5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan...

16
5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi Penelitian 5.1.1 Alat penangkapan ikan Pada dasarnya dalam suatu operasi penangkapan ikan penggunaan bermacam-macam jenis alat penangkapan ikan sesuai dengan target ikan yang akan ditangkap itu dibolehkan. Dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan perikanan seperti yang diamanatkan dalam UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yaitu agar SDI tetap lestari serta pemanfaatannya dapat optimal dan berkelanjutan maka perlu dilakukan beberapa langkah yang berkaitan dengan penggunaan Alat Penangkapan Ikan di antaranya ([email protected] Blog : http://mukhtar-api.blogspot.com) : 1. Pembuatan ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan yang mengatur tentang penggunaan Alat Penangkapan Ikan. 2. Pencantuman jenis dan dimensi utama Alat Penangkapan Ikan yang digunakan dalam SIPI. 3. Pengawasan penggunaan Alat Penangkapan Ikan di lapangan. Alat penangkapan ikan utama yang digunakan oleh nelayan Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara adalah pancing ulur dan jaring hanyut (gillnet). Sebagian besar teknologi penangkapan ikan yang dipergunakan nelayan setempat masih sederhana. Armada penangkapan ikan didominasi oleh perahu dayung dan perahu motor tempel (ketinting) dengan ukuran dibawah 2 GT. Jenis teknologi penangkapan yang masih sederhana dan armada skala kecil menyebabkan daerah penangkapan ikan terbatas di perairan pantai sekitar 2-3 mil. Berdasarkan waktu kerja dari nelayan di Desa Pediwang, Bori, dan Desa Doro Kecamatan Kao Utara, mereka tergolong sebagai nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Sedangkan Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil dari waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005).

Transcript of 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan...

Page 1: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

51

5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi Penelitian

5.1.1 Alat penangkapan ikan

Pada dasarnya dalam suatu operasi penangkapan ikan penggunaan

bermacam-macam jenis alat penangkapan ikan sesuai dengan target ikan yang

akan ditangkap itu dibolehkan. Dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan

perikanan seperti yang diamanatkan dalam UU No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan yaitu agar SDI tetap lestari serta pemanfaatannya dapat optimal dan

berkelanjutan maka perlu dilakukan beberapa langkah yang berkaitan dengan

penggunaan Alat Penangkapan Ikan di antaranya ([email protected]

Blog : http://mukhtar-api.blogspot.com) :

1. Pembuatan ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan yang mengatur tentang

penggunaan Alat Penangkapan Ikan.

2. Pencantuman jenis dan dimensi utama Alat Penangkapan Ikan yang digunakan

dalam SIPI.

3. Pengawasan penggunaan Alat Penangkapan Ikan di lapangan.

Alat penangkapan ikan utama yang digunakan oleh nelayan Kecamatan

Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara adalah pancing ulur dan jaring hanyut

(gillnet). Sebagian besar teknologi penangkapan ikan yang dipergunakan nelayan

setempat masih sederhana. Armada penangkapan ikan didominasi oleh perahu

dayung dan perahu motor tempel (ketinting) dengan ukuran dibawah 2 GT. Jenis

teknologi penangkapan yang masih sederhana dan armada skala kecil

menyebabkan daerah penangkapan ikan terbatas di perairan pantai sekitar 2-3 mil.

Berdasarkan waktu kerja dari nelayan di Desa Pediwang, Bori, dan Desa

Doro Kecamatan Kao Utara, mereka tergolong sebagai nelayan sambilan utama

dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang

sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi

penangkapan ikan. Sedangkan Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang

sebagian kecil dari waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi

penangkapan (Ditjen Perikanan Tangkap, 2005).

Page 2: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

52

Keterbatasan alat tangkap yang dimiliki nelayan di Desa Pediwang, Desa

Doro, dan Desa Bori merupakan salah satu faktor yang cukup dominan yang

menyebabkan produktifitas hasil tangkapan nelayan menjadi rendah. Daya jelajah

perahu yang digunakan umumnya terbatas, dan berimplikasi pada jumlah dan

jenis tangkapan ikan yang makin lama makin berkurang. Rata-rata penghasilan

yang diperoleh nelayan miskin relatif kecil sehingga hanya untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, bahkan bagi nelayan yang memiliki tanggungan keluarga

yang lebih besar, terpaksa hidup kekurangan. Disamping mengandalkan hasil laut

sebagai penopang kebutuhan keluarga, sebagian besar dari masyarakat nelayan di

ketiga desa tersebut juga mengandalkan hasil-hasil perkebunan. Rata-rata

masyarakat nelayan di tiga desa memiliki kebun yang menghasilkan kelapa

(kopra) yang bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5.1.2 Sosial budaya masyarakat nelayan

Masyarakat nelayan di Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara

yang bergerak di sektor perikanan rata-rata kualitas sumberdaya manusianya

masih rendah. Umumnya mereka mengelola usaha perikanan bersifat turun

temurun dan hanya mengandalkan kemampuan fisik. Tingkat pendidikan bukan

merupakan keharusan untuk menjadi nelayan, namun terpenting bagi mereka

memiliki kemauan dan motivasi kerja. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap

adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah

lingkungan. Akibatnya nelayan di Kabupaten Halmahera Utara masih tetap

menggunakan bom ikan sesuai dengan kebiasaan yang turun-temurun dari

generasi sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Boeke (1983, bahwa

aktivitas ekonomi masyarakat nelayan senantiasa ditundukkan pada dan dicampur

dengan berbagai macam motif yaitu, motif sosial, keagamaan, etis dan tradisional.

