Makalah Sejarah Peradaban Islam Sumbangan Islam Terhadap Sains Dan Peradaban Dunia
51864629 Peradaban Arab Pra Islam Sebelum Datangnya Islam
Click here to load reader
-
Upload
islah-muttaqin -
Category
Documents
-
view
77 -
download
7
Transcript of 51864629 Peradaban Arab Pra Islam Sebelum Datangnya Islam
PERADABAN ARAB PRA-ISLAM
A. ASPEK SOSIAL
Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan yang
dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab. Mereka terdiri dari dua bagian:
a. Suku Arab Kuno (al-‘Arab al-Badi’ah)
Suku ini merupakan bangsa Arab paling kuno yang saat ini telah punah. Sejarah suku
ini telah diketahui dari kitab-kitab samawi yang terkenal, di antaranya adalah ‘Ad-
Tsamud, Tasm, Judais, dan Jurham.
b. Suku Arab Lestari (al-‘Arab al-Baqiyah)
1) Arab Aribah (Arab Asli) : Mereka dari kelompok Quthan, dan tanah air mereka
yaitu Yaman. Di antara kabilah-kabilah yang terkenal, yaitu Jurham, Ya’rab, dan
dari Ya’rab ini keluarlah suku-suku Kahlam dan Himyar.
2) Arab Musta’rabah (Arab Pendatang) : Mereka ini adalah kebanyakan dari
penduduk Arab, dari dusun sampai ke kota, yaitu mereka yang mendiami bahagian
tengah jazirah Arab dan Negeri Hijaz sampai ke lembah Syam. Dinamakan Arab
Musta’rabah karena waktu itu Jurham dari suku Qathan mendiami Mekah, dan
mereka tinggal bersama Nabi Ibrahim AS serta ibunya, di mana kemudian Ibrahim
mengawini wanita mereka, dan kemudian Ibrahim dan anak-anaknya belajar
bahasa Arab. Dari merekalah lahir bermacam-macam kaum dan suku Arab,
termasuk kaum Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.
Perlu diketahui bahwa bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat
dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qatahan dan Adnan (keturunan Ismail ibn Ibrahim).
Suku Adnan menempati wilayah utara Jazirah sedangkan Suku Qathan menepati wilayah
selatan jazirah Arab. Akan tetapi kedua golongan itu membaur karena perpindahan-
perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.
Pada aspek ini, berdasarkan tempat tinggalnya, bangsa Arab ada yang tinggal di
pedalaman dan ada pula yang tinggal di kota. Penduduk pedalaman tidak mempunyai tempat
tinggal atau perkampungan tetap. Contohnya suku Badui yang mempunyai gaya hidup
pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan
padang rumput untuk binatang penggembalaan mereka, seperti kambing dan onta. Mereka
sangat menekankan hubunngan kesukuan, sehingga kesetiaan dan solidaritas kelompok
menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu,
peperangan antarsuku sering sekali terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat bangsa
Arab ketika itu. Dalam masyarakat suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat
rendah. Situasi ini terus berlanjut hingga agama Islam lahir. Akibatnya, kebudayaan mereka
tidak berkembang. Karena itulah bahan-bahan sejarah arab pra-Islam sangatlah langka.
Menurut Ahmad Syalabi, sejarah mereka dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun
menjelang lahirnya Islam. Sejarah mereka ini juga dapat diketahui dengan perantaraan syair-
syair atau cerita-cerita yang diterima dari perawi-perawi.
Sebaliknya, penduduk kota mempunyai tempat tinggal mutlak di kota-kota dan mata
pencaharian mereka ialah bertani, berdagang dan berternak. Mereka biasanya memiliki
kecakapan dagang yang baik, dan cara bertani dan berternak yang cukup maju.
Adapun sifat dan watak bangsa Arab Pra-Islam antara lain:
a. Sifat watak yang terpuji
1) Pemberani, sikap yang menonjol pada bangsa Arab yang suka mengembara untuk
menghadapi tantangan hidup.
2) Suka hidup bebas, ini merupakan kebiasaan suku badui sejak dahulu berkelana
untuk mencari tempat yang subur dan ramai.
3) Memenuhi Janji, mereka menganggap janji sebagai hutang. Oleh karena itu mereka
selal memenuhinya. Apabila janji itu teringkari, mereka akan membunuh anaknyha
atau membakar rumah mereka sendiri.
4) Pantang mundur, dalam hal peperangan mereka akan menghalau lawan yang kerap
menghalanginya.
5) Suka Menolong, rasa senasib dan solidaritas sangat kuat dalam satu suku ialah
faktor hal ini.
b. Sifat watak yang tercela:
1) Menyembah berhala, sudah menjadi tradisi arab jahiliah. Konon ada 360 berhala
mengelilingi Ka’bah danmereka juga meletakkan berhala-berhala di bukit Safa dan
Marwah.
