunikasi, konstruksi, dan keuangan

    terus meningkat. Dengan pertumbuhan

    ekonomi yang konsisten di atas rata-ratapertumbuhan ekonomi nasional, makasektor tersebut menikmati kemakmuranekonomi yang lebih besar ketimbangsektor lainnya. Implikasinya, tenaga kerjayang terlibat di dalamnya memerolehpenghasilan yang lebih besar. Fakta ini

    menimbulkan munculnya intensitasketimpangan pendapatan yang lebih besar

    antarsektor ekonomi (juga ketimpanganpendapatan antarpelaku dan antarwilayah).Tenaga kerja menumpuk di tradeable

    sector. Deskripsi ini dengan mudahmenerbitkan kesimpulan bahwa selama

    sektor riil terjebak dalam pertumbuhanrendah, maka masalah kemiskinan dan

    pengangguran sulit diatasi.Dalam konteks Makassar,

    misalnya pada tahun 2007, pertumbuhansektor pertanian, peternakan, kehutanandan perikanan (sub-sektor tanamanpangan, sub-sektor tanaman perkebunan,sub-sektor peternakan dan hasilnya sertasub-sektor perikanan) mencapai 11,93%

    dibandingkan dengan tahun 2006 dengankontribusi pada PDRB sebesar 16,96%

    atau Rp. 212,762 milyar. Secara parsial,sub-sektor tanaman pangan, sub-sektortanaman perkebunan dan sub-sektorpeternakan dan hasilnya sebesar 31,90%dan sub-sektor perikanan sebesar 68,10%.

    Dari segi nilai perdagangan antar pulau,sektor pertanian, peternakan, kehutanan

    dan perikanan memberikan kontribusisebesar Rp. 76,399 milyar atau 92,94%dari keseluruhan nilai total perdaganganantar pulau. Sementara, dalam kaitannya

    dengan penyerapan lapangan kerja, sektorpertanian, peternakan, kehutanan dan

    perikanan mampu menyerap sebanyak9.951 orang tenaga kerja atau 21,78% darikeseluruhan angkatan kerja yang bekerjapada tahun 2007. Ini berarti tumbuhnyakecil, shared atau kontribusinya dalam

    struktur PDRB ekonomi kecil, sedangkansharednya pada lapangan kerja masih

    tinggi yang berarti nilainya semakin kecil.Pendapatan di sektor ini atau hargaekonomian petani kecil berlawanan denganpendapatan masyarakat di sektor nontradable yang membesar. Sebagaimana

    dijelaskan di atas menimbulkanketimpangan pendapatan yang lebih besarantarsektor ekonomi (juga ketimpanganpendapatan antarpelaku dan antarwilayah).Tanpa disadari, ketimpangan pertumbuhanekonomi antara sektor tradeable dan non-tradeable bakal menjadi sumber persoalanekonomi, bahkan menjalar ke masalahsosial dan politik dikemudian hari. Berikuttabel struktur PDRB Kota Makassar 2006 -

    2009 :Tabel 2

    Struktur PDRB Kota MakassarStruktur PDRB (%)

    1. Pertanian 17,89 16,96 18,53 18,59

    2. Pertambangan dan

    Penggalian 0,50 0,41 0,52 0,52

    3. Industri Pengolahan 2,52 2,58 2,09 1,92

    4. Listrik, Gas dan Air

    Bersih 0,96 1,21 1,03 1,07

    5 . Ko ns tr uks i/ Ba ngu n 14 ,7 3 15 ,5 0 14 ,2 7 13 ,9 7

    6. Perdagangan, Hotel

    dan Restoran 23,46 24,24 22,64 22,38

    7. Pengangkutan dan

    Komunikasi 10,70 11,18 12,90 13,60

    8.Keuangan,Persewaan Bangunandan Jasa Perusahaa n 6,22 5,99 7,58 8,46

    9. Jasa-Jasa 23,02 21,91 20,42 19,50

    Sumber : RKPD Kota Makassar Tahun 2010

    Ketiga, pertumbuhan ekonomi takberkualitas sebagaimana dijelaskan olehAhmad Erani Yustika salahsatunya jugadiperlihatkan pada informalisasi ekonomi.Salah satu implikasi dari strategipembangunan dapat dilihat dari gejalainformalisasi ekonomi. Maksudnya,kegiatan ekonomi disesaki dengan pelakusektor informal, termasuk tenaga kerjayang terlibat di dalamnya. Pada 2009,tenaga kerja yang masuk ke sektorinformal hampir mencapai 65% dari total

