5. k3 a Sop Pemeliharaan Jtm

34
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan JTM 5. K3 DAN SOP PEMELIHARAAN JTM 5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 5.1.1. Dasar Hukum. Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini dibuat dengan menimbang bahwa : a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 68

description

keselamatan kerja jaringan distribusi

Transcript of 5. k3 a Sop Pemeliharaan Jtm

BAB I

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan JTM

5. K3 DAN SOP PEMELIHARAAN JTM5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)5.1.1. Dasar Hukum.

Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini dibuat dengan menimbang bahwa :

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja

e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling penting dalam kegiatan usaha. Maka perusahaan harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehataan bagi manusia yang terkait dengan kegiatan usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan usaha tersebut.

Misalnya PLN sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya membangkitkan, menyalurkan, mendistribusikan, dan melayani pelanggan. Maka setiap manusia yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut harus dijamin keselamatan dan kesehatannnya. Dan orang lain yang berada di sekitar kegiatan usaha maupun yang menggunakan produk energi listrik juga harus terjamin keselamatan dan kesehatannya.

Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan kegiatan meningkatkan keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia dan membatasi dan atau memperkecil kerugian dampak kecelakaan.

Yang bertanggungjawab melaksanakan tegaknya keselamatan dan kesehatan kerja ialah : manajemen, atasan pekerja, dan pekerja itu sendiri.

Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti terciptanya safe production , yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

5.1.2. Pengertian.

Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian, baik jiwa/raga dan atau harta. Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi sakit akibat melaksanakan kerja.

Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja ialah segala tempat dimana :

a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan,

b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal 2;

c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja seperti diurai pada pasal 3. yakni :

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

5.1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KKK).

Tujuan KKK adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai :

a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.

b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.

c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.

d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.

5.1.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12,

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja.

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai Pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

5.1.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ialah :

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Ruang lingkup program Jamsostek meliputi :

a) Jaminan Kecelakaan Kerja.

b) Jaminan Kematian.

c) Jaminan Hari Tua.

d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan Sosial Tenaga Kerja sendiri dengan standard ( dari ketentuan pemerintah, maka PLN tidak mengasuransikan pegawainya ke program Jamsostek, baik milik pemerintah / BUMN maupun swasta. 5.1.6. Kecelakaan Kerjaa. Pengertian Kecelakaan Kerja.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja, dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.

Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, baik karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju tempat kerja sampai kembali ke rumah melalui jalan normal.

b. Proses Kecelakaan.

Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat mengakibatkan kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi perusahaan.

Urutan proses terjadinya kecelakaan :Kultur LingkunganSebab dasarBahayaInsidenKerugian

-Budaya kerja

- Pola pikir

- Manajemenvisi dan misi kurang mendukung Unsafe act

Unsafe condi-tion

Miss manaje-men Kecelakaan

Near misses-Jiwa/raga

- Harta

- Efisiensi

Kultur Lingkungan.

Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :

tingkat kematangan budaya kerja

pola pikir lingkungan masyarakat pada umumnya atau lingkungan tempat kerja pada khususnya

serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan membentuk suatu behavior (paradigma, sikap, dan perilaku) para pekerjanya dalam menegakkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja.

Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :

Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling tinggi nilainya..

Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki paradigma untuk memikirkan keselamatan bagi manusia maupun bagi proses produksinya.

Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan KKK, dsb.

Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe production.

Bahaya.

Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi karena ada bahaya, baik itu berupa :

tingkah laku yang tak aman (unsafe act).

kondisi yang tak aman (unsafe condition).

manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

Contoh tingkahlaku tak aman :

Bekerja mengabaikan prosedur.

Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.

Bekerja tanpa kompetensi (rendah).

Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.

Sikap tubuh yang tidak benar.

Bekerja dengan bersendau gurau.

Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.

Bekerja dengan emosional / panik, dll.

Contoh kondisi yang tak aman :

Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.

Bahan, peralatan yang aus atau rusak.

Kondisi lantai yang licin.

House keeping yang tidak tertata baik.

Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.

Keadaan udara beracun.

Bising.

Contoh miss manajemen :

Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.

Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.

Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.

Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.

Insiden.

Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan ataupun near misses yang dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan ataupun menurunnya efisiensi produksi.

Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik, terbakar.

Contoh near miises :tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka maupun rusaknya benda/barang.

Kerugian.

Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami kerugian.

Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :

Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya kesempatan mendapatkan prestasi (penghasilan) karena menurun/hilangnya kemampuan kerja.

Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan keluarga, masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.

Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :

Biaya perawatan korban.

Biaya untuk pemberian santunan-santunan.

Waktu produksi berkurang.

Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya kemampuan produksi.

Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan, pendidikan, dll.) mencapai tingkat kompetensi seperti saat sekarang.

Menurunnya citra perusahaan.

Naiknya biaya asuransi.

Untuk mencegah / mengurangi kerugian bagi manusia (pekerja dan atau orang lain) dan kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita harus menghilangkan / mengurangi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk mencegah / mengurangi bahaya antara lain :

Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan miss mana-jemen) dan tindakan / cara mengatasinya.

Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think safety).

Dll.

5.1.7. Keselamatan Dalam Bekerja.a. Tempat Kerja Bertegangan.

Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :

Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.

Jangan sendirian (dua orang).

Sehat jasmani dan rohani.

Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.

Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya (missal: tegangan ijin, daya hantar, dll).

Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada.

Berada pada jarak yang aman.

Bekerja Pada Bebas Tegangan.

Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :

Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.

Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.

Bila ada sirkuit ganda :

pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.

masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .

tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.

Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit tersebut.

Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah dipenuhi.

Bekerja Pada Keadaan Bertegangan.

Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.

Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).

Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.

Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.

Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama yang diwajibkan.

Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai sesuai petunjuk yang diberikan.

Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.

Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.

Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan bahaya kebakaran, ruang lembab, ruang sangat panas.

Bekerja di dekat instalasi bertegangan :

Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan

Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau imbas yang membahayakan, selain harus dibumikan.

Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga yang diperkuat dengan logam.

Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan isolasi.

b. Batas Aman Arus dan Tegangan.

Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.

Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia :

Tegangan Sentuh

( V efektif )Waktu maksimum

( detik )Keterangan

50

75

90

110

150

220

2805

1

0,5

0,2

0,1

0,05

0,03

Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu.

Tegangan Sentuh

(m A efektif )Waktu Maks.

( detik )Keterangan

10 ( 20

20 ( 40

60 ( 80

10010

2

0,2

0,1

Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu .

Besar Arus

( mA )Akibat arus melalui jantung

melalui lintasan tangan ke kaki

0,7Tidak terlihat sesuatu akibat

0,7 ( 2Terasa getaran

2 ( 8System syaraf terpengaruh, sangat sakit

8 ( 20System syaraf terpengaruh.

Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena pengerutan atau kontraksi otot-otot

20 ( 50System syaraf terpengaruh.

Otot kerongkongan dipaksa mengkerut .

Paru-paru kirim udara secara tidak normal.

Tidak mampu melepaskan pegangan

c. Jarak Aman Daerah Bertegangan.

Jarak lendutan penghantar udara tegangan rendah ke tanah, minimum :

NoLokasi pemasanganPenghantar udara telanjangPenghantar udara berisolasi

1

2

3Jalan umum

Bukan jalan umum

Halaman rumah5 meter

5 meter

5 meter5 meter

4 meter

3 meter

Jarak bebas (minimum) antara SUTT dan SUTET dengan tanah dan benda lain.NoL o k a s iS U T TSUTET 500 kV

66 kV

( m )150 kV

( m )Sirkit ganda

( m )Sirkit tunggal

( m )

1

2

3

4

5

6

7

8

9Lapangan terbuka daerah luar kota

Jalan raya

Pohon-pohon pada umumnya

Bangunan tidak tahan api dan lapangan olah raga

Bagian bangunan yang tahan api

SUTT lainnya : SUTR; jaringan tele-komunikasi dan kereta gantung

Rel kereta biasa

Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta listrik terdekat dsb.

Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang pada lalu lintas air6,5

8

3,5

12,5

3,5

3

8

3

37,5

9

4,5

13,5

4,5

4

9

4

410

15

8,5

14

8,5

8,5

15

8,5

8,511

15

8,5

15

8,5

8,5

15

8,5

8,5

5.1.8. Alat Keselamatan Kerjaa. Pengertian.

Pengertian alat keselamatan kerja :

Suatu alat yang dipergunakan untuk melindungi pekerja terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan.

Suatu alat yang dipergunakan untuk memperlancar/mempermudah pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan dengan aman.

b. Tiga macam Alat Keselamatan Kerja Terpasang tetap pada peralatan.

Kap pelindung benda berputar.

Batas pengaman daerah. Untuk dipakai pekerja.

Alat pelindung batok kepala.

Alat pelindung muka dan mata.

Alat pelindung badan.

Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki).

Alat pelindung pernapasan.

