41 - untb.ac.iduntb.ac.id/.../8.KAJIAN-PERMUKIMAN-TRADISIONAL-DI... · Abstrak: Permukiman...

5
ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|41 http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019 KAJIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DI LINGKUNGAN GERISAK Oleh Erna Wijayanti Rahayu Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Permukiman tradisional yang ada di Lingkungan Grerisak tidak terlepas dari permasalah prasarana yang mempengaruhi terhadap pengelolaan lingkungan permukiman. Penelitian ini mengenai bagaimana ketersediaan prasarana permukiman tradisional di Linkungan Gerisak dan bagaimana konsep akademik strategi penataan permukiman tradisional yang ada di Lingkungan Gerisak. Tujuan dari pelitian ini menganalisis ketersedian prasarana permukiman tradisional dan merumuskan konsep akademik strategi penataan permukiman tradisional di Lingkungan Gerisak. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis secara secara deskriptif kuatitatif mengenai ketersediaan infrastruktur pada permukiman tradisional di Lingkungan Gerisak berdasarkan hasil survey yang selanjutnya disusun arahan penataan permukiman melalui metode SWOT. BerdasarkanStandar Nasional Indonesia nilai ketersediaan infrastrukur di Lingkungan Gerisak persentase nilai ketersediaan total nilai 401.5%. Arahan penataan permukiman tradisional di Lingkungan Gerisak dalam bentuk kuadran dengan strategi yang diterapkan dalam penataan permukiman nanti adalah memaksimalkan faktor kekuatan (strenght) dengan memamfaatkan faktor peluang (opportunities) dari potensi yang ada di kawasan permukiman. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk terwujudnya kawasan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Kata kunci : permukiman tradisional, prasarana, deskriftif kuantitatif, SWOT PENDAHULUAN Lingkungan Gerisak terletak di Kelurahan Kekalik Jaya yang berada di wilayah Kecamatan Sekarbela, Lingkungan Gerisak meliputi 6 (enam) RT yaitu RT 4,RT 5, RT 6, RT 7 ,RT 8, RT9 dengan luas kawasan sebesar 21,035 m² dan merupakan daerah kawasan perkotaan. Lingkungan Gerisak terdapat dua jenis permukiman yaitu permukiman tradisional dan permukiman modern. Permukiman tradisional merupakan penduduk asli Gerisak, hal ini yang dapat dilihat dengan kebiasaan/ budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi cara hidup mereka. Mata pencaharian penduduk tradisional Gerisak sebagian besar mata pencaharian penduduknya sebagai pembuat/industri tahu-tempe, buruh, dan pedagang. Dimana permukiman tradisional biasanya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama, seperti di Lingkungan Gerisak dapat dilihat adanya kebiasaan masyarakat yang sulit untuk dirubah terutama cara hidup mereka dan salah mata pencaharian penduduk sebagai pembuat tahu- tempe merupakan mata pencahariaan turun temurun, yang dapat berpengaruh dalam lingkungan perumahan. Lingkungan Grerisak pada permukiman tradisional tidak terlepas dari masalah ketersediaan prasarana lingkungan, yang dapat mempengaruhi terhadap pengelolaan lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Faktor pendukung agar terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan adalah adanya prasarana lingkungan yang sesuai menurut SNI. Ketersediaan prasarana lingkungan dalam permukiman mempunyai peranan yang sangat penting untuk sebuah permukiman yang sehat, serasi, dan teratur, terencana dan berkelanjutan. Perkembangan permukiman dapat disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk sehingga diperlukan fasilitas pendukung infrastruktur yang dapat menunjang aktifitas kegiatan di lingkungan permukiman tersebut. Dalam RPJMN 2015-2019 beberapa indikator pembangunan infrastruktur dengan upaya meningkatkan layanan dasar di kawasan permukiman adalah mewujudkan universal access untuk 100% layanan air minum dan 100% layanan sanitasi layak. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis secara deskriptif kuatitatif mengenai ketersediaan infrastruktur pada permukiman tradisional di Lingkungan Gerisak yang

Transcript of 41 - untb.ac.iduntb.ac.id/.../8.KAJIAN-PERMUKIMAN-TRADISIONAL-DI... · Abstrak: Permukiman...

