54800787-refrat-GERD

download 54800787-refrat-GERD

of 44

Transcript of 54800787-refrat-GERD

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    1/44

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Refluks gastroesophageal atau gastroesophageal reflux (GER) adalah suatu

    keadaan kembalinya isi lambung ke esophagus dengan atau tanpa regurgitasi dan

    muntah. GER merupakan suatu keadaan fisiologis pada bayi, anak-anak dan

    orang dewasa sehat. GER bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dengan episode

    terbanyak kurang dari 3 menit, dan muncul setelah makan dengan sedikit atau

    tanpa gejala. Berbeda dengan GER, jika refluks isi lambung menyebabkan

    gangguan atau komplikasi, inilah yang di sebut dengan GERD.1

    Pada bayi, gejala berupa muntah yang berlebih yang terjadi pada 85%

    pasien selama seminggu pertama kehidupan, sedangkan 10% lainnya baru timbul

    dalam waktu 6 minggu. Tanpa pengobatan gejala akan menghilang pada 60%

    pasien sebelum umur 2 tahun pada posisi anak sudah lebih tegak dan makan

    makanan padat, tetapi sisanya mungkin terus menerus mempunyai gejala sampai

    sekurang-kurangnya berumur 4 tahun.2

    Sebuah penelitian di Inggris pada tahun 2000-2005 ditemukan 1700 anak

    dengan diagnosis GERD, dengan angka kejadian sekitar 0,84 per 1000 anak per

    tahun. Insiden rendah pada anak umur 1-12 tahun dan meningkat kejadiannya

    hingga berumur 16-17 tahun.3

    Pada bayi dan balita, tidak ada gejala kompleks yang dapat menegakan

    diagnosis GERD atau memprediksi respon terhadap terapi. Pada anak yang lebih

    besar dan remaja, seperti pada pasien dewasa, anamnesa dan pemeriksaan fisik

    mungkin cukup untuk mendiagnosis GERD, jika terdapat gejala yang khas.

    Gejaladapat berupa mual, muntah, regurgitasi, sakit uluhati, gangguan pada saluran

    pernafasan dan gejala-gejala lain.1 Sedangkan komplikasi pada GERD dapat

    berupa perdarahan, striktur, Barret esophagus yang dapat berkembang menjadi

    adenokarsinoma esophagus, dimana semua komplikasi tersebut dapat menggangu

    pertumbuhan maupun perkembangan anak.4

    1

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    2/44

    1.2. Batasan Masalah

    Referat ini membahas mengenai patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan

    Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada anak

    1.3. Tujuan Penulisan

    Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang

    patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease

    (GERD) pada anak.

    1.4. Metode Penulisan

    Penulisan referat ini berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

    literatur-literatur yang berkaitan dengan patogenesis, diagnosis dan

    penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada anak.

    1.5. Manfaat Penulisan

    Penulisan refrat ini diharapkan bisa bermanfaat dan memberikan pengetahuan

    tentang patogenesis, diagnosis dan penatalaksaan Gastroesophageal Reflux

    Disease (GERD) pada anak.

    2

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    3/44

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Embriologi Sistem Pencernaan

    Esophagus berkembang dari usus depan postpharyngeal dan dapat dibedakan dari

    perut pada usia embrio minggu ke empat. Pada saat yang sama, trakea mulai

    kuncup ke anterior esophagus yang berkembang. Gangguan tahap ini dapat

    mengakibatkan kelainan bawaan seperti tracheoesophageal fistula. Panjang

    esofagus adalah 8-10 cm pada saat lahir, dan dua kali lipat lebih panjang dalam 2-

    3 tahun pertama kehidupan, dan mencapai 25 cm pada orang dewasa. Bagian

    abdominal dari esofagus berukuran besar pada minggu ke 8 janin tetapi secara

    bertahap memendek menjadi beberapa millimeter pada saat lahir, mencapai

    panjang akhir = 3 cm setelah beberapa tahun.5

    Lokasi intraabdominal pada kedua esofagus distal dan sphincter

    esophageal letak rendah (LES) merupakan mekanisme antireflux yang penting,

    karena peningkatan tekanan intra-abdominal juga ditularkan untuk sphincter,

    untuk meningkatkan pertahanan. Menelan dapat terlihat dalam rahim sedini

    mungkin pada usia 16-20 minggu kehamilan, untuk membantu sirkulasi cairan

    ketuban. Polihidramnion adalah tanda khas dari kurangnya menelan normal atau

    adanya obstruksi di esophagus atau di bagian atas saluran pencernaan. Mengisap

    dan menelan tidak sepenuhnya terkoordinasi dengan baik sebelum minggu 3-4

    kehamilan.5

    2.2 Anatomi Sistem Pencernaan

    Pada kedua ujung esophagus terdapat otot sfingter, sfingter esophagus bagian atas(Upper Esophageal Sphincter/UES) pada otot cricopharingeus dan sfingter

    esophagus bagian bawah (Lower Esophageal Sphincter/LES) pada

    gastroesophageal junction (GEJ). Dalam keadaan normal berada dalam keadaan

    tonik atau kontraksi kecuali waktu menelan. Sfingter esophagus bagian bawah

    bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi

    lambung ke esophagus.4

    3

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    4/44

    Dinding esophagus seperti juga bagian lain dari saluran cerna, terdiri dari

    4 lapisan yaitu : mukosa, submokasa, muskularis dan serosa. Lapisan mukosa

    terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring, epitel ini

    mengalami perubahan mendadak pada berbatasan esophagus lambung (garis Z)

    dan menjadi epitel selapis toraks. Mukosa esophagus dalam keadaan normal

    bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan

    submukosa mengandung sel-sel sekretori yang menghasilkan mucus. Mukus

    mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melinduni mukosa dari

    cedera akibat zat kimia.4

    Lapisan otot luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular.

    Otot pada 5% bagian atas esophagus merupakan otot rangka sedangkan otot pada

    separuh bagian bawah merupakan otot polos. Bagian yang diantaranya itu terdiri

    dari campuran otot rangka dan otot polos. Berbeda dengan saluran cerna lainnya,

    bagian luar esophagus tidak memiliki lapisan serosa maupun selaput peritoneum,

    melainkan lapisan luar yang terdiri dari lapisan ikat jarang yang menghubungkan

    esophagus dengan struktur-struktur yang berdekatan.6

    Persarafan esophagus dilakukan oleh saraf simpatis dan parasimpatis dari

    sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus yang

    dianggap merupakan saraf motorik esophagus. Fungsi serabut simpatis kurang

    diketahui. Selain persarafan ekstrinsik tersebut terdapat jala-jala serabut saraf

    intramural intrinsic diantara lapisan otot sirkular dan otot longitudinal (pleksus

    Aurbach atau Myenterikus) dan berperan untuk mengatur peristaltik esophagus

    normal.6

    Distribusi darah esophagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai

    oleh cabang-cabang arteri tiroidea inferior dan subclavia. Bagian tengah disuplaioleh cabang-cabang segmental aorta dan arteri bronchial. Sedangkan bagian

    subdiafragma disuplai oleh arteri gastrika sinistra dan frenika inferior. Aliran

    darah vena juga mengikuti pola segmental. Vena-vena esophagus daerah leher

    mengalirkan darah ke vena azygous dan hemiazygous dan dibawah diafragma,

    vena esofagia masuk ke dalam vena gasrika sinistra.6

    2.3 Fisiologi Sistem Pencernaan

    4

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    5/44

    Transpor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan

    a. Mengunyah

    Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi

    terutama sekali untuk sebahagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat

    ini mempunyai membran selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-

    bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum makanan dapat di gunakan.

    Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan karena enzim-enzim

    pencernaan hanya akan bekerja pada permukaan partikel makanan. Selain itu,

    menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat

    halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan

    kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus dan

    kemudian ke semua segmen usus berikutnya.7

    b. Menelan

    Pada umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang

    mencetuskan proses menelan, (2) tahap faringeal, yang bersifat involunter dan

    membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus, dan (3) tahap

    esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring

    ke lambung.7

    - Tahap esofageal dari penelanan.

    Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring ke

    lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut.

    Normalnya esofagus memperlihatkan dua tipe peristaltik : peristaltik primer

    dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan darigelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus

    selama tahap faringeal dari penelanan.7

    Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam waktu sekitar 8 sampai

    10 detik. Makanan yang ditelan seseorang dalam posisi tegak biasanya

    dihantarkan ke ujung bawah esofagus bahkan lebih cepat dari gelombang

    peristaltik itu sendiri, sekitar 5-8 detik, akibat adanya efek gravitasi tambahan

    5

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    6/44

    yang menarik makanan ke bawah. Jika gelombang peristaltik primer gagal

    mendorong semua makanan yang telah masuk esofagus ke dalam lambung,

    terjadi gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan

    esofagus oleh makanan yang tertahan, dan terus berlanjut sampai semua

    makanan dikosongkan ke dalam lambung. Gelombang sekunder ini sebagian

    dimulai oleh sirkuit saraf mienterikus esofagus dan sebagian oleh refleks-

    refleks yang dihantarkan melalui serat-serat aferen vagus dari esofagus ke

    medula dan kemudian kembali lagi ke esofagus melalui serat-serat eferen

    vagus. 7

    Susunan otot faring dan sepertiga bagian atas esofagus adalah otot lurik.

