Buku Beton wika beton

223

description

Beton Precast/pracetak Wijaya Karya Beton, brosur, tata cara dan manual use untuk pelaksanaan di lapangan

Transcript of Buku Beton wika beton

  • WIKA BETON

  • WIKA BETON

  • WIKA BETON

  • WIKA BETON

  • WIKA BETON

  • DAFTAR ISI

    BAGIAN I PENGETAHUAN UMUM BETON 1.1 DEFINISI BETON I-1

    1.2 JENIS-JENIS BETON I-2

    1.3 SIFAT-SIFAT BETON I-3

    1.4 HIDRASI I-6

    1.5 MUTU BETON I-6

    BAGIAN 2 MATERIAL PEMBENTUK BETON 2.1 SEMEN II-1

    2.2 AGREGAT II-3

    2.3 AIR II-5

    2.4 BAHAN TAMBAHAN (ADITIF) II-7

    BAGIAN 3 MIX DESIGN 3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN

    BETON NORMAL SESUAI SNI T-15-1990-03 III-1

    3.2 TATA CARA PERANCANGAN PROPORSI CAMPURAN

    BETON NORMAL SESUAI SNI 03-2847-2002 POIN 7.3 III-13

    BAGIAN 4 PELAKSANAAN 4.1 PENCAMPURAN/MIXING IV-1

    a. Site-Mix IV-1

    b. Ready-Mix IV-3

    4.2 PENGANGKUTAN IV-4

    4.3 PERSIAPAN LOKASI IV-5

    4.4 PERALATAN PENGECORAN IV-6

    a. Agitator Truck IV-6

    b. Concrete Pump IV-7

    c. Tremie IV-7

    d. Placing Boom IV-8

    e. Vibrator IV-9

    4.5 PENGECORAN IV-10

    IV-15

    WIKA BETON

  • 4.6 PEMADATAN/COMPACTING

    4.7 FINISHING IV-17

    a. Screeding IV-17

    b. Hand Tamping IV-19

    c. Floating IV-20

    d. Edging IV-21

    e. Trowelling IV-21

    f. Brooming IV-23

    g. Grinding IV-24

    h. Sack-rubbed Finishing IV-24

    i. Exposed Aggregate Finishing IV-25

    4.8 PERAWATAN IV-25

    4.9 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON IV-31

    a. Pengujian Kualitas beton IV-32

    b. Langkah Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

    BAGIAN 5 RETAK DAN PERBAIKAN CACAT BETON 5.1 RETAK V-1

    a. Retak Akibat Early Thermal Contraction V-2

    b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage V-2

    c. Retak Plastic V-5

    c.1 Plastic Settlement Crack V-6

    c.2 Plastic Shrinkage Crack V-8

    5.2 PERBAIKAN CACAT BETON V-9

    a. Plinth Antar Sambungan V-9

    b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk V-10

    c. Keropos V-10

    d. Pecah Kecil (5 cm dalamnya) V-11

    f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap V-12

    g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap V-12

    h. Retak Rambut (Lebar 0.5 mm dan dalam >1

    cm)

    V-13

    5.3 APLIKASI ACIAN PEWARNAAN V-14

    WIKA BETON

  • BAGIAN 6 PENGENALAN SELF-COMPACTING CONCRETE 6.1 PENDAHULUAN VI-1

    6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS VI-2

    6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA

    PENGUJIANNYA

    VI-4

    a. Daya Alir VI-5

    b. Kekentalan VI-6

    c. Passing Ability VI-7

    d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance VI-8

    6.4 MIX-DESIGN VI-11

    6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT

    PELAKSANAAN

    VI-15

    6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC VI-16

    BAGIAN 7 PENGETAHUAN BETON PRACETAK 7.1 PENDAHULUAN VII-1 7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI VII-1 7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI VII-6 7.4 PROSES PRODUKSI VII-9 7.5 MIX-DESIGN VII-12 7.6 CETAKAN VII-13 7.7 PENGADUKAN BETON DAN PENGECORAN VII-13 7.8 PEMADATAN VII-14 7.9 PEKERJAAN STRESSING VII-15 7.10 PERAWATAN BETON VII-16 7.11 PENGANGKATAN VII-17 7.12 PENGANGKUTAN VII-18 7.13 QUALITY CONTROL VII-19 BAGIAN 8 INSPEKSI PERALATAN 8.1 PENDAHULUAN VIII-1 8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI VIII-1

    WIKA BETON

  • LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI PRODUK BETON PRACETAK PT WIKA BETON LAMPIRAN 2 FORMULIR INSPEKSI PERALATAN GLOSSARY

    WIKA BETON

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton I-1

    Gambar 1.2 Potongan Melintang Beton I-1

    Gambar 1.3 Proporsi Bahan Penyusun Beton I-2

    Gambar 1.4 Strength vs Workability I-4

    Gambar 1.5 Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton I-5

    Gambar 2.1 Setting Time Semen II-2

    Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton (Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

    II-4

    Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS) III-2

    Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen III-3

    Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm

    III-9

    Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm

    III-9

    Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm

    III-10

    Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton

    III-11

    Gambar 3.7 Diagram Alir Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan SNI 03-2847-2002 III-12

    Gambar 4.1 Teknik Pengecoran IV-13

    Gambar 4.2 Pemadatan Manual IV-15

    Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis IV-16

    Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis IV-19

    Gambar 4.5 Alat Hand Tamping IV-20

    Gambar 4.6 Floating IV-20

    Gambar 4.7 Edger IV-21

    WIKA BETON

  • Gambar 4.8 Trowel Baja IV-22

    Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak) IV-25

    Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi IV-27

    Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof IV-27

    Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian IV-31

    Gambar 4.13 Variabilitas IV-32

    Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

    Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack 1 V-6

    Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack 2 V-6

    Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack 3 V-7

    Gambar 5.4 Tensile Srain Capacity and Shrinkage Strain V-8

    Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack V-8

    Gambar 5.6 Perbaikan Keropos pada Beton V-10

    Gambar 6.1 Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow VI-6

    Gambar 6.2 Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan) VI-6

    Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box VI-8

    Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum VI-8

    Gambar 6.5 Prosedur Mix-Design VI-14

    Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles VII-9

    WIKA BETON

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Tipe Portland Semen II-1

    Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland II-2

    Tabel 2.3 Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi II-6

    Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar III-1

    Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar III-1

    Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5 III-3

    Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus III-4

    Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump III-5

    Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter) III-5

    Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus III-6

    Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat III-7

    Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air III-8

    Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir III-9

    Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton III-12

    Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh III-14

    Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk Menetapkan Deviasi Standar III-14

    Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus III-16

    Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi Oleh Lingkungan yang Mengandung Sulfat III-17

    Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton IV-2

    Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator IV-16

    Tabel 4.3 Metode Curing IV-29

    Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji IV-33

    Tabel 4.5 Sampling Benda Uji IV-34

    WIKA BETON

  • Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak V-1

    Tabel 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19) V-3

    Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Tutup Lubang Bekas Tie-Rod Parapet V-14

    Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap dan Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap

    V-15

    Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Plinth dan Keropos-Kolom V-16

    Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar VI-4

    Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya VI-5

    Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya VI-7

    Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya VI-7

    Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya VI-9

    Tabel 6.6 Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian Walraven, 2003 VI-9

    Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif VI-11

    Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC VI-13

    Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah VI-16

    Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan VI-16

    Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik VI-17

    Tabel 6.12 Cacat Cold-joint VI-18

    Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata VI-18

    Tabel 6.14 Variasi Warna VI-19

    Tabel 6.15 Cacat Tali Air VI-19

    Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis VI-20

    Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak VII-6

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-0

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-1

    1.1 DEFINISI BETON Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar (pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives

    Semen Pasir Kerikil Air

    Beton

    Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton

    Pasta Semen Mengisi Celah Antar Agregat

    Agregat Kasar

    WIKA BETON Ga n mbar2. Potongan Melintang BetoGambar 1.2 Potongan Beton

  • Pengetahuan umum beton I-2

    Gambar 1.3. Proporsi Bahan Penyusun Beton

    Air Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan.

    1.2 JENIS-JENIS BETON

    a. Beton ringan

    Berat jenisnya2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur yang harus tahan terhadap radiasi atom.

    d. Beton jenis lain o Beton massa (mass concrete)

    Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik yang disertai retak-retak

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-3

    Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang

    dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung. Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan

    beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama mengingat waktu setting beton yang singkat (2 jam), sehingga perlu direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan sebagai salah satu pertimbangan struktural.

    o Ferosemen (ferrocement)

    Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas, fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.

    o Beton serat (fibre concrete) Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa

    serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.

    o Beton siklop Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar

    dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan pangkal jembatan.

    o Beton hampa Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi

    hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method) o Beton ekspose

    Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing, biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan balok bangunan

    1.3 SIFAT-SIFAT BETON

    a. Beton Segar

    o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh: Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah

    dikerjakan Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS

    tetap, maka beton makin mudah dikerjakan Gradasi campuran pasir dan kerikil Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai Pemakaian butir-butir batuan yang bulat

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-4

    Gambar 1.4. Strength vs Workability o Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari

    campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan: Campuran yang kurus/kurang semen Pemakaian air yang terlalu banyak Semakin besar butir kerikil yang dipakai Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi

    o Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi dengan cara: Memberi lebih banyak semen dalam campuran Menggunakan air sesedikit mungkin Menggunakan pasir lebih banyak Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai

    dengan nilai slump campuran

    b. Beton Keras

    1). Sifat jangka pendek o Kuat tekan, dipengaruhi oleh: Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan Jenis semen dan kualitasnya Jenis dan kekasaran permukaan agregat Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan

    umurnya). Lihat Gambar 1.5 Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)

    WIKA BETONPerawatan

  • Pengetahuan umum beton I-5

    o Kuat tarik

    Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu

    o Kuat geser Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.

    2) Sifat jangka panjang

    o Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara bertahapterhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan, dipengaruhi oleh: Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak berkurang Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus dan semen bertambah

    banyak Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

    o Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan

    kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh: Agregat. Berperan sebagai penahan susut pasta semen Faktor air semen. Efek susut makin besar jika FAS makin besar Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya penyusutan berkurang jika

    volume elemen beton makin besar

    Gambar 1.5. Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-6

    Beton yang Baik 1.4

    ProseAdalahpengik 2(3CaOkalsiumkapur PanaAdaladari r Jumla jen FA tem Efek

    1.5

    Suatu benda

    1. Bahan pengisi baik kekerasan butiran gradasi kepadatan butiran bentuk butiran 2. Bahan perekat baik semen sesuai FAS sesuai

    3. Lekatan / ikatan baik kekasaran permukaan butiran baik material alam bersih

    4. Pemeliharaan baik

    HIDRASI

    s Hidrasi reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan at

    .SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi silikat (unsur utama semen) + air kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) +

    bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi

    s Hidrasi h efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori

    eaksi hidrasi

    h panas kalori yang dikeluarkan tergantung : is / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S) S peratur curing

    panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak

    KUAT TEKAN BETON nilai yang ditunjukkan oleh besarnya beban tekan yang dapat dipikul oleh uji/sample dari beton tersebut sampai runtuh

    WIKA BETON

  • Pengetahuan umum beton I-7

    Notasi Kuat Tekan Beton

    z K : adalah suatu nilai statistik dari suatu kumpulan hasil kuat tekan benda uji kubus dalam jumlah tertentu pada umur 28 hari dengan nilai gagal yang diijinkan sebesar 5 %, satuan kg/cm2.

    Contoh: K500, maka bk=500 kg/cm2 z C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk

    silinder Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka C=500x0.83=415 kg/cm2, maka fc=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi dari bentuk kubus menjadi silinder.

    Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan: Adalah nilai kuat tekan dari satu atau sekumpulan benda uji yang telah ditetapkan Mutu Beton Ao dan Bo Adalah mutu beton dengan K< 125 yang biasanya dipakai untuk elemen bangunan non-struktural

    Mutu Beton yang Lebih Tinggi:

    K125-

  • Pemilihan material II-0

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-1

    2.1 SEMEN

    Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat

    an berikut:

    rolis, kecuali tipe S dan SA. ikat utama struktur beton. nsif.

    adalah: Tabel 2.1 Tipe Portland Semen

    c

    d

    Tipe PC Syarat Penggunaan Pemakaian

    I Kondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan khusus

    Perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat

    II Serangan sulfat konsentrasi sedang

    Bangunan tepi laut, dam, bendungan, irigasi dan beton a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuo SNI 15-2049-1994. Semen Portland. o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hid

    yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengo ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspa

    b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya

    massa III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan

    beban berat IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut

    panas hidrasi rendah dan diperlukan setting time yang lama

    V Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat

    Bangunan dalam lingkungan asam, tangki bahan kimia dan pipa bawah tanah

    . Penyimpanan semen: o Silo harus kedap air o Lantai gudang tidak lembab o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung

    kelancaran pengiriman o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai

    . Setting Time Semen Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulai mengadakan proses pengikatan

    Setting time : z setting time awal (initial) z setting time akhir (final)

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-2

    z Setting time awal Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat pasta semen yg mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)

    z Setting time akhir Waktu yg dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya

    P r o s e s h a r d e n i n g

    F i n a l s e t t i n g t i m ed i d a p a t p a s t a s e m e n

    F S T y g p a d a t d a n u t u hd a n b e n t u k n y a t i d a k d a p a t d i r u b a h

    I n i t i a l s e e t i n g t i m e

    P a s t a s e m e n m u l a i t i d a k d a p a t d i r u b a ht a p i m a s i h a d a b a g i a n y a n g p l a s t i s

    D o r m a n P e r i o d eP e r i o d e d i m a n a p a s t as e m e n m a s i h p l a s t i s d a n m a s i h b i s ad i b e n t u k

    I S T

    D P

    T i t i k P Cm u l a i b e r e a k s i d e n g a n a i r

    Gambar 2.1. Setting Time Semen

    Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland

    Type Tricalcium Silicate (C3S)

    %

    Dicalcium Silicate (C2S)

    %

    Tricalcium Aluminate

    (C3A) %

    Tetracalcium Aluminoferrite

    (C4AF) %

    Air permeability specific surface

    m2/kg

    I 42-65 10-30 0-17 6-18 300-400 II 35-60 15-35 0-8 6-18 280-380 III 45-70 10-30 0-15 6-18 450-600 IV 20-30 50-55 3-6 8-15 280-320 V 40-60 15-40 0-5 10-18 290-350

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-3

    memperoleh workability yang baik

    2.2 AGREGAT

    Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton Tujuan penggunaan agregat sumber kekuatan dari beton menghemat semen memperkecil tingkat penyusutan beton mencapai kepadatan beton yang maksimal

    truktur.

    c

    a. Agregat harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

    o ASTM C33. Spesifikasi agregat untuk beton o SNI 03-2461-1991. Spesifikasi agregat ringan untuk beton s

    b. Spesifikasi umum: o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal sehingga kuat tekan beton besar.

    o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton lainnya.

    o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang dihasilkan padat dan awet.

    o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin 2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan menjadi lebih mahal.

    o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat.

    o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a), karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2

    . Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi: o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun

    o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun o jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-

    kawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-4

    Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton

    ( Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

    a. Agregat Kasar

    Agregat dengan butiran >5 mm Jenis agregat kasar: 1. Alami hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:

    - kerikil halus 0,5 - 10 mm - kerikil sedang 10 - 20 mm - kerikil kasar 20 - 40 mm - kerikil kasar sekali 40 - 70 mm

    2. Hasil pemecahan dengan stone crusher, dengan penggolongan: 0,5 - 10 mm (screen) 10 - 20 mm 20 - 40 mm 40 - 80 mm

    b. Agregat Halus

    Agregat dengan butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm Jenis agregat halus : z buatan pasir hasil pemecahan z alami pasir gunung, pasir sungai, pasir laut Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan : z kemudahan pengerjaan workability z kekuatan beton strength z keawetan beton durability

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-5

    Pemakaian Kerikil dibanding Batu Pecah z Keuntungan: z harga lebih murah z dengan workability yg sama pasta semen terpakai lebih sedikit

    harga beton per m3 akan lebih murah z Kerugian: z kontinuitas pengadaan kurang terjamin z ukuran butiran amat bervariatif z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang

    sulit mencapai mutu beton tinggi z kandungan lumpur relatif tinggi

    2.3 AIR

    Fungsi air dalam beton: Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai

    bahan pengikat Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat

    & semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability)

    a. Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang

    merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.

    b. Air pencampur yan digunakan untuk beton prategang atau pada beton

    yang didalamnya tterkandung didalamjumlah yang memb

    WIKA BETONg

    ertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam

    ahayakan.

