4.docx

15

Click here to load reader

description

hhjmn

Transcript of 4.docx

Page 1: 4.docx

Klasifikasi sikap mental pasien berdasarkanpandagan terhadap perawatan dan gigi tiruan (HOUSE, 1937) Tipe Filosofikala.

a.Orang yang belum pernah memakai gigi tiruan tiruan tetapi sadar akan keperluannyamemakai gigi tiruan. Sikap mental yang seimbang. Pasien sangat percaya kepada doktergiginya, hal ini hatus dapat dimanfaatkan. Pasien senantiasa diikuti terus denganpenyuluhan agar motivasi yang baik tetap terjaga.b.Orang yang pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruanlagi karena hal lain. Pasien sudah mengerti keterbatasan dan kesulitan dalampemakaiannya.2.

Tipe banyak tuntutan (exacting type)a.Orang yang sangat khawatir akan berubahnya penampilan bila hrus memakai gigi tiruan. Jikaingin dibuatkan, pasien mengharapkan gigi tiruan yang persis seperti gigi aslinyab.Orang yang sudah pernah memakai gigi tiruan namun tidak pernah puas baik dalampenampilan maupun pemakaiannya. Pasien tidak mudah percaya kepada dokter giginya.Terkadang pasien menginginkan jaminan tetulis, jadi ketika gigi tiruan yang diharapkanpasien tidak terpenuhi, maka akan diminta ongkos ganti.

Tipe Histeris ( selalu cemas)a.Orang yang kesehatan umum dan mulut buruk. Takut terhadap perawatan gigi. Terjadangmenolak pencabutan gigi. Pasien ini yakin bahwa pemakaian gigi tiruan akan gagal.b.Orang yang sudah pernah mencoba memakai gigi tiruan namun selalu tidak puas karenadihantui oleh perasaan bahwa penampilannya telah berubah. Selalu ingin menuntut jaminan bahwa gigi tiruan yang dibuat harus sama dengan gigi aslinya.

Tipe Acuh ( Indifferent type)a.Orang yang tidak peduli akan penampilannya dna tidak peduli akan makanan yang dimakan.Tidak merasakan perlu pemasangan gigi tiruan. Biasanya dating karena dorongan dari oranglain, atau keluarganya. Dokter gigi harus hati-hati dalam mengambil langkah, karenabiasanya perawatan pada pasien ini gagal sehingga motivasi hatus terus ditumbuhkan dariawal perawatan.

Karakteristik Pasien1. Pasien FilosofikalSikap ini merupakan sikap yang paling baik untuk pemasangan gigi tiruan. Karakteristiknya :a. rasional b. bijaksana c. tenang d. motivasi terjadi secara umum seperti keinginannya memakai gigi tiruan untuk memelihara kesehatan dan menunjukkan merasa memilki gigi yang perlu diganti., e. prosedur dapat diterima.2. Pasien ExactingTipe ini memeliki semua sifat baik pada pasien filosofikal. Namun dia memerlukan perhatian yang lebih ekstra, usaha dan kesabaran pada sebagian dokter gigi. Mereka sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan ingin turut mengatur perawatan. Tidak mustahil pula ia meminta suatu jaminam tertulis. Prognosis bisa baik bila tendensi ingin sempurna dan sikap krisisnya sepada dengan kecerdasannya.3. Pasien histerisKarakteristiknya:Gugup, Emosional, Tidak memperhatikan kesehatan mulutnya sendiri, Tidak stabil, HipersensitivitasPrognosis terkadang tidak baik dan profesional tambahan diperlukan selama perawatan. Pasien seperti ini harus dibuat sadar atas masalahnya.4. Pasien Indifferent (biasa saja)Karakteristik pasien ini : tidak peduli dengan penampilannya sendiri, tidak merasakan pentingnya masalh komunikasi, tidak ulet, tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa, kurang menghargai upaya dokter gigi yang merawatnya., Dietnya buruk, Prognosis tidak baik, kecuali bila ada penerimaan dan instruksi kepadanya berhasil, prognosisnya akan baik.

2.1 Rencana Perawatan Setelah semua data terkumpul melalui pemeriksaan klinis obyektif, anamnesis maupun model diagnostik,

maka diagnosis dapat ditegakkan. Diagnosis biasanya dituliskan pada kolom khusus pada Kartu Status Penderita

Page 2: 4.docx

(dental record). Di sini dikemukakan semua hal yang abnormal, menguntungkan atau merugikan proses pembuatan gigi tiruan lepasan. Rencana erawatan kemudian disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara tuntas. Rencana perawatan harus dirinci selengkap dan sebaik mungkin, sehingga terlihat jelas tahapan-tahapan perawatan yang akan dilakukan. Tanpa rincian yang baik, tidak mungkin tercapai efisiensi dan efektivitas perawatan yang diharapkan (Gunadi, 1991 : 128).

