[5] DB7D2BF4d01

download [5] DB7D2BF4d01

of 14

Transcript of [5] DB7D2BF4d01

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    1/14

    Jurnal Geoaplika (2008)

    Volume 3, Nomor 3, hal. 119 131

    Darwin A. SiregarPerbedaan Proses Pencucian Sampel Tulang Hewan dariCiharuman, Jawa Barat untuk Menentukan Umur dengan

    Metode Radiokarbon

    Diterima : 10 Oktober 2008Disetujui : 1 November 2008

    Geoaplika 2008

    Darwin A. Siregar *

    Pusat Survei Geologi, LaboratoriumRadiokarbonJl. Dr.Djundjunan 236, BandungTelp.022-6016092, 6032207

    E-mail: [email protected]

    * Alamatkorespondensi

    Sari Fosil tulang dan kayumerupakan suatu bahan yangmengandung unsur karbonradioaktif, kedua bahan tersebutdapat ditentukan umur mutlaknyadengan metode radiokarbon (teknis

    pencacah fasa gas). Tulangmemiliki struktur yang sangat

    berpori dibandingkan dengan kayu,sehingga dalam proses

    pembentukan fosilnya mudahmengalami pengotoran darilingkungan pengendapannya.Kandungan karbon radioaktifdalam tulang jauh lebih sedikit

    dibandingkan dengan kayu,sehingga untuk menentukan umurtulang mempunyai proses

    pencucian yang khusus.Dalam penelitian ini, dicoba

    menerapkan tiga metoda pencucianterhadap tulang vertebrata asalCiharuman, Propinsi Jawa Barat.Karena sampel kayu dan tulang

    diambil dari lapisan material yangsama, akan tetapi keberadan sampelterdapat pada kedalaman yang

    berbeda, maka perlu dilakukan uji

    perbandingan umur kedua sampeltersebut.Hasil umur rata-rata dari kayuadalah 36116 1430 tahun BP.,untuk tulang A berumur 23600 980 tahun BP., tulang B berumur26563 1800 tahun BP., dan

    tulang C berumur 30633 2580tahun BP.Hasil pengujian statistikmenunjukkan bahwa terdapat

    perbedaan perlakuan rata-rata yangberarti antara umur kayu dan ketigaumur tulang, serta umur tulang Cdengan umur tulang A dan tulang B.

    Dari data umur mutlak yangdiperoleh menunjukkan bahwa

    proses pencucian tulang C lebihmampu menghilangkan pengotordibandingkan proses pencuciantulang A dan B, sehinggamemberikan umur yang lebihakurat.

    Kata kunci: tulang, kayu, umurmutlak, radiokarbon.

    Abstract Cleansing ProcessDifference For Animal Bone

    Samples From Ciharuman, West

    Java, in age determination by

    Radiocarbon Method Bone and

    wood fossils are materials contain

    radioactive carbon element. Theirabsolute ages can be determined by

    radiocarbon method (gas phase

    counter technique). Bones have

    porous structure compared towoods, therefore they are easily

    contaminated by its sedimentary

    environment during the formation of

    fossils. The amount of radioactive

    carbon in bones is much smallercompared to that of woods, so that

    bones needed special cleansing

    before age determination.In this research, three cleansing

    methods were applied to vertebratebones from Ciharuman, West Java.

    Because bone and wood samples

    were collected from the same layer

    of materials but different depth, so

    comparative study of their ages

    needed to be done.Average age of wood is 36116

    1430 years B.P, average age ofbone A is 23600 980 years B.P,

    average age of bone B is 26563

    1800 years B.P, average age of

    bone C is 30633 2580 years B.P.

    Statistic test shows that there are

    significant average treatment

    differences between ages of woodand three ages of bones, and among

    the ages of bone A,B and C. Theobtained absolute age show that

    bone C cleansing treatment is betterin removing impurities compared to

    cleansing treatment for bone A and

    B, therefore gave more accurate

    result.

    Keywords : bones, woods, absoluteage, radiocarbon.