  • Pemilihan material II-6

    Tabel 2.3. Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi

    Jenis Komponen Struktur

    Ion Klorida terlarut (C-) pada Beton

    % thd Berat Semen Beton prategang 0.06 Beton bertulang yang terpapar klorida selama masa layannya

    0.15

    Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung dari air selama masa layannya

    1.00

    Konstruksi beton bertulang lainnya 0.30

    Catatan: Untuk beton keras umur 28 hingga 42 hari Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218

    c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi: o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

    beton yang menggunakan air dari sumber yang sama. o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus

    mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukanserupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuaidengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm) ASTMC109

    o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk betontanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000ppm

    o Hindari penggunaan air dengan dengan pH3

    Alat Ukur Nilai Slump

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-7

    Jumlah Air Optimum (JAO) Adalah jumlah air dalam suatu rancangan campuran beton yang menghasilkan tingkat kemudahan pengecoran yang sesuai dengan tuntutan (dinyatakan dengan SLUMP) Jika jumlah airJAO

    o Kuat tekan beton akan turun o Pengecoran lebih mudah o Bisa terjadi segregasi (pemisahan butiran) o Cenderung terjadi penyusutan (air kelebihan akan menguap meninggalkan

    pori-pori beton)

    2.4 BAHAN TAMBAHAN a. Spesifikasi umum: Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh

    digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.

    b. Jenis-jenis bahan tambahan:

    Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton secara kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya berfungsi sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi. Macam-macam admixture: o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang

    dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah air).

    o Viscosity Modifying Admixture (VMA)

    Memodifikasi kohesi (biasanya digunakan untuk self-compacting concrete) tanpa mengubah fluiditas secara signifikan.

    o Retarder Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan

    mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-8

    Ketiga bahan tambahan diatas ataupun campuran ketiganya harus memenuhi ASTM C494. Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton atau ASTM C1017. Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi.

    o Accelerator Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian cetakan.

    o Air Entraining Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding,

    mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991. Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.

    Macam-macam aditif: o Abu Terbang Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan

    pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir.

    o Mineral filler

    Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.

    o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang

    diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini juga meningkatkan resiko segregasi.

    o Silica Fume Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk

    digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan cold-joint atau cacat permukaan.

    o Aditif lainnya

    Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang timbul terhadap beton.

    WIKA BETON

  • Pemilihan material II-9

    2.5 SERAT Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan. Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement dan retak/crack akibat plastic shrinkage. Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan syarat struktural.

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-0

    00

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-1

    3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL,

    SNI T-15-1990-03 a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc) pada umur tertentu

    Ya ha

    b. PeDi pe T

    1)

    Ta

    F

    2

    itu kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itunya sebesar 5% saja.

    netapan deviasi standar (sd) tetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaanncampuran betonnya.

    abel 3.1 Nilai Deviasi Standar Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (Mpa)

    Memuaskan 2.8 Sangat baik 3.5 Baik 4.2 Cukup 5.6 Jelek 7.0 Tanpa kendali 8.4

    . Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupapada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu datahasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yangdibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atauumur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasistandar.

    bel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar Jumlah Data 30 25 20 15

  • Perencanaan campuran beton III-2

    c. Penghitungan nilai tambah (M) o Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke

    Langkah d o Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar Sd, maka

    dilakukan dengan rumus berikut: M = k * Sd

    Dengan: M = Nilai tambah, Mpa k = 1.64

    Sd = deviasi standar, MPa

    d. Penetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan fcr = fc + M

    Dengan: fcr = Kuat tekan rata-rata, MPa fc = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa M = Nilai tambah, Mpa

    e. Penetapan jenis semen Portland Lihat macam-macam semen pada Poin 2.1.b

    f. Penetapan jenis agregat Lihat poin 2.2 dan dipilih agregat alami atau batu pecah.

    g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut: o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder

    beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1

    Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-3

    o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2 Langkahnya sebagai berikut: Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur

    beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.

    Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5

    Umur (hari) Jenis Semen Jenis Agregat Kasar 3 7 28 91

    Alami 17 23 33 40 I, II, V Batu pecah 19 27 37 45 Alami 21 28 38 44 III Batu pecah 25 33 44 48

    Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5 sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3 sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

    Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-4

    h. Penetapan faktor air semen maksimum Lihat Tabel 3.4 Jika FAS maksimum ini lebih rendah dari langkah g, maka FAS maksimum ini yang digunakan.

    Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan & Lingkungan

    Khusus

    Jenis Pembetonan FAS Maksimum Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan

    oleh kondensasi atau uap korosi

    0.60 0.52

    Beton diluar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik

    matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik

    matahari langsung

    0.55

    0.60

    Beton yang masuk kedalam tanah: a. Mengalami keadaan basah dan kering

    berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali

    dari tanah

    0.55

    Tabel 3.8

    Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 3.9

    i. Penetapkan nilai slump

    Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaanpembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya.Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slumpbesar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slumpyang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.

    Pengukuran Nilai Slump

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-5

    Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump Pemakaian Beton Maks Min

    Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12.5 5.0

    Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah tanah 9.0 2.5

    Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5 Pengerasan jalan 7.5 5.0 Pembetonan masal 7.5 2.5

    Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)

    Slump (mm) Besar Ukuran

    Maksimum Kerikil (mm)

    Jenis Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180

    10 Alami Batu pecah

    150 180

    180 205

    205 230

    225 250

    20 Alami Batu pecah

    135 170

    160 190

    180 210

    195 225

    40 Alami Batu pecah

    115 155

    140 175

    160 190

    175 205

    Catatan: Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5

    liter per m3 adukan beton Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus

    ditambah air 10 liter per m3 adukan beton

    j. Penetapan besar butir agregat maksimum Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan pada poin 2.2.c

    k. Penetapan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,

    berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan. Lihat Tabel 3.6

    Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus:

    A = 0.67Ah + 0.33 Ak Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3) Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-6

    l. Hitung berat semen yang diperlukan

    Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah k dengan FAS yang diperoleh pada Langkah g dan h

    m. Hitung kebutuhan semen minimum Ditetapkan dengan Tabel 3.7-3.9. Kebutuhan semen minimum ini

    ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.

    Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan

    Lingkungan Khusus

    Jenis Pembetonan Semen

    Minimum (kg/m3 beton)

    Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh

    kondensasi atau uap korosif

    275

    325

    Beton diluar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari

    langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari

    langsung

    325

    275

    Beton yang masuk kedalam tanah: a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-

    ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

    325

    Tabel 3.8

    Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 3.9

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-7

    Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat

    Konsentrasi Sulfat (SO3) Dalam Tanah

    Total SO3

    SO3 dalam

    campuran air:tanah

    = 2:1 (g/lt)

    SO3 dalam air

    tanah (g/lt)

    Jenis Semen

    Kandungan semen minimum (kg/m3) Ukuran Maks. Agregat (mm) 40 20 10

    Faktor Air

    Semen (FAS)

    Maksimum

    5.0 Tipe II atau V dan lapisan pelindung 330

    370

    420

    0.45

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-8

    n. Penyesuaian kebutuhan semen

    Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah l ternyata lebih sedikit daripada Langkah m, maka kebutuhan semen harus dipakai yangminimum (yang nilainya lebih besar)

    o. Penyesuaian jumlah air atau FAS Jika jumlah semen ada perubahan akibat Langkah n, maka nilai faktor airsemen berubah. Dalam hal ini dilakukan dua cara berikut: Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi

    jumlah air dengan jumlah semen minimum Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen

    minimum dengan faktor air semen Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan

    p. Penentuan daerah gradasi agregat halus Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.

    q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar

    Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Padalangkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan beratagregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besarbutir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3.3-3.5 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregatcampuran

    Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air

    Berhubungan dengan:

    FAS Maksimum Tipe Semen

    Kandungan semen minimum

    Ukuran Maksimum

    Agregat (mm) 40 20

    Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300

    Air payau

    0.45

    0.50

    Tipe I + Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan Tipe II atau V

    340 380 290 330

    Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-9

    Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan Lubang

    Ayakan (mm) 1 2 3 4

    10.00 100 100 100 100 4.80 90-100 90-100 90-100 95-100 2.40 60-95 75-100 85-100 95-100 1.20 30-70 55-90 75-100 90-100 0.60 15-34 35-59 60-79 80-100 0.30 5-20 8-30 12-40 15-50 0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

    Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm

    Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 20 mm

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-10

    Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk kuran Butir Maksimum 40 mm

    r. Berat jenis agregat campuran Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr

    Dengan: Bj camp = Berat jenis agregat campuran Bj ag hls = Berat jenis agregat halus

    Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar P = Persentase agregat halus terhadap agregat

    campuran K = Persentase agregat kasar terhadap agregat

    campuran Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan

    laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2.60 untuk agregat tak dipecah dan 2.70 untuk agregat pecahan

    s. Penentuan berat jenis beton Menggunakan data berat jenis agregat campuran dari Langkah r dan kebutuhan air tiap meter kubik betonnya, maka dengan grafik pada Gambar 3.6 dapat diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya: Dari berat jenis agregat campuran pada langkah q dibuat garis

    kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 3.6.

    Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah k dimasukkan dalam Gambar 3.6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama

    Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis beton

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-11

    t. Kebutuhan agregat campuran Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangikebutuhan air dan semen

    u. Hitung berat agregat halus yang dibutuhkan, berdasarkan hasil Langkah q dan r. Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya

    v. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil Langkah r

    dan s. Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangikebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.

    Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalamkeadaan jenuh kering muka, sehingga di lapangan yang pada umumnyakeadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksiterhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kaliper hari. Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut: Air = A-[(Ah-A1)/100]xB-[(Ak-A2)/100]xC Agregat halus = B+[Ah-A1)/100]xB Agregat kasar = C+[(Ak-A2)/100]xC Dengan: A = Jumlah kebutuhan air (liter/m3) B = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3) C = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3) Ah = Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%) Ak = Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%) A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%) A2 = Kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

    Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-12

    Untuk mempermudah dapat mempergunakan formulir isian di bawah ini:

    Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-13

    3.2 Tata Cara Perancangan Proporsi Campuran beton Normal SNI 03-2847-2002 Poin 7.3

    14

    Gambar 3.7 Diagram Air Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan

    SNI 03-2847-2002

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-14

    Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh

    Jumlah Pengujian Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar

  • Perencanaan campuran beton III-15

    Pasal 7.3(3(2)) SNI 03-2847-2002, menyebutkan tentang pembuatan proporsi campuran beton yang diperoleh dari campuran percobaan yang dapat digunakanjika batas-batas ini dipenuhi: o Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada

    pekerjaan yang akan dilakukan. o Campuran percobaan yang memiliki proporsi campuran dan konsistensi yang

    diperlukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakansekurang-kurangnya tiga jenis rasio air-semen yang berbeda-beda untuk menghasilkan suatu kisaran kuat tekan beton yang mencakup kuat rata-rata perlu fcr

    o Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan kelecakan dengankisaran 20 mm dari nilai maksimum yang diizinkan, dan untuk beton denganbahan tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi 0.5% dari kandungan udara maksimum yang diizinkan

    o Untuk setiap rasio air-semen, sekurang-kurangnya harus dibuat tiga buah contoh silinder uji untuk masing-masing umur uji dan dirawat sesuai dengan SNI 03-2492-1991. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. Silinder harus diuji pada umur 28 hari atau pada umur uji yangditetapkan untuk penentuan fc

    o Dari hasil uji silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkanhubungan antara rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan pada umur uji yang ditetapkan

    o Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yangakan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yangdiperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang sesuai dengan syarat-syarat diatas, kecuali bila rasio air semen yang lebih rendahatau kuat tekan yang lebih tinggi disyaratkan sesuai Pasal 6 SNI 03-2847-2002.

    Pasal 6 SNI 03-2847-2002. Persyaratan Keawetan Beton 6.1 Rasio air-semen

    Rasio air semen yang disyaratkan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 harus dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C150, ASTM C595 M atau ASTM C845 ditambah dengan berat abu terbang dan pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan ASTM C989 dan silica fume sesuai dengan ASTM C1240 bilamana digunakan.