Alat pelindung pendengaran.

Alat pencegah jatuh.

Alat pencegah tenggelam. Pelengkap

Peraturan-peraturan.

Penjelasan-penjelasan.

Instruksi kerja.

Tanda-tanda peringatan.

Poster-poster keselamatan kerja.

Komunikasi dan koordinasi.

Pengawasan, dll.

Yang perlu diperhatikan pada poster :

Antara gambar dan tulisan disesuaikan, sehingga fokus pesan dapat dimengerti.

Jenis isi pesan disesuaikan dengan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.

Tanda-tanda keselamatan isinya mengingatkan kita terhadap :

Bahaya yang dapat timbul di suatu tempat.

Kemungkinan membuat kesalahan.

Tanda peringatan ditempatkan pada tempat yang :

Mudah dan kelihatan.

Menuju ke tempat yang ada bahaya.

c. Alat Keselamatan Kerja & PenggunaannyaNoAlat Keselamatan KerjaKegunaan / Pemakaiannya

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Topi keselamatan.

Kap las tangan Kap las kepala .

Kap las kepala dengan topi.

Pelindung muka.

Pelindung mata.

Kacamata las .

Kacamata warna bening.

Kacamata karet.

Pelindung mata kedok (yang dibuka).Melindungi batok kepala terhadap tertumbuk/ kejatuhan benda dari atas .

Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.

Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.

Melindungi muka, mata dan batok kepala waktu mengelas listrik .

Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan kimia.

Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan kimia.

Mengelas dengan las karbit/asitilin.

Mengecat, membelah, menotok beton, dsb.

Bekerja dengan debu.

Mengasah, menetak (terutama) bagi yang berkacamata.

11

12

13Pelapis dada dari kulit.

Pelapis dada karet hitam.

Pelapis dada karet putih.a. Mengelas karbid dan listrik.

b. Menempa, menuang, kerja hangat lainnya.

Bekerja dengan ramuan kimia.

a. Bekerja di instalasi TEL.

b. Membersihkan tangki-tangki bensin yang mengandung TEL.

14

15

16

17

18

19

20Sarung tangan asbes.

Sarung tangan kain.

Sarung tangan utk kerja.

Sarung tangan.

Sarung tangan utk tukang listrik

Sarung tangan karet (plastic).

Pelindung lengan.Kerja panas, tuang, membengkokkan pipa, tukang api, buka tutup kran uap.

Kerja ringan : mematri, mengecat, menyemprot, dsb.

a. Kerja konstruksi yang ringan.

b. Kerja pengangkutan yang ringan.

c. Membuka keran uap.

Mengelas listrik dan gas karbid.

Bekerja pada hubungan listrik.

a. Bekerja dengan ramuan kimia.

b. Bekerja dengan gemuk-gemuk kotor.

Mengelas listrik, karbid.

21

22

23

24Sepatu karet panjang hitam.

Sepatu keselamatan.

Sepatu karet panjang hitam sampai paha.

Pelindung kaki dari kulit.a. Bahan kimia (asam garam, asam belerang, dsb)

b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak, gas)

c. Kerja tanah dan kerja kotor lainnya

Pelindung jari kaki dari tertumbuk benda berat/ jatuh.

Mengelas listrik, karbid, menempa dan untuk pekerjaan tuang-menuang.

25

26Tali pinggang keselamatan.

Jaring keselamatan.Untuk bekerja diketinggian ( 2,5 meter.

Dipakai dimana tidak memungkinkan pakai tali pinggang keselamatan.

27

28Sumbat telinga (ear plug)

Tutup telinga (ear muff)Untuk mengurangi suara masuk telinga

Untuk mengurangi suara yang bernada tinggi atau keras

29

30

31Schakel stock

Tester TeganganKlem hubungan tanahUntuk memasukkan pemisah, dilengkapi untuk chek tegangan menengah (TM).

Untuk mengetahui adanya tegangan rendah

Untuk menbumikan jaringan, trafo generator

5.2. STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)5.2.1. Pengertian

Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.

SOP Pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur / langkah langkah kerja untuk memelihara distribusi pada Gardu Induk, Gardu Hubung dan Gardu Distribusi.

5.2.2. Tujuan SOP

Pemeliharaan Distribusi berarti melakukan pemeriksaan atau perbaikan yang menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak .Pada saat pelaksanaan pemeliharaan dengan pemadaman berarti memerlukan koordinasi dengan pihak operasi agar tidak sampai terjadi gangguan atau kecelakaan kerja pada saat pembukaan alat hubung yang akan dipelihara maupun penormalannya kembali.

Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan harus memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikann kembali, maka untuk itu perlu diatur cara melakukan pemeliharaan, peralatan untuk mengukur kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja yang digunakan pada waktu pemeliharaan.

Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak sesuai dengan ketentuan dan dampaknya akan menyebabkan permaslahan dalam pengoperasian bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Contoh :

Akibat terhadap komponen Ditentukan bahwa tahanan kontak - kontak adalah maksimal 200 micro ohm, tetapi hasil pemeliharaan menunjukkan lebih dari nilai maksimal tersebut dan dipaksakan operasi, maka akan terjadi ledakan pada tersebut akibat panas yang ditimbulkan oleh alat kontak. Kejadian ini tentu akan mengganggu sistem operasi dan kerugian material.

Akibat terhadap personil

Pemeliharaan dengan pemadaman berarti harus dipastikan bahwa aliran listrik dari sisi hulu maupun sisi hilir harus dipastikan padam, tetapi penyimpangan terjadi misalnya tiba-tiba ada aliran listrik.Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pemeliharaan tidak memenuhi ketentuan dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan kerugian material.

Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi prosedur langkah-langkah yang tertata guna melaksanakan kegiatan.

5.2.3. Komponen Dalam SOP

Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan Distribusi antara lain :

Pihak yang terkait

Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat pemeliharaan 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pemeliharaan Distribusi antara lain :

Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, pihak operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan pihak adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi yang akan dipelihara dan dipadamkan sudah diantisipasi akibat pemadamannya. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dipadamkan atau dibebani dan aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pemeliharaan dimaksud maupun di luar lokasi yang berhubungan dengan jaringan yang akan dipelihara. Sedangkan berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.

Perlengkapan Kerja

Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan dengan baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin agar selalu siap kapanpun digunakan.

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :

Perkakas kerja

Alat bantu kerja

Alat Ukur

Material / bahan

Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3

Berkas Dokumen Instalasi Distribusi yang akan dioperasikan

Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

Prosedur Komunikasi

Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan pekerjaan.

Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

Prosedur Langkah-langkah Kerja

Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.

Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan pemeliharaan bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Hasil Pemeliharaan harus dilaporkan ke Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan secara lisan guna memutuskan dioperasikannya kembali dan melaporkan secara tertulis setelah pelaksanaan dilokasi selesai. 5.2.4. Pembuatan SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian distribusi untuk membuat ketentuan berkoordinasi.

Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo, Kemampuan Hantar Arus (KHA) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.

Struktur jaringan

Contoh SOP Pemeliharaan JTM

PT. PLN (PERSERO)

.....................................

........................................

......................................

PETUGAS :

1. Pengawas Lapangan 1 orang

2. Pengemudi 1 orang

KOORDINASI :

1. Piket UPJ

2. Pelaksana Lapangan

PERALATAN KERJA :

1. Megger Isolasi 5000 Volt

2. Megger Pentanahan / Earth Tester

3. Tester Tegangan 20 kV

4. Tool set

5. Radio Komunikasi ( 1 bh Handy Talky dan base di kendaraan)

PERLENGKAPAN K3:

1. Pakaian Kerja

2. Helm pengaman

3. Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV

4. Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV

5. Sarung tangan kulit

6. Tangga fibre/ Aluminium

MATERIAL :

PROSEDUR KERJA :1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah atas laporan dari pelanggan

2. Kendaraan Pelayanan selalu dalam keadaan siap dengan perlengkapan sesuai standar diatas.

3. Petugas Pelayanan selalu dalam keadaan siap diruang pelayanan gangguan dengan pakaian kerja

4. Setelah mendapat laporan petugas menuju lokasi gangguan

5. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ

6. Lakukan prosedur pengamanan/pemadaman jaringan TM

7. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pelaksana

8. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ

9. Normalkan tegangan

10. Pembuatan Laporan tertulis .

LANGKAH KERJA :

Penanganan Gangguan SUTM 20 kV

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja

2. Indikasi Gangguan PMT di Gardu Induk trip (GFR atau OCR)

3. Gunakan peralatan K-3

4. Bila titik gangguan sudah diketahui segera menuju lokasi tersebut, segera amankan jaringan tersebut

5. Bila titik gangguan belum diketahui, lakukan penyusuran sesuai SOP per penyulang

6. Koordinasi dengan piket UPJ

7. Lakukan pemadaman untuk daerah yang terganggu

8. Lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain

9. Bila jaringan sudah keadaan tidak bertegangan, perintahan kepada pelaksana untu mengamankan SUTM terganggu dengan tongkat pentanahan

10. Selesai pekerjaan, bereskan dan lakukan pemeriksaan Bila keadaan sudah aman, lakukan koordinasi dengan piket UPJ untuk penormalan tegangan.

