5 Riset Kupang

58
LAPORAN PENELITIAN KONDISI ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS) KABUPATEN KUPANG Peneliti: Marselina Gallu Herman Yosef Darius Tome Kelen Nor Hiqmah 2009

Transcript of 5 Riset Kupang

Page 1: 5 Riset Kupang

LAPORAN PENELITIANKONDISI ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS)

KABUPATEN KUPANG

Peneliti:Marselina Gallu

Herman Yosef Darius Tome Kelen Nor Hiqmah

2009

Page 2: 5 Riset Kupang

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

ADD : Alokasi Dana Desa

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Askeskin : Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin

BBM : Bahan Bakar Minyak

Bengkel Appek :Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

BPDAS : Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai

BPMD : Badan Permusyawaratan Masyarakat Desa

CIS : Center for IDP's Service

DAK : Dana Alokasi Khusus

DAU : Dana Alokasi Umum

Depnaker : Departemen Tenaga Kerja

Depnakertrans : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dishut : Dinas kehutanan

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

FGD : Focus Group Discussion

FKKM : Forum Kerjasama Kehutanan Masyaraka

FKPAM : Forum Komunikasi Pembangunan Atoin Meto

Forpa : Forum Organisasi Peduli AIDS

GAMKI : Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia

Gapensi : Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia

GMIT : Gereja Masehi Injil di Timor

GMNI : Gerakan Manasiswa Nasional Indonesia

GNRHL : Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Golkar : Golongan Karya

Increase : Institute of Cross-Timor Economic and Social Development

Jagat : Jaringan Masyarakat Adat

Jarpuk : Jaringan Perempuan Usaha Kecil

JKPIT : Jaringan Kesehatan Perempuan Indonesia Timur

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 1

Page 3: 5 Riset Kupang

JPPR : Jaringan Pemantau Pemilu Rakyat

KAK : Keuskupan Agung Kupang

KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kesbanglinmas : Kesejateraan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat

Kespro : Kesehatan Reproduksi

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KPMNT : Konsorsium Pembangunan Masyarakat Nusa Tenggara

KPMNT : Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara

KUB : Kelompok Umat Basis

KWT : Kelompok Wanita Tani

LAP Timoris : Lembaga Advokasi dan Penelitian

LBH : Lembaga Bantuan Hukum

LBH Pena : Lembaga Bantuan Hukum Perempuan dan Anak

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MCK : Mandi Cuci Kakus

NA : Nasyiatul Aisyiah

NTT : Nusa Tenggara Timur

NU : Nahdatul Ulama

ODHA : Orang Dengan HIV AIDS

OKP : Organisasi Kepemudaan

OMS : Organisasi Masyarakat Sipil

P3A : Petani Pengguna Pemakai Air

PBSD : Partai Buruh Sosial Demokrat

PD : Partai Demokrat

PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

PDS : Partai Demokrasi Sejahtera

Pemda : Pemerintah Daerah

Pemdes : Pemerintah Desa

PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia

PIAR : Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat

PIKUL : Penguatan Institusi Kapasitas Lokal

PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

PKK : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

PLTS : Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 2

Page 4: 5 Riset Kupang

PMPB : Perkumpulan Masyarakat Penanganan Bencana

PMS : Penyakit Menular Seksual

PMT : Pemberian Makanan Tambahan

PNS : Pengawai negeri Sipil

Polda : Kepolisian Daerah

POT : Persehatian Orang Timor

PP : Peraturan Pemerintah

PPB : Partai Persatuan Bangsa

PPD : Partai Persatuan Daerah

PPIB : Partai Perjuangan Indonesia Baru

PPP : Partai Persatuan Pembangunan

PSDA : Pengelolaan Sumber Daya Alam

PSK : Pekerja Seksual Komersil

Pusham : Pusat Studi Hak Asasi Manusia

Raskin : Beras untuk Rakyat Miskin

RT : Rumah Tangga

RTM : Rumah Tangga Miskin

Sanlima : Lembaga Peduli Sesama

SDM Kupang : Studio Driya Media Kupang

SPP : Sumbangan Pembinaan Pendidikan

SSP : Sanggar Suara Perempuan

TKI : Tenaga kerja Indonesia

TKPLD : Tata Kepemerintahan Lokal yang Demokratis

Unika : Universitas Katolik

Unkris : Universitas Kristen

WC : Water Closet

Yabiku : Yayasan Amnaut Bife "Kuan"

YAO : Yayasan Alfa Omega

Yaprita : Yayasan Panggilan Pertiwi untuk Keadilan

Yasmara : Yayasan Masyarakat Sejahtera

Yaspeling : Yayasan Peduli Lingkungan

Yaspurka : Yayasan Purnama Kasih

YPI : Yayasan Peduli Indonesia

YPPL : Yayasan Pengembangan Pesisir dan Laut

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 3

Page 5: 5 Riset Kupang

YTB : Yayasan Tanpa BatasLAPORAN PENELITIAN KONDISI ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL

DI KABUPATEN KUPANG - NTT1

A. PENDAHULUAN

Kabupaten Kupang secara geografis terletak antara 9o19 - 10o57 LS dan antara 121o30-124o11 BT. Kabupaten Kupang ini sebelah utara berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Luas wilayah Kabupaten Kupang 7.178, 26 Km2. Kabupaten Kupang terdiri atas 23 kecamatan, 182 desa, dan 17 kelurahan.

Jumlah penduduk di Kabupaten Kupang pada tahun 2006 sebanyak 362.790 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 62 jiwa/km2. Secara keseluruhan penduduk laki-laki (185.379 jiwa) lebih banyak dari penduduk perempuan (177.411 jiwa). Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kupang dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 5,46 persen. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kupang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, namun saat ini faktor perpindahan penduduk juga mempunyai pengaruh yang cukup besar.

Sementara itu persoalan kemiskinan (materi) dihadapi oleh sebagian besar penduduk di Kabupaten Kupang. Dari total 73.377 Rumah Tangga (RT) pada tahun 2003, 69% (50,539) adalah Rumah Tangga Miskin (RTM). Kemudian pada tahun 2005 kondisi ini memburuk yang terlihat dari peningkatan jumlah RTM sebesar 13% menjadi 81%, terdapat 65.466 RTM dari total 80.150 RT, tahun 2006 angka kemiskinan adalah sebesar 33,84 %, pada tahun ini Kabupaten Kupang menempati urutan ke delapan kabupaten termiskin dari 20 kabupaten di NTT. Mata pencahariaan masyarakat Kabupaten Kupang pada umumnya adalah petani lalu nelayan, PNS dan pegawai swasta, buruh dan wirasawasta.

APBD Kabupaten Kupang tahun 2006 berjumlah Rp. 418.354.623.121,70 sedangkan dana yang terealisasi sebesar Rp. 318.889.148.715,00 (sumber: Bagian Keuangan Setda Kabupaten Kupang)

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Kupang hasil pemilihan umum tahun 2004 sebanyak 35 orang. Bila dilihat komposisinya, jumlah anggota DPRD Kabupaten Kupang dari 35 anggota yang dipilih, 14 kursi (40%) berasal dari Partai Golkar, 7 kursi (20%) PDIP, 4 kursi (11,43 %) PDS, 3 kursi (8,57%) PD, 2 kursi (5,71%) masing masing dari PPB dan PPD, 1 kursi (2,86%) masing masing dari PBSD, PPP dan PPIB.

1 Peneliti: Herman Yosef Darius Tome Kelen, Marselina Gallu, Nor Hiqmah

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 4

Page 6: 5 Riset Kupang

B. PEMETAAN MASYARAKAT SIPIL

Berdasarkan hasil FGD OMS Kabupaten Kupang didapatkan bahwa OMS yang berada di Kabupaten Kupang antara lain bergerak di bidang :

Pemberdayaan perempuan, hak-hak anak dan hak-hak atas pendidikan, juga hak para pengungsi (eks Timor-Timur)

Pengelolaan lingkungan dan ketahanan pangan

Advokasi kebijakan

Perdagangan perempuan

Bantuan hukum terhadap kasus hak-hak atas tanah dan hak-hak masyarakat adapt

Tata pemerintahan lokal yang demokratis meliputi :

- Perlindungan hak-hak dasar

- Kesetaraan gender

- Penguatan pemerintah desa

- Pemantaua korupsi

- Partisispasi politik perempuan

Identifikasi OMS dan Konstituen

Menurut peserta FGD OMS, ada 6 (enam) kategori OMS di Kabupaten Kupang yaitu: organisasi keagamaan (7), kelompok gerakan sosial (24), forum/jaringan/koalisi/perkumpulan (3), kelompok tradisional berbasiskan suku dan etnis dan (2), organisasi berbasis anggota seperti organisasi profesi, kelompok representasional (kelompok sosial-budaya dan kelompok swadaya) (5) dan organisasi kepemudaan (3).

Tabel 1: Identifikasi Kategori OMS Kabupaten KupangKategori OMS Nama OMS1. Organisasi Keagamaan 1. Sinode GMIT

2. Keuskupan Agung Kupang3. Komisi Advokasi & Hukum GMIT4. Justice and Peace KAK5. Fatayat NU6. Nasyiatul Aisyah7. KUB

2. Kelompok Gerakan Sosial (LSM/Yayasan)

1. Increase2. PIKUL3. LBH Yustisia4. Yaspeling

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 5

Page 7: 5 Riset Kupang

5. PIAR NTT6. YPPL7. YAO8. Rumah Perempuan9. CIS Timor10. YASMARA11. LAP Timoris12. SDM Kupang13. Yahima14. Bengkel Appek15. PMPB16. Sandiana17. Kelompok Feotnaen18. YTB19. DFI20. Sanlima21. Yaprita22. LBH Pena23. Yaspurka24. PKBI

3. Forum/Koalisi/Jaringan/ Per-kumpulan

1. Jarpuk (Jaringan Perempuan Usaha Kecil)2. Jaringan Feto Mone3. Gapoktan (Gabungan Kredit Kelompok Tani)

Yang sifatnya merupakan jaringan yang tidak permanen antara lain; Blok Politik Masyarakat Sipil NTT untuk menolak tambang emas di

Sumba dan untuk mengkampanyekan politisi busuk saat menjelang pemilu

Forum Kemanusiaan Timor Barat beranggotakan CIS Timor, YPI, Yabiku, PIKUL, PMPB, Media Lokal dll,

Aliansi Anti Korupsi NTT beranggotakan Rumah Perempuan, PIAR, CIS, OKP, Media

Jaringan Anti Kemiskinan NTT beranggotakan Bengkel Appek, YAO, PIAR, Rumah Perempuan, Universitas PGRI, SEMA Unika, Unkris

KPMNT: Konsorsium Pembangunan Masyarakat Nusa Tenggara beranggotakan Yasmara, YAO, LAP Timoris, SDM, Tananua, PSDA

Forum DAS NTT: (LSM: Pemda) Forum Flobamora: Yahima, Sanlima, Yaspeling, BDS – INA

Indonesia, Tukelakang, Gema Galgani) Jaringan Masyarakat Adat NTT difasilitasi oleh PIAR NTT. Asosiasi Pemdes dan BPD Kabupaten Kupang WALHI NTT (PIAR, Sanlima, Rumah Perempuan, Justicia, YAO, dll) Jaringan INA Indonesia Timur beranggotakan Rumah Perempuan

merupakan anggota jaringan di tingkat nasional. Forum Perlindungan Pekerja Terburuk NTT (Yahima,

Depnakertrans NTT, Polda NTT, Depnaker Kabupanten Kupang dan TTS, Pusham Undana.

FKKM (Forum Kerjasama Kehutanan Masyarakat) dengan anggota : LAP Timoris, KPMNT, SDM Kupang, Dishut, Pemda)

JKPIT (Jaringan Kesehatan Perempuan Indonesia Timur). Rumah Pe-rempuan, PIAR, YAO, PIKUL, Yaprita, LBH Yusticia)

4. Kelompok Tradisional berbasiskan Suku dan Etnis

1 POT2 FKPAM

5. Asosiasi berbasis anggota (Organisasi Profesi, kelompok representasional: kelompok sosial-budaya: dan kelompok

1. Assosiasi Pemdes2. Asosiasi BPD3. Gapensi4. PGRI

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 6

Page 8: 5 Riset Kupang

swadaya 5. Persatuan Ojek6. Organisasi Kepemudaan 1. GMNI

2. GAMKI3. Pemuda Muhammadiyah.

Secara umum, konstituen yang diwakili OMS di Kabupaten Kupang adalah:1. Perempuan 2. Pemuda (muslim, kristen dan katolik)3. Remaja4. Masyarakat umum5. Kaum miskin6. Korban KDRT7. Korban Trafficking8. Korban pelanggaran HAM9. PSK10. ODHA11. Guru12. Petani13. Aparat desa14. Masyarakat adat15. Masyarakat se-suku16. Pengusaha17. Tukang ojek18. Anak jalanan

Tabel berikut menunjukkan OMS di Kabupaten Kupang dengan kelompok dampingan, bidang kerja, dan aktivitas yang dilakukan sebagaimana dihimpun dari hasil FGD.

Tabel 2: OMS Kabupaten Kupang dengan kelompok dampingan dan wilayah dampingan serta bidang kerjanya.