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    9/13

    101Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    angkatan kerja, padahal pada 2008jumlahnya baru mencapai 61%. Realitas

    ini berbahaya, karena pada saatmodernisasi dan transformasi strukturalekonomi telah berjalan, tapi pelakuekonomi yang terlibat dalam sektorinformal justru bertambah.

    Dalam konteks Makassar informalisasi ekonomi ini ditunjukkan oleh

    perkembangan Kredit UMKM. UsahaMikro, Kecil dan Menengah (UMKM)merupakan sektor usaha yang menjadisokoguru dalam perekonomian KotaMakassar dengan potensinya yang sangat

    besar. Kinerja penyaluran KUMKM diKota Makassar menunjukkan pertumbuhanyang positif selama kurun waktu 2006-2007 dengan rata-rata pertumbuhan sekitar27% per tahun. Pada tahun 2006, besarnyaKUMKM yang berhasil disalurkan adalahsebanyak Rp. 266,967 milyar ataumeningkat sebesar 17,30% dibandingkantahun 2005 atau 99,97% dari keselurahankredit yang berhasil disalurkan di Kota

    Makassar. Dengan makin membaiknyaperkembangan UMKM, maka pada tahun

    2007 KUMKM yang disalurkan olehperbankan di Kota Makassar meningkatsekitar 36,92% atau naik menjadi Rp.365,519 milyar dengan pangsa sebesar97,13% dari keseluruhan kredit yangdisalurkan. Pada tahun 2008, kucuran danauntuk KUMKM akan terus meningkatdengan nilai sebesar Rp. 473,795 milyaratau 95,13% dari keselurahan kredit yangberhasil disalurkan di Kota Makassar padatahun tersebut.

    Menurut pengelompokkannya,KUMKM pada tahun 2006 lebih banyak

    diporsikan untuk usaha mikro (kreditsampai dengan nilai Rp. 50 juta), yaitu

    sekitar 42,84% atau sebesar Rp. 114,368milyar, sementara untuk usaha kecil (kredit

    di atas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500juta) dan usaha menengah (kredit di atasRp. 500 juta sampai dengan Rp. 5 milyar)masing-masing hanya sekitar 29,10% dan28,15%. Pada tahun 2007, meskipun porsikredit untuk usaha mikro tetap dominan

    (36,91%), akan tetapi porsi kredit untuk

    usaha kecil naik menjadi 34,52%.Sementara porsi kredit untuk usaha

    menengah relatif sama dengan tahun 2006,yaitu 28,57%.Pada tahun 2006 proporsi KUMKM

    yang disalurkan digunakan untuk konsumsisebesar Rp. 128,304 milyar (48,06%) dan

    untuk modal kerja sebesar Rp. 122,293milyar (45,81%) dan sisanya sekitar 6,13%

    digunakan untuk investasi. Meskipunproporsi KUMKM untuk konsumsimenurun hanya sebesar 41,20% atau Rp.150,583 milyar pada tahun 2007, akantetapi alokasi untuk investasi justru

    menurun, yaitu hanya 5,26% atau hanyaRp. 19,209 milyar. Pada sisi lain, alokasiKUMKM yang diperuntukkan untukmodal kerja meningkat menjadi 53,55%atau menjadi Rp. 195,727 milyar. Padatahun 2008, komposisi penyaluranKUMKM untuk modal kerja terusmeningkat, sementara alokasi untukkonsumsi dan investasi terus menurun.

    Berdasarkan sektor ekonomi,

    KUMKM 2006 pada umumnya disalurkanpada sektor lainnya yang mencapai Rp.

