Sastra Dalam Peradaban Islam
-
Upload
harraf-ain -
Category
Documents
-
view
202 -
download
3
description
Transcript of Sastra Dalam Peradaban Islam
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 1/48
Sastra dalam Peradaban Islam
Posted in Indahnya Islam by Leila Amra on the May 31st, 2008
Sastra dalam bahasa Inggris dikenal sebagai literature. Menurut Oxford English Dictionary,
sastra berasal dari kata „littera‟ yang artinya tulisan yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam
bahasa Arab, sastra disebut adab yang berasal dari sebuah kata yang berarti „mengajak
seseorang untuk makan‟ dan menyiratkan kesopanan, budaya, dan pengayaan.
Sastra menempati posisi yang terbilang penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejarah sastra
Islam dan sastra Islami tak lepas dari perkembangan sastra Arab. Sebab, bahasa Arab
merupakan bahasa suci Islam dan Alquran. Bahasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk
Qurani mampu memenuhi kebutuhan religius, sastra, artistik dan bentuk formal lainnya.
Sastra Arab atau Al- Adab Al-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama, dan puisi.
Lalu bagaimanakah dunia sastra berkembang dalam peradaban masyarakat Islam? Sejatinya
sastra Arab mulai berkembang sejak abad ke-6 M, yakni ketika masyarakat Arab masih
berada dalam peradaban jahiliyah. Namun, karya sastra tertulis yang tumbuh era itu
jumlahnya masih tak terlalu banyak. Paling tidak, ada dua karya sastra penting yang
terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra-Islam. Keduanya adalah Mu‟allaqat dan
Mufaddaliyat.
Orang pertama yang mengenalkan dunia Barat dengan sastra Arab jahili adalah William
Jones (1746 M -1794 M), dengan bukunya Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex atau penjelasan Mu‟allaqaat As-Sab‟a yang diterbitkan tahun 1774 M. Sastra Arab jahili memiliki
ciri-ciri yang umumnya yang menggambarkan suatu kebanggaan terhadap diri sendiri (suku),
keturunan, dan cara hidup.
Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang
ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh
yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi
pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadap kebudayaan secara keseluruhan.
Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. Hingga kini, bahasa Arab
klasik masih sangat dikagumi dan dihormati. Alquran merupakan firman Allah SWT yangsangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Alquran berisi tentang perintah,
larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi
perkembangan sastra Arab.
Sebagian orang menyebut Alquran sebagai karya sastra terbesar. Namun, sebagian kalangan
tak mendudukan Alquran sebagai karya sastra, karena merupakan firman Allah SWT yang
tak bisa disamakan dengan karya manusia. Teks penting lainnya dalam agama Islam adalah
hadits atau sunnah.
Penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muhammad SAW telah
memicu para sarjana Muslim untuk mempelajari bahasa Arab. Atas dasar pertimbangan itu
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 2/48
pula, para intelektual Muslim mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai
akhirnya menerima wahyu dan menjadi Rasul.
Jejak dan perjalanan hidup Muhammad SAW yang begitu memukau juga telah mendorong
para penulis Muslim untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagaiAl-Sirah Al-Nabawiyyah. Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi
Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, Al-Sirah Al-Nabawiyyah yang paling
populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq.
Studi bahasa Arab pertama kali sebenarnya telah dilakukan sejak era Kekhalifahan Ali RA.
Hal itu dilakukan setelah khalifah melakukan kesalahan saat membaca Alquran. Dia lalu
meminta Abu Al-Aswad Al- Du‟ali untuk menyusun tata bahasa (gramar) bahasa Arab.
Khalil bin Ahmad lalu menulis Kitab al- Ayn - kamus pertama bahasa Arab. Sibawaih
merupakan sarjana Muslim yang menulis tata bahasa Arab yang sangat populer yang berjudul
al-Kitab.
Sejarah mencatat, sastra sangat berkembang pesat di era keemasan Islam. Di masa
kekhalifahan Islam berjaya, sastra mendapat perhatian yang amat besar dari para penguasa
Muslim. Tak heran, bila di zaman itu muncul sastrawan Islam yang terkemuka dan
berpengaruh. Di era kekuasaan Dinasti Umayyah (661 M - 750 M), gaya hidup orang Arab
yang berpindah-pindah mulai berubah menjadi budaya hidup menetap dan bergaya kota.
Pada era itu, masyarakat Muslim sudah gemar membacakan puisi dengan diiringi musik.
Pada zaman itu, puisi masih sederhana. Puisi Arab yang kompleks dan panjang
disederhanakan menjadi lebih pendek dan dapat disesuaikan dengan musik. Sehingga puisi
dan musik pada masa itu seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Sastra makin berkilau dan tumbuh menjadi primadona di era kekuasaan Daulah Abbasiyah -
yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa keemasan kebudayaan Islam serta
perniagaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasyid dan puteranya Al-Ma‟mun berkuasa.
Pada era itu, prosa Arab mulai menempati tempat yang terhormat dan berdampingan dengan
puisi. Puisi sekuler dan puisi keagamaan juga tumbuh beriringan.
Para sastrawan di era kejayaan Abbasiyah tak hanya menyumbangkan kontribusi penting bagi
perkembangan sastra di zamannya saja. Namun juga turut mempengaruhi perkembangan
sastra di Eropa era Renaisans. Salah seorang ahli sastrawan yang melahirkan prosaprosa
jenius pada masa itu bernama Abu ?Uthman ?Umar bin Bahr al- Jahiz (776 M - 869 M) -cucu seorang budak berkulit hitam.
Berkat prosa-prosanya yang gemilang, sastrawan yang mendapatkan pendidikan yang
memadai di Basra. Irak itu pun menjadi intelektual terkemuka di zamannya. Karya terkemuka
Al-Jahiz adalah Kitab al-Hayawan, atau ?Buku tentang Binatang‟ sebuah antologi anekdot-
anekdot binatang - yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi. Selain itu, karya lainnya yang
sangat populer adalah Kitab al-Bukhala, ?Book of Misers‟, sebuah studi yang jenaka namun
mencerahkan tentang psikologi manusia.
Pada pertengahan abad ke-10 M, sebuah genre sastra di dunia Arab kembali muncul. Genre
sastra baru itu bernama maqamat Sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan olehseorang pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 3/48
Badi‟ al- Zaman al-Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang
diciptakannya, kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat. heri ruslan
(republika)
===
Beragam Bentuk Kesusasteraan Khas Arab
Puisi Sebagian besar kesusasteraan Arab sebelum abad ke-20 M didominasi oleh puisi. Bahkan
bentuk prosa pun pada periode itu kerap diwarnai dengan puisi atau prosa bersajak. Tema
puisi Arab berkisar antara sanjungan dan puji- pujian terhadap seseorang sampai ?menyerang‟
orang lain. Selain itu, tema yang kerap kali ditampilkan dalam puisi Arab tentang keagamaan
dan mistik hingga puisi yang mengupas tentang seks dan anggur.
Sasta non-fiksi
Di akhir abad ke-9 M, Ibnu Al-Nadim - seorang penjual buku terkemuka di Baghdad -mengoleksi hasil studi sastra Arab. Koleksi karya sastra Arab yang berkembang saat itu
dituliskannya dalam sebuah katalog yang berjudul Kitab Al-Fihrist. Salah satu bentuk sastra
non-fiksi yang berkembang di era kekhalifahan Abbasiyah berbentuk kompilasi.
Kompilasi itu memuat rangkuman fakta, gagasan, kisah-kisah seperti pelajaran, syair dengan
topik tertentu. Selain itu bisa pula merangkum tentang rumah, taman, wanita, orangorang
tuna netra, binatang hingga orang kikir. Tiga kompilasi yang termasyhur ditulis oleh Al-
Jahiz. Koleksi yang ditulis Al-Jahiz itu terbilang sangat penting bagi siapa saja, mulai dari
orang rendahan hingga pengusaha atau orang terhormat.
Biografi dan geografi Selain menulis biografi Nabi Muhammad SAW, karya sastra Arab lainnya yang berhubungan
dengan biografi ditulis oleh Al-Balahudri lewat Kitab Ansab Al-Ashraf atau Buku Geneologi
Orang-Orang Terhormat. Selain itu, karya kesusateraan Arab lainnya dalam bentuk biografi
ditulis oleh Ibnu Khallikan dalam bentuk kamus biografi. Lalu disempurnakan lagi oleh Al-
Safadi lewat Kitab Al-I‟tibar yang mengisahkan Usamah bin Munqidh dan pengalamannya
saat bertempur dalam Perang Salib.
Karya sastra lainnya yang berkembang di dunia Arab adalah buku tentang perjalanan. Ibnu
Khurdadhbih merupakan orang pertama yang menulis buku perjalanannya sebagai seorang
pegawai pos di era kekhalifahan. Buku perjalanan lainnya juga ditulis oleh tokoh-tokohterkemuka lainnya seperti Ibnu Hawqal, Ibnu Fadlan, Al-Istakhri, Al-Muqaddasi, Al-Idrisi
dan yang paling terkenal adalah buku perjalanan Ibnu Batutta yang berjudul Ar-Rihla.
Buku harian Catatan harian Arab pertama kali ditulis sebelum abad ke-10 M. Penulis diari yang paling
terkemuka adalah Ibnu Banna di abad ke-11 M. Buku harian yang ditulisnya itu disusun
sangat mirip dengan catatan harian modern.
Sastra fiksi Di dunia Arab, terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara al-fusha (bahasa berkualitas)
dengan al-ammiyah (bahasa orang biasa). Tak banyak penulis yang menuliskan ceritanya
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 4/48
dalam al-ammiyah atau bahasa biasa. Hal itu bertujuan agar karya sastra bisa lebih mendidik
ketimbang menghibur.
Kesusasteraan epik Karya sastra fiksi yang paling populer di dunia Arab adalah kisah Seribu Satu Malam. Inilah
salah satu karya fiksi yang paling besar pengaruhnya tehadap budaya Arab maupun non-Arab. Meski begitu, kisah yang sangat populer itu biasa ditempatkan dalam genre sastra epik
Arab.
Maqamat Maqamat merupakan salah satu genre sastra Arab yang muncul pada pertengahan abad ke-10
M. Maqama merupakan sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang
pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh Badi‟ al-
Zaman al- Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang diciptakannya,
kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat. Sastrawan lainnya yang
mengelaborasi genre maqamat adalah Al-Hariri (wafat tahun 1122 M). Dengan menggunakan
format yang sama, Al-Hariri menciptakan gaya maqamatnya sendiri.
Syair romantis
Salah satu syair romantis yang paling terkenal dari dunia kesusasteraan Arab adalah Layla
dan Majnun. Puisi romantis ini membawa kenangan di era Kekhalifahan Abbasiyah padaabad ke-7 M. Kisah yang diceritakan dalam syair itu, konon telah menginspirasi lahirnya
kisah percintaan yang tragis yakni Romeo dan Juliet. hri (republika)
Islam di NusantaraIslam di Nusantara bermula apabila delegasi yang dikirim oleh Khalifah Othman ibn Affan
RA untuk memperkenalkan Daulah Islam ke China pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi,
iaitu lebih kurang 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Delegasi ini telah singgah di
Kepulauan Nusantara yang terletak di tengah-tengah perjalanan dari Negara Arab dan Negara
China . Dan dalam tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pengkalan perniagaan di
pantai barat Sumatera.
Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan
pedagang Muslim terus mengunjungi pengkalan perniagaan tersebut, berabad-abat pula
lamanya. Mereka berdagang di sini sambil berdakwah. Setelah itu dikatakan terjadinya
migrasi secara besar-besaran dari tanah Arab, antara adalah dari Hadramaut, Yaman.
Kesinambungan dari penghijrahan ini, maka ramailah orang-orang Arab yang berkahwindengan penduduk tempatan. Selain dari dakwah Islamiah, Islam juga tersebar melalui
perkahwinan dan tanpa sebarang pertumpahan darah.
Bangsa Eropah menguasai kepulauan yang makmur ini pada akhir abad ke-15 Masehi.
Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam,
agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali
mereka menundukkan suatu daerah. Mereka memerangi Islam, dengan bekerja sama dengan
kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha.
Setelah menguasai Melaka pada tahun 1511, Portugis berkerjasama dengan Kerajaan Sunda
Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Tetapi hasrat Portugis inigagal setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa datang
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 5/48
membantu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini
dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai,
yang lebih terkenal dengan nama, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga
kerajaan Islam Jawa, iaitu Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah telah berguru di Makkah.
Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kesusasteraan
Setiap kesusasteraan di dunia dianggap sebagai salah satu cabang penting kebudayaan,
bahkan ada ahli falsafah yang menganggap sebagai cabang yang terpenting daripada semua
cabang kebudayaan itu. Ini boleh dilihat pada pengiktirafan dunia terhadap keagungan
kesusasteraan sesuatu bangsa sebagai pengakuan keagungan kebudaayan bangsa itu.
Terdapat banyak kajian untuk memajukan kesusasteraan Melayu agar kesusasteraan Melayu
itu mendapat pengiktirafan dunia sebagai salah satu kesusasteraan yang agung di dunia. Yang
dimaksudkan di sini dengan kesusasteraan Melayu di atas adalah segala karya tulisan dan
lisan orang Melayu dalam Bahasa Melayu yang mengandungi nilai yang agung dan abadi
dalam pengertian yang luas. Ia mencerminkan keagungan kebudayaan Melayu. KesusasteraanMelayu di atas adalah karya sastera klasik dan karya sastera moden yang berupa novel,
cerpen, drama dan puisi.
Kebanyakkan karya kesusasteraan Melayu yang lahir pada abad 16 – 18 adalah berkisarkan
tentang hukum-hakan dan ajaran Islam, corak politik dan pemerintahan. Ini dapat dilihat
melalui tinggalan-tinggalan manuskrip lama yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh sasterawan
nusantara yang terkenal seperti Hamzah Fansuri dan Raja Ali Haji serta sasterawan yang
seangkatan dengan mereka.
Sasterawan-sasterawan ini berperanan besar dalam mencorakkan minda dan pemikiran
Melayu di rantau ini. Karya serta hasil seni mereka dalam berbahasa telah menjadi satu
pendekatan yang sangat berkesan dalam mendalami ilmu keagamaan.
Seperti kisahnya dengan Syair Kitab al-Nikah tulisan Raja Ali Haji, dalam ritma yang
bersahaja dan jenaka hukum nikah-kahwin telah disampaikan. Melalui syair atau pantun
usikan begini hukum itu lebih mudah disebarkan dan diingati.
Sastera Kitab dan Sastera HikayatKitab-kitab sastera melayu lama ini boleh dibahagikan kepada beberapa kategori:
Sastera kitab – dipelajari dengan serius atau dihafal.
Sastera hikayat – sebagai hiburan.
Terdapat juga kitab yang dikatakan mempunyai kedua-dua kriteria, seperti Syair Kitab Al-
Nikah karangan Raja Ali Haji tersebut.
Syair agama disamping memberikan hiburan, ia juga memberi pengajaran. Syair-syair ini
tidak memberikan butiran terperinci seperti kitab agama. Seperti halnya dengan syair-syair
Raja Ali Haji dimana beliau menyatakan bahawa syairnya itu adalah ringkasan sahaja. Syair
serta gurindam ini bukanlah satu rujukan lengkap, segala maksud tersirat perlulah merujuk
kepada Al-Quran dan Hadis sebagai dalil Naqli bagi pesanan serta nasihat yang terdapat didalam bait-bait syair tersebut.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 6/48
Seperti contoh pada rangkap yang ke 79 Syair Kitab al-Nikah:
Seekor kambing sekurang-kurangnya
dimasakkan dia diperjamuan orang
wajiblah pergi jemputannya
jika tiada mana melarang
Kenyataan di atas adalah berdasarkan hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, yang bermaksud:
“Sabda Nabi S.A.W. kepada „Abul Rahman ibn'Auf sewaktu dia nikah. Adakanlah perayaan
sekalipun hanya memotong seekor kambing.”
“Apabila salah seorang diantara kamu diundang ke perayaan mempelai, maka hendaklah ia
datang.” (Lihat Sahih Bukhari, Bab Nikah, halaman 72).
Bab 1. Zaman Kedatangan Islam
Ugama Islam mulai bertapak dalam alam Melayu ialah dalam kurum Masihi yang ke-XIII.
Daerah-daerah yang mula-mula sekali penduduk-penduduknya memelok ugama Islam ialah
Perlak, Pasai dan Samudera, iaitu daerah-daerah yang sekarang ini menjadi bahagian-
bahagian negeri Acheh, di Sumatra Utara.
Marco Polo, ahli pengembara bangsa Italy yang termashor itu, dalam pengembaraannya telah
mendapati bahwa dari semenjak T.M. 1292 lagi pendudok-pendudok Perlak telah memeluk
ugama Islam. Sultan Maliku's Salleh (Merah Silu) Raja Pasai yang mula-mula sekali
memeluk ugama Islam telah mangkat pada T.M. 1297. sungguh pun pada pertengahan kurun
Masehi yang ke-XIV kerajaanHindu Majapahit telah menakluki beberapa bahagian pulau
Sumatra termasuk juga negeri Pasai itu, tetapi keyakinan dan perpegangan kukuh anak-anak
negeri itu akan uagama Islam tetap tidak berubah.
Seorang ahli pelayaran China meriwayatkan bahawa dalam tahun 1409 lagi penduduk-
penduduk negeri Melaka sudah sedia memeluk ugama Islam; demikian juga telah didapatinya
penduduk-penduduk dalam bebeerapa buah daerah dalam Sumatra iaitu Aru, Pidir dan Lamri
telah juga berugama Islam. Ada pun bangsa yang mula-mula membawa ugama Islam ke
daerah-daerah di bahagaian Sumatra Utara itu ialah saudagar-saudagar dari Gujerat, sebuah
daerah di selatan Bombay . Sesudah itu dibantu pula oleh saudagar-saudagar Keling serta
pengembang-pengembang ugama Islam atau ulama-ulama bangsa Parsi. Maka daripadadaerah-daerah Sumatra Utara dan negeri Melaka itu berkembanganlah ugama Islam ke pulau
Jawa, mula-mula ke daerah-daerah Gerisek, Demak, Sedayu dan Tuban di Jawa Timor .
Ugama Islam semakin tinggi mutunya di alam Melayu apabila kerajaan Majapahit yang
mashyur itu dialahkan oleh Radin Patah bersama-sama dengan sembilan orang ulama Islam,
yang terkenal dengan gelaran Wali Sanga ya'ani Wali yang sembilan. Kemudian ugama Islam
berkembang pula ke Sumatra Tengah dan Kalimantan . Dari Jawa Timor berkembanglah pula
ugama Islam ke daerah-daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, terus ke Pulau Maluku.
Daripada Sumatra Barat ya'ani Minangkabau, ugama Islam telah menyeberang pula ke
tanahBugis. Ada pun perkembangan ugama Islam kea lam Melayu ini telah berlaku dalam
kurun Masehi yang ke-XV, iaitu bolehlah dikattakan beriring-iring dengan kedatangan kuasa-kuasa Barat.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 7/48
Mula-mula cara ulama-ulama itu mengembangkan ajaran-ajaran ugama Islam haruslah
dengan jalan pertutoran; huruf Jawi yang berasaskan huruf Arab itu hanya dapat
dilengkapkan sesudah disertakan huruf-huruf tambahan menurut kaedah huruf-huruf Parsi,
iaitu huruf-huruf cha, nga, ga, dan nya. Kemudian daripada itu baharulah disusun kaedah-
kaedah ejaan Jawi dan usaha-usaha pun dimulailah terutamanya dalam bahagian menterjemah
kitab-kitab yang berkenaan dengan ugama seperti kitab-kitab risalat mengandongi huraiankalimat shahadat, rukun Islam yanglima perkara; rukum Iman yang enam perkara, sifat dua
puluh, demikian juga segala yang wajib diketahui oleh orang-orang Islam.
Selain daripada kitab risalat yang tersebut itu bolehlah ditentukan kitab-kitab yang
mengiringinyaialah jenis-jenis yang berhubung dengan ajaran-ajaran dan aturan-aturan
perjalanan ugama Islam.
Sebagaimana yang telah kita maklumkan bahawa kesusasteraan Hindu sudah sedia terkenal
disisi orang-orang Melayu semenjak beberapa lama dahulu daripada kedatangan Islam. Cerita
Pendawa Lima yakni kisah kejayaan keluarga Pandu dalam Kitab Mahabharata, demikian
juga cerita Seri Rama berperang dengan Maharaja Ravana Dalam Kitab Ramayana itumemang telah sedia diketahui mereka dari mulut tukang-tukang cerita demikian juga
menerusi wayang kulit. Sekarang marilah pula kita tinjau bagaimana caranya kesusasteraan
Islam mula dikembangkan bagi menggantikan tempat kesusasteraan Hindu itu.
Usaha-usaha mengembangkan kesusasteraan Islam
Sesungguhnya usaha-usaha menterjemahkan kitab-kitab, risalah-risalah perukunan dan
sebagainya itu belumlah memadai bagi mengenalkan kesempurnaan dan kebesaran agama
islam kepada orang-orang yang baru hendak mengenal dan cuba hendak menyakini ajaran-
ajarannya, satu jalan yang amat memberi kesan dalam perkara in ialah menerusi
kesusasteraan. Memang dengan mudahnya dapat kita pastikan bahawa pengembang-
pengembang agama islam telah banyak menggunakan lapangan kesusasteraan ini bagi
memperkenalkan riwayat-riwayat seperti yang berkenaan dengan nabi-nabi, pahlawan-
pahlawan islam pada zaman islam mula berkembang dan sebagainyan. Cerita-cerita atau
riwayat-riwayat seumpama ini sudah barang tentulah amat menarik perhatian dan segera
tersebar disisi orang-orang yang baru mulai hendak memahamkan ajaran-ajaran agama islam
itu.
Diantara hasil-hasil kesusasteraan tua melayu yang bercorak islam ialah seperti Hikayat Nabi
Muhammad, hikayat Nabi Bercukur, Hikayat Nabi Muhammad mengajar anaknya Fatimah,
Hikayat Puteri Selamah mengadap Nabi Muhammad bercakap berkenaan kewajipan isteri,Hikayat Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Nabi Daud dan hikayat beberapa orang nabi-nabi lagi
yang kemudiannya dihimpunkan kedalam sebuah kitab dinamakan Kessasul Anbia` yakni
kisah nabi-nabi. Kisah-kisah kegagahan pahlawan islam dalam peperangan pada zaman itu
adalah terjumlah kepada cerita-cerita yang amat digemari oleh orang-orang melayu maka
dengan hal yang demikian bolehlah diagak bahawa hikayat-hikayat seperti Hikayat amir
Hamzah, HIkayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Raja Hendak yang meriwayatkan peri
kegagahan Sayyidina Ali dan Hikayat Raja Bandar, adalah diantara hikayat-hikayat yang
mula-mula sekali diterjemahkan kebahasa melayu.