Dari sisi konsumsi, kehidupan ekonomi desa tradisional dibangun atas dasar

“prinsip swasembada”, dimana hampir seluruh kebutuhan hidup kesehariannya

diproduksi/dipenuhi oleh desa tradisional sendiri. Kemampuan desa tradisional

membangun struktur ekonomi demikian, karena didukung penuh oleh adanya

ikatan-ikatan sosial yang asli dan organis, sistem kesukuan tradisional, kebutuhan-

kebutuhan yang tak terbatas dan bersahaja, prinsip produksi pertanian semata-

Page 3: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

53

mata untuk keperluan keluarga, pengekangan pertukaran sebagai alat untuk

memuaskan kebutuhan, serta tidak terlalu berorientasi kepada laba (non profit

oriented).

Selanjutnya, Boeke (1983) menyatakan bahwa kehidupan sosial

masyarakat desa yang tradisional sulit diklasifikasikan menurut pekerjaan mereka,

tidak seperti struktur kehidupan sosial pada masyarakat perkotaan dalam

klasifikasi yang jelas dan terstruktur. Masyarakat desa tradisional yang hidup di

daerah-daerah pertanian pedalaman hidup dalam komunitas-komunitas yang

cenderung bersikap “tertutup”, serta dengan semangat kelompok yang kuat,

karena mereka menganggap bahwa eksistensi individu terletak di dalam

kehidupan berkelompok atau bermasyarakat.

Nelayan di Kecamatan Kao utara termasuk nelayan sambilan utama. Oleh

karena itu, karakteristik usaha nelayan di lokasi penelitian ini masih tergolong

skala kecil dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya. Kehidupan

masyarakat pada 3 desa ini masih bersifat tradisional dan memiliki budaya yang

lebih mengagungkan orang yang lebih tua, dan sistem kekerabatan yang masih

kuat berdasarkan adat istiadat setempat. Gaya hidup yang cenderung tradisional

masih terlihat di Desa Bori. Dalam menjalankan kehidupannya, rata-rata

masyarakat pada 3 desa ini memiliki lahan kebun yang ditanami berbagai

tanaman. Tanaman yang sangat dominan di areal kebun masyarakat adalah kelapa,

yang dipanen dan diolah menjadi kopra setiap 4 bulan sekali. Untuk kebutuhan

makan setiap harinya, masyarakat 3 desa ini disamping membeli beras, sebagian

juga mengusahakan dari hasil dari kebun seperti sagu, pisang, singkong, ubi, dan

padi ladang. Untuk kebutuhan konsumsi ikan, masyarakat 3 desa dapat membeli

dari anggota masyarakat desa yang menangkap ikan, atau melakukan

penangkapan ikan sendiri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam

sehari, jumlah tangkapan yang dicari hanya sebatas untuk dikonsumsi harian, dan

apabila lebih, dapat dijual kepada anggota masyarakat lainnya atau ke pedagang

pengumpul.

Aspek sosial lainnya yang menggambarkan karektersitik masyarakat

nelayan Kecamatan Kao Utara, yaitu umur, pendidikan dan pendapatan. Sebagian

besar nelayan di ke-3 desa berkisar antara 40- 60 tahun. Tingkat umur responden

Page 4: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

54

mayoritas antara 40-60 tahun, menunjukan profesi di sektor perikanan sebagai

nelayan tidak menarik bagi kaum muda. Usaha perikanan yang memerlukan

modal dan resiko tinggi menyebabkan kaum muda di tiga desa tersebut lebih

memilih pekerjaan sebagai buruh di perkebunan, pelabuhan dan tukang ojek.

Salah satu permasalahan mendasar bagi pembangunan kelautan dan

perikanan, khususnya yang bergerak dalam skala mikro dan kecil adalah sulitnya

akses permodalan dari lembaga keuangan/perbankan formal. Akibatnya nelayan

seringkali terjerat oleh renteneer yang menawarkan pinjaman dengan cepat dan

mudah, namun diimbangi dengan tingkat bunga yang tinggi. Keterbatasan

permodalan ini diperburuk dengan sistem penjualan yang cenderung dimonopoli

oleh para tengkulak (Purna, 2000). Akibatnya nelayan kaum muda menganggap

bahwa profesi sebagai nelayan tidak menantang dan tidak menarik. Realitas

lingkaran kemiskinan nelayan yang mereka amati kaum muda juga diduga

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sektor kelautan dan perikanan ini

menjadi tidak menarik.

