5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail...

33
Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam berbagai elemen kehidupan, dan transportasi merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain serta fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya. Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang penting untuk dipikirkan khususnya di daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya perekonomian. Rencana pengembangan aspek transportasi adalah sebagai berikut: 1) Menyediakan sistem transportasi yang mengintegrasikan angkutan regional (antar kabupaten) dan angkutan perdesaan; 2) Mengembangkan intermoda antara sistem transportasi darat; 3) Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi darat dengan memberdayakan potensi sumberdaya manusia setempat; 4) Mengklasifikasikan sistem hirarki jaringan jalan wilayah; 5) Meningkatkan dan menyesuaikan fungsi jalan sesuai rencana struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bantul; dan 6) Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan, khususnya jalan-jalan pada kawasan perdesaan yang menjadi penghubung sentra-sentra produksi pertanian/perikanan. Rencana jaringan pergerakan dengan mempertimbangkan penyesuaiannya terhadap kebutuhan/kondisi konteks lokal yang sesuai dengan kondisi di wilayah BWP Sedayu. Pertimbangan utama dalam perencanaan transportasi adalah keterpaduannya untuk mewujudkan konsep perencanaan pusat lingkungan sebagai pusat transit yang memungkinkan dengan mudah dilakukannya pergantian antar dan inter moda transportasi. Perencanaan pada jaringan transportasi lokal juga harus memperhatikan integrasi jaringan transportasi setempat dengan jaringan regional yang lebih luas dengan standar pelayanan yang mudah dipahami/diterima bagi masyarakat umum tanpa menghilangkan karakter/konteks khas setempat yang dimiliki. Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW kabupaten/kota.

Transcript of 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail...

Page 1: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1

Rencana Jaringan Prasarana

5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan

Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam berbagai elemen

kehidupan, dan transportasi merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau

barang dari suatu tempat ke tempat lain serta fasilitas yang digunakan untuk

memindahkannya. Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang penting

untuk dipikirkan khususnya di daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat

penting untuk mendukung tumbuh kembangnya perekonomian.

Rencana pengembangan aspek transportasi adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan sistem transportasi yang mengintegrasikan angkutan regional (antar

kabupaten) dan angkutan perdesaan;

2) Mengembangkan intermoda antara sistem transportasi darat;

3) Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi darat dengan memberdayakan

potensi sumberdaya manusia setempat;

4) Mengklasifikasikan sistem hirarki jaringan jalan wilayah;

5) Meningkatkan dan menyesuaikan fungsi jalan sesuai rencana struktur ruang dan pola

pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bantul; dan

6) Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan, khususnya jalan-jalan pada kawasan

perdesaan yang menjadi penghubung sentra-sentra produksi pertanian/perikanan.

Rencana jaringan pergerakan dengan mempertimbangkan penyesuaiannya

terhadap kebutuhan/kondisi konteks lokal yang sesuai dengan kondisi di wilayah BWP

Sedayu. Pertimbangan utama dalam perencanaan transportasi adalah keterpaduannya

untuk mewujudkan konsep perencanaan pusat lingkungan sebagai pusat transit yang

memungkinkan dengan mudah dilakukannya pergantian antar dan inter moda

transportasi.

Perencanaan pada jaringan transportasi lokal juga harus memperhatikan

integrasi jaringan transportasi setempat dengan jaringan regional yang lebih luas dengan

standar pelayanan yang mudah dipahami/diterima bagi masyarakat umum tanpa

menghilangkan karakter/konteks khas setempat yang dimiliki. Rencana jaringan

prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan prasarana yang ditetapkan

dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW kabupaten/kota.

Page 2: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 2

5.1.1. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

Rencana jaringan pergerakan yang dimaksud dalam rencana ini merupakan

rencana seluruh jaringan primer dan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi:

jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan. Jaringan jalan merupakan aspek

penting dalam perkembangan suatu wilayah yang sebagai infrastrukur pendukung

mobilisasi masyarakat. Semakin banyak dan baik suatu akses ke suatu wilayah, maka

akan semakin baik tingkat perkembangannya. Seiring dengan perkembangan BWP

Sedayu, maka rencana pengembangan pelayanan jaringan jalan dan jembatan yaitu:

a. Peningkatan fungsi jalan lokal Kalakan – Sedayu – Gubug menjadi jalan kolektor

primer guna mendukung perkembangan wilayah BWP Sedayu bagian utara.

b. Pengembangan kapasitas jalan yang kinerjanya rendah dengan upaya peningkatan

konstruksi jalan berupa tanah untuk jalan permukiman dan atau aspal/perkerasan

lingkungan dan jalan lokal.

c. Penataan jalan dan persimpangan jalan yang berpotensi menimbulkan masalah di

masa yang akan datang (pertemuan jalur arteri - kolektor primer, kolektor primer –

lokal, dan lokal – lingkungan).

d. Pengembangan jaringan jalan permukiman yang dilakukan berdasarkan kesepakatan

masyarakat dan diarahkan berupa grid (konsolidasi lahan).

e. Rencana pengembangan jaringan jalan dengan memperhatikan ketentuan SNI Nomor

03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

Tabel 5.1. Fungsi Jalan dan Karakteristik Perencanaannya

Fungsi Jalan Ruas Arahan Perencanaan

Arteri Primer Yogyakarta - Wates

Kecepatan rencana 50 - 100 km/jam

Lebar jalan minimal 20 meter

Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata

Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecapatan rencana dan kapasitas jalan tidak terputus walaupun masuk kota

Kolektor primer

Argosari – Argodadi –Pajangan

Argorejo – Moyudan

Kecepatan rencana 40 – 80 km/jam

Lebar jalan minimal 7 m

Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata

Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecapatan rencana dan kapasitas jalan tidak terputus walaupun masuk kota

Jalan Lokal Seluruh Wilayah BWP Sedayu

Kecepatan rencana 30-50 km/jam

Lebar badan jalan minimal 4 meter

Jalan Lingkungan Seluruh Wilayah BWP Sedayu

Kecepatan rencana maksimal 20 km/jam

Lebar badan jalan minimal 3 meter

Sumber: Standar Geometri Jalan Perkotaan (ruas jalan), RSNI-T-14-2004 dan Hasil Rencana, 2014

Page 3: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 3

Gambar 5.1. Peta Rencana Jaringan Pergerakan BWP Sedayu

Page 4: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 4

a) Jalan Arteri Primer

Jalan Arteri Primer di BWP Sedayu merupakan jalur utama yang sangat strategis

sebagai penghubung ke Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo, Provinsi

Jawa Tengah, sehingga dalam perencanaan ke depan, jalan arteri primer akan

dikembangkan sesuai dengan standar minimal untuk jalan arteri primer. Berikut

adalah karakter dari jalan arteri primer:

1) Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

60km/h;

2) Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 meter;

3) Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses

langsung minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling

luas lahan harus di atas 1.000 m2, dengan pemanfaatan untuk perumahan;

4) Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya;

5) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas,

marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;

6) Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya;

7) Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya

dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik);

8) Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi,

maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan

juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).

b) Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer di BWP Sedayu merupakan jalur yang sangat strategis

sebagai penghubung ke wilayah sekitar Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman,

sehingga dalam perencanaan ke depan, jalan kolektor primer akan dikembangkan

sesuai dengan standar minimal jalan kolektor primer dengan beberapa karakter sbb:

1) Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar

kota.

2) Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.

3) Lebar badan jalan kolektor primer 7 -12 meter.

4) Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar

jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.

5) Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

6) Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu lintasnya.

Page 5: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 5

7) Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari

volume lalu lintas rata-rata.

8) Lokasi parkir pada badan jalan tidak diizinkan.

9) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu

pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan.

10) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri

primer.

11) Tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan

lambat lainnya.

Gambar 5.2. Penampang Tipikal Jalan Kolektor Primer

c) Jalan Lokal

1) Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan

sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya

sampai ke perumahan.

2) Jalan lokal didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)

km per jam.

3) Lebar badan jalan lokal antara 5,5 meter.

4) Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui aIan ini di

daerah pemukiman.

5) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan

dengan fungsi jalan yang lain.

Page 6: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 6

Gambar 5.3. Rencana Pengembangan Jalan Lokal

d) Jalan Lingkungan

1) Menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

2) Jalan lingkungan didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10

(sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan 6 meter.

3) Jalan lingkungan diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau

lebih.

4) Jalan lingkungan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3

(tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma

lima) meter.

Gambar 5.4. Rencana Pengembangan Jalan Lingkungan

5.1.2. Rencana Pengembangan Angkutan dan Sirkulasi Kendaraan

Rencana pengembangan angkutan di BWP Sedayu terdiri dari rencana rute/trayek

angkutan umum dan barang, terminal dan stasiun kereta.

a) Rute/Trayek Angkutan Umum dan Barang

Penentuan rencana rute/trayek di BWP Sedayu disesuaikan dengan kriteria panjang

lintasan rute, potensi travel demand, aksesibilitas, tingkat overlapping rute, konektifitas

dengan rute lain dan karakteristik lalulintas. Berdasarkan dari beberapa kriteria yang

sesuai dengan kondisi eksisting maka untuk pengembangan jaringan trayek/rute

ankgutan umum di BWP Sedayu adalah “Jaringan Grid”. Jaringan memiliki lintasan

rute secara paralel mengikuti ruas-ruas jalan di pinggir kota yang satu ke pinggir kota

lainnya melalui pusat kecamatan yang terletak di tengah dan pusat Kabupaten Bantul

Page 7: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 7

dengan rute mudah diingat, mudah dimengerti oleh pengguna jalan. Selain

perencanaan jaringan trayek, dilakukan juga untuk pengembangan Sarana dan

Prasarana angkutan penumpang untuk Angkutan Umum Antar Propinsi, Angkutan

Umum Dalam Propinsi, dan Angkutan umum Antar Perdesaan.

b) Terminal dan Stasiun Kereta Api

Sistem transportasi darat untuk pergerakan lokal maupun regional didukung oleh

pengembangan fasilitas angkutan darat di BWP Sedayu yang meliputi:

1) Sub terminal angkutan barang di Sedayu yang didukung oleh keberadaan ruas

jalan arteri primer;

2) Stasiun penumpang dan stasiun angkutan barang serta pergudangan di BWP

Sedayu.

5.1.3. Rencana Fasilitas Jalan Raya

a) Trotoar/Pedestrian

Jalur pejalan kaki merupakan bagian dari elemen perancangan kota yang juga

penting untuk direncananakan. Penataan jalur pedestrian di BWP Sedayu, selain

memperhatikan karakter dan keinginan-keinginan pengguna atau pedestriannya, pejalan

kakinya juga harus memperhatikan karakteristik lokal setempat seperti fisik alamiah

kawasan, kegiatan dan guna lahan, serta pola pergerakan. Pada kawasan perencanaan

ini, ditetapkan beberapa pertimbangan dalam perencanaan pedestrian, yaitu:

Memberikan jalan terpendek antara dua titik yang akan ditempuh pejalan kaki.

Pada pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, harus tersedia fasilitas pejalan

kaki yang cukup, dengan kriteria pada peruntukan perumahan selebar ±1,50 m, dan

pada peruntukan jasa dan perdagangan selebar ±2,00 m. lebar minimum fasilitas

pejalan kaki adalah 1,00 m.

Pada ruas atau persimpangan jalan disediakan fasilitas persilangan untuk pejalan

kaki yang dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas atau lampu pengatur lalu lintas.

Letak fasilitas ini diusahakan dapat memberikan kemudahan pencapaian

pemberhentian kendaraan umum dan tidak mengganggu arus lalu lintas, bisa terletak

pada satu sisi atau di kedua sisi.

Page 8: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 8

Gambar 5.5. Jalur Tanaman Tepi

RENCANA

PENGEMBANGAN

150 100 Pedestrian Jalur ways sepeda

Gambar 5.6. Konsep Desain Jalur Pedestrian

b) Street Furniture

Pelengkap jalan atau Street Funiture direncanakan untuk mendukung kelancaran

lalu lintas dan pergerakan manusia/barang baik pergerakan dengan kendaraan maupun

pergerakan pejalan kaki. Pelengkap jalan juga untuk meningkatkan kenyamanan dan

keamanan pengguna jalan. Pada jaringan jalan utama (kolektor primer) perlu

direncanakan street funiture berupa lampu penerang jalan, rambu-rambu lalu lintas,

pagar pengaman, vegetasi peneduh, tempat penyeberangan (zebracross), papan

reklame, papan nama, dan papan penunjuk arah, yang berfungsi dengan baik sesuai

fungsinya.

Halte disediakan untuk mempermudah pengguna sarana angkutan umum, yang

dilengkapi dengan tempat sampah, pagar pembatas dan tempat duduk dan peneduh

(shelter) untuk memberi keamanan dan kenyamanan penggunanya. Rambu lalu lintas

merupakan informasi yang disampaikan kepada pemakai jalan sesuai dengan fungsinya

Page 9: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 9

yang dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu: peringatan yang harus diwaspadai oleh

pengguna jalan; larangan penggunaan jalan yang harus dipatuhi oleh pengguna jalan;

perintah yang harus diikuti oleh para pengguna jalan; petunjuk yang bermanfaat untuk

pengguna jalan seperti petunjuk adanya restoran, bengkel, tempat peristirahatan dan lain-

lain.