Haruslah pada zaman mula-mula kedatangan Islam dahulu, banyak bilangan hikayat-hikayat
dari jenis yang tersebut diatas itu telah diterjemahkan kebahasa melayu terutamanya daripada bahasa Parsi, dan menurut buku sejarah Melayu adalah terbukti dengan sahnya bahawa dua
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 8/48
buah hikayat, iaitu Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad ali Hanafiah( kedua-
duanya terjemahan daripada bahasa Parsi), telah ada dan telah sedia digemari oleh orang-
orang melayu membacanya sebelum kejatuhan Melaka ketangan Feringgi pada tahun 1511
itu, alasan ini sedia terhurai didalam buku sejarah Melayu iaitu berkenaan kisah pada malam
sesudah Feringgi melancarkan serangannya yang pertama keatas Melaka, seperti yang
tersebut dibawah ini
Maka Sultan ahmad pun menghimpunkan orang, dan suruh berhadir senjata. Maka hari pun
malamlah, maka segala hulubalang dan segala anak tuan-tuan semuanya bertunggu dibalai
rong. Maka kata segala anak tuan-tuan itu, Apa kita buat bertunggu dibalai rong diam-diam
sahaja? Baik kita membaca hikayat perang, supaya kita beroleh faedah daripadanya. Maka
kata Tun Muhammad Onta, benar kata tuan-tuan itu, baiklah Tun Indera Sagara pergi
memohonkan Hikayat Muhammad Hanafiah, sembahkan mudah-mudahan dapat patik-patik
itu mengambil faedah daripadanya. Kerana Feringgi akan melanggar esok hari. Maka Tun
Indera Sagara pun masuk mengadap Sultan Ahmad. Maka segala sembah orang itu semuanya
dipersembahkannya kebawah duli Sultan Ahmad. Maka oleh Sultan Ahmad dianugerahi
Hikayat Amir Hamzah, maka titah Sultan Ahmad pada Tun Indera Sagara, katakana kepadasegala anak tuan-tuan itu, hendak pun kita anugerahkan Hikayat Muhammad Hanafiah, takut
tiada akan ada berani segala tuan-tuan itu seperti Muhammad Amir Hamzah pun padalahmaka kita beri Hikayat Hamzah. Maka Tun Indera Sagara pun keluarlah membawa Hikayat
Hamzah, maka segala titah Sultan Ahmad itu semuanya disampaikannya pada segala anak
tuan-tuan itu, maka semuanya diam, tiada menyahut. Maka kata Tun Isap pada Tun Indera
Sagara, persembahkan kebawah duli yang dipertuan, seperti Muhammad Hanafiah, patik-
patik itu adalah seperti hulubalang Benair. Maka oleh Tun Indera Sagara segala kata Tun Isap
itu semuanya dipersembahkannya kepada Sultan Ahmad, maka baginda pun tersenyum maka
titah Sultan Ahmad, benar katanya itu. Maka dianugerahi pula Hikayat Muhammad Hanafiah.
Sebuah lagi hikayat Melayu yang boleh dihitung tertua ialah Hikayat Iskandar Dzul Karnain (
Alexander the Great ) yang dipercayai tersalin kebahasa Melayu daripada bahasa Arab.
Hikayat ini asalnya disusun di Iskandariah dalam kurun Masehi yang ke-11
Sungguhpun tidak dapat ditentukan dengan sahnya adakah Hikayat Iskandar Dzul Karnain
dalam bahasa Melayu itu telah ada pada zaman sebelum kerajaan Melayu Melaka ditakluki
oleh feringgi ( T.M. 1511 ), iaitu seperti Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Ali
Hanafiah, tetapi tidaklah boleh disyak lagi bahawa cerita-cerita atau riwayat berkenaan
dengan kemasyhuran bijaksana dan gagah perkasanya Iskandar Dzul Karnain itu telah sampai
kepengetahuan orang-orang Melayu Hampir sesama dengan kedatangan Islam.
Didalam buku Sejarah Melayu Iskandar Dzul Karnain telah dihubungkan bahawa raja
Melayu yang asal turun di Bukit Siguntang Maha Miru itu, ialah keturunan Raja Iskandar
Dzul Karnain itu. Perkara seperti ini tidaklah boleh dihairankan kerana banyak diantara
gulungan raja-raja mengaku bahawa mereka ialah keturunan Raja Iskandar Dzul Karnain.
Pengaruh Parsi
Bagaimana pun dapat kita pastikan dengan nyatanya bahawa hasil-hasil kesusasteraan lama
Melayu, yakni kesusasteraan pada zaman islam mulai berkembang dialam Melayu ini,
bahagian yang terbesarnya telah disalin atau pun disador daripada cerita-cerita Parsi dan juga
banyak mencontoh cara karangan Parsi. Sesungguhnya saudagar-saudagar dari Gujeratlahyang telah membukakan jalan bagi pengaruh Parsi meresap masuk kedalam penghidupan
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 9/48
orang-orang Melayu sehingga bukan sahaja dalam lapangan kesusasteraan lama bahkan
dalam adapt istiadat raja-raja Melayu, bahasa serta lapangan agama pun ada juga didapati
perkataan-perkataan Parsi.
Dalam istiadat raja-raja Melayu boleh kita pastikan dari semenjak Sultan Melaka yang
pertama, iaitu Sultan Iskandar Shah hinggalah kezaman ini, raja-raja Melayukebanyakkannya masih lagi memakai gelaran Shah, iaitu suatu gelaran yang berasal dari
Parsi. Ada beberapa lagi perkataan-perkataan yang berkenaan dengan raja dan pentadbiran
didapati berasal dari perkataan-berkataan Parsi, umpamanya istana, dewan, bakshish, lashkar,
shahbandar, nobat (daripada perkataan Parsi naubat ), termasuklah juga alat-alat nobat itu
seperti nafiri dan rebab ialah daripada bahasa Parsi.
Ada juga lagi beberapa perkataan dari Parsi asalnya yang lekat dan masih dipakai dalam
bahasa Melayu iaitu seperti perkataan saudagar, nakhoda, kelasi, sakhlat, gandum, anggur,
badam dan nama jenis-jenis senjata juga ada diantaranya yang dipinjam daripada bahasa Parsi
seperti perkataan-perkataan cokmar, khanjar, samsir dan sebagainya.
Dalam pada itu bolehlah dikatakan bahawa meski pun dalam kesusasteraan lama Melayu
perkataan-perkataan Parsi itu hanya sedikit digunakan tetapi sungguh pun demikian perkara
ini berguna juga dalam usaha menyiasat dan memastikan daripada bahasa apakah asalnya
diterjemah sebuah buku itu kebahasa Melayu.
Kesan aliran gaya-gaya karangan Parsi dan kesusasteraan Melayu bolehlah dipastikan
contohnya daripada permulaan kata buku Sejarah Melayu ( naskah Shellabear ) iaitu bercorak
atau mencontohi aliran bentuk Mathnawi ( Mesnewi ), sejenis syair Parsi yang ditunjukkan
bagi memuji-muji lazimnya dimulai dengan mukadimah atau permulaan kata memuji Allah
dan rasulnya. Kemudian daripada itu diikuti pula dengan dengan menyembut salasilah
keturunan seseorang orang besar, lazimnya sultan yang memerintah dan kepadanyalah
ditunjukkan buah ciptaan itu. Terkadang-kadang pula pengarang itu menghuraikan karangan
itu, puncanya keraplah dengan dorongan permintaan atau dengan kehendak seseorang sahabat
yang dimuliakannya.
Daripada permulaan kata buku Sejarah Melayu itu dapat kita pastikan bentuk seperti yang
tersebut diatas, iaitu dimulai dengan ayat-ayat dalam bahasa Arab mengandungi berbagai
pujian bagi Allah dan Rasulnya serta dengan terjemahannya kebahasa melayu. Kemudian
diterangkan pula oleh pengarangnya hal ehwal yang menyebabkan ia memulai usaha
mengarang buku itu, biasanya ialah dengan permintaan seseorang sahabat, berkenaan dengan
buku Sejarah Melayu itu Tun Seri Lanang menulis demikian:
……..Pada suatu masa bahawa fakir duduk pada suatu majlis dengan orang besar -besar
bersenda gurau. Pada antara itu ada seorang orang besar, terlebih mulianya dan terlebih besar
mertabatnya daripada yang lain, maka berkata ia kepada fakir, Hamba dengar ada hikayat
Melayu dibawa oleh orang dari Goa, barang kita perbaiki kiranya dengan istiadatnya, supaya
diketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita, dan boleh diingatkannya
oleh segala mereka itu, shahadan adalah beroleh faedah ia daripadanya.
Sesudah itu barulah pengarangnya menerangkan namanya dengan berkata: Setelah fakir
mendengar demikian, jadi beratlah fakir alladhi huwa murakkabun ala jahli Tun Muhammad
namanya, Tun Seri Lanang timang-timangnya. Paduka Raja gelarannya, Bendahara, anak
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 10/48
orang kaya Paduka Raja…….( seterusnya diterangkannya susur galor keturunannya hingga
kepada baginda Mani Purindan serta nama negerinya yang asal ).
Kemudian pengarannya itu menerangkan pula peristiwa yang menguatkan lagi kemahuannya
mengarang buku itu dengan menyebutkan satu persatu tarikh, tahun, hari bahkan hingga saat
ketikanya:
Tatkala hijratu l-nabiyyi salla LLahu alaihi wa`salamu seribu dua puluh satu tahun, kepada
tahun Dal, pada dua belas hari bulan Rabi`ilawwal, kepada hari khamis, waktu al-dhoha, pada
ketika shamsu, pada zaman kerajaan marham yang mangkat di Acheh, Sultan Alauddin
Riayat Shah zillu LLahi filalam anak sultan Iajalli abdi Jalil Shah……… (seterusnya titisan
keturunan baginda hingga kepada Sultan Mudzaffar Shah).
Maka sesudah itu barulah disebutkannya nama orang besar yang ditunjuknya buah usahanya
itu, demikian tulisnya:
Sedang baginda ( Sultan Alauddin Riwayat Shah ) bernegeri di Pasai, dewasa itulah datangRaja Dewa Said kepada hamba Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang, anak Seri
Akar Raja Patani, menjunjungkan titah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Ma`ayah
Shah ibni Sultan ajallah Abdil Jalil Shah ( diikuti dengan pujian-pujian serta doa dalam
bahasa Melayu ). Demikian bunyi titah yang maha mulia itu, bahawa beta minta perbuatkan
hikayat pada Bendahara, peri persetua dan peraturan segala raja-raja Melayu denganistiadatnya sekali supaya diketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita,
diingatkannya oleh meraka itu, shahadan beroleh faedahlah ia daripadanya.
Sebagai menunaikan kehendak ini Tun Seri Lanang menulis demikian:…………. Maka fakir
karangkanlah hikayat ini kama samitu min jaddi wa`abi supaya akan menyukakan duli
hadhrat baginda. Maka fakir nama hikayat itu Sulalatu I-Salatin yakni peraturan segala raja-
raja……..
Demikianlah susunan permulaan kata Sejarah Melayu yang dapat dipastikan sebagai
mencontohi aliran karangan Parsi itu. Meski pun buku Sejarah Melayu itu ada juga
dipengaruhi corak kesusasteraan Parsi, tetapi tiadalah begitu banyak jika dibandingkan
dengan dua buah lagi buku yang boleh dikatakan sejenis dengannya, iaitu Taj ul Salatin atau
Mahkota raja-raja dan Bustan ul Salatin atau taman Raja-raja.
Ada beberapa buah lagi buku-buku lama Melayu yang bercorak Parsi jika tidak pun sadoran
daripada kesusasteraan Parsi. Antara buku-buku jenis ini ialah:
Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakhtiar, serta beberapa cerita-cerita yang terkandung di
dalam Hikayat 1001 Malam.
Tingkat-tingkat perkembangan sastera lama
Perkembangan kesusasteraan lama Melayu yang berpengaruh Islam sama ada bercorak Parsi
atau pun Arab bolehlah dibahagikan kepada tiga zaman seperti yang tersebut di bawah ini:
Zaman Kerajaan Pasai T.M. 1280-1400
Zaman Kerajaan Melaka T.M. 1400-1511
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 11/48
Zaman Kerajaan Acheh dan Johor T.M. 1511-1650
Kesusasteraan lama Melayu telah mulai berkembang dinegeri Pasai, negeri yang mula-mula
sekali didalam Melayu menerima agama Islam itu bersifat keagamaan dan bahagian yeng
terbesar daripadanya ialah mengikut corak Parsi.
Apabila negeri Melaka telah terbuka dan kerajaannya makin lama bertambah besar maka
negeri Melaka itulah pula yang menjadi tumpuan pengembang-pengembang agama dan
ulama-ulama Islam. Pada zaman itu semakin bertambahlah bilangan hasil-hasil kesusasteraan
Melayu, bukan sahaja cerita-cerita yang berkaitan dengan agama, atau hikayat-hikayat yang
disalin daripada kesusasteraan Arab dan Parsi, bahkan harus pada zaman itulah usaha-usaha
telah dijalankan bagi menyalin atau menjawikan daripada tulisan Kawi beberapa cerita dari
kesusasteraan Hindu, terutamanya daripada kita-kitab Mahabharata dan Ramayana.
Sesungguh pun demikian usaha-usaha yang telah dijalankan bagi kemajuan dan
perkembangan sastera pada zaman Kerajaan Melayu Melaka itu, tetapi zaman kemajuan
gemilang bagi kesusasteraan lama Melayu ialah pada pertengahan yang pertama kurunMasehi yang keXV11 yakni berhubung dengan zaman Kerajaan Acheh meningkat kepuncak
kebesarannya, iaitu sesudah kejatuhan Kerajaan Melayu Melaka pada T.M.1511. Beberapa
buah buku-buku yang tinggi mutunya telah tercipta pada zaman itu, diantaranya Sejarah
Melayu atau Sulalatu Salatin telah mulai disusun dalam tahun 1612, Taj ul Salatin tercipta
pada tahun 1603 dan Bustan ul Salatin dalam tahun 1638.
Bab 2. Naskah-naskah Kesusasteraan Lama Melayu
Ahli-ahli penyelidik hal ehwal berkenaan kesusateraan Melayu yang berpeluang menyelidik
naskah-naskah kesusteraan lama Melayu yang terkumpul sama ada dikutub-kutub khanah
atau di muzium yang besar-besar atau pun dalam simpanan seseorang adalah sukar hendak
mendapati sesebuah naskah asal yang bertarikh terdahulu daripada T.M. 1600.
Diantara naskah-naskah kesusateraan lama Melayu yang tertuanya sekali dipercayai ialah
Hikayat Raja-raja Pasai yang dikatakan ada tertulis dibelakangnya tarikh hikayat itu disusun,
iaitu pada pertengahan kurun yang ke-XV yakni T.M 1450. Hikayat ini telah dicetak dan
diterbitkan oleh seorang ahli bahasa Perancis, Dulaurier namanya. Hikayat berkenaan negeriPasai, iaitu sebuah sebuah negeri Melayu yang telah ditakluk oleh Acheh dalam T.M 1524 itu
bukan sahaja menarik perhatian oleh tertua umurnya daripada hikayat-hikayat Melayu yang
lain, bahkan adalah ternyata bahawa kandungan buku Sejarah Melayu benyak mencontohi
dan menggunakan petikan daripadanya.
Dari kandungan Hikayat raja Pasai itu dapat dipastikan tuanya umur hikayat itu daripada
bentuk bahasa serta gaya susunan ayat-ayatnya berbeza dengan hikayat-hikayat lama Melayu
yang lain-lain, tambahan lagi bahasa Arab jarang-jarang didapati didalamnya tidak seperti
lain-lain hikayat Melayu yang terkarang dalam masa terkemudian daripadanya. Adapun
perkara yang menyebabkan demikian ialah kerana pada zaman Hikayat Raja-raja Pasai itu
dikarang belumlah berapa luas pengetahuan orang tentang bahasa Arab.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 12/48
Bagi membicarakan perkara naskah-naskah yang tertua dari kesusasteraan Melayu maka
tidaklah boleh dikecualikan kepingan atau helai naskah buku-buku tua yang tiada lengkap,
demikian juga surat-surat lama yang ada tersimpan dibeberapa buah kutub khanah dinegeri
dinegei-negeri Eropah, umpama ada kepingan dari naskah Hikayat Muhammad Ali Hanafiah
di Universiti Of Cambridge, kepingan ini telah didapati oleh seorang Belanda pelajar bahasa
Arab, Erpenius namanya daripada Peter Willemsz van Elbinck yang melawat negeri Acheh pada T.M 1604. Dengan adanya kepingan atau helai tersebut maka terbuktilah dengan nyata
lamanya umur Hikayat Muhammad Ali Hanafiah itu, iaitu bolehlah dipercayai bahawa
hikayat itu telah sedia adanya pada hujung kurun Masihi yang ke XV atau pun pada
permulaan kurun yang ke XV1
Sebuah lagi naskah hikayat lama Melayu yang tertua umurnya ialah Hikayat Nabi Allah
Yusuf yang telah diperolehi dan tersimpan di Cambridge Universiti pada T.M 1601. menilik
kepada bentuk serta bahasa yang terkandung didalamnya haruslah hikayat ini pun berasal dari
kesusasteraan Parsi. Selain daripada itu ada sebuah naskah asal Hikayat Nur Muhammad
bertarikh pada T.M 1668, tetapi hikayat itu serta kesah yang terkandung didalamnya
dikatakan sudah sedia terkenal pada zaman itu.
Diantara beberapa buah naskah-naskah buku lama Melayu yang ada didalam simpanan
Preussische Staatsbibliothek, Berlin ada sebuah naskah yang menarik perhatian iaitu naskah
Cerita Maharaja Ravana cerita ini ialah salinan daripada Hikayat Seri Rama, tetapi ada
tentangnya berbeza dengan dua buah Hikayat Seri Rama dari naskah Rooda van Eysinga dan
Shellabear yang telah disebutkan dalam bab yang terdahulu ( Penggal yang pertama ).
Naskah Maharaja Ravana itu tiada bertulis apa-apa tarikh yang boleh ditentukan umurnya
tetapi menilik kepada beberapa kekhilafan ejaan-ejaannya bolehlah dipercayai bahawa
naskah ini telah disalin atau ditiru daripada sebuah naskah yang lain oleh seorang penyalin
yang cuai dan tiada mengambil berat hendak menyemaknya semula. Ejaan-ejaandalam
naskah cerita ini berbeza dengan ejaan melayu yang lazim dan lebih hampir kepada ejaan
mengikut lighat Minangkabau, misalnya perkataan “beri” dieja dengan “bari” demikian juga
beberapa perkataan yang lain-lain. Ada juga beberapa perkataan Jawa digunakan didalamnya
seperti gegaman, anom, likor, ilat, siwalan, Ratu Mas, Raden dan sebagainya.
Perkara yang lebih-lebih menarok hati berkenaan dengan naskah cerita Maharaja Ravana
yang yang tersimpan di Berlin itu ialah tentang tambahan-tambahan didalamnya yang nyata
mengikut corak Melayu, khasnya tentang Seri Rama dan Sita Dewi bercumbu-cumbuan
dengan berbalas-balas pantun.
Tatkala Sita diatas peraduannya melayani perasaan asyik berahi dan rindu dendamnya akan
Seri Rama maka ia pun berpantun kepada dayang-dayangnya demikian:
Dari mana terbangnya merak
Permata jatuh keapi
Dari mana mulanya hendak?
Dari mata turun ke hati.
Kemudian tatkala Seri Rama dan Laksamana duduk ditempat persiraman dalam taman Sita,
maka Sita minta kepada inangnya Dang Lela Suganda, supaya membawa puannya yang berisi
surat dan sebentuk cincinnya kepada Seri Rama. Surat itu mengandungi pantun demikian bunyinya:
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 13/48
Orang kerekut di pinggir laut,
Temu-temu didalam puan,
Sakit ini antara maut,
Hendak bertemu padamu tuan.
Pantun ini diikuti dengan serangkap lagi:
Jika sulasih menyulasih,
Rakit-rakit di batang bemban,
Kekanda kasih, adinda kasih,
Meminta ubat hati yang dendam
Apabila membaca surat Sita itu maka Seri Rama pun menangis air matanya bercucuran
seperti mutiara putus dari karangannya, maka Dang Lela Suganda pun tersenyum sambil
berpantun:
Rakit-rakit didalam petiJelitung daun angsana
Jangan tuan bersakit hati
Petang hari pergi kesana
Maka Seri Rama pun menjawab demikian;
Sulasih daun angsana
Julutung padang di padang temu
Badan kasih, pergi kesana
Petang hari kita bertemu
Lalu Dang Lela Suganda membalas pantun mengingatkan Seri Rama demikian bunyinya:
Jikalau las diatas geta
Gunjai dikarang akan destar
Luslas tuan berkata
Jangan hilang nama raja besar
Sesudah itu maka Seri Rama pun berjanji hendak datang mendapatkan Sita. Pada petang itu
Seri Rama pun berjanji hendak datang mendapatkan Sita. Pada petang itu Seri Rama diiringi
oleh Laksamana pergi kesebuah rumah berhala dan disitu ia telah bertemu dengan Sita.Tatkala bercumbu-cumbuan antara keduanya itu maka Seri Rama pun berpantun demikian
bunyinya:
Sireh puan cerana puan
Legundi di rumah Dang Lela
Sebab tuan, kerana tuan
Hilang budi menjadi gila
Dengan senyum Sita menjawab:
Kain celari panjang puncanyaDi pakai budak turun mandi
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 14/48
Laki-laki sahajakan dusta
Ketika hendak turutkan mati
Dengan adanya pantun disulamkan kedalam cerita Maharaja Ravana, ini maka ternyatalah
bahawa naskah cerita itu bersalin beberapa lama sesudah kedatangan Islam, tetapi bagaimana
pun kandungannya adalah mengikut aliran kitab tua Hindu itu juga.
Naskah-naskah di Jerman
Menurut keterangan Tuan Overbeck didalam Journal Jilid IV Bahagian II Malayan Branch
Royal Asiatic Society bertarikh October tahun 1926, ada hampir seratusbuah naskah-naskah
kesusasteraan Melayu tersimpan didalam kutub-kutub negeri Jerman seperti di Berlin,
Dresden, Munich dan Hamburg. Sekiranya library- library itu tiada musnah oleh bahana
peperangan dan jika dalam jagaan baik maka haruslah naskah-naskah itu dapat di saksikan
lagi hingga kemasa ini.
