5. Uji Threshold Wika

download 5. Uji Threshold Wika

of 12

Transcript of 5. Uji Threshold Wika

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

PENDAHULUAN Latar Belakang Rangsangan tidak selalu menghasilkan kesan, dalam hal ini hubungan psiko-fisik tidak ada ayau sangat kurang. Rangsangan yang terlalu rendah tidak cukup menghasilkan kesan. Sebaliknya indera yang cacat atau sedang sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Rangsangan terendah yang mulai dapat digunakan untuk menetukan kesan disebut ambang rangsangan (threshold). Metode threshold adalah uji yang digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat dideteksi (Absolute Threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (Difference Threshold). Disamping itu juga metode ini dapat digunakan untuk mengenal macam-macam stimulusnya(Recognition Threshold), misalnya asin, manis, dan lain-lain recognition threshold umumnya lebih tinggi dari absolute treshold. Kelemahan pada metode ini adalah biasanya disajikan larutan satu macam substansi, tetapi dapat dalam makanan, rasa makanan campuran sebagai rasa (Kartika, dkk., 1987). Penilaian sensorik pada manusia adalah pada mulanya sebagai kegiatan seni (art) dan tetap berkembang sebagai seni sampai memasuki dunia industri. Baru pada tahun 1950-an bidang seni ini mulai berkembang menjadi bidang ilmu. Penilaian dengan indera menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian dibakukan, dirasionaliskan, dan dihubungkan dengan penilaian

secara objektif. Analisis data menjadi lebih sistematis dan statistik masuk dalam kancah analisis dan dalam kancah pengambilan keputusan (Soekarto, 1985). Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk pengujian panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat dideteksi (absolute threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference threshold). Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni, dan panelis diminta untuk menilai sample mana yang berbeda dengan air, dalam hal ini air murni juga disajikan sebagai pembanding (Kartika, dkk., 1987). Sampai dengan saat ini telah dikenal 4 rasa utama, yaitu asin (salty), asam (sour), pahit (bitter) dan manis (sweet), ditambah suatu rasa terbaru, yaitu umami, yang umumnya terdapat pada penyedap rasa makanan-makanan khas Asia. Rasa asin ditunjukkan paling baik dengan natrium klorida. Kadangkadang dinyatakan bahwa rasa garam natrium klorida sendiri tidak sedap dan tujuan utama garam sebagai komponen makanan adalah untuk bertindak sebagai penguat bau rasa atau potensiator bau rasa. Rasa garam bergantung pada sifat kation dan anion. Jika bobot molekul kation atau anion atau keduanya bertambah besar, garam cenderung terasa pahit (deMan, 1997). Indra pengecap mungkin sumber asupan yang sangat menentukan dalam menilai rasa makanan. Penelitian menunjukkan

1

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

bahwa rasa manis merupakan kualitas kecapan yang secara naluri disukai oleh manusia sejak lahir namun demikian makanan atau minuman yang terlalu manis akan tidak disukai oleh sebagian besar konsumen dan memberikan rangsang utuh menimbulkan gatal tenggorokan dan batuk. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan uji threshold adalah untuk melatih kepekaan indera pencicip/ penciuman terhadap berbagai rangsangan serta menentukan ambang mutlak, ambang pengenalan, ambang pembedaan, dan ambang batas. Prinsip Percobaan Prinsip percobaan uji threshold adalah berdasarkan sensitivitas panelis dalam mendeteksi rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan. BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN Bahan-bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan uji threshold adalah larutan garam dengan konsentrasi yang berbeda-beda (0 %), (0,05 %), (0,2 %), (0,25 %), (0,3 %), (0,35 %), (0,4 %), (0,45 %), dan (0,5 %). Alat-Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan pada percobaan uji threshold adalah sloki, gelas, sendok plastik, baki, lap, dan tissue.

berturut dari 0% - 0,09%, kemudian dilakukan pengujian untuk diketahuinya sensitivitas dari larutan garam tersebut. Kemudian jika tidak ada rangsangan diberi nilai 0, dan jika ada rangsangan diberi nilai 1. Serta ditentukan ambang mutlak dan ambang pengenalannya dengan perhitungan dengan digunakannya metode grafik, dan metode interpolasi. Analisis Perhitungan Analisis perhitungan pada pengujian ini menggunakan 2 metoda yaitu : 1. Metoda grafik tanggapan (reaksi positif) % Reaksi Positif = 100 panelis 2. Metoda Interpolasi Tabel 1. Metode Interpolasi Konsentrasi (x) %Reaksi Positif d a x=? b e cb a AT =d + (e d) c a b a R =d + T (e d) c a

AT = 50% panelis dapat mendeteksi rangsangan dengan benar. RT = 75% panelis dapat mengenali rangsangan dengan benar. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan dan Pembahasan Uji Threshold Hasil percobaan uji threshold dapat dilihat pada tabel 2. dibawah ini.