NAMA OMS DAMPINGAN(KELOMPOK SASARAN)

WILAYAH DAMPINGAN

BIDANG KERJA AKTIVITAS

Increase OMS, masyarakat Kab. Kupang Penguatan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat

Pelatihan Pendampingan

masyarakat

GMNINasyiatul Aisyiah

Remaja mesjid, majelis taklim

Manikin, Tarus, Baubau, Naibonat

Pendidikan (pemberantasan buta aksara)

Keagamaan

Diskusi Mengajar

PMPB NTT Masyarakat umum dan pemerintah

desa mata air kecamatan Kupang Timur

Desa Muka, Kecamatan Amani, Oefeto Timur

Desa Oeniko Kecamatan

Pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat

Pemantauan pangan dan penghidupan

wawancara diskusi kampung pelayanan kesehatan pelayanan makanan

tambahan FGD

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 7

Page 9: 5 Riset Kupang

Amani Oefeto Timur

Bengkel Appek Perempuan miskin desa,aparat pemerintah desa, aparat pemerintah supra desa (kabupaten – eksekutif dan DPRD)

Kota Kupang (Kecamatan Maulafa dan Kec. Alak)Kab. Kupang di Kecamata Kupang Timur dan Pakunese)

Advokasi, pemberdayaan, litbang

Advokasi: Pembuatan

peraturan tentang delegasi dan desentralisasi keuangan dan fiskal desa di Kabupaten Kupang

Penyusunan peraturan walikota tentang pedoman dengar pendapat publik dalam proses penyusunan kebijakan dan pelayanan publik di Kota Kupang

Pemberdayaan Diskusi kampung Pendidikan politik

bagi perempuan Penguatan ekonomi

melalui bantuan usaha bagi perempuan usaha kecil

Litbang Lesson learning

pilkada Kota Kupang yang responsif gender

Penelitian ttg potensi konflik di Kota Kupang

Penyusunan P3MD Plus Kab. TTS dan Belu

SDM Kupang Masyarakat umum Mitranya Yasmara dan VECO (Kabupaten Kupang)

Media dan diseminasi informasi

Mebuat poster leaflet, buku, dsb serta mendiseminasikan informasi ttg kegiatan mitra di bidang PSDA

Lap Timoris Masyarakat umum Kelurahan Buraen, Kabupaten Kupang

Advokasi masyarakat pembangunan Radar

Pemantauan HAM Invetigasi

testimoni pelanggaran HAM

Pengembangan simpul demokrasi

Diskusi kampung Seminar Membangun jejaring Pengumpulan data Penyebaran

informasi Pendidikan

demokrasi

Yahima Masyarakat miskin Kecamatan Sulamu Kesehatan (KIA, Pos gisi, PMT, peminat

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 8

Page 10: 5 Riset Kupang

(Desa Bipoli, Oeteta, Pariti, Pitay, Sulamu dan Pantulan)Kec. Fatuleu (Desa Oebola, Sillu, Desa Ekateta)

Kespro, kesling, PMT, PMS, Gizi, dll)

Pendidikan anak putus sekolah

KIA, pemberdayaan

Yasmara Kota Kupang, Kabupaten Kupang (Kecamatan Amabi, Oemofa, Amarasi)

Kesehatan, KIA, Kespro, PMS, HIV/AIDSPertanian

FGD, pendampingan masyarakat umum

Cis Timor Eks pengungsi Tim-tim dan warga lokal yang terkena dampak

Noelbaki, Oebelo, Tuapuka, Naibonat, Marusak, Raknamo

Desiminasi informasi, air bersih, Paud, pendampingan, peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi

Diskusi komunitas, distribusi alat, paud, training masyarakat, newsletter

Rumah perempuan

Perempuan dan anak Desa Oelnasi, Desa Oelbaki, Desa Tuapuka Desa Penfui Timur

Kesehatan, pendidikan non formal, politik, ekonomi

Diskusi kampung, FGD, sosialisasi, lokakarya, pelatihan, kampanye advokasi

Fatayat NU Perempuan & Anak Sulamu, Tuapukan Kesehatan dan pendidikan

Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil, dan Ibu-Ibu RT

Khitanan dan nikah masal

Beasiswa, TPQYAO Masyarakat umum Kab. Kupang Kesehatan

Ketahanan pangan, PMT, Jarpuk

Pelatihan dan wawancara

Diskusi kampung Pemberian kredit

pangan dan dana usaha kecil

Pembangunan sanitasi

Distribusi bantuan

GMNI Cab Kupang

Desa Naioni, Desa Otan

Bidang pendidikan

Advokasi Kesehatan Kaderisasi

organisasi Politik dan

pergerakan

Pengajaran dan bimbingan pada anak sekolah

Penyuluhan kesehatan di desa dampingan

Penelitian

Pemuda Muhamma diyah

Pendidikan, Kesehatan

Membangun klinik di Kota Kupang

Membentuk Paud Masuk dalam

anggota JPPRJarpuk Desa Babau,

Kecamatan Kupang Timur.

Desa Oemasi Kecamatan Nekamese

Pengembangan usaha produktif

Diskusi kelompok Penguatan

kelembagaan perempuan

Peningkatan SDM perempuan

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 9

Page 11: 5 Riset Kupang

Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah.

PIKUL OMS, masyarakat umum

Wilayah dampingan PMPB

Pangan Air Kesehatan Energi Bencana

Advokasi FGD Riset Training Diskusi kelompok Dampingan Membangun jaringan

Kelompok koperasi Feotnae

Binilaka, Oesiloa, Kaniti, Manuat, Oeltua, Nasipanaf

Pendidikan politik dan demokrasi

Ekonomi kerakyatan

Sosial kemasyaraka-tan

Diskusi kampung Pelatihan Seminar

Selain OMS yang telah disebutkan di atas ada juga LSM yang gendar untuk advokasi seperti YPPL, PIAR NTT, Komisi Advokasi dan Hukum GMIT, Yaspeling, Sandiana, dan LBH Yustisia.

Peng aruh OMS di Kabupaten Kupang

Kekuatan pengaruh OMS di Kabupaten Kupang dilihat dari kriteria berikut:1. Keaktifan dalam isu-isu yang berkembang di kabupaten2. Besarnya keanggotaan/kelompok dampingan3. Sumberdaya keuangan4. Keluasan jaringan pada tingkat desa, kabupaten, propinsi dan/atau nasional

Menurut para peserta FGD, berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas, ada 2 OMS berbasis keagamaan dan 2 OMS berbasis gerakan sosial yang masuk dalam kategori sangat berpengaruh yakni Keuskupan Agung Kupang, Sinode GMIT, PIKUL dan YAO. Organisasi gerakan sosial lainnya masuk dalam kategori berpengaruh dan agak berpengaruh. Sedangkan OMS yang dikategorikan kurang berpengaruh pada umumnya adalah organisasi profesi dan beberapa organisasi gerakan sosial.

Tabel 3: Identifikasi OMS di Kabupaten Kupang berdasakan tingkat pengaruh.Sangat

berpengaruhBerpengaruh Agak

berpengaruhKurang berpengaruh

Keuskupan Agung Kupang

Kel. Fetnain (koperasi perempuan)

POT GMNI

PIKUL Jaringan Feto Mone (trafiking, KDRT)

FKPAM (Forum Komunikasi Pemberdayaan Atoin Meto)

Asosiasi Pemdes (advokasi anggaran dan kebijakan pro rakyat, aparat pemdes se-kabupaten.

GMIT GAMKI KUB (Kelompok Umat Basis)

Asosiasi BPD

YAO YTB Kredit Kelompok Tani (Gapoktan)

Usaha bersama simpan pinjam

Jaringan Perempuan Usaha Kecil (Jarpuk)

DFI Gapensi

YPPL Sanlima LBH Yustisia

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 10

Page 12: 5 Riset Kupang

PIAR-NTT Yaspeling PGRIBengkel Appek Yahima Persatuan OjekFatayat NU LBH Pena YapritaNasyatul Aisiah SandianaSDMCIS TimorYaspurkaPMPBPKBIJustice and peace KAKIncreaseRumah perempuanLap TimorisYasmara

Peta Relasi OMS di Kabupaten KUPANGIdentifikasi kedekatan relasi di antara OMS di Kabupaten Kupang dilihat berdasarkan kriteria berikut:1. Apakah melakukan kerjasama?2. Melakukan diskusi-diskusi di kabupaten3. Apakah sudah/belum saling kenal?4. Apakah mereka saling berkomunikasi untuk isu yang tidak terkait program atau isu yang

tidak berkembang di kabupaten

Kedekatan hubungan di antara OMS dikategorikan dalam 3 kriteria, yaitu ”sangat dekat”, ”dekat” dan ”jauh”. Selain mengidentifikasi kedekatan hubungan antar OMS, para peserta FGD juga berhasil mengidentifikasi siapa saja OMS yang memegang kendali/penggerak/simpul komunikasi atas OMS yang lain berdasarkan peta relasi yang telah dibuat bersama.

Dari kategori relasi ”sangat dekat” dengan pemegang kendali/penggerak/simpul komunikasi OMS adalah:

1. Keuskupan Agung Kupang sangat dekat dengan KUB, DFI dan Justice and Peace KAK2. Sinode GMIT sangat dengan dengan CIS Timor, GAMKI, YAO, Rumah Perempuan, PIAR.3. PIKUL sangat dekat dengan CIS Timor, Rumah Perempuan, PMPB, Sanlima, Bengkel

Appek, PIAR.

Dari kategori relasi ”dekat”, dengan pemegang kendali/penggerak/simpul komunikasi adalah:

1. PKBI2. Yasmara3. Sanlima4. YPPL5. Assosiasi BPD6. YTB

Dasar relasi antar OMS tersebut di atas adalah kesamaan program dan isu, kesamaan komitment, struktur hierarki, kesamaan sumber dana dan kedekatan emosional karena pertemanan.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 11

Page 13: 5 Riset Kupang

KUB, DFI dan Justice and Peace KAK sangat dekat dengan Keuskupan Agung Kupang karena ketiga OMS yang disebutkan terdahulu merupakan organisasi gereja yang ada dibawah payung Keuskupan Agung Kupang.

PIKUL sangat dekat dengan PMPB misalnya karena PIKUL merupakan lembaga donor yang membiayai kegiatan-kegiatan PMPB

PIKUL seringkali menjadi penggerak diskusi-disksui informal di kalangan OMS di Kabupaten Kupang.

Dari hasil pemetaan OMS, ditemukan bahwa kelompok rentan TKI dan buruh belum terwakili oleh OMS di Kupang. Beberapa alasan yang dikemukakan terkait dengan belum didampinginya kelompok rentan tersebut adalah: OMS di Kabupaten Kupang sudah memiliki fokus program. Walaupun demikian ada

beberapa OMS yang coba menangani persoalan ini kalau muncul (kasuistik) Keterbatasan dana.

Identifikasi posisi OMS terhadap agenda perubahan utama kabupaten

Dari hasil pemeteaan masyarakat sipil di Kabupaten Kupang, beberapa OMS yang teridentifikasi dalam agenda perubahan utama kabupaten untuk program Tata Kepemerintahan Lokal yang Demokratis (TKPLD) yakni PIAR NTT Bengkel Appek Rumah Perempuan

YPPL PIKUL Lap Timoris

Selain itu masih ada juga beberapa OMS lainnya yang berada pada lingkaran kedua, yang program kerjanya secara tidak langsung berkaitan dengan isu TKPLD. OMS tersebut adalah:1. PKBI2. SDM3. GMIT4. Kelompok Fetnain5. YAO6. Yahima7. PMPB8. Yaspurka9. GMNI10. CIS Timor

11. Sandiana12. Gamki13. Justice and Peace14. GMNI15. Asosiasi Pemdes16. Asosiasi BPD17. YTB18. KUB19. Keuskupan20. Jaringan Feto Mone

21. Yasmara22. Increase23. DFI24. NA25. Fatayat NU26. Jarpuk27. Usaha bersama

Simpan Pinjam28. Gapoktan29. LBH Pena

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 12

Page 14: 5 Riset Kupang

Gambar berikut menggambarkan posisi OMS di Kabupaten Kupang terhadap isu TKPLD.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 13

PIAR NTT

Bengkel Apek

Rumah Perempuan

YPPL

PIKUL

PKBI

GMIT

Lap Timoris

Kelompok Fetnain

YAO YahimaPMPB

Yaspurka

GMNI

Asosiasi BPD

CIS Timor

Sandiana

YTB

KUB

GAMKI

Justice and Peace

Keuskupan

Jaringan Feto Mone

Asosiasi Pemdes

Persatuan Orang Timor

Gapensi

LBH Pena

Gapoktan

JARPUK

Fatayat NU

Nahdatul Aisyah

Damien Friend Indonesia

Increase

Yasmara

Yaprita

Yaspeling

FKPAM

Persatuan Ojek

Sanlima

PGRILBH Justicia

YTB

Page 15: 5 Riset Kupang

C. ANALISIS MASYARAKAT SIPIL

1. STRUKTUR

Dimensi struktur menggambarkan dan menganalisis ukuran, kekuatan, semangat dan energi masyarakat sipil dalam hubungannya dengan sumberdaya manusia, organisasi dan ekonomi, subdimensinya meliputi (1) keluasan partisipasi warganegara, (2) kedalaman partisipasi warganegara, (3) keanekaragaman masyarakat sipil, (4) tingkat keorganisasian, (5) inter relasi dan (6) sumberdaya.

1.1 Keluasan Partisipasi WargaSubdimensi ini menganalisis keluasan partisipasi warganegara dalam berbagai bentuknya. Ada lima indikator yang dipergunakan untuk mengukurnya, masing-masing berupa aktivitas dalam: (1) Aksi politik non-partisan, (2) Menyumbang untuk amal, (3) keanggotaan OMS, (4) Kerja sukarela dan (5) Kegiatan/perilaku dalam masyarakat.