Diantara nama buku-buku dalam senarai yang disebutkan oleh Tuan Hans Overbeck itusebahagian besar daripadanya tiada diketahui adanya oleh kebanyakkan orang Melayu,
kecualilah mereka yang berpeluang menyaksikannya sendiri. Sebagai contoh naskah-naskah
buku yang namanya jarang didengar itu diantaranya ialah seperti tersebut di bawah ini:
Ceritara Raja Banjar dan Raja Kota Ringi, ceritera tatkala permulaan orang mendapat raja di
negeri Kutai Kerta Negara, ceritera daripada setengah pendita yang arif budiman akan
menceritakan daripada asal bangsa jin dan segala dewa-dewa, Hikayat Aranda Kasina,
Ceritera Maharaja Boma, Hikayat Krisna, Hikayat Sultan Mahmud Guznawi, Hikayat
Unggas Bayan dan Bujangga Ariffin, Hikayat Indera Nata, Hikayat Sema`un, Hikayat Raga
Singasayah, Hikayat Puteri Salamah, Hikayat Asal Raja-raja Sambas, Sha`er Kupu-Kupu,
Sha`er Mekah, Sha`er Melayu Palembang, Pantun berkait sakit hati, Pantun Bima ( Sumbawa
), pelbagai cerita tua iaitu antaranya ialah cerita Batu Nago dengan Pulau Aur dan Orang
Sikolambai di Sawang Painan, cerita Si Bujang Lenggong menjadi Batu, cerita batu
bertembok di kampung Pandung dalam negeri Salida dan Cerita Bukit Chumaning dan Bukit
Ikan dalam nagari Sungai Jarnih, Hikayat Dewa Mandu, dan beberapa buah lagi naskah-
naskah lama antaranya berupa undang-undang dan peraturan mengandungi 44 fasal berkaitan
dengan adapt istiadat dan hukum-hukum negeri.
Di London, Brussels dan Hague
Selain dari yang tersebut diatas itu ada beberapa banyak lagi naskah-naskah asalkesusasteraan lama Melayu tersimpan didalam kutub-kutub khanah beberapa buah negeri di
Eropah seperti di England iaitu antaranya ialah kutub khanah Royal Asiatic Society, Bodleian
Library, Oxford, Cambridge University Library, Library of the India Office, di British
Museums dan didalam kutub khanah The Scholl of Oriental Studies.
Dalam negeri Balanda ada juga tersimpan beberapa buah naskah-naskah asal kesusasteraan
Melayu dalam kutub-kutub khanah seperti di Leiden, di Hague dan di Amsterdam. Selain dari
itu ada juga naskah-naskah asal kesusasteraan Melayu tersimpan di Brussels dan di Paris.
Dr R.O Winstedt telah mencatitkan di dalam Journal Straits Branch Royal Asiatic Society
bertarikh September 1920, nama-nama sejumlah lebih seratus naskah buku-buku melayuyang tersimpan didalam kutub-kutub khanah di London, Brussels, Hague. Diantaranya
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 15/48
termasuklah nama buku-buku lama Melayu yang terkandung di dalam daftar buku yang
disusun oleh H.N van de Tuuk dan ada tersimpan di dalam Library of the India Office,
London.
Selain dari buku-buku yang mengandungi undang-undang negeri, risalah-risalah dan kitab-
kitab yang berkenaan dengan agama Islam maka banyak juga didapati nama hikayat-hikayatlama Melayu di antaranya ialah seperti yang disebutkan di bawah ini:
Hikayat Mesa Tandraman, Hikayat Pendawa Jaya, Hikayat Isma Yatim. Hikayat Indera Jaya
Pati, Hikayat Ular Nankawang, Hikayat Dewa Mandu atau Kangsa Indera Pikrama Raja,
Hikayat Raja Dewa Maharupa, Hikayat Parang Putting, Hikayat Shah-I Mardan atay Hikayat
Indera Jaya, Sha`er Jaran Tamasa, Babat Sekandar, dan lain-lain lagi.
Di dalam British Museum, London ada juga tersimpan beberapa naskah hikayat-hikayat lama
Melayu, diantaranya ialah seperti yang disebut di bawah ini:
Hikayat Bahari Kala, Hikayat Kera Mas atau Misa Kemetar Ismu Rencana, Hikayat CarangMengindera Cuaca, Hikayat Misa Taman Jayeng Kesuma, Hikayat Dalang Wesa Purba,
Hikayat Simbu(Lembu) Mangkurat, Hikayat Raja Babi, sha`er Sultan Maulana.
Didalam kutub khanah Brussels pula didapati naskah-naskah Taj ul-Salatin, Hikayat Kalilah
dan Daminah, Hikayat Indera Putera, Hikayat Dewa Asmara Jaya, Hikayat Maharaja
Bikrama Sakti, Bustan ul-Salatin.
Naskah buku-buku lama Melayu yang tersimpan di dalam kutub khanah Hague adalah di
dapati kebanyakkan naskah-naskah yang berkaitan dengan sejarah seperti buku sejarah
Melayu, Surat Tambo Raja atau Undang-undang Minangkabau, Cerita bangka, Sejarah raja-
raja Riau, Hikayat Salasilah Perak, Hikayat negeri Jambi, Cerita Adipati Wira tanah Datar,
kedatangan Islam ke Preanger, Cerita Siam, Salasilah Raja-raja di dalam negeri Palembang,
Aturan Raja-raja di dalam negeri Palembang, turunan Raja Luwu dan raja Soppeng.
Hikayat-hikayat yang tersimpan di dalam di dalam kutub khanah di Hague itu antaranya ialah
Hikayat Ahmad Muhammad, Hikayat Sultan Ibrahim, Hikayat sang Bima, Hikayat Abu
Samah, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Nabi Wafat, Hikayat Mahmud Badruddin, Cerita
Menggarai. Selain dari itu ada pula beberapa buku undang-undang berkenaan dengan negeri-
negeri Minangkabau, Palembang , Moko-moko, Bangkahulu, Musi Hilir, Malang dan lain-
lain.
Selain dari beberapa buah lagi naskah-naskah yang mengandungi pengetahuan agama islam
maka ada tersimpan di dalam kutub khanah Hague itu sebuah naskah yang berkenaan dengan
ilmu kejadian alam yang bernama Awang lagi Awang, belum ada jadi arash kursi.
Hasil-hasil kesusasteraan Melayu sebelum T.M. 1736
Werndly, seorang Belanda sarjana bahasa Melayu, telah menyusun daftar buku-buku Melayu
di dalam buku nahu Melayunya yang telah di cetak di Amsterdam dalam T.M 1736. Daftar
itu mengandungi nama-nama 69 buah hikayat-hikayat, kitab-kitab agama islam dan
sebagainya. Di antara hikayat-hikayat dan buku-buku berkenaan dengan ketata negaraan dan
sejarah yang tersebut di dalam daftar itu ialah seperti di bawah ini:
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 16/48
Selalatu I-Salatin atau Sejarah Melayu, Taj ul-Salatin atau Mahkota Raja-raja, Bustan ul-
Salatin atau Taman Raja-raja, Hikayat Acheh, Hikayat Dzul Karnain, Hikayat Isma Yatim,
Hikayat Ambon, Hikayat Amir ul-Mu`minin Omar, Hikayat Indera Sakti, Hikayat Indera
Putera, Hikayat Bayan, Hikayat Bakhtiar, Hikayat Burung Pingit, Hikayat Tanah Hitu,
Hikayat Jauhar Ma`nikam, Hikayat Hamzah, Hikayat Datia Perjangga, Hikayat Dewa Raja,
Hikayat Raja Busman dan Lokman, Hikayat Raja Tambikbaya, Hikayat Raja Sulaiman,Hikayat Raja Ajami Azbakh, Hikayat Raja Kuripan, Hikayat Raja Kemboja, Hikayat Raja
Nila Datia Kuacha, Hikayat Rangga Rari, Hikayat Segala Susuhunan, Hikayat Abdullah bin
Omar, Hikayat Kalilah wa-Daminah, Hikayat Muhammad Hanafiah, Hikayat Mi`raj Nabi
Muhammad, Hikayat Mir Muhammad atau Hikayat daripada kejadian Mir Muhammad,
Hikayat Mesa Taman Panji Wila Kesoma, Hikayat Mesa Gemetar, Hikayat Nabi
Muahammad, Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Charang Kolina, Hikayat Jaya Langkara, Hikayat Pelanduk Jenaka, Hikayat Pendawa,
Hikayat Kuda Perungu, Nur Muhammad, ceritera daripada Sulaiman, ceritera daripada Omar,
cerita Raja Dewa Ahmad, cerita Raja Som`ih, cerita Kobat Lela Indera.
Kitab-kitab berkenaan dengan agama diantaranya ialah, usul agama islam, Idah Agama islam,Idah Al fikh, Tafsir al Kor`an, Tauhid, Hafiz iman ul mu`min, Hukum Islam, Hukum haj,
Pamun din al Islam, Kitabul Farid, Kitabu`llah, Kashifu`l tajallil subhani karangan hamzahFansuri, Kenzul Khafi, Mi`rat ul mu`min karangan Shamsuddin ibn Abdullah, Marifat al
Islam.
Selain dari itu ada juga naskah-naskah seperti Hukum Kanun, Ilmu Fikh, Ilmu falak, Shaikhul
Hussainul Kashifi dan Permata Ma`rifat Allah.
Banyak yang hilang
Tatkala membicarakan perkara naskah-naskah kesusasteraan lama Melayu, maka hendaklah
sentiasa diingat bahawa segala naskah-naskah kesusasteraan lama yang tersimpan di dalam
kutub-kutub khanah seperti yang telah dari semenjak zaman purba dan naskah-naskah itulah
kalau ada pun yang masih tinggal lagi sebagai saki baki daripada hasil-hasil kesusasteraan
lama Melayu yang telah tercipta dari semenjak zaman purba, dan naskah-naskah itulah kalau
ada pun yang masih tinggal lagi sebagai saki-baki daripada beberapa banyak yang telah
hilang dan musnah di sepanjang peredaran zaman yang menempuh berbagai peristiwa
mengenai sejarah bangsa melayu.
Peristiwa-peristiwa lenyapnya Kerajaan Seri Wijaya serta kedatangan agama Islam ka`alam
melayu, ialah diantara sebab-sebab maka lenyapnya segala naskah-naskah kesusasteraanMelayu yang berasal dari zaman Hindu dahulu.
Kemudian daripada itu sesudah Melaka menerima agama Islam dan dengan adanya
perhubungan-perhubungan rapat dengan cerdak pandai yang datang daripada tanah Jawa serta
pengembang-pengembang agama dari benua Hindi, negeri-negeri Parsi dan Arab maka
haruslah pada zaman itu usaha-usaha dalam bahagian kesusasteraan terutamanya terjemah-
menterjemah mulai dikerjakaan dengan bersungguh-sungguh. Selain dari kerja-kerja
menterjemahkan risalah-risalah dan kitab-kitab gama Islam maka haruslah pada zaman itu
juga telah diusahakan menterjemah atau menyalin beberapa cerita daripada kitab-kitab tua
Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata yang telah ada terjemahannya didalam bahasa
jawa dalam usaha ini haruslah dengan bantuan orang-orang Jawa yang datang ke Melaka pada zaman itu.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 17/48
Selain dari Hikayat Muhammad Ali Hanafiah dan Hikayat Amir Hamzah yang telah ada
tersebut didalam buku sejarah Melayu itu, demikian juga Hikayat Iskandar Dzul Karnain dan
Hikayat Seri Rama yang harus telah ada pada zaman Kerajaan Melayu Melaka itu, maka
haruslah juga telah dijadikan asas atau panduan oleh Tun Seri Lanang bagi menyusun buku
Sulalatu I-Salatin atau Peraturan Segala Raja-raja yang lebih terkenal dengan nama Sejarah
Melayu itu.
Sesungguhnya haruslah tiada dapat seseorang hendak membuktikan beberapa banyak dan
apa-apa namanya hikayat-hikayat atau lain-lain hasil kesusasteraan Melayu Melaka yakni
pada T.M 1400-1511 itu, kerana segalanya itu telah hilang atau binasa dalam peristiwa-
peristiwa yang menyedihkan.
Oleh kerana menurut kelazimannya, istimewa pada zaman dahulu, bahawa istana raja ialah
menjadi tempat perhimpunan buku-buku yang telah binasa di makan api dalam peristiwa
kebakaran istana Sultan Mansor Shah seperti tersebut kesahnya di dalam buku Sejarah
Melayu yang mengatakan bahawa dalam peristiwa itulah kerajaan daripada Sang Nila Utama
telah dibakar.
Suatu peristiwa lagi yang harus menyebabkan banyak kehilangan naskah-naskah
kesusasteraan lama Melayu ialah tatkala Kerajaan Melayu Melaka alah dilanggar oleh
Feringgi dalam masa Sultan Mahmud dan orang besar-besar Melaka berundur melepaskan
diri daripada dapat ditawan oleh Feringgi, tentulah mereka mengutamakan keselamatan
nyawa, kehormatan dan harta benda lebih daripada menyelamatkan buku-buku.
Bagaimana pun, adalah peristiwa yang menyebabkan kehilangan hasil-hasil kesusasteraan
Melayu yang lebih besar lagi ialah dengan terbakarnya kapal yang bernama the Fame pada 2
hari bulan ke Britain . Dalam kebakaran itu habislah musnah segala muatannya iaitu berbagai
khazanah termasuklah perpustakaan lama Melayu yang telah di kumpulkan oleh Tuan
Raffles.
Menurut keterangan Abdullah bin Abdul Kadir Munshi dalam hikayatnya nyatalah amat
banyak perpustakaan lama Melayu yang telah musnah dalam kebakaran kapal the Fame itu.
Ada pun perpustakaan lama melayu, iaitu kitab-kitab, hikayat-hikayat dan syair-syair yang
musnah itu menurut Hikayat Abdullah penuh berisi di dalam tiga buah peti kulit panjang-
panjang sedepa, diantaranya ada kira-kira tiga ratus buah buku-buku yang telah dijilid, tiada
termasuk naskah-naskah yang belum berjilid, yang bercerai-berai, bergulung dan yang
berhelai-helai. Selain dari itu ada lagi duah buah peti penuh berisi dengan surat-surat dan
kitab-kitab Jawa, Bali dan Bugis dan tulisan-tulisan di atas daun lontar.
Sesungguhnya adalah terbukti bahawa segala khazanah yang telah musnah didalam
kebakaran kapal the Fame itu amat tinggi nilainya kepada tuan Raffles, kerana ade tersebut
dadalam buku yang bernama “ Raffles “ of Singapore karangan Reginald Coupland,
mengatakan bahawa berbagai khazanah yang telah dikumpulkan oleh Raffles sebanyak
muatan lebih sebuah kapal telah sudah pun dihantarkan ke England beberapa lama terdahulu
daripada peristiwa kebakaran kapal the Fame itu, tetapi segala khazanah yang terpilih dan
lebih-lebih di hargainya telah dikemudiakan oleh Raffles dengan tujuan ia sendiri hendak
memerhatikan keselamatan khazanah-khazanah itu dalam pelayaran. Malangnya semuanya
itu telah musnah, termasuklah segala naskah buku-buku, surat-surat, tulisan di daun-daun
lontar dan sebainya yang telah di simpan kedalam peti-peti oleh munshi Abdullah di
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 18/48
Singapura itu serta beberapa banyak lagi khazanah-khazanah yang telah terkumpul dan
dibawa daripada Bencoolen.
Bab 3. Zaman Kerajaan Johor Tua dan Acheh (1511 – 1650)
Sungguh pun dalam T.m 1511 Feringgi telah menakluki Melaka tetapi bukanlah bererti
Kerajaan Melayu yang berasal dari Melaka itu telah lenyap, malahan Sultan Mahmud Shah
dan anakanda baginda Sultan Ahmad Shah sesudah berundur, lalu berbuat negeri di Bintan,
maka disanalah Sultan Ahmad Shah mangkat.
Sultan Mahmud Shah tiadalah juga kekal berkerajaan di Bintan kerana Feringgi telah datang
pula melanggar dan memebinasakan negeri Kopak dalam pulau Bintan itu. Sultan Mahmud
dapat berlepas dari kekampar di sana, kerana Raja Kampar yang bernama Sultan Abdullah, putera Sultan Munawar(kekanda Sultan Mahmud Shah) telah di tawan oleh Feringgi.
Setelah Sultan Mahmud Shah mangkat iaitu kira-kira dalam tahun 1529, maka anakanda
baginda yang bernama Raja Ali itulah naik kerajaan di kampar dengan gelaran Sultan
Alauddin Riayat Shah II. Baginda tiada berapa lama bersemayam di negeri Kampar,
barangkali oleh baginda berazam hendak menegakkan semula kebesaran Kerajaan Melayu di
Tanah Melayu bagi menggantikan Kerajaan Melayu Melaka yang telah roboh oleh langgaran
Feringgi itu, maka baginda telah berangkat ke Pahang dan dari Pahang lalu ke Johor berbuat
negeri di Kuala Johor, kekallah baginda bersemayam di sana hingga baginda mangkat kira-
kira dalam tahun 1550 dan anakanda baginda itu pun naik kerajaan dengan gelaran Sultan
Mudzaffar Shah II.
Daripada zaman pemerintahan Sultan Mudzaffar Shah II itu membawa kepada terusirnya
Feringgi daripada bumi Melaka pada tahun T.M 1641, iaitu di langgar bersama-sama oleh
angkatan-angkatan perang Acheh, Belanda dan Johor, maka ada empat orang raja-raja telah
memerintah negeri Johor. Disepanjang masa itu empat kali tempat bersemayam raja telah
berpindah dan telah berulang-ulang kali menentang serangan Feringgi pada zaman Sultan
Mudzaffar Shah II, baginda telah berpindah daripada Johor Lama ke Seluyut ( Kota Batu ).
Pada 15 Ogos T.M 1587 datang Feringgi melanggar dan membinasakan Kota Batu itu.
Kemudian pada zaman Sultan Abdul Jalil II, baginda telah berpindah pula daripada Seluyut
(Kota Batu) ke Batu Sawar. Tatkala baginda bersemayam di Batu Sawar itu, menurut bukusejarah Melayu, telah datang Feringgi melanggar tetapi kota itu tiada alah malahan banyak
kelengkapan Feringgi yang binasa, hingga terpaksa mereka undur balik ke Melaka.
Kemudian baginda berpindah pula ke Sungai Damar (anak Sungai Batu Sawar) dinamai
baginda makam Tauhid. Kota Makam Tauhid ini telah dua kali di langgar Feringgi, tetapi
tiada juga alah, melainkan banyak orang-orang Feringgi yang mati di bunuh oleh orang-orang
Melayu.
Sesungguhnya pada zaman pemerintahan Sultan Abdul Jalil II itulah Kerajaan Johor
bermusuh besar dengan Feringgi hingga sentiasalah berlaku peperangan di antara kedua
pihak itu.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 19/48
Setelah Sultan Abdul Jalil II mangkat dalam T.M 1597 maka anakanda baginda yang
bernama Raja Mansor pula naik kerajaan dengan gelaran Sultan Alauddin Riayat Shaah III.
Maka dalam zaman pemerintahan baginda itu pun beberapa kali juga negeri Johor didatangi
oleh orang-orang Feringgi dan Acheh, tetapi tiada alah. Baginda juga telah berpindah tempat
semayam, iaitu daripada makam Tauhid baginda pindah berbuat negeri di sebuah tempat
Pasir Raja namanya.
Dalam suatu lamggaran angkatan Acheh dalam T.M 1613, Sultan Alauddin Riayat Shah III
bersama-sama dengan adinda baginda Raja Abdullah (yang kemudiannya bergelar Sultan
Abdullah Maayah Shah) dan Bendahara Paduka Raja (Tun Seri Lanang) telah di tawan dan di
bawa mereka ke Acheh tetapi baginda telah dipelihara dengan sempurnanya oleh Raja Acheh,
Iskandar Muda Mahkota Alam dan adinda baginda Raja Abdullah itu dikahwinkan oleh Raja
Acheh itu dengan saudara perempuan.baginda. dalam T.M 1914 Sultan Alauddin Riayat Shah
III telah dihantar balik oleh Raja Acheh ke Johor.
Kemudian tatkala angkatan perang Acheh melanggar Melaka, Sultan Alauddin Riayat Shah
III telah dituduh menyebelahi pihak Feringgi kerana pertolongan baginda tiada bersungguh-sungguh, maka kerana itu Raja Acheh telah menuntut bela lalu melanggar negeri Johor.
Setelah Johor alah maka Sultan Alauddin Riayat Shah III pun berundur ke Bintan, tetapi
Pulau Bintan itu pun telah didatangai oleh angkatan Acheh dan baginda telah di tawan lalu
dibunuh mereka, demikian menurut buku Sejarah Alam Melayu.
Ada pun yang menggantikan Sultan Alauddin Riayat Shah itu ialah adinda baginda Raja
Abdullah dengan gelaran Sultan Abdullah Maayah Shah. Sungguh pun baginda ini menjadi
ipar kepada Raja Acheh, Iskandar Muda Mahkota Alam itu, tetapi nasib baginda tiada baik,
kerana baginda telah murka dan diseterui oleh Raja Acheh, akhirnya baginda telah mangkat
pada T.M 1637 (menurut buku Tawarikh Johor pada T.M 1623) di Pulau Tembelan, iaitu
sebuah pulau kecil dalam Gugusan Pulau-pulau Riau.
Setelah Sultan Abdullah Ma`ayah Shah mangkat maka yang menggantikan kerajaan baginda
di Johor itu, ialah putera saudara baginda, iaitu Raja Abdul Jalil, putera Sultan Alauddin
Riayat Shah III, dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III. Maka sesungguhnnya
Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III itulah yang bersungguh-sungguh bersahabat dengan
Belanda, dan berjanji hendak bersatu kekuatan melanggar Feringgi di Melaka. Akhirnya pada
T.M 1640 bersatulah angkatan Acheh, Belanda dan johor melanggar Melaka, dan pada T.M
1614 tewaslah Feringgi dan hapuslah pemerintahannya Di Melaka.
Setelah Sultan Abdullah Ma`ayah Shah mangkat maka yang menggantikan kerajaan bagindadi Johor itu, ialah putera saudara baginda, iaitu Raja Abdul Jalil, putera Sultan Alauddin
Riayat Shah III dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III. Maka sesungguhnya
Sultan Abdul Jalil Riayat Shah III itulah yang bersungguh-sungguh bersahabat dengan
Belanda, dan berjanji hendak bersatu kekuatan melanggar Feringgi di Melaka. Akhirnya pada
T.M 1640 bersatulah angkatan Acheh, Belanda dan Johor melanggar Melaka dan pada T.M
1641 tewaslah Feringgi dan hapuslah pemerintahannya di Melaka.
