refrat GERD revisi
Transcript of refrat GERD revisi
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 1/18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Refluks Gastroesofagus/ Gastro esophageal reflux (GERD)
didefinisikan sebagai gejala atau kerusakan mukosa esofagus akibat masuknya isi
lambung ke esofagus. Hal ini biasanya disebabkan oleh perubahan sementara atau
permanen pada barrier antara esofagus dan perut. Perubahan pada barrier ini dapat
disebabkan karena tidak berfungsinya lower esophageal sphincter (LES), efek iritan
dari refluxate, klirens esofagus yang abnormal, hiatal hernia dan penundaan
pengosongan lambung.
Tubuh manusia hakikatnya mencari keseimbangan dalam segala bentuk. GERD
adalah hasil sederhana ketidakseimbangan pH dalam jangka panjang. Ketika terlalu
banyak makanan asam dikonsumsi, lambung tidak dapat mencerna secara lengkap.
Makanan lebih yang tidak dicerna kemudian diubah menjadi sampah asam yang
menyebabkan kejang perut atau kejang yang mengarah pada peningkatan produksi
gas. Gas ini meningkatkan tekanan untuk membuka katup antara esofagus dan
lambung sehingga asam lambung kembali ke kerongkongan
Perhatian terhadap Gastroesophageal Reflux Disease ( GERD) dewasa ini terus
meningkat sebagai salah satu penyakit saluran cerna bagian atas yang sering
ditemukan. Di negara barat sekitar 7% dari populasi mengalami heart burn setiap hari
dan sekitar 50% mengalami masalah ini sekali dalam sebulan. Insidensi terjadinya
GERD, terutama di Indonesia meningkat dengan berubahnya gaya hidup dan juga
persepsi dokter dalam memahami manifestasi klinis GERD dan juga adanya
perkembangan dalam fasilitas untuk mendiagnosa seprti endoskopi. Indonesia sebagai
negara berkembang memiliki insidensi yang sangat tinggi dalam terjadinya GERD
Dalam penulisan referat ini akan dibahas mengenai definisi gastroesofageal
refluks disease, epidemiologi, etiologi, gejala dan tanda klinis yang terkait,
pemeriksaan yang dilakukan, dasar penegakkan diagnosis, tata laksana, serta
prognosis pasien.
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 2/18
I.2 TUJUAN
I.2.1 TUJUAN UMUM
Mengetahui secara definisi, epidemiologi, etiologi, gejala dan tanda klinis
yang terkait, pemeriksaan yang dilakukan, dasar penegakkan diagnosis,
tatalaksana, serta prognosis pasien GERD
I.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinis Ilmu Penyakit Dalam di
RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
2. Sebagai Prasyarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinis Ilmu Penyakit
Dalam di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 3/18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesofageal refluks disease / GERD )
adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring,
laring dan saluran nafas1
Refluks gastroesofageal adalah fenomena biasa yang dapat timbul pada setiaporang sewaktu-waktu, pada orang normal refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu
habis makan, karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik
primer, isi lambung yang mengalir ke esofagus segera kembali ke lambung, refluks
sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan. Keadaan
ini dikatakan patologis bila refluks terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang
lama.
GERD terdiri dari dua tipe, yakni : NERD ( Non-erosive Reflux disease ) dan
ERD ( Erosive Reflux Disease )6
II.2. EPIDEMIOLOGI
Insidensi terjadinya GERD tinggi pada negara-negara barat dan saat ini makin
banyak yang menaruh perhatian tentang GERD. Dilaporkan sebanyak 13,4% -16,3 %
pasien menderita GERD di Taiwan, Malaysia, dan Jepang. Di FKUI, RSUPN CiptoMangunkusumo Syam AF et al melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
GERD dari 5,7 % pada tahun 1997 menjadi 25,18 % pada tahun 2002.3
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 4/18
II.3. ETIOLOGI Refluks gastroesofageal terjadi sebagai konsekuensi berbagai kelainan
fisiologi dan anatomi yang berperan dalam mekanisme antirefluks di lambung dan
esofagus. Mekanisme patofisiologis meliputi relaksasi transien dan tonus Lower
Esophageal Sphincter (LES) yang menurun, gangguan clearance esofagus,
resistensi mukosa yang menurun dan jenis reluksat dari lambung dan duodenum,
baik asam lambung maupun bahan-bahan agresif lain seperti pepsin, tripsin, dan
cairan empedu serta faktor-faktor pengosongan lambung. Asam lambung
merupakan salah satu faktor utama etiologi penyakit refluks esofageal, kontak
asam lambung yang lama dapat mengakibatkan kematian sel, nekrosis, dan
kerusakan mukosa pada pasien GERD.