Tingkat pendidikan tertinggi masyarakat nelayan (responden) adalah

tamatan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masih di tingkat

menengah ke bawah, bahkan banyak yang tidak sekolah. Kondisi ini

menggambarkan bahwa SDM di ketiga desa tersebut dapat digolongkan masih

rendah. Begitu banyaknya nelayan tidak sekolah, menunjukkan pendidikan bagi

ke tiga desa tersebut merupakan kebutuhan primer yang harus diperhatikan oleh

pemerintah. Pada kondisi dewasa ini, biaya yang dibutuhkan untuk bersekolah

pada tingkatan yang lebih tinggi memerlukan biaya cukup besar. Sehingga hal ini

bisa dipahami, mengingat rata-rata pendapatan responden di tiga desa lokasi

penelitian sangat rendah yaitu antara Rp.800.000.- hingga Rp.1.350.000.-

perbulan.

Secara sosial-ekonomi-budaya konsep pembangunan berkelanjutan

mensyaratkan, bahwa manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari kegiatan

penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan

untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan tersebut, terutama

mereka yang ekonomi lemah, guna menjamin kelangsungan pertumbuhan

ekonomi wilayah itu sendiri. Untuk negara berkembang, seperti Indonesia, prinsip

Page 5: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

55

ini sangat mendasar, karena banyak kerusakan lingkungan pesisir misalnya

penambangan batu karang, penebangan mangrove, penambangan pasir pantai dan

penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, berakar pada kemiskinan

dan tingkat pengetahuanyang rendah dari para pelakunya.

Faktor-faktor sosial budaya masyarakat nelayan yang berpengaruh

terhadap pelestarian kemampuan sumber daya perikanan laut antara lain adalah

sikap menyatu dengan alam atau pasrah, hal ini menyebabkan perkembangan

sumber daya perikanan tidak seimbang dengan pemanfaatan perikanan oleh

nelayan yang sebagian besar masih menggunakan alat tangkap bom ikan.

Sedangkan apabila menggunakan alat tangkap moderen dan sikap ingin

memanfaatkan sumber daya perikanan semaksimal mungkin, hal ini mungkin

akan menurunkan kemampuan sumber daya perikanan yang ada. Tindakan atau

kebijakan Pemerintah Daerah yang dibutuhkan oleh nelayan dan petani kecil guna

meningkatkan taraf hidup mereka tanpa merusak kemampuan dan kelestarian

sumber daya perikanan dan sumber daya alam lainnya di wilayah pantai adalah

melalui izin usaha perikanan yang diberikan kepada para pengusaha. Langkah

operasional Pemerintah Daerah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas

sumber daya manusia dan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup

serta pemahaman nelayan dalam bidang usahanya adalah dilakukan dengan

penyuluhan-penyuluhan melalui tenaga lapangan yang ada (PPL Perikanan). Di

samping hal tersebut juga para nelayan disarankan untuk masuk menjadi anggota

Koperasi Unit Desa Perikanan. Keuntungannya adalah demi kelancaran

pemasaran dan stabilnya harga serta yang tak kalah pentingnya adalah para

nelayan dapat menikmati SHU (sisa hasil usaha) dalam bentuk uang yaitu pada

masa nelayan dalam keadaan paceklik.

5.1.3 Ekonomi masyarakat nelayan

Pendapatan masyarakat nelayan pada tiga desa lokasi penelitian tergantung

pada sistem perekonomian yang ada di Kecamatan Kao Utara. Keberadaan pasar

yang masih tradisional dan hanya dibuka 2 kali dalam satu minggu, menyebabkan

aktivitas jual beli masyarakat nelayan untuk menjual hasil tangkapan terbatas, dan

paling banyak terjual pada pedagang pengumpul (dibo-dibo) dengan harga yang

rendah. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada responden nelayan di 3 desa,

Page 6: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

56

diperoleh gambaran bahwa pendapatan nelayan responden mayoritas Rp.300.000.-

sampai dengan Rp.600.000.- per bulan, yang diperoleh dari hasil penangkapan

ikan. Pendapatan ini juga ditunjang dengan pendapatan yang berasal dari hasil-

hasil perkebunan yang berkisar Rp.500.000.- sampai Rp.750.000.- per bulan. Jika

dijumlahkan, maka pendapatan masyarakat nelayan yang ada di ketiga desa

penelitian adalah sekitar Rp.800.000 - Rp.1.350.000.- per bulan. Besar

penghasilan masyarakat nelayan ini tergolong cukup apabila dihitung jumlah

pengeluaran nelayan per hari yaitu rata-rata sebanyak Rp.40.000.-. Sehingga total

pengeluaran masyarakat nelayan dapat berkisar Rp.1.200.000.-. Menghitung

pendapatan nelayan dan pengeluaran yang dilakukan oleh seorang nelayan,

terdapat selisih sebesar Rp.150.000.- per bulan. Jumlah kelebihan tersebut tidak

digunakan untuk ditabung, namun digunakan untuk membeli kebutuhan alat

tangkap (pancing ulur), seperti senar atau kait, dan kebutuhan keluarga lainnya,

serta biaya transportasi ke toko peralatan tangkap yang ada di ibukota kabupaten.