1.1.1. Aksi politik non-partisan. Di Kabupaten Kupang dalam studi komunitas mengungkapkan bahwa tidak semua masyarakat pada umumnya (yang menjadi sample studi) pernah melakukan aksi politik non partisan seperti menulis surat ke surat kabar, mendatangi DPRD untuk menyampaikan masalah mereka dan demonstrasi. FGD urban perempuan Desa Noelbaki, FGD rural perempuan Desa Kuaklalo serta FGD Urban Desa Baumata mengungkapkan bahwa masyarakat belum melakukan aksi politik non partisan karena belum ada organisasi/kelompok yang mendampingi mereka untuk melakukan aksi non partisan tersebut, baik untuk menulis surat ke surat kabar, maupun sekedar menandatangani petisi, dll. Namun pada FGD rural laki-laki di Desa Raknamo mengungkapkan bahwa masyarakat ada yang pernah melakukan aksi politik non partisan yakni mendatangi DPRD Kabupaten Kupang untuk mengadukan kasus pembagian dana BKS (Bantuan untuk warga eks Tim-tim) yang mereka tidak peroleh lagi setelah pindah ke daerah transmigrasi lokal. Dalam melakukan aksi mereka tersebut tidak ada pendampingan dari pihak lain.

1.1.2. Menyumbang untuk amal. Dari hasil studi komunitas mengungkapkan bahwa sumbangan amal sudah dilakukan oleh masyarakat baik dalam bentuk uang maupun barang. Pada masyarakat Desa Kuaklalo mengungkapkan bahwa selain sumbangan adat untuk belis, mereka juga mengumpulkan sumbangan untuk janda dan yatim piatu, bencana alam di Alor tahun 2004-2005, dan sumbangan untuk pembangunan gereja. Di Desa Noelbaki menyatakan bahwa mereka setiap bulan memberikan sumbangan amal ke gereja, dan sumbangan untuk masyarakat di lingungan mereka ketika dibutuhkan misalnya sumbangan kedukaan. Di Desa Raknamo masyarakat menyumbangkan lahannya untuk diolah olah warga baru (eks Tim-tim) tanpa minta bagi hasil. Di Desa Baumata masyarakat juga sudah memberikan sumbangan amal untuk pembangun gereja dan menyumbang bagi tetangga yang mengalami kesusahan

1.1.3. Keangotaan di OMS. Dari survai komunitas mengungkapkan bahwa masyarakat pada umumnya (yang menjadi sample penelitian) menjadi anggota salah satu OMS di daerahnya. Selain menjadi anggota organisasi keagamaan (gereja), masyarakat juga terlibat dalam kelompok organisasi lain. Di Desa Reknamo misalnya ada kelompok

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 14

Page 16: 5 Riset Kupang

perempuan untuk program pemberdayaan perempuan dengan aktivitas tenun dan dapur hidup yang merupakan dampingan dari CIS Timor, di Desa Reknamo ada kelompok PKK, kelompok tenun ikat, kelompok arisan, kelompok tani dan pempuan GMIT. Bukan cuma di Desa Raknamo, tapi di desa lain juga menyatakan kalau hampir semua masyarakat pernah terlibat dalam kelompok, masyarakat minimal terlibat dalam satu kelompok yang ada di lingkungannya.

1.1.4. Kerja Sukarela. Berdasarkan studi komunitas menunjukkan bahwa kerja sukerela sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Hal ini ditunjukkan misalnya dengan PIKUL kayu dari hutan untuk bangun kantor desa baru, membuat saluran pipa air bersih. Di Desa Kuakalo membangun kantor desa dan gereja. Dalam melakukan kerja sukareala atau membantu ini, masyarakat tidak menghubungkan dengan keyakinan/agama.

1.1.5. Kegiatan kolektif/bersama komunitas. Dari survei komunitas mengungkapkan bahwa warga masyarakat dalam tingkat RT/RW pernah melakukan pertemuan warga untuk membahas isu-isu yang muncul di dalam kehidupan lingkungan mereka. Di komunitas Desa Reknamo ada pertemuan satu tahun sekali membahas perencanan pembangunan di desa selain musrenbang, namun masyarakat ada yang terlibat dan ada yang tidak. Di Desa Kuaklalo ada pertemuan tingkat dusun tiap minggu, untuk pertemuan tingkat desa tiap bulan. Saat pertemuan tingkat RT, perempuan dilibatkan namun untuk tingkat desa hanya anggota tertentu yang dilibatkan. Di Desa Noelbaki ada pertemuan rutin antara warga dengan RT, dusun dan desa jika ada masalah tertentu untuk diselesaikan termasuk untuk membuat perencanan pembangunan. Masyarakat yang terlibat hanya yang diundang saja dari perwakilan masyarakat.

1.2 Kedalaman Partisipasi WargaSubdimensi ini akan melihat bentuk-bentuk partisipasi warganegara dalam kehidupan masyarakat sipil di Indonesia. Ada tiga indikator yang dipakai untuk mengukur partisipasi tersebut, yakni (1) sumbangan amal, (2) kerja sukarela, (3) keanggotaan dalam organisasi masyarakat sipil.

1.2.1. Sumbangan Amal. Dari hasil survai komunitas, masyarakat yang menjadi sample penelitian di Kabupaten Kupang ini pada umumnya sering memberikan sumbangan. Namun besarnya sumbangan dari komunitas tidak ada data yang pasti jumlahnya, karena setiap masyarakat tidak pernah menghitung jumlah atau besaran sumbangan yang diberikan. Hasil FGD di Desa Raknamo, Noelbaki, Kuaklalo dan Baumata menyatakan hal yang sama

1.2.2. Kerja sukarela. Dari survai yang sama mengungkapkan bahwa masyarakat tidak pernah mengitung berapa jam waktu yang diberikan masyarakat untuk kerja sukarela dalam sebulan. Berdasarkan hasil FGD di Desa Raknamo, Noelbaki, Kuaklalo dan Baumata mengungkapkan bahwa waktu yang dibutuhkan kerja sukarela ini kadang butuh waktu sepanjang hari sampai kerja tersebut selesai

1.2.3. Keanggotaan di OMS. Dari studi komunitas hasil FGD di Desa Raknamo mengungkapkan bahwa pada umumnya masyarakat desa menjadi anggota lebih dari satu OMS, di Desa Noelbaki, Desa Kuaklalo dan Baumata pun menunjukkan hal yang

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 15

Page 17: 5 Riset Kupang

sama. Keanggotaan masyarakat dalam OMS paling banyak di organisasi keagaman dan organisasi tani.

1.3. Keragamaan Arena MSSubdimensi ini menganalisis apakah semua kelompok-kelompok sosial ikut serta secara setara dalam masyarakat sipil. Apakah ada kelompok-kelompok yang mendominasi atau yang tidak diikutsertakan? Untuk ini ada tiga indikator yang dipakai, masing-masing (1) keanggotaan OMS, (2) kepemimipinana OMS dan (3) penyebaran OMS.

1.3.1. Keanekaragaman OMS. Berdasarkan stakeholder studi maupun studi komunitas, keterwakilan kelompok sosial (perempuan, masyarakat miskin, kaum minoritas) dalam keanggotan OMS ada di wilayah tertentu dan kelompok tertentu saja. Untuk kelembaagaan kelompok perempuan di LSM masih dipimpin oleh elit menengahnya seperti pada jaringan politik perempuan. Namun di tingkat basis secara kelembagaan LSM punya kelompok dampingan, dan membuat kelompok-kelopok (perempuan masyarakat miskin, kaum minoritas) yang dipimpin langsung oleh perempuan, masyarakat miskin dari komunitas/kelompok tersebut. Ada upaya dari OMS untuk memperkuat posisi kelompok-kelompok sosial ini. Seperti Rumah Perempuan yang berupaya untuk memperkuat posisi perempuan, PIAR untuk memperkuat masyarakat miskin dll.

1.3.2. Kepemimpinan OMS. Dari studi yang sama, keanekaragaman dan keterwakilan kepemimpinan OMS di Kabupaten Kupang memberikan ruang pada perempuan untuk memimpin. Bahkan kebanyakan LSM di Kabupaten Kupang dipimpin oleh perempuan seperti PIAR, Yayasan Alfa Omega, Rumah Perempuan. Di tingkat komunitas, kepemimpinan banyak diambil dari komunitas tersebut. Bila kelompok perempuan dipimpin oleh perempuan, namun ketika itu bukan organisasi perempuan, nampaknya masih sulit untuk perempuan dapat memimpin di organisasi komunitas tersebut.

1.3.3. Distribusi OMS. Dari stakeholder survai mengungkapkan bahwa penyebaran wilayah dampingan OMS belum merata di Kabupaten Kupang ini. Wilayah Amfoang, Pulau Semau dan Sabu belum tersentuh karena sangat sulit dijangkau. Pendekatan OMS adalah pendekatan isu. Dari berbagai informasi yang dikumpulkan ada desa-desa yang belum didampingi oleh OMS seperti Desa Oemoro Kecamatan Amarasi Timur, Desa Bokong. Daerah pedalaman kebanyakan belum didampingi, meskipun ada juga LSM yang berusaha untuk mendampingi wilayah pedalaman seperti LSM Tukalakang pernah melakukan pendampingi di wilayah pedalaman petani, PIAR mendampingi wilayah Takari, Rumah Perempuan mendampingi Oenase dan Kecamatan Amarasi Barat.

1.4. Tingkat OrganisasiSubdimensi ini menguraikan dan menganalisis antara lain sejauhmana masyarakat sipil Indonesia diorganisir dengan baik serta prasarana dan sarana apa saja yang tersedia untuk pertumbuhan dan kemajuan OMS. Ada lima isu yang digunakan sebagai indikator. Kelima indikator tersebut terdiri dari: (1) keberadaan organisasi induk/payung, (2) efektivitas organisasi payung, (3) upaya masyarakat sipil dalam mengatur dirinya sendiri, (4) dukungan prasarana dan sarana serta, (5) jaringan internasional.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 16

Page 18: 5 Riset Kupang

Keberadaan organisasi payung bagi OMS. Dari stakeholder studi ditemukan bahwa ada organisasi payung di Kabupaten Kupang tapi bersifat nasional seperti Jarpuk yang di tingkat nasional memiliki payung/induk Aspuk, dan Forpa (Forum Organisasi Peduli AIDS). Selain itu, OMS Kabupaten Kupang juga sering membentuk jaringan yang bersifat non permanen untuk merespons isu tertentu yang diadvokasi bersama. Seperti: 1) Blok Politik Masyarakat Sipil NTT untuk menolak tambang emas di Sumba

dan untuk mengkampanyekan politisi busuk saat menjelang pemilu 2) Forum Kemanusiaan Timor Barat beranggotakan CIS Timor, YPI, Yabiku,

PIKUL, PMPB, Media Lokal dll,3) Aliansi Anti Korupsi NTT beranggotakan Rumah Perempuan, PIAR, CIS, OKP,

Media 4) Jaringan Anti Kemiskinan NTT beranggotakan Bengkel Appek, YAO, PIAR,

Rumah Perempuan, Universitas PGRI, SEMA Unika, Unkris5) KPMNT: Konsorsium Pembangunan Masyarakat Nusa Tenggara

beranggotakan Yasmara, YAO, Laptimoris, SDM, Tananua, PSDA6) Forum DAS NTT beranggotakan LSM dan Pemda7) Forum Flobamora: Yahima, Sanlima,Yaspeling, BDS – INA Indonesia,

Tukelakang, Gema Galgani.8) Jaringan Masyarakat Adat NTT difasilitasi oleh PIAR NTT.9) Asosiasi Pemdes dan BPD Kabupaten Kupang10) WALHI NTT beranggotakan PIAR, Sanlima, Rumah Perempuan, Justicia, Yao,

dll11) Jaringan INA Indonesia Timur beranggotakan Rumah Perempuan. Jaringan

ini merupakan anggota dari jaringan nasional.12) Forum Perlindungan Pekerja Terburuk NTT beranggotakan Yahima,

Depnakertrans NTT, Polda NTT, SC, Depnaker Kabupaten Kupang,TTS, Pusham Undana.13) FKKM (Forum Kerjasama Kehutanan Masyarakat) beranggotakan Laptimoris,

KPMNT, SDM Kupang, Dishut, Pemda.14) JKPIT (Jaringan Kesehatan Perempuan Indonesia Timur) beranggotakan

Rumah Perempuan, PIAR, YAO, PIKUL, Yaprita, LBH Yusticia)

Keefektifan organisasi payung. Dari studi yang sama, organisasi payung yang sifatnya permanen ini seringkali skalanya nasional sehingga ada kesulitan dalam koordinasi akibatnya jaringan ini akhirnya berjalan sendiri-sendiri. Sementara jaringan yang sifatnya non permanen yang dibentuk karena isu tertentu biasanya hanya eksis ketika isu ini masih hanggat, setelah isu tersebut tidak diusung lagi maka jaringan ini dengan sendirinya bubar.

Pengaturan diri sendiri/self-regulation. Dari stakeholder studi mengungkapkan bahwa OMS di Kabupaten Kupang telah memiliki pengaturan diri organisasi seperti SOP dan AD/ART untuk pedoman pelaksanaan roda organisasi. Namun menurut beberapa narasumber meskipun sudah memiliki aturan di organisasi seringkali implementasinya masih dipertanyakan.

Prasarana pendukung. Di Kabupaten Kupang ada orangisasi-organisasi yang memiliki sumberdaya yang cukup baik sarana parasaran, maupun sumber daya manusia. Hasil stakeholder studi mengungkapkan bahwa hampir semua OMS (LSM) memiliki SDM dibidangnya masing-masing seperti fasilitator, trainer, narasumber dll. SDM ini tersedia

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 17

Page 19: 5 Riset Kupang

untuk isu-isu yang didorong oleh OMS (LSM) tersebut seperti: penganggaran, kesehatan, advokasi, resolusi konflik, pengembangan jaringan dll. Sedangkan OMS yang memiliki sarana untuk pelatihan antara lain Increase, YAO, dan Sanlima. Sedangkan organisasi-organisasi yang memberikan pelayanan/dukungan terhadap pengembangan kapasitas OMS seperti pelayanaan informasi, pusat data, resource center, dan bantuan teknis jumlahnya masih terbatas. Hanya beberapa OMS di Kabupaten Kupang memberikan pelayanan/dukungan tersebut seperti Increase yang memberikan TA pada pemerintah/DPRD.