Rencana perawatan merupakan tahap yang tidak bisa dilepaskan dari proses diagnostik. Sebelum menentukan langkah perawatan prostodontik, hendaknya semua aspek ditinjau dan dipertimbangkan. Dokter gigi harus dapat mengambil keputusan yang positif tentang apa yang paling baik bagi pasien (Basker, 1996 : 77). Rencana perawatan pada tahap pertama gigi-gigi yang dapat dipertahankan diidentifikasi, pada tahap kedua keperluan untuk retensinya ditentukan. Hanya pada tahap lanjut rencana protesa definitif dan pembuatan disainnya dibuat.

Perencanaan tahap 1 Mengidentifikasi gigi yang masih dapat dipertahankan dan tidak ada harapan. Tahap ini dilakukan secara cermat dengan melakukan identifikasi pada indikasi-indikasi.

Perencanaan tahap 2 Menetapkan manfaat dan atau perlunya mempertahankan pada gigi-gigi yang dapat dipertahankan. Berdasarkan hasil ini, pilihan perawatan disampaikan dandidiskusikan dengan pasien. Selanjutnya menyusun rencana sementara dan menyampaikan terapi awal yang diperlukan.

Perencanaan tahap 3 Menetapkan rencana perawatan tetap berdasarkan jumlah gigi penyangga dan tipe konstruksi. Hal ini hanya dapat dilakukan setelah reevaluasi intensif rencana sementara berdasarkan kondisi yang ada pada akhir perawatan awal. Keputusan akhir mengenai detil konstruksi tidak dibuat hingga sesudah uji coba akhir pada gigi tiruan percobaan. A. Keputusan evaluasi negatif: tanpa overdenture B. Keputusan evaluasi positif: rencana perawatan sementara C. Keputusan evaluasi kembali negatif sementara: perawatan awal lebih lanjut D. Keputusan evaluasi kembali negatif tetap: perawatan dengan overdenture E. Keputusan evaluasi kembali positif tetap: rencana perawatan tetap

2.2 Perawatan Pendahuluan Sebelum dilakukan perawatan prostho dilakukan preparasi mulut terlebih dahulu. Secara garis besar, Preparasi

Mulut ada dua tahapan, yaitu : 1.Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontic, bahkan orthodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima geligi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan pertama ini ditujukan ditujukan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat.

2.Kedua, mulut pasien perlu disiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan perubahan-perubahan (Gunadi, 1991 : 128-129).

2.2.1Tindakan Bedah Pra Prostetik Persiapan tindakan bedah seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau jaringan hendaknya

dilakukan secepat mungkin. Exostosis dan tori yang mengganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan dengan cara non bedah. Pembuangan ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan protesa yang akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar. Tori yang terletak pada bagian

Page 3: 4.docx

distal harus dibuang, khususnya bila residual ridge memberikan dukungan minim. Pada kasus seperti ini pergerakan fungsional bagian posterior geligi tiruan akan menyebabkan trauma pada tori (Gunadi, 1991 : 129-130).

Prosedur bedah ini harus diselesaikan jauh sebelum pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bisa tercapai. Pembentukan kembali jaringan bekas ekstraksi biasanya berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian berlangsung lebih lambat. Setelah jangka waktu 10-12 bulan, residual ridge umumnya dianggap sudah stabil. Makin lama jarak antara pembedahan dan prosedur pencetakan, penyembuhan luka makin mantap, sehingga jaringan pendukung protesa jadi semakin stabil pula (Gunadi, 1991 : 129). Tindakan bedah pra prostetik ini, antara lain :

a. Jaringan hiperplastik yang mengganggu desain dan stabilitas, termasuk pembesaran tuberositas, mukosa kendur, papillomatoses palatal atau epulis fissuratum. Pada kasus pembesaran tuberositas dan mengganggu ruang intermaksilar, perlu dibuat foto rontgen dulu untuk melihat lokasi sinus dan kemungkinan dilakukannya tindakan bedah.

b. Frenulum labialis atas dan lingualis bawah yang paling sering menimbulkan gangguan pada desain geligi tiruan.

c. Semua lesi jaringan lunak perlu dieksisi dan dievaluasi secara histologi (Gunadi, 1991 : 130).

2.2.2Perwatan Konservatif Untuk perawatan jangka panjang, perawatan endodontik biasanya harus diperkuat dengan pasak tuang atau dikembalikan fungsinya dengan mahkota tiruan atau modifikasi untuk perawatan overdenture. Perawatan konservatif atau restoratif dengan demikian tidak terbatas hanya kepada perawatan karies saja, tetapi juga harus : 1. Memberi kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal. 2. Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan 3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas4. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tak ada 5. Mendukung terpenuhinya faktor estetik 6. Memberikan kontur gigi yang sesuai (Gunadi, 1991 : 130-131). Pada kasus-kasus lain, perawatan endodontik diperlukan karena gigi akan diperpendek sampai hampir setinggi gusi atau karena bagian dari saluran akar akan memerlukan suatu pasak atau sekrup atau karena gigi nonvital dan tidak terdapat pengisian saluran akar atau pengisian tidak sempurna. Guttaperca point digunakan dengan suatu sealer saluran akar yang menambah kepastian penutupan lengkap dari saluran, akan tetapi hal-hal berikut harus diperhatikan: a. Saat saluran diekskavasi untuk membentuk suatu ruang, maka guttaperca tidak boleh seluruhnya diangkat. b. Perhatian khusus harus dilakukan saat preparasi ruang untuk pasak didekat apeks untuk memastikan bahwa tidak terjadi pendorongan guttaperca ke apeks. Aturannya perawatan endodontik dilakukan baik sebelum atau bersamaan dengan perawatan periodontal yang diperlukan (Damayanti, 2009 : 18).

