56988717-Faktor2-Inflasi.pdf

download 56988717-Faktor2-Inflasi.pdf

of 83

Transcript of 56988717-Faktor2-Inflasi.pdf

  • ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    INFLASI DI INDONESIA TAHUN

    1990.1 2005.4

    SKRIPSI

    Disusun Oleh :

    Nama : Angga Rahmat Ardiono

    No. Mahasiswa : 04 313 022

    Jurusan : Ilmu Ekonomi

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    FAKULTAS EKONOMI

    YOGYAKARTA

    2008

  • LAMPIRAN

  • i

    ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    INFLASI DI INDONESIA TAHUN

    1990.1 2005.4

    SKRIPSI

    Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir

    guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

    Program Studi Ilmu Ekonomi,

    pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia

    Oleh :

    Nama : Angga Rahmat Ardiono

    Nomor Mahasiswa : 04.313.022

    Program Studi : Ilmu Ekonomi

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    FAKULTAS EKONOMI

    YOGYAKARTA

    2008

  • ii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

    ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

    naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti

    bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi

    apapun sesuai peraturan yang berlaku.

    Yogyakarta, 15 Februari 2008

    Penulis,

    Angga Rahmat Ardiono

  • iii

    PENGESAHAN

    ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    INFLASI DI INDONESIA TAHUN

    1990.1 2005.4

    Nama : Angga Rahmat Ardiono

    Nomor Mahasiswa : 04.313.022

    Program Studi : Ilmu ekonomi

    Yogyakarta, 15 Februari 2008

    Telah disetujui dan disahkan oleh

    Dosen Pembimbing,

    Diana Wijayanti,,SE.,M.S

  • iv

    PENGESAHAN UJIAN

    Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk

    memenuhi syarat guna memperoleh gelar

    Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia

    Nama : Angga Rahmat Ardiono

    Nomor Mahasiswa : 04313022

    Program Studi : Ilmu Ekonomi

    Yogyakarta, 15 Februari 2008

    Disahkan Oleh,

    Pembimbing Skripsi : Diana Wijayanti,,SE.,M.Si.

    Penguji I :

    Penguji II :

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia

    Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D

  • v

    HALAMAN MOTTO

    Wahai orang yang melakukan perjalanan. Perjalanan ini hanya

    bisa dilalui dan tercapai tujuannya dengan keseriusan yang tinggi

    dan perjalanan di waktu malam. Andai ada seseorang yang tidak bisa

    Bersungguh-sungguh di jalan ini, lalu ia tidur di waktu malam.

    Kapankah ia akan mencapai tujuannya?

    ( Ibnu Qayyim )

    Lakukan semua kebajikan yang kau bisa Dengan segala sarana yang kau bisa Dalam segala cara yang kau bisa Disegala cara yang kau bisa Disegala waktu yang kau bisa

    Kepada segala orang yang kau bisa Selama yang kau bisa

    ( John Wesley )

    Hai orang-orang yang beriman

    berlakulah sabar dan perkuat sabar diantara kalian

    dan bersiap-siaplah kalian serta bertaqwalah kepada Allah

    supaya kalian memperoleh kemenangan.

    ( Qs: Ali Imran 200 )

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini Kupersembahkan untuk :

    Allah SWT yang telah memberiku kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini.

    (Alm) Ayahanda dan ketiga orangtua tercinta yang telah memberikan doa, cinta, kasih sayang,

    dukungan moral, spiritual dan material yang

    takkan pernah ternilai.

    Adikku tersayang. Semua keluarga dan sahabat yang selalu

    mendoakan dan membantuku dalam segala hal.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam

    semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan, Muhammad Rasulullah,

    keluarga dan para sahabatnya.

    Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang

    diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    berjudul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1990.1 2005.4. Skripsi ini tersusun sebagai

    salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1)

    pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

    keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk

    saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga

    menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa

    bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia

    2. Yth. Bapak Jaka Sriyana, Drs., M. Si. Selaku Ka-Prodi Ilmu Ekonomi

    Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

  • viii

    3. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

    ditengah kesibukannya dengan sabar dan penuh perhatian membimbing serta

    memberikan dukungan moril sehingga skripsi ini selesai.

    4. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

    yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya, ketika aku ingin

    menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan akademik, kuliah, dll.

    5. Ayahanda (Alm) Drg Sukarsono dan ketiga orangtua hamba Drg Endang

    Rachmiyati, Bpk Achmad Daud dan Ibu Marini yang selalu memberikan

    semangat, doa dan kasih sayang mereka. Kalian adalah pembawa cahaya

    dalam hidupku.

    6. Adikku Anissa yang secara tidak langsung kujadikan motivator dalam setiap

    langkahku.

    7. Semua keluargaku yang ada di Jogja, Jakarta, terimakasih untuk dukungan

    dan doa kalian semua.s

    8. Sahabatku Erdi dan Wisnu yang selalu ada dalam susah maupun senang dan

    selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsiku, Thanx ya.. keep

    friendship forever.

    9. Putri Suci Wulandari, kucingnya chelsea yang nakal dan keluarga yang

    secara tidak langsung memberiku kekuatan, semangat dan membuatku

    termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsiku. Terimakasih sudah

    nemenin main bowling dan nonton film sewaktu aku baru suntuk ngerjain

  • ix

    skripsi sering banget tuh hehe... Terimakasih buat doa, semangat, serta semua

    yang telah kamu berikan dengan tulus dan ikhlas.

    10. Wiwit, Desty dan Hero, yang selalu mau meluangkan waktunya untuk

    mengajari berbagai keperluan skripsi, memberi informasi literatur data serta

    mendengar keluh kesahku dengan sabar, terimakasih buat kalian.

    11. Teman-teman kuliah ( Dika, Andre, Mumun, Helmy, Udin, Kupret, Yocky,

    Fadli, Vanda, Arip, Hendra, Bagus, Nino, Aan ) dan teman main ( Bolu,

    Helmi, Nana ) yang gila-gila tapi selalu menjadi teman berbagi suka dan

    duka. Aspac FC yang tiada hari tanpa sepakbola...thanx ya teman-teman dll

    dech pokoknya yang tidak bisa disebutkan).

    12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah

    maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima

    kasih.