2) Mengubur anak perempuan hidup-hidup, mereka merasa bersalah apabila melahirkan anak
perempuan. Karena perempuan lemah dan tidak mampu berperang.
3) Mengawini perempuan bekas istri ayahnya, apabila ayah meninggal, maka istri dari ayah
tersebut termasuk ibu kandung dapat menjadi warisan untuk putranya, termsasuk
mengawininya. Biasanya sang ayah memiliki istri lebih dari satu.
4) Berpesta pora dan mabuk-mabukan., termasuk meminum khamr.
Karena watak tercela inilah, sebelum Islam lahir, penghuni Jazirah Arab dikenal dengan
masyarakat Jahiliyah. Kata itu berakar dari kata Jahl yang berarti bodoh, lawan dari kata
‘Ilm, yang berati pandai dan mengetahui.
B. ASPEK POLITIK
Orang-orang Arab di zaman Jahiliyah tidak mempunyai semacam pemerintahan seperti
terkenal sekarang. Mereka hanya mempunyai pimpinan yang mengurus hal-hal mereka dalam
keadaan perang dan damai. Bangsa Arab di sekitar Mekah, khususnya suku bangsa Quraisy,
mengembangkan sistem pemerintahan Oligarki yang membagi kekuasaan berdasarkan bidang
tertentu. Seperti kepengurusan dalam bidang agama, kemiliteran, perekonomian, dsb.
Ada beberapa kerajaan pada masa arab pra-Islam yang berdiri yang berdasarkan sifat dan
bentuknya ada dua macam :
a. Kerajaan bermahkota, tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi dalam
negeri).
b. Kerajaan tidak bermahkota, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh, ini lebih tepat
disebut induk Suku dengan Kepalanya. Ia mempunyai apa yang dipunyai oleh
kerajaan yang sebenarnya.
Sering terjadi perang antarkaum, antarkabilah, antarsuku. Kadang-kadang ada perang
yang sampai puluhan tahun, seperti:
a. Perang Busus : perang ini terjadi antara Kabilah Bakar dengan Kabilah Taghib selama 40
tahun, hanya karenas selisih mengenai seekor unta.
b. Perang Dahis : perang ini terjadi antara pimpinan Suku al-Ghubara dan Suku Dahis, juga
selama 40 tahun, hanya lantaran beberapa perselisishan kecil
c. Perasng Fujar : perang ini terjadi kira-kira 268 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus
menjadi Rasul.
Perang terjadi antara beberapa kabilah dan suku, ganti berganti. Terjadinya selama bulan
haram, dalam masa mana berlangsug Pasar Ukaz. Soalnya juga kecil yaitu soal seekor unta
yang disembelih.
C. ASPEK EKONOMI
Salah satu sapek penting perekonomian Arab pra-Islam ialah perdagangan dan pertanian.
a. Perdagangan
Bangsa Arab dikenal sebagai pedagang yang giat bekerja. Mereka berdagang hingga ke
negeri-negeri di luar Jazirah Arab, seperti Syam, Yaman, Habasyah, mesir, dan Sudan.
Kemajuan perdangan bangsa Arab pra-Islam dimungkinkan ialah pertanian yang telah maju.
Kemajuan tersebut ditandai dengan kegiatan ekspor-impor yang mereka lakukan. Yang
mereka ekspor ialah dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah
kismis, anggur, dan barang dagangan lainnya. Yang diimpor ialah kayu untuk bahan
bangunan, bulu burung unta, budak, batu manusia, pakaian, dsb.
Dalam menjalankan usaha dagangnya, bangsa Arab menggunakan beberapa cara berikut
ini.
1) Kerja sama dengan cara bagi hasil, kerja sama ini dilakukan oleh dua pihak. Satu
pihak adalah pemilik dagangan, sedangkan yang lain adalah yang menjalankan
dagangannya. Keuntungannya dibagi dua
2) Berdagang dengan berombongan (Kafilah), beberapa pedagang berkumpul
membentuk kafilah, mereka dikawal oleh beberapa tentara untuk menjaga
kesalamatan dalam perjalanan ke daerah tujuan untuk berdagang.
3) Mengatur waktu perjalanan, supaya mendapat keuntungan yang besar, biasanya
bangsa arab menentukan hari yang tepat untuk berdagang. Misalkan mereka
berdagang pada musim panas dan musim dingin. Pada musim panas, mereka
berdagang ke Syam. Pada musim dingin mereka berdagang ke Yaman.
Mekah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal melainkan sudah menjadi jalur
perdagangan dunia yang penting saat itu, yang menghubungkan antara utara (Syam), timur
(Persia), dan barat (Mesir dan Abessinia). Dagang yang paling ramai di Mekkah sendiri yaitu
selama musim “Pasar Ukaz”, yaitu dalam bulan-bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram.