2.2.3Perawatan Ortodontik Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruangan kosong yang makijn lama makin sempit karena

terjadi migrasi gigi tetangga. Hal ini menyebabkan gigi menjadi malposisi sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban juga akan menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali keposisi yang diharapkan (Gunadi, 1991 : 131).

Pemanfaatan tindakan ortodontik semacam ini akan menunjang keberhasilan perawatan prostodontik, disamping meningkatkan kesehatan jaringan periodontal gigi-gigi di sekitar protesa.

2.2.4. Perawatan Periodontik Motivasi para pengidap penyakit periodontal berat terhadap kesehatan mulutnya biasanya rendah dan calon

pemakai geligi tiruan yang menyedihkan (poor candidate). Bila tanda-tanda ini sudah terlihat pada tahap diagnostik,

Page 4: 4.docx

sebaiknya perawatan prostodontik ditunda lebih dahulu, sampai pasien sadar akan kesehatan dan kebersihan mulutnya. Dengan sendirinya tidak semua pasien dapat mencapai tingkat kontrol plak yang ideal. Prosedur perawatan prosthodontik dengan pasti dapat dimulai, bila tingkat ini sudah optimal. Pasien yang belum mencapainya, dianjurkan untuk kembali menjalani perawatan profilaksis (Gunadi, 1991 : 131).

Pembersihan karang gigi, perbaikan tepi restorasi yang berlebihan atau rusak amat bermanfaat untuk mengontrol plak. Sebagai tambahan bagi proses fisioterapi mulut, seperti scalling, root planning, kuretase dan pengasahan selektif, dapat pula dilakukan tindakan bedah periodontal untuk meningkatkan kesehatan jaringan lunak mulut sebagai pendukung geligi tiruan. Prosedur ini meliputi gingivektomi, bedah mukogingival, grafting, bahkan bedah tulang (Gunadi, 1991 : 132).

Gigi yang sudah goyang perlu juga mendapat perhatian, karena dapat menimbulkan masalah. Disharmoni oklusal, peradangan jaringan periodontium atau kombinasi keduanya mungkin merupakan penyebabnya. Kontrol dari faktor-faktor lokal atau adanya kontak prematur biasanya dapat membantu mengatasi masalah ini. Bila dianggap perlu, splinting gigi goyang ini dapat dipertimbangkan (Gunadi, 1991 : 132).

2.2.5Pengubahan Kontur Gigi Modifikasi atau pengubahan bentuk kontur gigi sebetulnya suatu cara yang sederhana, tetapi sering tidak

diperhatikan dalam persiapan mulut. Kekhawatiran melukai dentin pada saat pengasahan permukaan gigi, sehingga karies jadi mudah berkembang mungkin menjadi salah satu penyebab keengganan ini. Bagian atau permukaan gigi yang akan diasah sebaliknya ditentukan dulu pada model diagnostik dan biasanya meliputi :

1.Persiapan bidang bimbing (guiding plane) 2. Pengurangan hambatan (interference) pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi 3.Penempatan cengkram pada permukaan gigi dimana tidak dijumpai gerong yang diharapkan (undesirable

undercut). 4.Preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram (occlusal rest) 5.Pengubahan bidang oklusal (Gunadi, 1991 : 132). Pembuatan mahkota tuang kadang-kadang juga dilakukan sebagai persiapan pembuatan geligi tiruan lepasan,

walaupun harus direncanakan dengan hati-hati. Disamping punya keuntungan dan nilai lebih, pemasangan mahkota selubung bukanlah perawatan yang praktis. Mahkota selubung biasanya dibuat perbaikan kontur mahkota, harmonisasi oklusi untuk peningkatan bidang oklusal. Penyesuaian permukaan proksimal gigi dengan arah pemasangan protesa, pembuatan gerong atau tempat untuk sandaran oklusal, merupakan pertimbangan pula. Mahkota buatan ini bisa pula dibuat untuk splinting gigi-gi pendukung atau perbaikan posisi mahkota gigi (Gunadi, 1991 : 133).

Setelah semua tindakan preparasi mulut ini selesai dilaksanakan, pasien siap untuk menjalani pencetakan kedua dan memulai proses pembuatan protesa.

2.3Prognosis Pada waktu menentukan rencana perawatan, dokter gigi diharapkan dapat menentukan prognosisnya sebelum

melakukan perawatan untuk menentukan keberhasilan dari perawatan yang akan dilakukan. Prognosis dapat ditentukan dari temuan-temuan riwayat penyakit dan pemeriksaan, sehingga dokter gigi dapat menilai keberhasilan perawatan. Jika diperkirakan akan terjadi masalah, perlu dibahas dengan pasien sebelum perawatan dilanjutkan. Dengan demikian pasien akan lebih mudah menerima keterbatasan yang tidak dapat dihindari pada pemakaian gigi tiruan (Basker, 1996 : 79).

BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Pemeriksaan Subyektif Pemeriksaan subyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dari pasien mengenai riwayat pasien melalui anamnesa.

Page 5: 4.docx

2.1.1 Riwayat Pasien Riwayat pasien dapat dibagi menjadi tiga tahap : 1.Detail personal

Termasuk nama, alamat, usia, jenis kelamin dan pekerjaan; juga harus diperhatikan detail-detail administratif seperti nomor perawatan (Walter & Neil, 1996 : 3). Pencatatan nama bertujuan untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya, disamping mengetahui asal suku atau rasnya.Ras ini berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Pencatatan alamat bertujuan agar penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, sehingga pemanggilan kembali penderita dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup pasien sehingga dapat pula diketahui status sosialnya. Pencatatan pekerjaan dapat mengetahui keadaan sosial ekonomi pasien. Pencataan jenis kelamin berhubungan dengan pembuatan desain gigi tiruan lepasan. Wanita lebih memperhatikan estetik, sedangkan pria membutuhkan protesa yang lebih kuat karena kekuatan mastikasi besar. Pencatata usia berhubungan dengan keadaan kesehatan mulut, koordinasi otot, saliva, ukuran pulpa , serta panjang mahkota klinis, serta penyakit-penyakit seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit periodontal yang sering terjadi pada usia lanjut (Gunadi, 1991 : 107-108).

Disamping itu perlu juga untuk menentukan klasifikasi penderita, diantaranya :a. Kooperatif/philosophical mind -rasional, tenang, seimbang -yakin penuh pada drg -prognosa baikb. Rewel/exacting mind -serba teratur, terlalu hati-hati -segala sesuatu harus tepat -sulit menerima pendapat

atau nasihat -ingin mengatur perawatan c. Histerical mind -gugup -tidak peduli kesehatan mulutnya -tidak kooperatif -cenderung mengeluh -mencari-

cari kesalahan d. Acuh tak acuh/indefferend mind -tidak peduli penampilan dirinya -mastikasi tidak dipentingkan -tidak ulet -

tidak mau merepotkan dirinya -upaya drg. Kurang dihargai

2.Riwayat medis yang relevan Ada beberapa hal dalam riwayat medis yang harus diperhatikan sebelum melakukan pembuatan geligi tiruan

sebagian lepasan. Epilepsi misalnya, mempengaruhi desain suatu geligi tiruan. Bagaimanapun, pengetahuan tentang riwayat medis pasien yang relevan mengambil peranan penting dalam melakukan preparasi rongga mulut dimana terapi periodontal atau bentuk bedah mulut minor lainnya yang akan dilakukan. Dokter gigi perlu mengetahui setiap keluhan jantung , dada atau riwayat demam reumatik. Riwayat demam reumatik berperan penting agar pasien terlindung dari bakteremia yang dapat menimbulkan endokarditis. Pasien yang memakai implan protesa juga harus dilindungi dari bakteremia yang dapat menimbulkan infeksi pada daerah implan tersebut. Selain itu juga diperlukan langkah perlindungan bagi penderita diabetes dan mereka yang mempunyai riwayat pendarahan berlebih bila terkena trauma ringan. Dengan makin populer dan kompleksnya terapi obat-obatan, dokter gigi diharapkan mengetahui obat yang digunakan pasien sehingga ia dapat menghindari pemberian obat yang menimbulkan reaksi yang tak dikehendaki atau yang memperkuat aksi obat yang sudah diminum pasien atau obat yang tidak dapat ditolerir oleh pasien (alergi) (Walter & Neill, 1996 :3).

Obat-obat steroid perlu dihindarkan selama periode pencabutan, sedang antikoagulan harus diperkecil dosisnya dengan cara yang terkontrol. Pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan pasien dapat menjelaskan hasil pengamatan yang dibuat saat pemeriksaan: mulut kering berhubungan dengan obat-obat sedasi atau antikoagulan; proliferasi organisme jamur dalam mulut pada pemakaian antibiotik jangka panjang (Walter & Neill, 1996 :3).

Pada penderita diabetes melitus, kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, agresive periodontal, resorpsi tulang alveolar, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali rongga mulut (Gunadi, 1991 : 110).

Pada pasien dengan penyakit kardiovaskular perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi yaitu dengan menghindari pemakaian anestetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin, karena dapat mempengaruhi tekanan darah (Gunadi, 1991 : 110). Pada penderita tuberculosis terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar (Gunadi, 1991 : 110).

Page 6: 4.docx

Penderita anemia menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat. Untuk kasus ini sebaiknya menggunakan elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjolnya (cusp) (Gunadi, 1991 : 111).

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping mengeringkan mukosa mulut. Hal ini mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan (Gunadi, 1991 : 111).

Pecandu alkohol biasanya mengecewakan, karena cenderung mengalami kecelakaan, patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau kecelakaan kendaraan (Gunadi, 1991 : 111).