Lembaga-lembaga keuangan seperti bank yang belum ada di Kecamatan

Kao Utara, menyebabkan perputaran ekonomi di kecamatan ini lambat.

Rangsangan lembaga keuangan seperti koperasi-koperasi simpan pinjam, hanya

dilakukan untuk mencari keuntungan semata, tanpa keberpihakan kepada

masyarakat kecil, dengan menetapkan suku bunga pinjaman yang besar dan

memberatkan masyarakat nelayan, menyebabkan pendapatan masyarakat nelayan

tidak cukup untuk membiayai kebutuhan yang ada. Hal ini merupakan tanggung

jawab pemerintah yang harus diperhatikan sehingga kesejahteraan masyarakat

nelayan akan terpenuhi.

Peran lembaga perbankan dalam penyaluran kredit komersial untuk

membantu pemgembangan perikanan tangkap di Kecamatan Kao Utara mutlak

diperlukan. Namun demikian, akses nelayan terhadap perbankan di lokasi

penelitian ini masih terbatas karena mereka pada umumnya belum mengetahui

proses untuk memperoleh pinjaman, di samping agunan yang tidak ada sesuai

dengan yang disyaratkan oleh lembaga keuangan. Saleh (2004) mengemukakan

bahwa kecenderungan bank-bank umum mendanai sektor-sektor usaha yang

bergerak dalam bidang industri pengolahan hasil laut, serta pedagang besar hasil

laut, dan belum menyentuh pada nelayan secara individu. Hal ini disebabkan oleh

Page 7: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

57

kebijakan prudential banking serta persyaratan pada pemberian kredit yang

ditetapkan oleh otoritas moneter, yang memberikan batasan gerak bagi perbankan

umum, untuk dapat menjangkau masyarakat miskin, khususnya masyarakat

miskin yang ada di daerah pesisir (Saleh, 2004).

Pembangunan wilayah pesisir pada umumnya dikaitkan dengan upaya

pengentasan kemiskinan nelayan yang kehidupannya tergantung pada usaha

perikanan. Sektor perikanan pada hakekatnya dapat dikembangkan sebagai

alternatif bagi perbaikan ekonomi masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan

merupakan salah satu dari sekian banyak golongan ekonomi lemah. Persoalan

tersebut harus diatasi dengan mendayagunakan segala potensi atau sumberdaya

yang tersedia yang ditunjang dengan penerapan strategi yang efektif. Strategi

yang efektif dapat dicapai melalui penggunaan teknologi, tenaga kerja intensif,

modal dan keterampilan serta pemberdayaan kelembagaan untuk

meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat miskin. Peraturan pemerintah

berisi tentang ketentuan-ketentuan dalam pengelolaan kawasan konservasi laut

daerah yang dilakukan secara terpadu, termasuk hal yang bersifat dilarang dan

diperbolehkan untuk dilakukan sanksi/denda, serta hal-hal khusus yang

menyangkut kawasan konservasi laut daerah.

5.2 Penggunaan bom dalam penangkapan ikan

Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan pemboman ikan

merupakan praktek yang umum dilakukan serta dapat memberikan dampak

negatif bagi ekosistem terumbu karang. Nelayan selama ini selalu dianggap oleh

berbagai pihak lain sebagai perusak lingkungan, khususnya terumbu karang.

Beberapa jenis teknologi yang mereka gunakan untuk menangkap ikan tidak

ramah lingkungan atau merusak lingkungan (unfriendly technology), contohnya

adalah bom ikan, potassium sianida (Baker, 2004). Fenomena yang banyak

menarik perhatian banyak pihak adalah nelayan pengguna bom ikan karena dua

alasan. Pertama, tingkat kerusakan yang ditimbulkan teknologi ini terhadap

terumbu karang sangat signifikan, dan kedua adalah meningkatnya jumlah

nelayan pengguna bom ikan ini bersamaan dengan masa krisis ekonomi Indonesia.

Page 8: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

58

Kegiatan pengeboman ikan di perairan Kecamatan Kao Utara akan

berpengaruh terhadap degradasi ekosistem. Namun demikian, degradasi akibat

penggunaan bom ini perlu dikaji secara mendetail lagi. Menurut Indrapramana

(2010), degradasi ekosistim terumbu karang secara umum disebabkan oleh 2

faktor yaitu: faktor alami (antogenic causes) seperti bencana alam dan aktivitas

manusia (antrophogenic causes) baik secara langsung maupun tidak langsung.

Aktivitas manusia lainnya merusak terumbu karang dan ekosistim lainnya secara

langsung adalah penangkapan ikan tidak ramah lingkungan dengan menggunakan

bahan berbahaya seperti cyanida dan bahan peledak (bom) dapat menyebabkan

kematian hewan-hewan karang serta kerusakan secara fisik terumbu karang.