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|41

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

KAJIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DI LINGKUNGAN GERISAK

Oleh

Erna Wijayanti RahayuDosen pada Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Permukiman tradisional yang ada di Lingkungan Grerisak tidak terlepas dari permasalahprasarana yang mempengaruhi terhadap pengelolaan lingkungan permukiman. Penelitian ini mengenaibagaimana ketersediaan prasarana permukiman tradisional di Linkungan Gerisak dan bagaimana konsepakademik strategi penataan permukiman tradisional yang ada di Lingkungan Gerisak. Tujuan dari pelitianini menganalisis ketersedian prasarana permukiman tradisional dan merumuskan konsep akademikstrategi penataan permukiman tradisional di Lingkungan Gerisak. Penelitian ini dilakukan denganmenganalisis secara secara deskriptif kuatitatif mengenai ketersediaan infrastruktur pada permukimantradisional di Lingkungan Gerisak berdasarkan hasil survey yang selanjutnya disusun arahan penataanpermukiman melalui metode SWOT. BerdasarkanStandar Nasional Indonesia nilai ketersediaaninfrastrukur di Lingkungan Gerisak persentase nilai ketersediaan total nilai 401.5%. Arahan penataanpermukiman tradisional di Lingkungan Gerisak dalam bentuk kuadran dengan strategi yang diterapkandalam penataan permukiman nanti adalah memaksimalkan faktor kekuatan (strenght) denganmemamfaatkan faktor peluang (opportunities) dari potensi yang ada di kawasan permukiman. Hasilpenelitian ini dapat digunakan untuk terwujudnya kawasan permukiman yang layak dalam lingkunganyang sehat, aman, serasi dan teratur.

Kata kunci : permukiman tradisional, prasarana, deskriftif kuantitatif, SWOT

PENDAHULUAN

Lingkungan Gerisak terletak di KelurahanKekalik Jaya yang berada di wilayah KecamatanSekarbela, Lingkungan Gerisak meliputi 6 (enam)RT yaitu RT 4,RT 5, RT 6, RT 7 ,RT 8, RT9dengan luas kawasan sebesar 21,035 m² danmerupakan daerah kawasan perkotaan.

Lingkungan Gerisak terdapat dua jenispermukiman yaitu permukiman tradisional danpermukiman modern.

Permukiman tradisional merupakan pendudukasli Gerisak, hal ini yang dapat dilihat dengankebiasaan/ budaya masyarakat yang dapatmempengaruhi cara hidup mereka. Matapencaharian penduduk tradisional Gerisak sebagianbesar mata pencaharian penduduknya sebagaipembuat/industri tahu-tempe, buruh, danpedagang.

Dimana permukiman tradisional biasanyapenduduk atau masyarakatnya masih memegangteguh tradisi lama,

seperti di Lingkungan Gerisak dapat dilihatadanya kebiasaan masyarakat yang sulit untukdirubah terutama cara hidup mereka dan salahmata pencaharian penduduk sebagai pembuat tahu-tempe merupakan mata pencahariaan turuntemurun, yang dapat berpengaruh dalamlingkungan perumahan.

Lingkungan Grerisak pada permukimantradisional tidak terlepas dari masalah ketersediaan

prasarana lingkungan, yang dapat mempengaruhiterhadap pengelolaan lingkungan permukimanyang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,terpadu, dan berkelanjutan.

Faktor pendukung agar terciptanyalingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi,teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutanadalah adanya prasarana lingkungan yang sesuaimenurut SNI. Ketersediaan prasarana lingkungandalam permukiman mempunyai peranan yangsangat penting untuk sebuah permukiman yangsehat, serasi, dan teratur, terencana danberkelanjutan.

Perkembangan permukiman dapat disebabkanoleh bertambahnya jumlah penduduk sehinggadiperlukan fasilitas pendukung infrastruktur yangdapat menunjang aktifitas kegiatan di lingkunganpermukiman tersebut. Dalam RPJMN 2015-2019beberapa indikator pembangunan infrastrukturdengan upaya meningkatkan layanan dasar dikawasan permukiman adalah mewujudkanuniversal access untuk 100% layanan air minumdan 100% layanan sanitasi layak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang akanmenganalisis secara deskriptif kuatitatif mengenaiketersediaan infrastruktur pada permukimantradisional di Lingkungan Gerisak yang

42|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

selanjutnya disusun arahan penataan permukimanmelalui metode SWOT (IFAS/EFAS).

