55984117-Prcbaan-Dsr

12
PERCOBAAN DASAR ( Cara dan rute pemberian obat pada hewan percobaan mencit ) 1. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa dapat mengenal cara dan rute pemberian obat secara oral, sub kutan, intra peritoneal dan intravena, mengetahui pengaruh rute pemberian obat terhadap efek farmakologi, memahami konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian obat, mengenal manifestasi berbagai efek dari obat fenobarbital yang diberikan kepada hewan uji mencit. 2. DASAR TEORI Dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara pemberian obat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara pemberian obat sangat penting artinya karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan laboratorium. H ewan Percobaan yang digunakan di Laboratorium Farmakologi Hewan percobaan yang dipakai sebagai

Transcript of 55984117-Prcbaan-Dsr

Page 1: 55984117-Prcbaan-Dsr

PERCOBAAN DASAR

( Cara dan rute pemberian obat pada hewan percobaan mencit )

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengenal cara dan rute pemberian obat secara

oral, sub kutan, intra peritoneal dan intravena, mengetahui pengaruh rute

pemberian obat terhadap efek farmakologi, memahami konsekuensi praktis

dari pengaruh rute pemberian obat, mengenal manifestasi berbagai efek dari

obat fenobarbital yang diberikan kepada hewan uji mencit.

2. DASAR TEORI

Dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara

pemberian obat dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara

pemberian obat sangat penting artinya karena setiap jenis obat

berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi

pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini

juga sangat penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin

dan spesies hewan laboratorium. H ewan Percobaan yang digunakan

di Laboratorium Farmakologi Hewan percobaan yang dipakai sebagai

Animal Model oleh suatu laboratorium medis merupakan suatu modal

dasar dan modal hidup yang mutlak dalam bebagai kegiatan penelitian

(riset). Secara definitip hewan percobaan adalah yang digunakan

sebagai alat penilaian atau merupakan modal hidup dalam suatu

kegiatan penelitian atau pemeriksaan laboratorium secara in vivo.

Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/

keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di

samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu

memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia

(Sulaksono,M.E., 1987).

Page 2: 55984117-Prcbaan-Dsr

Macam-macam cara pemberian obat:

a. Cara Enteral

Pemberian obat melalui jalur saluran cerna atau saluran oral-gastrointestinal.

Contoh : Oral, Sub Lingual, Rektal

Keuntungan : relatif aman, praktis, ekonomis

Kerugian :

1. Efek obat lambat

2. Tidak bermanfaat jika pasien muntah, diare, tidak sadar

3. Tidak bermanfaat jika mengalami penguraian oleh cairan lambung/usus

atau mengalami perubahan secara intensif menjadi bentuk inaktif

sebelum mencapai sirkulasi sistemik

4. Obat yang bersifat iritatif dan rasa tidak enak jangan diberikan secara

oral

5. Untuk obat-obat tertentu jika diberikan secara oral absorpsinya tidak

teratur (Syarif, Amir., 2005).

b. Cara Parenteral

Obat ditempatkan atau dimasukkan ke dalam bagian tubuh selain saluran

pencernaan.

Keuntungan :

1. Pasien yang tidak sadar, muntah, diare, yang mengalami kesulitan dalam

menelan

2. Dapat digunakan untuk obat yang mengiritasi lambung atau tidak

diabsorpsi dari saluran cerna (Syarif, Amir., 2005).

Efek obat akan dipengaruhi oleh adanya faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal antara lain kondisi dan keadaan lingkungan sekitar,

suhu ruangan, dan pengaruh kelembaban terhadap tubuh penerima obat. Faktor

internal antara lain : usia, jenis kelamin, status fungsional dan struktural

penerima obat, bobot badan dan luas permukaan tubuh, suasana kejiwaan

penerima obat dan kondisi flora normal pada saluran cerna penerima obat.

Jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan kuantitatif dalam efek

farmakologi obat. Perbedaan yang mendasar dalam pola fisiologi dan

Page 3: 55984117-Prcbaan-Dsr

biokimiawi antara jenis jantan dan betina menyebabkan perbedaan efek obat.