Pagar pengaman berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaraan bermotor

yang tidak dapat dikendalikan agar tidak keluar dari jalur lalu lintas yang mengakibatkan

kecelakaan fatal. Namun pada jalan-jalan kolektor primer kondisi pelengkap jalan sangat

minim bahkan tidak ada sama sekali. Terutama lampu penerang jalan dan penandaan

(sign) seperti rambu lalu lintas dan papan penunjuk jalan. Rencana pelengkap jalan/street

funiture yang perlu diadakan di sepanjang jalur utama yaitu jalan kolektor primer , kolektor

sekunder dan beberapa untuk jalan lokal dan lingkungan secara detail dapat dilihat pada

Gambar berikut ini.

Gambar 5.7. Alternatif Desain Pelengkap Jalan (Street Furniture) di BWP Sedayu

1) Lampu Penerang Jalan dan Lampu

Pedestrian

Lampu jalan diutamakan pada jalan-jalan

dengan aksesibilitas tinggi dan sedang.

(kolektor primer). Jarak lampu 25 m linier

bersilang atau jarak antara elemen di masing-

masing sisi jalan 50 m. Ketinggian lampu 9 -

15 m untuk lampu jalan.

Lampu pedestrian/pejalan kaki ketinggian

sekitar 4 – 6 m. Jarak penempatan 10 – 15m

Desain visual setiap lampu disesuaikan

dengan kondisi lingkungan dan diharapkan

dapat meningkatkan kualitas visualnya.

Kriteria desain: terbuat dari bahan anti

vandalisme, aman dari kejahilan, terutama

bola lampu dan aksesorisnya, didesain

menyatu/menyediakan tempat untuk banner/

papan reklame guna efisiensi.

Page 10: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 10

2. APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu-

Lintas)

Ditempatkan pada persimpangan yang lalu

lintasnya padat, seperti di pertemuan antara

jalan kolektor primer dengan jalan kolektor

primer, ataupun jalan kolektor primer dengan

kolektor sekuner.

3. Rambu - rambu

Penempatan rambu tidak boleh menghalangi

lalulintas pejalan kaki maupun kendaraan di

dekatnya.

Diletakkan pada tempat strategis mudah

dibaca dan dilihat.

Rambu-rambu dikumpulkan dalam satu

sistem terpadu, untuk menghindari

kesimpangsiuran rambu dalam lansekap,

dipadukan dengan penerangan (efisiensi), bila

memungkinkan.

Tidak boleh tertutup reklame komersial.

Guna efisiensi rambu didesain

menyatu dengan lampu sehingga

terbaca pula di malam hari.

Penempatan tidak boleh mengganngu

lintasan pejalan kaki, bukaan pintu dan

lintasan kendaraan, sehingga aman

secara tipikal dan lateral.

4. Tempat menyeberang jalan

(zebracross)

Ditempatkan pada titik-titik lokasi yang banyak

perlintasan pejalan kaki seperti di pusat

kegiatan perdagangan, jasa, perkantoran dan

pelayanan umum pemerintah, sekolah, dll.

Perlu penambahan di lokasi-lokasi yang

sering dilintasi pejalan kaki terutama di

persimpanga-persimpangan pada jalan

kolektor primer.

5. Vegetasi peneduh, penyerap

polutan, peredam bising dan silau

matahari

Kondisi ideal: Jalur jalan padat lalulintas perlu

ditingkatkan keberadaan tanaman peneduh

yang sekaligus berfungsi sebagai penyaring

polusi (CO2, CO, Timbal, dll). Tanaman

dengan kemampuan penyaring polutan tinggi

ini diantaranya adalah mahoni, bungur, bunga

kupu-kupu, serta angsana, selain sebagai

peredam kebisingan dan penapis debu dan

silau matahari di siang hari

Page 11: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 11

6. Papan reklame

Pengendalian dan penataan papan reklame

sesuai dengan standar perencanaan dan

ketentuan perundangan perlu segera

dilakukan, melalui penataan reklame.

Penempatan papan reklame dan informasi

diarahkan pada lokasi yang strategis dan

desain menyesuaikan konteks lokasi dan

budaya lokal. Titik lokasi strategis adalah

berdasarkan kajian Penataan Reklame.

Out banner dengan ukuran kecil dapat

dipadukan dengan lampu jalan dan diletakkan

pada median jalan dengan ketentuan di

samping.

7. Halte Keberadaan halte sebagai tempat menunggu

kendaraan sangat diperlukan bagi mereka

yang membutuhkan jasa angkutan umum.

Agar keberadaannya tidak mengganggu

kendaraan umum yang akan mengambil

penumpang dan juga kendaraan lainnya,

penempatannya diusahakan pada lokasi-

lokasi strategis yang secara potensial

menumbuhkan bangkitkan “traffic”.

Pembangunannya diusahakan agar masuk ke

bahu jalan dan dilengkapi dengan bangunan

penaung, sehingga memberi rasa nyaman

bagi penggunanya.

Halte disediakan di setiap titik lokasi strategis

untuk menaikan dan menurunkan

penumpang.

8. Bak bunga/ pot bunga

Bak/pot bunga sebagai elemen ruang luar

pembentuk taman, dapat difungsikan juga

sebagai pengatur dan pemberi arah

pergerakan pejalan kaki. Selain di taman-

taman bak bunga juga ditempatkan di

perpotongan atau tikungan jalan, di median

tengah jalan, dan di median pemisah jalur

cepat dan jalur lambat. Desain bak bunga

dianjurkan tidak mengganggu dan

membahayakan pengguna jalan.

12. Bak sampah

Pengelolaan sampah dilakukan masih secara

swadaya, setempat dan tradisional dengan

Bak sampah disediakan untuk sampah kering dan basah,

disediakan di sepanjang jalur pedestrian, pusat

perbelanjaan, perkantoran dan sekitar pasar. Pada jalur

pedestrian disediakan dengan jarak 40 – 50 m.

Maks 0,6 m

Maks 0,8 m

Med 2 m

3,5 m

2,5 m

Page 12: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 12

dibakar atau ditimbun. Belum ada

pengelolaan sampah secara off site, semua

masih on site.