Metode Percobaan Metode percobaan uji threshold adalah dengan disiapkannya sampel berupa larutan garam dengan konsentrasi bervariasi Tabel 2. Hasil Percobaan Threshold meja 17

2

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

Kode Contoh 417 541 385 501 780 764 925 695 358 725 705 (Sumber: Kelompok II. Meja 17, 2011).

Penilaian Rasa Asin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Tabel 3. Hasil Percobaan Uji Threshold terhadap Larutan Garam 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 Kode Panelis 541 501 385 725 764 705 780 417 695 358 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 6 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 9 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 19 17 23 22 23 22 23 23 (Sumber: Kelompok II, Meja 17, 2011) Tabel 4. Hasil Pengamatan % Reaksi Positif

0,5 925 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23

3

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

Konsentrasi (%) Reaksi Positif (X) 0 2 0,5 11 0,1 19 0,15 17 0,2 23 0,25 22 0,3 23 0,35 22 0,4 23 0,45 23 0,5 23 (Sumber: Kelompok II, meja:17, 2010)

% Reaksi negatif (%) (Y) 8,7 47,83 82,61 73,91 100 95,65 100 95,65 100 100 100

Grafik Hasil Pengamatan % Reaksi Positif% Reaksi Negatif 120 100 80 60 40 20 00 0, 1 0, 2 0, 3 0, 4 0, 5

RTReaksi positif AT

Konsentrasi (% )

Gambar 1. Metode Grafik Kesimpulannya, konsentrasi larutan garam terendah mulai dapat dirasakan/ dideteksi oleh 50% panelis adalah pada konsentrasi 0,053, sedangkan konsentrasi larutan garam terendah yang mulai dapat dikenal oleh 75% panelis adalah pada konsentrasi 0,089. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai absolute threshold (AT) sebesar 0,059 % ditarik dari persentase reaksi positif (y) 50% dan nilai recognition threshold (RT) sebesar 0,08% didapat dari persentase reaksi positif (y) 75%. Selain dengan metode grafik dapat pula ditentukan dengan metode interpolasi, hasil yang didapatkan dengan metode interpolasi sama dengan hasil metode grafik yaitu nilai absolute threshold (AT) sebesar 0,053% dan nilai recognition threshold (RT) sebesar 0,089 %. Percobaan uji treshold ini digunakan sampel larutan garam dengan konsentrasi berbeda-beda. Sifat garam yaitu mudah larut dalam air, pHnya netral, rasanya asin, tidak

4

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

berwarna dalam, lebih stabil dalam bentuk padat, merupakan hasil reaksi dari asam dan basa. Penggunaan dua cara yang berbeda dalam penentuan ambang mutlak dan ambang pengenalan dimaksudkan untuk menghasilkan AT dan RT yang lebih akurat. Penggunaan kedua metode yaitu metode grafik dan metode interpolasi pada dasarnya adalah sama yaitu menggunakan % reaksi positif yang dapat dihasilkan dari pembagian jumlah panelis dan dikalikan 100%. Namun, kemudian masing-masing metode menggunakan cara yang berbeda yang memungkinkan ketiga cara ini menghasilkan hasil yang berbeda pula (Soekarto, 1985). Selang waktu yang digunakan untuk memberi jeda dalam mencoba setiap sampel tidak sama, sehingga sensasi rasa asin masih tertinggal di dalam mulut ketika mencoba sampel selanjutnya. Dan karena penataan acak pada nampan tidak seragam (pengacakan pada tiap nampan tidak sepola, memungkinkan urutan pengambilan sampel oleh panelis tidak sama, sehingga dimungkinkan timbulnya sensasi yang ekstrim) (Anonim, 2010). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui threshold larutan garam oleh 11 panelis. Treshold merupakan ambang batas. Dalam uji sensoris, treshold diartikan sebagai ambang batas suatu komponen sifat sensoris kaitannya dengan indera manusia. Penentuan treshold ini bertujuan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi, yang dapat dideteksi (absolute treshold), atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference

treshold). Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni. Panelis diminta untuk menilai sampel mana yang berbeda dengan air, dalam hal ini air murni juga disajikan sebagai pembanding (Anonim, 2010). Perbedaan antara uji threshold deteksi dengan threshold absolute, selain terletak pada jumlah panelisnya juga cara menganalisis datanya. Untuk menganalisis data absolute threshold digunakan grafik (analisa grafis) asimtotis dari hubungan antara persentase respon positif (sumbu y) dan tingkat konsentrasi larutan garam yang digunakan (sumbu x). Nilai threshold absolute ditentukan dengan menarik garis dari titik y = 50 sejajar sumbu x memotong grafik, dimana dengan y=50% ditarik garis vertikal memotong sumbu x yang merupakan harga absolute yang dicari konsentrasi dimana dapat dideteksi oleh 50% panelis merupakan threshold absolute (Kartika, 1987). Dari tabel data hasil percobaan dapat dilihat bahwa rentang threshold para panelis ini adalah pada larutan garam konsentrasi 0,05% sampai dengan 0,5%. Bila dilihat lebih lanjut ada 4 kelompok panelis yang memiliki sensitivitas dan konsistensi yang berbeda-beda. Untuk threshold deteksi pada awal konsentrasi (larutan garam 0,05%) dimiliki oleh panelis nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11, 19, 22, dan 23. Sedangkan pada tengah konsentrasi (larutan garam 0,1%, 0,15%, 0,2%) adalah panelis nomor 2, 9 14, 15, 16, 18, dan 20. Ada panelis yang memiliki detection treshold pada awal konsentrasi (larutan garam 0%) yaitu panelis 4 dan 17. Sedangkan panelis

5

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

nomor 5, 6, 8, 12, 13, dan 21 tidak konsisten dalam memberikan penilaian sehingga tidak dapat ditentukan threshold deteksinya. Kelompok panelis dengan threshold deteksi yang berada di awal menunjukkan bahwa panelis memiliki sensitivitas tinggi terhadap larutan garam. Dimungkinkan panelis-panelis ini tidak menyukai rasa asin dan jarang makan makanan yang mengandung banyak garam. Sedangkan untuk panelis yang mempunyai threshold deteksi di akhir konsentrasi, hipotesa yang bisa ditarik adalah bahwa panelis pada kelompok ini adalah panelis yang suka rasa asin. Pada pengujian yang terutama dilakukan oleh panelis yang kurang paham dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering terjadi kesalahan dalam cara penilaian. Ada beberapa macam kesalahan yaitu: 1) Tendensi sentral, karakteristik kesalahan ini adalah panelis selalu memberi nilai tengah pada skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi. Efek dari kesalahan ini adalah menganggap semua sampel yang di uji hampir sama. Hal ini terjadi akibat panelis tidak mengenal metoda pengujian dan produk yang dinilinya. Seorang panelis yang sudah berpengalaman sangat kecil kemungkinannya

untuk membuat kesalah seperti diatas (Kartika, dkk., 1987). 2) Contrast Effect, hal ini sering terjadi akibat posisi sampel yang dinilai, dimana suatu sampel dinilai lebih tinggi ataupun lebih rendah dari kenyataannya dan umumnya lebih rendah. Untuk mencegah maka pengujian dilakukan secara acak (Kartika, dkk., 1987). 3) Expectation Error, adanya informasi yang diterima oleh panelis sebelum pengujian akan berpengaruh pada hasilnya. Hal ini disebabkan panelis mengetahui apa yang diharapkan oleh pemberi instruksi. Disarankan agar orang yang banyak berhubungan dengan pengujian tidak dipergunakan sebagai penguji (Kartika, dkk., 1987). 4) Stimulus Error, pada sampel-sampel yang tidak seragam sering terjadi panelis dipengaruhi oleh sifat-sifat yang tidak relevan. Misalnya: harus membedakan dua sampel dalam hal tingkat kemanisan, panelis terpengaruh