Ada 4 faktor penting yang memegang peran untuk terjadinya GERD 5:
1. Rintangan Anti-refluks (Anti Refluks Barrier)
Kontraksi tonus Lower Esofageal Sphincter (LES) memegang peranan
penting untuk mencegah terjadinya GERD, tekanan LES < 6 mmHg hampir
selalu disertai GERD yang cukup berarti, namun refluks bisa saja terjadi pada
tekanan LES yang normal, ini dinamakan inappropriate atau transient
sphincter relaxation, yaitu pengendoran sfingter yang terjadi di luar proses
menelan. Akhir-akhir ini dikemukakan bahwa radang kardia oleh infeksi
kuman Helicobacter pylori mempengaruhi faal LES denagn akibat
memperberat keadaan.Faktor hormonal, makanan berlemak, juga
menyebabkan turunnya tonus LES.5
2. Mekanisme pembersihan esofagus
Pada keadaan normal bersih diri esofagus terdiri dari 4 macam
mekanisme, yaitu gaya gravitasi, peristaltik, salivasi dan pembentukan
bikarbonat intrinsik oleh esofagus. Proses membersihkan esofagus dari asam
(esophageal acid clearance) ini sesungguhnya berlangsung dalam 2 tahap.
Mula-mula peristaltik esofagus primer yang timbul pada waktu menelan
dengan cepat mengosongkan isi esofagus, kemudian air liur yang alkalis dan
dibentuk sebanyak 0,5 mL/menit serta bikarbonat yang dibentuk oleh mukosa
esofagus sendiri, menetralisasi asam yang masih tersisa. Sebagian besar asam
yang masuk esofagus akan turun kembali ke lambung oleh karena gaya
gravitasi dan peristaltik. Refluks yang terjadi pada malam hari waktu tidur
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 5/18
paling merugikan oleh karena dalam posisi tidur gaya gravitasi tidak
membantu, salivasi dan proses menelan boleh dikatakan terhenti dan oleh
karena itu peristaltik primer dan saliva tidak berfungsi untuk proses
pembersihan asam di esofagus. Selanjutnya kehadiran hernia hiatal juga
menggangu proses pembersihan tersebut.5
3. Daya perusak bahan refluks
Asam pepsin dan mungkin juga empedu yang ada dalam cairan refluks
mempunyai daya perusak terhadap mukosa esofagus. Beberapa jenis makanan
tertentu seperti air jeruk nipis, tomat dan kopi menambah keluhan pada pasien
GERD.5
4. Isi lambung dan pengosongannya
Reluks gastroesofagus lebih sering terjadi sewaktu habis makan dari
pada keadaan puasa, oleh karena isi lambung merupakan faktor penentu
terjadinya refluks. Lebih banyak isi lambung lebih sering terjadi refluks.
Selanjutnya pengosongan lambung yang lamban akan menambah
kemungkinan refluks tadi.5
Penyakit refluks gastroesofageal bersifat multifaktorial. Esofagitis
dapat terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesofageal apabila1:
1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat
dengan mukosa esofagus
2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu
kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak lama.
II.4. PATOGENESIS
Esofagus dan Gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada
individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran
antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrogard yang terjadi pada saat
sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya
terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg)1
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 6/18
Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme:1
1. Refluks spontan pada saat relaksasi LES ( Lower esophageal
sphincter ) yang tidak adekuat
2. Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah
menelan
3. Meningkatnya tekanan intra abdomen
Terjadinya aliran balik/ refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh
gangguan motilitas / pergerakan esofagus bagian ujung bawah . Pada bagian ujung ini
terdapat otot pengatur ( sfingter ) disebut LES , yang fungsinya mengatur arah aliran
pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah dari atas kebawah menuju usus besar.
Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut atau penurunan kekuatan otot
tersebut, sehingga dapat terjadi arus balik atau refluks cairan/ asam lambung, dari
bawah keatas ataupun sebaliknya.5
Gambar 1 : Patogenesis Terjadinya GERD
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 7/18
Faktor – faktor yang mempengaruhi LES 5 :
Menaikkan tekanan Menurunkan tekanan
Hormon Gastrin
Motilin
Substance P
Secretin
ColesistokininSomastotatin
Glukagon
Polipeptida
Progesteron
Makanan Protein Lemak
Coklat
Pepermint
Lain-lain Histamin
Antasida
Meticlopramid
Domperidone
Cisapride
Kafein
Rokok
Kehamilan
Prostaglandin
Morpin
II.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri / rasa tidak enak di
epigastrium atau retrosternal bagian bawah, rasa nyeri biasanya dideskripsikan
sebagai rasa terbakar (heart burn ), bercampur dengan gejala disfagia, mual
atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah, gejala ini dapat lebih buruk pada
malam hari.1
Heart burn kadang-kadang dijumpai pada orang sehat, namun bila
terjadi berulang-ulang, hal ini mempunyai nilai ramal diagnostik 60%. Yang
dimaksud dengan heart burn adalah rasa panas/ membakar yang dirasakan di
daerah epigastrium dan bergerak naik ke daerah retrosternal sampai ke
tenggorok. Keluhan ini terutama timbul malam hari pada waktu berbaring atau
setelah makan. Keluhan bertambah pada waktu membungkuk, atau setelah
minum minuman beralkohol, sari buah, kopi, minuman panas atau dingin.
Sebaliknya antasida dapat mengurangi rasa sakit tadi.
Rasa tidak enak pada retrosternal ini mirip dengan keluhan pada
serangan angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan padat
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 8/18
mungkin terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari
Barrett’s esophagus . Odinofagia (rasa sakit saat menelan makanan) bisa
timbul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat.
GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esofagealyang atipik dan sangat bervariasi mulai dari nyeri dada non-kardiak ( Non
Cardiac Chestpain) , suara serak ( hoarseness ) , mulut terasa asam , laringitis,
batuk karena aspirasi sampai timbulnya bronkiektasis atau asma. Gejala
GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi episode akut
atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa
II.6 DIAGNOSIS
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu :
• Endoskopi saluran cerna bagian atas
Merupakan standart baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya
mucosal break di esofagus, jika tidak ditemukan keadaan ini disebut sebagai
non erosive refluks disease (NERD). Pada kebanyakan kasus hasil
pemeriksaan ini normal, atau bisa tampak esofagitis / eppitellium barret , yang
merupakan suatu keadaan praganas dan predisposisi adenokarsinoma di
sepertiga bawah esofagus. Biopsi diperlukan untuk memastikan diagnosis,
menyingkirkan etiologi radang lainnya seperti kandidiasis atau virus (herper
simpleks, Cytomegalo virus), selanjutnya endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopik)1
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 9/18
Tabel 1. Klasifikasi Los Angeles1
Derajat Kerusakan Gambaran Endoskopi
A Erosi kecil-kecil pada mukosa esofagus dengan diameter < 5mm
B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm
tanpa saling berhubungan
C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh
lumen
D Lesi mukosa esofagus yang bersifat sirkumferensial
(mengelilingi seluruh lumen esofagus)
• Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan ini diberikan kontras barium, diamati secara fluoroskopi
jalannya barium dalam esofagus, peristaltik terutama bagian distal, bila
ditemukan refluks barium dari lambung kembali ke esofagus maka hal itu
dinyatakan sebagai GERD. Sering tidak menunjukkan kelainan pada kasus
esofagitis ringan. Namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai
nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada :
1. Stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik dengan gejala
disfagia
2. Hiatus hernia1
• Pemantauan PH 24 jam
Pengukuran PH pada esofagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya
refluks gastroesofageal. PH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggapdiagnostik untuk refluks gastroesofageal. 1
• Tes Provokatif
- Tes Bernstein
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 10/18
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transanal
dan melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCL 0,1 M dalam
waktu kurang dari 1 jam. Bila larutan ini menimbulkan nyeri dada seperti yang
biasa dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri,
maka test ini dianggap positif 1
- Tes farmakologik/edrofonium
Menggunakan obat edrophorium yang disuntikkan IV untuk menentukan
adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak
peristaltik esofagus secara manometri untuk memastikan nyeri dada berasal
dari esofagus.1
• Manometri esofagus
Tes ini akan memberi manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan
gejala nyeri epigastrium dan regurgitasi yang nyata.1
• Sintigrafi Gastroesofageal
Tes ini menggunakan cairan atau campuran makanan cair dan padat yang di
label dengan radio isitop yang tidak diabsorbsi, biasanya technetium .