    Karena itu, gelombang peristaltik di daerah ini hanya diatur oleh impuls saraf

    rangka dalam saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada duapertiga bagian

    bawah esofagus, ototnya merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini

    juga secara kuat diatur oleh saraf vagus yang bekerja melalui hubungannya

    dengan sistem saraf mienterikus. Sewaktu saraf vagus yang menuju esofagus

    terpotong, setelah beberapa hari pleksus saraf mienterikus esofagus menjadi

    cukup terangsang untuk menimbulkan gelombang peristaltik sekunder yang

    kuat bahkan tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu, sesudah paralisis

    refleks penelanan, makanan yang didorong dengan cara lain ke dalam

    esofagus bagian bawah tetap siap untuk masuk ke dalam lambung.7

    Relaksasi reseptif dari lambung. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus

    berjalan ke arah lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang

    dihantarkan melalui neuron penghambat mienterikus, mendahului peristaltik.

    Selanjutnya, seluruh lambung dan sedikit lebih luas bahkan duodenum

    menjadi terelaksasi swaktu gelombang ini mencapai bagian akhir esofagusdan dengan demikian mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan

    yang didorong ke bawah esofagus selama proses menelan.7

    - Fungsi sfingter esofagus bagian bawah ( sfingter gastroesofageal)

    Pada ujung bawah esofagus,meluas dari sekitar dua sampai lima sentimeter

    diatas perbatasan dengan lambung, otot sirkular esofagus berfungsi sebagai

    sfingter esofagus bagian bawah atau sfingter gastroesofageal. Secara

    6

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    7/44

    anatomis,sfingter ini tidak berbeda dengan bagian esofagus yang lain. Secara

    fisiologis normalnya sfingter tetap berkonstriksi secara tonik (dengan tekanan

    intraluminal pada titik ini di esofagus sekitar 30 mmHg), berbeda dengan

    bagian tengah esofagus antara sfingter bagian atas dan bagian bawah, yang

    normalnya tetap berelaksasi. Sewaktu gelombang peristaltik penelanan

    melewati esofagus, relaksasi reseptif akan merelaksasi sfingter esofagus

    bagian bawah medahului gelombang peristaltik dan mempermudah dorongan

    makanan yang ditelan ke dalam lambung. Sangat jarang, sfingter tidak

    berelaksasi dengan baik, mengakibatkan keadaan yang disebut akalasia.7

    Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak enzim proteolitik.

    Mukosa esofagus, kecuali pada seperdelapan bagian bawah esofagus, tidak

    mampu menahan kerja pencernaan yang lama dari sekresi getah lambung.

    Konstriksi tonik dari sfingter esofageal bagian bawah akan membantu untuk

    mencegah refluks yang bermakna dari isi lambung ke dalam esofagus kecuali

    pada keadaan abnormal.7

    Pencegahan tambahan terhadap refluks dengan penutupan seperti katup di

    ujung distal esofagus. Faktor lain yang mencegah refluks adalah mekanisme

    seperti katup pada bagian esofagus yang pendek yang terletak tepat di bawah

    diafragma sebelum mencapai lambung. Peningkatan tekanan intraabdominal

    akan mendesak esofagus pada titik ini ke dalam pada saat yang bersamaan

    ketika tekanan ini meningkatkan tekanan intragastrik. Jadi, penutupan seperti

    katup ini, pada esofagus bagian bawah akan mencegah tekanan abdominal

    yang tinggi yang berasal dari desakan isi lambung ke dalam esofagus. Kalau

    tidak, setiap kali kita berjalan, batuk atau bernafas kuat, kita mungkin

    mengeluarkan asam ke dalam esofagus.

    7

    2.4 Definisi

    Gastroesofageal reflux (GER) atau Refluks Gastroesofageal (RGE) adalah suatu

    keadaan, dimana terjadi disfungsi sfingter esofagus bagian bawah sehingga

    menyebabkan regurgitasi isi lambung ke dalam esofagus.Gastroesophageal reflux

    7

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    8/44

    disease (GERD) adalah GER yang dihubungkan dengan gejala patologis yang

    mengakibatkan komplikasi dan gangguan kualitas hidup.8,9

    2.5 Epidemiologi

    Masih sedikit data yang ditemukan mengenai prevalensi dan insidensi GERD

    pada anak. Di USA, dilaporkan prevalensi GERD adalah 1139 pasien berusia 3-17

    tahun melalui kuesioner sebuah study. Sebuah studi di UK pada tahun 2000-2005

    ditemukan 1700 anak dengan diagnosis awal GERD. Dan angka kejadiannya

    adalah sekitar 0,84 per 1000 anak per tahun. Insiden ini menurun pada anak umur

    1-12 tahun dan meningkat kejadiannya hingga berumur 16-17 tahun.3

    GERD terdapat hampir lebih dari 75 % pada anak dengan kelainan

    neurologi. Hal ini dihubungkan dengan kurangnya koordinasi antara peristaltik

    esophagus dan peningkatan tekanan intraabdominal yang berasal dari hipertonus

    otot yang dihubungkan dengan spastisitas. Di Indonesia sendiri insidens RGE

    sampai saat ini belum diketahui, tetapi menurut beberapa ahli, RGE terjadi pada

    50% bayi baru lahir dan merupakan suatu keadaan yang normal.8,10

    2.6 Etiologi

    Inflamasi esophagus bagian distal terjadi ketika cairan lambung dan duedonum,

    termasuk asam lambung, pepsin, tripsin, dan asam empedu mengalami regurgitasi

    ke dalam esophagus. Penurunan tonus spingter esophagus bagian bawah dan

    gangguan motilitas meningkatkan waktu pengosongan esophagus dan

    menyebabkan GER. Inflamasi esophagus nantinya dapat mengakibatkan kedua

    mekanisme diatas, seperti lingkaran setan.11

    Walaupun penurunan tonus spingter bagian bawah terjadi pada bayidengan GER, GERD, dan kelainan dismotilitas, akan tetapi ada satu faktor yang

    belakangan diakui sebagai pathogenesis terpenting pada GERD adalah terjadinya

    relaksasi transien spingter esophagus bawah secara berulang. Faktor yang

    meningkatkan waktu pengosongan esophagus termasuk didalamnya interaksi

    antara postur dan gravitasi, ukuran dan isi makanan yang dimakan, pengosongan

    lambung abnormal, dan kelainan peristalsis esophagus.11

    8

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    9/44

    2.7 Patogenesis

    Gastroesophageal reflux adalah suatu proses fisiologis normal yang mucul

    beberapa kali sehari pada bayi, anak dan dewasa yang sehat. Pada umumnya

    berlangsung kurang dari 3 menit, terjadi setelah makan, dan menyebabkan

    beberapa gejala atau tanpa gejala. Hal ini disebabkan oleh relaksasi sementara

    pada sfingter esofagus bawah atau inadekuatnya adaptasi tonus sfingter terhadap

    perubahan tekanan abdominal. Kekuatan sfingter esofagus bawah, sebagai barier

    antirefluks primer, normal pada kebanyakan anak dengan gastroesophageal

    reflux.1, 12

    Gastroesophageal reflux terjadi secara pasif karena katup antara

    lambung dan esofagus tidak berfungsi baik, baik karena hipotonia sfingter

    esofagus bawah, maupun karena posisi sambungan esofagus dan kardia tidak

    sebagaimana lazimnya yang berfungsi sebagai katup. Kemungkinan terjadinya

    refluks juga dipermudah oleh memanjangnya waktu pengosongan lambung.13

    Jika sfingter esophagus bagian bawah tidak berfungsi baik, dapat timbul

    refluks yang hebat dengan gejala yang menonjol. Meskipun dilaporkan bahwa

    tekanan intraabdominal yang meninggi dapat menyebabkan refluks, tetapi

    mekanisme yang lebih penting adalah peran tonus sfingter yang berkurang, baik

    dalam keadaan akut maupun menahun.2

    Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) terjadi jika isi lambung refluks

    ke esofafus atau orofaring dan menimbulkan gejala. Petogenesis GERD ini

    multifaktorial dan kompleks, melibatkan frekuensi refluks, asiditas lambung,

    pengosongan lambung, mekanisme klirens esofagus, barier mukosa esofagus,

    hipersensitivitas visceral, dan respon jalan napas.12

    Refluks paling sering terjadi saat relaksasi sementara dari sfingteresofagus bawah tidak bersamaan dengan menelan, yang memungkinkan isi

    lambung mengalir ke esofagus. Proporsi minor episode refluks terjadi ketika

    tekanan sfingter esofagus bawah gagal meningkat saat peningkatan mendadak

    tekanan intraabdominal atau ketika tekanan sfingter esofagus bawah saat istirahat

    berkurang secara kronis. Perubahan pada beberapa mekanisme proteksi

    memungkinkan refluks fisiologis menjadi Gastroesophageal Reflux Disease :