3.Riwayat gigi Hasil pemeriksaan riwayat perawatan gigi terdahulu akan membantu dalam menentukan sikap pasien terhadap

perawatan dan dapat menunjukkan apa yang akan dihadapi dokter gigi pada saat pemeriksaan rongga mulut. Di sini perlu ditentukan apakah perawatan gigi harus dilakukan secara teratur, alasan pencabutan dan riwayat pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan (Walter & Neil, 1996 : 4).

Pada saat mencatat riwayat gigi pasien , perlu dipastikan kapan gigi-gigi aslinya dicabut, mengapa gigi-gigi itu dicabut, dan apakah ada komplikasi pembedahan. Kemudian dokter gigi harus mencari tahu berapa banyak gigi tiruan yang telah dibuat setelah itu, apakah ada gigi tiruan yang dapat dipakai secara memuaskan, atau apakah ada masalah utama yang dirasakan dengan pemakaian semua gigi tiruan yang dimilikinya.

Informasi ini penting dalam 3 hal : a. Riwayat hilangnya gigi dapat menjadi dasar untuk penilaian derajat resorpsi tulang saat ini. Jika pencabutan

dilaksanakan beberapa bulan sebelumnya, resorpsi masih akan berjalan dengan cepat; jika gigi tiruan dibuat saat ini, akan menjadi longgar dalam waktu yang singkat dan pasien harus diberi tahu tentang kemungkinan ini. Tetapi jika pencabutan telah dilaksanakan beberapa tahun yang lalu, tulang alveolar relatif telah mencapai keadaan stabil dan karena itu gigi tiruan pengganti akan dapat bertahan lebih lama.

b. Jika terdapat riwayat pencabutan yang sulit, disarankan agar dilakukan pemeriksaan radiografis untuk melihat apakah ada sisa akar dan dimana lokasinya.

c. Diperoleh petunjuk tentang daya adaptasi pasien. Sebagai contoh, jika 3 pasang gigi tiruan telah dipakai dengan memuaskan selama 15 tahun misalnya, boleh diasumsikan bahwa daya adaptasi pasien cukup baik, sedang jika ketiga pasang gigi tiruan itu baru dibuat 2 atau 3 tahun yang lalu dan masing-masing bermasalah, daya adaptasi pasien perlu diragukan. Betapapun sangat penting untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan dan melemparkan kesalahan kepada pasien sampai benar-benar jelas bahwa keluhan-keluhan itu tidak disebabkan oleh kesalahan pada desain gigi tiruannya. Karena itu sebaiknya pasien agar membawa semua gigi tiruan yang dimilikinya pada kunjungan pertama, karena dengan memeriksa setiap gigi tiruan dapat diperoleh petunjuk yang berharga dan meningkatkan ketepatan diagnosis (Basker, 1996 : 72).

2.1.2 Anamnesis Anamnesis adalah tindakan yang dilakukan kepada pasien untuk mengetahui apa yang menjadi persoalan, keluhan serta keinginannya dengan memberikan pertanyaan kepada pasien. Anamnesis merupakan riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental. Ditinjau dari penyampaian cerita, dikenal 2 macam anamnesis, yaitu

auto anamnesis : cerita mengenai keadaan dimana cerita mengenai penyakit disampaikan sendiri oleh pasien; dan

allo anamnesis : cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain, yang dijumpai pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil.

Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien sendiri yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa.

Sebaliknya pada anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya (Gunadi, 1991 : 106).

Anamnesis dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terarah. Pertama dicatat informasi mengenai kesehatan umum. Data mengenai perawatan dokter yang terakhir, pemakaian obat-obatan, tindakan

Page 7: 4.docx

operasi, kelainan jantung dan pembuluh darah, diabetes, alergi dan beban psikis yang akan memberikan informasi mengenai hubungan antara hasil pemeriksaan gigi dan keadaan kesehatan umum. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya komplikasi ketika sedang dilakukan perawatan. Pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit seperti serum hepatitis dan penularan HIV sangatlah penting bagi dokter gigi dan para asistennya (Battistuzzi, 1996 : 37).

Kemudian pertanyaan diarahkan ke bidang pengobatan gigi yang mencakup informasi mengenai pengobatan gigi yang telah diperoleh sebelumnya, daerah yang terasa sakit, kebiasaan buruk (menggertakkan gigi), kebersihan mulut dan tindakan preventif. Untuk kebiasaan menggertakkan gigi dapat ditanyakan pada keluarga pasien, karena pasien tidak selalu sadar melakukan hal tersebut. Selanjutnya diberikan pertanyaan sebagai berikut :

-Sudah berapa lama elemen gigi itu hilang? -Apa penyebab kehilangan elemen gigi itu-Mengapa pasien menginginkan perawatan protetik? -Apakah dahulu sudah pernah memakai protesa? -Bagaimana pengalamannya dalam keadaan istirahat, ketika mengunyah, jika sedang berbicara dan fungsi-fungsi

lainnya? Setelah mendapat anamnesis pendahuluan maka diadakan evaluasi untuk kesehatan pada umumnya dan

khususnya mengenai gigi geligi. Dengan anamnesis ini kita dapat memperoleh kepercayaan pasien, dan hal ini dapat ditingkatkan dengan cara mendengarkan dengan baik serta menunjukkan pengertian akan permasalahan yang dihadapi oleh pasien tersebut (Battistuzzi,1996 : 37).