Jaringan kerja. Berdasarkan hasil stakeholder studi di Kabupaten Kupang ini belum ada OMS yang aktif menjadi anggota dari jaringan-jaringan internasional. Jaringan yang diikuti masih sebatas yang sifatnya nasional seperti Jarpuk yang merupakan koalisi dari organisasi-organisasi yang berinduk pada Aspuk. Namun beberapa OMS telah bergabung dalam Walhi (Wahana lingkungan hidup Indonesia) yang sebenarnya Walhi sendiri menjadi salah satu anggota dari Friends of Earth Internasional (FoEI).

Relasi antar aktor-aktor MS (inter-relasi)Subdimensi ini menganalisis relasi di antara aktor-aktor masyarakat sipil di Indonesia. Ada dua indikator yang digunakan, yakni (1) komunikasi dan (2) kerjasama antara sesama OMS.

Komunikasi. Dari stekholder studi mengungkapkan bahwa diantara OMS di Kabupaten Kupang ini telah menjadi komunikasi dengan baik. Media yang digunakan dalam melakukan komunikasi adalah milis untuk OMS yang diberi nama Info Nusra. Jika ada kasus-kasus tertentu yang didorong oleh salah satu OMS biasa mengunakan milis ini untuk meminta dukungan dari OMS yang lainnya selain email ke lembaga-lembaga yang tidak menjadi anggota milis. Untuk anggota Jarpuk yang terdiri dari OMS di Kabupaten Kupang ini ada pertemuan rutin baik 3 bulanan maupun 6 bulanan.

Kerjasama. Dari studi yang sama mengungkapkan bahwa OMS di Kabupaten Kupang telah membangun kerjasama melalui berbagai jaringan/aliansi/konsorsium untuk berbagai isu yang menjadi kepedulian bersama. Untuk berbagai isu yang berhubungan dengan perempuan, LSM di Kupang bergabung dalam Jarpuk (Jaringan perempuan untuk Usaha Kecil) yang menjadi anggota dari Aspuk (Asosiasi Perempuan Usaha Kecil), untuk memantau pemilu, sejumlah LSM juga bergabung dalam JPPR (Jaringan Pemantau Pemilu Rakyat), ada juga FORPA yang beranggotakan Yasmara, PKBI, Mitra Muda Mandiri. Ada juga Jagat (Jaringan Masyarakat Adat) yang beranggotakan: GMNI, PIAR, kalangan akademisi, pers dan LSM lainnya. Untuk isu kehutanan ada FKKM (Forum Kerjasama Kehutanan Masyarakat) yang anggotanya adalah LAP Timoris, KPMNT, SDM Kupang, dan Dinas Kehutanan.

Sedangkan aliansi/jaringan yang sifatnya tidak permanen, tergantung dari isu yang sedang berkembang adalah Forum Kemanusiaan Timor Barat yang beranggotakan CIS, YPI, Yabiku, PIKUL, PMPB, Media Lokal dll, Aliansi Anti Korupsi NTT yang beranggotakan Rumah Perempuan, PIAR, CIS, OKP, media, dan Jaringan Anti Kemiskinan NTT yang beranggotakan Bengkel Appek, YAO, PIAR, Rumah Perempuan, Universitas PGRI, SEMA Unika, dan Unkris.

Sumberdaya Indikator ini dipakai untuk menganalisis sumberdaya yang tersedia bagi OMS di Kupang.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 18

Page 20: 5 Riset Kupang

Sumber daya. Dari hasil stekeholder servei mengungkapakan bahwa sumber daya keuangan yang dimiliki OMS pada umumnya belum cukup. OMS masih bergantung pada funding/donor lain untuk kebutuhan finansial. Beberapa dari mereka tergantung dari sumbangan keanggotaan maupun masyarakat umum seperti Nahdatul Aisyiah. Hal yang dibutuhkan oleh OMS di Kabupaten Kupang adalah membangun fundraishing atau kemandirian lembaga.

Dari studi yang sama mengungkapkan bahwa di Kabupaten Kupang banyak SDM yang ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti pengamat politik, fasilitator, legal drafting, penganggaran dll. Sehingga untuk kegiatan-kegiatan pelatihan lebih baik mengunakan SDM dari Kupang sendiri karena hampir semua keahlian yang dibutuhkan untuk pengingkatan kapasitas OMS di Kupang sebenarnya telah tersedia di Kabupaten ini. Persoalannya belum ada sharing keahlian antar OMS di Kupang.

Dari studi yang sama mengungkapkan bahwa ketersediaan teknologi dan infrastruktur dirasa memadai. Increase, YAO dan Sanlima memiliki sarana untuk pelatihan, CIS Timor menyediakan internet murah dan juga media audivisual. Namun ada beberapa yang mesih dirasa dibutuhkan oleh OMS di Kupang diantaranya: databese, internet yang terjangkau, dan perpustakaan.

Kemampuan menggali sumber daya. Data tidak dicari dilapangan.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 19

Page 21: 5 Riset Kupang

2. LINGKUNGAN

Bagian ini menguraikan dan menganalisis keseluruhan lingkungan politik, sosial, ekonomi, kultural dan hukum (legal) di mana masyarakat sipil berada dan berfungsi. Dimensi ini melihat pada: (1) konteks politik, (2) kebebasan dan hak-hak dasar, (3) konteks sosio-ekonomi, (4) konteks sosio cultural, (5) hukum dan aspek legal,(6) relasi masyarakat sipil dan negara, (7) relasi sektor swasta dengan masyarakat sipil.

2.1 Konteks PolitikSubdimensi ini menganalisis situasi politik di Indonesia dan dampaknya terhadap masyarakat sipil. Indikator dalam subdimensi ini adalah: (1) hak-hak politik, (2) kompetisi politik, (3) penegakan hukum, (4) korupsi, (5) efektivitas negara, (6) desentralisasi

2.1.1. Hak-hak politik. Di Kabupaten Kupang dari stakeholder studi maupun studi komunitas mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat mempunyai kebebasan berserikat/berorganisasi, berkumpul dan menyatakan pendapat. Tidak ada hambatan dalam menjalankan hak-hak politik warga. Bahkan perempuan dapat memilih wakil-wakilnya baik saat pilkada maupun pemilu tanpa ada pengaruh dari luar (keluarga atau lingkungan).

2.1.2. Kompetisi Politik. Dari hasil studi yang sama, saat ini masyarakat di Kabupaten Kupang telah dapat memilih wakil-wakilnya secara langsung melalui pemilu yang kompetitik baik saat pilkada maupun pemilu. Partai yang kuat dan cukup mendominasi di Kabupaten Kupang pada pemilu 2004 adalah partai Golkar yang memiliki 13 kursi atau 38 %, menyusul PDIP dengan 7 kursi atau 20,5 %, PDS 4 kursi atau 11.8 %, Partai Demokrat 3 kursi atau 8,8 %, PPB 2 kursi dan PPD 2 kursi atau 5,9%. Tiga partai kecil lainnya hanya memiliki 1 kursi yakni PBSD, PPP dan PPIB. Di antara 34 anggota legislatif tersebut hanya 4 perempuan atau 11,8 %. Partai dominan di Kabupaten Kupang ini dapat dikategorikan dalam 3 aliran pemilkiran yakni Nasionalis, Kristen dan Pembangunan.

2.1.3. Penegakan hukum dan pengakuan hukum adat. Hampir semua narasumber yang diwawancara maupun peserta FGD mengungkapkan bahwa penegakan hukum masih dinilai lemah. Peserta FGD Kuaklalo merasa hukum sudah ditegakkan. Peserta FGD perempuan Noelbaki mengatakan bahwa penegakan hukum belum begitu adil. Pemerintah hanya berpihak pada orang yang memiliki uang, sedangkan masyarakat kecil diperlakukan tidak adil, contohnya banyak yang korupsi di daerah ini tapi dibiarkan berkeliaran, tapi kalau yang pencuri ayam dipenjarakan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ada juga kasus pencurian babi yang menghebohkan Desa Noelbaki baru-baru ini, pencurinya sudah ditangkap tapi dilepas lagi oleh polisi karena pencuri tersebut memberi uang sogok kepada polisi. Hasil FGD laki-laki Reknamo mengatakan bahwa penegakan hukum di kabupaten ini masih sangat bertele-tele. Masyarakat tidak puas dengan polisi. FGD Laki-laki Desa Baumata mengatakan masyarakat tidak tahu persis hukum telah ditegakkan atau belum karena keterbatasan pendidikan, masyarakat tidak pernah terlibat dalam persoalan hukum. Mereka hanya sering mendengar dan baca di koran tentang tindakan ketidakadilan hukum. Sejalan dengan pendapat masyarakat, hasil FGD OMS mengatakan secara umum penegakan hukum di kabupaten ini masih buruk, terjadi bolak-balik berkas perkara dari polisi ke kejaksaan sampai 13 kali (misalnya kasus mantan Bupati Kupang terkiat dugaan korupsi kapal ikan), dan akhirnya di-SP3-kan. Polisi dan Jaksa sering

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 20

Page 22: 5 Riset Kupang

berebutan kasus. Bila kasus yang nilai jualnya tinggi maka akan saling rebutan. Ada juga kasus pemerasan oleh jaksa dan juga polisi terhadap klien, pemerasan juga terjadi juga di pihak kepolisian. Untuk pengakuan hukum adat tidak digali dalam riset ini.

2.1.4. Korupsi. Dari hasil stakeholder studi di Kabupaten Kupang, kasus korupsi dan dugaan korupsi yang diketahui yakni kasus dugaan korupsi oleh mantan Bupati Kupang I. A. Medah terkait pembelian kapal ikan yang kasusnya sudah sampai ke tangan jaksa dan di SP3-kan; kasus dugaan korupsi dana DPRD sebesar 1 milyar tahun 1999-2004, kasus korupsi proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) dinas Kehutanan Kabupaten Kupang TA 2005-2007 oleh Ridolf Bunga Koreh dan Efrensius Wana, dan kasus jati emas.

2.1.5. Efektivitas negara. Hasil wawancara sejumlah narasumber dan FGD menyatakan bahwa pemerintah/negara belum mencukupi kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah belum efektif menjalankan fungsinya untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat. Misalnya dalam pemberian bantuan baik Askeskin maupun Raskin ini belum rata ke masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkan. Pelayanan kesehatan masih ada pungutan untuk membeli obat meskipun sudah memiliki kartu Askeskin demikian juga dengan pelayanan pendidikan, meskipun SPP tidak dipungun tapi ada pungutan-pungutan lain seperti foto copy kertas ujian, pembelian buku dll.

2.1.6. Desentralisasi. Desentralisasi dalam konteks pengukuran Indeks Masyarakat Sipil ini dilihat dari alokasi dana/pendelegasian belanja atau pengeluaran dari pemda kepada pemerintah desa/kelurahan dalam bentuk alokasi dana desa (ADD). UU No.32 tahun 2004 dan UU No.33 tahun 2004 sebagai revisi terhadap UU yang telah ada, memuat wacana baru dalam pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan. UU ini telah memberikan peluang bagi pemberdayaan masyarakat desa dengan telah mendudukkan fungsi desa sebagai komponen pelaksana pembangunan yang sangat penting. Pada pasal 215 ayat (1) secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Kemudian adanya PP No.72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan desa, termasuk di dalamnya tentang kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar oleh pemkab/kota untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya.2

Saat ini Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Kupang pada APBD tahun 2007 berjumlah 10,028 miliyar atau 10% dari total DAU. Dana ini dibagi kepada 218 desa dimana setiap desa mendapat Rp. 46 Juta. ADD yang ada selanjutnya dikelola oleh Pemerintah Desa dengan ketentuan penggunaan sesuai PP No. 72 tahun 2005 yakni 30% Alokasi Dana Desa digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa sedangkan 70% Alokasi Dana Desa digunakan untuk membiayai Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

2.2 Kebebasan dan hak-hak dasar

2 Otonomi Desa dan Alokasi Dana Desa, ditulis oleh Roodee, 13 Maret 2008, http://fasilitator-masyarakat.org/index.php?pg=artikel_detail&id=101, diambil pada 29 Mei 2009.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 21

Page 23: 5 Riset Kupang

Ada tiga indikator yang dipakai untuk menganalisis tingkat kebebasan dan hak-hak dasar warganegara, baik yang dijamin oleh undang-undang mupun dalam prakteknya. Indikator yang dipakai pada subdimensi ini yaitu (1) kebebasan sipil, (2) hak untuk memperoleh informasi dan (3) kebebasan pers.

2.2.1. Kebebasan sipil. Di Kabupaten Kupang saat ini ada kebebasan-kebebasan dasar warganegara seperti kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat, termasuk kebebasan pers. Dari stakeholder studi maupun studi komunitas belum pernah terjadi kasus intimidasi secara terbuka yang dilakukan oleh pemerintah. Biasanya intimidasi ini dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengunakan isu sara seperti agama tertentu agar tidak mendapat dukungan dari masyarakat luas. Isu agama kerap digulirkan yang kadang menghambat OMS dalam melakukan gerak/pendampingan di masyarakat, misalnya seperti dulu Sanlima yang dibilang Katholik sementara yang didampingi lebih banyak beragama Protestan.