    119

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    2/14

    120

    Pendahuluan

    Geologi kuarter, yang sering juga disebut

    sebagai geologi muda, mencakup proses sertaperistiwa geologi di bumi sejak lebih kurang 1,8juta tahun yang lalu hingga sekarang, dan

    meliputi zaman Pleistosen dan Holosen.

    Proses-proses dan produk geologi kuarter dapatmerupakan informasi yang sangat penting bagimanusia dalam perencanaan, pembangunan dan

    pengembangan wilayah. Di dalam lingkungan

    binaan ini akan dijumpai interaksi antaraberbagai lingkungan binaan seperti lingkungan

    pemukiman, pertanian, industri danpertambangan, pendayaan laut dan pantai, dan

    lingkungan prasarana. (Sampurno, 1989). Untukmendapatkan informasi yang berguna dari

    produk-produk proses geologi kuarter di masa

    lampau, dilakukan berbagai macam penelitian.Salah satu metode penelitian yang dilakukanuntuk menentukan umur mutlak dari sampel

    yang mengandung unsur karbon radioaktifadalah metode pentarikhan radiokarbon.

    Tulang Vertebrata adalah sampel yang dapat

    ditentukan umurnya dengan menggunakan

    metoda radiokarbon. Pada umumnya tulangkering memiliki struktur yang berpori (porus),

    mengandung senyawa organik berkisar 20%,

    material anorganik 79% dan sisanya berupalemak tulang (Evin, 1990; Goslar dan Pazdur,

    1990). Karena strukturnya yang berpori ini

    tulang mengalami pertukaran senyawa dengan

    lingkungannya, seperti pertukaran karbonattulang dengan karbonat (modern carbon atau

    karbon sekunder) dari tanah atau air tanah, yangbila tidak diupayakan pencucian dan pemurnianakan menimbulkan kesalahan pada saat

    pentarikhan endapan karbonnya. Selain itu hal

    yang menyulitkan dalam penanganan tulang iniadalah keberadaan kandungan karbon dalam

    tulang tersebut yang relatif sangat kecil.

    Pentarikhan endapan karbon tulang dapat

    dilakukan terhadap kandungan karbonanorganiknya (CaCO3), atau endapan karbon

    organiknya (kolagen). Akan tetapi pentarikhanendapan karbon anorganik menunjukkan adanyakarbon sekunder, yang menghasilkan umur yang

    lebih muda. Kolagen yang telah dimurnikan dari

    asam humat (hasil dekomposisi bahan tanamandi dalam tanah yang merupakan koloidal

    terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarnakuning hingga coklat hitam dan mempunyai

    berat molekul yang tinggi) dari dan bahanorganik sekunder lainnya memberikan perkiraan

    umur yang cukup akurat dengan metode

    radiokarbon (Taylor, 1992).

    Pentarikhan endapan karbon dengan

    menggunakan metode radiokarbon didasarkanatas anggapan bahwa proporsi isotop

    14C

    terhadap karbon udara relatif tetap sejak jaman

    purba sampai sekarang, sehingga sisa aktivitasradioaktif suatu sampel karbon berkorelasi

    dengan umur sejak sampel karbon tersebut tidak

    menunjukkan aktivitas kehidupan, yang dapatdihitung dengan memakai waktu paruh

    peluruhan isotop14

    C (Libby, 1956; Ralph, 1971;Stevenson, 1981).

    Metode radiokarbon teknik pencacah fasa gasmerupakan penerapan ilmu fisika, kimia dangeologi yang sering dipakai untuk menentukan

    umur suatu sampel mengingat interpretasiketelitian dan efisiensinya yang baik, serta

    selektif terhadap pengaruh kontaminasi. Dengan

    mengubah aktivitas spesifik sampel karbon kedalam bentuk gas asetilena maka akan diperolehketelitian dan efisiensi pengukuran yang lebih

    besar dibanding aktivitas spesifik dalam bentuk

    gas karbon dioksidanya.