2.2 Pemeriksaan Obyektif Pemeriksaan obyektif disebut juga pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis dibagi menjadi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.

2.2.1 Pemeriksaan ekstraoral Pemeriksaan klinis secara ekstraoral ditujukan pada pemeriksaan tentang penyimpangan patologis, fungsi

susunan gigi dalam rahang dan estetik wajah. Dilihat apakah terdapat pembengkakan, bagian yang asimetris dan fistel. Sendi rahang diraba dalam keadaan istirahat dan pada waktu bergerak, juga otot-otot pengunyah bila perlu. Suara yang terdengar dari sendi rahang dan dari elemen-elemen yang beroklusi dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Selanjutnya diperhatikan rongga mulut yang terbuka secara maksimal dan pergerakan rahang bawah terhadap garis median waktu membuka dan menutup mulut.

Untuk mendiagnosis suatu kelainan pada STM ada triad simptom yang penting, yaitu : -Suara dalam sendi rahang -Perasaan sakit pada sendi dan/atau pada otot kunyah dan otot wajah yang bersebelahan dengan sendi rahang -Pembukaan mulut yang terbatas dan perubahan gigitan Karena permasalahan estetik maka perlu juga untuk memperhatikan relasi bibir dan berapa banyak elemen yang

terlihat pada waktu berbicara serta tertawa. Juga perlu diperhatikan penyimpangan-penyimpangan waktu bicara (Battistuzzi, 1996 : 38-39).

Pemeriksaan ektraoral meliputi pemriksaan : 1.Bentuk kepala Yaitu persegi (square), lonjong (oval), dan lancip (tapering). Bentuk kepala ini sesuai dengan

bentuk lengkung rahang atas serta bentuk gigi insisivus sentral dilihat dari arah permukaan labial. 2.Bentuk muka dan Profil Adanya hubungan antara bentuk muka dengan bentuk gigi insisivus sentral atas

dilihat dari aspek frontal. Bentuk muka dilihat dari samping merupakan indikasi hubungan rahang atas dan bawah. Dikenal 3 macam profil muka, yaitu lurus, cembung, dan cekung. Bentuk profil ini bertujuan untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.

3.Mata Pemeriksaan mata dilakukan saat penderita duduk tegak lurus dengan mata memandang lurus ke depan lalu dilihat keadaan simetris atau tidak. Hal ini berguna untuk menentukan garis interpupil yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit dan kesejajaran galengan gigit rahang atas bagian anterior, bidang horosontal frankfurt untuk proses pencetakan rahang dengan bahan cetak cair pada penderita sensitif, garis tragus-canthus sebagai

Page 8: 4.docx

panduan letak kondil rahang yang terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini, dan garis tengah wajah penderita.

4.Hidung Pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien bernapas melalui mulut atau tidak yang mana pada pasien yang bernapas melalui mulut didapati palatum yang dalam dan mukosa yang kering, sehingga pada pencetakan harus kumur-kumur dulu agar hasil cetakan baik.

5.Telinga Diperiksa simetri atau tidak untuk menentukan garis camper yang berguna pada pencetakan rahang yang menggunakan bahan cetak yang tidak cair; garis canthus untuk menetukan letak kondil rahang bawah yaitu harus berada pada garis ini dengan jarak lebih kurang setengah inci dari tragus; garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut yang bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan rahang bawah; bidang horisontal Frankfurt

6.Bibir Digunakan sebagai pedoman untuk menentukan panjang/tinggi galengan gigit rahang atas, yaitu lebih kurang 2 mm di bawah tepi bawah bibir atas dalam keadaan istirahat; menentukan ukuran/lebar gigi depan atas, lebar kedua gigi insisiv sentral atas sesuai dengan lebar philtrum.

7.Kelenjar getah bening Yang diperiksa adalah kelenjar-kelenjar submandibularis/ submaksilaris untuk mengetahui adanya peradangan di dalam mulut yang biasany aterjadi bila ada sisa akar gigi yang tertinggal. Dapat dibedakan beberapa perabaan : a.Perabaan lunak dan sakit, menunjukkan adanya peradangan akut b.Perabaan keras dan tidak sakit, menunjukkan adanya atau pernah teradi peradangan kronis atau adanya neoplasma c.Perabaan yang keras dan sakit, berarti terjadi peradangan kronis dengan eksaserbasi akut.

8.Sendi Rahang Untuk mengetahui adanya pergerakan sendi yang halus (smooth), kasar (unsmooth), bunyi keletuk (clicking), atau keretek (crepitation) (Gunadi, 1991 : 112-118).

2.2.2 Pemeriksaan intraoral Pada pemeriksaan secara intraoral dapat dibedakan antara pemeriksaan bagian yang lunak (lidah, dasar mulut

dan pipi), bagian tanpa gigi, elemen gigi (keadaan gigi geligi), periodontium dan pemeriksaan oklusi dan artikulasi (Battistuzzi, 1996 : 39).