    128,583 milyar atau 48,11% darikeseluruhan total KUMKM pada tahun2006. Sektor perdagangan dengan pangsasebesar Rp. 102,778 milyar atau 38,50%menjadikan sektor ini sebagai sektorterbesar kedua dalam penyaluran kredit diKota Makassar pada tahun 2006.Sementara, sektor jasa-jasa, sektorpertanian dan sektor perindustrianmempunyai pangsa sebesar 5,22%, 4,58%dan 3,58%. Pada 2007, KUMKM yangdisalurkan pada sektor perdaganganmenempati urutan pertama dengan nilai

    kredit sebesar Rp. 165,084 atau 45,16%dan sektor lain-lain menempati urutan

    kedua dengan persentase sebesar 41,20%.Keempat, sebagai faktor pendukung

    adalah lemahnya APBD dalammenciptakan kesempatan kerja dengan katalain APBD tidak bisa banyak diharapkan.Secara konseptual APBD untuk seluruhwilayah di Indonesia masih sangattergantung dari dana transfer pusat

    (APBN), khususnya pada level kabupaten/

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    10/13

    102Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    kota. Pendapatan Asli daerah (PAD) KotaMakassar hanya memberikan kontribusi

    sebesar 3,45%, 4,36% dan 4,22% atau Rp.8,963 milyar, Rp. 13,286 milyar dan Rp.14,167 milyar selama kurun waktu 2006-2008 bagi APBD.

    Jika aloksi APBD dibedah, di mana

    dana transfer merupakan komponenterbesar penumbang APBD, maka akan

    dijumpai beberapa realitas berikut. PorsiAPBD untuk pegawai mengalamikeanaikan dari waktu ke waktu. Tercatatbeberapa daerah kabupaten/kota yangbelanja pegawainya bisa dianggap

    mengerikan, misalnya Lumajang (83%),Karanganyar (75%), Ambon (73%),Simalungun (72%), Agam (72%),Kuningan (71%), dan Palu (71%).Sedangkan Kota Makassar 64 %. Dengandeimikian hampir bisa dipastikan tidakdapat menggerakkan pembangunan daerah,karena APBD habis untuk aparat (bukanrakyat). Fungsi anggaran belanja sebagaiinstrumen stabilisasi, alokasi, dan

    distribusi praktis telah lumpuh.Celakanya, realisasi belanja modal

    yang sudah sangat kecil (karena terpotongbelanja pegawai) penyerapannya rendah,seringkali kurang dari 90%. Pada tahunyang sama, penyerapan belanja pegawaimelebihi 90,0%. Di sini menunjukkankapasitas birokrasi di daerah tidak cukupcakap mengelola program yang sudahdirencanakan sebelumnya. Di sisi lain,daerah-daerah yang memiliki kapasitasfiskal terbatas terpaksa harus membikinanggaran defisit untuk membiayaikebutuhannya, khususnya belanja pegawai.

    Melihat fenomena ini seakan sesuai

    dengan pendapat Adam Smith dan DavidRicardo yang merupakan tokoh pendekatan

    teori Ekonomi Politik Klasik. Dalam teoriEkonomi Politik Klasik dinyatakan bahwa

    pasar memiliki kemampuan untukmengelola dirinya sendiri. Bahkan paraekonom klasik ini memandangperekonomian sebagai sebuah sistem yangsecara prinsip terpisah dari politik danrumah tangga. Dalam teori klasik maupun

    neo klasik menganggap permintaan dan

    penawaran terhadap tenaga kerja selaluseimbang karena harga-harga fleksibel

    dimana ini bertentangan dengan Keynesbahwa pasar tenaga kerja jauh dariseimbang, karena upah tidak pernahfleksibel, sehingga permitaan danpenawaran hampir tidak pernah seimbang

    sehingga pengangguran sering terjadi.Pengangguran bisa terjadi terus menerus.

