[5] DB7D2BF4d01
-
Upload
faisal-hanafi -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of [5] DB7D2BF4d01
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
1/14
Jurnal Geoaplika (2008)
Volume 3, Nomor 3, hal. 119 131
Darwin A. SiregarPerbedaan Proses Pencucian Sampel Tulang Hewan dariCiharuman, Jawa Barat untuk Menentukan Umur dengan
Metode Radiokarbon
Diterima : 10 Oktober 2008Disetujui : 1 November 2008
Geoaplika 2008
Darwin A. Siregar *
Pusat Survei Geologi, LaboratoriumRadiokarbonJl. Dr.Djundjunan 236, BandungTelp.022-6016092, 6032207
E-mail: [email protected]
* Alamatkorespondensi
Sari Fosil tulang dan kayumerupakan suatu bahan yangmengandung unsur karbonradioaktif, kedua bahan tersebutdapat ditentukan umur mutlaknyadengan metode radiokarbon (teknis
pencacah fasa gas). Tulangmemiliki struktur yang sangat
berpori dibandingkan dengan kayu,sehingga dalam proses
pembentukan fosilnya mudahmengalami pengotoran darilingkungan pengendapannya.Kandungan karbon radioaktifdalam tulang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kayu,sehingga untuk menentukan umurtulang mempunyai proses
pencucian yang khusus.Dalam penelitian ini, dicoba
menerapkan tiga metoda pencucianterhadap tulang vertebrata asalCiharuman, Propinsi Jawa Barat.Karena sampel kayu dan tulang
diambil dari lapisan material yangsama, akan tetapi keberadan sampelterdapat pada kedalaman yang
berbeda, maka perlu dilakukan uji
perbandingan umur kedua sampeltersebut.Hasil umur rata-rata dari kayuadalah 36116 1430 tahun BP.,untuk tulang A berumur 23600 980 tahun BP., tulang B berumur26563 1800 tahun BP., dan
tulang C berumur 30633 2580tahun BP.Hasil pengujian statistikmenunjukkan bahwa terdapat
perbedaan perlakuan rata-rata yangberarti antara umur kayu dan ketigaumur tulang, serta umur tulang Cdengan umur tulang A dan tulang B.
Dari data umur mutlak yangdiperoleh menunjukkan bahwa
proses pencucian tulang C lebihmampu menghilangkan pengotordibandingkan proses pencuciantulang A dan B, sehinggamemberikan umur yang lebihakurat.
Kata kunci: tulang, kayu, umurmutlak, radiokarbon.
Abstract Cleansing ProcessDifference For Animal Bone
Samples From Ciharuman, West
Java, in age determination by
Radiocarbon Method Bone and
wood fossils are materials contain
radioactive carbon element. Theirabsolute ages can be determined by
radiocarbon method (gas phase
counter technique). Bones have
porous structure compared towoods, therefore they are easily
contaminated by its sedimentary
environment during the formation of
fossils. The amount of radioactive
carbon in bones is much smallercompared to that of woods, so that
bones needed special cleansing
before age determination.In this research, three cleansing
methods were applied to vertebratebones from Ciharuman, West Java.
Because bone and wood samples
were collected from the same layer
of materials but different depth, so
comparative study of their ages
needed to be done.Average age of wood is 36116
1430 years B.P, average age ofbone A is 23600 980 years B.P,
average age of bone B is 26563
1800 years B.P, average age of
bone C is 30633 2580 years B.P.
Statistic test shows that there are
significant average treatment
differences between ages of woodand three ages of bones, and among
the ages of bone A,B and C. Theobtained absolute age show that
bone C cleansing treatment is betterin removing impurities compared to
cleansing treatment for bone A and
B, therefore gave more accurate
result.
Keywords : bones, woods, absoluteage, radiocarbon.
119
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
2/14
120
Pendahuluan
Geologi kuarter, yang sering juga disebut
sebagai geologi muda, mencakup proses sertaperistiwa geologi di bumi sejak lebih kurang 1,8juta tahun yang lalu hingga sekarang, dan
meliputi zaman Pleistosen dan Holosen.