Para pedagang tersebut menjual komoditas itu kepada konglomerat, pejabat, tentara, dan
keluarga penguasa. Karena komoditas tersebut mahal, terutama barang-barang impor yang
harus dikenai pajak yang sangat tinggi. Alat pembayarannya koin perak, emas, atau logam
mulia lain yang ditiru dari mata uang persia dan romawi. Beberapa koin tersebut masih
disimpan di timur tengah.
b. Pertanian
Pertanian juga merupakan aspek perekonomian penting bagi Bangsa Arab. Penghasilan
mereka masing-masing berbeda-beda. Misalanya daerah tepian atau desa-desanya
menghasilkan kurma, anggur, kapas, sayur-mayur, dan sebagainya.
Peralatan pertanian yang digunakan ialah semi modern, misalnya cangkul, bajak garu,
dan tongkat kayu untuk menanam. Penggunaan hewan ternak seperti unta, keledai, dan sapi
jantan sebagai penarik bajak dan garuserta pembawa tempat air juga sudah dikenal. Demikian
pula sistem irigasi telah mereka praktekkan. Mereka juga menggunakan pupuk alami untuk
menyuburkan tanah, seperti pupuk kandang, kotoran manusia, dan binatang tanah seperti
rayap dan cacing.
Ada tiga sistem pertanian yang digunakan oleh para pemilik ladang atau sawah dalam
mengelola pertanian pada saat itu:
1) Sistem sewa-menyewa dengan emas atau logam mulia lain, gandum, atau produk
pertanian sebagai alat pembayarannya.
2) Sistem bagi hasil produk, misalnya separuh untuk pemilik dan separuh untuk
penggarap, dengan bibit dan ongkos penggarapan dari pemilik.
3) Sistem pandego, yakni seluruh modal datang dari pemilik, sementara pengairan,
pemupukan, dan perawatannya dikerjakan oleh penggarap.
Oase juga berperan penting dalam pertanian Arab pra-Islam. Di daerah sekitar oase
tinggal beberapa suku bangsa Arab yang telah maju seperti Bani an-Nadir, Khazraj, Aus,
Hawazin, Juwainah, dan Quraisy.
Perdagangan dan pertanian yan maju berdampak pada kemajuan kemajuan profesi lain
dalam perekonomian Arab pra-Islam.
1) Industri rumah, industri yang sangat berkembang karena kebutuhan terhadapnya
makin mendesak. Wilayah industrinya yang menonjol ialah di Tihamah, Zamar,
wilayah Bani Sabiyah, Himdah, dan kampung Bani Sulaim.
2) Industri pertambangan, terdapat di dataran rendah Yaman, Ma’rib, Zamar, Khaulan,
Hajur, dll.
3) Industri tekstil, tenun, dan wol.
D. ASPEK KEPERCAYAAN
Sebelum Islam lahir, di Arab telah berkembang berbagai jenis agama, ada yang asli
seperti penyembahan berhala atau paganisme dan agama yang berasal dari wilayah lain,
seperti Yahudi, Nasrani, Majusi atau Zoroaster. Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat Arab
telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahim AS.
a. Penyembahan berhala atau Paganisme
Penyembahan berhala dilakukan dengan berbagai cara oleh bangsa Arab. Beberapa cara
penyembahan berhala itu adalah sebagai berikut.
1) Para penyembah berhala berjalan mengelilingi atau tawaf berhala atau patung. Sambil
berkeliling, mereka berdoa untuk meminta pertolongan. Mereka mengelilingi Kakbah
yang dipenuhi 360 berhala di sekitarnya sambil bertelanjang. Ada patung yang
terbesar di Kakbah, namanya Hubal. Mereka berhenti apabila berhala tersebut telah
memberi tanda bahwa permintaan mereka dikabulkan.
2) Para penyembah berhala mempersembahkan hewan kurban di hadapan mereka.
Kemudian, mereka mengatakan permintaanya sambil menyebut-nyebut nama berhala
tersebut. Mereka meyakini bahwa permintaanya akan cepat terkabul apabila mereka
menyembelih hewan kurban.
3) Para penyembah berhala menediakan sesajen di hadapan berhala. Sesajen itu bisa
berpa makanan, minuman, atau hasil panen. Sesajen itu ditujukan sebagai ucapan
terima kasih kepada berhala karena memberikan keberhasilan dalam kehidupan.
4) Para penyembah berhala memberikan sesajen di tempat-tempat yang dianggap
keramat sebagai penghormatan kepada jin atau roh nenek moyang yang membuat
tempat itu.