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-16

    6.2 Pengaruh lingkungan

    Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus

    Kondisi Lingkungan Rasio air-semen maksimum1

    fc minimum2MPa

    Beton dengan permeabilitas rendah yang terkena pengaruh lingkungan air 0.50 28

    Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi pada beton yang terpengaruh lingkungan yang mengandung klorida dari garam atau air laut

    0.40 35

    Catatan:

    1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal 2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan

    Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut 6.3 Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat

    o Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi pada Tabel 3.15, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai dengan Tabel 3.15

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-17

    Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi oleh Lingkungan Yang Mengandung Sulfat

    Paparan

    Lingku-ngan Sulfat

    Sulfat (SO4) Dalam Tanah yang Dapat Larut

    Dalam Air

    Persen terhadap

    berat

    Sulfat (SO4)

    Dalam Air

    Mikron gram per

    gram

    Jenis Semen

    Rasio Air-Semen

    Maksimum dalam Berat

    (Beton Berat

    Normal)

    fc minimum

    (Beton berat

    normal dan

    ringan)

    MPa

    Ringan 0.00-0.10 0-150 - - -

    Sedang 0.10-0.20 150-1500

    II,IP(MS), IS(MS),P(MS)

    , I(PM)(MS), I(SM)(MS)*

    0.5 28

    Berat 0.20-2.00 1500-1000 V 0.45 31

    Sangat berat >2.00 >10000 V+Pozzolan 0.45 31

    Catatan: *Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595

    WIKA BETON

  • Perencanaan campuran beton III-18

    6.4 Perlindungan tulangan terhadap korosi o Tulangan didalam beton harus diberikan perlindungan terhadap korosi,

    maka konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam airpada beton keras umur 28-42 hari tidak boleh melebihi batasan pada Tabel 3.15. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ionklorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai ASTM C1218

    o Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 3.14dan persyaratan tebal selimut beton pada pasal 9.7 SNI 03-2847-2002 harus dipenuhi apabila beton akan berada pada lingkungan yangmengandung klorida yang berasal dari air garam, air laut atau cipratan dari sumber garam tersebut. Untuk tendon kabel prategang tanpalekatan dapat dilihat ketentuannya pada Pasal 20.16 SNI 03-2847-2002.

    Pasal 7.4 SNI 03-2847-2002. Menyebutkan tentang perancangan campuran

    tanpa berdasarkan data lapangan atau campuran percobaan. o Jika data hasil uji pekerjaan beton sebelumnya tidak tersedia, maka

    proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau informasi lainnya, bilaman hal tersebut disetujui oleh pengawas lapangan. Kuat tekan rata-rata perlu, fcr beton yang dihasilkan dengan bahan yang mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.5 Mpa lebih besar daripada fc yang disyaratkan. Alternatif ini tidak boleh digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan lebih besar dari 28 Mpa.

    o Campuran beton yang dirancang menurut butir ini harus memenuhi persyaratan keawetan pada Pasal 6 (diatas) dan kriteria pengujian kuat tekan pada Pasal 7.6 SNI 03-2847-2002

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-0

    0

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-1

    4.1 PENCAMPURAN/MIXING a. Site-Mix

    1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis

    2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.

    Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk

    penggunaan bahan tambahan yang digunakan.

    2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar

    dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang

    dibagi dalam dua golongan, yaitu:

    Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri, contoh: pan mixer dan batching plant

    Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan, contoh: mollen dan winget

    Pencampuran a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran

    seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali.

    b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton

    dituang. c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan

    SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685. Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran menerus.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-2

    d. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut: 1) Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus

    dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen. Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama 1/2 menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan, bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang ditentukan.

    2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat menggunakan pendekatan pada Tabel 4.1

    3) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama sekurang-kurangnya 1,5 menit (lihat Tabel 4.1) setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

    4) Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

    5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi: o Jumlah adukan yang dihasilkan o Proporsi bahan yang digunakan o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran

    Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton Jenis Mesin Pencampur

    Kapasitas Maksimum (m3)

    Lama Pencampuran Minimum (menit)

  • Pelaksanaan IV-3

    b. Ready-Mix

    Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di lapangan. 1. Kontrol Kualitas

    Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari komposisi ready-mix.

    Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.

    Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang, maka prosedur berikut dapat dilakukan:

    a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk mixer

    b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka

    muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test slump lagi

    e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak

    2. Penanganan Beton Pra Campur di Lapangan a. Site yang dilalui dan tempat parkir truk mixer harus kuat dan

    mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur yang beratnya sekitar 24 ton, dan jelas bahwa jalanan ini harus lebih kuat daripada yang diperlukan untuk lalu lintas biasa di lapangan. Sehingga akan lebih ekonomis untuk membuat jalan masuk yang memadai di awal pekerjaan, daripada pekerjaan tambal sulam permukaan tanah yang lemah. Disarankan untuk keadaan umum, memberi perkerasan inti yang sangat padat setebal 200 mm atau yang ekuivalen

    b. Truk yang berjalan dekat sisi galian harus diperhatikan. Galian perlu ditopang dengan baik untuk mencegah runtuhnya sisi galian akibat berat kendaraan.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-4

    4.2 PENGANGKUTAN a. Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih.

    b. Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran

    selama proses pengangkutan. c. Diusahakan tidak timbul laitance/kelembapan tinggi diatas beton segar. d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih

    dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-5

    4.3

    c. Cd

    d. B

    pk

    e. T

    f. S

    ke g. S

    kula

    h. P

    dmsllua

    i. P

    pte

    etakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah ibongkar.

    ila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata engisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam ondisi basah.

    ulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

    ebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran,cuali bila digunakan tremie.

    emua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang

    WIKA BETONPERSIAPAN LOKASI

    a. Persiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan bahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan bekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar.

    b. Semua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari

    cetakan yang akan diisi beton. alitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecorannjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.

    engecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari,ibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan enggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilaiump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubang-bang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bondinggent.

    enundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan enurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudahrlaksana sebelum beton siap dicor.

  • Pelaksanaan IV-6

    4.4 PERALATAN PENGECORAN a. Agitator Truck

    Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix,

    dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting, berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas)

    Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki

    Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah aus sebesar 25 mm dari design pabriknya

    Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan agregat.