Sensitivitas dan spesifitas tes ini masih diragukan.1
II. 7 PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup,
terapi medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi
endoskopik. Tujuan terapi GERD adalah menghilangkan gejala, menyembuhkan
esofagitis (jika terjadi) dan untuk mencegah terjadinya komplikasi.1
Sasaran terapinya adalah asam lambung, lapisan mukosa lambung. Strategi
terapinya dengan menurunkan sekresi asam di lambung, mengurangi keasaman pada
lambung, melapisi mukosa lambung, menaikkan pH dan mengurangi terjadinya
reflux, mempercepat pengosongan lambung, memperkuat LES, faktor barier
antirefluks terpenting.
Terapi untuk GERD dapat dibedakan menjadi terapi tanpa nonfarmakologi
atau modifikasi gaya hidup, terapi farmakologis atau medikamentosa, terapi bedah,
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 11/18
terapi endoskopik.
Berikut ini merupakan terapi non farmakologi :
Modifikasi Gaya Hidup
o Mengurangi berat badan pada pasien yang kegemukan
o menghindari pakaian ketat sehingga dapat mengurangi tekanan intra
abdomen.
o Meninggikan posisi kepala saat tidur
o menghindari makan sebelum tidur, dengan tujuan untuk meningkatkan
bersihan asam selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung
ke esofagus.
o Berhenti merokok dan konsumsi alkohol, karena keduanya dapat
menurunkan tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi sel-
sel epitel.
o Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi jumlah makanan yang di
makan, karena keduanya dapat menimbulkan distensi lambung.
o Menghindari makanan seperti coklat, pepermint, teh, kopi, dan
minuman bersoda, karena dapat menstimulasi sekresi asam.
o Menghindari konsumsi obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES
seperti anti kolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonis kalsium,
agonis beta adrenergik, progesteron1
Rekomendasi makanan dan gaya hidup pada pengobatan penyakit Refluks
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 12/18
Esofageal
Makanan yang harus dihindari :
1. Jeruk nipis
2. Tomat
3. Bawang
4. Makanan pedas
Makanan yang dapat menyeabkan refluks :
1. Makanan yang berlemak
2. Kopi, teh, coklat, permen
Gaya hidup1. Berhenti merokok
2. Hindari kegemukan
3. Tidak mengkonsumsi alkohol
4. Hindari makan 3 jam sebelum tidur
5. Meninggikan bantal
6. Mengkonsumsi sedikit tetapi lebih sering makanan
7. Hindari tidur setelah makan
8. Hindari pakaian yang ketat
Tabel : rekomendasi diet dan gaya hidup dalam pengobatan GERD4
Berikut ini merupakan terapi medikamentosa 1:
Dengan 2 pendekatan yaitu step up dan step down,
1. Metode step up menggunakan obat yang tergolong kurang kuat dalam
menekan sekresi asam (antagonis reseptor H2 ) atau golongan prokinetik, bila
gagal diberikan golongan obat penekan sekresi asam yang lebih kuat dengan
terapi lebih lama (penghambat pompa proton/ PPI ).
2. Metode step down pengobatan dimulai dengan PPI dan apabila berhasil dapat
dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang lebih
rendah atau antagonis reseptor H2 atau prokinetik atau bahkan antasid.
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 13/18
Gambar 3. Strategi pengobatan GERD
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa :
• Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman, dapat memperkuat tekanan sfingter
esofagus bagian bawah tapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis
• Antagonis reseptor H2
Sebagai penekan sekresi asam, golongan ini efektif dalam pengobatan GERD
jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus, golongan
ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang
serta tanpa komplikasi.