5) Sebagian bangsa Arab memuja malaikat. Mereka meyakini bahwa malaikat adalah
anak perempuan Tuhan.
b. Agama Majusi atau Zoroaster
Agama ini merupakan agama Persia kuno. Nama lainnya adalah Mazdaisme. Tuhannya
Ahura Mazda. Pada awalnya, agamaMajusi mengajarkan penyembahan kepada banyak dewa.
Kitab sucinya ialah Avesta dan dilengkapi dengan kitab. Ahura Avesta dilambangkan sebagai
api yang memberikan cahaya dan menerangi dan penghormatannya dilakukan di hadapan api
suci.
c. Agama Yahudi
Bersumber dari ajaran Nabi Musa. Kitab suci agama Yahudi adalah Taurat. Akan tetapi,
pemeluk agama ini menyimpang dari apa yang diajarkan Nabi Musa. Mereka
mengkhultuskan Uzair sebagai anak Tuhan. Mereka tidak mempercayai kenabian Isa dan
Muhammad SAW. Padahal, Taurat menyebutkan bahwa sesudah Nabi Musa akan datang
nabi-nabi berikutnya. Sebab mereka merasa derajat mereka paling tinggi di dunia.
Penganutnya Bani Israil pada saat itu.
d. Agama Nasrani atau Kristen.
Bersumber dari ajaran Nabi Isa. Kitab sucinya adalah Injil atau Al-Kitab. Seperti halnya
Yahudi, Kristen juga menyimpang dari ajaran Nabi Isa. Setelah Nabi Isa diangkat oleh Allah
SWT, mereka meyakini bahwa Nabi Isa adalah anak Tuhan. Mereka meyakini bahwa Tuhan
terdiri dari Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Keyakinan itu desebut Trinitas.
Mereka juga digolongkan dalam ahlulkitab.
Dari sekian agama-agama tersebut diatas, ada juga yang karena ajaran agama Ibrahim
masih berbekas di kalangan bangsa Arab sehingga mereka tidak menyukai menyembah
berhala. Mereka ialah Waraqah bin Naufal dan Usman bin Huwairis, yang menganut Kristen,
Abdullah Ibnu Jahsy yang ragu-ragu (ketika Islam datang, ia menganutnya tetapi kemudian
ia menganut Majusi). Zaid bin Umar tidak tertarik kepada Majusi, tetapi juga enggan
menyembah berhala sehingga ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi berhala dan
tidak mau memakan bangkai dan darah. Bekas ajaran Nabi Ibrahim yang masih terasa ialah
Penyebutan Allah sebagai Tuhan, dan Ibadah Haji. Secara fisik peninggalan Ibrahim dan
Ismail yang masih terpelihara ialah Baitullah atau Kakbah yang berada di pusat kota
Mekkah.
E. ASPEK KESUSASTRAAN
Dalam aspek ini, masyarakat Arab pra-Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah
dan kaya. Genre sastra Arab jahiliyah yang paling populer ialah jenis puisi atau syair di
samping sedikit amsal (semacam kata pepatah atau kata-kata mutiara), dan pidato yang
pendek disampaikan oleh para pujangga, yang disebut prosa liris. Syair-syair mereka sangat
banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar
Ukaz diadakan deklamasi sajak yang luas.
Sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabadikan
peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz,
Majinnah, dan Zu Majas. Sastra Arab pra-Islam adalah cerminan langsung bagi kehidupan
bangsa Arab tersebut.
Ada dua sistem kesusastraan yang diterapkan masyarakat arab pra-Islam.
a. Khitabah (berpidato) sangat maju, dan inilah satu-satunya publisistik yang amat luas
lapangannya. Sebagai penyair, orang-orang Arab sangat fasih berpidato, dengan
bahasa yang maha indah dan bersemangat. Ahli pidato mendapat derajat tinggi dalam
masyarakat, sama halnya dengan penyair.
b. Majelis al-Adab dan Sauqu Ukaz, telah menjadi kelaziman masyarakat Arab pra-
Islam, yaitu mengadakan majelis ini atau Nadwa (klub), di tempat mana mereka
mendeklarasikan sajak, bertanding pidato tukar-menukar berita dan sebagainya.
Terkenallah dalam kalangan mereka “Nadi Quraisy” dan “Darun Nadwah” yang
berdiri di samping Kakbah. Mereka juga mengadakan aswaq (pekan) dalam waktu
tertentu. Tiap-tap ada sauq berkumpullah ke sana para saudagar dengan barang
dagangannya, penyair dengan sajak-sajaknya, dan ahli pdato dengan khutbah-
khutbahnya. Aswaq yang sangat terkenal ialah Sauqu Ukaz atau “Pekan Ukaz” yang
diadakan pada suatu tempat tiada jauh dari kota Mekkah menuju thaf, yakni Pasar
Ukaz.