    Lokasi pengambilan sampel kayu dan tulang

    terletak 40 km k earah barat kota Bandung

    termasuk kabupaten Bandung, KecamatanCililin, desa Ciharuman (peta topografi

    terlampir). Sampel dikumpulkan dari tempat

    penggalian pasir penduduk setempat, dekatjembatan Cipatik, berasal dari lapisan batupasir

    gunung api berbutir halus, berwarna abu-abu,mengandung banyak kayu yang sebagian telah

    membentuk arang dan tulang hewan(verteberata). Dari hasil diskusi dengan Van den

    Gert seorang ahli palaentologi dari Belandaberpendapat bahwa tulang tersebut berasal daritulang kaki bagian lutut dan sebagian kecil ada

    tulang rusuk. Karena keberadan tulang tersebut

    banyak dalam satu tempat, dapat diperkirakan

    hewan ini dalam satu kandang atau hidupbersama.

    Dasar Teori

    Fosil tulang dan kayu merupakan beberapa jenis

    sampel yang dapat ditentukan umurnya denganmetode pentarikhan radiokarbon. Selama lebih

    dari empat dekade penelitian radiokarbon telah

    banyak literatur yang mengungkapkanpenelitian mengenai umur

    14C pada tulang.

    Ketelitian penentuan14

    C pada tulang telahdipertanyakan oleh Libby (1956), bahkan

    sebelum analisis14

    C tulang pertama kali

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    3/14

    121

    Beratkolagen(gr

    am)

    Waktu pengerjaan (menit)

    dilakukan. Libby berpendapat bahwa tulang

    memberikan banyak sekali kelemahan, sehingga

    prospek penelitiannya pada masa itu dirasakurang akurat. Hal ini dikarenakan selain darikeberadaan tulang itu sendiri yang relatif

    sedikit, juga strukturnya yang berpori besar

    (porus) sehingga memudahkan terjadinya

    pertukaran dengan senyawa-senyawa lain dilingkungan pengendapannyasepertipertukaran karbonat tulang dengan karbonatyang berasal dari tanah atau air tanah dan asam

    humatakibatnya akan memberikan

    penyimpangan umur dari semestinya (Taylor,

    1992).

    Pada umumnya tulang kering memiliki struktur

    yang berpori (porus), mengandung 20%

    material organik, 79% material anorganik dansedikit lemak tulang (Evin, 1990; Goslar danPazdur, 1990). Bagian organik tulang ini

    mengandung 90% kolagen dan hal ini yangmenyebabkan mengapa banyak orang kemudian

    mengisolasi dan memurnikan kolagen dari

    pengotornya guna keperluan pentarikhan

    radiokarbon (Gillespie, 1989).

    Metoda

    Pada era 70-an berkembang suatu teknik baru

    yang berdasarkan kelarutan kolagen dalam airpanas yang diasamkan (acidic hot water)

    diperkenalkan oleh Longin (1971), yang

    kemudian banyak digunakan oleh peneliti--peneliti radiokarbon berikutnya sebagai dasar

    untuk mengisolasi dan memurnikan kolagen

    dari sampel tulang.

    Mengacu pada prosedur-prosedur terdahulu adadua hal yang diperhatikan oleh Longin, pertama

    apakah pengotor masih ada pada produk akhir

    pengerjaan, yang kedua apakah metode-metodeitu benar-benar berhasil memberikan kemurnian

    yang baik, atau pengerjaan itu ternyata malahmenghilangkan sebagian besar kolagen asli dari

    sampel. Pada prosedur ini Longin sangatmemperhatikan bagian-bagian yang dapat

    memungkinkan hilangnya kolagen dalampengerjaan.

    Tahap pertama pengerjaan pada teknik Longinadalah penghilangan karbonat sekunder darigerusan tulang yang berukuran 0,2 mm denganmenggunakan HC1 8%. Pengerjaan ini harusdilakukan dengan hati-hati, karena asam jugadapat memecah ikatan hidrogen kolagen yangkemudian larut dalam air dan dapat hilangselama pengerjaan. Selain kehalusan gerusantulang, waktu pengerjaan dengan asam juga

    sangat berpengaruh terhadap keberadaankolagen seperti ditunjukkan pada

    Gambar 1dan Gambar 2.