(1) Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
(2) Ranitidin : 4 x 150 mg(3) Famotidin : 2 x 20 mg
(4) Nizatidin : 2 x 150 mg
• Obat-obat prokinetik :
(1) Metoklopramid : 3 x 10 mg
(2) Domperidon : 3 x 10-20 mg
(3) Cisapride : 3 x 10 mg
• Sukralfat ( aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat )
Obat ini tidak punya efek langsung terhadap asam lambung, obat ini bekerja
dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esofagus, sebagai buffer
terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu,
cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal
Dosis 4x1 gram.
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 14/18
• Penghambat pompa proton / PPI
Golongan ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD, obat ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim
H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asamlambung.
- Omeprazole : 2 x 20 mg.
- Lansoprazole : 2 x 30 mg.
- Pantoprazole : 2 x 40 mg.
- Rabeprazole : 2 x 10 mg.
- Esomeprazole : 2 x 40 mg.
Table 2 : Efektifitas terapi obat-obatan
Golongan
obat
Mengurangi
gejala
Penyembuhan
lesi esofafitis
Mencegah
komplikasi
Mencegah
kekambuhan
Antasid +1 0 0 0
Prokinetik +2 +1 0 +1
Antagonis
reseptor H2
+2 +2 +1 +1
Antagois
reseptor H2 +
prokinetik
+3 +3 +1 +1
Antagonis
reseptor H2
dosis tinggi
+3 +3 +2 +2
Penghambat
pompa proton
+4 +4 +3 +4
Pembedahan +4 +4 +3 +4
Berikut ini merupakan terapi bedah:
Pembedahan antirefluks, yaitu fundus lambung dibungkus mengelilingi
esofagus ( fundoplikasi ), meningkatkan tekanan sfingter bagian bawah dan
sebaiknya dipertimbangkan pada kasus resisten dan kasus refluks esofagitis dengan
komplikasi yang tidak secara penuh responsif terhadap terapi medis atau pada pasien
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 15/18
dengan terapi medis jangka panjang yang tidak menguntungkan dan gagal. Juga
diindikasikan apabila terjadi striktur yang berulang.
Berikut ini merupakan terapi endoskopi :
- Penggunaan energi radiofrekwensi
- Plikasi gastrik endoluminal
- Implantasi endoskopik, yaitu dengan menyuntikkan zat implan di
bawah mukosa esofagus bagian distal, sehingga lumen esofagus bagian
menjadi lebih kecil
Indikasi terapi endoskopi pada GERD
Penderita GERD yang tidak mmerlukan terapi pembedahan yang mengalami
keadaan :
- Peristaltik yang buruk dengan refluks yang banyak
- Pasien muda yang gagal dengan terapi medikamentosa
- Volume refluxate
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 16/18
II. 8 PROGNOSIS10
Prognosis GERD sangat baik, sekitar 80-90% yang terkena dapat sembuh
dengan bantuan antasid. Beberapa lainnya butuh pengobatan lain, teapi tidak terlalu
jelas berapa lama untuk sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
5/11/2018 refrat GERD revisi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-gerd-revisi 17/18
1. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati S,
editor, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. h.
1803;2007
2. Gleadle Jonathan, Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik, Penerbit Erlangga.
2007
3. Waleleng BJ, Simadibrata MK, Syam AF, The Pathophysiology of Gastro-
esofageal reflux disease Diunduh dari : www.ina-ghic.or.id pada tanggal
24- Agustus- 2009
4. Peter J Kahrilas MD, Gastroesofageal Reflux Disease Diunduh
dari :www.NEJM.com pada tanggal 24-Agustus-2009
5. Hadi, Sujono, Gastroenterologi, ed VII. Bandung: Penerbit PT Alumni.
h 113;2002
6. Lelosutan HSAR, editor, Kapita Selekta Gastroentero-Hepatologi Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : JC Institute h.1-7, 2009
7. P Gorecki, M.D. Definition, Epidemiologi, and pathogenesis GERD,Diunduh dari www.ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 24-agustus-2009
8. Diunduh dari http://www.direct-healthcare.com pada tanggal 24-Agustus-
2009
9. http://www.webgerd.com/SurgeryEndoscopy.htm diunduh pada tanggal 25
agustus 2009
10. http://www.medindia.net/patients/patientinfo/gerd-treatment.htm diunduh
pada tanggal 25 agustus 2009