Demikianlah ringkasnya hal ehwal yang tercatit dalam sejarah mulai daripada zaman
kejatuhan Kerajaan Melayu Melaka hingga membawa kepada terdirinya kerajaan Melayu di
Johor dan hapusnya kekuasaan Feringgi di Melaka itu.
Kesusasteraan Zaman Kerajaan Johor Tua
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 20/48
Sekarang tibalah pula kita kepada membicarakan perkara adakah usaha-usaha dijalankan bagi
menciptakan hasil kesusasteraan Melayu di sepanjang zaman yang tersebut itu? Iaitu
manakala kerajaan Melayu di Johor itu sentiasa dalam keadaan yang terancam, beberapa kali
berpindah-randah dan berulang-ulang menentang serangan-serangan Feringgi dan sekiranya
ada tercipta, bagaimanakah aliran bentuknya.
Selain daripada buku Sulalatu Salatin yakni peraturan segala raja-raja atau lebih terkenal
dengan nama Sejarah Melayu yang terkarang olej Tun Seri Lanang di Johor atay pun tatkala
beliau bersama-sama Sultan Alauddin Riayat Shah III tertawan ke Acheh itu, maka sukarlah
hendak ditegaskan ada tau tiadanya hasil-hasil kesusasteraan Melayu tercipta pada zaman itu,
kerana sebagaimanatelah diterangkan dalam bab yang terdahulu bahawa hasil-hasil
kesusasteraan lama Melayu itu kebanyakkannya ada bukunya tetapi tiada ketahui siapa
pengarangnya dan bila tarikh terciptanya disebalik itu pula ada juga didapati terjadi
berkenaan dengan kesusasteraan lama Melayu iaitu ada tersebut nama sesebuah buku dan
diketahui nama pengarangnya tetapi tiada pula dijumpai naskah buku itu. Setuatu bukti yang
terang berkenaan perkara itu boleh disaksikan dalam buku Tuhfat al Nafis atau Sejarah
Melayu dan Bugis yang terkarang oleh Al marhum Raja Ali al-Haji Riau pada T.H 1282.
Didalam buku Tuhfat al Nafis itu didapati tiada kurang daripada lima tempat yang menyebut
nama sebuah buku bernama Siarah Lingga dan Riau, karangan Engku Busu ayahanda Tengku
Wok Dungun. Pengarang Tuhfat al Nafis itu dalam keterangannya nyatalah mengaku bahawa
ada beberapa perkara didalam buku karangannya itu ia berasaskan atau pun dipetiknya
daripada buku karangan Engku Busu itu.
Angka tahun terciptanya buku Tuhfat al Nafis itu belumlah boleh dikatakan telah lama
zamannya sedangkan demikian buku yang ada tersebut didalamnya pun tiada diketahui lagi
adanya betapa pula buku-buku yang telah tercipta selama tiga tahun atau empat ratus tahun
dahulu? Istimewa pula pada zaman Kerajaan Johor tua yang sentiasa berpindah dan
berperang itu.
Dalam pada itu pun didalam naskah Sejarah Melayu atau Sulalatu Salatin, karangan Tun Seri
Lanang, ada didapati perkara yang serupa seperti keadaan berkenaan dengan Siarah Lingga
dan Riau yang tersebut di dalam buku Tuhfat al Nafis itu. Ada pun perkara yang berkenaan
ini terkandung di dalam Al kisah cerita yang kedua puluh enam tentang sepotong ayat
demikian bunyinya:
………….Maka Bendahara Johor (Tun Biajid, bergelarBendahara Seri Maharaja, disebut
orang Dato Bendahara Johor) beranakkan Tun Hidap, maka Tun Hidap, maka Tun Hidapdiperisterikan oleh Tun Isap Misai, anak Bendahara Seri Nara Wangsa, maka Tun Isap Misai
bergelar Bendahara Seri Maharaja, ialah disebut orang Dato Bendahara yang tua, ialah
mengarang Anak Panah se Desa.
Anak panah se Desa
Ada pun ertinya anak panah se dasa itu dalam bahasa Sanskrit ialah rangkaian sepuluh batang
anak panah. Maka pengertian mengarang disini tidaklah boleh diertikan sebagai membentuk
atau pun menyusun anak-anak panah itu seperti menggubah bunga bahkan terlebih tepat
maksudnya menuju kepada pengertian mengarang buku, hikayat atau sebagainya. Dengan
kesimpulan itu maka haruslah bererti bahawa yang dikarang oleh Bendahara Seri MaharajaTun Isap Misai itu ialah sebuah buku yang yang dinamakannya anak panah dasa.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 21/48
Suatu perkara yang boleh menguatkan lagi alasan tentang istilah perkataan mengarang seperti
tersebut tadi, iaitu dimaksudkan mengarang buku, ialah dengan beralaskan salasilah
Bendahara Seri Maharani Tun Isap Misai itu. Ada pun Tun Isap Misai itu menurut buku
Sejarah Melayu, ialah cucu kepada Bendahara Seri Maharaja Tun Muthahir yang telah di
bunuh oleh Sultan Mahmud Shah di Melaka dan ialah juga datuk kepada Bendahara Paduka
Raja Tun Seri Lanang, pengarang buku Sejarah Melayu itu. Aturan salasilah berkenaandengan Bendahara Seri Maharaja Tun Isap Misai itu Menurut buku Sejarah Melayu, ialah
seperti di bawah ini:
TUN MUTAHIR
(Bendahara Seri Maharaja I., Bendahara VIII, Melaka)
TUN MAHMUD
(Bendahara Tun Nara Wangsa, Bendahara XI, Johor)
TUN ISAP MISAI
(Bendahara Seri Maharaja III, Bendahara XIII, Johor)
TUN AHMAD
(Paduka Raja, Temenggung Johor)
TUN SERI LANANG
(Bendahara Paduka Raja III, Bendahara XIV, Johor)
(Menurut Tawarikh Negeri Johor, Tun Mahmud bukannya anak Tun Mutahir, tetapi ialah
anak abangnya, iaitu Tun Tahir, Seri Nara di Raja yang juga telah dibunuh oleh Sultan
Mahmud bersama-sama adiknya, Bendahara Seri Maharaja Tun Mutahir pada T.M 1510 itu).
Oleh kerana Tun Seri Lanang ternyata hidup sezaman dengan datuknya itu(ia menggantikan
jawatan Bendahara Seri Maharaja Tun Isap Misai menjadi Bendahara Johor) maka tentulah
telah sedia diketahuinya usaha-usaha datuknya itu, dan maksud perkataan mengarang pada
pengertian seseorang pengarang seperti Tun Seri Lanang itu nescaya terlebih hampir
tujuannya kepada erti mengarang kitab, hikayat atau sebagainya maka dengan kesimpulan
demikian berertilah barangkali yang dimaksudkan oleh Tun Seri lanang dengan sepotong ayat
seperti yang tersebut tadi, ialah sebagai menegaskan bahawa datuknya yakni Bendahara Seri
Maharaja Tun Isap Misai itulah yang mengarang buku bernama Anak Panah se Dasa itu.
Sekiranya tepatlah seperti kesimpulan sangkaan yang tersebut diatas itu maka nyatalah bukuatau hikayat Anak Panah se Dasa itu sudah sedia terkenal pada zaman Tun Seri Lanang (T.M
1612) tetapi disebabkan buku itu tiada didapati lagi sekarang ini maka sukarlah hendak
diduga dengan tepat bagaimanakah bentuk atau aliran tujuan kandungannya. Dalam pada itu
pun dengan menilik kepada zaman penciptaannya, iaitu dalam zaman usaha sedang
dijalankan bagi menegakkan semula kebesaran Kerajaan Melayu di Johor bagi menggantikan
Kerajaan Melayu Melaka yang telah roboh itu, dan mempertahankannya daripada serangan-
serangan musuh demikian juga meninggikan semula kedaulatan raja-raja Melayu, maka jika
sungguhlahada buku itu bolehlah di agak bahawa tujuan isinya haruslah menuju kepada
maksud mengukuh serta meninggikan semangat pembaca-pembacanya dengan membesar-
besarkan peri keberanian dan kegagahan seseorang hulubalang Melayu dalam
mempertahankan kehormatan bangsa dan negerinya serta dengan taat setia menjunjung titah perintah rajanya.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 22/48
Bagaimana pun pengarangnya seorang orang besar raja yang berjawatan bendahara maka
haruslah pula aliran kandungannya banyak mengenai hal ehwal golongan istana, dan tidak
juga terkecuali daripada membesar-besarkan kisah kegagahan, keberanian dan taat setia
seseorang hulubalang Melayu iaitu sebagai aliran jalan cerita Hikayat Hang Tuah.
Tetapi Hikayat Hang Tuah nyatalah telah terkarang pada zaman yang terkemudia, iaitusesudah pemerintahan Feringgi roboh di Melaka pada T.M 1641, kerana di dalam Hikayat
Hang Tuah itu ada menyebutkan kisah kekalahan Feringgi itu. Bagaimana pun nama Hikayat
Hang Tuah itu telah sedia terkandung di dalam daftar nama buku-buku Melayu yang telah di
terbitkan dalam T.M 1736 oleh seorang Belanda sarjana bahasa Melayu bernama Werndly
seperti yang disebutkan dakam bab yang lalu. Dalam pada itu pula haruslah ada beberapa
buah diantara 69 buah hikayat-hikayat, kitab-kitab agama islam dan sebagainya yang
terkandung nama-namanya di dalam daftar buku-buku Melayu yang diterbitkan oleh Werndly
itu telah tercipta di dalam zaman Kerajaan Melayu Johor tua.
Hasil-hasil Kesusasteraan Zaman Kerajaan Acheh
Setelah Kerajaan Melayu Melaka roboh dilanggar Feringgi dalam T.M 1511 itu maka telah
bangun pula di bahagian utara Pulau Perca ( Sumatra ) sebuah kerajaan yang berpusat di
Acheh. Kerajaan itu mulai kembang kuasanya ialah dalam T.M 1525 manakala Sultan
Ibrahim di Acheh Utara telak menakluki Pasai, maka oleh itu ulama-ulama dan pengembang-
pengembang agama Islam pun bertumpulah kesana.
Dalam kitab Bustan ul Salatin (Taman Raja-raja) yang terkarang oleh Shaikh Nuruddin ibn
Hasanyi IBN Muhammad al-Raniri dalam T.M. 1638 itu ada menyebutkan nama ulama-
ulama yang termasyur di Acheh dalam kurun Masehi yang ke XVI. dan ke XVII. Menurut
keterangan kitab tersebut, dalam T.M. 1582 ada dua orang ulama datang ke Acheh daripada
Mekah, salah seorang daripadanya ialah Abu Khair ibn Shaikh ibn al Hajar mengajar ilmu
fekah(fiqah) dan ia telah mengarang kitab Al Saif al kati atau Pedang Tajam. Ulama yang
seorang lagi Muhammad al Yaman namanya mengajar ilmu usul. Di antara T.M 1577 dan
T.M 1586 tiba pula ke Acheh seorang ulama daripada Gujerat bernama Shaikh Muhammad
Jailani ibn Muhammad Hamid al Raniri, seorang guru yang terkenal didalam bahagian ilmu-
ilmu mantic, syarahan dan fekah, oleh kerana ramai orang-orang suka hendak menuntut ilmu
tasauf maka ia pun pergi ke Mekah mempelajarinya dan balik ke Acheh pada T.M 1607 telah
datang pula seorang ulama Masir bernama Muhammad Azhari atau nama lainnya Shaikh
Nuruddin.
Kekuasaan Kerajaan Acheh itu telah sampai kepuncak kebesarannya ialah pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam atau disebut juga Sultan Iskandar Muda
Johan Perkasa Alam Shah, yang memerintah pada T.M 1606-T.M 1636. Pada zaman itu
kuasa Kerajaan Acheh telah meluas sampai ke Bangkahulu termasuklah daerah-daerah pantai
laut Minangkabau, antaranya Padang , Bengkulu, Miko-Moko, Pariaman, Tiku. Daerah-
daerah tersebut termasuk kebawah perintah Acheh kira-kira 50 tahun lamanya.
Maka disebelah timurnya pula kekuasaan Kerajaan Acheh itu meluas hingga ke Jambi, Siak,
Riau dan Linggi, demikian juga sebahagian Tanah Semenanjung termasuklah Johor dan
Pahang. Akan diingat bahawa dalam zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota
Alam itulah Sultan Alauddin Riayat Shah bersama-sama dengan adinda Raja Abdullah dan
Bendahara Paduka Raja Tun Mahmud (Tun Seri Lanang) tertawan ke Acheh. Dalam zaman
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 23/48
itulah juga pemerintahan Feringgi di Melaka itu tiada aman keadaannya oleh kerap di datangi
angkatan perang Acheh.
Sesungguhnya pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam itulah istana
Acheh telah menjadi tumpuan ulama-ulama dan pujangga-pujangga Islam bukan sahaja dari
golongan anak negeri bahkan juga datang daripada negeri luar. Beberapa orang pujanggaIslam telah hidup pada zaman itu, diantaranya yang terbesar ialah Hamzah Fansuri dai Baros,
selain darinya ialah Shamsudin al Samatrani dari Pasai, Abdul rauf dari Singkel, Shaikh
Nuruddin ibn Ali al Raniri dan Bukhari al Jauhari.
Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup dalam pertengahan yang kedua kurun yang ke XVI dan pertengahan
yang pertama kurun ke XVII. Tempat lahir Hamzah Fansuri di Baros dalam Sumatra itu
dapat dipastikan dari petekan serangkap tulisannya:
Hamzah Fansuri di negeri Melayu.Tempatnya kapur didalam kayu.
Hamzah Fansuri telah mengedari beberapa buah negeri mulai daripada tempat kediamannya
di Baros ia telah belayar ke Pahang, Kemudian ke Banten dan Kudus dalam Pulau Jawa, Shar
Nawi iaitu Ayuthia yang pada zaman itu menjadi ibu kota negeri siam, Makkah dan Madinah,
sekianlah jauh pelayarannya itu bagaimana pun dapat dipastikan bahawa kesimpulan tujuan
yang mendorongkan ia meninggalkan negerinya, pergi mengedari negeri-negeri luar aitu ada
terbayang didalam serangkap syairnya berbunyi demikian:
Hahzah Fansuri di dalam Mekkah,
Mencari Tuhan di Baitul Ka`bah
Di Baros ke Kudus terlalu payah,
Akhirnya dapat di dalam rumah.
Serangkap syair buah pena Hamzah Fansuri yang di petik daripada karangannya syair Perahu
demikian bunyinya:
Wahai muda, kenali dirinya,
Ialah perahu tamthil tubuhmu,
Tiadalah berapa lama hidupmu,
Keakhirat juga kekal diammu.
Satu lagi contoh syair gubahan Hamzah Fansuri ialah demikian bunyinya:
Hapuskan akal dan rasanya,
Kenyapkan badan dan nyawamu,
Pecahkan hendak kedua matamu,
Disanalah lihat permai rupamu.
Adamu itu yogia kau serang,
Supaya dapat negeri yang senang,
Seperti Ali tatkala perang,Melepaskan Duldul tiada berkekang.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 24/48
Hamzah miskin orang uryani,
Seperti Ismail menjadi kurbani,
Bukannya Ajami lagi Arabi,
Sentiasa wakil dengan yang Baki.
Syair dari buah pena Hamzah Fansuri diantaranya ialah:
Syair Burung Pungguk,
Syair Burung Pingai,
Syair Sidang Fakir,
Syair Sidang Fakir,
Syair Dagang,
Syair Perahu.
Ada dua buah kitab lagi karangan hamzah Fansuri berbentuk prosa, iaitu sebuah namanya
Sharab al ashikin atau Minuman orang yang cinta pada Tuhan. Kitab karangannya yang
sebuah lagi itu bernama Asrar al arifin fi bayan ilm al suluk wa`l tauhid.
Pada penghujung kurun yang ke XVI dan kurun yang ke XVII ilmu suluk amat berkembang
di daerah Sumatra Utara dan di tanah Jawa, maka pada zaman itulah juga telah timbul sesuatu
peristiwa yang sebelum itu belum penah berlaku dalam sejarah kesusasteraan Melayu,
peristiwa ini ialah berkenaan dengan perintah membakar kitab-kitab kerangan pujangga yang berani menentang faham atau kepercayaan rasmi yang berkuasa pada zaman itu.
Punca yang menyebabkan peristiwa itu ialah dengan adanya dua golongan ulama, golongan
yang pertamanya berpegang teguh pada faham tua dan menentang golongan yang kedua iaitu
ahli al suluk yang mengembangkan ditengah masyarakat ilmu suluk. Dua orang ulama iaitu al
Raniri dan Abdul Rauf termasuk kedalam golongan yang pertama, sedang Hamzah dam
Shamsuddin dalam golongan yang kedua. Al Raniri atau Shaikh Nuruddin ibn Ali al Raniri
telah mendebat serta menyelar faham-faham Hamzah dan Shamsuddin dalam kitabnya
bernama Tabyan fi ma`rifat al adyan yang terkarang pada zaman T.M 1664.
Al Raniri sentiasa berpegang teguh pada fahamannya, ia berpendapat bahawa ilmu suluk,
tasauf itu tidak ada hubungannya dengan ajaran agama yang asli, maka kerana itulah ia
memandang bahawa segala pendapat dan karangan Hamzah dan Shamsuddin itu sebagai
ajaran kafir belaka serta membahayakan iman pengikut-pengikut Islam. Oleh begitu besar
pengaruh al Raniri pada Raja Acheh(Sultan Iskandar Thani hingga segala karangan keduanya
itu perintahkan bakar.
Shamsuddin al Samatrani
Shamsuddin pujangga dari Pasai itu menurut suatu punca ialah seorang murid Pengeran
Bonang, dan telah hidup di bawah perlindungan Raja Acheh yang terbesar, Sultan Iskandar
Muda Mahkota Alam (T.M 1606-36), dan dikatakan ia telah memangku jawatan Perdana
Menteri. Seperti kitab-kitab dan karangan-karangan Hamzah juga, sesudah mangkat Sultan
Iskandar Muda Mahkota Alam kitab-kitab karangannya banyak yang telah diperintahkan
baker. Bagaimana pun sebuah diantara yang telah terselamat daripada api ialah kitabnya
dalam bahasa Melayu dan bahasa Sunda bernama Mi`rat ul mu`min bertarikh T.M 1601 iaitu
berkenaan dengan ilmu usul.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 25/48
Selain dari Kitab Mi`rat ul Mukmin, kitab-kitab Shamsuddin dalam bahasa Melayu ialah:
Kitab Mir`at al Muhakkikin,
Kitab Mir`at al Iman,
Kitab Shar ruba`i Hamzah Fansuri, iaitu tafsir-tafsir atas syair Hamzah
Di antara kitab-kitab karangan Shamsuddin di ketahui telah hilang hanya tinggal namanya
sahaja lagi ialah Kitab fi dzikr da`ira kab al kawsayna, Kitab siri al arifin, Mir`at ak Kulub
dan sebuah risalah tentang mertabat tujuh dan sifat dua puluh.
Shamsuddin telah meninggal dunia pada T.M 1630
Abdul Rauf dari Singkel
Abdul Rauf terkenal juga dengan gelaran Tengku di Kuala beliau mengajar di Acheh dalam
T.M. 1661 dan amat-lah di-muliakan orang hingga sa-olah-olah di-pandang sa-bagai keramat.
Sunggoh pun saperti telah terdahulu disebutkan bahawa Abdul Rauf dan al-Raniri kedua-duanya berpegang kapada faham tua, tetapi tentang sikap antara kedua itu terhadap gulongan
yang berfaham lain ada-lah jauh bezanya. Al-Raniri ternyata keras sikapnya, ia melemparkan
celaan-celaan dan tempelak dengan mengatakan kafir golongan yang bertentang dengan
fahamnya serta menyuroh bakar segala kitab-kitab karangan mereka itu. Di saba1ik itu pula
Abdul Rauf bersifat sabar dan soleh; dalam soal Wujudiyya ia hanya berkata: Janganlah me-
nuduh seseorang yang mengeluarkan perkataan-perkataan demikian itu kafir. Membuat
tuduhan saperti itu amatlah besar bahayanya. Jika orang itu kafir, mengapa mensia-siakan
perkataan atasnya? Sekiranya dia bukan kafir maka perkataan itu akan berbalik kepada diri
kita sendiri. Kerana Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: "Janganlah seseorang menuduh
orang lain sebagai ta' beriman atau kafir, kerana tuduhan itu akan berbalik keatas dirinya
sendiri jika iaitu tiada benar.
Beberapa buah kitab-kitab karangan Abdul Rauf yang maseh ada lagi, diantaranya di Leiden
ada tersimpan sabuah kitab 'ilmu fekah yang bernama "Mir'at a't Tullab fi Tashil Ma'rifat Al-
Ahkam a'sh-shar'iyyah Ii Malik a'l-Wahhab." Kitab ini telah di karangnya dengan perentah
Raja Perempuan Acheh Taj u'l-'alam safiat-u 'din, yang memerentah pada T.M. 1641-1675.
Suatu di antara usaha-usaha Abdul Rauf ialah mentafsirkan kebahasa Melayu ulasan
Baidhawi tentang kandungan Quran. Pada penghujung kitabnya yang bernama"Umdat al-
muhtajin". itu ada terkarang suatu ringkasan riwayat hidupnya, di antara lain-lain Abdul Rauf
ada menyebut bahawa ia telah menuntut 'ilmu beberapa tahun lamanya di Makkah, Madinah ,Judah , Mokha, Zebid, Betafakih dan di lain-lain tempat lagi.
Abdul Rauf telah meninggal dunia kira-kira dalam T.M. 1690.
Shaikh Nuruddin ibn 'Ali al-Raniri
Sebutan "al-Raniri" pada hujung namanya itu mengenalkan bahawa Shaikh Nuruddin ialah
berasal dari saebuah tempat Rander namanya, iaitu berseberang dengan Surat dalam daerah
Gujerat ( India ). Sesungguhnya dad karangan-karangannya dapat diketahui:' ianya seorang
yang sentiasa sedia mendebat dan menentang gulongan yang bertentangan faham dengan-nya
terutama sa-kali terhadap 'ilmu suluk yang sedang berkembang di-Acheh pada zaman itu.Shaikh Nuruddin terkenal sebagai seorang terpelajar dan banyak memetek isi-isi
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 26/48
kesusasteraan Parsi-'Arab bagi di gunakannya dalam kitab-kitab karangannya dalam bahasa
Melayu.
Dalam T.M. 1638 al-Raniri telah mulai: mengarang kitabnya yang bernama Bustan ul-Salatin
ya'ani Taman Raja-raja. Kitab ini di karangnya atas perintah Sultan Iskandar Thani. Sebelum
mengarang Kitab Bustan ul Salatin itu dalam T.M. 1628 ia telah menciptakan sebuah kitab bernama Sirat al-Mustaqim. AI-Raniri telah juga menterjemahkan sebuah kitab bahasa Arab
bernama Sharah al-'aka'id al-Nasafiya ke bahasa Melayu dan di namakannya Durrat I-Fara'id
bisharah al aka'id.