Penggunaan bahan peledak dan racun dalam penangkapan ikan menimbulkan

efek sampingan yang sangat besar. Selain rusaknya koloni karang yang ada

disekitar lokasi peledakan juga dapat menyebabkan kematian organisme lain

yang bukan merupakan target penangkapan.

Tingkat kerusakan karang bervariasi dan sangat tergantung pada jarak titik

ledakan (pusat ledakan) dari karang tersebut, bobot bahan peledak serta struktur

karang itu sendiri. Dalam hal ini jenis karang yang mempunyai struktur yang lebih

kuat, seperti golongan karang batu (stone coral) dan karang otak (brain coral)

mengalami tingkat kerusakan yang lebih ringan, seebaliknya karang yang

strukturnya rapuh seperti golongan karang cabang (branching coral) mengalami

tingkat kerusakan yang lebih parah (Subandi 2004).

Menurut Mann (2000), dampak aktivitas manusia yang penting terhadap

terumbu karang yaitu eurotrofikasi, potensi minyak, penambangan karang, serta

praktek perikanan yang merusak lingkungan. Selain itu pula ditambahkan oleh

Murdiyanto (2003), beberapa metode penangkapan ikan yang memberikan

dampak fisik terhadap terumbu karang seperti penggunaan pukat pantai, dan

penggunaan bahan peledak. Selain itu penangkapan ikan dengan bahan peledak

(dynamite) dan cyanide membuat ikan menjadi pingsan di koloni karang. Hal ini

mempunyai dampak yang sangat serius pada terumbu karang serta keduanya

merusak secara fisik terumbu karang dan mempengaruhi kesehatan karang dan

organisme lain yang berasosiasi dengan terumbu karang (Rosenberg, et al. 2004).

Page 9: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

59

Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom di kawasan

perairan Kecamatan Kao Utara telah berlangsung cukup lama. Menurut informasi

yang diperoleh dari masyarakat bahwa aktivitas pengeboman dimulai kurang lebih

pada awal tahun 1980-an dan masih berlangsung sampai sekarang. Pengetahuan

tentang cara membuat dan menggunakan bom ikan diturunkan dari teman/orang

desa dan dari nelayan lain diluar desa. Kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan bom telah menjadi kebiasaan nelayan di ke tiga desa tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

aktivitas nelayan dalam mendapatkan hasil tangkapan dengan menggunakan bom

ikan di perairan Teluk Kao masih berlangsung sampai saat ini. Dari 60 responden

yang dipilih dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 18,3 % aktivitas

penggunaan bom dalam penangkapan ikan di perairan Teluk Kao masih

berlangsung sampai saat ini. Penggunaan bom ini hanya merupakan kelengkapan

alat tangkap sampingan yang dimiliki oleh nelayan, karena alat tangkap lain yang

utama adalah pancing ulur. Pengoperasian alat penangkapan yang dapat merusak

lingkungan ini, menurut nelayan responden yang menggunakan, hanya dilakukan

sewaktu-waktu, disaat terdapat gerombolan ikan di atas terumbu karang, ataupun

di perairan dalam. Bom ini diperoleh dengan cara merakit sendiri, atau membeli

dari nelayan lain di desa setempat atau desa tetangga yang mempunyai keahlian

dalam membuat/merakit bom ikan. Bahan baku pembuatan bom terdiri dari

botol/pipa bekas, diisi dengan mesiu yang diperoleh dengan mudah dari dasar

perairan Teluk Kao dimana masih banyak terdapat bom bekas peninggalan perang

dunia kedua yang dibuang ke dasar laut. Bom-bom bekas perang tersebut dicari

oleh beberapa nelayan yang melakukan penyelaman ke dasar perairan Teluk Kao

menggunakan air compressor, kemudian dibuka di tempat-tempat yang

tersembunyi dan diambil isinya (mesiu). Mesiu yang telah ditemukan, kemudian

dirakit menjadi bom ikan, atau dijual kepada nelayan lain yang juga merakit bom

sendiri. Harga per kilogram mesiu yang dijual Rp.50.000 – Rp.100.000.- dapat

digunakan untuk membuat bom ikan 3 – 4 buah. Satu buah bom apabila

dioperasikan dapat memberikan hasil tangkapan sebesar 10 kali lipat dari hasil

dengan pancing ulur.

Page 10: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

60

Pengoperasian bom ikan dalam penangkapan ikan, dilakukan secara

tersembunyi, atau dilakukan pada saat menemukan gerombolan ikan. Walaupun

terdapat nelayan lain yang ada di sekitarnya, pengoperasiannya tetap dapat

dilakukan, karena nelayan lain juga akan turut terlibat dalam pengumpulan hasil

tangkapan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar nelayan yang

melakukan pengeboman sadar dan tahu bahwa pengoperasian alat tangkap ini

adalah tindak pidana yang dapat menyeret pelaku ke penjara. Namun tidak adanya

pengawasan dari pihak instansi terkait menyebabkan praktek ini leluasa digunakan

oleh nelayan setempat. Pengalaman yang cukup lama menggunakan bom dalam

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, menyebabkan nelayan dapat

meminimalisir resiko yang mungkin timbul seperti cacat dan kematian.