    Yogyakarta, 15 Februari 2008

    Penulis,

    Angga Rahmat Adiono

    04313022

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ....................................................................................................... i

    Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................... ii

    Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii

    Halaman Pengesahan Ujian................................................................................... iv

    Halaman Motto ..................................................................................................... v

    Halaman Persembahan .......................................................................................... vi

    Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... vii

    Halaman Daftar Isi ................................................................................................ x

    Halaman Daftar Tabel ........................................................................................... xiii

    Halaman Daftar Gambar ....................................................................................... xiv

    Halaman Abstraksi ................................................................................................xv

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

    1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 5

    1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

    1.5 Batasan Masalah...............................................................................................6

    1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 9

    2.1.Kajian Pustaka ................................................................................................. 9

    2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 15

    2.2.1 Inflasi ........................................................................................................... 15

    2.2.1.1 Jenis-jenis Inflasi....................................................................................... 16

    2.2.1.2 Teori Inflasi............................................................................................... 21

  • xi

    2.2.1.3 Efek Inflasi................................................................................................ 23

    2.2.2 Permintaan Uang (JUB) ............................................................................... 25

    2.2.3 Tingkat Suku Bunga..................................................................................... 26

    2.2.4 Teori Produk Domestik Bruto...................................................................... 27

    2.2.5 Nilai Tukar Rupiah....................................................................................... 28

    2.2.6 Penjelasan Teoritis Variabel Penelitian........................................................ 29

    2.2.6.1 Pengaruh Permintaan Uang Terhadap Inflasi............................................ 29

    2.2.6.2 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi................................. 29

    2.2.6.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi...................................... 29

    2.2.6.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.................................................... 30

    2.3.7 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

    3.1 Jenis dan Sumber Data.................. ................................................................. 32

    3.2 Devinisi Variabel............................................................................................ 32

    3.2.1 Variabel Dependen....................................................................................... 32

    3.2.2 Varaibel Independen .................................................................................... 33

    3.3 Metode Analisis Data ...................................................................................... 34

    3.3.1 Uji MWD ..................................................................................................... 34

    3.3.2 Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 35

    3.3.2.1 Uji t ........................................................................................................... 36

    3.3.2.2 Uji F .......................................................................................................... 37

    3.3.2.3 R-Square (R2) ............................................................................................ 39

    3.3.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 39

    3.3.3.1 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 40

    3.3.3.2 Uji Autokolerasi ........................................................................................ 40

    3.3.3.3 Uji Heterosdasitisitas ................................................................................ 41

  • xii

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................42

    4.1 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 42

    4.2 Uji MWD ........................................................................................................ 43

    4.3 Analisis Kuantitatif ......................................................................................... 44

    4.3.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 46

    4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian........................................................................ 48

    4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................................. 52

    BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...................................................... 56

    5.1 Simpulan......................................................................................................... 56

    5.2 Implikasi .......................................................................................................... 57

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    TABEL Halaman

    4.1 Hasil Uji MWD .................................................................................................. 43

    4.2 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap

    Inflasi.................................................................................................................. 45

    4.3 Hasil Uji t ........................................................................................................... 46

    4.4 Hasil Uji F .......................................................................................................... 47

    4.5 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................................................... 53

    4.6 Hasil regresi dan penyembuhan Heterokedastisitas ........................................... 53

    4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode LM ....................................................... 54

    4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................................. 55

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Inflationary Gap............................................................................................. 17

    2.2 Demand Pull Inflation.................................................................................... 18

    2.3 Cost Push Inflation......................................................................................... 20

    3.1 Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif.............................................. 36

    3.2 Daerah Kritis Pengujian F-Test...................................................................... 38

  • xv

    ABSTRAKSI

    Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-Faktor yang memepengaruhi Inflasi di Indonesia Tahun 1990.1-2005.4. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di gunakan antara lain : permintaan uang, tabungan domestik, produk domestik bruto, tingkat suku bunga bank, dan kurs dollar terhadap rupiah.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).

    Hasil analisis ini menyebutkan bahwa permintaan uang, dan tingkat suku bunga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap inflasi, sedangkan produk domestik bruto berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap inflasi dan kurs tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia pada kuartal tahun penelitian.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.I. Latar Belakang Masalah

    Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat

    menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target

    kebijakan pemerintah. Inflasi tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat

    dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan

    ekonomi yang lambat, pengangguran yang selalu meningkat.

    Seperti pengangguran, inflasi juga merupakan masalah yang selalu dihadapi

    setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini berbeda di antara satu

    waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat

    inflasi yaitu persentasi kenaikan harga harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya

    digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah

    ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang

    rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4

    persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5

    sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau

    ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang

    kenaikan tersebut dinamakan hiperinflasi (Sukirno, 2004).

  • 2

    Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi

    berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai

    stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya

    diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan

    keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan

    menyebabkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika inflasi lebih

    serius keadaannya perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan.

    Pengalaman beberapa Negara yang pernah mengalami hiperinflasi menunjukkan

    bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan

    tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004).

    Baru baru ini pada Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75

    persen telah melampaui ekspektasi atau kenaikan harga harga. Tingkat inflasi

    Agustus 2007 dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.

    Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51

    persen. Inflasi year on year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai

    6,06 persen (Sri Mulyani, 2007).

    Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan

    dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga

    harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. , Kenaikan harga dari satu atau

    dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

    kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang barang lain

    (Boediono, 1995).

  • 3

    Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan

    (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan

    (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai

    suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan

    satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang

    sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Besar dari barang-barang

    lain.

    Bank Indonnesia sebagai otoritas moneter memegang kendali yang sangat

    strategis dalam menciptakan kebijakan moneter yang stabil dalam perekonomian

    nasional, Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau

    kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien

    sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut untuk

    perekonomian.

    Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan

    menentukan tingkat suku bunga SBI, selain itu pemerintah juga memegang peranan

    penting dalam mengendalikan laju inlasi untuk itu salah satu kebijakannya adalah

    mengatur pengeluaran untuk pengeluaran rutinnya (government expenditure). Dilain

    pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam mengendalikan inflasi

    diantaranya yaitu penerimaan export. Dengan demikian laju pertumbuhan inflasi

    dapat dikendalikan ditekan atau bahkan kemunculannya dapat dicegah.

    Oleh sebab itu dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan

    stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi baik

  • 4

    bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja,

    karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi

    sangat penting diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa

    menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran

    yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasi agar stabil sangat

    penting untuk dilakukan.

    Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit ini dan adanya perubahan

    inflasi di Indonesia, sehingga dalam hal ini penulis tertarik melakukan penelitian

    untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut

    maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam

    bentuk skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA

    TAHUN 1990.1 2005.4.

    I.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan

    diangkat dalam penelitian ini adalah :

    1. Apakah Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh terhadap inflasi?

    2. Apakah produk domestik bruto berpengaruh terhadap inflasi?

    3. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi?

    4. Dan apakah nilai tukar kurs dollar US terhadap kurs rupiah berpengaruh

    terhadap inflasi?

  • 5

    I.3. Tujuan Penelitian

    1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap inflasi.

    2. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto terhadap inflasi.

    3. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap inflasi.

    4. Menganalisis pengaruh kurs dollar US terhadap kurs rupiah

    terhadap inflasi.