Sebagai sarana utilitas kota yang sangat

penting dan berfungsi sebagai sarana

kebersihan kota, bak sampah perlu

disediakan ditempatkan pada lokasi yang

strategis antara lain pada jaringan pergerakan

atau jalan-jalan. Bak sampah dibedakan untuk

sampah organik, plastik/kertas dan pecah

belang/kaleng.

13. Gerbang Kota

Kondisi eksisting secara kualitas visual

kurang mampu menciptakan rasa tempat

(sense of place) dan identitas kawasan. Untuk

itu perlu desain ulang, guna meningkatkan

identitas dan citra visual kawasan.

Gerbang kota, selain sebagai tanda tapal

batas wilayah administrasi juga sebagai

simbol dan identitas kota. Harus bisa menjadi

landmark, mencerminkan identitas dan citra

kawasan yang spesifik. Perlu redesain

gerbang kota berserta kawasan di sekitarnya

sebagai elemen citra visual kota yang

dijadikan simbol kota dan ditonjolkan sebagai

landmark.

Contoh visualisasi gerbang kota yang mampu

memperkuat karakter spesifik kawasan

5.1.4. Rencana Penyediaan Parkir Umum

Ruang parkir merupakan suatu bentuk ruang terbuka non hijau (RTNH) sebagai

suatu pelataran dengan fungsi utama meletakkan kendaraan bermotor; serta kendaraan

lainnya seperti sepeda. Lahan parkir dikenal sebagai salah satu bentuk RTNH yang

memiliki fungsi ekonomis, dikarenakan manfaatnya yang secara langsung dapat

memberikan keuntungan ekonomis atau fungsinya dalam menunjang berbagai kegiatan

ekonomis yang berlangsung. Lahan parkir juga dapat diklasifikasikan sebagai RTH, jika

designnya memanfaatkan tanaman. Kedudukan lahan parkir menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari suatu sistem pergerakan suatu kawasan perkotaan.

Pada pusat kegiatan BWP Sedayu, dimana berbagai kegiatan ekonomis

berlangsung dengan intensitas yang tinggi, namun di sisi lain lahan yang tersedia terbatas

dengan nilai lahan yang tinggi mengakibatkan keberadaan parkir sangat dibutuhkan.

Seringkali oleh berbagai kerterbatasan yang ada, keberadaan lahan parkir yang memadai

sangat langka. Dalam banyak kasus kekurangan lahan parkir menimbulkan berbagai

Page 13: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 13

permasalahan, mulai dari terganggunya aktivitas manusia pada suatu fungsi bangunan

tertentu sampai pada timbulnya kemacetan.

Adapun jenis fasilitas parkir menurut penempatannya meliputi:

A. Parkir di badan jalan (on street parking)

Pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir,

Pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir.

B. Parkir di luar badan jalan (off street parking)

Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat berupa gedung parkir atau taman parkir

untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan sendiri, seperti pada rumah sakit,

mall, pasar dan lain sebagainya.

Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa gedung

parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan pada bangunan

utama.

Rencana penyediaan parkir umum selain di kawasan pertokoan dan pasar serta

perkantoran, maka tempat parkir juga didistribusikan pada sistem parkir di pinggir jalan

(on street), walaupun tidak semua ruas jalan disediakan areal untuk parkir. Pola parkir

yang disediakan berupa parkir pararel untuk daerah perdagangan dan jasa yang berada

di sepanjang jalur jalan kolektor primer. Ketentuan desain parkir tersebut dapat dilihat

pada Gambar berikut:

Gambar 5.8. Alternatif Pola Parkir Paralel di Lokal Primer pada Kawasan Perdagangan

Rencana distribusi parkir diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Parkir dengan sistem on street direncanakan di sepanjang jalan kolektor primer,

yang masuk dalam kawasan perdagangan dan jasa.

Pada jalan kolektor primer, parkir harus berada dalam persil, agar tidak

menyalahgunakan fungsi jalur lambat. Setiap pertokoan dan usaha jasa komersial

yang berada di sepanjang jalur kolektor primer sebaiknya menyediakan areal

parkir dalam kapling/persil masing-masing.

Penempatan parkir perlu memperhatikan larangan parkir di badan jalan sebagai berikut:

1) Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki.

6 m

0.2 m 6 m

5,3 m

6 m

2,3 m

Page 14: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 14

2) Sepanjang 25 m sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius < 500 m.

3) Sepanjang 50 m sebelum dan sesudah jembatan.

4) Sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan sebidang.

5) Sepanjang 25 m sebelum dan sesudah persimpangan.

6) Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah akses bangunan gedung.

7) Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau sumber air.

8) Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan bahaya.

Selain itu diperlukan rambu dan marka parkir sebagai berikut:

1) Rambu parkir meliputi rambu larangan parkir dan larangan berhenti.

2) Rambu larangan berhenti dan larangan parkir berlaku sampai dengan jarak 15 m

dari tempat pemasangan rambu menurut arah lalu lintas.

3) Rambu petunjuk tempat parkir.

4) Marka larangan parkir.

5) Marka larangan parkir berada pada daerah tepi jalan dengan marka berupa garis

berbiku-biku berwarna kuning pada sisi jalur lalu lintas.

6) Marka petunjuk tempat parkir.

5.2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi

Kebutuhan energi listrik yang harus disediakan di BWP Sedayu hingga akhir waktu

perencanaan (tahun 2035) sebesar 26.896.278 KVA dengan perincian yaitu: untuk

kebutuhan Domestik dengan klasifikasi rumah kecil, rumah sedang, dan rumah besar

sebesar 14.155.936 KVA. Sedangkan untuk Fasilitas Umum komersil seperti keperluan

perkantoran, penerangan jalan dan industri, dialokasikan 20% dari keseluruhan

kebutuhan total rumah tangga di kawasan perencanaan, dan 10% lagi dialokasikan untuk

penerangan jalan. Kebutuhan ini selain menjadi tanggungjawab PLN, juga diupayakan

untuk dapat dipenuhi konsumen sendiri secara mandiri dengan memanfaatkan teknologi

yang sesuai dan ramah lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan jaringan listrik tersebut

secara umum dapat dilakukan dengan menambahkan jaringan dan daya baik pada

daerah baru yang belum terjangkau dan juga untuk daerah yang sudah ada jaringan.