    9

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    10/44

    klirens dan pertahanan refluks yang tidak memadai, lambatnya pengosongan

    lambung, kelainan pada pemulihan dan perbaikan epitel, dan menurunnya reflex

    protektif neural pada saluran aerodigestif.1

    2.8 Manifestasi Klinis

    Anamnesis

    Kita harus ingat bahwa gejala tipical / khas (misalnya, heartburn, muntah,

    regurgitasi) pada orang dewasa tidak dapat langsung dinilai pada bayi dan anak-

    anak. Pasien anak dengan refluks gastroesophageal (RGE) biasanya menangis dan

    gangguan tidur serta penurunan nafsu makan. Berikut ini adalah beberapa dari

    tanda-tanda umum dan gejala refluks gastroesofagus pada populasi anak-anak:14

    Tanda dan gejala gastroesophageal reflux pada bayi dan anak kecil :

    Tangisan khas atau tidak khas / gelisah

    Apnea / bradikardi

    Kurang nafsu makan

    Peristiwa yang mengancam nyawa/ALTE (Apparent Life Threatening Event)

    Muntah

    Mengi (wheezing)

    Nyeri perut / dada

    Stridor

    Berat badan atau pertumbuhan yang buruk (failure to thrive)

    Pneumonitis berulang

    Sakit tenggorokan

    Batuk kronis

    Waterbrash

    Sandifer sindrom (yaitu, sikap dengan opisthotonus atau torticollis)

    Suara serak / laringitis

    Tanda dan gejala pada anak yang lebih tua - Semua yang diatas, ditambah

    heartburn dan riwayat muntah, regurgitasi, gigi tidak sehat, dan mulut berbau

    (halitosis).14

    10

    http://emedicine.medscape.com/article/985007-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/985007-overview
  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    11/44

    Fisik

    Tidak ada tanda-tanda fisik klasik refluks gastroesophageal ditemukan pada

    populasi anak-anak. Satu pengecualian akan menjadi sindrom Sandifer relatif

    tidak umum, yang sering salah diagnosis sebagai spastic torticollis. Pada balita

    dan anak-anak yang lebih tua, regurgitasi yang berlebihan dapat mengakibatkan

    masalah gigi signifikan disebabkan oleh efek asam pada enamel gigi.14

    ALTEs yang melibatkan apnea berhubungan dengan bradikardi, muka

    pucat, dan / atau sianosis telah dikaitkan dengan refluks gastroesophageal,

    terutama pada bayi prematur. Dalam peristiwa ini, refluks ke hipofaring

    dipostulatkan untuk mengarah ke laryngospasm dan apnea obstruktif. Namun,

    data hanya menunjukkan hubungan yang lemah diantara fenomena. Setiap

    hubungan tersebut hanya dapat ditentukan secara objektif dengan memantau pH

    esofagus, dilakukan bersamaan dengan pneumography dan baik termistor hidung

    atau merekam denyut oksimetri.14

    Beberapa pasien memiliki gejala atipikal (misalnya, batuk malam hari,

    mengi, atau suara serak sebagai keluhan utama saja). Refluks gastroesophageal

    merupakan faktor penyulit pada asma. Mekanisme ini dapat mencakup

    microaspiration, yang mengarah ke reflex bronkokonstriksi. Asosiasi

    gastroesophageal reflux dan jalan nafas atau penyakit saluran pernapasan adalah

    umum. Batuk, stridor, dan faringitis semuanya telah dikaitkan dengan refluks

    gastroesophageal. Selain itu, asosiasi dengan ruminasi umumnya diamati pada

    pasien dengan gangguan perkembangan.14

    Regurgitasi makanan, salah satu gejala presentasi yang paling umum pada

    anak-anak, berkisar dari air liur sampai muntah proyektil. Paling sering,regurgitasi adalah postprandial, meskipun penundaan 1-2 jam terjadi. Kita juga

    harus mempertimbangkan anomali anatomi dan alergi protein pada anak muntah,

    serta gangguan metabolisme bawaan (jarang).14

    Esophagitis dapat bermanifestasi sebagai menangis dan rewel pada bayi

    yang belum bisa bicara. Kegagalan untuk berkembang dapat mengakibatan asupan

    kalori yang tidak cukup karena muntah berulang. Cegukan, gangguan tidur, dan

    11

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    12/44

    sindrom Sandifer (melengkung) juga telah terbukti berhubungan dengan refluks

    gastroesofagus dan esofagitis.14

    2.9 Diagnosa

    2.9.1. Riwayat dan Pemeriksaan Fisik

    Peran utama dari mengetahui riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

    dalam evaluasi GERD adalah untuk mengeliminasi kemungkinan penyakit lain

    dengan gejala yang sama dan untuk mengidentifikasi komplikasi GERD. Gejala

    khas dari penyakit refluks pada anak bervariasi sesuai dengan umur dan kondisi

    medis yang mendasari, namun patofisiologi yang mendasari GERD dianggap

    sama pada segala usia termasuk bayi prematur. Berdasarkan hasil studi,

    regurgitasi atau muntah, sakit perut, dan batuk , kecuali heartburn, adalah gejala

    yang paling sering dilaporkan pada anak-anak dan remaja dengan GERD. 1

    Pada tahun 1993 dan 1996, Orenstein merumuskan sebuah kuisioner klinis

    sebagai metode sederhana untuk mengidentifikasi anak dengan GERD.15

    Tabel 2. Orensteins Modified

    12

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    13/44

    13

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    14/44

    2.9.2. Fluoroskopi dengan kontras barium

    Fluoroskopi dan kontras barium merupakan metode yang sudah lama

    digunakan untuk mendiagnosis refluks gastroesofageal. Pemeriksaan dengan

    kontras ini sering mengalami kegagalan dalam mendeteksi refluks gastroesofageal

    secara dini, oleh karena refluks yang terjadi sering bersifat intermitten, jarang

    bersifat kontinyu. Pemeriksaan barium kontras dilaksanakan secara seris dengan

    mengamati refluks barium dari lambung ke esofagus.8

    Dengan memakai fluoroskpi, refluks gasroesofageal lebih mudah

    dideteksi.cara pemeriksaan dengan fluoroskopi : sebelum dilakukan pemeriksaan

    fluoroskopi pada bayi pemberian makanan dan minuman dikurangi, sedangkan

    pada anak yang lebih dewasa harus puasa, gerakana anak dikurangi. Dalam posisi

    tidur barium diberikan sedikit demi sedikit dicampur dengan makanan atau

    diberikan dengan memakai nasogastric tube.8

    Pada bayi dapat diberikan dengan memakai botol susu. Pemberian barium

    untuk mengevaluasi keadaan esofagus bagian atas terutama peristaltik esofagus

    dan regurgitasi pada saat menelan. Setelah 1/3 dari total barium habis, dilakukan

    pemotretan dengan sinar rontgen untuk mengevaluasi keadaan lambung dan

    duodenum, stenosis pilorus, malrotasi intestinal dan melihat fungsi sfingter

    gastroesofageal dengan mengganti-ganti posisi miring ke kiri dan ke kanan.8

    2.9.3. PH monitoring16

    Pemantauan pH esofagus adalah prosedur untuk mengukur reflux asam dari

    lambung ke esofagus yang terjadi pada penyakit refluks gastroesophageal.

    Monitoring pH esofagus digunakan untuk mendiagnosa efek GERD, untuk

    menentukan efektivitas obat yang diberikan untuk mencegah refluks asam,

    dan untuk menentukan apakah episode

    refluks asam yang menyebabkan episode nyeri dada. Pemantauan pH esofagus

    juga dapat digunakan untuk menentukan apakah asam mencapai faring

    dan mungkin bertanggung jawab atas gejala seperti batuk, suara serak, dan sakit

    tenggorokan.