    I.4. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Penulis

    Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia, dan juga menambah pengetahuan dan pengalaman

    penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti

    perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, selain itu

    penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.

    2. Bagi Instansi Terkait

    Penelitian merupakan syarat yang wajib bagi penulis dalam menyelesaikan

    studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan hasilnya diharapkan mampu

    memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan

    permasalahan ekonomi, dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan

    dengan tepat.

  • 6

    3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

    Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi

    mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna

    meningkatkan, memperluas dan memantapkan wawasan dan keterampilan yang

    membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan kerja.

    I.5 Batasan masalah

    Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam menggunakan

    variable penelitian ini akan dibatasi menggunakan hal hal berikut dibawah ini :

    1. Variabel - variabel yang dipakai dalam melakukan penelitian yaitu variabel

    dependen menggunakan tingkat inflasi sedangkan variabel independennya

    yaitu jumlah uang beredar (M2), produk domestik bruto, tingkat suku bunga

    SBI, dan nilai tukar kurs rupiah terhadap kurs dollar US.

    2. Penelitian ini menngunakan data kuartalan tahun 1990.1 2005.4.

    I.6 Sistematika Penulisan.

    BAB I PENDAHULUAN

    Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

    penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika

    penulisan, dan gambaran umum tentang penelitian yaitu :

    ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    PERKEMBANGAN LAJU INFLASI DI INDONESIA TAHUN

  • 7

    1990.1 2005.4 yang berisi tentang tinjauan umum mengenai factor

    factor yang mempengaruhi inflasi serta kebijakan apa yang dapat

    diambil pemerintah dalam upaya mengurangi tingginya inflasi di

    Indonesia dan juga perkembangan perekonomian Indonesia

    berdasarkan variable variable yang digunakan dalam penelitian ini.

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    Kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian

    sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan

    kelemahan atau kekurangan pada penelitian yang lalu, sehingga dapat

    dijelaskan di mana letak hubungan, perbedaan maupun posisi

    penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut sekaligus

    menghindari duplikasi. Serta berisi deskripsi teoritis mengenai teori-

    teori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah

    yang diteliti.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Berisikan tentang data data penelitian, sumber data dan metode

    perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan terhadap data

    data yang diperoleh.

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Berisi tentang analisis hasil pengolahan data yang terkait dengan

    tujuan penelitian, pengujian hipotesis dan penerapan metode analisis.

  • 8

    Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif sebagai

    gambaran umum, serta analisis regresi linier berganda.

    BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

    Berisi tentang simpulan dan implikasi dari penelitian ini setelah

    melakukan analisis pada BAB IV.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Kajian Pustaka

    Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah di lakukan

    peneliti lain, dan permasalahan yang di angkat juga pernah dilakukan oleh beberapa

    peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa ataupun skripsi. Yang mana mendasari

    pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian

    yang terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari :

    Penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul Dampak Ekspansi Fiskal

    Terhadap Inflasi. Penelitian ini menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal

    terhadap inflasi. Variabel yang digunakan antara lain jumlah uang beredar (Mt), nilai

    kurs dollar US terhadap rupiah (Kt), dan pengeluaran pemerintah (Gt) terhadap inflasi

    (F). Model analisis yang digunakan adalah Pendekatan Error Correction Model.

    Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1973 sampai dengan

    tahun 1998. berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa ekspansi

    fiskal yang dilakukan oleh pemerintah selama ini telah membawa dampak pada

    peningkatan laju inflasi. Oleh karena itu perlu dilakukan cara-cara untuk melakukan

    fiscal deepening agar ekspansi fiskal tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap

    kenaikan harga, pengendalian pengeluaran pemerintah sebagai instrumen kebijakan

    fiskal untuk mengendalikan laju inflasi antara lain dilakukan dengan efisiensi alokasi

  • 10

    anggaran dan memberikan bobot yang lebih besar pada pengeluaran pembangunan.

    Artinya belanja barang yang bersifat konsumtif perlu ditinjau kembali. Pengelolaan

    pengeluaran pemerintah ini juga harus diimbangi oleh kebijakan moneter yang

    kontradiktif untuk mengurangi jumlah uang yang beredar serta deregulasi di sektor

    riil, sehingga perekonomian menjadi lebih efisien.

    Fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh

    masyarakat harus berjalan dengan baik agar pengeluaran pemerintah efektif dan

    efisien. Indonesia bisa menggunakan konsep planning programming and budgeting

    system (PPBS) untuk mengelola pengeluaran pemerintahnya. Pemberantasan korupsi

    dan kolusi merupakan masalah utama di lingkungan birokrat kita untuk mengurangi

    kebocoran anggaran, sehingga bisa lebih menghemat anggran belanja negara. Hal ini

    perlu ditekankan karena akan menyebabkan high cost economy (ekonomi biaya

    tinggi).

    Penelitian dari T.B Rully Ferdian (2001) yang berjudul Independensi Bank

    Indonesia (BI) Dalam Mengendalikan inflasi, penelitian ini menelaah tujuan Bank

    Indonesia secara lebih terfokus dan spesifik, hal itu memberikan suatu implikasi dan

    tantangan baru bagi Bank Indonesia. Tugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai

    rupiah terhadap barang dan jasa serta mata uang negara lain memberi implikasi

    bahwa Bank Indonesia harus menjaga internal balance agar inflasi tetap rendah dan

    pada saat yang bersamaan juga menjaga eksternal balance agar nilai tukar rupiah

    cukup kuat dan stabil. Hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah. Pengendalian

    jumlah uang yang beredar dan suku bunga memang akan mempengaruhi laju inflasi

  • 11

    dan nilai tukar rupiah tapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Metode

    yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan data runtut waktu dari bulan

    Februari 1998 bulan Agustus 2000. Variabel yang digunakan antara lain inflasi (Y),

    Net International Reserve (X1), Tingkat suku bunga SBI 1 bulan (X2), Bantuan

    likuiditas BI (X3), dan UU no 23 tahun 1999 (Dummy). Adapun kesimpulan yang

    diperoleh dari penelitian tersebut yang pertama adalah variabel-variabel penjelas

    yang terdiri dari tingkat suku bunga, NIR , BLBI, dan Dummy, menunjukkan bahwa

    variabel penjelas cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada

    tingkat inflasi. Kedua pengaruh tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi dari hasil

    estimasi menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh secara positif

    artinya, jika tingkat suku bunga berubah satu satuan maka variabel inflasi akan

    meningkat sebesar 0,26 %. Ketiga pengaruh variabel NIR terhadap variabel inflasi

    dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel NIR berpengaruh secara negatif

    artinya, jika NIR naik 1% maka variabel inflasi akan turun sebesar 0,52%. Keempat

    pengaruh variabel BLBI terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi menunjukkan

    bahwa variabel BLBI berpengaruh secara negatif artinya, jika variabel BLBI naik 1%

    maka variabel inflasi akan turun 0,01%. Kelima Pengaruh variabel Dummy terhadap

    inflasi dari hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no

    23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia inflasi menjadi meningkat

    Bank Indonesia sebelum diberlakukannya UndangUndang tentang

    indepedensi, keputusan-keputusan kebijakan moneter selalu dipengaruhi oleh

    pemerintah. Namun, saat ini setelah diberlakukannya UU no 23 tahun1999,

  • 12

    diharapkan Bank Indonesia mampu berperan sebagaimana mestinya yaitu dalam

    mengambil kebijakan moneter dan menstabilkan jumlah uang yang beredar

    (JUB). Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan variabel dummy,

    menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun 1999 tentang Bank

    Indonesia, inflasi menjadi meningkat.