Rencana lokasi tiang penyangga jaringan, sebelumnya harus dilakukan survey

terlebih dahulu. Kegiatan ini disebut dengan stacking. Agar lokasi tiang dapat sesuai

dengan rencana-rencana yang terkait dengan kepentingan jalan dan lain sebagainya

diadakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar lebih efisien dalam

pembangunannya. Dari sebaran dan besaran jaringan listrik yang ada dikawasan

perencanaan serta distribusi pelayanan untuk masing-masing trafo yang telah diadakan

penyambungan daya, diharapkan didapatkan arahan bagi rencana pengembangan dan

Page 15: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 15

prioritas sebaran jaringan listrik. Rencana pengembangan jaringan listrik, diarahkan untuk

menemukan langkah-langkah pengendalian sebagai berikut:

Menentukan prioritas sebaran lokasi di BWP Sedayu yang memungkinkan

diadakannya penyambungan atau penambahan daya.

Mengoperasikan daya yang telah ada pada trafo-trafo di BWP Sedayu, sehingga

dapat berfungsi optimal.

a. Kriteria Perencanaan

Pengembangan jaringan listrik di BWP Sedayu lebih diarahkan untuk berbagai

pertimbangan sebagai berikut “Dipenuhinya ketentuan yang ada di dalam Peraturan

Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 dan ketentuan-ketentuan perundangan yang

berlaku serta mengikat dalam perencanaan jaringan listrik, termasuk di dalamnya:

Petunjuk pengajuan rencana instalasi listrik dan perlengkapan bangunan. Peraturan

instalasi listrik dan syarat-syarat penyambungan listrik mencakup:

1) Jaringan listrik/trafo yang telah diinterjesing kapasitas/daya yang dapat dan telah

dioperasikan.

2) Skala prioritas pengadaan jaringan listrik sesuai dengan urgensitas

pengembangan jaringan listrik dalam kaitannya dengan radius pelayanan dan

kemungkinan penyambungan dari gardu-gardu trafo yang telah ada dan

kemungkinan dikembangkan/ditingkatkan.

3) Untuk rumah tinggal/pemukiman, daya listrik yang didistribusikan dalam batas

tertentu, minimal untuk keperluan penerangan, termasuk di dalamnya kebutuhan

penerangan lingkungan dan jalan.

b. Pola Jaringan

Rumusan teknis untuk peningkatan dan pengembangan, disusun berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut:

1) Jarak antar tiang 40 meter.

2) Untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah, jalan dan kemungkinan

teknis lain, dapat diambil jarak tiang antara 30 – 40 meter.

3) Jarak kawat penghantar (konduktor) dipertimbangkan terhadap unsur-unsur di

dalam lingkungan (bangunan, pohon, jarak tidang dan lain-lain), harus sesuai

dengan aturan PLN yang berlaku.

4) Penerangan untuk pemukiman diarahkan sebagai berikut:

Setiap satu unit rumah tinggal, minimal disediakan daya sebesar 450 VA (90

VA tiap warga).

Besarnya daya (VA) setiap luas ruang m2, disesuaikan dengan kebutuhan

ruangan dan diharapkan dapat memenuhi fungsi yang direncanakan.

Setiap tipe unit permukiman, batas penggunaan daya listrik disesuaiakn

dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh PLN.

Page 16: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 16

Sebelum ke rangkaian instalasi dalam harus melalui KWH meter terlebih

dahulu, dengan kapasitas 900 VA.

Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan disesuaikan dengan modul/pola

pengembangan lingkungan. Jumlah sebaran tiang-tiang listrik untuk

penerangan jalan diatur sesuai dengan urgensitas/ketentuan penataannya.

c. Kebutuhan Listrik

Pelayanan listrik di BWP Sedayu hingga sebelum akhir waktu perencanaan

harus seluruhnya terlayani oleh PLN. Dalam mengantisipasi pengembangan wilayah

dan kebutuhan prasarana listrik maka Jaringan listrik atau kabel distribusi listrik ke

permukiman penduduk mengikuti jalan koridor utama maupun jalan lingkungan.

Pelayanan listrik umum di BWP Sedayu diupayakan oleh PLN dalam pemenuhan

kebutuhan penerangan rumah tangga maupun penerangan umum.

Gambar 5.9. Konsep Sistem Distribusi Jaringan Listrik yang Disederhanakan

Untuk distribusi jaringan listrik, setiap kelompok cluster permukiman dengan

jumlah 500 rumah atau 2.500 penduduk menggunakan satu gardu dengan kapasitas

daya listrik sebesar 2.500 KVA. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

penyediaan energi listrik antara lain:

Kemudahan dalam mendapatkan sambungan jaringan listrik,

Perkembangan sosial ekonomi masyarakat,

Perkembangan teknologi yang aman dan tepat guna,

Kebijaksanaan pemerintah dalam upaya penghematan energi.

Rencana pengembangan jaringan energi di BWP Sedayu dapat dilihat pada

Gambar berikut:

Bangunan

Pembangkit

Gardu induk tegangan ekstra

tinggi

Gardu induk Distribusi tegangan

tinggi (1500 Volt)

Gardu distribusi tegangan

rendah 380/220 Volt Pengguna

Industri

Page 17: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 17

Gambar 5.10. Peta Rencana Jaringan Energi BWP Sedayu

Page 18: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 18

5.3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

Rencana pengembangan dan pengadaan jaringan telekomunikasi di BWP Sedayu

diarahkan menggunakan kabel telepon dan menara transmisi bagi pengguna telepon

selular yang sekarang ini sudah menjadi tren dalam berkomunikasi. Kebutuhan jaringan

teelepon kabel hingga tahun 2035 sebanyak 1.258 SST untuk telepon rumah dan 126

SST untuk telepon umum.

Kawasan yang menjadi prioritas penambahan jaringan baru adalah kawasan-

kawasan permukiman penduduk dan kegiatan komersial dengan jaringan yang ditata

mengikuti jaringan jalan yang ada. Kriteria lokasi sentral telepon mempertimbangkan

faktor berikut:

a) Lokasi sentral harus di tengah dari daerah yang mempunyai kepadatan permintaan

yang tinggi dan merata dalam suatu daerah pelayanan sentral,

b) Lokasi sentral terletak pada suatu jalan besar (utama) yang jauh dari rel KA, saluran

listrik tegangan tingi dan sungai besar,

c) Penentuan rumah kabel hampir sama dengan sentral telepon jika dikaitkan dengan

permintaan distribusi. Adapun persyaratan dari rumah kabel adalah:

Kabel primer sebagai kabel penghubung dari sentral ke darah pelayanan rumah

kabel yang bersangkutan harus sependek mungkin,

Jumlah panjang kabel sekunder untuk menjangkau semua permintaan dalam

daerah pelayanan rumah kabel tersebut relatif pendek,

Tidak ada tumpang tindih antara rumah kabel primer dengan sekunder,

Letak rumah kabel harus aman dari gangguan seperti jauh dari persimpangan untuk

menghindari terlanggar oleh kendaraan yang belok dan tidak ditempatkan pada

lokasi yang membahayakan pejalan kaki.