2.2.2. Hak untuk memperoleh informasi. Meskipun dalam amandemen UUD RI yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 2000 mengatakan bahwa setiap orang berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan mengunakan saluran yang tersedia. Namun pada prakteknya di Kabupaten Kupang akses memperoleh informasi dari lembaga-lembaga negara dan pemerintahan seringkali masih sulit dilakukan. Dari FGD dan wawancara diketahui bahwa masyarakat masih mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Hingga akhirnya banyak OMS yang mengunakan strategi lain (dari prosedur resmi) untuk mendapatkan informasi misalnya melalui perkawanan, gerilya paska sidang untuk mengambil dokumen sidang, memberikan uang foto copy ke pegawai, dll. Hubungan pertemananan sangat membantu dalam mendapatkan informasi/dokumen dari lembaga-lembaga negara/pemerintahan, karena pemerintah pun tidak memiliki mekanisme/prosedur baku untuk menyampaikan informasi/kebijakan/produk hukum publik tersebut kepada masyarakat.

2.2.3. Kebebasan pers. Pers tersebar di Kabupaten Kupang umumnya diproduksi dan disiarkan dari Kota Kupang. Demikian pun dengan Radio Pemerintah Kabupaten Kupang, walaupun milik Pemda Kabupaten Kupang, tapi letaknya di Kota Kupang. Sejauh ini belum terdengar adanya intimidasi bagi wartawan baik oleh pemerintah kabupaten maupun masyarakat Kabupaten Kupang sebagaimana yang pernah terjadi di kabupaten lain di NTT. (Misalnya di Kabupaten Manggarai Barat, tahun 2008 seorang wartawa Pos Kupang dianiaya oleh empat orang preman)

2.3. Konteks sosio-ekonomiAda tujuh variabel yang dipakai untuk menganalisis konteks sosio-ekonomi di Indonesia dan dampaknya terhadap masyarakat sipil. Variabel-variabel tersebut mencoba mencari jawaban konteks sosial ekomoni Indonesia untuk perkembangan masyarakat sipil. Ke tujuh variabel tersebut adalah (1) angka kemiskinan, (2) angka pengangguran, (3) pendidikan, (4) konflik etnik/agama, (5) krisis ekonomi sosial budaya, (6) infrastruktur telekomunikasi, dan (7) IPM/Indeks pembangunan manusia.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 22

Page 24: 5 Riset Kupang

Angka Kemiskinan. Dari total 73.377 Rumah Tangga (RT) pada tahun 2003, 69% (50,539) adalah Rumah Tangga Miskin (RTM). Kemudian pada tahun 2005 kondisi ini memburuk yang terlihat dari peningkatan jumlah RTM sebesar 13% menjadi 81%, terdapat 65.466 RTM dari total 80.150 RT. Jumlah ini terus meningkat di tahun 2007 yakni terdapat 65,539 RTM dari 80,350 RT. Peningkatan jumlah RTM ini erat kaitannya dengan penurunan daya beli masyarakat akibat peningkatan harga kebutuhan sehari-hari yang merupakan konsekuensi langsung dari kebijakan pencabutan subsidi BBM dan gagal panen sebagai akibat kekeringan

Angka pengangguran. Pada tahun 2006 tercatat jumlah orang pencari kerja adalah 3.068 orang terdiri atas 489 laki-laki dan 2.579 perempuan. Angkatan kerja Kabupaten Kupang tahun 2006 mencapai 68% dengan jumlah penganguran (mencari pekerjaan) mencapai 3.67% sedangkan yang berstatus bekerja mencapai 64,82%. (lihat Kabupaten Kupang dalam Angka tahun 2007).

Pendidikan. Angka buta huruf penduduk 10 tahun ke atas di Kabupaten Kupang masih cukup tinggi. Di antara jumlah tersebut, prosentasi tertinggi adalah perempuan yakni 11,02% sedangkan laki-laki 9,31 %. (Susenas 2006). Selain itu, prosentasi anak usia 16-18 tahun yang belum bersekolah dan tidak lagi mengikuti sekolah pun sangat tinggi, yakni masing-masing 2,45 % dan 42,69%. (Susenas 2006)

Konflik etnik/agama. Hampir tidak pernah terjadi konflik etnis di Kabupaten Kupang dalam skala luas. Walaupun demikian, ada juga gesekan kecil dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat vertikal maupun horisontal, tapi bisa dengan cepat diselesaikan oleh aparat keamanan dan pemerintah setempat. Beberapa penyebab riak kecil tersebut antara lain adalah masalah tanah dan tambang

Krisis ekonomi sosial. Di Kabupaten Kupang, krisi ekonomi yang parah adalah ketika masyarakat mengalami rawan pangan. Temuan Participatory Poverty Assesment (PPA) di wilayah Desa Oeniko, Kabupaten Kupang menggambarkan suatu kondisi kerentanan di kebanyakan daerah kantong kemiskinan berkaitan dengan pangan dimana masyarakat mengalami rawan pangan (istilah lokalnya adalah ‘musim kelaparan’). Kondisi rawan pangan ini berlangsung pada awal musim tanam dan sebelum panen (sekitar bulan Oktober-Februari), di mana simpanan makanan menipis bahkan habis dan tanaman belum menghasilkan. Kondisi ini seringkali dibarengi dengan kekurangan air paling parah yang dialami pada puncak musim kemarau (antara bulan Agustus-November), sehingga berakumulasi pada kerentanan terhadap penyakit yang umumnya berkaitan dengan masalah air dan sanitasi berlangsung pada awal musim hujan (Februari-Maret). Pada musim-musim ini, kerawanan terjadi pada kebutuhan manusia yang sifatnya sangat mendasar dan mengancam kehidupan mereka, seperti pangan, air bersih. (sumber: http://www.gapri.org/tfiles/file/PPA/ Naskah%20Sintesis%20PPA%20 NTT.pdf)

Beberapa wilayah di Kabupaten Kupang seperti Desa Pukdale, Tuapukan, Naibonat, Oesao di Kecamatan Kupang Timur sangat rentan terhadap bencana banjir. Setiap tahun daerah ini selalu digenangi banjir. Diberitakan bahwa banjir pada tahun 2003 telah menghancurkan 6000 ha sawah dan menghanyutkan 6 rumah penduduk. Sedangkan pada banjir tahun 2002 terdapat 20 rumah dan 1 gedung gereja rusak diterjang banjir. Selain itu, Kabupaten Kupang juga termasuk daerah yang rawan terhadap bahaya kekeringan yang akhirnya bisa

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 23

Page 25: 5 Riset Kupang

mengarah pada gagal panen dan kekurangan pangan. Tahun 2002, kemarau panjang yang berdampak pada gagal panen dan kekurangan pangan menerpa Kecamatan Amarasi, Kecamatan Kupang Barat, dan Kecamatan Kupang Timur, walaupun demikian, belum ada krisis sosial yang parah di Kabupaten Kupang.

Infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telkomsel dan beberapa provider komunikasi selular sudah menjangkau pelosok-pelosok Kabupaten Kupang. Semua kota kecamatan sudah bisa dijangkau dengan jaringan telepon selular. Perkembangan teknologi informasi ini sangat pesat. Sayangnya jaringan internet sangat terbatas bahkan tidak tersedia di wilayah Kabupaten Kupang. Untuk urusan internet, masyarakat Kabupaten Kupang biasanya mengaksesnya di Kota Kupang.

IPM/Indeks pembangunan manusia. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kupang masih sangat tinggi dan berada jauh di bawah garis kemiskinan NTT. Menurut BPS, 2007 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kupang tahun 2006 mencapai 74,58 %. Sementara itu penduduk usia produktif yang bekerja, didominasi oleh tamatan SD sampai SMP yakni sebesar 90,66%. (tahun 2006)

2.4. Konteks sosial BudayaSubdimensi ini menganalisis norma dan sikap warga masyarakat yang dinilai kondusif atau menghambat perkembangan masyarakat sipil. Ada tiga indikator yang dipakai untuk mengukurnya yakin (1) kepercayaan (trust), (2) toleransi dan (3) kesadaran untuk mendahulukan kepentingan umum.

2.4.1. Kepercayaan. Studi komunitas mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan penduduk Kabupaten Kupang terhadap orang lain cukup tinggi. Hal ini terlihat sikap penerimaan tehadap pengungsi asal Tim-tim, bahkan memberikan lahan mereka untuk diolah secara sukarela tanpa menerima balasan dari warga eks Tim-tim. Tidak pernah terjadi konflik antara pengungsi dan warga asli.

2.4.2. Toleransi. Hasil diskusi dan wawancara komunitas menyatakan bahwa masyarakat sangat tolensi dengan orang lain yang berbeda keyakinan, etnis maupun suku. Dalam memberikan bantuan, masyarakat tidak pernah membeda-bedakan suku maupun agama. Mereka menerima orang asing, suku asing maupun agama lain. Terkait dengan toleransi masyarakat di Kabupaten Kupang terhadap pengidap HIV/Aids tidak terungkap karena masyarakat mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan pengidap HIV/Aids karena datanya masih disembunyikan. Tapi pada dasarnya mereka di wilayah sample penelitian ini toleran.

2.4.3. Kesadaran untuk mendahulukan kepentingan umum. Dari studi komunitas di Kabupaten Kupang menunjukan bahwa masyarakat memiliki semangat publik dengan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi, termasuk berperilaku positif dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuknya selalu menolong tetangga atau warga lain yang membutuhkan bantuan sesuai kemampuan komunitas, tidak pernah kurang dalam membayar angkutan, maupun pajak, dll. Kalaupun ada kredit macet yang belum bisa dibayar oleh masyarakat ini semata karena kredit yang digunakan untuk hasil usaha ini belum memberikan hasil sehingga masyarakat sering kesulitan untuk membayarkan kredit

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 24

Page 26: 5 Riset Kupang

tersebut. Namun pada umumnya dari survai komunitas ini menunjukkan bahwa semangat kebersamaan/publik masyarakat Kupang yang menjadi sample penelitian ini masih cukup positif.

2.4.4. Budaya patriarki. Data untuk indikator ini tidak dicari di lapangan

2.4.5. Feodalisme. Data untuk indikator ini tidak dicari di lapangan

2.5. Hukum dan KebijakanSubdimensi ini menilai sejauhmana peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia mendorong atau menghambat pertumbuhan masyarakat sipil. Ada empat indikator yang dipakai yaitu; (1) pendaftaran OMS, (2) kegiatan advokasi yang diijinkan, (3) aturan pajak yang mendukung dan (4) keringanan pajak.

2.5.1. Pendaftaran OMS. Dalam hubungannya dengan pendaftaran OMS ada beberapa bentuk badan hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk sebagian besar OMS ada dua bentuk badan hukum, yakni Yayasan dan Perkumpulan. Untuk yayasan berlaku UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang ditetapkan pada tanggal 6 Agustus 2001 Pemerintah Indonesia, yang kemudian diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004 yang mulai berlaku tanggal 6 Oktober 2005. Menurut UU ini, pendirian yayasan dilakukan dengan Akta Notaris dan mendapatkan pengesahan badan hukum dari Menteri Hukum dan HAM. Perkumpulan yang diakui oleh Staatsblad 1870/64 sebagai badan hukum dan perkumpulan biasa (ordinary associations) seperti halnya paguyuban dan lain-lain yang bukan merupakan badan hukum. Perkumpulan memperoleh status badan hukum setelah memperoleh keputusan dari Menteri Kehakiman. Untuk registrasi koperasi berlaku UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam undang-undang tersebut dicantumkan bahwa koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah dalam hal ini menteri yang mengurus bidang perkoperasian. Sebetulnya di Indonesia masih berlaku UU Nomor 8 Tahun 1985 yang disusun oleh rezim Soeharto dengan maksud untuk mengontrol kegiatan OMS. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18/1986 tentang Pelaksanaan UU Nomor 8/1985 disebutkan bahwa setiap organisasi kemasyarakatan wajib memberitahukan keberadaannya secara tertulis kepada Pemerintah. Organisasi kemasyarakatan yang tidak memberitahukan keberadaannya secara tertulis dapat dibubarkan oleh Pemerintah. Meskipun UU Nomor 8/1985 masih merupakan hukum positif, tetapi sudah tidak efektif lagi untuk mengatur organisasi kemasyarakatan, karena sudah kehilangan daya berlakunya baik secara yuridis, sosiologis maupun filosofis seiring dengan pembaharuan konstitusi yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan reformasi, yaitu terwujudnya masyarakat yang demokratis berdasarkan hukum.3

Dari stakeholder servei mengungkapkan bahwa OMS Kabupaten Kupang memiliki pengetahuan terkait dengan pendaftaran OMS. Rata-rata organisasi telah terdaftar selain melalui akte notaris untuk membuat akte pendirian, juga ke Kesbanglinmas Kabupaten Kupang. Namun ada juga beberapa organisasi yang hanya pada tahap pembuatan AD/ART sebagai kesepakatan internal dalam organisasi untuk menjalankan roda organisasi. Dalam

3 Jalan Panjang Menuju Masyarakat Sipil, IMS Nasional 2006, Yappika-ACCESS/IDSS-Kemitraan Indonesia Australia.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 25

Page 27: 5 Riset Kupang

pendaftaran OMS ini ada yang berbadan hukum yayasan namun juga ada yang berbentuk perkumpulan.

2.5.2. Aktivitas advokasi yang diijinkan. Dari hasil studi yang sama, di Kabupaten Kupang ini tidak ada larangan untuk OMS melakukan advokasi untuk mengkritik pemerintah. Seperti PIAR yang telah mengadvokasi pendidikan dan kesehatan gratis untuk Kabupaten Kupang. Namun demikian dukungan pemerintah terhadap advokasi OMS di sini masih rendah.