    Penelitian dari Yunan Ardhiansyah (2003) yang berjudul Analisis Tingkat

    Inflasi dan Peranan Bank Indonesia dalam Mengendalikannya. Penelitian ini

    menelaah bagaimana peranan BI dalam mengendalikan laju inflasi. Penelitian ini

    menggunakan data runtut waktu bulanan dari tahun 1996 sampai 2003. Adapun

    variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain inflasi (Y), tingkat suku

    bunga SBI 1 bulan (SBI), Money Supply (M2), kredit likuiditas BI (KLBI), dan

    Dummy (UU no 23 tahun 1999) tentang BI. Berdasarkan analisis hasil empiris

    diperoleh kesimpulan yang pertama variabel penjelas terdiri dari money supply

    (JUB), tingkat suku bunga SBI (sertifikat BI), kredit likuiditas BI (KLBI) dan dummy

    menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel dependen cukup mampu

    untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada tingkat inflasi antara tahun 1996

    sampai dengan tahun 2003. hal ini dapat dilihat dari besarnya R2, berdasarkan hasil

    analisis dihasilkan nilai R2 sebesar 0,904096, artinya 90% variabel independen

    mampu mempengaruhi sebesar 90% dari variabel dependen sedangkan 10% adalah

    faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengendalian Bank Indonesia dalam

    mengendalikan inflasi yang tidak dimasukkan kedalam model tersebut. Kedua

    pengaruh variabel money supply (JUB) terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi

  • 13

    menunjukkan bahwa variabel money supply (JUB) berpengaruh positif. Artinya jika

    money supply (JUB) berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat

    sebesar 7,03%. Ketiga pengaruh variabel tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi

    dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia (suku

    bunga SBI) berpengaruh positif. Artinya jika tingkat suku bunga Bank Indonesia

    berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat sebesar 1,004%. Keempat

    pengaruh variabel kredit dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel KLBI

    berpengaruh positif. Artinya jika KLBI satu milyar rupiah, maka variabel inflasi akan

    turun 0,297277%. Kelima pengaruh variabel dummy, terhadap variabel inflasi dari

    hasil estimasi untuk menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya UU no 23 tahun

    1999 tentang Bank Indonesia, inflasi menjadi turun.

    Penelitian Hadi Sasana (2004) yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang

    Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction

    Model). Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1990

    kuartalan I sampai 2001 kuartalan IV. Variabel yang digunakan antara lain inflasi

    (INFt), jumlah uang beredar (M1t), produk domestik bruto (PDBt), nilai tukar (ERt),

    dan tingkat suku bunga (Rt). Adapun hasil kesimpulan dari penelitian tersebut yang

    pertama adalah jumlah uang beredar ternyata mempunyai hubungan yang positif

    mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam

    jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Koefisien regresi sebesar 0.4476

    dalam persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa dengan naiknya jumlah uang

    yang beredar sebesar 1%, akan menaikkan tingkat inflasi 0.4476 persen. Sedangkan

  • 14

    dalam jangka panjang dimana koefisien regresi sebesar 0.9026 berarti kenaikan

    jumlah uang beredar sebesar 1% akan menaikkan tingkat inflasi sebesar 0.9026

    persen. Kedua PDB riil ternyata mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh

    secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam jangka pendek

    maupun jangka panjang. Koefisien regresi variabel PDB sebesar -1.1933 dalam

    jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB Indonesia sebesar

    1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 1.1933%. dalam jangka panjang

    koefisien regresi sebesar -2.124. hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB

    sebesar 1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 2.124%. ketiga nilai tukar

    ternyata mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap

    tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Koefisien regresi

    nilai tukar rupiah sebesar 2.2366 dalam jangka pendek menunjukkan bahwa dengan

    naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah sebesar 1% dalam jangka pendek, akan

    menaikkan tingkat inflasi sebesar 2.2366%. Sedangkan koefisien regresi nilai tukar

    dollar terhadap rupiah dalam jangka panjang sebesar 1.776, berarti bahwa jika nilai

    tukar dollar mengalami kenaikan (apresiasi) sebesar 1% dalam jangka panjang, maka

    inflasi akan naik pula sebesar 1.776%. Keempat hasil penelitian menunjukkan bahwa

    dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terdapat hubungan negatif dan

    signifikan antara tingkat suku bunga terhadap inflasi di Indonesia. Dalam jangka

    pendek nilai koefisien tingkat suku bunga sebesar -0.2566. Hal ini berarti apabila

    dalam jangka pendek tingkat suku bunga naik sebesar 1%, maka tingkat inflasi

    Indonesia turun sebesar 0.2566%. Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga

  • 15

    Indonesia dalam jangka panjang sebesar -0.233. Hal tersebut berarti bahwa apabila

    dalam jangka panjang tingkat suku bunga naik 1%, maka inflasi Indonesia akan turun

    sebesar 0.233%. suku bunga merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya

    terhadap laju inflasi di Indonesia. Oleh karena itu, bagi otoritas moneter kebijakan

    meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi harus dilakukan dengan

    sangat hati-hati mengingat efek samping yang kurang baik terhadap iklim investasi.

    2.2 Landasan Teori

    2.2.1. Inflasi

    Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup

    dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya

    waktu mengalami erosi.

    Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan

    terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja

    tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan

    kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985:161).

    Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.

    Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting

    kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.

    Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase

    yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat

    dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat

  • 16

    dikatakan akan menyebabkan inflasi. Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan

    dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam

    perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley

    mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang

    dan jasa secara umum ( bukan satu macam barang saja dan sesaat ). Menurut definisi

    ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai Inflasi (Iswardono, 1990).

    2.2.1.1 Jenis Inflasi

    Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah dan

    tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya (Nopirin, 1987).