Proses-proses dan produk geologi kuarter dapatmerupakan informasi yang sangat penting bagimanusia dalam perencanaan, pembangunan dan
pengembangan wilayah. Di dalam lingkungan
binaan ini akan dijumpai interaksi antaraberbagai lingkungan binaan seperti lingkungan
pemukiman, pertanian, industri danpertambangan, pendayaan laut dan pantai, dan
lingkungan prasarana. (Sampurno, 1989). Untukmendapatkan informasi yang berguna dari
produk-produk proses geologi kuarter di masa
lampau, dilakukan berbagai macam penelitian.Salah satu metode penelitian yang dilakukanuntuk menentukan umur mutlak dari sampel
yang mengandung unsur karbon radioaktifadalah metode pentarikhan radiokarbon.
Tulang Vertebrata adalah sampel yang dapat
ditentukan umurnya dengan menggunakan
metoda radiokarbon. Pada umumnya tulangkering memiliki struktur yang berpori (porus),
mengandung senyawa organik berkisar 20%,
material anorganik 79% dan sisanya berupalemak tulang (Evin, 1990; Goslar dan Pazdur,
1990). Karena strukturnya yang berpori ini
tulang mengalami pertukaran senyawa dengan
lingkungannya, seperti pertukaran karbonattulang dengan karbonat (modern carbon atau
karbon sekunder) dari tanah atau air tanah, yangbila tidak diupayakan pencucian dan pemurnianakan menimbulkan kesalahan pada saat
pentarikhan endapan karbonnya. Selain itu hal
yang menyulitkan dalam penanganan tulang iniadalah keberadaan kandungan karbon dalam
tulang tersebut yang relatif sangat kecil.
Pentarikhan endapan karbon tulang dapat
dilakukan terhadap kandungan karbonanorganiknya (CaCO3), atau endapan karbon
organiknya (kolagen). Akan tetapi pentarikhanendapan karbon anorganik menunjukkan adanyakarbon sekunder, yang menghasilkan umur yang
lebih muda. Kolagen yang telah dimurnikan dari
asam humat (hasil dekomposisi bahan tanamandi dalam tanah yang merupakan koloidal
terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarnakuning hingga coklat hitam dan mempunyai
berat molekul yang tinggi) dari dan bahanorganik sekunder lainnya memberikan perkiraan
umur yang cukup akurat dengan metode
radiokarbon (Taylor, 1992).
Pentarikhan endapan karbon dengan
menggunakan metode radiokarbon didasarkanatas anggapan bahwa proporsi isotop
14C
terhadap karbon udara relatif tetap sejak jaman
purba sampai sekarang, sehingga sisa aktivitasradioaktif suatu sampel karbon berkorelasi
dengan umur sejak sampel karbon tersebut tidak
menunjukkan aktivitas kehidupan, yang dapatdihitung dengan memakai waktu paruh
peluruhan isotop14
C (Libby, 1956; Ralph, 1971;Stevenson, 1981).
Metode radiokarbon teknik pencacah fasa gasmerupakan penerapan ilmu fisika, kimia dangeologi yang sering dipakai untuk menentukan
umur suatu sampel mengingat interpretasiketelitian dan efisiensinya yang baik, serta
selektif terhadap pengaruh kontaminasi. Dengan
mengubah aktivitas spesifik sampel karbon kedalam bentuk gas asetilena maka akan diperolehketelitian dan efisiensi pengukuran yang lebih
besar dibanding aktivitas spesifik dalam bentuk
gas karbon dioksidanya.
Lokasi pengambilan sampel kayu dan tulang
terletak 40 km k earah barat kota Bandung
termasuk kabupaten Bandung, KecamatanCililin, desa Ciharuman (peta topografi
terlampir). Sampel dikumpulkan dari tempat
penggalian pasir penduduk setempat, dekatjembatan Cipatik, berasal dari lapisan batupasir
gunung api berbutir halus, berwarna abu-abu,mengandung banyak kayu yang sebagian telah
membentuk arang dan tulang hewan(verteberata). Dari hasil diskusi dengan Van den
Gert seorang ahli palaentologi dari Belandaberpendapat bahwa tulang tersebut berasal daritulang kaki bagian lutut dan sebagian kecil ada
tulang rusuk. Karena keberadan tulang tersebut
banyak dalam satu tempat, dapat diperkirakan
hewan ini dalam satu kandang atau hidupbersama.
Dasar Teori
Fosil tulang dan kayu merupakan beberapa jenis
sampel yang dapat ditentukan umurnya denganmetode pentarikhan radiokarbon. Selama lebih
dari empat dekade penelitian radiokarbon telah
banyak literatur yang mengungkapkanpenelitian mengenai umur
14C pada tulang.