Menghentikan kebiasaan penangkapan ikan menggunakan bom ini, sangat

sulit. Kebijakan yang ditempuh aparat keamanan (Polsek Kao) untuk mengawasi

perairan telah dilakukan dengan membangun 1 pos polisi di Desa Daru (Ibukota

Kecamatan Kao Utara), namun personil yang ditempatkan hanya 1 orang. Hal ini

tentunya sangat sulit untuk melakukan pengawasan terhadap perairan yang luas

dan perdagangan hasil tangkapan nelayan sangat terbatas. Kebijakan instansi-

instansi pemerintah seperti DKP, Kantor Kecamatan dan Kantor Kepala Desa

belum terkoordinasi dengan baik menyebabkan pengawasan terhadap praktek-

praktek penggunaan bom yang merusak ini dapat dilakukan dengan leluasa.

Alternatif kebijakan yang perlu ditempuh adalah dengan mengadakan koordinasi

secara bersama-sama antara instansi pemerintah, masyarakat, kepolisian untuk

menentukan solusi yang tepat sehingga kegiatan pengeboman yang dilakukan

masyarakat akan semakin berkurang. Selain itu penyuluhan yang terkait dengan

dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan pengeboman ikan ini juga perlu

disosialisasikan kepada nelayan.

5.3 Faktor Determinan Penggunaan Bom Ikan

Hasil analisis regresi linier berganda pada setiap variabel bebas pada taraf

< 5%, menunjukkan bahwa, variabel tunggal yang memberikan sumbangan

nyata/signifikan di ke-3 desa lokasi penelitian terhadap perubahan Y adalah

variabel pendidikan. Artinya bahwa, semakin tinggi pendidikan, semakin

berkurang aktivitas penangkapan dengan bom, sedangkan untuk umur dan

Page 11: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

61

pendapatan tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini bisa dipahami,

tingkat pendidikan akan membuka wawasan dalam berpikir dan menganalisis

resiko tinggi dari penggunaan bom. Sedangkan umur yang lebih tua memberikan

kemampuan bagi seorang nelayan untuk lebih berpengalaman menggunakan bom

dalam kegiatan penangkapan yang dilakukan, dan tingkat pendapatan yang rendah

untuk memenuhi kebutuhan hidup, dapat menyebabkan seorang nelayan

menggunakan bom dalam penangkapan ikan. Program lain yang berhubungan

dengan konservasi dan rehabilitasi lingkungan hidup adalah pembuatan karang

buatan, penanaman kembali bakau, konservasi kawasan laut dengan jenis ikan

tertentu serta penegakan hukum terhadap kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan bom, racun, dan alat tangkap lainnya yang bersifat destruktif adalah

program-program pembangunan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

kesejahteraan nelayan.

Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat aktivitas penggunaan bom ikan

pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan. Dalam arti bahwa tingkat

pendidikan yang semakin tinggi ternyata dapat mengurangi kegiatan pengeboman

ikan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu menggalakkan wajib belajar 9

tahun, bahkan mendorong agar masyarakat nelayan khususnya dapat memperoleh

tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini tidak hanya dimaksudkan untuk

meningkatkan kesadaran dan menambah wawasan masyarakat terhadap bahaya

yang ditimbulkan pengeboman ikan dan praktek-praktek penangkapan ikan yang

destruktif lainnya. Namun, dengan tingkat pendidikan yang lebih baik, maka

mereka dapat turut serta berperan aktif dalam pengelolaan potensi sumberdaya

lokal, termasuk perikanan.

5.4 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan

Praktek penangkapan ikan tidak ramah lingkungan yang menggunakan

bahan peledak (bom) dan racun (bius) makin marak dilakukan di perairan

Indonesia. Praktek semacam ini selain menimbulkan dampak kerugian ekologi,

juga menimbulkan dampak social ekonomi yang memprihatinkan terutama akibat

menurunnya produktifitas terumbu karang. Jika hal ini berlangsung lama maka

akan berpengaruh terhadap biota laut.

Page 12: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

62

Agar keberlanjutan sumberdaya dapat dipertahankan, maka aktivitas

manusia (antrophogenic causes) yang baik secara langsung maupun tidak

langsung berpotensi merusak keberlanjutan sumberdaya ekosistem terumbu

karang mestinya diminimalisasi, salah satunya adalah penanggulangan

penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak.