2.5.3. Aturan-aturan pajak yang mendukung OMS. Sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia sampai saat ini, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 10/1994 dan UU Nomor 17/2000 tentang Pajak Penghasilan, tidak membedakan antara sektor nirlaba (Yayasan) dengan badan usaha. Kedua UU tersebut memang mengatur berbagai penghasilan OMS yang bukan merupakan obyek pajak, Yaitu: (1) bantuan atau sumbangan. (2) hibah yang diberikan individu, badan baik dari dalam maupun luar negeri yang diberikan kepada OMS yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. (3) deviden atau bagian laba yang diperoleh dari penyertaan modal pada badan usaha, dan (4) bantuan dan sumbangan pemerintah. Demikian pula dalam hal pajak bumi dan bangunan (UU Nomor 12 Tahun 1994) menentukan bahwa tanah dan/atau bangunan yang semata-mata digunakan untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, serta tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, bukanlah merupakan obyek pajak.

Dalam UU Nomor 16/2001 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 28/2004 tentang Yayasan dirumuskan dengan baik sebagai organisasi nirlaba. Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa yayasan didefiniskan sebagai badan hukum yang terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

Namun berbagai ketentuan-ketentuan perpajakan ini dipandang belum cukup komprehensif dalam mendukung kepentingan OMS Indonesia.4

2.5.4. Keringanan pajak untuk sumbangan/donasi. Pemerintah pusat mulai memperbaiki peraturan-peraturan perpajakan bagi individu maupun perusahaan yang memberikan sumbangan/donasi. Dalam UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang baru, pasal 4 (3) menyebutkan pengecualian obyek pajak, antara 1ain untuk bantuan atau sumbangan, termasuk zakat (salah satu kewajiban dalam ajaran Islam) yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintahan dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2009 tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan, sebagai aturan pelaksanaan pasal di atas.

4 Jalan Panjang Menuju Masyarakat Sipil, IMS Nasional 2006, Yappika-ACCESS/IDSS-Kemitraan Indonesia Australia.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 26

Page 28: 5 Riset Kupang

Sementara aturan pelaksanaan pengecualian sumbangan keagamaan bagi pemeluk agama selain Islam, masih perlu menunggu.

Dalam pokok perubahan UU perpajakan ini juga menyangkut perluasan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan kotor. Ini dimaksudkan pemerintah untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat yang secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan sosial, dengan diperkenankannya biaya tersebut sebagai pengurang penghasilan kotor. Seperti, (a) sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional dan infrastruktur sosial; (b) sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia; dan (c) sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia.5

Demikian pula halnya dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 609/PMK.03/2004 bertanggal 28 Desember 2004 telah memberikan pengurangan pajak penghasilan bagi wajib pajak yang menyumbang terhadap korban gempa bumi dan badai Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara.6

Dengan demikian, selanjutnya adalah melihat pelaksanaan peraturan perpajakan yang baru ini, apakah memang mampu secara menyeluruh mengatur tentang pengurangan pajak bagi individu maupun perusahaan yang memberikan kontribusi untuk kegiatan-kegiatan filantropi dan juga dilaksanakan dengan baik.

2.6. Relasi Negara-Masyarakat SipilDalam subdimensi relasi antara negara dengan masyarakat sipil dinilai bentuk dan kualitas relasi antara masyarakat sipil dan negara. Ada tiga indikator dalam subdimensi ini yaitu; (1) otonomi OMS, (2) dialog antara OMS dengan negara dan (3) kerjasaman/dukungan.

2.6.1. Otonomi. Dari steholder studi, pada umumnya OMS di Kabupaten Kupang memiliki otonomi, tidak ada intervensi dari pemerintah. Meskipun ada OMS yang sudah dan sedang melakukan kerja sama dengan pemerintah misalnya seperti yang dilakukan Rumah Perempuan untuk kesehatan reproduksi perempuan, namun tidak mengurangi daya kritis LSM tersebut kepada pemerintah. Rumah Perempuan sering menjadi fasilitator/trainer saat ada pelatihan dari pemerintah untuk masyarakat, demikian juga dengan Increase. Namun demikian OMS di Kabupaten Kupang masih independen dan pemerintah tidak pernah mencampuri kegiatan OMS.

2.6.2. Dialog. Dari hasil stakeholder studi menyatakan ada ruang bagi OMS dan masyarakat untuk berdialog dengan pemerintah. Ruang tersebut dalam proses perencanaan (musrembang), tapi OMS dan masyarakat yang dilibatkan hanya sebatas formalitas dan tidak terwakili dari semua aspek sosial. Hanya elite saja yang dilibatkan.

2.6.3. Kerjasama/dukungan. Dari stekeholder studi mengungkapkan bahwa bentuk dukungan pemerintah kepada OMS di Kabupaten Kupang tidak dalam bentuk pengalokasian dana khusus bagi OMS, tapi merespon proposal dari OMS untuk kepentingan masyarakat. Bentuk dukungan juga dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan OMS, misalnya 5 Sumber: detik.com, 2 September 2009 dan Pendidikan Perpajakan Modul 1 Tax, Training House IKPI.6 Jalan Panjang Menuju Masyarakat Sipil, IMS Nasional 2006, Yappika-ACCESS/IDSS-Kemitraan Indonesia Australia.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 27

Page 29: 5 Riset Kupang

dukungan pemerintah dalam program yang diusung oleh Rumah Perempuan untuk kesehatan reproduksi perempuan, dan juga kerjasama Increase dengan BPMD untuk pelatihan perencanan bagi aparat pemerintah dan masyarakat. Pengunaan fasilitator/training dari kalangan OMS merupakan dukungan tidak langsung dari pemerintah.

2.7. Relasi Pasar-Masyarakat SipilSubdimensi ini menguraikan dan menilai karakteristik dan kualitas hubungan antara masyarakat sipil dengan sektor swasta. Ada tiga indikator yang dipakai, yaitu (1) sikap sektor pasar, (2) tanggungjawab sosial perusahaan dan (3) kedermawanan perusahan.

2.7.1. Sikap sektor pasar. Di Kabupaten Kupang ada beberapa perusahan swasta seperti Aquamor, mutiara, dan perusahaan ayam petelur. Beberapa perusahaan sudah tutup, beberapa lainnya dalam proses perijinan seperti PT. Semen tapi sudah ditutup, perusahan mangan ijinnya dalam proses teknis penilaian Amdal. Sikap perusahaan Aquamor cukup terbuka terhadap masyarakat sipil. Ada beberapa mekanisme kerja sama yang dilakukan Aquamor dengan masyarakat sipil seperti pemberian cuma-cuma air mineral kemasan, sampai pada penjualan produk dengan diskon. Aquamor juga sering memberikan air mineral kemasan pada masyarakat yang sedang hajatan.

2.7.2. Tanggungjawab sosial perusahaan. Di Kabupaten Kupang belum ada OMS yang menuntut tanggung jawab sosial perusahaan. Namun demikian menurut masyarakat perusahaan yang ada seperti PT. Aqumaor telah memberikan tanggung jawab sosial dengan membayar air yang diambil dari sumber air Baumata kepada P3A (pengelola air untuk sawah dan mamar-lahan untuk tanaman umur panjang) sebesar Rp. 500,- per liter3

2.7.3. Kedermawanan perusahaan. Dari hasil studi yang sama, perusahaan yang telah melakukan filantropi perusahaan dan telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat adalah PT. Aquamor. PT. Aquamor membantu masyarakat setempat jika ada yang membuat acara dengan menyumbang air mineral secara cuma-cuma. Membantu kegiatan GMNI dan kegiatan gereja dengan sumbangan air mineral.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 28

Page 30: 5 Riset Kupang

3. NILAI

Bagian ini menjelaskan dan menganalisis nilai-nilai yang dipromosikan dan dipraktekkan oleh kalangan masyarakat sipil di Indonesia. Secara keseluruhan ada tujuh subdimensi yang dipakai untuk mengukur dimensi nilai ini. Ketujuh subdimensi tersebut masing-masing adalah; (1) demokrasi, (2) transparansi, (3) toleransi, (4) tanpa-kekerasan, (5) kesetaraan dan keadilan gender, (6) pengentasan kemiskinan, dan (7) keberlanjutan lingkungan hidup.

Demokrasi Subdimensi ini dianalisis dari praktek-praktek demokrasi di dalam OMS dan aksi/aktivitas masyarakat sipil untuk mempromosikan demokrasi

Praktek-praktek demokrasi dalam OMS. Dari stakeholder studi yang dilakukan di Kabupaten Kupang, hampir semua OMS mengungkapkan bahwa praktek-praktek demokrasi telah dilakukan di organisasinya dengan cara pemilihan pemimpin yang melibatkan staf, kebijakan organisasi diputuskan secara bersama dalam rapat yang melibatkan staf, dan staf organisasi dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Praktek demokrasi ini juga diatur dalam SOP yang membahas usulan-usulan pertemuan untuk kepentingan organisasi.

Aksi-aksi MS untuk mempromosikan demokrasi. Dari hasil studi yang sama ada beberapa OMS yang aktif memberikan pendidikan demokrasi bagi masyarakat, misalnya PIAR dalam pendampingan dan penguatan kapasitas masyarakat dan aparat desa, advokasi kebijakan dan anggaran. Rumah Perempuan dengan pendampingan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, advokasi hak-hak perempuan dan kesehatan reproduksi

Transparansi Subdimensi tranparansi mengukur sejauhmana aktor-aktor masyarakat sipil Indonesia mempraktekkan prosedur dan perilaku yang transparan di dalam organisasinya dan mempromosikan nilai-nilai tersebut ke luar. Ada tiga indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat partisipasi tersebut; (1) korupsi di dalam masyarakat sipil, (2) transparansi keuangan OMS, (3) pertanggungugatan OMS terhadap konstituen dan (4) arena masyarakat sipil dalam mempromosikan transparansi.

Korupsi di dalam masyarakat sipil. Di Kabupaten Kupang dari stakeholder studi mengungkapkan bahwa ada indikasi korupsi dan penyelewengan dana program yang dilakukan oleh OMS seperti pada kasus PLTS, maupun penyalangunaan uang program untuk kepentingan pengurus. OMS yang terindikasi melakukan korupsi atau penyelewengan program ini saat ini masih eksis melakukan program-program untuk masyarakat, dan salah satunya sampai ”dimenjahijaukan”.

Transparansi keuangan OMS dan 3.2.3 Pertanggunggugatan OMS terhadap konstituen. Hasil stekholder studi di Kabupaten Kupang menunjukkan bahwa semua OMS mengatakan pentingnya transparansi dalam pengelolaan program. Namun belum banyak OMS yang

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 29

Page 31: 5 Riset Kupang

mengimplementasikan hal tersebut. Biasanya transparansi hanya dilakukan di tingkat lembaga dengan memberitahukan kepada pengelola kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalan program, terkait dengan aktifitas dan pengalokasian dananya. Untuk publik secara luas nampaknya belum semua organisasi melakukan publikasi laporan keuangan kepada publik baik melalui annual report maupun menempelkan aktivitas dan keuangan di dinding papan informasi kantornya.

3.2.4. Arena MS untuk mempromosikan transparansi. Dari studi yang sama di Kabupaten Kupang sudah ada OMS yang mengkampanyekan isu transparansi anggaran publik. LSM yang mengadvokasi pentingnya transparansi dalam penganggaran adalah adalah PIAR dan Bengkel Appek.

3.3. Toleransi Subdimensi ini menganalisis sejauhmana aktor-aktor masyarakat sipil dan OMS Indonesia mempraktekkan dan mempromosikan toleransi dalam aktivitas mereka sehari-hari. Ada dua indikator yang dipakai untuk mengukurnya, yakni (1) toleransi dalam arena masyarakat sipil dan (2) aktivitas OMS dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi.

3.3.1. Toleransi di dalam arena masyarakat sipil. OMS di Kabupaten Kupang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Tidak ada kasus maupun peristiwa yang mendiskriditkan agama maupun ras tertentu. Sikap toleransi ini sangat dijunjung terutama oleh OMS yang berbasis agama. Salah satu bentuk toleransi OMS di Kabupaten Kupang adalah dengan diadakannya pawai paska bersama seluruh umat beragama yang ada di Kabupaten Kupang yang pendukungnya adalah dari agama-agama lain, bukan hanya dari agama kristen dan katolik.

3.3.2. Arena masyarakat sipil untuk mempromosikan toleransi. Hampir semua OMS keagamaan di Kabupaten Kupang mempromosikan toleransi antar umut beragama, dari masjid dan gereja. Bentuk mempromosikannya dengan himbauan langsung dan dengan mengundang agama yang berbeda dalam kegiatan keagaaman yang besar, misalnya natalan bersama, lebaran dan Paska. Selain organisasi keagamaan beberapa OMS lainpun yang bukan berbasis agama menyerukan adanya toleransi melalui berbagai media seperti Bengkel Appek yang menyebarkan stiker yang diterbitkan oleh YIS bertema persaudaraan antar umat, dan juga Justice and Peace.

3.4. Anti kekerasan Subdimensi ini menguraikan dan menganalisis sejauhmana aktor-aktor masyarakat sipil dan OMS Indonesia mempraktekkan dan mempromosikan nilai-nilai anti-kekerasan. Ada dua indikator yang digunakan, yakni (1) anti-kekerasan dalam arena masyarakat sipil, dan (2) tindakan-tindakan yang dilakukan OMS dalam mempromosikan anti-kekerasan.