    Kolagen diekstraksi dalam bentuk gelatindengan cara memanaskan gerusan tulang dalam

    air pH 3 pada suhu 90C selama 10 jam.

    Menurut Longin, dengan teknik ini hanyakolagen yang terdapat pada gelatin, sedangkan

    pengotor berada dalam residu dan dieliminasi

    dengan sentrifugasi. Longin percaya bahwapengotor seperti asam humat juga akan

    tertinggal dalam residu. Hasil pengukuran umur

    radiokarbon dengan teknik ini secara umummemberikan hasil yang lebih tua untuk ekstrak

    gelatin kolagen dibandingkan residunya.

    Gambar 1. Perbandingan berat kolagenyang terekstraksi terhadap waktu

    pengerjaan dengan HC1 8% dari 50 g

    contoh tulang.(Sumber: Longin, 1971)

    Tabel 1 Hasil eksperimen untuk menghasilkangelatin kolagen

    Ukur-an

    Keasam-an

    Suhu(

    oC)

    Waktu(menit)

    Pengerjaandenganasam

    0,2mm

    1 L HCl 8% (untuk

    100 gtulang)

    20 20

    Ekstraksidengan air

    pH = 3,0 90 600

    (Sumber: Longin, R., 1971)

    Dengan didasarkan prosedur pengisolasian danpemurnian kolagen dari tulang oleh Longin,dikembangkan lagi beberapa prosedur oleh para

    peneliti radiokarbon. Misalnya pengembangan

    prosedur oleh Goslar dan Pazdur (1990), Brown

    dan Vogel (1982), serta studi perbandinganterhadap beberapa pengerjaan untuk kolagen

    dari tulang oleh Gufinkel (1987).

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    4/14

    122

    Gambar 2. Persen ekstrak kolagen

    fosil tulang dalam air yangdiasamkan (hot acidic water) pH 3

    pada suhu 90C. a. 12 menitpengerjaan dengan asam. b. 20menit pengerjaan dengan asam. c.30 menit pengerjaan dengan asam.

    Beratkolagen(gram)

    Pada umumnya pengembangan prosedur itu

    antara lain mencakup penggunaan asam klorida

    yang lebih lemah ( 1N) dengan waktupengerjaan yang lebih lama (30-120 menit). Halini dimaksudkan agar pemecahan ikatan

    hidrogen kolagen dalam tulang dikurangisesedikit mungkin sehingga penghilangan

    karbonat sekunder lebih efektif, dan

    penggunaan basa alkali (NaOH 0,1 N) untuk

    mengisolasi pengotor organik seperti asamhumat, serta lamanya ekstraksi gelatin kolagen

    (10 - 16 jam).

    Selulosa merupakan senyawa organik penyusunterbesar dalam kayu. Lebih kurang 50%

    selulosa terkandung dalam kayu disamping

    senyawa-senyawa organik lain (Fessenden dan

    Fessenden, 1986). Kandungan karbon organikyang cukup besar ini menyebabkan kayu mudah

    untuk dimurnikan dengan proses pencucianyang lazim (conventional treatment).Pengerjaan dengan asam dan basa, atau dengan

    proses ekstraksi selulosa yang berguna untuk

    menghilangkan pengotor dapat dilakukandengan baik tanpa kehilangan banyak karbon

    asal sampel (original carbon). Hal inilah yang

    membedakan penanganan sampel kayu dantulang dalam proses pencuciannya.

    Bahan dan Peralatan

    Sampel tulang dan kayu diambil dari daerah

    Ciharuman yang merupakan salah satu daerah

    yang termasuk Kabupaten Bandung. Secarafisik dilapangan dapat diketahui bahwa sampel

    tulang yang terdiri dari tulang kaki dan

    beberapa tulang rusuk berwarna hitam

    kecoklatan diduga merupakan hewan vertebrata.