Ada pun Kitab Bustan ul-Salatin itu mengandungi tujuh fasal; dalam fasal yang pertama ialah
huraian berkenaan dengan asal kejadian langit dan bumi, Nur Muhammad. Luh al-Mahfuz,
al-Qalam, al-Arash, al-Kursi; demikian juga berkenaan dengan asal kejadian Malaikat, Sidrat
ul Muntaha, al-Jin atau dinamakan juga Iblis, serta huraian berkenaan dengan tujuh lapis
langit. Segalanya itu bolehlah dikatakan berhubung dengan kepercayaan orang Islam seperti
yang diajarkan agamanya atas perkara-perkara yang harus dipercayai.
Fasal yang keduanya ialah huraian berkenaan dengan nabi-nabi mulai: dari Nabi Adam
hingga kapada Nabi Muhammad s.a.w. demikian juga berkenaan dengan raja-raja zaman
dahulu seperti raja-raja Parsi hingga kepada zaman pemerintahan Sayyidina Omar, raja-raja
Istanbul hingga ke zaman raja yang terakhirnya, raja-raja Masir hingga kezaman Iskandar
Dzu'l-Karnain, sejarah raja-raja 'Arab.
Nejd dan Hijaz, Rasulullah dan Khalifah yang berempat, sejarah bangsa 'Arab di bawah
perintah khalifah-khalifah Umaiyah dan Abbasiyah, sejarah raja-raja Delhi dan seterusnya
raja-raja .Melaka, Pahang dan Acheh.
Fasal yang ketiga-nya ia-Iah huraian- berkenaan dengan raja-raja yang 'adil serta pembesar-
pembesar negeri yang "arif dan bijaksana; fasal yang keempat berkenaan dengan -raja-raja
yang suchi beriman dan takwa kapada Allah -saperti Sultan Ibrahim ibni Adham dan Iskandar
Dzu'lKamain. Fasal yang kelimanya berkenaan dengan raja-raja yang dzalim dan pembesar-
pembesar negeri yang bebal serta tiada ta'at setia akan raja-nya. Fasal yang keenam ialah
berkenaan dengan sifat orang-orang yang mulia dan pemurah serta pahlawan-pahlawan dalam
peperangan Badar dan Uhud. Fasal yang ketujuh yakni yang akhirnya ialah berkenaan dengan
akal dan pelbagai jenis ilmu pengetahuan,termasuklah ilmu-'ilmu firasat dan ubatan.
Dengan perintah Sultan Iskandar Thani, maka dalam T.M. 1640 al-Raniri telah mengarang
sebuah kitab mengandung perdebatan tentang roh. Kitab ini dinamakannya Asrar al-insan fima'rifat al-roh wa'l-Rahman, dan mengandongi suatu sebutan terhadap Hamzah Fansuri.
Dalam T.M. 1642 ia telah mengarang sebuah kitab bernama "Akhbar al-'akhirah fi ahwal al-
kiamah" iaitu berkenaan dengan kejadian Nur Muhammad, Adam dan maut, demikian juga
berkenaan alamat-alamat hari kiamat dan tentang syurga dan neraka; kandungan-nya telah di-
sador daripada beberapa buah kitab di antaranya dua buah kitab karangan Imam Ghazali yang
bernama Daka'ik wa'l-hakaik dan Durrat al-fakhirah min kashf 'awam al-'akhirah.
Oleh kerana fikirannya makin tertumpu kepada menentang faham Hamzah Fansuri dan
Shamsuddin al-Samatrani terhadap 'ilmu suluk itu maka al-Raniri telah mengarang lagi
beberapa buah kitab membicarakan soal itu. Dalam kitab "Jawahir al-'ulum fi kashf al-
maklum", terkarang pada T.M. 1642; dan dalam kitabnya "Tabyan fi ma'rifat al:adyan",terkarang pada T.M. 1664 itu ia telah mendebat faham-faham Shamsuddin al-Samatrani.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 27/48
Bukhari al-Jauhari
Di antara kitab-kitab yang termasyhur ciptaan pada permulaan kurun Masihi ke-XVII ialah
kitab bernama "Taj ul-Salatin" yakni Mahkota Raja-raja, yang telah terkarang dalam T.M.
1603.. Ada dua punca yang berselisihan tentang soal menentukan siapa orangnya yang
mengarang kitab itu. Punca yang pertama mengatakan pengarangnya itu bernama Bukhari berasal dari Johor dan telah tinggal di Acheh pada zaman Sultan Iskandar Muda Mahkota
Alam. Punca yang keduanya pula mengatakan bahawa kitab itu asalnya telah terkarang oleh
seorang jauhari yakni tukang atau saudagar permata di negeri Bukhara , tetapi tidak pula di
ketahui siapa yang menyadur atau menterjemahkannya kebahasa Melayu.
Jika dihalusi antara dua pendapat ini maka sukarlah hendak dipersetujukan pendapat punca.
yang kedua itu. Kerana istilah perkataan "al-Jauhari" di sini bukanlah maksudnya tukang atau
saudagar permata, bahkan terlebih hampir maksudnya mengenai sifat keahlian atau
kebijaksanaan seseorang itu dalam sesuatu perkara. alasannya dapat dipastikan daripada
maksud suatu perumpamaan yang mengandung makna dua lapis "jauhari juga yang mengenal
manikam". Suatu perkara lagi adalah menjadi kelaziman bagi seseorang itu membubuhkannama tempat asalnya dihujung namanya sendiri. misalnya nama Shaikh NuriIddin al-Raniri;
perkataan al-Raniri itu ialah ditujukan kepada nama tempat asalnya yang bernama Rander itu.
Dengan alasan-alasan seperti yang tersebut tadi maka kesimpulan atas nama pengarang atau
penyusun Kitab Taj ul-Salatin itu haruslah terlebih hampir kapada sebutan "Bukhari al
Johori", yakni Bukhari ataupun menurut lazim bunyi sebutan Melayu "Bahari" yang berasal
dari Johor.
Menilik kapada aliran kandungan Kitab Taj ul-Salatin itu maka bolehlah dikatakan saduran
daripada kesusasteraan Islam Parsi, demikian juga susunan jalan bahasanya mengikut bentuk
ikatan sajak-sajak Parsi iaitu mathnawi, rubai. ghazal. Dalam pendahuluannya pengarang
Kitab Tajul Salatin ini ada menyebutkan tujuh buah kitab-kitab ciptaan Parsi yang
dijadikannya panduan iaitu:
Minhaj al-Salatin
Akhlaq al-Muhsini
Siyar al-Muluk
Sifat al-Muluk
Akbar al-Muluk
Sifat al-Salatin
Adab al-Umra.
Kandungan Kitab Tajul-Salatin ini terbahagi kapada 24 bab. Tiga bab yang mula-mulanya
berisi falsafah hidup yang tinggi, iaitu menerangkan bagaimana manusia harus mengenal
dirinya. Kegunaan pancaindera yang lima dijadikan Tuhan untuk manusia. Asal kejadian
manusia dari empat anasir iaitu tanah, air, api dan angin. Peri manusia harus mengenal
Tuhannya yang menjadikan semesta alam, tetapi terlebih dahulu manusia mestilah mengenal
dirinya sendiri. Dunia ialah tempat manusia hidup berkasih-kasihan dalam masyarakat antara
sesamanya. Manusia hidup didunia ini dimithalkan sebagai perantau yang singgah sementara
dalam perjalanannya ke alam yang lain yakni akhirat.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 28/48
Bab yang keempat menerangkan peri azabnya manusia ketika hendak sampai ajalnya, sambil
mengingatkan bahawa manusia harus ingat iaitu tiada akan terlepas ianya daripada mati,
seperti firman Tuhan: "Kullu nafsin dza'ikatu maut.
Dalam bab yang kelima ialah berkenaan dengan kebesaran dan kemuliaan seseorang raja dan
kebesaran serta kedaulatannya. Kemudian diterangkan pula perihal nabi-nabi yangmemerintah didunia sebagai raja, hinggalah kapada Nabi Muhammad s.a.w. dan
kemudiannya digantikan oleh empat orang Khalifah Abu Bakar, Omar, Othman dan 'Ali.
Maka perbuatan nabi-nabi dalam menjalankan pemerintahan dan cara perhubungan dengan
segala umatnya hendaklah dijadikan teladan dan ikutan.
Bab yang keenam menerangkan cara-caranya menjalankan keadilan, keadilan adalah sendi
bagi keamanan dan keselamatan dalam dunia. Bab yang ketujuh ialah berkenaan dengan budi
pekerti seseorang raja, serta di huraikan ceritera segala raja-raja yang mengerjakan kehendak
itu dengan mengikut jalan yang sebenarnya. Sebagai teladan disebutkan nama-nama Hamn
al-Rashid dan Khalifah Omar ibn Khattab.
Bab yang kedelapan menghuraikan kesah segala raja-raja yang bukan mukmin tetapi bersifat
'adil, di-antara raja-raja itu disebutkan Raja Nushirwan, sehingga termasyur dengan gelaran
Nushirwan 'Adil. Di sebutkan juga kesah Maharaja China yang sentiasa sedia mendengar
pengaduan-pengaduan segala hamba rakyatnya sehingga menyebabkan telinganya pekak.
Bab yang kesembilan mengandung huraian tentang kezaliman dan perbuatan-perbuatan yang
dizalim; raja yang dizalim ialah bayangan Iblis di-dunia. Bab yang kesepuluh menerangkan
peri perhubungan seseorang raja dengan penasihatnya; peri kemuliaan segala menteri dan
kemuliaan pangkat itu.
Bab yang kesebelas menerangkan tentang pekerjaan seseorang pengarang dan bagaimana
tingginya nilaian buah penanya. Pena dan pedang itu sama-sama tajamnya, jika tidak
dengannya tiada seorang manusia hatta Iskandar Dzu'l-Karnain pun tiada akan dapat
menguasal sebuah kerajaan yang besar. Bab yang kedua belas ialah tentang utusan dan
tanggungjawabnya. Bab yang ketiga belas berkenaan dengan sifat-sifat dan kewajipan
pegawai-pegawai pemerintah.
Dalam bab yang keempat belas diterangkan fasal cara-cara memelihara dan mendidik anak-
anak. Bab yang kelima belas dan keenam belas menerangkan tentang sifat-sifat yang harus
ada di sisi seseorang pegawai negeri ia-itu saperti bijaksana, saksama, sempurna budi bicara
dan sebagainya. Bab yang ketujuh belas menerangkan segala syarat-syarat kerajaan.
Bab yang kelapan belas menerangkan bahawa seseorang pegawai negeri haruslah mengetahui
ilmu firasat supaya segera dapat mengerti apa-apa yang terkandung didalam hati seseorang
itu dengan memanandang air muka atau gerak-gerinya. Bab yang kesembilan belas ialah ke-
terangan tanda-tanda dalam ilmu firasat itu. Bab yang kedua puluh ialah fasal perhubungan
rakyat dengan raja dan dalam bab yang mengikutnya di terangkan bahawa kapada rakyat-
rakyat yang kafir pun hendaklah raja yang beragama Islam itu menaruh timbangan yang 'adil.
Bab yang terkemudian menerangkan tentang kemurahan hati dan ihsan dan penutupnya.
Sungguh pun karangannya mengikut aliran Parsi yakni menggunakan bentuk ghazal,
mathnawi. nazam. kith'ah. ruba'i yang amat janggal sajaknya. tetapi di pandang pada segikandungannya yang banyak berisi nasihat dan pertunjuk kepada raja-raja maka bolehlah di
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 29/48
katakan Kitab Taj ul-Salatin itu amat berharga kapada raja-raja pada zaman itu; maka kerana
itulah juga kitab ini mendapat perhatian dikalangan bangsawan di keraton Solo dan Jokja.
Bab 4. Keterangan-keterangan Ringkas atas Hasil-hasil Kesusasteraan Melayu Sebelum
T.M. 1736
Hasil-hasil kesusasteraan lama Melayu ciptaan sebelum T.M. 1736, yang diketahui adanya
dengan beralaskan daftar nama buku-buku Melayu yang diterbitkan oleh Werndly dalam
T.M. 1736, demikian juga daripada beberapa punca lain itu, boleh dibahagikan jenis-jenisnya
kepada beberapa bahagian iaitu di antaranya:
(a) Risalat-risalat dan kitab-kitab yang berkaitan dengan ajaran agama Islam,
(b) Hikayat-hikayat yang berkenaan dengan Nabi Muhammad s.a.w.
(c) Kisah nabi-nabi;
(d) Hikayat pahlawan-pahlawan Islam;
(e) Sejarah-sejarah;
(f) Hikayat pahlawan-pahlawan yang bercorak kebangsaan;
(g) Cerita-cerita berbingkai dan sebagainya.
Tatkala membicarakan perkara risalah-risalah dan kitab-kitab yang berkaitan dengan ajaran
ugama Islam maka perhatian kita adalah tertarik kapada buku Sejarah Melayu, iaitu dalam
AL-KESAH CHETERA YANG KEDUA PULUH . Bab ini amnya bolehlah dikatakan dengan
jelas menerangkan betapa sesebuah kitab agama Islam itu dimuliakan dalam zaman Sultan
Mansur Shah memerintah Melaka pada kurun yang ke-XV itu. Suatu buktinya ialah
berkenaan dengan sebuah kitab bernama Daru'l Mazlum terkarang oleh seorang pendita yang
terlalu faham pada 'ilmu tasauf Maulana Abu Ishak namanya, dan ia telah menyuruhkan
seorang muridnya yang bernama Maulaha Abu Bakar supaya turun ke Melaka mengajarkan
kandungan Kitab Daru'l-Mazlum itu.
Peri kitab itu di sambut dengan sepenuh-penuh kemuliaan oleh Sultan Mansor Shah bolehlah
di pastikan daripada huraian dalam bab yang kedua puluh buku Sejarah Melayu itu demikian
bunyi-nya:
Telah berapa lamanya (Maulana Abu Bakar) dilaut sampailah ke Melaka. Maka sangat di-
permulia oleh Sultan Mansor Shah; dan Daru'lMazlum di suruh baginda arak lalu ke
balairong. Maka Sultan Mansor Shah pun berguru pada Maulana Abu Bakar. Maka Sultan
Mansor Shah sangat di-puji oleh Maulana Abu Bakar, terlalu amat terang hati baginda; maka
banyaklah 'ilmu diperolehi baginda. Maka oleh Sultan masalah itu disuruh ertikan ke Pasai
pada Makhdum Patakan, maka oleh Makhdum Patakan Daru'l Mazlum itu diertikannya.Telah sudah, maka dihantarkannya kembali ke Melaka; maka terlalu sukacita Sultan Mansor
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 30/48
Shah melihat Daru'l Mazlum itu sudah bermakna, maka makna Daru'l-Mazlum itu di
tunjukkan baginda pada Maulana Abu Bakar, maka berkenan, pada Maulana Abu Bakar,
serta dipujinya Tuan Patakan itu...............
Daripada keterangan yang tersebut itu maka dapatlah kita suatu kesimpulan tentang
kedudukan negeri Pasai dalam perkara yang berkenaan dengan agama Islam pada kurun yangkeXV itu; kerana dapat kita ketahui bahawa pada zaman itu negeri Pasai ialah seolah-olah
menjadi pusat perkembangan kebudayaan Islam di alam Melayu dan tempat perhimpunan
ulama-ulama Islam dari bangsa anak negeri yang sedia dan sanggup menghuraikan apa-apa
masalah berkenaan dengan perkara agama Islam demikian juga mengertikan atau
menterjemahkan kebahasa Melayu segala isi kitab-kitab daripada bahasa Arab, iaitu seperti
yang berkenaan dengan Kitab Daru'l-Mazlum itu.
Suatu bukti yang terang lagi berhubung dengan perkara ini ada tersebut di dalam "Al-kisah
cetera yang kedua puluh" dalam buku Sejarah Melayu itu juga, iaitu tentang perkara Sultan
Mansur Shah menitahkan Tun Bija Wangsa ke Pasai kerana bertanyakan suatu masalah; titah
baginda:
Tanyakan oleh Tun Bija Wangsa pada segala pendita di Pasai, segala isi syurga itu kekalkah
ia di dalam syurga dan segala isi neraka itu pun kekalkah ia didalam neraka? Tanyakan;
barangsiapa dapat mengatakan dia, berikan oleh Tun Bija Wangsa emas tujuh tahil dengan
perempuan dua orang ini padanya. Dan kata itu hendaklah tabalkan oleh Tun Bija Wangsa
bawa kemari. Oleh demikian kedudukan negeri Pasai itu dengan adanya beberapa orang
pentafsir-pentafsir dan 'ulama-ulama Islam, maka bolehlah dipercayai bahawa kebanyakan di
antara risalah-risalah, kitab-kitab lama agama Islam, demiklan ' juga kisah-kisah yang
berkenaan dengan nabi-nabi dan sabagainya haruslah dari ciptaan pentafsir-pentafsir dan
ulama-ulama Pasai itu.
Kitab-kitab dan risalat-risalat
Tatkala membicarakan perkara risalah-risalah dan kitab-kitab agama Islam yang harus telah
tercipta dalam zaman Kerajaan Pasai, yakni pada zaman agama Islam mula bertapak dialam
Melayu ini, maka dapatlah di agak bahawa risalah-risalah dan kitab-kitab yang mula-mula
dituliskan ialah seperti kitab-kitab risalat yang mengandungi huraian kalimah shahadah,
kitab-kitab perukunan, yakni huraian berkenaan dengan rukun Islam, rukun Iman dan rukun
sembahyang; sifat dua puluh dan kitab yang berkaitan dengan segala yang wajib diketahui
oleh orang-orang Islam.
Sesungguhnya tiadalah dapat ditentukan adakah dan apa-apakah di antara nama kitab-kitab
agama Islam yang tersebut didalam daftar Werndly tercetak dalam T.M. 1736 itu ciptaan
dalam zaman Kerajaan Pasai, kerana tiada tercatit angka tahunnya kitab-kitab itu disusun;
dalam pada itu pun tidaklah boleh dikatakan mustahil adanya diantara kitab-kitab yang
beberapa buah terkandung didalam daftar Werndly itu telah tercipta pada zaman tersebut.
Hikayat-hikayat yang berkenaan dengan Nabi Muhammad s.a.w.
Buku-buku ciptaan lama yang mengandung kisah-kisah berkenaan dengan Nabi Muhammad
s.a.w. bolehlah di katakan kebanyakannya saduran daripada kesusasteraan India Parsi. Di
antara jenis itu yang nyata sekali ialah empat buah iaitu: Hikayat Nur Muhammad, HikayatBulan Berbelah, Hikayat Nabi Bercukur, dan Hikayat Nabi Allah Wafat. Tentang zaman
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 31/48
terciptanya buku-buku ini dapat diduga daripada gaya bentuknya yang banyak mengikut
corak kesusasteraan Parsi, demikian juga luasnya buku-buku itu tersibar di negeri-negeri
dalam alam Melayu ini.
Sebuah buku dari jenis yang tersebut itu bernama Hikayat Kejadian Nur Muhammad telah
disalin pada T.M.1668 oleh Ahmad Shamsuddin al Banjari atas perintah Raja Acheh, SultanTaj ul-'Alam Safiyyat uddin Shah. Tiga buah naskah buku ini telah diketahul ada-nya oleh
Werndly dalam T.M. 1736. Hikayat Bulan Berbelah yang terkenal juga dengan nama Hikayat
Mu'jizat Nabi, tiada tersebut di-dalam daftar Werndly, tetapi ada naskah-naskah salinannya
dalam bahasa Makasar dan Bugis. Sebabnya maka hikayat itu tiada tersebut didalam daftar
Werndly itu haruslah kerana kisah Mu'jizat Nabi itu.sedia terkandung di dalam Hikayat Nabi
Muhammad yang ada tercatit namanya didalam daftar Werndly itu. Sebuah lagi buku lama
berkenaan dengan kisah Nabi
Muhammad s.a.w. yang tiada tersebut didalam daftar Werndly itu ialah Hikayat Nabi
Bercukur, tetapi salinan-salinannya telah tersibar luas dalam alam Melayu ini .dalam bahasa
Jawa, Sunda, Acheh, Bugis dan Makasar. Demikian juga Hikayat Nabi Wafat tiada tersebutdi dalam .daftar Werndly itu. Cerita yang terkandung didalam Hikayat Nabi Wafat itu ialah
menurut seperti beberapa buah buku yang sejenis dengannya, iaitu mengikut aliran
Kesusasteraan Parsi dan berupa saduran daripada buku Parsi yang bernama Wafat Nameh.
Diantara buku-buku jenis ini yang di percayai ciptaan lama termasuklah juga Hikayat Nabi
Mi'raj.
Kisah Nabi-nabi
Dalam daftar nama buku-buku Melayu yang diketahui oleh Werndly pada T.M. 1736 itu, ada
di-dapati nama tiga buah buku yang terjumlah kepada jenis kesusasteraan Islam mengandungi
kisah nabi-nabi. Ketiga buah buku itu ialah Hikayat Raja (Nabi) Sulaiman, Hikayat Nabi
Yusof dan Hikayat Nabi Musa. Sungguh pun demikian bolehlah di
percayai bahawa cerita atau kisah tiap-tiap seorang nabi yang terjumlah ke dalam/bilangan
dua puluh lima orang Tasul pilihan (nabi-nabi yang mursal) itu telah sampai kapengetahuan
orang-orang Melayu pada permulaan kurun yang ke-XVIII atau terlebih dahulu daripada itu.
Bagaimana pun dalam masa yang terkemudian telah ada terkarang kisah segala nabi-nabi itu
didalam sebuah buku yang hernama "Kessasul Anbia.
Hikayat Nabi Sulaiman
Kisah Nabi Sulaiman anak Nabi Daud memang telah termasyur ke seluruh dunia sa-bagai
seorang raja besar dan seorang nabi atau pesuruh Tuhan. Menurut kisahnya Nabi Sulaiman
bukan sahaja menjadi raja bagi segala manusia bahkan juga memerintah jin, haiwan dan
mergastua dia juga menguasai angin. Cerita Gua Intan Raja Suilaiman yang termasyurr itu
adalah sebagai merupakan peri kekayaan Nabi Sulaiman; Nabi Sulaiman menurut kisahnya
sangatlah adil dan bijaksana serta dengan kelebihan dan mukjizatnya di kurnia Tuhan. Suatu
cerita yang termasyur juga berkenaan dengan kisah Nabi Suilaiman ialah cerita Puteri Balkis
yang merajai Kerajaan Yaman pada zaman itu. Pada mulanya Puteri Balkis enggan tunduk
kapada Nabi Sulaiman, tetapi apabila telah di saksikannya kebesaran dan mukjizat Nabi
Sulaiman itu barulah ia mengakui tunduk.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 32/48
Hikayat Nabi Yusof
Nabi Yusof ialah anak Nabi Ya'kub. Menurut kisahnya Nabi Ya'kub mempunyai dua belas
orang putera laki-laki, Nabi Yusof ialah puteranya yang kesebelas, 'kerja mereka itu menjadi
gembala kambing.