3.4.1. Anti-kekerasan di dalam arena masyarakat sipil. OMS di Kabupaten Kupang dalam menuntut atau memperjuangkan suatu isu tidak dengan menggunakan cara-cara kekerasan baik dalam aksi demonstrasi maupun lobby. Tidak ada cara-cara pemaksaan, permungsuhan maupun penyandraan dalam menuntut kebijakan pemerintah, biasa yang OMS Kabupaten Kupang adalah dengan melakukan lobby dan aksi damai.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 30

Page 32: 5 Riset Kupang

3.4.2. Arena masyarakat sipil untuk mempromosikan anti-kekerasan. Ada beberapa OMS yang gencar mempromosikan anti kekerasan baik melalui pelaksanaan program maupun kampanye dengan membagikan stiker. Seperti PIAR misalnya bentuk aksi untuk mempromosikan anti kekerasan adalah dengan advokasi hak-hak masyarakat, demikian juga dengan Rumah Perempuan. Sedangkan GMKI dan pemuda GMIT dalam mempromosikan anti kekerasan melalui aksi damai.

3.5. Kesetaraan gender Subdimensi ini menganalisis sejauhmana masyarakat sipil Indonesia merupakan arena bagi kesetaraan dan keadilan gender. Ada tiga indikator yang dipakai untuk mengukurnya, yakni: (1) kesetaraan gender dalam arena masyarakat sipil (2) praktek-prakterk kesetaraan gender dalam OMS dan (3) arena MS dalam mempromosikan kesetaraan gender.

3.5.1. Kesetaraan gender di dalam arena masyarakat sipil. Dalam stakeholder survei mengungkapkan bahwa OMS di Kabupaten Kupang memiliki pengakuan persamaan hak antara kaum perempuan dan laki-laki. Beberapa OMS di Kabupaten Kupang bahkan dipimpin oleh perempuan seperti PIAR, Rumah Perempuan, PIKUL dan Yayasan Alfa Omega. Dampingan PIAR di Desa Oesusu Kecamatan Takari Kabupaten Kupang seluruh RT disana dipimpin oleh perempuan. Namun dari studi yang sama juga terungkap bahwa perempuan pernah diperlakukan tidak adil (pelecehan seksual) yang dilakukan oleh aktivis MS. Terdapat 5 kasus pelecehan seksual yang saat ini didampingi oleh 2 LSM di Kabupaten Kupang.

3.5.2. Praktek-praktek kersetaraan gender di dalam OMS. Secara umum di Kabupaten Kupang perempuan terwakili dalam struktur organisasi di OMS. Tidak hanya di struktur pelaksana program bahkan sampai pimpinan. Dalam stakeholder studi mengungkapkan bahwa ada ruang bagi perempuan untuk memperoleh hak-haknya, baik sebagai pempimpin maupun pemenuhan hak-hak lainnya seperti cuti hamil, gaji, dll.

3.5.3. Arena masyarakat sipil dalam mempromosikan keadilan gender. Dari stekholder studi di Kabupaten Kupang mengungkapkan bahwa ada beberapa OMS yang gencar mempromosikan keadilan dan kesetaraan gender. Bentuk promosi OMS untuk keadilan dan kesetaraan gender melalui pendampingan komunitas, baik melalui diskusi maupun FGD antara OMS dengan komunitas. Rumah Perempuan adalah OMS yang khusus memperjuangkan hak-hak perempuan, namun ada juga organisasi lain mempromosikan hal tersebut seperti Bengkel Appek, CIS Timor dll.

3.6. Penanggulangan kemiskinanSubdimensi ini menguraikan dan menganalisis sejauhmana masyarakat sipil mempromosikan penanggulangan kemiskinan.

3.6.1. Arena masyarakat sipil untuk penanggulangan kemiskinan. OMS di Kabupaten Kupang pada umumnya bekerja untuk kesejahteraan masyarakat/pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang pada tujuan akhirnya adalah pengetasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Beberapa aktivitas yang dilakukan adalah pemberdayaan, pendampingan kelompok tani, air bersih, kesehatan dan pelestarian lingkungan laut.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 31

Page 33: 5 Riset Kupang

3.7. Keberlanjutan lingkungan hidup Indikator yang dipakai untuk menganalisis subdimensi ini adalah aktivitas atau tindakan kalangan OMS Kabupaten Kupang dalam melindungi dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

3.7.1. Arena masyarakat sipil untuk melestarikan lingkungan. Hasil studi yang sama mengungkapkan bahwa isu pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi kepedulian OMS di Kabupaten Kupang. Usaha OMS untuk melestarikan lingkungan di Kabupaten Kupang adalah dengan melakukan konservasi lahan melalui pembuatan terasering, reboisasi dan penanaman tanaman bakau di pinggir pantai untuk hutan mangrove oleh YPPL bekerja sama denga BPDAS (Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai). Beberapa NGO lokal yang peduli lingkungan di Kabupaten Kupang antara lain YPPL untuk kawasan pesisir dan SDM Kupang untuk kampenye pengelolaan SDA.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 32

Page 34: 5 Riset Kupang

4. DAMPAK

Bagian ini menguraikan dan menganalisis sejauhmana masyarakat sipil Kabupaten Kupang aktif dan berhasil (sukses) dalam memenuhi fungsi-fungsi pokoknya. Dimensi dampak memiliki lima subdimensi yaitu: (1). mempengaruhi kebijakan publik (2) mendorong akuntabilitas negara dan perusahaan swasta (3) menanggapi kepentingan masyarakat (4) memberdayakan warga negara (5) memenuhi kebutuhan masyarakat

4.1. Mempengaruhi kebijakan publik Subdimensi ini menganalisis dan menilai tingkat keaktifan dan keberhasilan masyarakat sipil Indonesia dalam mempengaruhi kebijakan publik. Ada tiga indikator yan digunakan yaitu; (1) dampak terhadap kebijakan HAM, (2) dampak terhadap kebijakan sosial dan (3) dampak terhadap kebijakan penganggaran nasional.

4.1.1. Pengaruh MS dalam kebijakan publik. (A) Kebijakan HAM (Ekosob). Dari hasil stakeholder studi mengungkapkan bahwa di Kabupaten Kupang beberapa kebijakan terkait dengan HAM telah berhasil didorong oleh kalangan OMS diantaranaya: pendidikan dan kesehatan gratis yang didorong oleh PIAR, hak reproduksi dan pendampingan korban KDRT yang didorong oleh Rumah Perempuan. Dari studi stekholder maupun studi komunitas mengungkapkan bahwa masyarakat cukup merasakan dampak atas kerja-kerja OMS di Kabupaten Kupang terkait dengan kebijakan (ctt. tidak sebatas peraturan) di bidang sosial. Adanya penyuluhan kesehatan, pembangunan sanitasi, pembentukan PAUD (pengajaran untuk anak usia dini) dirasakan manfaatkanya oleh masyarakat. Diantara OMS yang dinilai memiliki dampak terhadap kebijakan sosial ini adalah Rumah Perempuan, Fatayat NU, Nahdatul Aisyiah, YAO, Jarpuk, PIKUL, Yahima, Bengkel Appek, CIS Timor, dll. PIAR bekerjasama dengan Prakarsa Jakarta tahun 2008 melakukan advokasi berbasis riset untuk mempromosikan reformasi kebijakan sosial di tingkat Kota/Kabupaten Kupang. Fokus kerjasama ini adalah pada sektor kesehatan dengan melakukan penilaian efektifitas skema jaminan kesehatan saat ini dan membuat rekomendasi bagi perbaikan kebijakan yang ada.

(B) Kebijakan penganggaran kabupaten. Meskipun banyak OMS yang mengadvokasi penganggaran publik seperti YAO, Jarpuk, PIAR, Sanlima dan Yapprita, baik untuk mengadvokasi desentralisasi fiskal dari kabupaten untuk desa mapuan advokasi anggaran berbasis gender, namun dalam pelaksanaannya kebijakan anggaran yang berhasil digulirkan masih terbatas. Beberapa anggaran yang berhasil didorong oleh OMS di Kabupaten Kupang diantarannya adalah anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, juga pendampingan korban untuk korban KDRT baik melalui rumah aman maupun pendampingan dalam proses hukum.

4.2. Mendesakkan terwujudnya tanggungjawab pemerintah dan perusahaan swasta. Subdimensi ini menganalisis sejauhmana masyarakat sipil Kabupaten Kupang aktif dan sukses dalam membuat negara dan korporasi swasta akuntabel.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 33

Page 35: 5 Riset Kupang

4.2.1. Mendesakkan terwujudnya tanggung jawab pemerintah. Di Kabupaten Kupang tidak ada OMS yang mengkhususkan diri sebagai organisasi ”pengawas” pemerintah. Meskipun banyak sekali keluhan dari masyarakat terkait kurang akuntabelnya pemerintah dalam memenuhi hak-hak dasar masyarakat, namun belum banyak OMS yang memposisikan diri/mengkhususkan kerjanya agar membuat pemerintahan Kabupaten Kupang akuntabel. Beberapa OMS memang telah mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah baik dalam layanan pendidikan dan kesehatan, namun tidak serta merta menjadikan OMS tersebut sebagai OMS yang hanya bergerak dalam advokasi isu tersebut. Seperti misalnya PIAR yang mendorong kesehatan dan pendidikan gratis, memang sering mendorong agar negara lebih akuntebel dalam memenuhi kesehatan dan pendidikan masyarakat, namun PIAR sendiri tidak menfokuskan sebagai organisasi pengawas pelayanan publik, demikian juga dengan YAO maupun Increase yang sering memberikan pelatihan pada pemerintah agar pelaksanaan pemerintahan lebih akuntabel.

4.2.2. Mendesakkan terwujudnya tanggung jawab swasta. Dari stakeholder studi mengungkapkan bahwa di Kabupaten Kupang belum ada OMS yang berupaya untuk mendorong akuntabilitas perusahaan swasta. Kalangan OMS di Kabupaten Kupang belum aktif dalam menuntut transparansi dan akuntabilitas perusahaan. Meskipun dari FGD OMS terungkap bahwa penting mendorong perusahaan swasta ini akuntabel karena telah mengambil SDA di Kabupaten Kupang. Tanggungjawab sosial yang telah diberikan perusahan air minum kemasan dengan memberikan dana ke P3A dirasakan belum cukup, karena pihak perusahaan telah mengambil sumber air Baumata. Kegelisahan OMS di Kupang belum mendorong OMS Kupang untuk menuntut perusahaan swasta agar lebih akuntabel.

4.3. Respon terhadap kepentingan sosial Dalam subdimensi ini ada dua indikator yang digunakan untuk menganalisis sejauhmana aktor-aktor masyarakat sipil tanggap terhadap kepentingan masyarakat, yakni (1) sikap responsif dan (2) tingkat kepercayaan publik terhadap OMS.

4.3.1. Memberikan tanggapan. Hasil studi komunitas, OMS di Kabupaten Kupang dinilai responsif dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat. Banyak OMS yang menaruh perhatian dan memiliki aktifitas untuk merespon kebutuhan masyarakat setempat seperti pengadaan air bersih, pos gizi, pendidikan anak putus sekolah, kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, dll. Ada juga pelatihan pola usaha tani, pestisida dan pupuk organik. Untuk kelompok perempuan ada pelatihan teknik pencelupan, pemasanan dan manajemen kelompok. Aktivitas-aktivitas OMS ini menunjukkan sikap responsif OMS terhadap kebutuhan masyarakat.

4.3.2. Kepercayaan publik. Dari studi yang sama, masyarakat Kabupaten Kupang yang menjadi sample penelitian percaya kepada OMS. Beberapa alasan yang terekam atas kepercayaan publik kepada OMS ini adalah bahwa OMS telah menjawab kebutuhan masyarakat. Ada juga masyarakat yang percaya karena OMS sudah bekerja di Kabupaten Kupang berarti sudah menadapat ijin dari pemerintah. Ada juga yang beralasan karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh OMS ini positif.

4.4. Pemberdayaan warga

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 34

Page 36: 5 Riset Kupang

Subdimensi ini menilai dan menganalisis tingkat keaktifan dan keberhasilan (kesuksesan) OMS dalam memberdayakan rakyat (warganegara) Kabupaten Kupang, terutama membantu mereka yang dikategorikan sebagai kelompok-kelompok marginal dalam membuat keputusan-keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka.

4.4.1. Memberikan informasi/mendidik warga. Dari hasil studi komunitas dan studi stakeholder mengungkapkan bahwa OMS di Kabupaten Kupang sering memberikan informasi/pendidikan kepada masyarakat baik dalam diskusi-diskusi tingkat komunitas maupun membagikan selebaran/leflet/stiker. Informasi/pendidikan yang diberikan oleh OMS ini beragam dari pendidikan baca tulis dan keagamaan seperti yang dilakukan oleh Nasyiatul Aisyiah dan Fatayat NU sampai pendidikan pendidikan politik bagi perempuan seperti yang dilakukan oleh Bengkel Appek. Dampaknya pun sudah mulai dirasakan seperti masyarakat dampingan NA dan NU telah bisa baca tulis dan melek Qur’an, partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran di tingkat desa hingga bertambahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan HAM.

4.4.2. Membangun kapasitas untuk aksi bersama. Dari studi yang sama, kalangan OMS Kabupaten Kupang juga aktif dalam membangun kapasitas untuk kegiatan-kegiatan bersama yang dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat. Seperti pelatihan pola usaha tani, pestisida dan pupuk organik. Untuk kelompok perempuan ada pelatihan teknik pencelupan, pemasaran dan manajemen kelompok. Di Desa Kuakalo masyarakat bersama CCF memobilisasi sumber daya dan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah kurangnya air bersih bagi masyarakat yang merupakan masalah bersama mereka. Meskipun pada tahap perencanaan dilakukan oleh bapak-bapak namun dalam implementasi seperti penutupan bak, dll. juga mengikutkan kaum ibu.