    14

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    15/44

    Pemantauan pH esofagus dilakukan dengan melewatkan sebuah kateter

    plastik tipis dengan diameter 1 / 16 inci melalui satu lubang hidung, terus ke

    belakang tenggorokan, dan dan kedalam esofagus sejalan dengan gerakan

    menelan. Ujung kateter berisi sensor yang bisa mendeteksi keadaan asam. Sensor

    diposisikan dalam esofagus tepat di atas sfingter esofagus bagian bawah, sebuah

    area khusus pada otot esofagus yang terletak di persimpangan antara esofagus dan

    lambung yang mencegah asam mengalami refluks ke esofagus.

    Kateter yang keluar dari hidung dihubungkan ke perekam yang bisa mendeteksi

    refluks asam. Pasien dikirim rumah dengan kateter dan perekam terpasang dan

    kembali keesokan harinya untuk melepaskan alat tersebut. Selama 24 jam kateter

    terpasang, pasien bisa melakukan kegiatan seperti biasanya, misalnya, makan,

    tidur, dan bekerja. Makanan, periode tidur, dan gejala dicatat oleh pasien dalam

    buku harian dan atau dengan menekan tombol pada perekam. Setelah kateter

    dilepaskan, perekam disambungkan ke komputer sehingga data yang telah

    dikumpulkan bisa diunduh ke komputer untuk selanjutnya dianalisa dan

    dimasukkan ke dalam bentuk grafis.

    15

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    16/44

    Gambar 1. pH monitoring16

    Gambar 2. Continous pH monitoring; A. Refluks fisiologis; B. Refluks patologis16

    16

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    17/44

    Perangkat yang baru-baru ini dikembangkan untuk memantau pH esofagusadalah dengan menggunakan kapsul. Kapsul tesebut berisi alat pendeteksi asam,

    baterai, dan pemancar. Alat tersebut memantau asam di esofagus dan

    mengirimkan informasi ke perekam yang dipasangkan pada ikat pinggang

    pasien. Kapsul ini dimasukkan ke dalam esofagus dengan kateter melalui hidung

    atau mulut dan melekat pada lapisan esofagus dengan sebuah klip. Kateter

    kemudian dilepaskan dari kapsul, sehingga tidak ada kateter yang menonjol dari

    hidung. Kapsul tersebut bekerja selama dua hari atau tiga hari, dan kemudian

    baterai mati. Lima sampai tujuh hari kemudian, kapsul jatuh dari lapisan esofagus

    dan keluar melalui tinja sebagai kapsul yang tidak dapat digunakan kembali.

    Kelebihan dari perangkat kapsul terkait dengan tidak adanya kateter yang

    menghubungkan alat ke perekam. Ada kenyamanan yang lebih besar tanpa kateter

    di bagian belakang tenggorokan, dan pasien lebih mungkin untuk pergi bekerja

    dan melakukan lebih banyak kegiatan normal. Kelemahan dari kapsul adalah tidakdapat digunakan dalam faring dan, sejauh ini, belum pernah digunakan dalam

    lambung.

    2.9.4. Radio Nuclide Gastro Esofagosgrafi

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan Gastro esofageal scintigrafi denganmempergunakan technetium 99m sulfur colloid. Teknik ini memerlukan waktu

    relatif lebih panjang dan non invasif. Pemberian secara oral dan bahannya tidak

    diserap. Kemudian keadaan ini dimonitor dengan gamma kamera. Kepekaannya

    70-80 %. Adanya aspirasi pada paru-paru dinyatakan dengan adanya radioaktifitas

    positif pada paru.8

    17

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    18/44

    Dengan scintigrafi ini Heyman dkk. dapat menunjukkan adanya aspirasi

    pada paru-paru sebesar 0,025 ml. Cara ini cukup baik karena tidak memerlukan

    penenang yang menurunkan sfingter esofagus bagian bawah.8

    2.9.5. Biopsi esofagus

    Dengan esofagoskopi dan diperiksa PA. Pada GERD didapatkan

    proliferasi lapisan basal esofagus yang meningkat.8

    2.9.6. Keterlambatan waktu pengosongan lambung

    Keterlambatan waktu pengosongan lambung pada bayi dengan RGE

    diduga karena terdapat ketidakmampuan otot fundus lambung untuk mengadakan

    kontraksi, untuk mengosongkan isi lambung. Waktu pengosongan lambung

    dievaluasi 3-4 jam setelah makan. Heillemer AC dkk. mengadakan penelitian

    terhadap 23 bayi pada usia 7-14 bulan dengan mempergunakan esofageal

    manometer untuk melihat terjadinya refluks pada bayi, 3 jam sesudah diberi

    minum atau makan. Pada makanan ditambahkan 100uTc sulfur koloid, ternyata

    didapatkan pengosongan lambung pada penderita adalah 1 jam.8

    2.10. Diagnosis Banding

    Beberapa diagnosis banding GERD, antara lain :

    a. Hiatus hernia17

    Hernia hiatus adalah suatu kelainan anatomi dimana terdapat bagian dari lambung

    menonjol melalui diafragma masuk ke rongga thoraks. Pada keadaan normal,

    esofagus atau tabung makanan lewat turun melalui dada, dan memasuki rongga

    abdomen melalui lubang di diafragma disebut hiatus esophagus.Tepat di

    bawah diafragma, esofagus bergabung dengan lambung. Pada individu dengan

    hernia hiatus, pembukaan hiatus esofagus (hiatal opening) lebih besar dari

    biasanya, dan sebagian lambung bagian atas masuk melalui hiatus ke rongga

    thoraks. Diperkirakan penyebab dari hiatus hernia adalah karena hiatus esofagus

    yang lebih besar dari normal, sebagai akibat dari pembukaan besar

    tersebut, bagian dari lambung masuk ke rongga thoraks. Faktor yang

    berpotensi menyebabkan terjadinya hernia hiatus adalah:

    18

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    19/44

    a. Suatu pemendekan permanen pada esofagus (yang mungkin disebabkan karena

    inflamasi atau jaringan parut akibat refluks atau regurgitasi asam lambung) yang

    menyebabkan lambung tertarik keatas.

    b. Perlekatan yang abnormal (longgar) dari esofagus ke diafragma sehingga

    esofagus dan lambung naik keatas.

    19

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    20/44

    Gambar 3. Hernia hiatus17

    b. Akhalasia

    20

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    21/44

    Merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya relaksasi esophagus terminal.

    Spasme esophagus dapat menimbulkan sumbatan partial pada daerah

    perbatasan gaster-esophagus, dimana dengan Ba kontras, tampak adanya

    konstriksi esophagus bagian terminal dan bagian atasnya melebar. Keadaan

    ini sering ditemukan pada anak lebih besar , jarang pada bayi. Pengobatannya

    dengan melebarkan bagian yang mengalami konstriksi dan perlu tindakan

    berulang.8

    c. Stenosis pylorus hipertrofi kongenital

    Pada penderita dengan stenosis pylorus terdapat muntah yang projektil terjadi

    pada umur lebih dari 1 minggu. Pada permulaan gejala muntah tidak

    mencolok tetapi pada usia lebih dari 1 minggu, muntah lebih sering dan lebih

    jelas. Gejalanya makin berat, berat badan tidak naik. Penyebabnya tidak jelas,

    diduga ada tendensi familier karena 1% dari penderita ternyata orang tuanya

    juga menderita kelainan yang sama. Beberapa peneliti menduga adanya

    hipertrofi otot pilorus akibat adanya spasme otot. Pendapat sarjana lain adalah

    respon terhadap rangsangan atau iritasi terhadap n. vagus.8

    d. Obstruksi / atresia duodenum

    Atresia duodenum adalah suatu keadaan kegagalan kanalisasi pada masa

    embrional disertai atresia di bagian usus lainnya. Gejala klinis yang sering

    terjadi adalah muntah-muntah yang mengandung empedu. Bila atresia di

    bawah ampula vateri, muntahnya berupa gumpalan susu atau muntahnya

    keruh. Gejala lainnya yaitu mekonium tidak keluar dalam waktu lebih dari 24

    jam. Pada penderita atresia duodenum, distensi abdomen terjadi pada bagian

    atas. Bila penderita habis minum, tampak gerakan peristaltik melintasi garis

    tengah, dari kiri ke kanan. Dengan foto abdomen polos, tampak adanyagambaran Double buble yaitu tidak adanya gambaran udara di usus halus.