6

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

pada sifat yang lain seperti bentuk, ukuran, dan warna (Kartika, dkk., 1987). 5) Logical Error, pada pengujian yang diperintahnya kurang jelas, sering terjadi penilaian terhadap satu sifat dihubungkan dengan sifat lain yang secara logis selalu berkaitan dengan sifat yang dinilai. Misalnya sesuatu jenis makanan yang berwarna hitam akan selalu dinilai pahit (Kartika, dkk., 1987). 6) Halo Effect, bila ada lebih dari satu sifat yang dinilai misalnya bau, tekstur, warna, rasa, pada suatu saat hasilnya mungkin berbeda bila dibandingkan masing-masing sifat tersebut dinilai sendiri-sendiri pada saat yang tidak bersamaan (Kartika, dkk., 1987). 7) Sugesti, hasil penilaian oleh seorang panelis dapat terpengaruh oleh panelis yang lain, karena adanya pengaruh ini maka panelis selama pengujian harus duduk terpisah satu dengan yang lain. Percakapan dan

diskusi tidak diperkenankan selama berlangsungnya pengujian, sehingga sugesti dari seorang panelis tidak mempengaruhi panelis yang lain (Kartika, dkk., 1987). Sedangkan untuk panelis yang tidak konsisten dalam memberikan penilaiannya mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Usia Orang yang relatif muda umumnya lebih sensitif sedangkan orang yang lebih tua konsentrasinya lebih baik dan relatif stabil dalam pengambilan keputusan. Kepekaan indera pembau diperkirakan berkurang 1 % setiap pertambahan umur satu tahun. 2. Jenis kelamin. Pria dan wanita memiliki kemampuan sama untuk melakukan pengujian sementara orang berpendapat wanita lebih sensitive dibandingkan dengan pria. 3. Kebiasaan merokok. Perokok atau pun bukan perokok dapat digunakan sebagai panelis meskipun perokok sering kurang sensitif. Perokok harus berhenti merokok 20 menit sebelum pengujian. 4. Kondisi kesehatan Orang menderita sakit terutama gangguan pada indera sebaiknya tidak ikut dalam pengujian. 5. Rasa lapar. Panelis tidak dianjurkan melakukan pengujian dalam periode waktu dua jam setelah makan. Aplikasi dari uji threshold absolute pada industri antara lain: 1. Fortifikasi dan formulasi

7

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

2. Mengetahui efek penambahan suatu tinambah terhadap produk 3. Menentukan umur simpan suatu produk agar sifatnya dapat tetap diterima secara organoleptis (Anonim, 2010) Sedangkan uji threshold deteksi hanya bisa diaplikasikan pada skala laboratorium saja. Hasil uji threshold deteksi digunakan untuk training panelis dimana preparator menggunakan konsentrasi sample di atas threshold deteksinya dan juga selisih konsentrasi antarsampelnya di atas difference threshold-nya (Anonim, 2010). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulannya, konsentrasi larutan garam terendah mulai dapat dirasakan/ dideteksi oleh 50% panelis adalah pada konsentrasi 0,053, sedangkan konsentrasi larutan garam terendah yang mulai dapat dikenal oleh 75% panelis adalah pada konsentrasi 0,089. Dari tabel data hasil percobaan dapat dilihat bahwa rentang threshold para panelis ini adalah pada larutan garam konsentrasi 0,05% sampai dengan 0,5%. Bila dilihat lebih lanjut ada 4 kelompok panelis yang memiliki sensitivitas dan konsistensi yang berbeda-beda. Untuk threshold deteksi pada awal konsentrasi (larutan garam 0,05%) dimiliki oleh panelis nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11, 19, 22, dan 23. Sedangkan pada tengah konsentrasi (larutan garam 0,1%, 0,15%, 0,2%) adalah panelis nomor 2, 9 14, 15, 16, 18, dan 20. Ada panelis yang memiliki detection threshold pada awal konsentrasi (larutan garam 0%) yaitu panelis 4 dan 17. Sedangkan panelis

nomor 5, 6, 8, 12, 13, dan 21 tidak konsisten dalam memberikan penilaian sehingga tidak dapat ditentukan threshold deteksinya. Saran Saran terhadap praktikum uji inderawi ini khususnya untuk uji threshold ini adalah agar lebih ditingkatkannya lagi kemampuan praktikan atau panelis dalam mengenali berbagai macam ambang rangsangan yang terendah sampai yang tertinggi. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010), Uji Threshold Deteksi Rasa Asin), http://www.geocities.ws/meteo rkita/sensoris-treshold.pdf, Akses : 12 Maret 2011. DeMan, J.M., (1997), Kimia Makanan, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Gatchalian, Miflora M., (1989), Sensory Evaluation Methods for Quality Assessment and Development, College of Home economics University of The Philippines, Philippines. Kartika, B, dkk, (1988), Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Oktavia, Armida. (2010). Uji Threshold,http://armidaoktavi a.blog.uns.ac.id/2010/04/11/uji -threshold/, Akses : 12 Maret 2011. Soekarto, Soewarno T., (1985), Penilaian Oganoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil

8

Uji Threshold Annisa Khaira Wikaningtyas (083020013)

Pertanian, Bharata Aksara, Jakarta.