    Janji teori neoklasik yangmengatakan perekonomian akan tetapmengalami tingkat kesempatan kerja penuhdan kapasitas alat-alat modal tetapdigunakan sepenuhnya dari masa kemasa

    tidak terbukti dalam kasus nasional danKota Makassar. Pendapat Dudley Seerssemestinya diperhatikan, Iamengemukakan bahwa tolak ukurpembangunan ekonomi tidak saja padapeningkatan pendapatan perkapita tetapihendaknya juga disertai oleh baiknyadistribusi pendapatan, menurunnya angkakemiskinan dan pengangguran.

    Perlunya Kebijakan Pemerintah Kota

    Makassar terhadap Perluasan

    Kesempatan Kerja dalam mendorongPeningkatan Produktivitas Wilayah

    Menurut Teori klasik maupun neoklasik, dalam usaha menciptakan lapangankerja, pemerintah secara aktif menyusunkebijakan makro yang bertujuan mencarisumber-sumber pertumbuhan ekonomibaru. Pada masa lalu, pertumbuhanekonomi bersumber pada upah murah dansumber daya alam. Dua sumber pertumbuhan ini sudah berkurangpotensinya dan sekarang atau ke depanperlu mencari sumber pertumbuhan

    ekonomi baru dengan menggunakan jalurinvestasi, teknologi maupun perdagangan

    (ekspor-impor) melalui berkembangnyasektor swasta. Untuk mencapai tujuan ini

    pemerintah nasional perlu memasukkankebijakan ketenagakerjaan sebagai bagiandalam pembuatan kebijakan ekonomimakro sejajar dengan kebijakan ekonomimakro lain atau secara ekplisit tergambardalam rencana pertumbuhan ekonomi,

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    11/13

    103Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    pengendalian inflasi dan neracapembayaran. (Ahmad Erani Yustika :2009)

    1. Dari sisi makro, penciptaan lapangankerja akan lebih kondusif bila: (a) nilaitukar dan tingkat suku bunga stabil dankompetitif, dan (b) reformasi bidangkeuangan dan perbankan dilanjutkan

    agar fungsi intermediasi bank dapatmendorong berkembangnya sektor rill.

    2. Dalam pengambilan keputusan tentangkebijakan makro, perlu diikut sertakanahli-ahli ekonomi ketenagakerjaan yangkompeten. Masalah ketenagakerjaansebaiknya dimasukkan menjadi bagian

    dari kebijakan ekonomi makro. Hal inidilakukan agar kebijakan ekonomimakro sejalan dengan kebijakanketenagakerjaan. Kebijakanketenagakerjaan seyogyanya tidakterpaku pada masalah kesejahteraanpekerja formal saja, tetapi jugamenyiasati kebijakan makro agarpekerja di lapangan kerja informal,dimana pekerja banyak terkonsentrasi

    pada usaha menengah, kecil dan mikro,dapat merasakan manfaatnya.

    3. Kebijakan pokok yang diperlukan untukmendukung penciptaan kesempatankerja adalah:

    a. Penyempurnaan regulasi yangberkaitan dengan aturan mainketenagakerjaan harus dapatmenciptakan pasar kerja yangfleksibel. Pada tenaga kerjaIndonesia yang merupakan pasardengan lapangan kerja informal70% dari seluruh lapangan kerja,serta jumlah angkatan kerja yangsangat besar (sekitar 100 juta)

    dimana kebanyakan angkatan kerja(sekitar 55%) adalah lulusan SD

    dan SD ke bawah, ditambah lagijumlah penganggur terbuka yang

    cukup besar maka kebijakan pasarkerja yang fleksibel sangatdibutuhkan. Dengan makin tidakfleksibelnya pasar kerja akanberakibat pada tingginya tingkatpengangguran usia muda dan

    berketerampilan rendah. Undang-

    undang No 13 Tahun 2003 tentangketenagakerjaan secara umum

    memberikan sumbangan yangsangat positif terhadap berjalannyapasar kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru inimemperlihatkan konsensus dari

    berbagai pihak tekait mengenaiisu-isu yang sebelumnya sangat

    menimbulkan pertentangan.Undang-undang yang baru ini jugasejalan dengan berbagai konvensiILO yang telah diratifikasi. Halmendasar yang dicantumkan dalam