Oleh kerana saudara-saudara tuanya menaruh perasaan dengki dan dendam akan Yusof, maka
pada suatu masa mereka telah menangkap Yusof lalu dijualkan kapada suatu kafilah orang-
orang dari kaum Isma'il yang dalam perjalanan hendak berniaga kenegeri Masir. Apabila
kafilah itu sampai ka-Masir maka Yusof telah di-jualkan pula kapada sa-orang menteri Raja
Masir, Potifar namanya.
Menurut cherita-nya Nabi Yusof ia-Iah sa-chantekchantek laki-laki dijadikan Tuhan. Maka
kerana itulah Zulikha, isteri Potifar itu amat berahi kapada Yusof. Dengan segala helah daya
Zulikha memujuk Yusof supaya melakukan perbuatan cemar, tetapi Yusof sekali-kali tiada
mahu menuruti kehendaknya itu, dan menyebabkan kemarahan Zulikha lalu di fitnahkannya
Yusof; di katakannya kapada suaminya bahawa Yusof hendak melakukan perbuatan cemar kepadanya. Akhirnya Yusof telah dipenjarakan.
Dalam penjara, Yusof dapat mentabirkan dengan betul mimpi dua orang hamba raja;
kemudian dapat pula ia mentabirkan mimpi Raja Mesir yang diertikannya bahawa negeri
Masir akan beroleh makmur selama tujuh tahun dan kemudiannya akan diikuti pula olehkemarau dan kelaparan selama tujuh tahun juga, serta di syurkannya supaya Raja Mesir
mengangkat seorang yang budiman dan bijaksana bagi mengurus persediaan menemui zaman
kelaparan itu. Oleh Raja Mesir di lantiknya Yusof menjadi kepala pegawai dalam istananya;
maka dengan kebijaksanaan Yusof selamatlah sekalian rakyat Mesir daripada bahaya
kelaparan selama tujuh tahun itu.
Kemudian diriwayatkan pula kisah pertemuan semula Yusof dengan bapa dan saudara-
saudaranya, serta Yusof memaafkan kesalahan saudara-saudaranya yang telah melakukan
perbuatan aniaya keatas dirinya itu.
Hikayat Nabi Musa
Menurut ajaran Islam, Nabi Musa ialah seorang daripada nabi-nabi yang mursal, dan
kepadanya telah diturunkan Tuhan Kitab Taurat ia terkenal sebagai orang yang
menyelamatkan Bani Isra'il daripada kezaliman Fir'aun, Raja Masir, yang telah
memerintahkan tiap-tiap seorang kanak-kanak Bani Isra'il hendak-lah di-bunuh. Maka keranaitulah apabila lahir Nabi Musa, lalu ianya di masukkan oleh ibunya ke dalam sebuah peti dan
di hanyutkan di. Sungai Nil. Nabi Musa telah di jumpai oleh anak perempuan Fir'aun lalu di
ambil dan dijadikannya sebagai anak angkat.
Sungguh pun Musa telah mendapat didikan sebagai seorang putera raja, tetapi hatinya
sentiasa mengasihi kaumnya yang diabdikan dinegeri itu. Pada suatu masa Musa telah
bertemu dengan seorang Masir melakukan kekejaman keatas seorang Bani Isra'il, lalu di-
bunuhnya orang yang berbuat kejam itu.
Didalam hikayatnya itu diriwayatkan peri mu'jizat Nabi Musa dengan tongkatnya, dan
bagaimana ianya dengan dibantu oleh saudaranya, iaitu Nabi Harun telah berjaya
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 33/48
mengeluarkan Bani Isra'il daripada Mesir dengan melalui padang belantara dan menyeberang
Laut Merah hingga sampai kebatas Baitulmakdis.
Kessasul Anbid
Kisah nabi-nabi atau lebih terkenal dengan nama Kessasul Anbia' adalah merupai sebuahhikayat yang meriwayatkan kisah tiap-tiap seorang daripada dua puluh lima orang nabi-nabi
yang mursal mulai: daripada Nabi Adam membawalah kapada Nabi Muhammad s.a.w.
Seperti hikayat-hikayat lama Melayu yang lain-lain itu juga Kessasul Anbia' ini tiada tercatit
angka tahun ciptaannya, tambahan pula tiada tersebut namanya didalam daftar buku-buku
Melayu yang diketahui: oleh Werndly pada T.M. 1736 itu. Bagaimana pun daripada hikayat
itu dapat diketahui: berbagai kisah berkenaan dengan nabi-nabi saperti kesah Nabi Adam dan
isteri-nya Hawa terusir keluar daripada syurga Firdaus oleh diperdaya Iblis, kisah topan Nabi
Noh, kisah korban yang berkenaan dengan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, kisah
berkenaan dengan Nabi Daud membunuh raksaksa Jalut dan kapadanya diturunkan oleh
Tuhan Kitab Zabur, kisah kebesaran dan kebijaksanaan Nabi Sulaiman anak Nabi Daud itu;
kesah mu'jizat Nabi Isa dan seumpamanya.
Diantara cerita-cerita itu termasuklah kisah tiga orang nabi yang tiada mati-mati, iaitu Nabi
Idris, Nabi Alias dan Nabi Khidhir. Menurut kisahnya ketiga-tiga orang nabi tersebut telah
meminum air ma'ul-hayat, yakni air hidup. Nabi Alias dan Nabi Khidhir menurut ceritanya
hidup didalam dunia, Wapi Nabi Idris menurut riwayatnya hidup kekal dengan jasadnya
didalam syurga, kerana dikatakan pada suatu masa ia telah dibawa oleh malaikat pergi
melihat-lihat kedalam syurga, kemudian setelah menyaksikan segala keindahan didalam
syurga itu maka engganlah ia diajak kembali keluar.
Cerita Nabi Khidhir adalah lebih terkenal lagi kapada orang-orang Melayu dan riwayatnya
terlebih lanjut daripada yang lain-lain; kerana dalam kisah Nabi Musa telah ada tersebut
riwayat Nabi Khidhir menguji kesabaran dan kebijaksanaan Nabi Musa. Kemudian kesah
Nabi Khidhir tersebut pula di dalam Hikayat Iskandar Dzu'l Karnain, buku Sejarah Melayu
(Sulalatu 'l-Salatin) dan Hikayat Hang Tuah.
Dalam Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain, dan tersebut juga di dalam Sejarah Melayu peri
sesudah Raja Iskandar menakluki negeri Kida Hindi, maka Nabi Khidhirlah yang
menikahkan puteri Raja Kida Hindi itu dengan Raja Iskandar.
Didalam Hikayat Hang Tuah ada menyebutkan bahawa Hang Tuah dalam pelayarannya
kebenua Hindi, pernah berjumpa dengan Nabi Khidhir yang merupai seorang tua, rambut dan janggutnya yang panjang itu semuanya putih bagai kapas dibusar.
Hikayat Pahlawan-pahlawan Islam
Hikayat-hikayat yang herkenaan dengan pahlawan-pahlawan Islam sama ada pada zaman
Nabi Muhammad atau pun terkemudian daripada itu amatlah terkenal dan disukai oleh orang-
orang Melayu, kerana bukan sahaja ianya meriwayatkan bagaimana keadaan agama Islam
tatkala mula-mula berkembang, dengan menghadap peperangan-peperangan menentang kaum
kafir Makkah, bahkan adalah ianya berguna untuk menaikkan semangat keberanian iaitu
dengan mengambil tauladan daripada sifat-sifat keberanian dan kegagahan sa-saorang
pahlawan Islam yang kesah-nya di-riwayatkan di-dalam hikayat-hikayat itu. Hal ini terbuktidalam suatu peristiwa yang tersebut didalam buku Sejarah Melayu berkaitan dengan Hikayat
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 34/48
Amir Hamzah dan Muhammad 'Ali Hanafiah pada malam sa-sudah Feringgi melancharkan
serangan-nya yang pertama ka-atas Melaka' pada T.M. 1511 itu.
Hikayat Amir Hamzah
Menurut pendapat orang-orang yang ahli dalam lapangan kesusasteraan bahawa HikayatAmir Hamzah ialah salinan daripada bahasa Parsi sungguh pun dalam bahasa 'Arab ada juga
hikayat yang demikian. Hikayat Amir Hamzah adalah merupai sebuah buku yang tebal
mengandungi 90 bab; didalamnya meriwayatkan kisah keberanian dan kegagahan Sayyidina
Hamzah mengepalai tentera Islam dalam peperangan menentang tentera-tentera kafir.
Seperti yang tersebut di-dalam riwayatnya bahawa Amir Hamzah ialah bapa saudara kapada
Nabi Muhammad s.a.w. iaitu putera kepada Abdul Mutalib. Amir Hamzah di-katakan mulai
menerima agama Islam sesudah dua tahun Rasulullah menerima walinya yang pertama dan
telah bersama-sama mengikut Nabi Muhammad berhijrah (berpindah) ka-Madinah.
Amir Hamzah adalah terkenal sebagai pahlawan Islam yang terbilang; keberanian dan jasa- jasanya dimedan-medan perang terutama sekali dalam peperangan Badar amatlah besar
ertinya disisi sejarah perkembangan agama Islam. Sayyidina Hamzah telah tewas tatkala
melawan orang-orang kafir Makkah yang ban¥ak bilangan-nya dikaki bukit Uhud, dekat
Madinah. Maka kerana itu-Iah riwayat Amir Hamzah sentiasa di-kenang oleh umat Islam;
dan di-dalam hikayat-nya banyak pula di-adakan tokok tambah oleh pengarang-nya.
Hikayat Amir Hamzah ini sa-lain daripada dalam bahasa Melayu ada jpga salinan-salinan-
nya dalam bahasa Jawa, Sunda dan Bugis. Dalam bahasa Jawa hikayat ini terkenal dengan
nama "Menak".
Hikayat Raja Khandak
Di antara pahlawan-pahlawan Islam yang termasyur gagah berani pada zaman Rasulullah
ialah Sayyidina 'Ali ibn Abu Talib, iaitu suami Fatimah, puteri Rasulullah. Kisah keberanian
dan kegagahan Sayyidina 'Ali ada terkandung didalam Hikayat Raja Khandak (ad a orang
menyebut Hondok). Di-dalam hikayat ini meriwayatkan apabila 'Ali bertempek di medan
perang suaranya seperti halilintar membelah bumi; pedangnya yang bernama Dzulfakar itu
apabila di hunus memanjangkan diri hingga saujana mata memandang, demikian juga peri
ketingkasan kudanya yang bernama Duldul itu sebagai terbang lakunya. Oleh keberanian dan
kegagahan 'Ali hingga ia digelar dalam hikayat itu "'Ali Harimau Allah."
Menurut sejarah Islam 'Ali ialah orang yang mula-mula menjadi pengikut Rasulullah selain
dari Khadijah, isteri Rasul ullah. 'Ali sentiasa mengikut Rasulullah terutamanya dalam
peperangan yang penting-penting; ia diangkat menjadi khalifah Islam yang keempat tetapi
tiada di-akui: oleh Mu'awiah ibn Abi Sufian serta pengikut-pengikutnya yang terkenal dengan
gelaran Bani Umaiyah, maka akhirnya peperangan teIah berlaku di-antara kedua pihak itu.
Menurut ceritanya Ali telah mati ditikam oleh gembala kudanya yang diupah oleh Mu'awiah,
ia-itu tatkala 'Ali hendak ka-masjid.
'A1i dengan isterinya, Fatimah, puteri Rasu1ullah, mempunyai dua orang putera Hasan dan
Husain, tetapi dengan isterinya yang lain ia mempunyai seorang putera lagi bernamaMuhammad 'A1i Hanafiah.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 35/48
Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah
Seperti Hikayat Amir Hamzah juga, Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah ini ada tersebut dalam
buku Sejarah Melayu tatkala Feringgi melanggar Melaka pada T.M. 1511 itu. Bagi
membuktikan lamanya Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah ini tersalin kebahasa Melayu
bolehlah kita beralaskan kapada 60 halaman hikayat ini yang ada tersimpan dalam kutubkhanah Cambridge University . Kepingan-kepingan daripada hikayat tersebut. bersama-sama
dengan beberapa buah naskhah asal buku-buku Melayu telah dibeli oleh Duke of
Buckingham dalam T.M. 1604 daripada seorang Belanda pelajar bahasa Arab bernama
Erpinious yang memperolehinya daripada Pieter Floris, seorang bangsa Eropah yang pernah
melawat kenegeri Acheh pada penghujung kurun ke-XVI atau permulaan kurun keXVII.
Menurut penyiasatan orang-orang yang ahli dalam lapangan kesusasteraan bahawa Hikayat
Muhammad Ali Hanafiah ialah berasal dari kesusasteraan Parsi. Di antara naskhah buku-
buku lama Parsi yang tersimpan dalam British Museum, London, di katakan ada bahagian-
bahagian dari dua buah buku yang mengandungi riwayat putera-putera Sayyidina 'Ali, iaitu
Hasan, Husain dan Muhammad 'A1i Hanafiah. Sebuah daripada buku yang tersebut itu ber-nama Kesah Amir ul-Mu'minin Hasan wa Husain, menceritakan kisah mulai dari lahir
keduanya itu membawalah kapada kematian Hasan di racun oleh seterunya Yazid, dan
berakhir hingga kapada kisah kematian Husain yang telah syahid dalam peperangan melawan
tentera Yazid di padang Karbala; buku yang sebuah lagi itu ialah Hikayat Muhammad 'Ali
Hanafiah, iaitu di mulai daripada riwayat menceritakan peri berita kematian saudaranya
Husain yang telah syahid di dalam peperangan itu di sampaikan orang kapada Muhammad
'Ali Hanafiah dan berakhir kapada riwayat bagaimana ia melepaskan Zainal Abidin, iaitu
putera Husain dan beberapa orang lagi yang telah di tawan dan di-penjarakan oleh Yazid, dan
seterusnya ia berjumpa dengan mayat Yazid yang hangus di-dalam sebuah telaga
Bagaimana pun tidaklah boleh dikatakan bahawa Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah dalam
bahasa Melayu itu di salin atau di sadur daripada kedua buah naskhah buku Parsi tadi, kerana
kedua-dua buku tersebut di-katakan telah terkarang pada T.M. 1721, manakala Hikayat
Muhammad 'Ali Hanafiah dalam bahasa Melayu itu telah ada dan sedia terkenal pada T.M.
1511.
Permulaan Hikayat Muhammad 'Ali Hanafiah itu meriwayatkan dengan lanjutnya mulai
daripada kejadian Nur Muhammad, kemudian meriwayatkan kisah keputeraan dan riwayat
hidup Nabi Muhammad s.a.w., kisah keluarga Rasulullah,perkahwinan Fatimah dengan 'Ali
dan lahirnya Hasan dan Husain.
Hikayat itu menyebut bahawa Mu'awiah ibn 'Abi Sufian, seorang sahabat Rasulullah, telah
bersumpah tiada akan kahwin kerana mendengarkan suatu ramalan yang mengatakan bahawa
zuriatnyalah yang akan membunuh kedua orang cucunda Rasulullah itu; tetapi malangnya
pada suatu malam tatkala ia sedang buang air kecil ia disengat oleh seekor binatang bisa,
hingga tiada ia tertahan-tahan lagi bisanya itu., Dengan nasihat tabib maka diperisterikannya
seorang perempuan tua Habshi lalu memperolehi seorang anak laki-laki Yazid.
Seterusnya hikayat itu menceritakan kisah Rasulullah wafat, kemudian daripada itu Fatimah,
Abu Bakar , Omar dan Othman meninggal dunia; maka 'Ali pula menjadi khalifah. Suatu
pertelingkahan telah berbangkit, Mu'awiah telah datang dengan tentera-tenteranya daripada
negeri Sham kerana hendak menawan 'Ali. Peperangan hebat telah berlaku 23 kali. Mu'awiahtiada berjaya dalam peperangan itu lalu diupahnya seorang perempuan tua supaya menyuruh
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 36/48
gembala kuda 'Ali membunuh tuannya. Sesudah 'Ali kena tikam dalam perjalanannya ke
masjid maka diceritakan pula kisah 'Ali menyuruh kedua orang puteranya supaya
membuangkan pedangnya Zulfakar itu ke dalam laut Kalzum dan bagaimana jenazah 'Ali
bersama-sama kudanya Duldul telah ghaib.
Kemudian hikayat itu menceritakan pula kisah Yazid anak Mu'awiah memusuhi Hasan danHusain hingga ia bersumpah hendak membunuh keduanya itu. Yazid telah mengupah seorang
keluarga isteri Hasan bagi meracun Hasan. Sesudah itu berlakulah peperangan, Husain dan
pengikut-pengikutnya dalam dahaga oleh terputus daripada tempat berair. Seorang demi
seorang pengikut Husain syahid dalam peperangan itu akhirnya Husain kena panah dan
seorang hulubalang Yazid bernama Semerla'in telah memenggal kepala Husain. Riwayat
kepala Husain itu disebutkan dengan lanjut, kemudian di-sambungkan pula dengan kisah
Isra'il memotong hidung dan telinga dua orang hulubalang Yazid lalu diikatkannya keduanya
itu keatas hemar dan di hantarkan kembali kapada Yazid.
Sesudah itu barulah di sebutkan cerita Muhammad 'Ali Hanafiah di negeri Baniar mendapat
berita peri kematian saudara-saudaranya, lalu memanggil sakalian kerabatnya dari beberapa buah negeri. Peperangan hebat telah berlaku dengan pengorbanan yang banyak antara kedua
pihak. Kota Damsyik telah di serbu oleh tentera Muhammad 'Ali Hanafiah; Yazid telah
mencuba hendak melarikan dirinya naik keatas sebuah menara tetapi telah kelihatan
bayangan Husain di dalam sekelompok awan putih, Yazid jatoh kedalam sebuah telaga,
mayatnya rentung seperti di bakar api neraka. Sakalian tawanan Yazid laki-laki perempuan
telah di bebaskan dan Zainal'Abidin putera Husain di tabalkan menjadi raja negeri Damsyik.
Hikayat ini berakhir dengan kisah Muhammad 'Ali Hanafiah tertutup di dalam gua batu
sebuah bukit Jabal Nur namanya; iaitu tatkala ia mendapat khabar mengatakan pengikut-
pengikut Yazid ada bersembunyi di dalam gua batu itu, lalu ia pun masuk mengamuk. Meski
pun telah didengarnya suatu suara ghaib suruh ia berhenti daripada membunuh itu tiada juga
di hiraukannya, akhirnya pintu gua itu pun tertutup sendiri.
Cerita-cerita lama berkaitan dengan Islam
Ada beberapa buah lagi hikayat-hikayat lama Melayu yang berkaitan dengan kisah pada
zaman agama Islam sedang mulai berkembang, iaitu seperti Hikayat Abu Samah putera
Sayyidina Omar, Hikayat Tamin ad-Dari, Hikayat Sultan Ibrahim ibni Adham, Hikayat Raja
Jumjumah atau lebih terkenal dengan nama Hikayat Tengkorak Kering, Hikayat Sema'un,
Hikayat Saif ul-Yazan dan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain. Kechuali Hikayat Iskandar Dzu'l-
Karnain tiada sebuah pun di antara hikayat-hikayat yang tersebut tadi yang ada terkandung didalam daftar buku-buku Melayu catitan Werndly pada T.M. 1736 itu.
Seperti hikayat-hikayat lama Melayu yang lain-lain juga Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain
tiada diketahui dan tiada dapat diagak bila zaman terciptanya, tetapi menilik kapada adanya
tersebut lintasan kisah Sultan Iskandar Dzu'l-Karnain di-dalam Taj ul-Salatin ciptaanBukhari
al. Jauhari pada T.M. 1603, dan dalam Sulalatu 'l-Salatin (Sejarah Melayu) ciptaan Tun Seri
Lanang pada T.M. 1612 itu, maka bolehlah di ambil kesimpulan iaitu kalau sekali pun di
katakan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain itu terkarang kemudian daripada kedua buah buku
yang tersebut tetapi kisah berkenaan dengan sifat-sifat keberanian, gagah perkasa dan
kebijaksanaan Iskandar Dzu'l-karnain itu tentulah telah sedia terkenal di sisi orang-orang
Melayu pada zaman terciptanya Taj ul-Salatin dan Sulalatu 'l-Salatin itu yakni pada permulaan kurun yang ke-XVII. Tentang kisah Iskandar Dzu'l-Karnain ini harus juga telah
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 37/48
sampai kepengetahuan orang-orang Melayu terlebih dahulu daripada zaman yang di sebutkan
tadi, alasannya iaah dengan adanya tersebut gelaran "Megat Skandar" di dalam Hikayat Raja-
raja Pasai; hikayat ini di katakan telah terkarang pada pertengahan kurun yang ke-XV. Suatu
lagi perkara yang boleh dijadikan alasan ialah berkenaan dengan gelaran Sultan Melaka yang
pertama, memerintah kira-kira pada T.M. 1400 yang bergelar Sultan Iskandar Shah itu.
Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain ialah saduran daripada cerita 'Arab karangan al-Suri. Cerita
ini telah terkenal dari semenjak zaman-berzaman dan telah di-sadur kedalam berbagai bahasa
di-Barat dan di-Timor. Dalam buku Sejarah Melayu ternyata sa-bahagian daripada bab
permulaannya ada tersisip petekan dari Hikaya:t Iskandar Dzu'l-Karnain itu, dan keturunan
Iskandar Dzu'l-Karnain di-hubongkan dengan raja-raja Melayu, ia-itu di-katakan bahawa raja
Melayu yang asaI. turun di-Bukit Siguntang Maha Miru itu, ia-Iah keturunan Raja Iskandar
Dzu'l-Karnain itu.
Menurut 'ilmu tawarikh bahawa Iskandar Dzu'l-Karnain (Alexander the Great) ia-Iah putera
Philip II raja negeri Macedonia . Hidup-nya 'pada tahun 356-323 sa-belum Masehi. la telah
naik takhta Kerajaan Macedonia sa-sudah ayahanda-nya mangkat di-bunoh orang dalamtahun 336 sabelum Masehi.