    Pengobatan definitif adalah operasi.8

    e. Mekonium ileus

    Sering terjadi pada bayi dengan penyakit kista fibrosis yang dasar

    penyakitnya adalah perubahan pada jaringan pankreas, asini atropi dan

    inaktif, sehingga produksi enzim pankreas sangat berkurang. Juga disertai

    21

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    22/44

    perubahan pada kelenjer yang memproduksi lendir dari saluran pencernaan

    dan saluran pernafasan. Penyumbatan usus oleh mekonium memberikan

    gejala mekonium tidak keluar lebih dari 24 jam, perut gembung dan muntah-

    muntah yang makin lama makin sering dan makin kental sehingga bayi akan

    mengalami dehidrasi. Pada pemeriksaan dengan Ba kontras menunjukkan

    gambaran kolon dibawah sumbatan mengecil. Pengobatan yang dikerjakan

    pada dasarnya simptomatik dengan pemberian enzim pankreas dan mengatasi

    masalah metabolik yang terjadi. Dapat dilakukan irigasi usus dengan

    gastroprafin untuk melunakkan mekoneum yang kental. Bila pengobatan

    tersebut gagal, maka dilakukan operasi.8

    2.11. Penatalaksanaan GERD

    Penatalaksanaan GERD mencakup beberapa aspek, antara lain :

    2.11.1 Perubahan posisi

    Posisi terlentang mengurangi jumlah paparan asam lambung pada esofagus

    yang bisa dikteahui melalui pemeriksaan PH, dibandingkan dengan posisi

    telungkup. Akan tetapi, posisi telentang dan posisi lateral berhubungan dengan

    meningkatnya angka kejadian sindrom bayi mati mendadak atau sudden infant

    death syndrome (SIDS). Oleh karena resiko tersebut, maka posisi telentang atau

    lateral tidak terlalu direkomendasikan untuk bayi dengan GERD, tetapi sebagian

    besar bayi usia dibawah 12 bulan lebih disarankan untuk ditidurkan dengan posisi

    telungkup.1

    Bayi dengan GERD berat harus ditidurkan telungkup dengan posisi

    kepala lebih tinggi (30o). Setelah menetek atau minum susu formula bayi

    digendong setinggi payudara ibu, dengan muka menghadap dada ibu (seperti

    metoda kangguru, hanya baju tidak perlu dibuka). Hal ini menyebabkan bayi

    tenang sehingga mengurangi refluks.8

    22

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    23/44

    Gambar 4. Modifikasi posisi pada bayi.18

    Gambar 5. Posisi telungkup dengan kepala ditinggikan.19

    Cara menyusui : 8

    a. Bayi hanya menetek pada satu payudara sampai habis

    b. Biarkan bayi terus menghisap (walaupun payudara telah kosong)

    sampai bayi tertidur. Selama bayi mengisap payudara, gerakan

    mengisap lidah bayi merupakan trigger terhadap kontraksi lambung,

    sehingga refluks tidak akan terjadi.

    c. Hindari perlakuan yang kasar atau tergesa-gesa atau perlakuan yang

    tidak perlu.

    23

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    24/44

    d. Setelah menyusui, bayi jangan langsung ditidurkan. Bayi baru

    ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi dan miring ke sebelah kiri,

    paling cepat setengah jam setelah menyusu atau minum susu formula.

    Gambar 6. Posisi setelah menyusui pada bayi.20

    e. Hindari paparan asap rokok dan konsumsi kopi pada ibu (caffein yang

    berlebihan pada ibu mempengaruhi terjadinya GERD pada bayi).

    f. Hindari pemakaian baju yang ketat.

    Penambahan agen pengental seperti beras sereal pada susu formula tidakmengurangi durasi pH < 4 (index refluks) yang terukur pada saat monitoring pH

    esofagus, tetapi bisa menurunkan frekuensi dari kejadian regurgitasi. Studi dengan

    kombinasi pH/MII menunjukkan bahwa tinggi refluks esofagus berkurang dengan

    pemberian susu formula yang lebih kental meskipun dengan pemberian ini tidak

    akan mengurangi frekuensi dari refluks.1

    24

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    25/44

    Di Amerika serikat, beras sereal adalah agen pengental yang paling sering

    ditambahkan pada susu formula. Susu formula yang dikentalkan dengan beras

    sereal menurunkan volume regurgitasi tetapi bisa menyebabkan batuk selama

    pemberian. Susu formula yang dikentalkan dengan sereal bila diberikan melalui

    botol dot maka lubang pada dot harus dilebarkan sehingga susu yang dikentalkan

    tersebut bisa keluar dengan lancar. Intake energi yang berlebih adalah masalah

    yang sering terjadi pada pemberian susu formula yang dikentalkan dengan sereal.

    Pengentalan 20 kcal/ons susu formula dengan 1 sendok makan beras sereal untuk

    setiap ons nya bisa meningkatkan densitas energi hingga 34 kcal/oz (1,1 kcal/mL).

    Pengentalan dengan 1 sendok makan per 2 ons susu formula meningkatkan

    densitas energi hingga 27 kcal/oz (0,95 kcal/mL).1

    Gambar 7. Formula pengental makanan

    komersial21

    2.11.2 Perubahan pola hidup pada anak dan

    dewasa

    Pada anak yang lebih besar, tidak ada bukti yang jelas tentang pengurangan

    konsumsi makanan-makanan tertentu. Pada dewasa, obesitas, makan berlebih, dan

    makan pada malam hari sebelum tidur berhubungan dengan timbulnya gejala

    GERD. Posisi tidur telentang atau posisi tidur pada sisi kiri dan atau peninggian

    kepala tempat tidur, bs mengurangi gejala refluks.1

    2.11.3 Terapi farmakologi

    Agen farmakologi utama yang biasanya digunakan untuk mengatasi GERD pada

    anak adalah agen buffering asam lambung, pertahanan mukosa, dan agen anti-

    sekretorik lambung. Potensi efek samping dari penekanan sekresi asam lambung,

    25

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    26/44

    termasuk peningkatan resiko pneumonia community-acquired dan infeksi saluran

    pencernaan, perlu diimbangi dengan manfaat terapi.1

    Pada bayi yang didiagnosa GERD, diperlukan manajemen pengobatan

    yang tepat. Obat penekan asam lambung berguna dalam mengobati esofagitis

    yang disebabkan oleh refluks asam, bisa digunakan sebagai terapi tunggal maupun

    kombinasi dengan agen prokinetik. Antagonis reseptor H2 (H2RAs; eg,

    ranitidine, cimetidine, famotidine, nizatidine) dan penghambat pompa proton

    inhibitors (PPIs; eg, omeprazole, esomeprazole, lansoprazole) terbukti efektif

    dalam penatalaksanaan GERD. Sejumlah studi telah mendemonstrasikan

    efektivitas dari H2RA pada orang dewasa dengan reflux, dan 3 uji coba acak

    terkontrol pada anak menunjukkan bahwa H2RA efektif dalam mengurangi gejala

    dan menyembuhkan esofagitis.22

    Antagonis reseptor histamin H2 secara kompetitif menghambat aksi

    histamin pada reseptor histamin H2 pada sel parietal lambung. Obat ini sangat

    selektif pada reseptor histamin H2 dan memiliki sedikit atau tanpa efek pada

    reseptor histamin H1. Sel parietal memiliki reseptor untuk histamin, asetilkolin,

    dan gastrin, yang semuanya dapat merangsang sekresi asam hidroklorida ke dalam

    lumen gaster. Antagonis reseptor histamin H2 menghambat sekresi asam yang

    dihasilkan oleh reseptor histamin, tapi tidak memiliki efek pada sekresi asam yang

    dihasilkan oelh asetilkolin atau gastrin.8

    Obat yang termasuk golongan ini adalah Cimetidin, Ranitidine,

    Famotidine, dan Nizatidine. Antagonis reseptor histamin H2 dapat menurunkan

    penyerapan obat yang memerlukan suasana asam (ketokonasol, itrakonasol).

    Simetidin menghambat enzim sitrokom P-450 dan memiliki potensi untuk

    berinteraksi dengan obat lain yang dimetabolisme oleh isoenzim ini (misalnyafenitoin, propanolol, teofilin, warfarin). 8