    Undang-undang tersebut adalahditetapkannya aturan mainmengenai representasi pekerjadalam rangka proses perundingankolektif. Namun demikian, adabeberapa bagian yang apabiladijalankan secara kaku justru akanmengurangi fleksibilitas pasarkerja. Kuncinya, aturan main pasarkerja tidak seharusnya

    menimbulkan distorsi yang besarterhap keputusan persahaan

    mengenai investasi danpenggunaan tenag kerja.Pengaturan yang berlebihanmengenai uapah minimum ,pekerja kontrak, serta PHKberptensi untuk mengurangifleksibilitas pasar kerja.

    b. Penyempurnaan kebijakann darisisi permintaan (demand side).Kebijakan ini dimaksudkan untukmeningkatkan investasi danpenguatan pada kegiatan ekonomiyang sudah ada. Kebijakan

    perluasan kesempatan melaluiinvestasi dikaitkan pula dengan

    kebijakan pengembangan UKM.Selain kebijakan yang berkait

    langsung dengan pasar kerja,pencintaan lapangan kerja sangatditentukan oleh kebijakan lain.Seperti telah disinggungsebelumnya keadaan tenaga kerjakita yang mayoritasunskiiled.

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    12/13

    104Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    Dalam Konteks Makassar, sektornon-tradeable selama beberapa tahun

    terakhir bergerak cepat dan menjadisumber terpenting pertumbuhan ekonomi.Dalam struktur ekonomi dan petapenyerapan tenaga kerja, sektortelekomunikasi, konstruksi, dan keuangan

    terus meningkat. Ke depan Sektor tradablemisalnya industry atau manufaktur perlu

    dikembangkan sehingga bisa mengurangipengangguran dan informalisasi ekonomi.

    Rencana pemerintah Makassardorongan akan diberikan pada peningkataninvestasi, pengembangan industri, ekspor

    dan pariwisata perlu didukung. Investasiatau penanaman modal dalam negeri harusditingkatkan. Peningkatan pada tahun 2007investasi dari Rp. 8 milyar dengan jumlahproyek sebanyak 2 menjadi Rp. 1.212milyar dengan 9 proyek perlu ditiru danditingkatkan ke depan. Hal ini sekaligusmenunjukkan bahwa keterlibatan swastadalam pembiayaan pembangunan di KotaMakassar perlu ditingkatkan, karena

    seperti data di atas APBD tidak bisabanyak diharapkan. Pada tahun 2007,

    industri non-migas tumbuh sebesar 11,01%atau meningkat dibandingkan dengankeadaan tahun 2006 yang hanya mencapai6,26%. Meskipun demikian, kontribusisektor industri dalam hal ini sub-sektorindustri non-migas masih relatif rendahdalam pembentukkan PDRB KotaMakassar, yaitu hanya sekitar 2,58% atauRp. 32,42 milyar pada tahun 2007. Hal inicukup beralasan, karena sektor industriKota Makassar pada umumnya adalahindustri skala kecil dan menengah.

    Sampai dengan tahun 2007, Kota

    Makassar lebih banyak memposisikan dirisebagai pusat perekonomian atau

    perdagangan bagi kawasan-kawasanbelakangnya. Oleh karena itu, mobilitas

    arus masuk barang (impor) antar pulauKota Makassar memang tinggi. Meskipundemikian, hal tersebut belum menjadikanKota Makassar sebagai kota dagang yangsetara atau minimal mendekati perananKota Kendari atau Makassar.

    Jadi, pengembangan ekonomi lokalke depan perlu di dorong untuk

    menurunkan tingkat pengangguran yangmulai menunjukkan kecenderunganmenurun dan mengurangi jumlahpenduduk miskin yang besar denganmendorong kualitas pertumbuhan ekonomi

    sekaligus menghindari informalisasiekonomi. Industri yang berbasis

    sumberdaya lokal dan wilayah hinterlandbisa diintensifkan seperti industriperikanan dan perkebunan sepertiJambumete.