4.4.3. Memberdayakan masyarakat terpinggirkan. Dari hasil studi yang sama hampir semua OMS di Kabupaten Kupang melakukan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat. Hampir semua OMS memilih masyarakat dampingan (yang kebanyakan adalah masyarakat marginal seperti masyarakat miskin, perempuan dan masyarakat adat) sebagai sasaran dari program-program peningkatan pengetahuan maupun pelatihan yang dilakukan oleh OMS. Program-program pemberdayaan masyarakat marginal yang dilakukan oleh OMS Kabupaten Kupang antara lain; pemberian kredit pangan dan dana usaha kecil yang dilakukan oleh YAO, penguatan kelembagaan perempuan dan pengembagnan usaha produktif oleh Jarpuk, pengembangan ekonomi rakyat oleh kelompok keperasi Feotnae dll.

4.4.4. Memberdayakan perempuan. Di Kabupaten Kupang yang melakukan pemberdayaan perempuan tidak hanya OMS yang merupakan organisasi perempuan. Beberapa OMS yang bukan organisasi perempuan pun memiliki dampingan/sasaran program pada kaum perempuan seperti Bengkel Appek yang memberikan kesadaran bagi peningkatan hak-hak perempuan maupun CIS Timor. OMS lainnya menyasar kaum perempuan untuk program-program peningkatan ekonomi seperti ketrampilan tenun ikat, kredit usaha kecil, dll. Beberapa NGO juga menyasar perempuan agar dapat mengembangkan pengetahuannya terkait dengan kesehatan reproduksi, baca tulis, dan melek Qur’an. LSM perempuan seperti Rumah Perempuan memberikan pendampingan pada perempuan korban KDRT. Di Desa Koaklalo pemberdayaan kaum perempuan dilakukan dengan pelatihan kader pos yandu untuk menambah gizi anak, yang dilakukan oleh CCF. Jarpuk melakukan pengembangan

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 35

Page 37: 5 Riset Kupang

usaha produktif bagi perempuan di Desa Babau, Oemasi, dan Noelbaki, dan NA memberikan pelatihan menjahit bagi kaum perempuan untuk peningkatan penghasilan mereka.

4.4.5. Membangun modal sosial. Kepercayaan masyarakat menjadi modal sosial bagi keberadaan OMS. Masyarakat di Kupang percaya dengan OMS. Kepercayaan ini dipupuk dari pertemanan yang terjalin antara mayarakat maupun OMS baik ketika live in, maupun pendampingan. Modal sosial ini terjalin karena OMS dinilai lebih mendahulukan kepentingan kelompok dan masyarakat dari pada kepentingan diri sendiri, dalam melakukan kerja-kerja di lapanganpun tidak melihat agama/suku/ras. Sikap toleransi, menolong semua orang (yang dalam bencana) menjadi modal sosial bagi keberlangsungan OMS.

4.4.6. Dukung terhadap lapangan pekerjaan. Progam-program yang dilakukan oleh OMS di Kupang banyak yang mendukung menciptakan lapangan kerja ataupun meningkatkan penghasilan masyarakat seperti pelatihan menjahit untuk kelompok perempuan yang dilakukan oleh NA, Yasmara memberikan modal kerja untuk masyarakat dapat meningkatkan usahanya, YAO juga demikian memberikan kredit untuk peningkatan ketahan masyarakat khususnya perempuan miskin, dan juga Jarpuk yang membuat Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk peningkatan hasil usaha pertanian. Ada juga kelompok simpan pinjam yang dimanfaatkan oleh anggota untuk usaha pertanian seperti sayuran dan tanaman hidup lainnya. Program lain yang dilakukan OMS dalam mendukung lapangan kerja adalah peternakan kelompok dan pelatihan pengolahan makanan.

4.5. Pemenuhan kebutuhan masyarakat Subdimensi ini menilai sejauhmana masyarakat sipil di Indonesia aktif dan berhasil (sukses) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, khussunya kaum miskin dan kelompok-kelompok marginal lainnya. Ada tiga indikator yang dipakai untuk mengukur dimensi ini, yaitu: (1) melakukan lobby untuk mendapatkan program-program pelayanan publik dari pemerintah (2) memenuhi kebutuhan masyarakat (3) memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok marginal.

4.5.1. Melakukan lobby untuk penyediaan pelayanan negara. Hari hasil stakeholder studi di Kabupaten Kupang beberapa OMS telah berhasil melakukan lobby kepada pemerintah maupun DPRD setempat untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik. Seperti PIAR yang melakuan lobby untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan gratis, dan Rumah Perempuan yang melobby untuk penyediaan rumah aman bagi korban KDRT. Beberapa OMS juga melakukan lobby untuk program-program pembangunan kabupaten dalam musrembang di tingkat kecamatan dan kabupaten.

4.5.2. Memenuhi kebutuhan masyarakat secara langsung. Dari studi komunitas mengungkapkan bahwa masyarakat sangat terbantu dengan adanya OMS yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti kebutuhan air bersih, pengikatan gizi, sanitasi, sampai pada pemberian beasiswa pada anak-naka sampai tingkat perguruan tinggi. Di Desa Kuaklalo WFP kerjasama dengan Yayasan Alfa Omega melakukan bagi-bagi biskuit tiap bulan untuk anak-anak di sekolah, dan posyandu. Untuk ibu yang telah melahirkan diberikan mie instan dan juga susu. Rumah-rumah warga di Desa Kuaklalo yang tidak memiliki WC dibangun WC, yang lantainya tanah dibangun dengan semen ibu-ibu juga diberikan pelatihan untuk kesehatan gigi dengan memberikan peralatan MCK. Dari FGD

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 36

Page 38: 5 Riset Kupang

komunitas di Desa Kuaklalo mengungkapkan bahwa masyarakat merasa terpenuhi kebutuhannya oleh OMS yang bekerja di sana.

4.5.3. Memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok terpinggirkan. Dari hasil studi yang sama, kerja LSM dirasakan lebih bermanfaat dari pemerintah karena sifatnya langsung. Lembaga donor bekerjasama dengan LSM di Kabaputen Kupang memperhatikan kehidupan masyarakat dari sejak dalam kandungan (Ibu hamil) sampai anak usia sekolah bahkan ke perguruan tinggi. Pembangunan dari sanitasi sampai atap rumah seperti yang dilakukan oleh CCF. Kelompok-kelompok marginal dari hasil sample penelitian merasa telah terpenuhi kebutuhannya oleh LSM (baik lokal maupun internasional) dari pada dengan pemerintah, karena biasanya dari pemerintah ini birokrasinya lebih kental, terlebih pemerintah tidak memiliki fasilitator pendamping dalam pelaksanaan programnya.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 37

Page 39: 5 Riset Kupang

Lampiran:

DESAIN PENELITIAN

I. Tujuan dan hasil/output yang diharapkan

Tujuan Mengumpulkan data-data situasi kabupaten yang menjadi wilayah penelitian terkait tentang kondisi masyarakat sipil sesuai dengan dimensi IMS sebagai salah satu basis informasi bagi peserta lokakarya IMS untuk melakukan penilaian IMS.

Hasil/output yang diharapkan1. Data kondisi masyarakat sipil berdasarkan indikator-indikator tertentu dalam 4 dimensi

IMS yaitu struktur, nilai, lingkungan dan dampak.2. Gambaran umum kabupaten mencakup jumlah penduduk (L/P), organisasi OMS, mata

pencaharian, kantong-kantong kemiskinan, jumlah kecamatan (rural/urban).

Fungsi Riset1. Hasil penelitian akan berfungsi memberikan data pada peserta lokakarya IMS yang akan

melakukan penilaian (IMS)2. Mengangkat suara dari tingkat komunitas terkait dengan kondisi MS yang tercermin

dalam indikator-indikator IMS pada dimensi struktur, nilai, lingkungan dan dampak.

II. Fokus Isu

Penelitian ini akan fokus pada indikator-indikator dalam 4 dimensi masyarakat sipil yaitu;1. Struktur masyarakat sipil; melihat pada aktor-aktor di dalam arena MS, karakteristik

utamanya dan hubungan-hubungan diantara mereka (ukuran dan kekuatan).2. Lingkungan eksternal; melihat keberadaan masyarakat sipil dalam menjalankan

fungsinya3. Nilai; melihat pada nilai-nilai yang dipegang dan diperjuangkan dalam arena

masyarakat sipil4. Dampak; melihat pada dampak dari aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh aktor-

aktor masyarakat sipil

III. Fokus Wilayah Penelitian

Penelitian ini tidak bisa mewakili gambaran dari kondisi kabupaten setempat secara umum, hanya cuplikan-cuplikan dari kondisi desa/kecamatan dalam kabupaten yang menjadi sample penelitian. Meskipun demikian penelitian ini tetap berusaha untuk menampilkan sample dari keberagaman komunitas. Karena itulah penelitian ini akan fokus pada

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 38

Page 40: 5 Riset Kupang

wilayah/komunitas miskin/rural dan urban/kota dari survei sosial-ekonomi nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh BPS.

Penentuan wilayah akan ditentukan dengan cara purposive (sengaja) di wilayah dampingan OMS di Kabupaten tersebut dan diluar wilayah dampingan OMS, dengan melihat keberagaman komunitas urban dan ruralnya. Dengan proporsi 3 desa dampingan dan 3 desa di luar dampingan.

IV. Metode dan Wilayah Penelitian

Penelitian ini akan mengunakan studi stakeholder dimana teknik pengambilan data akan dilakukan dengan in-depth interview dan Focus Group Discussion (FGD). Selain itu juga akan dilakukan studi literatur untuk mempelajari beberapa dokumen terkait dengan kondisi kabupaten dan masyarakat sipil di kabupaten yang menjadi wilayah penelitian.Penelitian ini akan dilakukan di wilayah baru Access phase II yaitu Kabupaten Goa dan Kabupaten Takalar (Propinsi Sulawesi Selatan), Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu (Propinsi NTB), Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (Propinsi NTT) dan Kabupaten Buton Utara dan Kota Bau Bau (Propinsi Sulawesi Tenggara).

Jumlah Responden Tiap KabupatenDalam 1 kabupaten responden penelitian ini berjumlah 100 orang dengan rincian sebagai berikut;o 4 desa dalam 2 komunitas rural dan 2 komunitas urban (yang terdiri dari dampingan

OMS dan di luar dampingan OMS)o 5 FGD/kabupaten @ 13 – 17 orang dengan rincian 4 kali FGD komunitas dan 1 kali FGD

OMS saat pemetaan OMSo 20 – 25 orang tokoh kunci (3 diambil dari mereka yang sudah terlibat dalam FGD secara

aktif; 6 diluar peserta FGD)

V. Teknik Pengumpulan Data

A. Studi LiteraturBeberapa dokumen yang akan dicari dalam studi ini adalah dokumen terkait dengan kondisi kabupaten seperti; jumlah penduduk, mata pencarian, daerah-daerah termiskin di kabupaten tersebut. Selain itu juga OMS yang ada di Kabupaten mencakup bentuk organisasi, bidang gerak, laporan-laporan hasil kerja OMS di kabupaten yang bersangkutan termasuk donor yang berkerja di wilayah tersebut dan dokumen-dokumen lain yang dipandang relevan dengan isu ini.

B. Focus Group DiscussionFGD akan dilakukan 5 kali di tiap kabupaten, yang terdiri atas 1 FGD dengan OMS untuk pemetaan OMS, 2 FGD dengan komunitas dampingan OMS dan 2 FGD dengan kelompok lain diluar dampingan OMS. FGD ini akan dilakukan di komunitas urban dan komunitas rural.

Pada tiap kali FGD ini terdiri dari 13 – 17 orang sehingga lebih memudahkan untuk setiap orang berbicara dan mengeluarkan pendapatnya. Fasilitator akan membantu proses

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 39

Page 41: 5 Riset Kupang

diskusi agar semua peserta dapat aktif terlibat dalam FGD ini. Fasilitator minimal terdiri dari 2 orang (peneliti lokal di dua kabupaten), sehingga ada pembagian tugas dalam proses diksusi.

FGD Rural UrbanLaki-laki 8 org dampingan OMS

7 org non dampingan OMS

8 org dampingan OMS7 org non dampingan OMS

Perempuan 8 org dampingan OMS7 org non dampingan OMS

8 org dampingan OMS7 org non dampingan OMS

C. Wawancara MendalamWawancara mendalam ini akan dilakukan dengan dengan tokoh kunci baik tokoh masyarakat maupun tokoh OMS. Tokoh kunci yang dimaksud adalah tokoh/individu yang memiliki pengetahuan mengenai topik tertentu (tidak selalu seorang pemimpin). Tujuannya adalah mengumpulkan informasi kondisi masyarakat yang bersifat deskriptif untuk keperluan perencanaan, persiapan dan pengambilan keputusan, juga mengecek kebenaran informasi yang telah dikumpulkan dengan teknik FGD (triangulation).

Narasumber 20 - 25 orang yang terdiri dari unsur:1. Kesbanglimas 1 orang2. BPMD 1 orang3. Bappeda 2 orang4. DPRD 2 orang5. Aktivis OMS 5 orang6. Dampingan wilayah program OMS 3 orang7. Dampingan wilayah program Pemerintah 3 orang8. Pengamat politik/akademisi 3 orang9. Donor yang bekerja diwilayah tersebut tergantung berapa donor yang bekerja di-

sana.

Penelitian Kondisi Organisasi Masyarakat Sipil_Kabupaten Kupang 40