    Dibawah ini diuraikan kapasitas dan spesifikasi rata-rata dari beberapa agitator truck di pasaran: Kapasitas geometris drum : 8-14 m3Kapasitas pencampuran : 5-8 m3 Kecepatan putar drum : 0-18 rpm Tekanan water system : 2 bar Volume water tank : 400-600 liter Berat agitator truck kosong : 2800-3200 kg Kecepatan maksimum : 60 km/jam

    Satuan panjang: mm

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-7

    b. Concrete Pump Concrete pump diperlengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung

    jangkauan horisontalnya Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi

    tergantung juga pada spesifikasi pabrik) Diperlengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton

    mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom Spesifikasi rata-rata alat: Temperatur pengecoran optimal : -20 s.d +40 OC Jangkauan vertikal : 16-58 m Jangkauan horizontal : 13-53 m Kedalaman jangkauan : 8-42 m Tinggi alat dalam keadaan terlipat : 4.1-15.4 m

    pat

    Output : 48-154 m3/jam

    ang ara

    Tekanan dalam pipa : 71-130 bar

    ang

    Diameter pipa : 200x1400 280x2100 mm Stroke : 18-34 per menit

    WIKA BETONc. Tremie Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie da

    rigid maupun fleksibel Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton y

    mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan seclangsung melalui concrete pump

    Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus ymonolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi

  • Pelaksanaan IV-8

    d. Placing Boom Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan

    boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork struktur

    Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang dioperasikan dengan kabel remote control

    Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada apapun

    Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas

    Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom

    Syarat pengecoran dengan tremie: Diameter minimum 250 mm Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3 Slump berkisar 6-9 in Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hati-

    hati Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam

    jumlah yang cukup dan tepat waktu

    SpesJangBeraJuml

    WIKA BETONktaifikasi rata-rata alat: auan horizontal : 16-50 m

    alat : 4050-9650 kg h section dalam satu lengan : 4-5 buah

  • Pelaksanaan IV-9

    e. Internal Vibrator Pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah: Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan Hal penting yang perlu diperhatikan: udara terperangkap bergerak keatas

    dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0, 3 inch pada nilai slump 4-5 inch)

    Spesifikasi umum rata-rata dari beberapa vibrator, antara lain: Diameter head : 38-65 mm Panjang vibrator : 345-490 mm Berat : 2.2-9.2 kg Protective hose : 4-5 m Berat pengoperasian : 10.5-22.5 kg Diameter pemadatan efektif (tergantung konsistensi beton) : 50-120 cm Getaran : 11000-14000 VPM Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.

    Benar Salah

    dari radius penggetaran

    WIKA BETONInternal Vibrator dengan Generator

  • Pelaksanaan IV-10

    Vibrator tanpa Generator

    4.5 PENGECORAN Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang

    kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.

    Beton yang Tidak Boleh Digunakan

    a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain. b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang

    setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.

    Pedoman Umum

    a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.

    Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,

    karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-11

    b. Segregasi-Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau akibat pengaliran.

    c. Kontinu-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut

    harus dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan dan hindarkan terjadinya cold-joint.

    d. Kontrol posisi-Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar

    beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang diantara tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut cetakan tetapi tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta embedded material.

    e. Kecepatan pengecoran-Untuk menghindari tekanan yang berlebihan

    pada bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak lebih dari 1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk mencegah retak-retak, interval antara pengecoran slab, balok, dan girder dengan pengecoran kolom dan dinding yang mendukungnya minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah 24 jam.

    Cold-joint f. Siar Pelaksanaan-Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan

    harus dibuat sesuai Subbab 8.4 SNI 03-2847-2002 g. Pengecoran berlapis-setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm

    dengan satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi, ukuran bekisting dan jumlah tulangan) dan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah terjadinya lubang-lubang (sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera harus dituang sebelum lapisan sebelumnya mengalami pengikatan awal.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-12

    Hindarkan terjadinya over vibrate saat pemadatan lapisan, karena akan

    menyebabkan segregasi dan permukaan yang lemah.

    h. Tinggi jatuh maksimum-Jika menggunakan concrete pump, pengecoran langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta dorong, pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan ketinggian maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah terjadinya lubang-lubang pada beton yang dihasilkan.

    Teknik Pengecoran (lihat Gambar 4.1) a. Pengecoran dinding

    o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.

    o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat permukaan yang rata dan bersih.

    o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada poin 4.3.h

    b. Site datar

    o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).

    o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan segregasi.

    c. Site miring/dengan slope tertentu

    o Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan campuran yang lebih kental lebih dianjurkan.

    o Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk menghemat waktu, energi dan kenyamanan

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-13

    Benar Salah 4. Pengecoran Beton pada Site Miring

    Benar Salah 2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas

    Bekisting Dinding

    Benar Salah 1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah

    Bekisting Dinding

    Benar Salah 3. Pengecoran Beton pada Site Datar

    Gambar 4.1 Teknik Pengecoran

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-14

    Pengecoran pada temperatur udara tinggi: Jika temperatur harian >35o Celcius , maka diusahakan pengecoran dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses pencampuran, seperti : z Pendinginan material dengan siraman air z Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari,

    misalnya dengan menggunakan tenda z Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap

    panas) z Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau

    air chiller z Menyemprot acuan/bekisting dengan air z Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar

    matahari

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-15

    4.6 PEMADATAN/COMPACTING

    Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya, durabilitasnya dan homogenitasnya.

    Kapan Pemadatan Dapat Dimulai? Segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis (workable) Pedoman Umum a. Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop,

    tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk ke celah-celah tulangan.

    b. Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan

    embedded material. c. Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya

    gravitasi. Teknik Pemadatan a. Pemadatan manual

    o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan dibawahnya.

    o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan masuk kedalam beton.

    Ujung pipa: sambungan dan rata

    Gambar 4.2 Pemadatan Manual

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-16

    Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi: o Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan

    mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual o Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari

    5 inchi. o Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting b. Pemadatan mekanis (Internal Vibrator)

    o Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut tergantung pada nilai slump-nya.

    o Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat gravitasi kedalam beton.

    o Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor, tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya (yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya ikatan yang baik antar lapisan.

    o Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai nampak disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik 30 detik.

    o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat turun kedalam adukan beton secara gravitasional.

    Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator

    Diameter Getaran Minimal (RPM)

    > 80mm 8.000 < 80 mm 12.000

    Sebelum Pemadatan Setelah Pemadatan

    Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-17

    4.7 FINISHING

    Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan

    efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu, finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan screeding untuk memperbaiki kontur.

    Macam Finishing:

    a. Screeding b. Hand Tamping c. Floating d. Edging e. Trowelling f. Brooming g. Grinding h. Sack-Rubbed Finish i. Exposed Aggregate Finish

    Kapan Finishing Dapat Dimulai? Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit bekas pada permukaannya.

    a. SCREEDING

    Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada pengecoran slab, trotoar atau jalan.

    a. Screeding Manual Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung. Teknik sceed yang baik: o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan

    beton seperti gerakan menggergaji o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi

    disepanjang bekisting o Jika screed mencongkel permukaan beton, (yang mungkin

    terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket) kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah screed dengan logam

    o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang permukaan beton yang bergelombang akibat screeding sebelumnya

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-18

    b. Screeding Mekanis Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah. Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar, finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding dengan alat ini adalah: o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan

    beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian dibawah screed beam

    o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua ujungnya

    o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali

    Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara ini adalah 200 ft2/jam

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-19

    Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan

    pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton atau saat mix desain gunakan bahan aditif air entraining.

    b. HAND TAMPING Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton

    menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung dilanjutkan dengan floating.

    Dapat digunakan untuk:

    Pinggiran kolam, driveways, patio, entry dan courtyard

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-20

    Gambar 4.5 Alat Hand Tamping

    c. FLOATING Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang

    diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus.

    Kapan Floating Dapat Dilakukan? Segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton, untuk mencegah retak dan pengelupasan beton

    Raskam Kayu & Magnesium Alat Float Bertangkai

    Gambar 4.6 Floating

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-21

    Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan mengelupas saat penggunaan.

    d. EDGING

    Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.

    Gambar 4.7 Edger

    Kapan Edging Dapat Dilakukan? Dimulai saat kilau air mulai menghilang dari permukaan.

    e. TROWELLING Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton

    setelah proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-22

    a. Trowel Baja

    o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan secara datar dengan beton

    o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan beton

    o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya

    Gambar 4.8 Trowel Baja

    b. Trowel Mekanis

    Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya, jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh pabriknya.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-23

    f. BROOMING Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat

    diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya. Dilakukan setelah floating.

    Hasil Brooming Motif Geometris Hasil Brooming Motif Persegi Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone

    bahkan lingkaran

    o Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan sikat halus setelah satu kali trowelling

    o Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.

    o Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

    Hasil Brooming motif Lengkung

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-24

    g. GRINDING Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah

    permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya partikel agregat.

    o Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan dengan menyikat dan membilas dengan air

    o Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian grain-carborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.

    o Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan penyiraman air secara keseluruhan.

    h. SACK RUBBED FINISHING

    (untuk Lantai Beton) Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton

    yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak perlu dilakukan rubbing lagi.

    o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu

    Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak akan tertarik keluar

    o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing

    akhir o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan

    harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton disiapkan untuk dirawat

    o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan permukaan beton.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-25

    i. EXPOSED AGGREGATE FINISHING

    Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural

    4 Me

    terpe

    Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material finishing Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas dengan air

    Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

    .7 PERAWATAN

    rawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu tentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara rlahan-lahan namun efektif.

    Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak)

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-26

    Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni Basah

    Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).

    Keuntungan a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,

    sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam. c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

    Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Gambar 4.9 menunjukkan bagaimana perawatan mempengaruhi kuat tekan beton.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-27

    Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi

    Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof

    Metode Dasar Curing

    a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah: o Penyiraman o Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah,

    karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah adalah yang paling banyak digunakan. Caranya: o Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin

    setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan o Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan o Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan

    dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau merendam beton secara keseluruhan didalam air.

    Cara ini dapat dilihat pada Gambar 4.10

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-28

    b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing

    Metode ini terdiri dari beberapa cara: o Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan

    untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton. Caranya: Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang

    halus Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara

    keseluruhan Biarkan di tempat selama masa perawatan Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan di-finishing menggunakan trowel baja.

    o Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membran forming compounds) Sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah digunakan. Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika ingin ikatan tersebut terbentuk.

    WIKA BETON

  • Pelaksanaan IV-29

    Tabel 4.3 Metode Curing Metode Keuntungan Kerugian

    Penyiraman air atau penutupan dengan goni basah

    Hasil yang sempurna jika dapat menjaga pengairan secara konstan

    Memungkinkan mengering saat jeda penyiraman, kesulitan penerapan pada dinding vertikal, volume air yang dibutuhkan besar

    Penutupan dengan jerami

    Berperan sebagai insulator saat musim dingin

    Dapat mengering, terbang tertiup angin atau terbakar

    Moist earth/ditutup dengan tanah basah

    Murah tapi berantakan dan kotor

    Meninggalkan noda pada beton, dapat mengering dan kesulitan pembersihan

    Dibiarkan saja pada permukaan yang datar

    Hasil yang sempurna, menjaga suhu yang seragam

    Tidak bisa dilakukan pada cuaca yang dingin atau terlalu panas

    Curing compound

    Mudah dan murah Penutupan yang tidak sempuna menyebabkan pengeringan, film dapat sobek maupun meninggalkan noda sebelum proses perawatan selesai dan dapat menyebabkan suhu didalam beton menjadi terlalu panas

    Lapisan Waterproof

    Perlindungan sempurna dan mencegah pengeringan

    Mahal, harus tetap dalam bentuk gulungan dan permasalahan penyimpanan serta pemakaian

    Plastik film Kedap air absolut, perlindungan sempurna, ringan dan mudah dipakai ba