    SIMPULAN

    Terdapat beberapa fakta yang

    menunjukkan pertumbuhan ekonomi KotaMakassar 2005 2009 adalahpertumbuhan tak berkualitas. Pertama,Selama kurun waktu 2005-2009, lajupertumbuhan ekonomi Kota Makassar rata-rata 7,70%, akan tetapi hal tersebut belummampu mendorong terbukanyakesempatan kerja baru secara signifikan.Kedua, sektor non-tradeable selama

    beberapa tahun terakhir justru bergerakcepat dan menjadi sumber terpentingpertumbuhan ekonomi. Ketiga,diperlihatkan pada informalisasi ekonomi.Maksudnya, kegiatan ekonomi disesakidengan pelaku sektor informal, termasuktenaga kerja yang terlibat di dalamnya.Keempat, sebagai faktor pendukungadalah lemahnya APBD dalammenciptakan kesempatan kerja dengan katalain APBD tidak bisa banyak diharapkan,masih sangat tergantung dari dana transferpusat (APBN), khususnya pada levelkabupaten/ kota. Pendapatan Asli daerah

    (PAD) Kota Makassar hanya memberikankontribusi sebesar 3,45%, 4,36% dan

    4,22% atau Rp. 8,963 milyar, Rp. 13,286milyar dan Rp. 14,167 milyar selama

    kurun waktu 2006-2008 bagi APBD. Janjiteori neoklasik yang mengatakanperekonomian akan tetap mengalamitingkat kesempatan kerja penuh dankapasitas alat-alat modal tetap digunakan

    sepenuhnya dari masa kemasa tidak

  • 7/24/2019 6. Burhanuddin

    13/13

    105Burhanuddin / Jurnal Administrasi Publik, Volume 5 No. 2 Thn. 2015

    terbukti dalam kasus nasional dan KotaMakassar.

    Kebijakan ketenagakerjaanseyogyanya tidak terpaku pada masalahkesejahteraan pekerja formal saja, tetapijuga menyiasati kebijakan makro agarpekerja di lapangan kerja informal, dimana

    pekerja banyak terkonsentrasi pada usahamenengah, kecil dan mikro, dapat

    merasakan manfaatnya. Kebijakan yangdiperlukan untuk mendukung penciptaankesempatan kerja adalah penyempurnaanregulasi yang berkaitan dengan aturanmain ketenagakerjaan.harus dapat

    menciptakan pasar kerja yang fleksibel.Penyempurnaan kebijakann dari sisipermintaan (demand side). Kebijakan inidimaksudkan untuk meningkatkaninvestasi dan penguatan pada kegiatanekonomi yang sudah ada. Dalam KonteksMakassar, sektor non-tradeable selamabeberapa tahun terakhir bergerak cepat danmenjadi sumber terpenting pertumbuhanekonomi. Dalam struktur ekonomi dan peta

    penyerapan tenaga kerja, sektortelekomunikasi, konstruksi, dan keuangan

    terus meningkat. Ke depan Sektor tradablemisalnya industry atau manufaktur perludikembangkan sehingga bisa mengurangipengangguran dan informalisasi ekonomi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Perencana Pembangunan DaerahKota Makassar. RKPD KotaMakassar Tahun 2010

    Badan Perencana Pembangunan DaerahKota Makassar. RKPD Kota

    Makassar Tahun 2008Badan Perencana Pembangunan Daerah

    Kota Makassar. RPJMD KotaMakassar 2008 -2013

    Badan Pusat Statistik Kota Makassar, KotaMakassar dalam Angka, BeberapaEdisi.diolah

    Caporaso & Levine, 2008, Terjemahan,Teori-teori Ekonomi Politik, Pustaka

    Pelajar, Jogjakarta.

    Deliarnov, Ekonomi Politik, MencakupBerbagai Teori dan Konsep yang

    Komprehensif, 2006, Erlangga,Jakarta.Yustika, Ahmad Erani, Ekonomi Politik,

    Kajian Teoritis dan Kajian Empiris.2009, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

    Yustika Ahmad Erani, 2010. PertumbuhanTanpa Koma. Jawa Pos 11 Agustus

    2010.Yustika Ahmad Erani, 2011. Pembusukkan

    Pembangunan Ekonomi. Jawa Pos16 Mei 2011