Ketelitian penentuan14
C pada tulang telahdipertanyakan oleh Libby (1956), bahkan
sebelum analisis14
C tulang pertama kali
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
3/14
121
Beratkolagen(gr
am)
Waktu pengerjaan (menit)
dilakukan. Libby berpendapat bahwa tulang
memberikan banyak sekali kelemahan, sehingga
prospek penelitiannya pada masa itu dirasakurang akurat. Hal ini dikarenakan selain darikeberadaan tulang itu sendiri yang relatif
sedikit, juga strukturnya yang berpori besar
(porus) sehingga memudahkan terjadinya
pertukaran dengan senyawa-senyawa lain dilingkungan pengendapannyasepertipertukaran karbonat tulang dengan karbonatyang berasal dari tanah atau air tanah dan asam
humatakibatnya akan memberikan
penyimpangan umur dari semestinya (Taylor,
1992).
Pada umumnya tulang kering memiliki struktur
yang berpori (porus), mengandung 20%
material organik, 79% material anorganik dansedikit lemak tulang (Evin, 1990; Goslar danPazdur, 1990). Bagian organik tulang ini
mengandung 90% kolagen dan hal ini yangmenyebabkan mengapa banyak orang kemudian
mengisolasi dan memurnikan kolagen dari
pengotornya guna keperluan pentarikhan
radiokarbon (Gillespie, 1989).
Metoda
Pada era 70-an berkembang suatu teknik baru
yang berdasarkan kelarutan kolagen dalam airpanas yang diasamkan (acidic hot water)
diperkenalkan oleh Longin (1971), yang
kemudian banyak digunakan oleh peneliti--peneliti radiokarbon berikutnya sebagai dasar
untuk mengisolasi dan memurnikan kolagen
dari sampel tulang.
Mengacu pada prosedur-prosedur terdahulu adadua hal yang diperhatikan oleh Longin, pertama
apakah pengotor masih ada pada produk akhir
pengerjaan, yang kedua apakah metode-metodeitu benar-benar berhasil memberikan kemurnian
yang baik, atau pengerjaan itu ternyata malahmenghilangkan sebagian besar kolagen asli dari
sampel. Pada prosedur ini Longin sangatmemperhatikan bagian-bagian yang dapat
memungkinkan hilangnya kolagen dalampengerjaan.
Tahap pertama pengerjaan pada teknik Longinadalah penghilangan karbonat sekunder darigerusan tulang yang berukuran 0,2 mm denganmenggunakan HC1 8%. Pengerjaan ini harusdilakukan dengan hati-hati, karena asam jugadapat memecah ikatan hidrogen kolagen yangkemudian larut dalam air dan dapat hilangselama pengerjaan. Selain kehalusan gerusantulang, waktu pengerjaan dengan asam juga
sangat berpengaruh terhadap keberadaankolagen seperti ditunjukkan pada
Gambar 1dan Gambar 2.
Kolagen diekstraksi dalam bentuk gelatindengan cara memanaskan gerusan tulang dalam
air pH 3 pada suhu 90C selama 10 jam.
Menurut Longin, dengan teknik ini hanyakolagen yang terdapat pada gelatin, sedangkan
pengotor berada dalam residu dan dieliminasi
dengan sentrifugasi. Longin percaya bahwapengotor seperti asam humat juga akan
tertinggal dalam residu. Hasil pengukuran umur
radiokarbon dengan teknik ini secara umummemberikan hasil yang lebih tua untuk ekstrak
gelatin kolagen dibandingkan residunya.
Gambar 1. Perbandingan berat kolagenyang terekstraksi terhadap waktu
pengerjaan dengan HC1 8% dari 50 g
contoh tulang.(Sumber: Longin, 1971)
Tabel 1 Hasil eksperimen untuk menghasilkangelatin kolagen
Ukur-an
Keasam-an
Suhu(
oC)
Waktu(menit)
Pengerjaandenganasam
0,2mm
1 L HCl 8% (untuk
100 gtulang)
20 20
Ekstraksidengan air
pH = 3,0 90 600
(Sumber: Longin, R., 1971)
Dengan didasarkan prosedur pengisolasian danpemurnian kolagen dari tulang oleh Longin,dikembangkan lagi beberapa prosedur oleh para
peneliti radiokarbon. Misalnya pengembangan
prosedur oleh Goslar dan Pazdur (1990), Brown
dan Vogel (1982), serta studi perbandinganterhadap beberapa pengerjaan untuk kolagen
dari tulang oleh Gufinkel (1987).
