40149968 Copy of Tugas Mineral Industri2
Click here to load reader
description
Transcript of 40149968 Copy of Tugas Mineral Industri2
Pada daerah penelitian disusun oleh beberapa Formasi batuan, yaitu
sebagai berikut :
Aluvium : Pasir , kerikil & lumpur
Formasi Bongka : Konglomerat, batupasir, batulempung dan lensa
Batugamping.
Formasi Kintom : Konglomerat, batupasir dan Napal.
Formasi Matano : Kalsilutit, argilit dengan sisipan/nodul rijang.
Formasi Nanaka : Batupasir kuarsa dengan sisipan batubara &
Konglomerat.
Formasi Poh : Napal, batugamping & sedikit pasir.
Formasi Salodik : Batugamping & sedikit pasir.
Kompleks Mafic : Gabro, basal, serpentinit dan sedikit filit & sekis.
Terumbu koral kuarter : Batugamping terumbu & sedikit Napal.
Dari Formasi batuan penyusun daerah penelitian, maka dapat
diinterpretasikan pada daerah penelitian terdapat mineral – mineral industri
seperti Sirtu, Batugamping, dan Gabro.
Sirtu
Pasir dan batu (sirtu) merupakan batuan hasil rombakan dari batuan asal
yang tidak terkonsolidasi. Jenis bahan galian dari pasir dan batu (sirtu)
terdiri dari endapan lahar dan endapan sungai. Endapan sirtu darat
berasal dari hasil pelapukan batuan sedimen volkanik, sedangkan endapan
sirtu sungai berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan yang
diendapkan pada daerah-daerah aliran sungai aktif.
Sirtu endapan lahar
Bahan galian sirtu ini terbentuk sebagai hasil / produk aktifitas
volkanisme, dimana material sirtu merupakan endapan lahar dan
piroklastik, material ini berupa asosiasi hasil pembatuan fragmen
batuan beku (berukuran kerakal hingga bongkah) dalam massa
dasar pasiran. Sehingga bahan galian sirtu ini bersifat mudah lepas
dan berpotensi untuk longsor.
Sirtu endapan sungai
Bahan galian sirtu ini terdiri dari endapan pasir bercampur kerikil,
kerakal dan bongkah – bongkah yang masih bersifat lepas, sehingga
sangat mudah digali. Sirtu ini pada umumnya ditemukan pada
aliran sungai.
Sering digunakan untuk bahan bangunan, jalan, agregat beton, pengisi
ciran (kerikil, split, sebagai campuran dalam pembuatan tegel) dan
dekorasi bangunan. Terdapat hampir di semua sungai yang ada di
Kabupaten Banggai dan tersebar pada sembilan Kecamatan. Pasir
berwarna abu-abu gelap berbutir halus sampai sangat kasar, potensinya
tersebar di sungai – sungai di wilayah Kabupaten Banggai perlu diketahui
bahwa cadangan pasir dan batu ini adalah bersifat “renewable deposit”
sehingga cadangan dapat bertambah pada waktu hujan dan banjir dengan
frekuensi 100 – 200 %.
Batugamping
Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling
banyak jumlahnya. Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-
klastik dan batugamping klastik. Batugamping non-klastik, merupakan
koloni dari binatang laut antara lain dari coelenterata, moluska, protozoa
dan foraminifera atau batugamping ini sering disebut sebagai
batugamping koral, karena penyusun utamanya adalah koral.
Batugamping klastik merupakan batugamping yang terbentuk hasil
rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air,
transportasi dan terakhir sedimentasi. Selama proses tersebut banyak
mineral – mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga
sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri.
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam
terjadi secara organic. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkan atau
rumah kerang dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Untuk batugamping yang terjadi secara
mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis
batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya adalah
terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian
terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping
yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam
air laut ataupun air tawar. Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula
mengendapkan batugamping. Jenis batugamping ini terjadi karena
peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping dibawah
permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang
mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan
pengotor batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila
pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan
sebagai batu gamping dolomitan. Begitu juga apabila pengotornya
lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping
lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir.
Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna
batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda,
abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,
biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-
hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic. Batugamping dapat
bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Dibeberapa
daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai
bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang
mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat
organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan
batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah
sebagai berikut :
CaCO3 + 2CO2 + H2OCa(HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam
tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali
hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau
peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka
batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi
dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda
akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping
tersebut.
Kegunaan: Bahan mentah semen, karbit, bahan pemutih dalam
pembuatan soda abu, penetral keasaman tanah, bahan pupuk, industri
keramik, bahan bangunan. Batugamping yang terdapat pada daerah
penelitian diinterpretasikan berasal dari Formasi Poh dan Formasi
Salodik. Hampir diseluruh wilayah Kabupaten Banggai, dan di beberapa
wilayah telah diolah secara tradisional seperti di desa Biak Kecamatan
Luwuk. Di Kecamatan Luwuk, cadangan batugamping diperkirakan
sebesar 170.000.000 m3 dengan kandungan CaO rata-rata 53% (sumber
data hasil pemetaan semi makro 1992/1993).
Gabro
Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami
pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari
magma karena membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma
yang cair dan pijar itu berada di dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang
larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang lemah dalam
kerak bumi seperti daerah patahan/rekahan. Magma akan keluar
mencapai permukaan bumi melalui pipa gunungapi dan disebut lava, akan
tetapi ada pula magama yang membeku jauh di dalam bumi dan dikenal
dengan nama batuan beku dalam. Batuan beku terdiri atas kristal-kristal
mineral dan kadang-kadang mengandung gelas. Mineral yang pertama
terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar yaitu mineral yang berwarna
tua. Karena kristalisasi, maka susunan magma akan berubah, mineral yang
telah tenggelam tidak akan larut kembali. Akan tetapi, jenis itu akan tetap
tinggal di bawah dari magma.
Gabro merupakan batuan beku dalam (plutonik), yaitu batuan yang
terbentuk barada jauh di dalam bumi (15-50 km), proses pendinginan
sangat lambat karena dekat dengan astenosfer sehingga batuan
seluruhnya terdiri atas kristal-kristal. Ciri-ciri batuan plutonik :
* Umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi
* Jarang memperlihatkan struktur vesikluer (memiliki lubang – lubang
gas)
Gabro umumnya berwarna hitam, dengan sifat batuannya tergolong basa,
strukturnya masif atau pejal, derajat kristalisasi yang dimiliki oleh gabro
yaitu hilokristalin dimana mineral penyusun dari gabro yaitu mayoritas
adalah semuanya mineral kristalin, tekstur faneritik, susunan mineralnya
seragam kasar. Gabro terbentuk sebagai tubuh intrusi dan merupakan
batuan yang umum terdapat dimana-mana, berwarna gelap karena
sebagian besar mineral penyusunya adalah piroksen dan olivine.
Mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berat jenisnya 2,9 -3,21.
Komposisi dan persentase mineral pembentuknya adalah : Plagioklas
( labradorit atau bitownit) 45 – 70 %, mineral mafis 25 – 50 % . Gabro
sering digunakan sebagai bahan dasar ornamen dinding, lantai dan bahan
dasar cinderamata, bahan galian gabro di Kabupaten banggai
sebagaimana marmer juga layak untuk bahan dasar lantai sesuai SKSNIS-
04-1989-F. Gabro yang terdapat pada daerah penelitian diinterpretasikan
berasal dari kompleks mafic. Terdapat di desa Siuna, Pagimana, dan Desa
Nanga-Nangaon Bunta. Berdasarkan kenampakan di lapangan dan hasil
pemolesan aturan ini mempunyai warna dan corak abu – abu kehitaman
berbintik putih. Berdasarkan hasil analisis fisik yang dilakukan pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi menunjukkan hasil yang layak
untuk digunakan sebagai bahan dasar untuk lantai utama berdasarkan
standar persyaratan mutu batu pualam (SK-SNI S-04-1989-F). Kandungan
bahan galian gabro yang tereka (possible) mencapai luas wilayah kurang
lebih 100 Ha.