    Sedangkan sampel kayu berupa sisa ranting danbatang yang telah membentuk arang hitam.

    Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini

    meliputi: air suling, air bebas tritium, asam

    klorida p.a Merck, natrium hidroksida p.aMerck, kalium hidroksida p.a Merck, amonium

    hidroksida p.a Merck, kalsium klorida p.a

    Merck, stronsium klorida p.a Merck, serbukmagnesium Merck, petroleum benzen Merck,

    kawat Cu, nitrogen cair, glass wool, es, karbonaktif, etanol, dan kertas saring Whatman 42.

    Merck, Siliconhigh vacum(Shinetsu)

    Peralatan yang digunakan pada penelitian iniadalah: gelas piala berbagai ukuran, labu

    elenmeyer berbagai ukuran, gelas ukur, tabungpencuci gas, corong tetes, corong Buchner,

    suction erlenmeyer, mortir dan stamper, statif

    dan klem, termometer, cawan porselen, botolsemprot, pembakar bunsen, hotplate,seperangkat alat pembuat gas karbon dioksida,

    seperangkat alat pembuat karbida, seperangkat

    alat pembuat gas asetilena, dan seperangkat alatpencacah karbon radioaktif (C-14) dilengkapi

    dengan detektorMulti Anode Anticoincidence.

    Pengukuran Aktivitas Sampel

    Persiapan sampel kayu

    Sampel kayu dalam gelas piala ditambahkan air

    suling hingga terendam seluruhnya, kemudian

    dipanaskan, dan dihentikan setelah mendidihselama 10 menit. Pengerjaan ini dilakukan

    sebanyak 3 kali. Hal yang sama dilakukan

    berturut-turut dengan mengganti air suling

    dengan HC1 0,2 N dan KOH 0,2 N. Sampelkayu dicuci kembali dengan air suling hingga

    sisa larutan pencuci hilang (pH netral),kemudian dikeringkan dan dipanaskan dalamoven dengan suhu 110C selama 1 malam.

    Tahap pengarangan

    Sampel kayu yang telah bersih dan kering,

    ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalamtabung kuarsa dan ditutup dengan pasir kuarsa

    hingga tertutup seluruhnya. Tabung tersebut

    dimasukkan ke dalam termokopel. Pembakarandilakukan dengan menggunakan tahapan

    tegangan awal 40 Volt samapai tegangan akhir100 volt.

    Waktu ekstraksi menit

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    5/14

    123

    Contoh Tulang (0,2 nm)

    Tulang A Tulang CTulang B

    1.019 kg tulang400 g tulang

    Dicuci dengan 1 L

    HCl 1 N 120

    menit

    Disaring

    400 g tulang

    Dicuci dengan

    1 L HCl 1 N

    120 menit

    Disaring

    Dicuci dengan 1 L HCl

    1 N 120 menit

    Disaring

    Dicuci dengan air sulinghingga pH netral

    Dikeringkan dalam oven

    110oC selama 1 malam

    Ditimbang

    Dicuci dengan air sulinghingga pH netral

    Dicuci dengan 1 L

    NaOH 0,1 N 120menit

    Disaring

    Dicuci dengan air sulinghingga pH netral

    Dicuci dengan 1 L NaOH

    0,1 N 120 me nit

    Disaring

    Kerjakan seperti padaGambar 4

    Dikeringkan dalam oven

    110oC selama 1 malam

    Ditimbang

    Diasamkan hingga pH 3

    Diekstraksi pada suhu 90o

    C selama 12 jam

    Disaring

    Kerjakan seperti pada

    Gambar 4

    Ditimbang

    Residu kolagen

    Freeze Dr er

    Filtra Resid Filtrat Residu Filtra Resid

    Resid FiltratResid Filtrat

    Filtrat Residu

    Kerjakan seperti pada

    Gambar 4

    Gambar 3. Bagan alir proses pencucian sampel tulang

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    6/14

    124

    Proses pembakaran dihentikan setelah semua

    asap yang timbul hilang, kemudian arang yang

    dihasilkan ditimbang.