Metode deskriptif adalah suatu metode dalammeneliti status sekelompok manusia, suatu objek,suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupunsuatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuanpenelitian diskriptif adalah untuk membuatdeskripsi, gambaran secara sistematis, faktual danakurat mengenai fakta-fakta,sifat-sifat sertahubungan antar fenomena yang diteliti ( Moh.Nazir, Ph.D. 2014).

Dalam penataan permukiman pada penelitianini perlu mengkaji kondisi wilayah denganmenggunakan data sekunder maupun primersehingga diperlukan suatu analisis denganmenggunakan metode SWOT. Untukmenghasilkan suatu rumusan strategi dalamanalisis SWOT diperlukan faktor eksternal daninternal yang mempunyai peranan penting dalammencapai suatu tujuan analisis. Dengan metodeSWOT ini akan diketahui kekuatan (strengths)yang dimiliki oleh wilayah permukiman yangselama ini ada atau belum diolah secara maksimalatau terabaikan keadaanya, kelemahan(weaknesses) permasalahan internal yang selamaini dihadapi pada permukiman, dimana adanyakesempatan (opportunity) untuk pengembanganyang lebih luas pada skala perkotaan pada masayang akan datang, serta bagaimanaancaman/hambatan (threat) yang dihadapi dipermukiman terutama dari faktor eksternal dapatdiketahui dengan jelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kajian Permukiman Tradisional diLingkungan Gerisak

Permukiman tradisional, dimana permukimanseperti ini biasanya penduduk atau masyarakatnyamasih memegang teguh tradisi lama, sepertikepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenekmoyangnya secara turun temurun dianutnya secarakuat. Biasanya sulit untuk menerima perubahandari luar walaupun dalam keadaan zaman telahberkembang dengan pesat (Aanggunaivi, dkk,2015).

Penilaian dilakukan berdasarkan pengukurantingkat ketersediaan prasarana lingkunganterhadap kesesuaian terhadap SNI, yaitu :a. 0%- 25% ketersediaan prasarana =1 (sangat

tidak sesuai )b. 26%-50% ketersediaan prsarana = 2 (tidak

sesuai)c. 51%-75% ketersediaan prasarana =3 (cukup

sesuai)d. 76%-100% ketersediaan prasarana = 4

(sesuai)

Gambar 1. Kondisi permukiman tradisional diLingkungan Gerisak

Jalan lingkungan yang ada di lingkungangerisak lebar perkerasan 1,5 m² dan 20% masihberupa gang sempit dengan lebar perkerasan 1meter cukup untuk dilalui pejalan kaki/orang.Perkerasan pada permukaan jalan menggunakanaspal pada jalan lingkungan I, Perkerasan jalanlingkungan II menggunakan perkerasan penetrasi,paving blok dan 10% masih berupa tanah. Padajalan lingkungan I terdapat bahu jalan lebar 0,5 m², tidak ada trotoar dan terdapat drainase denganlebar 0,5 m² di kiri-kanan jalan . Untuk jalanlingkungan II lebar bahu jalan ≤ 0,5 m², tidakterdapat trotoar jalan dan drainase hanya terdapatpada satu sisi jalan lebar 0,3 m², tetapi ada jugayang tidak terdapat bahu jalan, tidak terdapat trotorjalan dan tidak terdapat drainase pada jalanlingkungan. 60% kebiasan masyarakat masihbanyak yang menggunakan jalan lingkungan danbahu jalan untuk tempat kegiatan sehari-hariseperti menjemur pakaian, menjemur kerupuk,barang-barang untuk keperluan pembuatan tahu-tempe dan ada juga yang menaruh tumpukan kayu,bambu dan lain-lain. 30% kondisi permukaan jalanbanyak yang rusak sehingga menyebabkan jalanmenjadi berlubang sehingga menyebabkan jalanberlubang.Kondisi ini pada saat hujan akanmenjadi genangan air., hal ini dapat menyebabkankegiatan masyarakat terhambat.