    Ranitidin dan famotidin tampaknya sama efektifnya dengan simetidin dan

    nizatidin. Suatu penelitian mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik

    ranitidin (5mg/kg) pada bayi berusia 6 minggu sampai 6 bulanyang menderita

    refluks gastroesofageal yang diberi ranitidin dengan dosis 5 mg/kg BB, ternyata

    pH esofagus paralel dengan konsntrasi ranitidin dalam pH dan pH dalam lambung

    26

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    27/44

    tetap diatas 4 selama 9 jam setelah pemberian obat ini. Pada pasien anak-anak

    berumur 6 bulan sampai 13 tahun dan mengalami esofagitis yang refrakter dengan

    dosis normal ranitidin adalah 8 mg/kg/hari. Penggunaan ranitidin dosis tinggi (20

    mg/kg/hari) dapat mengurangi gejala dan memberikan penyembuhan.8

    Inhibitor pompa proton terikat dengan hydrogen/potassium adenosine

    triphospatase, suatu enzim yang berperan sebagai pompa proton pada sel parietal,

    karena itu dapat menghambat pertukaran ion yang merupakan langkah akhir pada

    sekresi asam hidroklorida. Obat ini menghambat sekresi asam tanpa memandang

    apakah distimulasi oleh histamine, asetilkolin, atau gastrin. Untuk sekresi dari sel

    parietal inhibitor pompa proton memerlukan aktivasi dalam lingkungan. Supaya

    makanan tidak dapat mempengaruhi absorpsi dan konsentrasi puncak obat dalam

    plasma, obat ini paling baik diminum sekitar 30 menit sebelum makan. Obat ini

    kurang efektif selama kondisi puasa saat kondisi asam lebih rendah.8

    Inhibitor pompa proton dinonaktifkan oleh asam lambung. Oleh karena itu

    obat ini diformulasi dengan enteric coating, sehingaa obat ini mampu melewati

    lambung dalam keadaan utuh dan memasuki usus, dimana PH nya kurang asam

    dan obat diserap. Inhibitor pompa proton memiliki elimanis waktu paruh yang

    pendek namun durasi aksi yang panjang karena ikatan dengan pompa proton

    irreversibel dan penghentian aktifitas farmakologi memerlukan sintesis enzim

    yang baru. Inhibitor pompa proton tidak mempengaruhi motilitas lambung atau

    sekresi enzim lambung yang lainnya.8

    Inhibitor pompa proton dapat berinteraksi dengan obat yang memerlukan

    lingkungan asam untuk penyerapan (misalnya ketokonazol, itrakonazol). Inhibitor

    pompa proton dimetabolisme oleh sitokrom P-450 2C19 dan 3A4 secara

    bervariasi dan dapat berinteraksi dengan obat lain yang dimetabolisme oleh enzimini. 8

    Omeprasol dan lansoprasol golongan inhibitor pompa proton telah

    diijinkan penggunaanya oleh FDA pada pasien anak. Keduanya tersedia dalam

    bentuk kapsul yang mengandung granula salut enteric. Lansoprasol juga tersedia

    dalam bentuk granual untuk penggunaanya dalam suspense oral dan secara oral

    dalam betuk talet yang mengandung mikrogranula salut enteric. Oleh karena itu

    27

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    28/44

    obat ini tidak boleh dikunyah, harus ditelan dalam bentuk utuh karena akan

    menurunkan efektifitasnya. Esomeprasol (bentuk isomer S dari omeprasol)

    tersedia sebagai kapsul yang mengandung enteric coated pellet, dan rabeprasol,

    sedangkan pantoprasol tersedia dalam bentukenteric coated tablets.8

    Pantoprasol, rabeprasol, dan esomeprasol tidka dibenarkan penggunaanya

    oleh FDA pada anak-anak. Saat ini percobaan klinis pada pasien anak-anak

    sedang dilaksanakan.8

    Omeprasol dan lansoprasol sebaiknya diminum dengan sedikit jus buah

    yang agak asam (jus apel, jeruk) atau yoghurt. Pada penelitian yang dilakukan

    pada pasien anak-anak yang menderita esofagitis yang resisten terhadap antagonis

    reseptor histamin H2, omeprasol efektif dalam memeperbaiki gejala dan

    menyembuhkan esofagitis. Pengobatan selama 8 minggu dengan omeprasol 40

    mg/hari/1,73 m2 luas permukaan tubuh atau ranitidin dosis tinggi (20 mg/kg/hari)

    mengurangi paparan asam pada esofagus dan mempercepat kesembuhan pada 25

    orang bayi dan anak-anak yang berusia 6 bulan sampai 13 tahun dengan refluks

    esofagitis yang berat. Dosis omeprasol yang diperlukan untuk menyembuhkan

    esofagitis kronik dan berat pada pasien anak-anak adalah 0,7-3,5 mg/kg/hari).8

    Inhibitor pompa proton lebih efektif daripada antagonis reseptor histamine

    H2 dalam mengurangi sekresi asam, mengurangi gejala RGE, dan emnyembuhkan

    esofagitis. Inhibitor pompa proton juga lebih efektif daripada antagonis reseptor

    histamine H2 dalam mempertahankan remisi.8

    Perbaikan gejala bergantung pada dosis, dosis yang lebih tinggi dikaitkan

    dengan perbaikan gejala yang lebih cepat. Namun, studi mengenai lansoprazol

    juga menunjukkan bahwa bayi yang lebih muda dari 10 minggu mempunyai

    farmakokinetik yang berbeda dan memerlukan dosis yang lebih rendah dan efeksamping yang mungkin lebih umum terjadi dibanding pada bayi yang lebih

    muda dari 28 hari. Beberapa studi melaporkan bahwa PPI adalah pengobatan yang

    efektif untuk esophagitis akibat refluks, tetapi belum ada studi yang

    menunjukkan keunggulan H2RA dengan dosis yang tinggi.22

    Agen Prokinetik meningkatkan gerakan peristaltik esofagus, mempercepat

    pengosongan lambung, dan meningkatkan tonus sfingter esofagus bagian distal.

    28

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    29/44

    Cisapride efektif dalam menurunkan refluks, namun obat tersebut telah ditarik

    dari pasaran karena efek toksik pada jantung berpotensi menyebabkan

    kematian dan tersedia hanya dalam protokol penggunaan yang terbatas.

    Metoclopramid adalah obat antidopaminergik dan kholinomimetik yang telah

    digunakan. medis pengelolaan GERD.22

    Cisaprid merupakan campuran agen seratonergic yang memfasilitasi

    pelepasan asetilkolin pada sinaps dalam pleksus mienterikus sehingga

    meningkatkan pengosongan lambung dan esofagus, serta gerakan peristaltik

    saluran cerna. Setelah diketahui bahwa cisapride bisa menyebabkan pemanjangan

    inteval QT pada EKG, sehingga meningkatkan angka kematian mendadak. Oleh

    karena itu obat ini penggunaanya terbatas pada program-program yang diawasi

    oleh ahli gastroenterologi anak untuk percobaan klinis.1

    Antasid menetralisir asam lambung, dan sodium alginate melindungi

    mukosa esophagus dengan membentuk suatu gel pada permukaan. Sukralfat

    (suatu kompleks aluminium dari sucrose sulfat) terikat pada dan melindungi

    mukosa esofagus. Efikasi obat ini pada anak-anak yang mengalami refluks

    estrofageal belum diketahui dengan pasti. Obat ini tidak dibenarkan penggunaan

    pada bayi dan aank oleh FDA dalam pengobatan RGE. Penggunaan antacid yang

    mengandung aluminium dalam jangka panjang harus dihindari karena resiko

    toksisitas aluminium. Obat ini dapat digunakan secara intermitten untuk

    meredakan gejala RGE pada anak yang berumur lebih besar.8

    29

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    30/44

    Gambar 8. Algoritma tatalaksana pada bayi dengan muntah berulang dan berat

    badan tidak bertambah12

    Jika bayi yang sering muntah dengan berat badan tidak bertambah, maka

    penting untuk melakukan evaluasi dignostik lebih lanjut. Pemeriksaan untuk

    menemukan penyebab muntah (seperti pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,

    bikarbonat, nitrogen urea, kreatinin, alanin aminotransferase, amonia, glukosa,

    30

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    31/44

    urinalisa, keton urin dan reduksi, dan skrining galaktosemia dan penyakit maple

    sugar urine. Pemeriksaan anatomi saluran gastrointestinal atas juga dianjurkan.

    Jika tidak ditemukan kelainan, tatalaksana termasuk terapi medis, rawat inap dan

    biopsi endoskopi.

    Rawat inap untuk observasi interaksi orangtua-anak dan mengoptimalkan

    tatalaksana. Biopsi endoskopi bermanfaat untuk menemukan adanya esofagitis

    dan untuk menyingkirkan penyebab lain yang menimbulkan muntah dan tidak

    bertambahnya berat badan. Untuk meningkatkan asupan kalori pada bayi

    dilakukan dengan meningkatkan densitas formula, dan penggunaan tube

    nasogastrik atau transpilorik. Terapi bedah jarang dilakukan. Follow-up

    diperlukan untuk memastikan penambahan berat badan yang adekuat.12

    31

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    32/44

    Gambar 9. Algoritma tatalaksana pada anak atau dewasa dengan Heartburn

    kronis12

    Pada anak yang lebih besar dan dewasa, gambaran klinis dan lokalisasi

    dari nyeri esofagus lebih kurang sama, tapi pada anak yang lebih kecil gambaran

    klinis dan lokasi nyeri mungkin atipik. Regurgitasi dari asam lambung ke mulut

    32

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    33/44

    bisa terjadi. Intervesnsi awal dari perubahan pola hidup, menghindari faktor

    pencetus, ditambah penggunaan terapi farmakologi selama 2-4 minggu dengan

    H2RA atau PPI direkomendasikan. Jika tidak ada perbaikan, maka selanjutnya

    anak bisa ditangani oleh ahli gastroenterologi untuk biopsi dengan endoskopi

    saluran cerna atas. Jika terjadi perbaikan, terapi bisa dilanjutkan hingga 2-3 bulan,

    jika gejala berulang ketika terapi dihentikan, sebaiknya dilakukan endoskopi

    untuk mengetahui tingkat keparahan dari esofagitis.12

    Gambar 10. Tatalaksana selanjutnya pada anak atau dewasa dengan esofagitis12

    Para ahli menyarankan bahwa pada bayi dan anak dengan

    esofagitis,efektivitas terapi bisa dipantau dengan melihat perbaikan gejala, kecuali

    untuk pasien dengan esofagitis erosif, endoskopi berulang dianjurkan untuk

    memastikan penyembuhan. Jika pasien tidak berespon terhadap terapi, terdapat 2

    33

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    34/44

    kemungkinan yang bisa menjelaskan hal tersebut: diagnosis tidak benar atau

    penatalaksanaan yang inadekuat. Kemungkinan adanya diagnosa lain, seperti

    esofagitis eosinofilik harus dipertimbangkan.12

    Jika manifestasi klinis dan histopatologi berhubungan dengan diagnosa

    refluks esofagitis, maka sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap kemanjuran terapi.