    1). Menurut Sifatnya

    Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori(Nopirin, 1987 : 27-

    31), yaitu :

    a. Inflasi Merayap

    Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan

    dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun).

    b. Inflasi Menengah

    Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu

    yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

    c. Inflasi Tinggi

    Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi

    berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin

  • 17

    ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara

    akselerasi.

    2) Menurut Sebabnya

    a. Demand Pull Inflasion.

    Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat

    demand). Sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh

    atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh

    (full employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan

    menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan

    permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada

    kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap

    inilah yang akan menyebabkan inflasi. Secara grafik digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 2.1.

    Inflationary Gap

    Inflationary Gap

    Y Y1 YFE

    C+I

    C+I

    C+I

    A B

  • 18

    Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C + I akan menyebabkan

    keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A B

    atau YFE Y1 menunjukkan besarnya inflationary gap.

    Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses

    terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Gambar 2.2.

    Demand-pull Inflation

    Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1

    ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh

    penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.

    Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang

    output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.

    Q QFE Q1

    AD1

    AD2

    AD3

    AD4

    AS

    P1

    P2

    P3

    P4

    P

    Inflationary Gap

  • 19

    Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik

    (misalnya menjadi AD4).

    b. Cost Pust Inflation

    Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.

    Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya

    penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

    produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat

    buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat

    menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya

    krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi

    penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika

    proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation. Gambar 2.3

    menjelaskan proses terjadinya cost-push inflation.

  • 20

    Gambar 2.3.

    Cost Push Inflation

    Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik

    karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga

    bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi

    AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. kenaikan

    harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi

    turun menjadi Q2.

    Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses

    kenaikan harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan

    cost-push inflation.

    QFE Q1 Q2 Q

    AD

    AS1 AS2 AS3

    P1

    P2 P3

    P

  • 21

    3) Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut

    1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

    2. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)

    3. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)

    4. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun )

    4) Menurut Asalnya

    Penggolongan Inflasi (Boediono, 1985 : 164-165) :

    a. Domestic Inflation

    Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri ini timbul antara lain karena

    defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa

    juga disebabkan oleh gagal panen.

    b. Imported Inflation

    Inflasi yang berasal dari luar negeri ini timbul karena kenaikan harga-harga di

    luar negeri atau negara-negara langganan berdagang. Penularan inflasi dari

    luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara

    yang menganut perekonomian terbuka, yaitu sektor perdagangan luar.

    2.2.1.2. Teori Inflasi

    Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang masing-

    masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

    1. Teori Kuantitas

    Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal,

    yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

  • 22

    harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa,

    pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju

    inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang

    (Boediono, 1985).

    2. Teori Keynes

    Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

    masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia.

    Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila

    jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat

    harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan

    oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah

    barang yang tersedia.

    Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana

    pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi, selanjutnya

    mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan

    pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit

    dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan

    terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat

    melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.

    3. Teori Strukturalis.

    Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari

    perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi

  • 23

    jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah

    faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka yang panjang.

    Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara

    sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran

    berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan

    dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya

    berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

    Ketegaran yang merupakan ketidakelastisan dari penerimaan ekspor ini

    adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan

    pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan supply

    barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan

    tersebut. Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan

    pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan.

    Sedangkan bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil

    kebijaksanaan pembangunan import substitution strategy. Inflasi terjadi jika proses

    substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai

    barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.

    2.2.1.3. Efek Inflasi

    Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi

    serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity

    effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional

    masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).

  • 24

    a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

    Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada

    pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh

    pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang

    yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita

    kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan

    keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan

    pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka

    yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan

    prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat

    menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan

    kekayaan masyarakat.

    b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

    Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan

    ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang

    yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi

    beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang

    tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang

    kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.

    c. Efek Terhadap Output (Output Effects)

    Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya

    dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan

  • 25

    upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan

    mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi

    (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output.

    Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis,

    masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke

    barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara

    inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa

    juga dibarengi dengan penurunan output.

    2.2.2. Permintaan Uang (JUB)

    Didalam menerangkan mengenai teori kuantitas, yang dilakukan oleh Irving

    Fisher digunakan persamaan aljabar yang dinamakan persamaan pertukaran.

    Persamaan pertukaran tersebut pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :

    MV = PT

    Dimana :

    M = jumlah uang beredar,

    V = kelanjutan peredaran uang,

    P = tingkat harga-harga, dan

    T = jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan dalam suatu tahun tertentu.

    Teori kuantitas uang Teori ini, yang dikembangkan oleh Irving Fisher

    mengatakan bahwa pada hakikatnya berpendapat bahwa perubahan dalam jumlah

  • 26

    uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-

    harga. Perubahan ini maksudnya jika uang yang beredar bertambah sebanyak lima

    persen, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah sebanyak lima persen atau

    sebaliknya. Pandangan teori kuantitas yang demikian timbul sebagai akibat dari dua

    permisalan penting teori itu mengenai kenyatan yang wujud dalam perekonomian.

    2.2.3. Tingkat Suku Bunga.

    Menurut Noprin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh

    pemimjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pembari

    pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap

    pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk

    tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini

    dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan

    oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (suhedi, 2000).

    Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1. Suku Bunga Nominal.

    Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati pasar.

    2. Suku Bunga Riil.

    Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang

    sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang

    diharapkan.

  • 27

    Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat

    harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat

    banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah

    dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga

    tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga

    permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.

    2.2.4. Teori Produk Domestik Bruto.

    Menurut pendekatan produksi, produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah

    nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah

    suatu Negara dalam jangka waktu setahun (Dumairy,1990). Atau bisa dikatakan

    produk domestik bruto (PDB) adalah konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi

    dan ekonomi aktual suatu negara. Transaksi dan output sangat berkaitan karena

    semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Gross Domestic Product menilai

    barang dan jasa pada harga berlaku, sedangkan Gross Domestic Product riil menilai

    barang dan jasa pada harga konstan. Gross Domestic Product riil meningkat hanya

    jika jumlah barang dan jasa meningkat sedangkan Gross Domestic Product nominal

    bisa meningkat karena output naik atau karena dibeli oleh konsumen, seperti deflator

    Gross Domestic Product yang nerupakan rasio Gross Domestic Product nominal atas

    Gross Domestic Product riil, Consumer price indeks atau (CPI) mengukur seluruh

    tingkat harga.

  • 28

    2.2.5. Nilai Tukar Rupiah.

    Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai

    atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara

    dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan

    adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang

    disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore,1998:8).

    Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan

    dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta

    asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang

    kurang kuat nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif

    investasi bagi masyarakat yang tinggal di negara tersebut.

    Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan

    dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan

    pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca

    pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi

    autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca

    pembayaran), sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami

    defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari

    valuta asing (Nopirin,1995:148).