11. Lakukan penormalan tegangan setelah koordinasi dengan piket UPJ, catat waktu penormalan.

12. Lakukan pemeriksaan disisi pelanggan apakah sudah normal/ nyala

13. Kembali ke kantor dan siap diruang pelayanan gangguan.

14. Pembuatan laporan hasil pekerjaan.

Penanganan Gangguan SKTM 20 kV

Cara Pertama :

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja

2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip

3. Menuju lokasi gangguan dengan membawa kunci gardu yang diperlukan

4. Gunakan peralatan K-3

5. Bila pada gardu penyulang tersebut terpasang indikator burdin, lakukan penyusuran mulai dari Gardu pertama menuju gardu akhir dan bila diketahui titik gangguan, lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain sesuai SOP.

6. Bila pada gardu penyulang tersebut belum terpasang indikator burdin, dan titik gangguan belum diketahui , petugas menuju gardu pertama dari penyulang tersebut.

7. Buka PMS arah GI , arah beban dan arah gardu kedua.

8. Yakinkan bahwa pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka dengan memeriksa melalui kaca pemantau di kubikel tersebut.

9. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah GI dan instalasi gardu tersebut,

10. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ

11. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman

12. Bila sudah aman minta agar tegangan dari GI dinormalkan sampai dengan PMS incoming gardu pertama.

13. Bila tegangan sudah normal sampaidengan PMS incoming, masukkan PMS incoming, cek lampu indikator, bila sudah masuk . masukkan PMS kearah beban gardu tersebut.

14. Lakukan pemeriksaan beban gardu tersebut, bila sudah normal,

15. Satu orang petugas bersama pengemudi menuju gardu kedua.

16. Digardu kedua buka PMS incoming, PMS out going dan PMS beban dibuka . yakinkan pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka.

17. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah gardu pertama dan instalasi gardu tersebut,

18. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ

19. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman

20. Koordinasi dengan piket UPJ agar tegangan dari gardu pertama dimasukkan sampai dengan PMS incoming gardu kedua.

21. Bila sudah ada informasi tegangan sudah masuk periksa lampu indikator kubikel tersebut.

22. Masukkan PMS incoming, masukkan PMS arah beban, lakukan pemeriksaan.

23. Lakukan langkah tersebut sampai diketahui titik gangguan.

24. Bila titik ganguan sudah diketahui, laporkan kepiket UPJ

25. Atas perintah piket UPJ , lakukan pemindahkan sebagian beban ke peyulang yang tidak terganggu.

26. Bereskan dan periksa peralatan kerja, K-3, petugas serta lingkungan, kembali kekantor.

27. Pembuatan laporan hasil pekerjaan sebagai dasar tindaklanjut perbaikan seksi HAR.

Cara Kedua :

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja

2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip

3. Gunakan perlatan K-3

4. Petugas menuju gardu tengah pada penyulang tersebut

5. Buka PMS incoming, PMS outgoing dan PMS beban.

6. Yakinkan Pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka

7. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ

8. Minta penormalan tegangan dari Gardu Induk sampai dengan PMS incoming gardu tengah

9. Bila tegangan masuk dengan normal, indikasi gangguan antara gardu tengah kearah ujung/GH.

10. Lakukan penelusuran seperti cara 1 kearah gardu hubung.

11. Bila tegangan dari Gardu Induk tidak bisa masuk, ada indikasi gangguan.

12. Koordinasi dengan piket UPJ.

13. Periksa kondisi kubikel, trafo dan instalasi di gardu tengah tersebut, amankan peralatan kerja, peralatan K-3 dan petugas.

14. Atas ijin piket lakukan pemindahan beban mulai dari gardu tengah sampai dengan gardu ujung dari penyulang tersebut ke penyulang lain.

15. Apabila sebagian penyulang sudah normal, lakukan penelusuran SKTM kearah Gardu Induk sesuai langkah pada cara 1 diatas.

Gambar : Diagram Garis Tunggal JTM

Mengetahui, Asman Perencanaan & Distribusi,

Manajer

.

SOP

DINAS GANGGUAN

JTM 20 KV

BAGI PENGAWAS (LEVEL 2)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan

90

_1107770841.vsd

_1139508587.doc