    Sampel Tulang

    Sampel tulang setelah mengalami pembersihan

    secara fisik, kemudian digerus hingga berukuran0,2 mm. Kemudian dipisahkan menjadi tiga

    bagian yang sama untuk proses pencucian (A,B dan C) yang berbeda.

    Proses pencucian tulang A

    Sampel tulang sebanyak 400 g dicuci beberapakali dengan air suling dan disaring hingga

    kering dan bersih. Residu tulang tersebut

    selanjutnya dicuci dengan satu liter HC1 1N

    selama 120 menit dan disaring. Prosespencucian dilakukan lagi terhadap residudengan air suling hingga pH netral. Sampel

    kemudian dipanaskan dalam oven 110C selama1 malam. Tahap selanjutnya contoh tulang yang

    telah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam

    pipa tabung kuarsa untuk proses pembakaransampai terbentuk gas asetilena.

    Proses pencucian tulang B

    Contoh tulang sebanyak 400 g dicuci dengan

    satu liter HC1 1 N selama 120 menit,kemudian disaring, dan dicuci kembali dengan

    air suling hingga pH netral. Residu tulang

    tersebut kemudian dicuci kembali denganmenggunakan satu liter NaOH 0,1 N selama

    120 menit. Residu dinetralkan dengan air sulingdan dipanaskan dalam oven 110C selama 1malam. Tahap selanjutnya contoh tulang yang

    telah ditimbang tersebut dimasukkan ke dalam

    pipa tabung kuarsa, seperti pada Gambar 4.Untuk selanjutnya dikerjakan pembakaranseperti tulang A sampai terbentuk gas asetilena.

    Proses pencucian tulang C

    Contoh tulang sebanyak 1,019 kg dicucidengan satu liter HC1 1 N selama 120 menit,

    kemudian disaring, dan dicuci kembali denganair suling hingga pH netral. Residu tulang

    tersebut kemudian dicuci kembali denganmenggunakan satu liter NaOH 0,1 N selama

    120 menit, dan dinetralkan dengan air suling.

    Residu diasamkan hingga pH 3 dan diekstraksipada suhu 90C selama 12 jam. Setelah

    disaring, filtrat tulang dikeringkan denganfreeze dryer sehingga diperoleh padatankolagen. Tahap selanjutnya padatan kolagen

    yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam

    pipa tabung kuarsa, seperti pada Gambar 4.

    Untuk selanjutnya dikerjakan proses

    pembakaran seperti tulang A dan B, sampaiterbentuk gas asetilena. Tahapan prosespencucian contoh tulang A, tulang B dan tulang

    C dapat dilihat pada Gambar 3 (bagan alir).

    Tahap Pembentukan Kalsium Karbonat

    Hasil kolagen yang telah diekstraksi dari tulangvertebrata ditimbang, kemudian dimasukkan ke

    dalam pipa tabung kuarsa bersih dan kering,yang masing-masing ujung pipa tabung kuarsatersebut dihubungkan dengan tabung berisi

    larutan KOH 30% dan NH4OH 1 : 1. Pada ujung

    pipa tabung kuarsa yang dihubungkan dengan

    NH4OH 1 : 1 dipasang katalis Cu, sepertitampak pada Gambar 4 dibawah ini

    Gambar 4. Proses pembakaran kolagensampai CO2habis bereaksi dengan

    amoniak menghasilkan larutan NH4CO3(Mitamura, 1991)

    Pembakaran dimulai dengan api kecil selamabeberapa menit agar pemanasan merata, lalu api

    diperbesar sampai semua kolagen habisterbakar. Kolagen yang terbakar akan bereaksi

    dengan oksigen yang dialirkan dari tabung lain,membentuk gas karbon dioksida (CO2). GasCO2 ini dialirkan ke dalam tabung berisiNH4OH (1 : 1). Pembakaran dihentikan dengan

    kolagen yang berwarna putih mejadi abu-abu.larutan (NH4OH)2CO3 yang terbentuk siap

    untuk proses selanjutnya.