Sebelum melakukan pemeriksaan, seyogyanya gigi-gigi diskaling karena bila tidak lesi karies servikal mungkin tidak dapat dilihat. Sungguh banyak yang membutuhkan perhatian dan banyak pula yang sering terabaikan bila pemeriksaan tidak dilakukan secara berurutan. Jumlah dan posisi gigi harus ditentukan, bersama dengan derajat pergeseran. Untuk memeriksa hubungan gigi satu sama lain, gigi-gigi harus diamati ketika dalam keadaan beroklusi serta ketika mulut pada posisi terbuka. Jumlah dan ketepatan restorasi juga perlu diperiksa selain deteksi lesi karies yang belum dirawat. Bila status gigi meragukan, lakukan tes vitalitas (Walter & Neil, 1996 : 4).

Jaringan pendukung gigi-gigi juga harus diperiksa secara klinis. Pemeriksaan visual akan dapat menunjukkan tingkat kebersihan mulut pasien, luas deposit plak dan kalkulus serta derajat peradangan gingiva. Penggunaan sonde periodontal diperlukan untuk memeriksa saku di sekitar gigi-gigi. Perkusi gigi-gigi juga membantu dalam menegakkan diagnosa lesi periapikal; tekanan pegangan kaca mulut yang diaplikasikan ke aspek labiobukal gigi, dengan jari diletakkan pada aspek lingual, dapat membantu dalam menegakkan diagnosa mobilitas gigi (Walter & Neil, 1996 : 5).

Fremitus atau transmisi getaran melalui mahkota bila gigi diketok, merupakan hal normal pada gigi-gigi insisivus bawah, dimana tulang yang menopang akar secara morfologis terbatas. Pada gigi lainnya, fenomena ini menunjukkan adanya tahap awal melemahnya pendukung periodontal. Gigi-gigi yang menunjukkan adanya fremitus atau tanda-tanda awal pergeseran biasanya dapat dirawat dengan baik dan dapat ikut berperan pada retensi dan penopangan geligi tiruan sebagian lepasan. Gigi yang menunjukkan pergeseran yang agak banyak dapat tetap ditahan dalam mulut bila gigi tersebut merupakan unit mastikasi yang bermanfaat. Walaupun demikian, gigi perlu displinting ke geligi tiruan sebagian lepasan dan dianggap sebagai gigi dengan prognosa yang buruk dan jangan

Page 9: 4.docx

digunakan untuk menopang atau menahan geligi tiruan. Gigi-gigi dengan pergeseran 1 mm atau lebih harus dicabut sebelum dilakukan pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan (Walter & Neil, 1996 : 5).

Mukosa lidah, palatum dan daerah tak bergigi dari lingir alveolar dapat menunjukkan tanda-tanda kondisi yang memerlukan perawatan. Lidah yang meradang atau kemerahan dapat menyerupai keadaan anemia atau keadaan kekurangan vitamin, mengenai mukosa pasien yang kurang dapat mentolerir geligi tiruan sebagian lepasan. Mukosa palatal dan alvelar dapat meradang pada denture stomatitis: kondisi ini harus dipulihkan kembali sebelum dapat dilakukan pencetakan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adanya sinus pada mukosa dapat dihubungkan dengan sisa akar; mukosa sulkus dapat terserang lesi hiperplastik yang disebabkan oleh trauma sayap geligi tiruan yang terlalu panjang; kondisi ini memerlukan bedah prostetik minor (Walter & Neil, 1996 : 5).

Bentuk dan ukuran alveolar, palatum, eksostosis, torus palatinus dan tuberositas; derajat pemampatan mukosa pendukung gigi tiruan ditentukan dengan cara palpasi; dalam dan lebar sulkus, termasuk adanya frenulum yang besar; ukuran lidah; kualitas dan kuantitas saliva juga harus diperhatikan (Basker, 1996 : 75). Vestibulum disebut dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, vestibulum sedang dijumpai bila kaca mulut terbenam setengahnya, vestibulum dangkal bila bagian kaca yang terbenam kurang dari setengahnya. Sedangkan frenulum dikatakan tinggi bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge, frenulum sedang bila perlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix, freulum rendah bila perlekatannya dekat fornix (Gunadi, 1991 : 122-123).

Pemeriksaan pada lidah juga dilakukan untuk mengetahui ukuran dan aktivitasnya. Aktivitas lidah memepengaruhi retensi geligi tiruan. Ukuran lidah bisa normal, makroglosia, dan mikroglosia. Pada pasien makroglosia susah dilakukan pencetakan dan stabilisasi protesa sulit dicapai. Pada lidah mikroglosi tidak memeberikan penutupan tepi yang memadai untuk protesa rahang bawah (Gunadi, 1991 : 127).

Pemeriksaan daerah retromylohyoid penting untuk retensi geligi tiruan. Pemeriksaan dilakukan pada daerah lingual di belakang gigi-gigi molar 2&3 rahang bawah dengan kaca mulut nomor 3. Kaca mulut yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukkan daerah retro yang dalam; sebaliknya pada retro yang dangkal kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya, retro yang sedang bila kaca terbenam kira-kira setengahnya. (Gunadi, 1991 : 127).