  • 29

    2.2.6. Penjelasan Teoritis Variable Penelitian.

    2.2.6.1. Pengaruh Jumlah uang beredar (M2) Terhadap Inflasi .

    Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi. Peningkatan jumlah

    uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat

    yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan

    ekonomi. Ini berarti terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan

    inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang

    tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply

    menentukan tingkat inflasi.

    2.2.6.2. Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi.

    Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

    dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu

    setahun (Dumairy,1990). Besarnya Produk domestik bruto (PDB) dinyatakan dalam

    satuan uang, namun nilai mata satuan uang berubah sepanjang waktu. Perubahan

    yang terjadi pada umumnya berupa penurunan nilai uang akibat inflasi.

    2.2.6.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi.

    Apabila jumlah uang yang beredar dimasyarakat meningkat, maka Bank

    Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI, yang mana kenaikan tingkat suku

    bunga SBI tersebut akan mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kredit pada bank

    umum (suku bunga kredit meningkat diatas tingkat suku bunga SBI), sehingga

    investasi pada sektor riil akan mengalami penurunan yang akan berdampak pada

    penurunan output (dengan asumsi permintaan konstan) sehingga akan menyebabkan

  • 30

    tingkat harga semakin tinggi (inflasi semakin tinggi). Sehingga tingkat suku bunga

    mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat inflasi. Inflasi yang terjadi karena

    cost-push inflation.

    2.2.6.4. Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.

    Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan

    positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang

    asing yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta

    yang membengkak maka berakibat pada penurunnya harga barang-barang ekspor kita

    diluar negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan

    barang-barang dari negara lain. Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan

    pada penjualan (hukum permintaan apabila harga barang menurun maka jumlah

    barang yang diminta akan bertambah), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat

    serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di

    dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang

    tersebut. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi, bertambahnya barang di

    dalam negeri cenderung menurunkan harga.

    Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka

    akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini

    disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi

    lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli

    barang impor tersebut (Prasojo, 2003)

  • 31

    2.2.7. Hipotesis Penelitian.

    Hipotesis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain :

    a. Diduga Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara positif dan signifikan

    terhadap Inflasi.

    b. Diduga Produk Domestik Bruto berpengaruh secara positif dan signifikan

    terhadap Inflasi.

    c. Diduga tingkat Suku Bunga Bank umum berjangka rupiah 3 bulan akan

    berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Inflasi.

    d. Diduga nilai tukar kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah akan berpengaruh

    secara positif dan signifikan terhadap Inflasi.

  • 32

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

    diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia

    (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

    Adapun data yang digunakan adalah :

    a. Data Inflasi di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

    b. Data Jumlah uang beredar (M2) di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

    c. Data Produk Domestik Bruto di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

    d. Data tingkat suku bunga deposito di Indonesia tahun 1990.1-2005.4.

    e. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tahun 1990.1-

    2005.4.

    3.2. Devinisi Variabel

    3.2.1 Variabel Dependen

    Laju Inflasi (Y) Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang

    telah dihitung dengan kuartalan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik

    (BPS) berbagai edisi dengan olahan dengan satuan persen (%).

  • 33

    3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari :

    a. Jumlah uang veredar (X1)

    Data Jumlah uang beredar (M2) untuk Indonesia. Data operasional yang

    digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan

    Pusat Statistik (BPS) berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah menjadi

    kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta rupiah.

    b. Produk Domestik Bruto (X2)

    Data Produk Domestik Bruto untuk Indonesia atas dasar harga belaku

    2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data

    yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan

    kemudian diolah menjadi kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta

    rupiah.

    c. Suku Bunga Bank Umum berjangka rupiah (X3)

    Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal atau

    tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam bentuk

    simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang

    tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada berbagai waktu jatuh

    tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3 bulan.

  • 34

    d. Nilai tukar kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (X4)

    Merupakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang

    mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah pertahun. Data

    diperoleh dari Bank Indonesia dalam berbagai edisi.

    3.3. Metode Analisis Data

    3.3.1. Metode Mackinnon, white dan Davidson (uji MWD).

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif,

    yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang

    berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan

    untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

    Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan data runtut

    waktu (time series). Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan

    persamaan linier atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data

    menunjukkan hubungan linier atau log linier dengan metode Mackinnon, white dan

    Davidson (uji MWD). Secara umum model persamaan linear dan log linier ditulis

    sebagai berikut :

    Linier Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 - 3 X3 + 4 X4 Log Linier lnY = 0 + 1 lnX1 + 2 lnX2 - 3 lnX3 + 4 lnX4

    Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :

  • 35

    1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan

    selanjutnya dinamai F1.

    2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya

    dinamai F2.

    3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1

    4. Estimasi persamaan berikut ini :

    Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 - 3 X3 + 4 X4

    Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nol

    bahwa model yang benar adalah model linier dan sebaliknya jika tidak signifikan

    maka kita menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah model linier

    5. Estimasi persamaan berikut :

    lnY = 0 + 1 lnX1 + 2 lnX2 - 3 lnX3 + 4 lnX4

    Jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis

    alternatif dan model yang benar adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak

    signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang benar adalah

    model log linier.

    3.3.2 Pengujian Hipotesa.

    Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk

    menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik,

    antara lain.

  • 36

    3.3.2.1 Uji t

    Hal ini dilakukan dengan cara pengujian variabel-variabel independent secara

    parsial (individu), digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel

    independent secara individu terhadap variasi terhadap variabel independent lainnya.

    Disini peneliti menggunakan uji t melalui probabilitas, penjelasannya sebagai berikut:

    t-hitung = i

    SE (i)

    dimana:

    bi = nilai koefisien regresi

    SE = nilai standar error dari bi

    Gambar 3.1

    Daerah Kritis Pengujian t-test Satu Sisi Positif

    Dengan menggunakan tingkat keyakinan (level of signifikan) atau tertentu,

    df=n-k (df=degree of freedom). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak,

    Ho ditolak

    t -kritis

    Ho diterima

    t -hitung

  • 37

    artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (Ari

    Sudarman, 1984 : 124).

    Hipotesis yang digunakan :

    Ho : Bi < 0 ; berarti variabel independent tidak mempengaruhi variabel

    dependent.

    HI ; Bi > 0 ; berarti variabel independent mempengaruhi variabel dependent.

    Apabila probabilitas < dari 0.05, maka dapat dikatakan signifikan.

    3.3.2.2 Uji F

    Hal ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel - variabel

    independent secara bersama-sama yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel

    independent secara individu terhadap variabel dependent. Disini peneliti melakukan

    uji F dengan menggunakan probabilitas, perhitungannya adalah sebagai berikut :

    F-hitung = R2 / (K 1)

    (1 R2 )/(n K)

    dimana :

    R2 = Adalah koefisien determinasi.

    n = Adalah jumlah sampel (observasi).