    Pembentukan Stronsium Karbonat (SrCO3)

    Endapan CaCO3 yang telah ditimbang,dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 1 L,lalu ditambahkan aquadest hingga semua

    endapan terendam. Labu erlenmeyer itudihubungkan dengan tabung penampung gasyang berisi NH4OH 1 : 1 dan corong tetes yang

    berisi 25 ml HCl, seperti tampak pada Gambar

    5, larutan HCl diteteskan sedikit demi sedikitsehingga akan terbentuk gas CO2 yang

    kemudian akan mengalir ke dalam tabung

    pencuci gas. Proses ini dihentikan sampai

    seluruh endapan CaCO3 habis bereaksi danmembentuk NH4CO3.

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    7/14

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    8/14

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    9/14

    127

    dioksida yang akan diendapkan sebagai garam

    kalsium karbonat (CaCO3). Untuk mencegah

    kemungkinan masih adanya pengotor yangterbawa, maka endapan kalsium karbonattersebut dilarutkan dan diendapkan kembali

    sebagai garam stronsium karbonat (SrCO3)

    (Mitamura, 1991).

    Dalam tahap pembentukan gas asetilena, gas

    asetilena yang terbentuk disimpan dalam RBF

    selama 3 minggu untuk menghilangkanradon (

    222 Rn) yang mempunyai waktu paruh

    (t) 3,824 hari (Faure, 1986; Mitamura, 1991;Soedojo, 1983). Peluruhan radon akan

    menghasilkan isotop-isotop tak stabil yangkemudian meluruh dan mengemisikan partikel

    -. Adanya partikel

    -yang bukan berasal dari

    peluruhan isotop 14C dapat memberikan hasilyang salah pada perhitungan aktivitas contoh.

    Sampel tulangKetiga sampel tulang yang berasal dan tulangvertebrata yang sama setelah mengalamipembersihan secara fisik, kemudian digerus

    hingga berukuran 0,2 mm. Hal ini

    dimaksudkan agar luas permukaannyabertambah besar sehingga pengotor-pengotor

    yang terperangkap dalam tulang dapat

    dihilangkan, selain itu penggerusan inimemudahkan kolagen dalam tulang

    terekstraksi pada pengerjaan tahap berikutnya.

    Pencucian dengan asam klorida 0.1 N selama

    120 menit pada masing-masing contohtulang digunakan untuk menghilangkan

    karbon sekunder tulang. Pengerjaan ini

    diharapkan dapat mengurangi hilangnyakarbon asal contoh (original carbon) selama

    pencucian. Sedangkan pencucian dengankalium hidroksida yang dilakukan pada contohtulang B dan C dimaksudkan untuk

    menghilangkan pengotor-pengotor organik

    seperti lignin, asam humat, dan asam fulfat

    yang terabsorpsi oleh contoh tulang.

    Contoh tulang C diasamkan hingga pH 3 dan

    diekstraksi pada suhu 90C selama 12 jam.Pengasaman hingga pH 3 dan pemanasandengan suhu 90C bertujuan menghidrolisis

    senyawa organik tulang sehingga diperolehekstrak kolagen dalam bentuk gelatin.Sedangkan waktu pengerjaan selama 12 Jam

    dimaksudkan agar ekstrak "kolagen" yang

    diperoleh optimal (Goslar, 1990)

    Cara pengujian secara ststistik untuk

    membandingkan hasil pentarikan endapankarbon contoh kayu dan ketiga contoh tulang.