(Syarif, Amir., 2005)

Mencit (Mus musculus) memiliki karakteristik mudah ditangani,

bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya. Mencit

merupakan hewan nokturnal yang lebih aktif di malam hari. Aktivitas ini

akan menurun dengan kehadiran manusia. Berat badan mencit yang berumur

4 minggu berkisar antara 20 cg. Berat dapat meningkat hingga 30 g saat

dewasa (Sulaksono, M.E., 1987).

Cara memegang dan cara pemberian obat pada mencit, mencit

dapat diangkat melalui ekornya (tepatnya setengah bagian dari pangkal ekor)

dengan tangan kanan, sementara kaki depannya dibiarkan menjangkau kawat

kandang, kemudian dengan tangan kiri kulit tengkuk dijepit di antara jari

telunjuk dengan ibu jari sedang ekornya dijepitkan di antara jari manis dan

kelingking. Pada posisi demikian kita dapat dengan leluasa memberikan obat

secara oral atau menyuntik secara intra muskular dan intra peritoneal.

Pemberiaan obat secara intra peritoneal mencit dipegang pada

punggungnya hingga kulit abdomen menjadi tegang, posisi kepala diturunkan

hingga lebih rendah daripada abdomennya. Jarum disuntikkan agak menepi

dari garis tengah (agar tidak terkena kandung kencing) dan agak ke bawah

(agar tidak terkena hati). Posisi jarum membentuk sudut 10o. Pemberian obat

secara sub kutan dapat dilakukan dengan menarik kulit di bagian tengkuk

dan penyuntikan dilakukan di bawah kulit tengkuk. Sedangkan pemberian

obat secara intravena, mencit dimasukkan ke dalam pemegang (wadah

dengan bagian tutup di belakang wadah terdapat lubang untuk mengeluarkan

ekor mencit). Agar vena lebih jelas dilakukan perendaman ekor dengan air

panas kemudian dilakukan penyuntikan ke dalam vena dengan jarum No. 24.

Volume penyuntikkan untuk mencit umumnya 1 ml/100g bobot badan.

Kepekatan larutan obat disesuaikan dengan volume yang dapat disuntikkan

tersebut (Sulaksono, M.E., 1987).

Page 4: 55984117-Prcbaan-Dsr

Eutanasia

Eutanasia dapat dilakukan dengan dioksida, injeksi pentobarbital

natrium dengan dosis 300 mg secara intravena, dengan cara fisik yaitu dengan

mendislokasi leher. Dislokasi dapat dilakukan dengan mengangkat kaki

belakang kelinci dengan tangan kiri lalu pukul keras-keras bagian tengkuk

dengan tangan kanan.

Tabel volume pemberian obat pada hewan percobaan

Hewan percobaan

Batas maksimal (ml) untuk rute pemberian

i.v i.m i.p s.k p.o

Mencit 0,5 0,05 1,0 0,5 1,0

Tikus 1,0 0,1 3,0 2,0 5,0

Kelinci 3,0-10,0 0,5 10,0 3,0 20,0

Marmot 2,0 0,2 3,0 3,0 10,0

Tabel perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan (untuk

konversi dosis)

20 g mencit 1,5 kg kelinci 70 kg manusia

20 g mencit 1,0 27,8 387,9

1,5 kg kelinci 0,01 1,0 14,2

70 kg manusia 0,0026 0,07 1,0

(Anonim, 1995)

3. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Jarum oral

b. Jarum suntik ¾ - 1 inch (No.27)

c. Alat pencatat waktu

d. Kandang mencit (wadah kaca)

e. sarung tangan dan masker

Page 5: 55984117-Prcbaan-Dsr

2. Bahan

a. Hewan uji mencit (jenis kelamin jantan, BB = 20-30g , telah dipuasakan

selama satu malam dan tetap diberi minum dengan air sampai libitum)

b. Larutan obat phentobarbital

c. Eter/ Alkohol

4. CARA KERJA

Rute pemberian obat secara Oral

Pegang tikus pada tengkuknya

Masukkan obat Luminal Natrium (dosis 35mg/kgBB, max vol. 5ml/100gBB)

menggunakan jarum oral ke dalam mulut tikus

Dorong larutan obat tersebut ke dalam esofagus

Lakukan pengamatan

Pengamatan:

- Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek dan hilangnya efek

- Efek yang diamati, diantaranya:

Aktivitas spontan dari respon terhadap rangsangan/stimulus pada

keadaan normal

Perubahan aktivitas baik spontan maupun distimulasi

Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil

Diam, tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba

Rute pemberian obat secara sub kutan

Pegang tikus pada tengkuknya, kemudian kulit di bagian tengkuk di tarik

Lakukan penyuntikan di bawah kulit tengkuk.