    K = Adalah banyaknya parameter/koefisien regresi plus constant.

  • 38

    GAMBAR 3.2

    Daerah Kritis Pengujian F-Test

    Dengan tingkat keyakinan tertentu df (n-k, k-1), jika F hitung > F tabel, maka

    Ho ditolak, yang berarti bahwa uji secara serempak semua variabel independen yang

    digunakan dapat menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel

    dependen.

    Hipotesis yang digunakan :

    Ho : 1 = 2 = 3 = 0 , maka variabel independent secara bersama-sama tidak

    mempengaruhi variabel dependent.

    Ha : 1 2 3 0 , maka variabel independent secara bersama-sama

    mempengaruhi variabel dependent.

    Apabila probabilitas (F-Statistik) < dari 0.05 , maka bisa dikatakan signifikan.

    Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan

    probabilitas.

    Ho diterima Ho ditolak

    F-tabel

  • 39

    3.3.2.3 R-Square (R2)

    Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam

    mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 R2 1 ).

    Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat

    dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai

    R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi

    variabel independent.

    Sifat dari koefisien determinasi adalah :

    R2 merupakan besaran yang non negatif. Batasnya adalah ( 0 R2 1 ). (Damodar Gujarati)

    Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel

    independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat

    garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.

    3.3.3 Uji Asumsi Klasik

    Pada prakteknya, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi

    digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut

    dalam buku ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada

    tidaknya masalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Terjadinya

    penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik

  • 40

    (uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan

    mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

    3.3.3.1 Uji Multikolinearitas

    Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel

    independent dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena

    multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara

    beberapa atau semua varibel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan

    untuk dapat melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependentnya.

    Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dengan membandingkan

    nilai koefisien determinasi parsial (r2) dengan nilai koefisien determinasi majemuk

    (R2), jika r2 lebih kecil dari nilai R2 maka tidak terdapat multikolinearitas. Cara lain

    untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi

    antar variabel dimana apabila kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas

    dan sebaliknya apabila hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat

    multikolinieritas.

    3.3.3.2 Uji Autokorelasi

    Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang

    diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtut waktu atau time series) atau

    ruang (seperti dalam data lintas sektoral atau cross section).

    Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-

    Watson atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-godfrey,dimana

  • 41

    uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi yang paling akurat, apalagi jika

    sampel yang digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini

    dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi Serial Correlation

    LM Test Lag.

    Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji hipotesis nol

    (Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada autokorelasi, dengan pedoman :

    Apabila X2 hitung (obs R-Squared) > X2 tabel, maka menolak hipotesis nol (Ho) yang mengatakan adanya autokorelasi.

    Apabila X2 hitung (obs R-Squared) < X2 tabel, maka menerima hipotesis nol (Ho) yang mengatakan bahwa tidak ada

    autokorelasi.

    3.3.3.3 Uji Heteroskedasitisitas

    Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki

    varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan

    dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )

    dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

    Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square

    hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu ()

    maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari

    nilai X2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas.

  • 42

    BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisis Deskriptif

    Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data

    yang telah dikumpulkan tersebut berupa data sekunder dari Badan Pusat Statistik

    Laporan Keuangan Bank Indonesia dan Sumber-sumber lain yang mendukung

    penelitian ini. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah

    Inflasi dipengaruhi oleh faktor jumlah uang beredar, PDB, Tingkat suku bunga SBI,

    Nilai tukar US terhadap rupiah.

    Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan,

    serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam

    penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik

    merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa

    angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Eviews.

    Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala

    yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis

    statistik.

    Berdasarkan perumusan model yang telah dijelaskan pada bab 1, yang

    digunakan untuk melihat kebenaran hipotesis, maka regresi yang digunakan adalah

    regresi berganda dengan menggunakan data triwulan 1990.1 sampai 2005.4.

  • 43

    Secara umum model persamaan linear ditulis sebagai berikut :

    Y = 0 + 1X1 + 2X2 - 3X3 + 4 X4

    Keterangan :

    Y = inflasi (%)

    X1 = JUB untuk M2 (milyar rupiah)

    X2 = Produk Domestik Bruto (milyar rupiah)

    X3 = tingkat suku bunga SBI 1 bulan (%)

    X4 = kurs dollar US terhadap rupiah (Rp)

    1, 2, 3, 4 = koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter.

    4.2.Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD)

    Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan persamaan linier

    atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data menunjukkan hubungan

    linier atau log linier dengan uji sketergram. Hasil uji Mackinnon, white dan Davidson

    (uji MWD) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

    Tabel 4.1

    Uji MWD

    Variabel t-hitung Probabilitas Z1 6.907595 0.0000 Z2 -6.650895 0.0000

    Sumber : Hasil Eviews

    Dari hasil uji MWD di atas, kita mendapatkan hasil berupa :

  • 44

    Berdasarkan persamaan tanpa log diketahui nilai t hitung koefisien Z1 adalah

    6.907 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z1 signifikan pada tingkat

    < 0,05. Dan menerima hipotesis alternative bahwa model yang benar adalah log

    linier.

    Sedangkan pada persamaan log diketahui nilai t hitung koefisien Z2 adalah -

    6.650895 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z2 signifikan pada

    tingkat < 0,05. Dan menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah linier.

    Berdasarkan hasil uji MWD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model yag

    kita gunakan adalah dapat menggunakan model linier dan dapat pula menggunakan

    model log linier. Dan dari sini peneliti memilih untuk menggunakan model linier.

    4.3. Analisis Kuantitatif

    Untuk mempermudah perhitungan dari data yang cukup banyak maka dalam

    penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (soft were) komputer

    program Eviews 3.

    Analisis linier, alat ini digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh jumlah

    uang beredar (X1), PDB (X2), Tingkat suku bunga (X3) dan kurs dollar terhadap

    rupiah (X4) terhadap Inflasi (Y) yang terjadi selama periode tahun 1990 sampai 2005,

    dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut:

  • 45

    Tabel 4.2

    Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap

    Inflasi Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 12:41 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64

    Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447 X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894 X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000 X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001 C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007

    R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125 Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327 S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658 Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524 Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485 Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data hasil regresi

    Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear sebagai berikut :

    Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

    Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka

    didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia selama

    periode 1990.1 2005.4. sebagai berikut :

    Y = -1032.409+ -1.27E-05 X1 -0.000104X2 + 0.709524X3 + 0.227519X4

    Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-

    faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka pengujian hipotesis sebagai berikut:

  • 46

    4.3.1 Pengujian Hipotesis

    a. Uji Parsial (uji t)

    Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan antara

    thitung dengan ttabel akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.2 yang

    berisi hasil persamaan regresi pada variabel-variabel penelitian akan memperlihatkan

    hasil dari thitung yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan Eviews

    3. Dari tabel tersebut terlihat nilai thitung untuk masing-masing variabel bebasnya

    telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara

    membandingkannya dengan ttabel .