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
4/14
122
Gambar 2. Persen ekstrak kolagen
fosil tulang dalam air yangdiasamkan (hot acidic water) pH 3
pada suhu 90C. a. 12 menitpengerjaan dengan asam. b. 20menit pengerjaan dengan asam. c.30 menit pengerjaan dengan asam.
Beratkolagen(gram)
Pada umumnya pengembangan prosedur itu
antara lain mencakup penggunaan asam klorida
yang lebih lemah ( 1N) dengan waktupengerjaan yang lebih lama (30-120 menit). Halini dimaksudkan agar pemecahan ikatan
hidrogen kolagen dalam tulang dikurangisesedikit mungkin sehingga penghilangan
karbonat sekunder lebih efektif, dan
penggunaan basa alkali (NaOH 0,1 N) untuk
mengisolasi pengotor organik seperti asamhumat, serta lamanya ekstraksi gelatin kolagen
(10 - 16 jam).
Selulosa merupakan senyawa organik penyusunterbesar dalam kayu. Lebih kurang 50%
selulosa terkandung dalam kayu disamping
senyawa-senyawa organik lain (Fessenden dan
Fessenden, 1986). Kandungan karbon organikyang cukup besar ini menyebabkan kayu mudah
untuk dimurnikan dengan proses pencucianyang lazim (conventional treatment).Pengerjaan dengan asam dan basa, atau dengan
proses ekstraksi selulosa yang berguna untuk
menghilangkan pengotor dapat dilakukandengan baik tanpa kehilangan banyak karbon
asal sampel (original carbon). Hal inilah yang
membedakan penanganan sampel kayu dantulang dalam proses pencuciannya.
Bahan dan Peralatan
Sampel tulang dan kayu diambil dari daerah
Ciharuman yang merupakan salah satu daerah
yang termasuk Kabupaten Bandung. Secarafisik dilapangan dapat diketahui bahwa sampel
tulang yang terdiri dari tulang kaki dan
beberapa tulang rusuk berwarna hitam
kecoklatan diduga merupakan hewan vertebrata.
Sedangkan sampel kayu berupa sisa ranting danbatang yang telah membentuk arang hitam.
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini
meliputi: air suling, air bebas tritium, asam
klorida p.a Merck, natrium hidroksida p.aMerck, kalium hidroksida p.a Merck, amonium
hidroksida p.a Merck, kalsium klorida p.a
Merck, stronsium klorida p.a Merck, serbukmagnesium Merck, petroleum benzen Merck,
kawat Cu, nitrogen cair, glass wool, es, karbonaktif, etanol, dan kertas saring Whatman 42.
Merck, Siliconhigh vacum(Shinetsu)
Peralatan yang digunakan pada penelitian iniadalah: gelas piala berbagai ukuran, labu
elenmeyer berbagai ukuran, gelas ukur, tabungpencuci gas, corong tetes, corong Buchner,
suction erlenmeyer, mortir dan stamper, statif
dan klem, termometer, cawan porselen, botolsemprot, pembakar bunsen, hotplate,seperangkat alat pembuat gas karbon dioksida,
seperangkat alat pembuat karbida, seperangkat
alat pembuat gas asetilena, dan seperangkat alatpencacah karbon radioaktif (C-14) dilengkapi
dengan detektorMulti Anode Anticoincidence.
Pengukuran Aktivitas Sampel
Persiapan sampel kayu
Sampel kayu dalam gelas piala ditambahkan air
suling hingga terendam seluruhnya, kemudian
dipanaskan, dan dihentikan setelah mendidihselama 10 menit. Pengerjaan ini dilakukan
sebanyak 3 kali. Hal yang sama dilakukan
berturut-turut dengan mengganti air suling
dengan HC1 0,2 N dan KOH 0,2 N. Sampelkayu dicuci kembali dengan air suling hingga
sisa larutan pencuci hilang (pH netral),kemudian dikeringkan dan dipanaskan dalamoven dengan suhu 110C selama 1 malam.