    Monitoring pH esofagus pada saat pasien menjalani terapi bisa menginformasikan

    apakah diperlukan penggunaan obat untuk menurunkan sekresi asam lambung.

    Jika diagnosa tidak jelas, monitoring pH esofagus pada saat pasien tidak

    menerima terapi mungkin berguna karena berdasarkan hasil studi esofagitis

    biasanya berkaitan dengan GER.12

    2.11.4 Terapi Bedah

    Operasi antirefluks harus dipertimbangkan bila terapi medis gagal, misalnya,

    gejala terus berlanjut atau timbul komplikasi GERD.

    Pembedahan biasanya diindikasikan untuk pasien dengan refluks yang

    berlanjut dan komplikasi esophagitis meskipun sudah diberi terapi medis. Nissen

    fundoplication merupakan prosedur operasi yang paling umum dilakukan.

    Tindakan yang dilakukan berupa pembungkusan fundus lambung 3600

    sekitar esofagus distal.22

    Alternatif dari nissen fundoplication adalah prosedur Thal (fundoplication

    180 anterior), prosedur Toupet (fundoplication 2700 posterior), prosedur Boix-

    Ochoa (pemulihan esofagus intra-abdomen), dan Watson fundoplication

    (fundoplication 1200 anterior ). Perbandingan antara berbagai operasi ini telah

    menunjukkan tingkat setara dengan komplikasi, revisi, dan kepuasan jangka

    panjang. Prosedur Nissen dan prosedur terkait lainnya dapat dilakukan secara

    laparoskopi. Fundoplication laparoskopik telah diteliti dengan baik dan telah

    disetarakan dengan prosedur terbuka pada dewasa.22

    Laparosopic Nissen Fundoplication (LNF) secara umum telah

    menggantikan prosedur nissen fundoplication yang dilakukan secara terbuka

    (ONF), ini dikarenakan LNF menurunkan angka kesakitan, memperpendek waktu

    34

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    35/44

    perawatan di rumah sakit, dan kemungkinan komplikasi pasca operasi yang lebih

    sedikit. 1

    Nissen fundoplication telah secara luas dilakukan sebagi terapi bedah

    untuk kasus GERD, namun prosedur ini berhubungan dengan tingginya angka

    kejadian disfagia pasca operasi dan angka kejadian rekuren yang tinggi pada anak

    dengan disability. Oleh karena itu, prosedur Thal fundoplication pada kemudian

    mulai dipopulerkan dan digunakan oleh banyak ahli bedah hingga saat ini. 23

    Gambar 11. Prosedur nissen fundoplication23

    35

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    36/44

    Gambar 12. Prosedur Thal Fundoplication.24

    36

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    37/44

    Gambar 13. A. Nissen fundoplication B. Thal fudoplication C. Toupet

    fundoplication25

    37

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    38/44

    2.12 Komplikasi GERD

    Komplikasi yang sering ditumbulkan pada GERD, antara lain :

    a. Esofagitis dan sekuelenya striktur, Barret Esofagus, adenocarcinoma

    Esofagitis bisa bermanifestasi sebagai irritabilitas, anak tidak mau makan,

    nyeri pada dada atau epigastrium pada anak yang lebih tua, dan jarang terjadi

    hematemesis, anemia, atau sindrom Sandifer. Esofagitis yang berkepanjangan

    dan parah dapat menyebabkan pembentukan striktura, yang biasanya

    berlokasi di distal esophagus, yang menhasilkan disfagia, dan membutuhkan

    dilatasi esophagus yang berulang dan fundoplikasi. Esofagitis yang

    berlangsung lama juga bisa menyebabkan perubahan metaplasia dari epitel

    skuamosa yang disebut dengan Barret Esofagus, suatu precursor untuk

    terjadinya adenocarcinoma esophagus.4

    b. Nutrisi

    Esofagitis dan regurgitasi bisa cukup parah untuk menimbulkan gagal tumbuh

    karena deficit kalori. Pemberian makanan melalui enteral (nasogastrik atau

    nasoyeyunal atau perkutaneus gastric atau yeyunal) atau pemberian melalui

    parenteral terkadang dibutuhkan untuk mengatasi deficit tersebut.4

    c. Extra esophagus

    GERD dapat menimbulkan gejala pernapasan dengan kontak langsung

    terhadap refluks dari isi lambung dengan saluran pernapasan (aspirasi atau

    mikroaspirasi). Seringnya, terjadi interaksi antara GERD dan penyakit primer

    saluran pernapasan, dan terciptalah lingkaran setan yang semakin

    memperburuk kedua kondisi tersebut. Terapi untuk GERD harus lebih intens

    (biasanya melibatkan PPI) dan lama (biasanya 3 sampai 6 bulan).4

    38

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    39/44

    2.13 Prognosis GERD pada anak21

    Sebagian besar pasien dengan GERD akan mebaik dengan pengobatan, walaupun

    relaps mungkin akan muncul setelah terapi dan memerlukan terapi medis yang

    lebih lama.

    Identifikasi subgrup pasien yang kemungkinan besar berkembang

    mengalami komplikasi GERD dan penting untuk dilakukan perawatan secara

    agresif. Pada pasien ini kemungkinan besar diindikasikan untuk mendapatkan

    terapi pembedahan pada staium awal. Setelah laparoskopiNissen fundoplication,

    gejala teratasi pada 92% pasien.

    Kebanyakan kasus GER pada bayi dan balita adalah benigna dan berespon

    terhadap terapi non farmakologi. 80% gejala berkurang pada umur 18 bulan.

    Beberapa pasien memerlukan terapi menurunkan asam lambung dan hanya

    sekelompok kecil yang memerlukan tindakan pembedahan karena gejala GER

    setelah usia 18 tahun menunjukkan gejala yang kronik.Resiko jangka panjang

    juga meningkat. Untuk pasien yang mengalami GER secara persisten periode

    akhir usia anak selalunya memerlukan terapi agen anti sekretori.

    Apabila kasus GERD ini disertai komplikasi (seperti striktur, aspirasi,

    penyakit saluran nafas, Barrett esophagus), biasanya memerlukan terapi

    pembedahan. Prognosis untuk pembedahan biasanya baik. Meskipun begitu,

    mortaliti dan morbiditi adalah tinggi pada pasien pembedahan dengan masalah

    medis yang kompleks.

    Data jangka panjang pada anak sangat jarang, namun kesuksesan terhadap

    pembedahan antirefluks pada umumnya akan menjadi baik. Pada lebih dari 1000

    laparoskopi Nissen fundoplication lebih dari 10 tahun pada bayi dan anak

    menunjukkan hasil yang baik, dengan 4% angka kegagalan.Sebagian kecil laporan objektif setelah operasi mempertanyakan manfaat

    dari pembedahan. Sebuah studi menemukan manfaat dari pembedahan yang

    berhubungan dengan refluks pada anak usia 1-4 tahun, namun efek ini tidak

    tercatat pada anak yang lebih tua. Kenyataannya, studi ini menujukkan bahwa

    pada anak yang lebih tua dengan pengalaman gagal berkembang meningkatkan

    angka rawat inap yang berhubungan dengan refluks setelah pembedahan.

    39

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    40/44

    Pemeriksaan pH dalam 24 jam biasanya digunakan untuk mengevaluasi

    secara objektif hasil dari pembedahan antirefluks. Sebuah pemeriksaan prospektif

    dari 53 pasien pediatri yang diterapi dengan laparoskopi Thalfundoplication

    ditemukan bahwa 25 % terdapat refluks patologi pada follow-up, namun 90 %

    pasien dilaporkan bebas dari gejala.