Untuk jaringan telepon, instalasi rumah kabel, ‘distribution point’, kabel primer dan

kabel sekunder akan ditempatkan pada jalan-jalan utama. Pengembangan jaringan

telepon diutamakan pada permukiman kapling menengah sampai kapling besar.

Dalam penempatan jaringan telepon yanng menjadi prioritas adalah di kawasan

terbangun, dengan jumlah populasi yang padat. Kebutuhan telepon di wilayah

perencanaan diprioritaskan terhadap permintaan satuan sambungan untuk keperluan

perdagangan dan perkantoran, pendidikan, perumahan, kesehatan, kegiatan

perekonomian dan seterusnya. Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi BWP

Sedayu dapat dilihat pada Gambar berikut:

Page 19: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 19

Gambar 5.11. Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi BWP Sedayu

Page 20: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 20

Pengembangan prasarana telekomunikasi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi mengikuti pola yang sama dengan jalur

supply PLN, ditambah lagi dengan beberapa titik pusat kontrol Telkom.

2) Pengembangan jaringan telepon cenderung ke peningkatan mutu pelayanan dan

penambahan fasilitas komunikasi umum serta peningkatan efisiensi dan efektivitas

pelayanan penyelenggaraan jaringan telepon terutama pada kawasan industri, pusat

kota, dan permukiman baru atau permukiman yang belum mendapat aliran jaringan

telepon.

3) Perlu dilanjutkan pengembangan penggunaan fasilitas komunikasi dengan tingkat

kecepatan tinggi (ISDN/Fibre Optic). Namun demikian, mengingat biaya investasi per

sambungan telepon kabel terlalu mahal, sistem kabel lambat laun akan ditinggalkan.

4) Telepon Non Kabel (Seluler)

Kebutuhan telekomunikasi saat ini dan ke depan akan lebih banyak dilayani oleh jenis

atau system telekomunikasi tanpa kabel, atau seluler, baik oleh system layanan CDMA

maupun GSM. Dengan demikian, hal yang perlu diatur adalah ketentuan dalam hal

pembangunan tower telekomunikasi.

5) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupa penetapan

lokasi menara telekomunikasi termasuk Base Transceiver Station (BTS) di arahkan di

luar wilayah BWP Sedayu. BTS yang ada saat ini terdiri dari Mandiri dan Komonal.

Untuk BTS mandiri ke ke depan akan diarahkan menjadi komonal untuk menghindari

munculnya BTS mandiri yang baru di wilayah BWP Sedayu.

5.4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih

Perencanaan jaringan air bersih/minum perlu dilakukan karena masyarakat yang

berada di kawasan perencanaan masih menggunakan sumber air dari sumur gali yang

sewaktu-waktu mungkin akan mengalami perubahan kualitas karena perubahan

pemanfaatan lahan dan dari sumber mata air. Sistem penyaluran air bersih di kawasan

perencanaan hanya diperuntukan bagi kegiatan permukiman, fasilitas umum, fasilitas

sosial dan kegiatan komersial dengan lantai bangunan yang dilayani max ± 3 lantai untuk

menjaga headloss/kehilangan tekanan dari sistem penyaluran air bersih dan tidak

memerlukan energi tambahan dengan menggunakan pompa untuk menaikkan air.

Kebutuhan air bersih/minum di BWP Sedayu hingga tahun 2035 yaitu, kebutuhan

domestik sebesar 3.774.916 liter, perdagangan jasa dan fasilitas sosial masing-masing

sebesar 377.492 liter. Guna memenuhi rencana pengembangan prasarana air bersih

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan akan datang,

maka rencana pengembangan yang diusulkan adalah:

a. Pengendalian pengambilan sumber air tanah, agar jumlah debit yang digunakan dapat

disesuaikan dengan kapasitas pelayanan sumber air.

Page 21: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 21

1) Penyediaan air bersih perpipaan oleh PDAM atau SPAMDES yang dimaksudkan

untuk mengurangi penggunaan air tanah. Prinsip ini digunakan jika air pemukaan

sudah tidak memungkinkan atau memadai lagi untuk digunakan baik dari segi

kualitas maupun kuantitas.

2) Pengadaan sumur resapan untuk menjaga ketersediaan air bersih dan

mengurangi pengambilan air tanah secara besar-besaran, dengan memperhatikan

dan mempertahankan daya tampung sumur resapan yang ada.

3) Pengembangan tandon air skala permukiman dari air hujan.

4) Mengembangkan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) kawasan

perencanaan, melalui strategi:

Mempertahankan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah)

kawasan perencanaan.

Pengendalian pencemaran air permukaan maupun air tanah.

b. Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan, melalui tindakan:

1) Pengembangan sumber air baku baru.

2) Menawarkan peluang investasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat,

investor lokal maupun nasional.

c. Peningkatan cakupan wilayah pelayanan air bersih, melalui strategi:

1) Penambahan jumlah sambungan pipa air bersih ke unit-unit rumah.

2) Pengembangan jaringan perpipaan baru.

d. Antisipasi dan pengendalian kehilangan air (water loss) sistem perpipaan melalui

monitoring meteran air.

e. Antisipasi perkembangan kebutuhan pelayanan air bersih, melalui strategi:

1) Antisipasi jumlah kebutuhan air berupa pemanfaatan sumber air baku baru.

2) Pengolahan air limbah non black water menggunakan teknologi, sehingga dapat

digunakan lagi (untuk jangka panjang, butuh penelitian lebih lanjut).

3) Pengembangan penyediaan air bersih sistem perpipaan sebagai upaya untuk

penghematan debit air yang digunakan.

4) Pembangunan sumur resapan pada kawasan permukiman.

f. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan Air Bersih

1) Pelestarian sumber air

Penerapan sanksi yang ketat terhadap pembuangan limbah oleh industri di

sekitar sumber air.

Penataan kembali koridor sepanjang saluran sumber air dari keberadaan

permukiman informal (permukiman tidak terstruktur).

Penataan kembali saluran air melalui upaya pembersihan sungai dari lumpur,

tanaman pengganggu dan sampah.

2) Pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber air baku baru.

Page 22: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 22

3) Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, melalui insentif strategi: industri harus

berupaya membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan air bersih,

melalui penyediaan sistem perpipaan (Joint Development).

4) Penyediaan SPAMDES dengan sistem interkoneksi dengan desa terdekat.

5) Perluasan jaringan (rounding up) perpipaan PDAM dari jaringan terdekat.