Jaringan drainase dipermukiman tradisionalpada beberapa jalan lingkungan tidak memilikidrainase ini terdapat pada gang sempit diLingkungan Gerisak. Kondisi drainase yang ada dilingkungan permukiman tradisional tidakterpelihara dengan baik, adanyapendangkalan/tertimbun sampah, hal ini dapatmenyebabkan tidak lancarnya aliran limpasan air,sehingga menimbulkan genangan yang dapatmenyebabkan terjadinya banjir. Drainase jalanlingkungan tersier terletak di kiri dan kanan jalan,

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|43

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

30% hanya terdapat pada satu sisi jalan saja dan10% tidak terdapat jaringan drainase. Selain itu60% ukuran untuk drainase tersier sangat kecil ±0,3 m dimana yang nantinya juga berfungsi untuktampungan air hujan. Sehingga pada waktu musimpenghujan tidak dapat menampung air limpasan airhujan, yang dapat menimbulkan terjadinya banjir.Serta dengan adanya pengaruh perubahan sifattanah yang sebelumnya lolos air (permeable)menjadi bersifat kedap air (impermeable), kondisiini dapat dilihat dengan luapan air (overtapping)dari saluran drainase jalan sehingga dapatmenimbulkan banjir. Drainase jalan lingkungan(tersier) berhubungan langsung denganpembuangan limbah cair rumah tangga dan limbahcair industri tahu-tempe, yang disalurkan kedrainase sekunder kemudian dialirkan ke drainasekota (primer). Bentuk saluran drainase jalanlingkungan tersier 30% merupakan saluranterbuka.

Kapasitas pelayanan jaringan air bersih dipermukiman tradisional masyarakat sudahterpenuhi air bersih dengan menggunakan 60%PDAM, 40 % menggunakan sumur bor dan sumur.Keterpaduan dengan lingkungan 30% meletakankran air maupun meteran PDAM di jalan/bahujalan. 30% letak sumur tradisional berada di dalamrumah. Perencanaan jaringan air bersih baik yangmenggunakan PDAM, sumur tradisional dansumur bor masih kurang sesuai.

Kapasitas pelayanan jaringan air limbahPermukiman Tradisional 60% besaran saluran airlimbah ± 0,3 m, terlihat jaringan air limbah tetappenuh, yang berfungsi menampung limpasan airrumah tangga dan air limbah industri tahu tempe.Keterpaduan dengan lingkungan 25% dalamkondisi terbuka sehingga menimbulkan bau yangtidak sedap. Masih ada masyarakat yangmembuang air limbah langsung ke sungai. Kondisijaringan air limbah kurang terpelihara, belum adaperesapan air limbah industri tahu tempe dan airlimbah rumah tangga.

Pada permukiman Tradisional, pengelolansampah rumah tangga dikumpulkan pada setiaprumah, 70% masyarakat menggunakan karungsebagai sarana pengumpulan sampah skala rumahtangga 30% mengunakan bak/tong sampah. Belumada pemilahan sampah dalam skala rumah tangga.Sarana pengumpulan sampah berskala lingkungantidak tersedia di permukiman tradisional. Sampah-sampah yang sudah terkumpul di setiap rumahtangga tersebut nantinya akan langsung dibawamenuju Tempat Penampungan Akhir (TPA) yangada di Karang Pule. Pengangkutan dilakukan setiaphari dengan menggunakan kendaraan operasionalyang berupa kendaraan kaisar/ roda tiga yang telahdisediakan oleh pemerintah, untuk setiaplingkungan mendapat 2 (dua) kendaraan

operasional. Akan tetapi masih dijumpaikebiasaan/perilaku masyarakat di permukimantradisional yang membuang sampah tidak padatempatnya, seperti pada saluran drainase adanyatumpukan sampah baik pada saluran drainaselingkungan maupun drainase kota dan ada jugamasyarakat yang membuang sampah ke sungai.

Sumber penerangan yang digunakan olehmasyarakat permukiman tradisional pembangkitlistrik (PLN). Penggunaan kapasitas daya 85 %masyarakat sudah terpenuhi. Sementara 15%menggunakan kapasitas daya secara bersama,karena ada masyarakat yang belum memasangmeteran sendiri karena faktor ekonomi, merekamenyalur dari tetangga yang memiliki meteranuntuk kebutuhan penerangan. Sehinggapenerangan di kawasan permukiman tradisionalmasih dapat terpenuhi. Penggunaan daya minimal450 watt.