Page 6: 55984117-Prcbaan-Dsr

Rute pemberian obat secara Intravena

Lakukan dilatasi pada ekor mencit dengan cara merendamnya dalam air

hangat atau diolesi dengan aseton atau eter

Carilah vena dan suntikan larutan Luminal Natrium (dosis 35mg/kgBB, max

vol. 1ml/kgBB) ke dalamnya, bila terasa ada tahanan dan bila piston ditarik

tidak ada darah yang keluar artinya jarum tersebut tidak memasuki vena

Bila harus dilakukan penyuntikan ulang maka lakukan pengulangan dimulai

dari bagian distal ekor

Lakukan pengamatan seperti pada pemberian secara oral

Rute pemberian obat secara Intra Peritoneal

Pegang tmencit pada tengkuknya sedemikian hingga posisi abdomen lebih

tinggi dari kepala

Suntikan larutan obat Luminal Natrium (dosis 35mg/kgBB, max vol.

3ml/kgBB) ke dalam abdomen bawah dari mencit disebelah garis midsagital

menggunakan Jarum suntik ¾ - 1 inch (No.27)

Lakukan pengamatan seperti pada pemberian secara oral

Variasi Kelamin Menyebabkan Perbedaan Efek

Amati perilaku normal mencit selama 10 menit

Suntikan larutan secara intra peritoneal dengan pegang punggung mencit

hingga kulit abdomen menjadi tegang, posisi kepala diturunkan hingga lebih

rendah daripada abdomennya. Jarum disuntikan agak menepi dari garis

tengah dan agak ke bawah

Tempatkan mencit ke dalam wadah kaca dan amati perilakunya

Page 7: 55984117-Prcbaan-Dsr

Pengamatan:

Catat waktu pemberian obat untuk tiap mencit, saat munculnya efek yang

muncul, lama berlangsungnya efek

Variasi Biologi Menyebabkan Perbedaan Efek

Amati perilaku normal mencit selama 10 menit

Suntikan larutan Luminal Natrium (dosis 50mg/kgBB, max vol. 1ml/kgBB)

secara intra peritoneal

Tempatkan mencit ke dalam wadah kaca dan amati perilakunya

Pengamatan:

Tempatkan mencit pada wadah terpisah dan amati efeknya selama 45 menit.

Kelompokkan masing-masing mencit dengan klasifikasi berikut:

- Sangat peka : hewan mati

- Peka : hewan tidur, diberi rangsangan nyeri tidak tegak

- Efek sesui dengan yang diduga : hewan tidur tetapi tegak kalau diberi

rangsang nyeri

- Resisten : hewan tidak tidur tetapi mengalami ataksia

- Sangat resisten : tidak ada efek

5. HASILDAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK

I. Konversi Dosis

Dosis phenobarbital = 300 – 600 mg

Untuk manusia 70 kg x (300-600mg) = 420 – 840 mg

Untuk mencit 20 g (420 – 840 mg) x 0,0026 = 1,092 – 2,184 mg

Diambil tengah-tengah = 1,638 mg

7050

Page 8: 55984117-Prcbaan-Dsr

II. Pembuatan Larutan Stock

Sediaan = 50 mg/ 2ml

V1 . C1 = V2 . C2

8ml . 50mg = 50ml . C2

C2 = 400/50

= 8 mg/ 50 ml

III. Perhitungan Dosis Mencit

IV. Tabel Dosis

V. Data Onset dan Durasi

VI. Uji Anova Onset

VII.Tabel Anova Onset

VIII. Uji Anova Durasi

IX. Tabel Anova Durasi

6. PEMBAHASAN

7. KESIMPULAN

8. DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press,

Yogyakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan

Hewan Percobaan, Jakarta.