Iskandar Dzu'l-Karnain termasyur sebagai seorang ahli politik yang bijaksana dan penglima
handalan. Diantara negeri-negeri yang di-taklukinya ialah Masir dan Parsi, bagitu juga
sebahagian besar benua Hindi. Dialah yang telab membuka Bandar pelabuhan Iskandariah (
Alexandria ) terletak di muara Sungai Nil (Mesir). la mempunyai seorang putera dari
isterinya Puteri Roxana. Putera ini lahir sesudah ayahandanya itu meninggal dunia; akan
puteranya itu pun telah meninggal dunia pada masa kecilnya. Iskandar mangkat pada tahun
323 sebelum Masihi, iaitu sesudah ia beroleh kemenangan menakluki beberapa buah negeri,
dan sedang ia bersiap alat kelengkapan dengan tujuan hendak melanggar tanah 'Arab.
Hikayat Iskandar Dzu'l Karnain (bertanduk dua) adalah di anggap sebagai sebuah
kesusasteraan Islam; perkara ini agaknya ialah kerana nama itu ada tersebut di dalam al
Quran (Surat Al-Kahfi) Iskandar Dzu'l-Karnain menurut pendapat orang-orang Islam ialah
seorang pahlawan agama yang mengikut ajaran agama Nabi Allah Ibrahim, tambahan pula
kisah Iskandar Dzu'l-Karnain itu ada terkait dengan Nabi Khidhir.
Selain dari yang tersebut di-dalam Quran, maka kisah Iskandar Dzu'l-Karnain terhurai
dengan lanjutnya didalam Shahnama karangan Firdausi dan akhbar aI-Iskandar oleh
Mubashir ibn Fatik, iaitu ringkasan dari cerita PseudoCallisthenes.
Apabila di bandingkan riwayat Iskandar Dzu'l-Karnain itu pada segi 'ilmu tawarikh dengan
yang terkandung didalam hikayat-hikayat berkenaannya maka didapati ada bertelingkah
terutama sekali tentang nama ayahandanya. Menurut tawarikh, Iskandar ialah putera Philip
yang ke-ll Raja Macedonia; ahli-ahli tawarikh 'Arab yang terdahulu mengekalkan nama itu
meski pun berubah sebutannya kapada Failakus, tetapi di dalam hikayat Melayunya nyatalah
menunjukkan bahawa pengarang atau penyadur kisah itu ragu-ragu tentang menentukan
siapakah ayahanda Iskandar Dzu'l-Karnain itu, kerana dikatakannya: "Iskandar Dzu'l
Karnain, kata setengah orang anak .Raja Darab bangsa
Rom, ada pula orang mengatakan anak Qilas, dan kata yang lain pula anak Raja Dawab
bangsa Parsi". Dalam buku Sejarah Melayu karangan Tun Seri Lanang tersebut demikian:
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 38/48
"Raja Iskandar, anak Raja Darab, Rom bangsanya, Makaduniah nama negerinya, Dzu'l-
Karnain gelarannya".
Suatu perkara yang menarik perhatian berkenaan dengan Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain ini
ialah tentang suatu bahagian kandungannya yang tersisip di dalam buku Sejarah Melayu, iaitu
berkenaan Iskandar Dzu'l-Karnain mengalahkan Raja Kida Hindi dan kemudiannya mem- peristerikan puteri Raja Kida Hindi itu dengan dikahwinkan oleh Nabi Khidhir atas shari'at
Nabi Ibrahim, khalilu 'Llah. Maka daripada zuriat Iskandar Dzu'l-Karnain dengan puteri Raja
Kida Hindi itulah menurut buku Sejarah Melayu terbitnya raja Melayu yang asal, turun di
Bukit Siguntang Maha Miru itu.
Meski pun saperti yang di perchayai: bahawa kisah perkahwinan Iskandar Dzu'l-Karnain
dengan puteri Raja Kida Hindi yang tersebut di dalam buku Sejarah Melayu itu ialah petikkan
atau cabutan dari riwayat Iskandar Dzu'lKarnain yang telah sedia di ketahui ceritanya oleh
Tun Seri Lanang pada masa ia mengarang buku Sejarah Melayu itu, tetapi dalam beberapa
perkara ada di dapati perselisihan, terutamanya tentang nama puteri Raja Kida Hindi itu.
Dalam Hikayat Iskandar Dzu'l-Karnain puteri itu bernama Badrul Kamariah, tetapi didalam buku Sejarah Melayu nama puteri itu Sharul Bariah.
Tentang tujuan Iskandar Dzu'l-Karnain menakluki beberapa buah negeri di dunia Barat dan
Timur itu, dalam buku Sejarah Melayu menyebutkan demikian: "Sesekali
persetua baginda berjalan hendak melihat matahari terbit maka baginda sampai pada serokan
negeri Hindi. Suatu lagi perkara yang menarik perhatian berkenaan dengan sisipan kisah
Iskandar Dzu'l-Karnain yang terkandung didalam buku Sejarah Melayu itu. ialah tentang
putera Iskandar Dzu'l-Karnain dengan Tuan Puteri Shahrul Bariah, puteri Raja Kida Hindi
itu. Di dalam buku Sejarah Melayu menyebut putera itu dinamai Raja Aristun Shah. Tentang
nama Aristun Shah ini tiadalah dapat ditentukan adakah sebutan itu dimaksudkan kapada
nama Aristotle, ia-itu seorang di antara ahli-ahli falsafah yang terbesar (hidupnya pada tahun
322-284 sebelum Masihi) menjadi guru kapada Iskandar Dzu'l-Karnain.
Beberapa cherita lagi
Ada beberapa lagi cerita-cerita yang berhubung dengan kesusasteraan Islam; sungguh pun
salinan-sa1inannya kebahasa Melayu tiada dapat di akui sebagai ciptaan sebelum T.M. 1736,
tetapi isi-isi ceritanya haruslah telah sampai kepengetahuan orang-orang Melayu pada zaman
itu, terutama sekali berkenaan dengan cerita-cerita yang ada perkaitannya dengan ajaran
agama Islam dan mengenai akhlak, seumpama cerita Abu Samah putera Sayyidina Omar yang telah mati kerana di hukum palu seratus kali, oleh melakukan perbuatan yang sangat-
sangat di-larang oleh agama Islam, iaitu berzina dan hukuman itu telah dilakukan oleh
ayahandanya sendiri.
Hikayat Sultan Ibrahim ibni Adham, iaitu meriwayatkan bagaimana Sultan itu telah
mendengar suatu suara ghaib lalu turun daripada takhta kerajaannya meninggalkan segala
kemewahan dan akhirnya menjadi seorang fakir. Hikayat Lokman ul-Hakim, iaitu
meriwayatkan kebijaksanaan Lokman yang dikatakan berasal dari seorang hamba bangsa
Habshi atau bangsa Mesir.
Hikayat Raja Jumjumah, iaitu menceritakan bagaimana Nabi Allah Isa memohon kehadratTuhan minta supaya sebuah tengkorak kering yang dijumpainya disebuah padang negeri
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 39/48
Sham itu berkata-kata kapadanya; seterusnya hikayat ini meriwayatkan bagaimana tengkorak
itu menceritakan kapada Nabi Allah Isa bahawa ianya seorang raja dinegeri Masir dan Sham
yang penuh dengan segala kemewahan dan bersifat adil, tetapi ia tiada menunaikan fardhu
sembahyang lima waktu. Kemudian diceritakannya pula pengalamannya yang dahsyat-
dahsyat dideritanya sesudah ia mati, serta berbagai pandangannya bagaimana azabnya orang-
orang yang berbuat maksiat kena seksa di akhirat; tetapi bagi dirinya yang ada jugamempunyal ilmu agama dan berbuat kebajikan bersedekah kepada fakir miskin maka
akhirnya terlepas juga ia daripada neraka walaupun sesudah menderitai, berbagai azab
sengsara. Akhirnya ia memohonkan kiranya Nabi Isa mendoakan kehadrat Tuhan supaya ia
dihidupkan samula untuk berbuat amal yang soleh. Apabila permohonannya itu telah makbul
maka ia tiada berkehendak lagi menjadi raja tetapi sentiasa beribadat kepada Allah.
Hikayat Tamin ad-Dari meriwayatkan kisah Tamin dilarikan oleh Jin 'Afrid Majusi ketanah
Jin Kafir, kemudian ia telah membantu jin-jin Islam yang datang melanggar tanah Jin Kafir
itu. Raja Jin memerintahkan Jin Shahir menerbangkan Tamin balik ke Madinah tetapi Jin
Shahir telah terbakar lalu Tamin jatuh kedalam laut. Kemudian diceritakan pula peri Tamin
bertemu dengan Iblis, masuk kedalam gua Nabi Sulaiman dan kemudian berjumpa Dajal.Sesudah itu di-ceritakan pula peri Tamin menumpang di dalam sebuah kapal kepunyaan Raja
Hindi tetapi kapal itu karam kerana raja itu tiada membayar zakat. Di ceritakan juga periTamin bertemu dengan Nabi Ishak dan lepas itu dengan Nabi Alias dan akhirnya dengan
Nabi Khidhir. Menurut ceritanya Tamin telah ghaib selama tujuh tahun empat bulan dan
sepuluh hari, hingga isterinya sendiri tiada mengenali dia kerana ia tiada pernah bercukur dan
kuku-kukunya panjang belaka.
Bab 5. Buku-buku Sejarah
(Lanjutan dari hasil-hasil kesusasteraan Melayu Sebelum T.M 1736)
Sesudah kesusasteraan Islam tersebar luas di alam Melayu, yakni orang-orang Melayu sudah
mengenal dan mempelajari isi-isi berbagai cerita yang berkaitan dengan sejarah
perkembangan Islam, maka haruslah kerana itu telah menggerakkan keinginan pengarang-
pengarang Melayu untuk berusaha mengarang hikayat-hikayat yang mengandung hal ehwal
berkaitan dengan sejarah yang bercorak kebangsaan yakni ditujukan kapada kisah-kisah
berkenaan dengan tanah air dan bangsa sendiri.
Adalah suatu perkara yang tiada boleh di nafikan bahawa pada zaman mulai tergeraknya
keinginan pengarang-pengarang Melayu menciptakan perpustakaan yang bercorak
kebangsaan itu raja-rajalah yang menjadi tumpuan pandangan orang ramai dalam serba hal;
maka itulah sebabnya kebanyakan isi-isi perpustakaan Melayu lama khasnya buku-buku
sejarah itu dituliskan berkenaan dengan hal ehwal raja-raja; istimewa pula jika sejarah itu di
karangkan kerana menunaikan perintah raja, atau pun tujuan pengarangnya hendak
memperolehi kurnia dan dikasihi raja.
Hikayat Raja-raja Pasai
Perpustakaan Melayu yang tertua bercorak sejarah ialah Hikayat Raja-raja Pasai. Seorang ahli bahasa bernama Dulaurier, bangsa Peranchis, menurut buku "Kesusasteraan Lama Indonesia"
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 40/48
oleh Zuber Usman, telah menerbitkan Hikayat Raja-raja Pasai diParis, di belakang hikayat itu
dikatakan ada tertulis tarikh hikayat itu disusun, iaitu pada pertengahan kurun yang ke-XV
(T.M. 1450).
Al kesah cetera yang ketujuh dan al kisah cetera yang kesembilan dalam buku Sejarah
Melayu nyatalah banyak mengandung petikan-petikan daripada Hikayat Raja-raja Pasai itu,dan pada setengah-setengah tempat disalin satu-persatu daripada hikayat itu. Ada pun buku
Sejarah Melayu "Sulalatu 'l-Salatin" itu, menurut pendapat para sarjana yang telah
menjalankan siasat atasnya, rangka-rangkanya di percayai telah tersusun sebelum T.M. 1536,
haruslah dalam zaman pemerintahan Sultan Mahmud Shah. Dengan beralaskan pendapat ini
maka bolehlah diakul bahawa Hikayat Raja-raja Pasai itu telah terkarang pada pertengahan
kurun yang ke XV seperti yang tersebut di atas tadi, atau pun terdahulu daripada itu.
Kandungan Hikayat Raja-raja Pasai itu di-mulai: dengan kisah Merah Silu yang kemudiannya
sesudah memeluk agama Islam bergelar Sultan Malikus Saleh. Batu nisan pada makam
baginda yang di bawa daripada negeri Kembayat itu menerangkan bahawa baginda telah
mangkat dalam T.M. 1297.
Kandungan Hikayat Raja-raja Pasai itu kemudiannya menceritakan pula hal ehwal
pemerintahan anakanda baginda yang bernama Sultan Malikut. Tahir yang telah mangkat
pada 9 November, 1326 ; seterusnya diceritakan kisah dalam masa pemerintahan Sultan
Ahmad iaitu anakanda Sultan Maliku't Tahir itu. Penghujung Hikayat Raja-raja Pasai itu
menceritakan peri negeri Pasai itu alah dan takluk kapada Kerajaan Majapahit, iaitu kira-kira
dalam T.M. 1350, dan peri percubaan Minangkabau yang tiada berjaya hendak menakauki
Majapahit.
Hujungan Hikayat Raja-raja Pasai itu ada tertulis daftar nama negeri-negeri yang takluk
kepada Majapahit; nama-nama negeri yang terkandung di dalamnya terlebih banyak daripada
yang tersebut didalam Nagarakertagama karangan Prapancha pada T.M. 1518 itu.
Bahasa yang digunakan dinegeri Pasai, terutama sekali oleh pengarang-pengarang dan ulama-
ulama Islam pada kurun yang ke-XVII atau pun sekurang-kurangnya sehingga negeri itu di-
takluk oleh Kerajaan Acheh pada T.M. 1524, ialah bahasa Melayu yang baik, dan ada
tentang-tentangnya di gunakan perkataan- perkataan lama seperti perkataan “kutaha” yang
bererti agaknya entah, - tahkah.
Sebagai suatu contoh menunjukkan keahlian pengarang Hikayat Raja-raja Pasai itu dalam
lapangan bahasa Melayu bolehlah di perhatikan daripada susunan kata-kata berirama yangterkandung di dalam hikayat itu, demikian bunyinya:
Ayohai dara Zulaika tingkap,
Bangun apalah engkau!
Asalmu orang terjunan pangiran,
Kerana engkau penghulu gundikku,
Bergelar Tun Derma 'dikara.
Bangun apalah engkau!
Tidakkah dengar bunyi
Genderang perang di Tukasan?
Palu tabuh-tabuhan!Hari dinihari, bulan pun terang.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 41/48
Suatu perkara lagi yang menarik perhatian berkenaan dengan Hikayat Raja-raja Pasai ini
ialah tentang adanya gelaran-gelaran seperti Megat Skandar dan Megat Kedah terkandung
didalamnya. Daripada gelaran Megat Skandar itu menunjukkan bahawa haruslah cerita-cerita
berkenaan dengan Sultan Iskandar Dzu'l-Karnain telah sampai kepengetahuan orang-orang
Melayu pada zaman kerajaan negeri Pasai atau sekurang-kurangnya pada zaman Hikayat
Raja-raja Pasai itu disusun. Tentang gelaran Megat Kedah itu pula, perhatian kita tertarik kepada sebuah batu nisan yang dijumpai di Minye Tujuh (Acheh) bertarikh kira-kira T.M.
1380. Pada batu nisan itu terpahat kata-kata berbentuk syair dan memakai huruf Sumatra
kuno. Sebaris daripada kata-katanya berbunyi: "Gutra barubasa mpu hak kadah pase ma"
yang diertikan demikian: "Dari suku (keluarga) Barubasa, mempunyai' hak atas Kedah dan
Pasai". Maka disini bolehlah diambil kesimpulan iaitu haruslah keluarga raja yang dijumpai
nisannya itu jugalah yang merajai atau mempunyai hak atas Pasai dan Kedah.
Dengan tiada syak lagi bahawa di antara perpustakaan lama Melayu, buku Sejarah Melayu
"Sulalatu 'l-Salatin" inilah yang terpenting dan tertinggi mutunya daripada yang lain-lain.
Sungguh pun aliran kandungan buku ini tiada dapat diakui dengan sah kesemuanya, iaitu jika
dipandang pada segi tawarikh, kerana ada beberapa perkara atau cerita didalamnya sebagaimerupai cerita-cerita tahyul sahaja, tetapi bagi para sarjana terutamanya dari bangsa Eropah,
buku ini besar sekali gunanya kepada mereka untuk mengkaji dan menyelidiki segala halehwal yang berkenaan dengan kerajaan-kerajaan melayu pada zaman yang telah lalu, iaitu
tentang jurai keturunan raja-raja dan orang besar-besar, tentang kebudayaan Melayu seperti
peraturan adat istiadat Melayu, demikian juga tentang perhubungan-perhubungan dalam
masyarakat, perkembangan fikiran, keadaan iktisad dan sebagainya.
Dalam pada itu pun ada beberapa perkara yang penting-penting berkenaan dengan buku ini
masih belum dapat keputusannya yang tepat, yakni belum didapati tahkiknya oleh para
sarjana yang mengkaji dan menyelidiki itu; umpamanya tentang soal-soal siapa pengarang
atau penyusunnya. Dimana buku itu telah dikarang. Yang manakah diantara naskhah-naskhah
lamanya yang tertua? Sejauh manakah kandungan "hikayat Melayu dibawa orang dari Goa
seperti yang tersebut di dalam permulaan kata buku itu telah di perbaiki sama ada di pinda
atau ditokok tambah oleh penyusunnya yang terkemudian.
Sir R. O. Winstedt, seorang Inggeris sarjana bahasa MeIayu yang termasyhur itu telah
mengkaji dan menyelidik dengan sehalus-halusnya usul-asal dan kandungan buku Sejarah
Melayu itu, beliau telah mengemukakan berbagai pendapat tentang soal-soal yang tersebut di
atas tadi dengan berdasarkan beberapa buah naskah-naskah asal buku Sejarah Melayu itu,
terutamanya naskhah yang di percayai terlebih tua dan asli sifatnya iaitu, "Raffles MS., No.
18" yang telah di siarkan bersama-sama dengan huraiannya di dalam Journal of the MalayanBranch of the Royal Asiatic Society Vol. XVI. Part III. December, 1938.
Untok menyelidik usul-asal buku Sejarah Melayu itu maka dengan tidak syak lagi
kebanyakan dari tujuan-tujuan kata di dalam permulaan kata pengarangnya itulah yang
mustahak di jadikan alasan-ya, selain dari itu kandungan dan aliran riwayat pada penghujung
buku itu haruslah juga di ambil perhatian.
Daripada penyiasatan Sir R. O. Winstedt atas beberapa buah naskah-naskah lama itu maka
beliau telah memajukan pendapat yang thabit pada akal dengan mengatakan bahawa buku
Sejarah Melayu itu sungguh telah di susun kembali dalam T.M. 1612. Maka kerana itu
tentulah sudah ada sesabuah naskhah yang tertua dan sekurang-kurangnya mengandungirangka-rangka bagi bentuk Sejarah Melayu yang tersusun kemudian itu, dan harus isi-isinya
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 42/48
telah mula di catitkan dalam zaman pemerintahan Sultan Mahmud Shah atau pun terdahulu
daripada itu hinggalah membawa kepada zaman tiada lama sesudah Feringgi menakluki
Melaka. Pendapat ini thabit juga pada akal kerana memanglah dalam kalangan orang besar-
besar raja hingga kezaman terkemudian ini pun ada seseorang di antara mereka itu yang
berusaha mencatitkan riwayat atau hal ehwal yang di-fikirkan-nya penting dalam zaman
pemerintahan sesesorang raja yang jadi tumpuan taat setianya.
Dalam pada itu pun tidaklah boleh dinafikan bahawa kandungan buku Sejarah Melayu yang
tersusun dalam T.M. 1612 itu bukan sahaja berdasarkan isi-isi naskah yang tertuanya seperti
yang tersebut diatas itu, bahkan juga ditokok tambah daripada riwayat-riwayat mulut yang
beredar turun-temurun. Sebagai alasan berkenaan dengan bahanbahan isi buku ini bolehlah
diperhatikan daripada kandungan permulaan kata dua buah naskah lama, iaitu naskhah
Raffles No. 18 dan sebuah naskah yang disusun oleh Paderi W. G. Shellabear, setelah
membanding-bandingkan beberapa naskah asal bertulis tangan atau yang telah bercetak, dan
kita namakan naskah ini "naskah Shellabear", iaitu seperti tersebut dibawah ini:
(a) Dalam naskhah Shellabear menyebut demikian:
……..maka berkata ia kapada fakir, "Hamba dengar
ada hikayat Melayu di bawa oleh orang dari Goa , barang kita perbaiki kiranya dengan
istiadatnya…….”
(Menurut keterangan Sir R. O. Winstedt, dalam setengah-setengah naskah mengatakan "di-
bawa oleh Orang Kaya Sogoh”).
Ini menunjukkan bahawa bahan-bahan kandungan buku Sejarah Melayu yang tersusun dalam
T.M. 1612 itu telah sedia ada, iaitu hikayat Melayu yang dibawa orang (Kaya Sogoh) dari
Goa itu, yakni sekurang-kurangnya hikayat dari Goa itu telah dijadikan dasar atau sebagai
rangka bagi "diperbaiki" dalam usaha menyusun naskah T.M. 1612 itu.
(b) Dalam naskhah Raffles No. 18 pula menyebut demikian :
….Maka fakir karanglah hikayat ini kama sami'tu
min jaddi wa'abi, dan fakir himpunkan daripada segala riwayat orang tua-tua dahulu kala,
supaya akan menyukakan duli hadhrat baginda............
Daripada kandungan ayat yang tersebut diatas itu maka bolehlah di ambil kesimpulan bahawa
kandungan buku Sejarah Melayu naskhah T.M. 1612 itu ada menggunakan bahan-bahan dari
riwayat-riwayat tua yang turun-temurun.
Kesimpulan ini di kuatkan lagi dengan suatu alasan, iaitu seperti yang tersebut dalam fasal
yang kedua belas Kitab Bustan ul-Salatin (Taman Raja-raja) ciptaan Shaikh Nuruddin al-
Raniri dalam T.M. 1638, pada menyatakan riwayat segala raja-raja yang kerajaan di negeri
Melaka dan Pahang, demikian bunyinya:
Kata Bendahara Paduka Raja yang mengarang kitab misrat Sulalatu 'l-Salatin ia mendengar
daripada bapanya ia mendengar daripada neneknya dan datuknya, tatkala pada hijrat al-Nabis.a.w. seribu dua puluh esa pada bulan Rabi'il Awwal pada hari Ahad, ia mengarang hikayat
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 43/48
pada menyatakan segala raja-raja yang kerajaan di negeri Melaka, Johor dan Pahang, dan
menyatakan bangsa dan salasilah mereka itu daripada Sultan Iskandar Dzul Karnain. . . . . . . .
..