Masyarakat permukiman tradisional hanya10% yang mengggunakan jaringan Telekomunikasisebagai jaringan telepon rumah dan internet/wifi.

Gambar 1. Kondisi prasarana permukimantradisional di Lingkungan Gerisak

Tabel 1. Ketersediaan Infrastruktur LingkunganGerisak

Dari hasil analisis ketersediaan prasaran dipermukiman tradisional di Lingkungan GerisakberdasarkanStandar Nasional Indonesia (SNI) nilai

44|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

ketersediaan prasarana, diperoleh persentase nilaiketersediaan dengan total nilai besesar 401.5%yang meliputi :1. nilai ketersedian jaringan jalan 46.6%2. nilai ketersediaan jaringan drainase 46.6%,3. nilai ketersediaan jaringan ai:r bersih 73.3%,4. nilai ketersediaan jaringan air limbah 46.6%5. nilai ketersediaan persampahan 58.3%,6. nilai ketersediaan jaringan listrik 90%,7. nilai ketersediaan jaringan telepon 40%.

b. Analisis SWOT dalam penataanpermukimna tradisional di LingkunganGerisak

Pada penelitian ini dari masing-masing faktorinternal dan faktor eksternal yang meliputikomponen kekuatan (Strenghts) dan komponenkelemahan (Weaknesses) serta komponen peluang(Opportunities) dan komponen ancaman (Threats).Dengan melihat potensi yang dimiliki olehLingkungan Gerisak pada permukiman tradisionalyang dapat digunakan sebagai komponen kekuatan(Strenghts) yang datang dari dalam adalah :1. Adanya industri tahu-tempe2. Dekat dengan sungai3. Tersedianya jaringan jalan/aksesbilitasKomponen kelemahan (Weaknesses) merupakankekurangan yang dimiliki oleh LingkunganGerisak yang datang dari dalam adalah :1. Tidak adanya peresapan untuk industri tahu-

tempe2. SDM masih kurang dalam mengelola

lingkungan3. Ketersediaan infrastruktur masih rendah di

permukiman tradisionalKomponen peluang (Opportunities) merupakanfaktor yang mendukung kawasan yang datangnyadari luar berupa :1. Adanya peraturan perencanaan permukiman

layak huni2. Adanya peraturan pemerintah mengenai

sempadan sungai3. Adanya upaya pemerintah dalam

pembangunan prasaranaKomponen ancaman (Threats) merupakan faktoryang dapat mengancam kawasan yang datangnyadari luar berupa :1. Adanya penurunan kualitas lingkungan akibat

pencemaran lingkungan adanya bau yangtidak sedap ditimbulkan dari limpasan limbahindustri tahu- tempe di permukimantradisional

2. Daerah aliran sungai tidak terpelihara denganbaik

3. Pertumbuhan penduduk tidak sesuai denganketersediaan prasarana lingkungan

Dari hasil evaluasi faktor internal dan faktoreksternal diperoleh koordinat posisi arahanpenataan permukiman tradisional di LingkunganGerisak dalam bentuk kuadran dengan strategiyang diterapkan dalam penataan permukiman nantiadalah memaksimalkan faktor kekuatan (strenght)dengan memamfaatkan faktor peluang(opportunities) dari potensi yang ada di kawasanpermukiman ada pada kuadran II.

Gambar 2. Arah penataan permukiman Tradisionaldi Lingkungan Gerisak

Setelah mendapatkan arah strategi dalampenataan permukiman yang berada di kuadran IImaka langkah selanjutnya menentukan strategi,sasaran dan tujuan dalam penataan permukimantradisional di Lingkungan Gerisak.