    Kedua manajemen pembedahan dan terapi obat cenderung untuk

    mendapatkan angka kegagalan yang tinggi pada anak dengan kelainan neurologi.

    Kebanyakan dari pasien tersebut memiliki kemungkinan yang serius terhadap

    morbiditas dan harapan hidup yang pendek. Sebuah studi pada 46 bayi yang

    diperiksa 5 tahun setelah Nissenfundoplication ditemukan bahwa 24% meninggal

    setelah gangguan medis lainnya. Yang lainnya, 74% tidak terdapat gejala

    berulang, 12% membutuhkan operasi atau fundoplication berulang, dan 45%

    mengalami komplikasi setelah operasi. Laporan lainnya dari 109 anak yang

    menjalani prosedur Nissen or Boix-Ochoa antirefluks, setelah follow-up selama

    10 tahun, ditemukan refluks rekuren pada 20% pasien.21

    40

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    41/44

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    1. Gastroesofageal reflux (GER) adalah suatu keadaan, dimana terjadi

    disfungsi sfingter esofagus bagian bawah sehingga menyebabkan regurgitasi

    isi lambung ke dalam esofagus.

    2. Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gejala-gejala atau

    kerusakan jaringan yang terjadi sekunder akibat refluks isi lambung

    3. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

    penunjang. Pada pemeriksaan fisik tidak banyak yang khas. Namun terdapat

    beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan

    diagnosis.

    4. Pilihan terapi GERD termasuk perubahan gaya hidup (misalnya,

    modifikasi diet, posisi tubuh yang benar selama dan setelah makan), terapi

    farmakologi, dan operasi antirefluks

    3.2 Saran

    Perlunya anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    yang tepat agar dapat dilakukan tatalaksana penyakit secara optimal dan

    mencegah kecacatan atau kematian.

    41

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    42/44

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Yvan V. Pediatric gastroesophageal reflux clinical practice guidelines.

    Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition Vol. 49, No. 4,October 2009 : 498547.

    2. Sunoto. Esofagus. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Editor : AH

    Markum ; Ismail S, Alatas H, et al. Jakarta : FKUI, 1991; 415-21.

    3. Ruigmez A, Wallander M, Lundborg P, Johansson S, Rodriguez L.

    Gastroesophageal reflux disease in children and adolescents in primary

    care. Scandinavian Journal Of Gastroenterology. 2010; 45(2): 139-146.

    Available from: MEDLINE with Full Text.

    4. Orienstein SR, Peters J, Khan S, Youssef N, Hussain Z. The Esophagus.

    Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of

    pediatrics.edisi ke-17. Philadelphia : Sounders ; 2004. h.1217-27.

    5. Sadler, T.W. Sistem Pencernaan. Dalam: Embriologi Kedokteran

    Langman. Edisi ke-7. Jakarta: EGC ; 2000. hal 246-9

    6. Wilson LM, Lindseth GN. Gangguan esofagus. Dalam: Price SA,Wilson

    LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta

    : EGC ; 2006. h. 404-16.

    7. Guyton and Hall. Fisiologi Gangguan Gastrointestinal. Dalam: Buku Ajar

    Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC; 2000. hal 1050-2

    8. Suraatmaja, Sudaryat. Refluks Gastroesofageal. Dalam: Kapita Selekta

    Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto; 2007; hal 229-35

    9. Cezard J. Managing gastro-oesophageal reflux disease in children.

    Digestion. 2004 ; 69 Suppl; 13-8.

    10. Srivastava R, Jackson W, Barnhart D. Dysphagia and gastroesophageal

    reflux disease: dilemmas in diagnosis and management in children with

    neurological impairment. Pediatric Annals [serial on the Internet]. 2010 ;

    39(4): 225-31.

    42

  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    43/44

    11.Jayant Deodhar, MD: Pediatric Esophagitis.

    h ttp://emedicine.medscape.com/article/928891-overview#showall [diakses

    13 April 2011].

    12.North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition.

    Pediatric GE Reflux Clinical Practice Guideline. Journal of Pediatric

    Gastroenterology and Nutrition, Vol. 32, Supplement 2, 2001; 1-31.

    13.Rusdi I. Gangguan Ingesti, Anoreksia, Disfagia, dan Regurgitasi.

    Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta 1988; 105-

    8.

    14.Schwarz, SM. Pediatric Gastroesophageal Reflux Clinical Presentation.

    http://emedicine.medscape.com/article/930029-clinical#showall (diakses

    14 april 2011).

    15.Salvatore S. 2005. Gastroesophageal Reflux Disease in Infants: How

    Much is Predictable with Questionnaires, pH-metry, Endoscopy and

    Histology: Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 40:210

    215

    16.Jay W. Marks, MD. Esophageal pH monitoring (Esophageal pH test).

    http://www.medicinenet.com/esophageal_ph_monitoring/article.htm

    (diakses 23 April 2011).

    17.Jay W. Marks, MD. Hiatal Hernia.

    http://www.medicinenet.com/hiatal_hernia/article.htm (diakses 23 April

    2011)

    18.Mount Nittany Medical Center. 2011. Gastroesophageal Reflux Disease

    (GERD) in Infant. http://www.mountnittany.org/wellness-

    library/healthsheets (diakses 23April 2011)19.Pollywog Baby. Practical Solutions for Infant Reflux and Colic.

    http://www.pollywogbaby.com/refluxandcolic/babyproducts.html (diakses

    23 April 2011

    20.Pulse Pharmacy Richmond. Karicare Food Thickener.

    http://www.pulsepharmacy.com.au/Product/Karicare-Food-Thickener-

    380g.aspx (diakses 24 April 2011)

    43

    http://emedicine.medscape.com/article/928891-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/930029-clinical#showallhttp://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6930http://www.medicinenet.com/esophageal_ph_monitoring/article.htmhttp://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6930http://www.medicinenet.com/hiatal_hernia/article.htmhttp://www.mountnittany.org/wellness-library/healthsheetshttp://www.mountnittany.org/wellness-library/healthsheetshttp://www.pollywogbaby.com/refluxandcolic/babyproducts.htmlhttp://www.pulsepharmacy.com.au/Product/Karicare-Food-Thickener-380g.aspxhttp://www.pulsepharmacy.com.au/Product/Karicare-Food-Thickener-380g.aspxhttp://emedicine.medscape.com/article/928891-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/930029-clinical#showallhttp://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6930http://www.medicinenet.com/esophageal_ph_monitoring/article.htmhttp://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6930http://www.medicinenet.com/hiatal_hernia/article.htmhttp://www.mountnittany.org/wellness-library/healthsheetshttp://www.mountnittany.org/wellness-library/healthsheetshttp://www.pollywogbaby.com/refluxandcolic/babyproducts.htmlhttp://www.pulsepharmacy.com.au/Product/Karicare-Food-Thickener-380g.aspxhttp://www.pulsepharmacy.com.au/Product/Karicare-Food-Thickener-380g.aspx
  • 7/29/2019 54800787-refrat-GERD

    44/44

    21.Jaksic T. Pediatric Gastroesophageal Reflux Surgery Treatment and

    Management. 2010. http://emedicine.medscape.com/article/936596-

    treatment#a1132 (diakses 23 April 2011)

    22.Rainer Kubiak, James Andrews, Hugh W. Grant. Laparoscopic Nissen

    Fundoplication Versus Thal Fundoplication in Children: Comparison of

    Short-Term Outcomes. Journal of Laparoendoscopic & Advanced Surgical

    Techniques. September 2010, 20(7): 665-669.

    http://www.liebertonline.com/doi/abs/10.1089/lap.2010.0218 (diakses 23

    April 2011)

    23.Nissen Fundoplication Procedure. http://connect.in.com/hiatal-

    hernia/photos-9752w-a94e8d87395b04a0.htm (diakses 23 APRIL 2011)

    24.Georgeson,Steven S. Rothenberg. 2008. Endoscopic Surgery in Infants

    and Children. http://books.google.co.id/ (diakses 24 April 2011)

    25.Elsevier. 2010. Three Tipes of Fundoplication.

    http://www.elsevierimages.com/image/24633.htm (diakses 24 April 2011)

    http://emedicine.medscape.com/article/936596-treatment#a1132http://emedicine.medscape.com/article/936596-treatment#a1132http://www.liebertonline.com/doi/abs/10.1089/lap.2010.0218http://books.google.co.id/http://www.elsevierimages.com/image/24633.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/936596-treatment#a1132http://emedicine.medscape.com/article/936596-treatment#a1132http://www.liebertonline.com/doi/abs/10.1089/lap.2010.0218http://books.google.co.id/http://www.elsevierimages.com/image/24633.htm