    Ry = (350.740)2 = 1,025 x 1010

    12

    Py = (108.350)2 + (70.800)2 + (79.690)2 +

    3 3 3

    (91.900)2 - Ry = .2,646 x 10

    8

    3

    Y2 = (36.260)2 + (35.310)2 + +

    (30.900)2 =1,052 x 10

    10

    Ey = Y2- Ry - Py = 3,18 x 10

    6

    F hitung = RJK (jenis contoh) = 0,082 x 108 =

    RJK (kekeliruan) 7,500 x 105

    = 117,60

    Dengan = 0,05 dan v1= 3, v2= 8, maka daritabel distribusi F diketahui harga F0,05(3,8) = 4,07.Karena Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan

    bahwa terdapat perbedaan rata-rata perlakuan

    yang berarti dari keempat contoh.

    Uji Rentang Newman Keuls

    Rata-rata hitung umur : 23.600 (tulang A) :

    26.563 (Tulang B) 30.633 (Tulang C) : 36.116(Kayu)

    Perlakuan : 2 : 3 : 4 : 1

    RJK kekeliruan = 7,500 .105Kekeliruan baku rata-rata untuk setiapperlakuan adalah :

    Sy = (RJK kekeliruan ) = (7,500. 105)

    = 500

    ni 3

    Dari daftar rentang dengan vi = dk = 8, dan =0,05, maka diketahui sebagai berikut :P = 2 3 4

    Rentang = 3,26 4,04 4,53

    RST = Sy x rentangRST = 1,630 2,020 2,265

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    10/14

    128

    Tabel 2. Hasil pentarikhan isotop 14C pada suhu 19C dan tekanan 80,9 cmHg

    Contoh

    Aktivitas14

    C

    terukur (cpm)

    Faktor

    Koreksi

    Umur

    (Tahun B.P)

    Rata-rata

    umur

    (Tahun B.P)NBS 20,76 0,11 0,7459 - -

    20,95 0,11 0,7459 - -

    20,83 0,11 0,7459 - -

    DC 1,11 0,03 1 - -

    1,15 0,03 1 - -

    1,09 0,03 1 - -

    Kayu 0,96 0,03 1 36.260 2510

    0,97 0,03 1 35.310 2230 36116 1430

    0,99 0,03 1 36.780 2680

    Tulang A 1,12 0,03 3,318 23.530 1610

    1,15 0,03 3,226 23.960 1750 23600 980

    1,14 0,03 3,448 23.310 1680

    Tulang B 1,09 0,03 4,071 27.340 3350

    1,10 0,03 3,846 25.980 2870 26563 1800

    1,10 0,03 4,000 26.370 3090

    Tulang C 0,94 0,03 4,065 30.440 4260

    0,94 0,03 4,167 31.370 4870 30633 2580

    0,93 0,03 4,237 30090 4260

    Tabel 3. Hasil pentarikhan isotop14

    C

    Contoh Jumlah

    Kayu Tulang A Tulang B Tulang C

    36.260 23.530 27.340 30.440

    Umur (BP) 35.310 23.960 25.980 31.370

    36.780 23.310 26.370 30.090

    Jumlah 108.350 70.800 79.690 91.900 350.740

    Banyak

    Pengamatan3 3 3 3 12

    Rata-rata 36.116 23.600 26.563 30.633 116.912

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    11/14

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    12/14

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    13/14

    131

    Jakarta: Ratan.

    Sampurno, 1989. Geologi Kuarterdan bencana alam. Pros.

    Geologi Kuarter dan

    Pengembangan Wilayah.Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Geologi

    (P3G).

    Siregar, D. A., 1986. Training

    Report Radiocarbon C-

    14 Dating. Tokyo

    University Japan:Geological Research and

    Development Centre.

    Stevenson, F. J., 1981. HumusChemistry. New York:John Wiley and Sons.

    Sudjana, 1988. Disain DanAnalysis Eksperimen.

    Edisi 2. Bandung:

    Tarsi:to.

    Taylor, R. E., 1992. Radiocarbon

    Dating of Bone: To

    Collagen and Beyond.

    Radiocarbon after Four

    Decades. New York:Springer-Verlag.

  • 8/10/2019 [5] DB7D2BF4d01

    14/14

    Jurnal Geoaplika (2008)

    Volume 3, Nomor 3, hal. 119 131

    132