Tabel 2. Strategi, Sasaran dan Tujuan Strategi

Adapun konsep akademik penataan permukimanbertujuan dapat memberikan tawaran pemecahankepada steak holders dalam mengambil keputusandi Lingkungan Gerisak dengan konsep strategi

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|45

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

berupa kebijakan kawasan industri rumah berupatahu-tempe pada kawasan permukiman dengansasaran strategi pengelolaan kawasan industri yangbertujuan terwujudnya kawasan industri danpermukiman yang layak dalam lingkungan yangsehat, aman, serasi dan teratur berupa :1. Penetapan peraturan bagi masyarakat yang

memiliki industri tahu-tempe, untukpembuangan limbah cair dan limbah.

2. Menerapkan SNI dalam perencanaanperumahan dan permukiman denganmempertegas peraturan ketersediaanprasarana untuk perumahan dan permukiman.

3. Mempertegas sanksi jika ada membuanglimbah cair atau limbah padat kesungai secaralangsung.

PENUTUP

a. Simpulan

Dari hasil analisis ketersediaan prasaranadidapatkan nilai ketersediaan prasarana diLingkungan Gerisak berdasarkan SNI, penilaianpersentase ketersediaan prasarana jaringan jalansebesar 46.6% (tidak sesuai), jaringan drainasesebesar 46.6% (tidak sesuai), jaringan air bersihsebesar 73.3% (sesuai), jaringan air limbah sebesar46.6% (tidak sesuai), persampahan sebesar 58.3%(cukup sesuai), jaringan listrik sebesar 90%(sesuai), jaringan telepon sebesar 40% (tidaksesuai). Sehingga untuk nilai ketersedian yangtidak sesuai dengan SNI diperlukan peningkatankualitas dan kuantitas prasarana lingkungan.Dari konsep strategi kebijakan kawasan industrirumah berupa tahu-tempe pada kawasanpermukiman dengan sasaran strategi pengelolaankawasan industri diperlukan penetapan peraturanbagi masyarakat yang memiliki industri tahu-tempe berupa ketetapan pembuangan limbah cairdan limbah dengan menerapkan SNI dalamperencanaan perumahan dan permukiman denganmempertegas peraturan ketersediaan prasaranauntuk perumahan dan permukiman, danmempertegas sanksi jika membuang limbah cairatau limbah padat ke sungai secara langsung agarterwujudnya kawasan industri dan permukimanyang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,serasi dan teratur.

b. Saran

Hasil penelitian ketersediaan prasaranadiharapkan dapat menjadi alat pengendali dalampenanganan ketersediaan prasarana yang mengatur

prasarana jalan, drainase, air limbah, persampahandan jaringan air minum dengan ketentuanperencanaan prasarana lingkungan harus dapatmemberikan rasa aman dan nyaman sertamewujudkan keseimbangan bagi kepadatan huniankawasan dalam upaya peningkatan infrastrukturpermukiman tradisional di Lingkungan Gerisak.Konsep strategis yang dihasilkan dalam penelitianini diharapkan dapat menjadi acuan dalamterwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkaudalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur,terencana, terpadu, dan berkelanjutan padapermukiman tradisional dan permukiman modern.

DAFTAR PUSTAKA

Aanggunaivi, dkk (2015), Jenis Permukiman danDaerah Yang Tidak Memenuhi Syarat,Makalah

Anonim, (2007), Panduan PengembanganPermukiman, Direktorat Cipta Karya,Departemen Pekerjaan Umum

Anonim, (2015), Panduan PenyelenggaraanInfrastruktur Permukiman, KementerianPekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,Direktorat Jendral Cipta Karya

Executive Summary, (2015), PanduanPenyelenggaraan Infrastruktur,Kementrian PU dan Perumahan Rakyat,DIRJEN Cipta Karya.

Ratih,dkk. (2010), Penataan Permukiman diKawasan Segiempat Tanjungan KotaSurabaya, Jurnal Tata Kota, Volume 2,Nomor 2.

Peraturan Menteri Negara dan Perumahan Rakyat,(2008), Nomor 11 TentangPedomanTeknis Kawasan Perumahan danPermukiman

Rangkuti,F.(2015), Analisis SWOT : TeknikMembedah Kasus Bisnis, GramediaPustaka Utama.

SNI 03-1733, (2004), Perencanaan LingkunganPerumahan Perkotaan, BadanStandarisasi Nasional.

UU, (2011), Nomor 1 Tahun 2011 tentangPerumahan dan Permukiman