Tahap pengarangan
Sampel kayu yang telah bersih dan kering,
ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalamtabung kuarsa dan ditutup dengan pasir kuarsa
hingga tertutup seluruhnya. Tabung tersebut
dimasukkan ke dalam termokopel. Pembakarandilakukan dengan menggunakan tahapan
tegangan awal 40 Volt samapai tegangan akhir100 volt.
Waktu ekstraksi menit
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
5/14
123
Contoh Tulang (0,2 nm)
Tulang A Tulang CTulang B
1.019 kg tulang400 g tulang
Dicuci dengan 1 L
HCl 1 N 120
menit
Disaring
400 g tulang
Dicuci dengan
1 L HCl 1 N
120 menit
Disaring
Dicuci dengan 1 L HCl
1 N 120 menit
Disaring
Dicuci dengan air sulinghingga pH netral
Dikeringkan dalam oven
110oC selama 1 malam
Ditimbang
Dicuci dengan air sulinghingga pH netral
Dicuci dengan 1 L
NaOH 0,1 N 120menit
Disaring
Dicuci dengan air sulinghingga pH netral
Dicuci dengan 1 L NaOH
0,1 N 120 me nit
Disaring
Kerjakan seperti padaGambar 4
Dikeringkan dalam oven
110oC selama 1 malam
Ditimbang
Diasamkan hingga pH 3
Diekstraksi pada suhu 90o
C selama 12 jam
Disaring
Kerjakan seperti pada
Gambar 4
Ditimbang
Residu kolagen
Freeze Dr er
Filtra Resid Filtrat Residu Filtra Resid
Resid FiltratResid Filtrat
Filtrat Residu
Kerjakan seperti pada
Gambar 4
Gambar 3. Bagan alir proses pencucian sampel tulang
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
6/14
124
Proses pembakaran dihentikan setelah semua
asap yang timbul hilang, kemudian arang yang
dihasilkan ditimbang.
Sampel Tulang
Sampel tulang setelah mengalami pembersihan
secara fisik, kemudian digerus hingga berukuran0,2 mm. Kemudian dipisahkan menjadi tiga
bagian yang sama untuk proses pencucian (A,B dan C) yang berbeda.
Proses pencucian tulang A
Sampel tulang sebanyak 400 g dicuci beberapakali dengan air suling dan disaring hingga
kering dan bersih. Residu tulang tersebut
selanjutnya dicuci dengan satu liter HC1 1N
selama 120 menit dan disaring. Prosespencucian dilakukan lagi terhadap residudengan air suling hingga pH netral. Sampel
kemudian dipanaskan dalam oven 110C selama1 malam. Tahap selanjutnya contoh tulang yang
telah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam
pipa tabung kuarsa untuk proses pembakaransampai terbentuk gas asetilena.
Proses pencucian tulang B
Contoh tulang sebanyak 400 g dicuci dengan
satu liter HC1 1 N selama 120 menit,kemudian disaring, dan dicuci kembali dengan
air suling hingga pH netral. Residu tulang
tersebut kemudian dicuci kembali denganmenggunakan satu liter NaOH 0,1 N selama
120 menit. Residu dinetralkan dengan air sulingdan dipanaskan dalam oven 110C selama 1malam. Tahap selanjutnya contoh tulang yang
telah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam
pipa tabung kuarsa, seperti pada Gambar 4.Untuk selanjutnya dikerjakan pembakaranseperti tulang A sampai terbentuk gas asetilena.
Proses pencucian tulang C
Contoh tulang sebanyak 1,019 kg dicucidengan satu liter HC1 1 N selama 120 menit,
kemudian disaring, dan dicuci kembali denganair suling hingga pH netral. Residu tulang
tersebut kemudian dicuci kembali denganmenggunakan satu liter NaOH 0,1 N selama
120 menit, dan dinetralkan dengan air suling.
Residu diasamkan hingga pH 3 dan diekstraksipada suhu 90C selama 12 jam. Setelah
disaring, filtrat tulang dikeringkan denganfreeze dryer sehingga diperoleh padatankolagen. Tahap selanjutnya padatan kolagen
yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam
pipa tabung kuarsa, seperti pada Gambar 4.
Untuk selanjutnya dikerjakan proses
pembakaran seperti tulang A dan B, sampaiterbentuk gas asetilena. Tahapan prosespencucian contoh tulang A, tulang B dan tulang
C dapat dilihat pada Gambar 3 (bagan alir).