6) Distribusi air bersih melalui truk tangki yang didistribusikan terutama musim

kemarau, yang dikelola dalam wadah koperasi swadaya masyarakat (masyarakat

mengadakan, mengelola demand dan supply air bersih secara swadaya).

7) Pengembangan penampungan air hujan, dengan konsep Rain Water Harvesting.

(RWH) yaitu menampung air hujan untuk digunakan kembali (untuk domestik dan

pertanian) selalu terkendala dengan tempat atau wadah untuk menampung air

hujan tersebut. Faktor kecenderungan penduduk lebih menyukai menggunakan

air bersih dari sumber non-perpipaan perlu dipertimbangkan dalam investasi

prasarana air bersih.

Page 23: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 23

Gambar 5.12. Peta Rencana Jaringan Air Minum BWP Sedayu

Page 24: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 24

5.5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

Jaringan drainase sangat di butuhkan untuk sebuah perkotaan, fungsi drainase

perkotaan adalah:

a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan

sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan

harta benda milik masyarakat.

b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak

membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat

juga infrastruktur perkotaan.

c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk

persediaan air dan kehidupan akuatik.

d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

Rencana Sistem Jaringan Drainase di BWP Sedayu meliputi:

1) Sistem Saluran Primer

Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran

sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari

saluran primer langsung dialirkan ke badan air.

2) Sistem Saluran Sekunder

Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran

tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

3) Sistem Saluran Tersier

Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan

rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan.

Tabel 5.2. Konsep Pengembangan Saluran Drainase BWP Sedayu

Saluran Drainase Alternatif Buangan

Primer Sungai

Sekunder Sungai

Tersier Saluran tersier di lingkungan

perumahan/permukiman Sumber: Analisis, 2014

Pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut:

a) Perbaikan/normalisasi jaringan yang telah ada secara berkala. Kegiatan ini diarahkan

pada zona yang memiliki kerawanan banjir dan genangan dengan mencantumkan

lokasinya.

b) Pembangunan saluran drainase baru. Pembangunan ini ditujukan pada lingkungan

yang belum memiliki saluran drainase. Pembangunan jaringan baru dilakukan

dengan memperhatikan aspek hidrologi dan aspek hidroulika.

c) Bagi penduduk yang terbiasa membuang air limbahnya ke saluran drainase atau

sungai, harus ditiadakan secara perlahan dengan memberikan penyuluhan terus

Page 25: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 25

menerus mengenai adanya bibit penyakit yang dapat ditularkan melalui air sehingga

membahayakan kesehatan masyarakat. Disamping itu melalui penyuluhan

diharapkan penduduk yang belum memiliki tangki septik atau cubluk dapat

membangunnya untuk melengkapi jamban yang telah ada.

Gambar 5.13. Lay-out Umum dari Sistem Drainase Perkotaan

Konsep sistem jaringan drainase direncanakan dalam sistem kombinasi/ bercampur antara pembuangan air limbah yang On Site dan air hujan dalam satu saluran. Sebelum dibuang ke saluran, air limbah diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terutama limbah dari rumah sakit, industri, dan limbah lain yang bisa mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Keterangan:

ST : Saluran Tersier SS : Saluran Sekunder SP : Saluran Primer : Septicktank

: Treatment

: Peresapan

: Aliran air

: Sungai

Gambar 5.14. Konsep Sistem Jaringan Drainase

Rumah Tangga

Perkantoran

Pasar & Perdagangan

ST Peresapan

ST Peresapan

ST Peresapan

ST Peresapan

Treatment SS

ST Peresapan

Septictank SS

Treatment SS

Septictank SS

Septictank SS

SP

Page 26: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 26

Gambar 5.15. Peta Rencana Jaringan Drainase BWP Sedayu

Page 27: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 27

5.6. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Suatu kawasan memerlukan sistem air kotor/sanitasi yang memperhatikan aspek

lingkungan. Sistem sanitasi ini merupakan sarana untuk pembuangan air buangan

maupun limpasan air hujan. Dimana untuk perencanaan sanitasi harus

mempertimbangkan kondisi fisik dasar kawasan (topografi/kelerengan, keadaan tanah,

hidrologi, curah hujan). Perencanaan sanitasi idealnya harus merupakan sistem sanitasi

yang menyeluruh, artinya antara saluran harus terhubung dengan baik dan alirannya

dapat menuju ke saluran induk/primer.

Selain itu perlu dipertimbangkan dimensi saluran yang direncanakan karena

menyangkut kapasitas dalam menampung air buangan dan limpasan air hujan.

Tersedianya kawasan resapan air juga perlu diperhatikan sebagai salah satu tujuan aliran

selain menuju ke saluran induk. Untuk kawasan resapan air pada perumahan yang sudah

tidak memungkinkan untuk tersedianya kawasan resapan air dengan luasan yang besar,

dapat dilakukan dengan menyediakan sumur resapan di tiap rumah.

Pengelolaan air limbah di BWP Sedayu kedepan perlu perhatian serius,

khususnya pada kawasan perkotaan yang tumbuh pesat. Air limbah yang dimaksud

dalam hal ini adalah air limbah domestik berupa air kotor dari kamar mandi, dapur dan

cucian. Air limbah saat ini diperkirakan untuk kawasan perkotaan masuk ke sistem

drainase, sedangkan kawasan perdesaan masuk ke resapan di halaman atau pekarangan

rumah. Sistem pembuangan air limbah di BWP Sedayu masih bersifat mandiri, yaitu

hanya terdapat di permukiman masing-masing warga. Sehingga perlu direncanakan suatu

sistem jaringan air limbah. Pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit

pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau

sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/resapan air baku. Sistem

pembuangan air limbah setempat diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga.

Sedangkan sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat

penduduk dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM (Sistem

Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Air kotor dapat dibuang ke saluran drainase terdekat setelah melalui Bak

Pengendap (alat penyaring) dan sumur peresapan pada masing-masing rumah. Bak ini

diperlukan untuk menyaring bahan-bahan kotor dan padat yang terbawa air kotor. Debit

limbah air kotor keluarga diperhitungkan sebesar 85% dari kebutuhan air bersih di BWP

Sedayu.

Jumlah air kotor dihitung dengan rumus Qb = 85% x 80 liter/orang/hari; proyeksi

air kotor pada tahun 2035 untuk penduduk berjumlah 62.915 jiwa yaitu sebesar 85% x 80

liter/hari x 62.915 jiwa = 5.684.202 liter/hari.