2.3 Pemeriksaan Model 2.3.1 Model studi Dengan bantuan model studi, hubungan antar oklusi dapat dinilai lebih baik daripada dalam mulut, terutama

dalam kasus kerusakan geligi yang sudah meluas. Model studi diperlukan untuk menganalisa oklusi dan artikulasi dan selain itu juga dibutuhkan untuk :

-Mempelajari kerusakan pada gigi serta akibatnya;-Merencanakan pembuatan restorasi lepasan dan cekat; -Penyusunan percobaan (biasanya dilakukan pada model yang sudah dipasang di artikulator); -Pengasahan korektif untuk keperluan menyesuaikan garis ukur serta bidang pergeseran gigi penyangga untuk

pembuatan GTSL;-Pembuatan sendok perorangan; -Mengemukakan dan menjelaskan rencana perawatan kepada pasien; -Menginstruksikan cara menggosok gigi yang disesuaikan secara perorangan; -Memberi keterangan kepada tekniker gigi -Dokumentasi Jika akan diadakan perubahan pada model maka terlebih dahulu harus dibuat duplikat model tersebut

(Battistuzzi, 1996 : 41-42).

2.3.2 Model yang dipasang pada artikulator Jika selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan model dibutuhkan informasi lebih lanjut tentang oklusi dan

artikulasi maka model geligi itu dipasang dalam sebuah artikulator yang dapat diatur. Indikasi diagnostik ini diperlukan dalam sebuah artikulator yang dapat diatur. Indikasi diagnostik ini diperlukan pada kasus dengan adanya

Page 10: 4.docx

gangguan oklusi dan artikulasi serta pada pembuatan GTSL dengan kerusakan gigi yang sudah meluas (Batistuzzi, 1996 : 42).

Pemasangan model ini hanya mempunyai arti apabila dibuat dalam keadaan otot pasien dalam posisi istirahat, kalau tidak demikian halnya maka tidak dapat diperoleh suatu relasi yang dapat dipercaya. Bila akan diadakan perubahan dimensi vertikal, adalah penting untuk diperhatikan agar sumbu rotasi artikulator sesuai dengan pasien (Battistuzzi, 1996 : 42).

2.4 Pemeriksaan Rontgen Suatu pemeriksaan gigi tidak akan lengkap tanpa pemeriksaan rontgen. Sehubungan dengan bahaya penyinaran

maka pengumpulan informasi yang diperlukan harus dilakukan dengan pembuatan foto sesedikit mungkin.Foto panoramik memberikan informasi umum tentang seluruh gigi geligi. Sayap gigit memberi informasi yang baik tentang karies,

kwalitas dan perluasan restorasi yang ada. Untuk menilai seluruh periodontium, perlu dilengkapi dengan status rontgen yang lengkap. Dengan ini dapat juga dinilai kelainan periapikal, perawatan saluran akar, resorpsi tulang dan kelainan lainnya. Foto rontgen yang dibuat dalam jangka waktu beberapa tahun dapat memberikan informasi yang penting tentang perkembangan kemajuan dari kerusakan gigi yang penting untuk indikasi (Battistuzzi, 1996 : 46).

Foto rontgen dari sendi rahang antara lain memberikan informasi tentang kedudukan kondilus pada fosa mandibularis. Pada interpretasinya dapat terjadi kesulitan tergantung pada teknik pengambilan foto. Informasi rontgen dibandingkan dengan data-klinis. Dengan cara ini status gigi dapat lebih dipercaya. Tidak benar untuk membuat restorasi seperti mahkota, jembatan dan protesa kerangka tanpa informasi rontgen terbaru. Dengan cara ini bukan saja dapat terjadi kesalahan besar waktu indikasi, tetapi perawatanpun akan menjadi lebih sulit karena tidak diketahui keadaan besarnya pulpa, luasnya karies, dan sebagainya (Battistuzzi, 1996 : 46).

Pemeriksaan rontgen diperlukan untuk melihat struktur tulang pendukung; bentuk, panjang dan jumlah akar gigi; kelainan residual ridge; sisa akar gigi; vitalitas gigi; dan kelainan periapikal (Gunadi, 1991 : 120).

2.5 Penetapan Diagnosis Setelah semua data terkumpul melalui pemeriksaan klinis obyektif anamnesis maupun model diagnostik, maka

diagnosis dapat ditegakkan. Diagnosis biasanya dituliskan pada kolom khusus pada Kartu Status Penderita (Dental Record). Di sini dikemukakan semua hal yang abnormal, menguntungkan atau merugikan proses pembuatan geligi tiruan sebagian lepasan (Gunadi, 1991 : 128).

Rencana perawatan kemudian disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara tuntas. Rencana perawatan harus dirinci selengkap dan sebaik mungkin, sehingga terlihat jelas tahapan-tahapan perawatan yang dilakukan. Tanpa rincian yang baik, tak mungkin tercapai efisiensi dan efektivitas perawatan yang diharapkan (Gunadi, 1991 : 128).