Tahap Pembentukan Kalsium Karbonat
Hasil kolagen yang telah diekstraksi dari tulangvertebrata ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam pipa tabung kuarsa bersih dan kering,yang masing-masing ujung pipa tabung kuarsatersebut dihubungkan dengan tabung berisi
larutan KOH 30% dan NH4OH 1 : 1. Pada ujung
pipa tabung kuarsa yang dihubungkan dengan
NH4OH 1 : 1 dipasang katalis Cu, sepertitampak pada Gambar 4 dibawah ini
Gambar 4. Proses pembakaran kolagensampai CO2habis bereaksi dengan
amoniak menghasilkan larutan NH4CO3(Mitamura, 1991)
Pembakaran dimulai dengan api kecil selamabeberapa menit agar pemanasan merata, lalu api
diperbesar sampai semua kolagen habisterbakar. Kolagen yang terbakar akan bereaksi
dengan oksigen yang dialirkan dari tabung lain,membentuk gas karbon dioksida (CO2). GasCO2 ini dialirkan ke dalam tabung berisiNH4OH (1 : 1). Pembakaran dihentikan dengan
kolagen yang berwarna putih mejadi abu-abu.larutan (NH4OH)2CO3 yang terbentuk siap
untuk proses selanjutnya.
Pembentukan Stronsium Karbonat (SrCO3)
Endapan CaCO3 yang telah ditimbang,dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 1 L,lalu ditambahkan aquadest hingga semua
endapan terendam. Labu erlenmeyer itudihubungkan dengan tabung penampung gasyang berisi NH4OH 1 : 1 dan corong tetes yang
berisi 25 ml HCl, seperti tampak pada Gambar
5, larutan HCl diteteskan sedikit demi sedikitsehingga akan terbentuk gas CO2 yang
kemudian akan mengalir ke dalam tabung
pencuci gas. Proses ini dihentikan sampai
seluruh endapan CaCO3 habis bereaksi danmembentuk NH4CO3.
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
7/14
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
8/14
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
9/14
127
dioksida yang akan diendapkan sebagai garam
kalsium karbonat (CaCO3). Untuk mencegah
kemungkinan masih adanya pengotor yangterbawa, maka endapan kalsium karbonattersebut dilarutkan dan diendapkan kembali
sebagai garam stronsium karbonat (SrCO3)
(Mitamura, 1991).
Dalam tahap pembentukan gas asetilena, gas
asetilena yang terbentuk disimpan dalam RBF
selama 3 minggu untuk menghilangkanradon (
222 Rn) yang mempunyai waktu paruh
(t) 3,824 hari (Faure, 1986; Mitamura, 1991;Soedojo, 1983). Peluruhan radon akan
menghasilkan isotop-isotop tak stabil yangkemudian meluruh dan mengemisikan partikel
-. Adanya partikel
-yang bukan berasal dari
peluruhan isotop 14C dapat memberikan hasilyang salah pada perhitungan aktivitas contoh.
Sampel tulangKetiga sampel tulang yang berasal dan tulangvertebrata yang sama setelah mengalamipembersihan secara fisik, kemudian digerus
hingga berukuran 0,2 mm. Hal ini
dimaksudkan agar luas permukaannyabertambah besar sehingga pengotor-pengotor
yang terperangkap dalam tulang dapat
dihilangkan, selain itu penggerusan inimemudahkan kolagen dalam tulang
terekstraksi pada pengerjaan tahap berikutnya.
Pencucian dengan asam klorida 0.1 N selama
120 menit pada masing-masing contohtulang digunakan untuk menghilangkan
karbon sekunder tulang. Pengerjaan ini
diharapkan dapat mengurangi hilangnyakarbon asal contoh (original carbon) selama
pencucian. Sedangkan pencucian dengankalium hidroksida yang dilakukan pada contohtulang B dan C dimaksudkan untuk
menghilangkan pengotor-pengotor organik
seperti lignin, asam humat, dan asam fulfat
yang terabsorpsi oleh contoh tulang.