Karya

9

LAMPIRAN PERHITUNGAN Perhitungan : 1. Metode Grafik % Reaksi Positif = Reaksi Positif x 100% Panelis Tabel 5. Hasil Pengamatan % Reaksi Positif Untuk Metode Grafik Konsentrasi (%) % Reaksi negatif (%) Reaksi Positif (X) (Y) 0 2 8,7 0,5 11 47,83 0,1 19 82,61 0,15 17 73,91 0,2 23 100 0,25 22 95,65 0,3 23 100 0,35 22 95,65 0,4 23 100 0,45 23 100 0,5 23 100 (Sumber : Kelompok II, Meja 17, 2010) Perhitungan % Reaksi Positif : % Reaksi Positif (0) = 2 x 100% = 8,7% 23 % Reaksi Positif (0,05) = 11 x 100% = 47,83% 23 % Reaksi Positif (0,1) = 19 x 100% = 82,61% 23 % Reaksi Positif (0,15) = 17 x 100% = 73,91% 23 % Reaksi Positif (0,2) = 23 x 100% = 100% 23 % Reaksi Positif (0,25) = 22 x 100% = 95,65% 23 % Reaksi Positif (0,3 = 23 x 100% = 100% 23 % Reaksi Positif (0,35) = 22 x 100% = 95,65% 23 % Reaksi Positif (0,4) = 23 x 100% = 100%

23 % Reaksi Positif (0,45) = 23 x 100% = 100% 23 % Reaksi Positif (0,5) = 23 x 100% = 100% 17 2. Cara Interpolasi Tabel 6. Absolute Threshold Konsentrasi % Reaksi Porsitif (x) (y) 0,05 47,83 x 50 0,1 82,61 AT (Absolute Threshold) :b a X =d + (e d ) c a 50 47 ,83 AT = 0,05 + ( 0,1 0,05 ) 8261 50

AT = 0,053 Tabel 7. Recognition Threshold Konsentrasi % Reaksi Porsitif (x) (y) 0,05 47,83 x 75 01 82,61 (Kelompok 2, 2010) RT (Recognition Threshold) :b a X =d + (e d ) c a 75 47,83 RT = 0,05 + ( 0,1 0,05 ) 82,61 75

RT = 0,089

DISKUSI MODUL UJI THRESHOLD1.

Apakah nilai ambang mutlak/pengenalan untuk larutan gula, garam, asam berbeda, berikan alasannya. Jawab : Berbeda. Hal ini karena lidah manusia lebih sensitif dan lebih peka terhadap kesan asam dan rasa asin dibanding dengan kesan rasa manis. Ambang mutlak yang kecil akan lebih cepat memberikan kesan dibanding dengan ambang mutlak yang besar. Untuk ambang mutlak larutan asam adalah 1/15000, larutan garam adalah 1/400 sedangkan untuk larutan gula 1/200.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ambang pembedaan dan ambang batas. Jawab : Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Perhatian kita tertuju pada perbedaan dua rangsangan tersebut. Jika dua rangsangan itu terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Perbedaan terkecil dari dua rangsangan yang masih dapat dikenalai disebut ambang pembedaan. Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas dapat juga ditentukan dengan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikkan tingkat rangsangan tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan. 3. Jelaskan kepentingan ambang pembedaan dan ambang batas di industri pangan. Jawab : Ambang pembedaan digunakan untuk formulasi baru untuk suatu produk dengan tingkatan konsentrasi yang berbeda maka dapat dilakukan uji treshold untuk dapat mengetahui sejauh mana konsumen mengetahui perubahan pengenalan rangsangan yang berasal dari produk baru yang akan kita buat. Mengetahui ambang batas penting misalnya dalam rangka penghematan bahan pemanis atau pemakaian zat kimia yang dibatasi oleh peraturan atau undangundang