Penggunaan bom dalam kegiatan penangkapan ikan di Kecamatan Kao

Utara adalah kegiatan yang destruktif dan dapat merusak lingkungan perairan

yang ada. Keberadaan potensi sumberdaya ikan yang menjadi aset Kabupaten

Halmahera Utara dapat hancur dan punah. Oleh karena itu, penggunaan bom

dalam kegiatan penangkapan ikan di perairan Kecamatan Kao utara harus perlu

untuk ditangani secara serius, agar potensi potensi sumberdaya ikan yang ada

dapat lestari dan dapat dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya. Dalam upaya

meminimalisasi penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dengan

menggunakan bahan peledak (bom) dan racun (sianida) khususnya adalah

(Indrapramana, 2010):

(1) Pengembangan mata pencaharian

Masyarakat pesisir (nelayan) dikategorikan masih miskin memiliki tingkat

pendidikan yang sangat rendah. Perilaku masyarakat yang cenderung

destruktif sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi (kemiskinan) dalam

memenuhi kebutuhannya dan diperparah dengan sifat keserakahan dalam

mendapatkan hasil yang maksimal walaupun ditempuh dengan cara-cara

yang merugikan karena bukan saja merusak lingkungan, akan tetapi

memutuskan rantai mata pencaharian anak cucu. Faktor rendahnya tingkat

pendidikan juga mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut. Dengan

adanya alternatif mata pencaharian tambahan diharapkan dapat

memberikan nilai tambah sehingga masyarakat nelayan destruktif akan

berkurang.

(2) Penegakkan hukum

Beberapa kasus penggunaan bom dalam penangkapan ikan yang tidak

dapat diselesaikan dengan baik, tuntas, dan transparan memicu perobahan

perilaku masyarakat (nelayan). Ketidakpuasan masyarakat akibat

Page 13: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

63

penanganan pelanggaran tersebut semestinya diperbaiki dimulai dari

aparat penegak hukum yang terkait dalam masalah ini.

(3) Pendidikan dan penyadaran tentang lingkungan

Masyarakat (nelayan) yang terindikasi sebagai pelaku penangkapan ikan

dengan merusak lingkungan memiliki tingkat pendidikan yang rendah

sehingga pengetahuan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang

terbatas. Dengan pendidikan dan penyadaran tentang lingkungan tersebut

dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, workshop, studi banding

dapat lebih ditingkatkan sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya

ekosistim lingkungan bagi kesejahteraan manusia.

(4) Pengaturan waktu, jumlah ukuran, dan wilayah tangkap

Dibeberapa daerah lokasi pengaturan waktu, jumlah, ukuran, dan wilayah

tangkap sudah dikembangkan. Namun, di beberapa daerah lain mengalami

kesulitan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya penelitian/kajian aspek

dari terumbu karang dan komunitas masyarakat pesisir (nelayan) serta

sumberdaya manusia pelaksana maupun pelaku kebijakan yang masih

terbatas.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Willkinson dan

Buddemeier, diacu dalam Hartati 2005, besarnya kerusakkan terumbu karang

berdampak buruk terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya dari orang-

orang yang hidup secara harmonis dan bergantung pada ekosistem tersebut untuk

kebutuhan rekreasi, pengamanan, material dan pendapatan. Hal ini menunjukkan

bahwa, kegiatan-kegiatan yang sifatnya merusak lingkungan perairan seperti

penggunaan bom akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan.

Penggunaan bom ikan melanggar undang-undang khususnya pasal 84 UU

No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Faktor undang-undang bersifat mendukung

(dengan adanya UU No. 311 tahun 2004). Faktor sarana dan prasarana bersifat

menghambat karena terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. Faktor penegak

hukum menjadi penghambat karena adanya laporan mengenai keterlibatan

anggota dalam menampung ikan hasil dari tangkapan dengan menggunakan bom

ikan. Faktor masyarakat bersifat menghambat karena masih menempuh jalan

pintas yang melanggar hukum, sedangkan masyarakat non pelaku kurang

Page 14: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

64

diberdayakan oleh jajaran kepolisian Faktor budaya menjadi pendukung karena

tidak membenarkan adanya upaya pengrusakan lingkungan yang diakibatkan

penggunaan bom ikan. http://125.161.190.253/lontar//file?file=digital/skripsi/47-

07-142.pdf

Sangat ironis, bahwa sebagian besar nelayan kita masih hidup dalam

kemiskinan. Sementara itu stok ikan semakin menipis, penangkapan ikan dengan

cara-cara destruktif seperti penggunaan bom dan racun sianida masih banyak

terjadi dimana-mana, ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove

telah banyak yang mengalami kerusakan, dan pencemaran telah melanda perairan

pesisir yang mengancam keberlanjutan usaha perikanan. Perikanan liar atau

pencurian ikan oleh nelayan asing juga belum dapat dikendalikan secukupnya.

Selain itu, aspek hukum dan penegakan hukum di laut juga masih menghadapi

berbagai kendala. Kesemua ini mengindikasikan diperlukannya pola perikanan

yang kuat. (Marhaeni.R.S, 2010).

Aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom)

dan racun (cyanida) sangat jarang dilaporkan oleh masyarakat kepada instansi

terkait mengingat kegiatan tersebut dilakukan di area laut yang jarang dilalui oleh

transportasi laut, sedangkan nelayan sendiri sangat kecil kemungkinannya untuk

melaporkan kepada sesama nelayan. Luasnya area laut yang harus diawasi dan

terbatasnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan penanggulangan penggunaan

bom ikan. Oleh sebab itu dalam penanggulangan masalah ini, penyidik sebagai

salah satu garda terdepan harus bertindak proaktif dengan tidak hanya menunggu

laporan dari masyarakat atau hanya melakukan patroli secara terbatas tetapi

dengan menerapkan teknik-teknik penyelidikan yang efektif dan murah. Langkah-

langkah efektif dimaksud meliputi:

(1) Melakukan identifikasi terhadap karakteristik (ciri khas) perahu/kapal

yang digunakan dalam pengeboman ikan. Kapal yang digunakan untuk

kegiatan ini umumnya mempunyai wadah tertutup yang kedap air dan diisi

dengan es dalam jumlah banyak yang fungsinya untuk mengawetkan ikan

hasil tangkapan;

(2) Melakukan identifikasi terhadap alat-alat pendukung yang biasa dibawa

oleh kapal/perahu pelaku pengeboman ikan. Selain menggunakan

Page 15: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

65

kapal/perahu dengan rancangan khusus, para pelaku juga membawa

peralatan tambahan seperti: jarring, pancing dan lain-lain untuk

penyamaran. Kapal ini juga dilengkapi dengan kompresor tabung udara

yang natinya digunakan untuk penyelaman untuk mengumpulkan hasil

tangkapan;

(3) Melakukan pemeriksaan/sampling berkala trehadap hasil tangkapan

Sampling ikan mati dapat dilakukan di perahu/kapal nelayan yang

sementara menangkap atau membawa ikan pada tempat-tempat ikan

didaratkan seperti tempat pendaratan ikan (TPI), atau pelabuhan

pendaratan ikan (PPI);

(4) Menelusuri jaringan pelaku pengeboman ikan dan jaringan pengedar

bahan berbahaya. Apabila terbukti ikan-ikan yang disampling tersebut

terbukti ditangkap dengan menggunakan bom ikan maka penyidik dapat

menelusuri jaringan pelaku dengan melakukan pengusutan secara berantai

mulai dari pemilik terakhir ikan yang disita oleh penyidik (ikan yang

disampling).

Mengembangkan mata pencaharian alternatif di Kecamatan Kao Utara

merupakan hal yang perlu dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa sumberdaya

pesisir secara umum dan sumberdaya perikanan tangkap secara khusus telah

banyak mengalami tekanan dan degradasi. Namun salah satu alasan yang

mendasar dan perlu dikaji yaitu status sumberdaya perikanan yang bersifat akses

terbuka. Menanggapi hal ini maka pengembangan mata pencaharian alternatif

bagi nelayan merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan. Pengembangan

mata pencaharian bukan saja dalam bidang perikanan seperti pengolahan,

pemasaran, budidaya perikanan tetapi patut diarahkan ke bidang non perikanan

(Nikijuluw V.P.H, 2007). Selanjutnya ditambahkan oleh Smith (1983)

beragumentasi bahwa bila kondisi akses terbuka masih terjadi maka apapun

kesejahteraan yang dilakukan baik pada kegiatan penangkapan ikan maupun pada

kegiatan yang berkaitan seperti pengolahan dan pemasaran ikan tidak akan

memberikan hasil peningkatan kesejahteraan nelayan

Degradasi terumbu karang di perairan pesisir disebabkan oleh berbagai

aktivitas manusia, di antaranya pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai

Page 16: 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Perikanan Tangkap di Lokasi ... V... · adopsi teknologi dan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. ... sebagai alat untuk ...

66

sumber pangan (ikan-ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang),

komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan

keanekaragaman hayati). Degradasi terumbu karang akibat pemanfaatannya

sebagai sumber pangan maupun ikan hias sebagian besar dikarenakan oleh

penggunaan bahan peledak, tablet potas dan sianida. Kenyataan ini dapat dijumpai

di banyak lokasi terumbu karang, berupa karang-karang yang rusak secara fisik

dalam formasi berbentuk cekungan. Selain itu degradasi terumbu karang terjadi

sebagai akibat kegiatan penambangan/penggalian karang untuk kepentingan

konstruksi jalan atau bangunan

Selanjutnya ditambahkan oleh Monintja (2001) bahwa pengelolaan

perikanan tangkap yang sukses haruslah menunjukkan karakteristik usaha

penangkapan yang berkelanjutan :

(1) Proses penangkapan ramah lingkungan, yaitu : hasil tangkapan sampingan

(by catch minimum), hasil tangkapan terbuang minim, tidak membahayakan

keanekaragaman hayati, tidak menangkap jenis ikan yang dilindungi, tidak

membahayakan habitat, tidak membahayakan kelestarian sumberdaya ikan

target, tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan nelayan, dan

memenuhi ketentuan Code of Conduct for Responsible Fisheries

(2) Volume produksi tidak berfluktuasi drastis (suplai tetap)

(3) Pasar (buyers) tetap/terjamin

(4) Usaha penangkapan masih menguntungkan

(5) Tidak menimbulkan friksi sosial

(6) Memenuhi persyaratan legal.