    Hasil regresi linier ditampilkan pada tabel 4.3 adalah:

    Tabel 4.3

    Hasil uji t

    Variabel t-hitung Probabolitas X1 -2.051499 0.0447 X2 -1.068984 0.2894 X3 5.576932 0.0000 X4 4.321715 0.0001

    Sumber : hasil Eviews

    Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa:

    Variabel X1 jumlah uang beredar, signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti jumlah uang beredar berpengaruh terhadap inflasi.

    Variabel X2 Gross Domestik Bruto, tidak signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti Gross Domestik Bruto tidak berpengaruh terhadap inflasi.

  • 47

    Variabel X3 tingkat suku bunga, signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi.

    Variabel X4 kurs rupiah, signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti kurs rupiah berpengaruh terhadap inflasi.

    b. Pengujian Secara Bersama sama (Uji F)

    F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara

    bersama-sama terhadap variabel dependent.

    Tabel 4.4

    Hasil Uji F

    F hitung Probabilitas 24.80485 0.000000

    Sumber : hasil Eviews

    Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F hitung sebesar 24.80485 dan dengan

    probabilitas 0.000000, dengan tingkat = 0,05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya

    lebih besar dari yaitu 0,000000 < 0,05 , dengan demikian variabel independent

    secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

    c. Koefisien Determinasi (R2)

    Nilai R2 koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

    variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar

    antara 0 1. Nilai R2 makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel independent

    terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai makin R2 mendekati 1

    maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent makin besar.

    Nilai R2 adalah 0.627100, yang berarti variasi variabel jumlah uang beredar,

  • 48

    gross domestic produc, tingkat suku bunga, dan nilai kurs mempengaruhi variabel

    inflasi sebesar 62,7%. Sedangkan sisanya 37,3% dijelaskan oleh variabel lain yang

    tidak dianalisis dalam model regresi ini.

    4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian

    Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor-

    faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:

    a. Koefisien Jumlah uang beredar (b1)

    Jumlah uang beredar (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap inflasi,

    dengan koefisien regresi sebesar -1.27 yang artinya jika perubahan jumlah uang

    beredar naik sebesar satu milyar, maka perubahan variabel inflasi akan meningkat

    sebesar -1.27 persen (ceteris paribus)., Ini berarti terdapat korelasi positif antara

    pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas

    bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga

    pertumbuhan dalam money supply menentukan tingkat inflasi. Untuk mencegah

    meningkatnya inflasi, JUB harus sesuai dengan kebutuhan (permintaan) agregat. Jika

    terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, maka uang akan jatuh

    dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika penawaran uang

    (JUB) lebih kecil dari pada kebutuhan uang (permintaan) agregat, nilai uang akan

    naik, yang disebut apresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional

    instrumen yang digunakan dalam ekonomi moneter adalah dengan pengaturan tingkat

    suku bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka JUB akan berkurang karena orang

  • 49

    akan lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang

    dinilai produktif. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, JUB di

    masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada

    sektor-sektor yang dinilai produktif.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Sriyana

    (2001) yang berjudul Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi. Penelitian ini

    menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi, yang menyatakan

    bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan

    inflasi. Penelitian juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh TB. Rully Ferdian

    (2001), Studi yang berjudul Independensi Bank Indonesia Dalam Mengendalikan

    Inflasi, yang menyatakan bahwa pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku

    bunga akan mempengaruhi laju inflasi.

    b. Koefisien PDB (b2)

    PDB (X2) tidak signifikan terhadap inflasi, hal ini karena dalam periode 1998

    1999 ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang

    beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun nilai

    satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi kuantitas

    output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik bruto tidak

    dipengaruhi oleh harga barang-barang. Nilai-nilai produk domestik bruto penting

    karena mencerminkan pertumbuhan output atau produksi yang sesungguhnya terjadi.

    Besarnya produk domestik bruto tidak mencerminkan pertumbuhan output yang

  • 50

    sesungguhnya bila terjadi perubahan tingkat harga secara umum maka efeknya akan

    menaikkan besarnya produk domestik bruto meskipun sebenarnya tidak terjadi

    kenaikan output atau produksi.

    c. Koefisien Tingkat Suku Bunga (b3)

    Tingkat Suku Bunga (X3) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan

    terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.709 yang artinya apabila tingkat

    suku bunga meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan menurun sebesar 70.9%

    dengan asumsi bahwa variabel Jumlah uang beredar, PDB, dan Kurs dalam kondisi

    umlah uangberedar akan bertambah konstan. Berarti bahwa antara tingkat suku bunga

    dan Inflasi menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Bank Sentral dapat

    membuat perubahan ke atas jumlah uang beredar dengan cara melakukan jual beli

    surat-surat berharga. Bentuk langkah yang akan dijalani tergantung pada masalah

    ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian mengalami resesi, untuk

    mendorong perkembangan kegiatan perekonomian maka jumlah uang beredar perlu

    ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-

    surat berharga, dengan itu jumlah uang beredar akan bertambah karena apabila Bank

    Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu cadangan yang ada pada Bank-

    bank umum telah menjadi bertambah tinggi. Dengan danya kelebihan cadangan

    tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Begitu pula

    sebaliknya apabila terjadi inflasi maka untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang

    berlebih-lebihan,jumlah uang berdar harus dikurangi. Tujuan ini dapat dicapai oleh

  • 51

    Bank Sentral dengan membeli surat-surat berharga , karena dengan penjualan itu

    tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dipegang bank-bank umum akan

    berkurang.

    d. Koefisien Kurs Valuta Asing (b4)

    Kurs Valuta Asing (X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

    terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.227 yang artinya apabila nilai

    tukar meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan meningkat sebesar 22.7%

    diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar berdampak pada

    kenaikan harga barang, hal ini dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang

    antar dua Negara bersumber dari tingkat harga masing-masing Negara. Ketika harga-

    harga barang di luar negeri naik menyebabkan inflasi di indonesia semakin tinggi.

    Hal ini dikaranakan barang-barang impor yang ada di indonesia. Kenaikan harga di

    dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri,

    terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum

    dapat diproduksi di dalam negeri. Atau dapat disebut dengan imported inflation yaitu

    inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar

    negeri.

    Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana

    (2004) yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di

    Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction Model) . Penelitian ini juga

    mendukung penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul Dampak Ekspansi

  • 52

    Fiskal Terhadap Inflasi. Penelitian ini menyatak