Kelemahan penyalin-penyalin
Berkenaan dengan perpustakaan lama Melayu seperti buku Sejarah Melayu itu, suatu perkara
hendaklah diingat iaitu tentang adanya beberapa salinan buku itu. Penyalin naskah-naskah itu
bukanlah seseorang yang tertentu, bahkan asing-asing orangnya, diantaranya sudah tentulah
ada berbagai sifat kelemahan, ada yang cuai, ada yang memandai-mandai mengikut sedap
sendiri mengubah, meninggalkan dan mengadakan tokok tambah atas karangan asal itu, dan
berbagai lagi sifat-sifat kelemahan yang seperti itu. Maka kerana itulah kerap di dapati dalam
perpustakaan lama Melayu yang bertulis tangan. kandungan salinan-salinan sesebuah hikayat
ataau seumpamanya banyak berubah daripada bentuk aslinya. bahkan diantara naskah-naskah
salinan itu berbeza antara sebuah dengan yang lain. Sesungguhnya kejadian-kejadian
demikian itulah yang menerbitkan rumit dan sulit bagi seseorang yang hendak mengkaji dan
menyelidiki isi sesebuah perpustakaan lama itu.
Perbezaan-perbezaan seperti yang tersebut diatas itu banyak di dapati jika di bandingkan
naskah-naskah lama buku Sejarah Melayu, sehingga nama pengarang atau penyusunnya iaitu
Bendahara Paduka Raja, Tun Seri Lanang itu, ada nashah menyebut Tun Muhammad, dan
ada pula yang menuliskan nama itu Tun Mahmud. Berkenaan dengan tarikh Tun Seri Lanang
menerima perintah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Maayah Shah. suruh karangkan
hikayat peraturan segala raja-raja Melayu itu, setengah-setengah naskah menulis demikian:
"Tatkala hijratul-nabiyyi salla 'LLahu 'alaihi wa's-selamu seribu dua puluh satu tahun, kepada
tahun Dal, pada dua belas hari bulan Rabi'il-Awwal, kapada hari Khamis……” Maka ada
pula naskahnya yang bertelingkah tentang ketentuan harinya itu, iaitu dengan menuliskan hari
Ahad.
Lagi suatu perbezaan yang besar didapati dalam kandungan naskah-naskah lama itu ialah
berkenaan dengan di manakah tempatnya dan bilakah zamannya Tun Seri Lanang
menyempurnakan tugas yang di perintahkan oleh Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah, yakni
mengarang buku Sejarah Melayu atau Sulalatu 'l-Salatin itu. Beberapa buah naskah menyebut
"Pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di Acheh Sultan 'Alauddin Riayat Shah…..
Sedang baginda bernegeri di Pasai " Tetapi ada pula naskah menyebut iaitu sedang baginda
itu bernegeri di Pasir Raja
Huraian tentang pendahuluan-kata Sejarah Melayu
Bagi membuat sesuatu kesimpulan berkenaan dengan soal yang tersebut itu maka hendaklah
di kaji dan . difahamkan dengan sehalus-halusnya segala maksud perkataan-perkataan yang
terkandung di dalam pendahuluan kata pengarang buku Sejarah Melayu itu. Berkenaan
dengan ini kita berdasarkan kepada dua punha iaitu salinan naskah W. G. Shellabear yang di
gunakan di sekolah-sekolah Melayu, Tanah Melayu, dan salinan naskhah Raffles No. 18 yang
di siatkan oleh Sir Richard Winstedt dalam Malayan Branch Royal Asiatic Society Journal
Vol. XVI. Part III., December 1938.
Di antara kedua-dua naskhah itu di dapati pendahuluan-kata di-dalam naskhah Raffles No. 18
itu terlebih ringkas daripada naskah Shellabear, iaiitu dengan mengandung pujian-pujiankapada Allah dan Rasulullah sacara ringkas sahaja, dan tiada menyebutkan peri
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 44/48
hal"…….hikayat Melayu di bawa orang dari Goa." Maka bagi membuat huraian yang lebih
luas, moleklah rasanya kita bicharakan naskah yang mengandung terlebih banyak isi-isi
pendahuluan katanya itu, yakni naskah Shellabear; dan di bawah ini di turunkan secara
ringkas maksud kata-katanya yang di fikirkan munasabah untuk di jadikan pokok
pembicaraan:
(a)……..pada suatu masa bahawa fakir duduk pada suatu majlis dengan orang besar -besar
bersenda gurau. Pada antara itu ada seorang orang besar, terlebih mulianya dan terlebih besar
mertabatnya daripada yang lain; maka berkata ia kapada fakir, "Hamba dengar ada hikayat
Melayu di-bawa oleh orang dari Goa ; barang kita perbaiki kiranya dengan istiadatnya,
supaya diketahui oleh segala mereka itu, syahadan beroleh faedah ia daripada-nya.
(b) Setelah fakir mendengar demikian, jadi beratlah atas anggota fakir alladhi huwa
murakkabun ala'l-jahli Tun Muhammad namanya, Tun Seri Lanang timang-timangannya,
Paduka Raja gelaran-nya, Bendahara…
(c) ………Tatkala hijratu'l nabiyyi salla 'LLahu 'alaihi wa's-salamu seribu dua puluh satutahun, kepada tahun Dal, pada dua belas haribulan Rabi'il-Awwal, kepada hari Khamis,
waktu al-dhoha, pada ketika Shamsu, pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di Acheh,
Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah zillu 'LLahi fli`l alam……sedang baginda bernegeri di Pasai
(naskah Raffles No. 18 bernegeri di Pasir Raja), dewasa itulah datang Raja Dewa Sa'id
kepada hamba Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang, anak Seri Akar Raja, Patani,
menjunjungkan titah Yang di Pertuan di Hilir, Sultan Abdullah Maayah Shah ibni l-Sultani 'l-
ajalla 'Abdi'l Jalil Shah (pujian-pujian dalam bahasa 'Arab, bersulam dengan bahasa Melayu).
(d) Demikian bunyi titah yang maha mulia itu, "Bahawa beta minta perbuatkan hikayat pada
Bendahara, peri persetua dan peraturan segala raja-raja Melayu dengan istiadatnya sekali,
supaya di ketahui oleh segala anak cucu kita yang kemudian daripada kita, di ingatkannya
oleh mereka itu, shahdan beroleh faedahlah ia daripadanya." Setelah fakir alladhi huwa
murakkabun ala'ljahli, maka fakir perkejutkanlah diri fakir pada mengusaha kan dia .supaya
akan menyukakan duli hadhrat baginda. Maka fakir namai hikayat itu "Sulalatu '1 Salatin",
yakni peraturan segala raja-raja…….."
Daripada segala tujuan kata-kata yang terkandung didalam pendahuluan buku Sejarah
Melayu seperti yang diturunkan di atas itu maka bolehlah dibuat kesimpulan atas beberapa
perkara, diantaranya:
(a) Nyatalah bahawa pengarang atau penyusun buku Sejarah Melayu atau Sulalatu l-Salatinitu ialah Bendahara Paduka Raja, Tun Seri Lanang, kerana menjunjung titah Yang di Pertuan
di Hilir, Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah. Tujuan Tun Seri Lanang mengarangkan buku itu
seperti yang dinyatakannya, iaitu "supaya akan menyukakan. duli hadrat baginda."
(b) Orang besar yang menyebut peri hal hikayat Melayu di bawa orang (menurut setengah-
setengah naskhah: oleh Orang Kaya Sogoh) daripada Goa itu haruslah di maksudkan oleh
Tun Seri Lanang kapada Yang di Pertuan di-Hilir, Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah; baginda
hanya membayangkan hasrat baginda di-dalam majIis orang besarbesar itu kira-nya isi-isi
hikayat itu di perbaiki.
(c) Perintah Yang di-Pertuan di Hilir minta Bendahara (Tun Seri Lanang) karangkan hikayatitu ialah pada tarikh 12 Rabi'il-Awwal, T.H. 1021, bersamaan 13 May,
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 45/48
1912, (menurut seorang sarjana bernama Rouffaer, hari itu ialah hari Ahad bukannya hari
Khamis). Ada pun orang yang menyampaikan titah itu kapada Tun Seri Lanang jelas tersebut
di dalam naskah Raffles No. 18, iaitu Seri Nara Wangsa yang bernama Tun Bambang anak
Seri Akar Raja, Patani.
(d) Pendapat yang mengatakan bahawa Tun Seri Lanang menerima perintah supayamengarangkan buku Sejarah Melayu itu ialah di Pasir Raja bukannya di Pasai iaitu pada
zaman kerajaan Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah sedang bernegeri di-Pasir Raja-ada-lah thabit
pada 'akal, kerana angkatan Acheh melanggar Johor, menurut riwayat didalam Tawarikh
Johor, ialah pada 7 May 1913, iaitu kira-kira setahun terkemudian daripada tarikh di sebutkan
oleh Tun Seri Lanang sebagai hari ia menerima perintah Yang di Pertuan di Hilir itu.
(e) Daripada ayat yang berbunyi “……pada zaman kerajaan marhum yang mangkat di-
Acheh, Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah….” itu nyatalah bahawa Tun Seri Lanang
menuliskan pendahuluan bagi buku Sejarah Melayu itu sesudah Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat
Shah mangkat di Acheh (kira-kira antara T.M. 1613 dengan 1615). Tetapi bilakah zamannyaisi-isi buku itu dikarang atau disusun dan disiapkan? Ada beberapa kemungkinan berkaitan
dengan soal ini, diantaranya haruslah pendahuluan kata itu di tuliskan sesudah siap atau pun
setelah banyak isi-isi buku itu di karangkan atau di susun. Mungkin juga usaha mengarang
atau menyusun buku itu telah di mulai oleh Tun Seri Lanang di Pasir Raja, iaitu sesudah ia
menerima perintah Yang di Pertuan di HiIir itu, tetapi bagaimana pun buku itu nyatalah
belum selesai melainkan sesudah mangkat Sultan "Alau'd-din Ri'ayat Shah.
(f) Kita mengagak haruslah buku Sejarah Melayu itu telah selesai di karang atau di susun
pada zaman Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah memerintah Kerajaan Johor kira-kira pada T.M.
1613-1623, iaitu sesudah kakanda baginda Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah itu mangkat.
Alasannya adalah ternyata dan dapat di fahamkan dalam pendahuluankata Tun Sed Lanang
ita bahawa Raja 'Abdullah telah menjadi seorang raja yang memerintah, dengan gelaran
Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah; sebelum bergelar itu nama timangtimangan Raja 'Abdullah
ialah Raja Bongsu dan di sebut orang juga Raja Seberang atau Raja di Hilir, kerana baginda
itu beristana di seberang Pengkalan Raja dan lebih jauh kehir, sedang Sultan 'Alau'd-din
Ri'ayat Shah bersemayam di Pasir Raja. Maka kapada Sultan 'Abdullah Ma'ayah Shah itulah
di tujukan oleh Tun Seri Lanang usahanya mengarang atau menyusun buku Sejarah Melayu
itu, dengan katanya, "Maka fakir karanglah hikayat ini, supaya akan menyukakan dua hadrat
baginda."
Kandungan buku Sejarah Melayu
Jika di bandingkan di antara dua naskah buku Sejarah Melayu, iaitu naskah Shellabear dan
naskah Raffles No. 18 itu, nescaya di dapati beberapa perbezaannya, naskhah Raffles No. 18
itu mengandungi 31 cetera dan kandungannya terlebih tua daripada naskah Shellabear.
Penghujung ceteranya hanya sampai kapada riwayat yang berlaku pada zaman pemerintahan
Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah II dalam T.M. 1535, iaitu peristiwa langgaran Feringgi keatas
Kota Kara di Sungai Telur dan terus mudek hingga ke Pekan Tua. Naskah Raffles ini yang
asalnya haruslah telah di bawa Feringgi ke Goa (sebuah jajahan Feringgi di India ) tatkala
mereka menyerbu Johor Lama dalam T.M. 1536 dan dibawa kembali oleh Orang Kaya Sogoh
lalu diperbaiki dengan pindaan-pindaan dan tambahan oleh Tun Seri Lanang.
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 46/48
Naskah Shellabear mengandung 34 cetera dan dalam cetera yang terakhirnya terkandung
riwayat berkenaan dengan pemerintahan Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah II tetapi tidak
menyebut tentang serangan Feringgi pada T.M. 1535 itu; bagaimanapun dalam cetera (bab)
yang ketiga puluh empat itu juga di hubungkan dengan secara ringkas riwayat-riwayat empat
orang sultan yang berkerajaan di Johor terkemudian daripada Sultan 'Alu'd-din Ri'ayat Shah
II itu. retapi tidak menyebut tentang serangan Feringgi pada T.M. 1535 itu; bagaimana pundalam cetera (bab) yang ketiga puluh empat itu juga di-hubungkan dengan secara ringkas
riwayat-riwayat empat orang sultan yang berkerajaan di Johor terkemudian daripada Sultan
'Alu'd-din Ri'ayat Shah II itu.
Sesungguhnya ternyata dalam pendahahuluannya bahawa naskah itu telah di tambah oleh
orang yang terkemudian daripada Tun Seri Lanang; tambahannya itu boleh di perhatikan
dalam "AL-KESAH YANG KEDUA PULUH TUJUH", tentang jurai keturunan Bendahara
Seri Maharaja Tun Mutahir hingga kepada kedua orang anak laki-laki Tun Seri Lanang, iaitu
Tun Anum dan Tun Jenal, keduanya itu di sebutkan telah menjadi Bendahara. Keterangan ini
nyatalah menunjukkan bahagian itu telah di susun sesudah Tun Seri Lanang meninggal dunia.
Selanjutnya dapat di perhatikan daripada keterangan pada penghujung naskah Shellabear itu
demikian bunyinya: "Pada zaman itu hingga inilah yang dapat oleh pacal yang daif di baca di
dalam hikayat ayahanda itu rahim ,Allah Ta'ala, iaitu datuk yang hilang di Tanjung Batu,
kepada masa Johor alah di serang Jambi* pacal datuk di kurniai ayahanda itu membaca
hikayat Melayu oleh baginda tajalli di Bukit Siguntang turun ke Palembang …….Had itulah
yang terbaca oleh pacal datuk, Wa'llahu alam.
Oleh kerana pengarang atau penyusunnya seorang Bendahara yang memegang jawatan yang
tertinggi dan terpenting, maka didalam buku Sejarah Melayu itu banyak di dapati tauladan-
tauladan dan nasihat yang di tujukan untuk mengingatkan raja-raja supaya jangan berbuat
zalim kepada hamba rakyat, hendaklah barang apa yang hendak di lakukan itu berunding
terlebih dahulu dengan Bendahara dan orang-orang besar yang lain, dan sebagainya. Hal ini
dapat di saksikan daripada wasiat-wasiat dari tiga orang sultan iaitu Sultan Mansur Shah,
Sultan 'Alau'd-din Ri'ayat Shah I dan Sultan Mahmud Shah, iaitu dengan memberi nasihat
dan ingatan kepada seseorang putera yang bakal memerintah negeri tatkala baginda-baginda
itu hampir akan mangkat.
Ada lagi beberapa cerita terkandung di dalam buku Sejarah Melayu itu yang di tujukan untuk
tauladan atau ingatan kepada raja-raja tentang akibat-akibat perbuatan zalim dan aniaya
kepada sesama manusia. Sungguh pun ada diantara cerita-cerita itu berupa tahyul tetapi aliran
tulisan pengarangnya nyata menuju kepada yang dimaksudkannya, misalnya dalam CeteraYang Kesepuluh berkenaan dengan kezaliman Raja Singapura yang bergelar Paduka Seri
Maharaja itu membunuh Tuan Jana Khatib dengan tiada usul periksa lagi, akibatnya
datanglah todak menyerang Singapura.
Paduka Seri Maharaja tidak juga insaf akan akibat kezaliman itu lalu baginda melakukan
suatu kezaliman lagi, iaitu dengan membunuh budak yang mengeluarkan akal supaya
berkubukan batang pisang bagi mengalahkan langgaran todak itu. Pengarang buku Sejarah
Melayu itu telah menegaskan pendapatnya atas kezaliman itu dengan katanya " Ada pun
tatkala budak itu dibunuh, maka hak rasanya di tanggungkannya atas negeri Singapura."
Sesudah itu di sambungkannya pula dengan suatu kisah kezaliman Raja Iskandar Shah, iaituanakanda Paduka Seri Maharaja itu, baginda memerintahkan supaya gundik baginda, anak
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 47/48
seorang pegawai, di sula di hujung pasar kerana baginda mendengarkan fitnah daripada
gundik-gundik yang lain. 'Akibatnya, pegawai itu telah berbuat belot lalu berhubung dengan
Kerajaan Majapahit, akhirnya tibalah angkatan perang Majapahit melanggar dan menga-
lahkan Singapura, menyebabkan Raja Iskandar Shah berundur menyeberang ketanah besar
lalu membuka negeri Melaka.
Demikian juga berkenaan dengan kezaliman Sultan Mahmud Shah membunuh Bendahara
Seri Maharaja, Seri Nara di Raja dan Temenggung Tun Hasan, akibatnya ialah kerobohan
Kerajaan Melaka oleh langgaran Feringgi. Selain daripada untuk catitan sejarah maka dapat
juga di duga bahawa tujuan pengarang buku Sejarah Melayu meriwayatkan peristiwa-
peristiwa yang tersebut itu ialah untuk menjadi tauladan dan ingatan kepada raja-raja yang
terkemudian, supaya peristiwa-peristiwa demikian tiada berulang lagi.
Pengarang atau penyusun buku Sejarah Melayu itu ayatalah seorang yang berpengetahuan
dan bijak dalam 'ilmu karang-mengarang kerana dapat ianya menggambarkan keadaan-
keadaan pada sesuatu zaman, umpamanya pada zaman Seri Maharaja menjadi Bendahara,
dibayangkan bagaimana makmur dan ramainya negeri Melaka, hingga menjadi tumpuansegala dagang dan persinggahan kapal-kapal dari atas angin. Bagi menggambarkan
kemakmuran dan ramainya penduduk-penduduk Melaka pada zaman itu maka pengarang
buku Sejarah Melayu itu berkata demikian: "Ada pun zaman itu negeri Melaka terlalu sekali
ramainya, segala dagang pun berkampung; maka dari Air Leleh datang ke Kuala Muar pasar
tiada berkeputusan lagi, dari Kampung Keling datang ke Kuala Penajuh itu pun tiada
berputusan; jika orang dari Melaka datang ke Jugra tiada membawa api lagi, barang di mana
berhenti di sana adalah rumah orang; dari sebelah sini hingga datang ke Batu Pahat demikian
juga, kerana masa itu rakyat Melaka sembilan belas laksa banyaknya yang di dalam negeri
juga."
Dapat juga di gambarkan oleh pengarang buku Sejarah Melayu itu bagaimana kehairanan
orang-orang Melaka melihat rupa orang-orang Feringgi yang di katakan mereka "Benggali
putih" itu, hingga pada seorang orang Feringgi itu berpuluh-puluh orang Melaka
mengerumuni dia. Demikian juga tentang kehairanan orang-orang Melaka melihat peluru
meriam Feringgi.
Keahlian pengarang buku Sejarah Melayu itu dalam lapangan kesusasteraan dapat juga di
saksikan dalam tulisannya tatkala menggambarkan sifat-sifat seseorang, umpamanya sifat-
sifat kebijaksanaan Bendahara Paduka Raja Tun Perak; sifat suka meninggi-ninggi diri
Bendahara Putih, taat setia Laksamana Tun Tuah; perasaan cinta kepada tanah air Bendahara
Paduka Tuan (Dato' Lubuk Batu); demikian juga gambaran tentang bagaimana orang-orang besar Melaka merendah-rendahkan guru agama yang datang dari luar negeri saperti peristiwa
yang berlaku di-antara Makhdum Sadar J ahan dengan Seri Rama dan dengan Tun Mai Ulat
Bulu.
Suatu perkara lagi yang menunjukkan kebijakan pengarang buku Sejarah Melayu itu dapat
diperhatikan daripada sisipan cerita "Meminang Puteri Gunung Ledang". Tujuan jalan cerita
ini haruslah sebagai suatu kiasan yang mengandung sindiran yang halus dan tajam maknanya
ditujukan untuk menerbitkan rasa keinsafan kepada seseorang raja terhadap keadilan dan
timbang rasa kapada kaum perempuan.
Hikayat Acheh
7/15/2019 Sastra Dalam Peradaban Islam
http://slidepdf.com/reader/full/sastra-dalam-peradaban-islam 48/48
Diantara perpustakaan Melayu yang terkandung nama-namanya di dalam daftar Werndly
dalam T.M. 1736 itu termasuklah nama Hikayat Acheh. Isi buku ini merupakan ringkasan
sejarah sahaja dan bahasanya tiada hidup yakni tidak seperti bahasa yang terkandung di-
dalam. buku Sejarah Melayu.
Hikayat Acheh itu mula-mulanya meriwayatkan kisah mulai daripada zaman pemerintahan
Sultan Ibrahim diAcheh Utara, baginda ini dalam T.M. 1525 telah memberontak melawan
Maharaja yang berkerajaan di negeri Pasai, akhirnya Sultan Ibrahim dapat mengalahkan
Kerajaan Pasai itu. Maka semenjak masa itulah pusat pemerintahan di Pasai itu telah
berpindah ke Acheh dan kekuasaannya semakin berkembang. Kekuasaan Acheh telah sampai
kepuncak kebesarannya pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam
(T.M. l606-1636), sebilangan besar negeri-negeri dalam Pulau Perca itu tertakluk kebawah
perintahnya, demikian juga negeri-negeri di dalam Semenanjung Tanah Melayu termasuklahnegeri Johor. Kemudian di sebutkan pula sesudah Melaka jatuh ke tangan Feringgi berulang-
ulang kali negeri itu telah diserang oleh angkatan perang Acheh dan ada kalanya berbulan-
bulan pula negeri Melaka itu dikepong. Seterusnya di riwayatkan bahawa Sultan Iskandar
pernah mengesyorkan kapada Sultan Agung Mataram yang menguasai seluruh Jawa dan
Madura dan pada masa itu sedang menentang kekuasaan Belanda di Jakarta supaya bersetuju
bekerjasama melawan kekuasaan asing itu, tetapi syor Sultan Acheh itu telah di tolak oleh
Sultan Agung Mataram. Sultan Iskandar Mahkota Alam tiada mempunyai putera melainkan
puteri-puteri belaka, seorang di antara menantu baginda itu telah menggantikan baginda di
atas takhta Kerajaan Acheh dengan gelaran Sultan Iskandar Thani. Sesudah pemerintahan
baginda itu Acheh telah di perintah bergilir-gilir oleh empat orang raja perempuan. Pada
zaman itulah pula Kerajaan Acheh beransur-ansur lemah hingga beberapa buah negeri yang
takluk kepadanya melepaskan diri masing-masing.