Contoh tulang C diasamkan hingga pH 3 dan
diekstraksi pada suhu 90C selama 12 jam.Pengasaman hingga pH 3 dan pemanasandengan suhu 90C bertujuan menghidrolisis
senyawa organik tulang sehingga diperolehekstrak kolagen dalam bentuk gelatin.Sedangkan waktu pengerjaan selama 12 Jam
dimaksudkan agar ekstrak "kolagen" yang
diperoleh optimal (Goslar, 1990)
Cara pengujian secara ststistik untuk
membandingkan hasil pentarikan endapankarbon contoh kayu dan ketiga contoh tulang.
Ry = (350.740)2 = 1,025 x 1010
12
Py = (108.350)2 + (70.800)2 + (79.690)2 +
3 3 3
(91.900)2 - Ry = .2,646 x 10
8
3
Y2 = (36.260)2 + (35.310)2 + +
(30.900)2 =1,052 x 10
10
Ey = Y2- Ry - Py = 3,18 x 10
6
F hitung = RJK (jenis contoh) = 0,082 x 108 =
RJK (kekeliruan) 7,500 x 105
= 117,60
Dengan = 0,05 dan v1= 3, v2= 8, maka daritabel distribusi F diketahui harga F0,05(3,8) = 4,07.Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata perlakuan
yang berarti dari keempat contoh.
Uji Rentang Newman Keuls
Rata-rata hitung umur : 23.600 (tulang A) :
26.563 (Tulang B) 30.633 (Tulang C) : 36.116(Kayu)
Perlakuan : 2 : 3 : 4 : 1
RJK kekeliruan = 7,500 .105Kekeliruan baku rata-rata untuk setiapperlakuan adalah :
Sy = (RJK kekeliruan ) = (7,500. 105)
= 500
ni 3
Dari daftar rentang dengan vi = dk = 8, dan =0,05, maka diketahui sebagai berikut :P = 2 3 4
Rentang = 3,26 4,04 4,53
RST = Sy x rentangRST = 1,630 2,020 2,265
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
10/14
128
Tabel 2. Hasil pentarikhan isotop 14C pada suhu 19C dan tekanan 80,9 cmHg
Contoh
Aktivitas14
C
terukur (cpm)
Faktor
Koreksi
Umur
(Tahun B.P)
Rata-rata
umur
(Tahun B.P)NBS 20,76 0,11 0,7459 - -
20,95 0,11 0,7459 - -
20,83 0,11 0,7459 - -
DC 1,11 0,03 1 - -
1,15 0,03 1 - -
1,09 0,03 1 - -
Kayu 0,96 0,03 1 36.260 2510
0,97 0,03 1 35.310 2230 36116 1430
0,99 0,03 1 36.780 2680
Tulang A 1,12 0,03 3,318 23.530 1610
1,15 0,03 3,226 23.960 1750 23600 980
1,14 0,03 3,448 23.310 1680
Tulang B 1,09 0,03 4,071 27.340 3350
1,10 0,03 3,846 25.980 2870 26563 1800
1,10 0,03 4,000 26.370 3090
Tulang C 0,94 0,03 4,065 30.440 4260
0,94 0,03 4,167 31.370 4870 30633 2580
0,93 0,03 4,237 30090 4260
Tabel 3. Hasil pentarikhan isotop14
C
Contoh Jumlah
Kayu Tulang A Tulang B Tulang C
36.260 23.530 27.340 30.440
Umur (BP) 35.310 23.960 25.980 31.370
36.780 23.310 26.370 30.090
Jumlah 108.350 70.800 79.690 91.900 350.740
Banyak
Pengamatan3 3 3 3 12
Rata-rata 36.116 23.600 26.563 30.633 116.912
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
11/14
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
12/14
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
13/14
131
Jakarta: Ratan.
Sampurno, 1989. Geologi Kuarterdan bencana alam. Pros.
Geologi Kuarter dan
Pengembangan Wilayah.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi
(P3G).
Siregar, D. A., 1986. Training
Report Radiocarbon C-
14 Dating. Tokyo
University Japan:Geological Research and
Development Centre.
Stevenson, F. J., 1981. HumusChemistry. New York:John Wiley and Sons.
Sudjana, 1988. Disain DanAnalysis Eksperimen.
Edisi 2. Bandung:
Tarsi:to.
Taylor, R. E., 1992. Radiocarbon
Dating of Bone: To
Collagen and Beyond.
Radiocarbon after Four
Decades. New York:Springer-Verlag.
-
8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01
14/14
Jurnal Geoaplika (2008)
Volume 3, Nomor 3, hal. 119 131
132