Page 28: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 28

Ketentuan sistem pembuangan air limbah di BWP Sedayu sebagai berikut:

1. Hasil pengolahan air limbah terpusat meliputi bentuk cairan dan padatan.

2. Kualitas hasil pengolahan air limbah yang berbentuk cairan wajib memperhatikan

standar baku mutu air buangan dan baku mutu sumber air baku yang mencakup

syarat fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

3. Hasil pengolahan air limbah yang berbentuk padatan dan sudah tidak dapat

dimanfaatkan kembali wajib diolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungan.

4. Pemantauan kualitas dan kuantitas hasil pengolahan air limbah wajib dilakukan

secara rutin dan berkala sesuai dengan standar baku.

Pengelolaan limbah di BWP Sedayu di rencanakan secara komunal. Setiap

perumahan yang akan dibangun oleh pengembang diharapkan memiliki unit pengolahan

limbah secara komunal. Disamping itu, untuk mengatasi limbah yang dihasilkan dari

kegiatan home industry, sanitasi untuk rumah tangga dapat diarahkan untuk

dikembangkan pula Instalasi Pengolah Air Limbah ( IPAL). Selain itu perlu direncanakan

konsep pengelolaan air limbah khusus di sekitar kawasan industri Sedayu di Desa

Argodadi. Pembuangan limbah industri harus memenuhi syarat-syarat seperti yang

disebutkan dalam dokumen AMDAL.

Page 29: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 29

Gambar 5.16. Peta Rencana Penanganan Air Limbah BWP Sedayu

Page 30: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 30

5.7. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya

Prasarana persampahan di BWP Sedayu memerlukan perhatian yang cukup

besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan saat ini juga merupakan masalah utama di

perkotaan. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan lokasi

pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi penduduk BWP Sedayu. Sedangkan

produksi sampah yang dihasilkan dari aktivitas lainnya mempunyai standar yang berbeda,

yaitu:

Standar buangan sampah: 2,5 – 3 l/j/hari.

Kebutuhan tempat sampah disediakan setiap 200 m pada jalur pedestrian pada jalan-

jalan protokol, dengan kapasitas 50 l/tempat sampah. Pada tempat-tempat keramaian

umum disediakan setiap 100 m.

Gerobak sampah disediakan untuk melayani setiap 200 KK dengan kapasitas 1m3.

Transfer depo atau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) disediakan untuk melayani

setiap 400 – 4.000 KK dengan luas TPS antara 25 – 200 m2 atau transfer depo

dengan kapasitas 10 m3.

Dump Truk atau truk sampah disediakan untuk melayani 700 KK dengan kapasitas 6

m3 dan 1000 KK dengan kapasitas 8 m3.

Arm Roll Truck + container disediakan untuk setiap 1000 KK dengan kapasitas 8 m3.

Frekuensi pengangkutan dilakukan 2 – 6 rit/hari.

TPA disediakan untuk setiap 100.000 penduduk dengan perlengkapan peralatan berat

mencakup: buldozer, wheet loader dan excavator.

Pengangkatan dan penanganan sampah RS dilakukan secara terpisah.

Proses perencanaan prasarana pengelolaan sampah pada dasarnya bertujuan

untuk menghilangkan atau mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sehingga

pencemaran lingkungan dapat dihindari. Tindakan dalam perencanaannya adalah

membersihkan suatu lingkungan wilayah (kota) dari sampah dengan cara

memindahkannya ke suatu tempat yang aman terhadap gangguan lingkungan.

Tingkat pelayanan kawasan didasarkan pada kepadatan penduduk, dengan

kualifikasi sebagai berikut:

1) Kepadatan penduduk > 100 jiwa/ha, dilayani dengan system terpusat, dengan

prioritas kawasan yang telah ada pelayanan.

2) Kepadatan penduduk 50 – 100 jiwa/ha, dilayani dengan system terpusat bila

terdapat potensi ekonomi dan kemungkinan pembayaran retribusi, sedangkan bila

tidak memiliki potensi maka dibiarkan dengan sistem setempat.

3) Kepadatan penduduk < 50 jiwa/ha akan dilayani dengan sistem setempat. Karena

sampai akhir tahun perencanaan kepadatan penduduk masih rendah, maka

pendekatan untuk penanganan diarahkan dengan pelayanan setempat.

Page 31: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 31

Gambar 5.17. Diagram Proses Penanganan Sampah secara Off Site

BWP Sedayu seperti wilayah lain di Kabupaten Bantul juga mempunyai potensi

terjadinya bencana. Ancaman bencana tersebut terutama adalah:

a. Adanya rawan longsor di pinggiran Sungai Progo dan Koteng yang disebabkan karena

adanya pengikisan tanah oleh sungai, daerah yang terkena pengikisan ini adalah

Dusun Demangan.

b. Rawan terhadap bencana gempa bumi, daerah yang mengalami bencana gempa

paling parah di Kecamatan Sedayu tahun 2006 adalah Dusun Sungapan dan Dusun

Senowo (dalam jalur sesar Opak dan Progo).

Tingkat bahaya gempa bumi di BWP Sedayu dapat dikategorikan atas tingkat

bahaya sedang hingga bahaya rendah. Tingkat bahaya sedang terutama berada di

wilayah Desa Argomulyo dan Argodadi, seperti terlihat pada Tabel 5.3; sedangkan

rencana mitigasi bencana BWP Sedayu dapat dilihat pada Gambar 5.19.

Tabel 5.3. Tingkat Bahaya Gempa di BWP Sedayu

No Desa Tingkat Bahaya Luasan (Km²) %

1

Argodadi

Bahaya Sedang 5,09 14.81

Bahaya Rendah 6,44 18.74

2

Argorejo

Bahaya Sedang 4,62 13.44

Bahaya Rendah 3,35 9.76

3

Argosari

Bahaya Sedang 0,88 2.56

Bahaya Rendah 4,55 13.24

4

Argomulyo

Bahaya Sedang 9,43 27.45

Bahaya Rendah - -

Jumlah 34,36 100 Sumber: Analisis Data RTRW Kabupaten Bantul, 2014

Rumah Tangga

Perkantoran

Pasar & Perdagangan

Tong/ bak

sampah

Gerobak sampah

1 m3

Truk sampah

6 m3; 8 m3

Transfer Depo

10 m3 (TPS)

TPS

25 – 200 m2

TPA

Page 32: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 32

Gambar 5.18. Peta Rencana Sarana Persampahan BWP Sedayu

Page 33: 5.1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan · PDF fileBuku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 1 Rencana Jaringan Prasarana 5.1. Rencana

Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayu | 5 - 33

Gambar 5.19. Peta Rencana Mitigasi Bencana BWP Sedayu