4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Berondong, PPN Lampulo, PPP Banjarmasin,...
Transcript of 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Berondong, PPN Lampulo, PPP Banjarmasin,...
18
18
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Lokasi, Sejarah dan Perkembangan PPS Cilacap
Kabupaten Cilacap terletak di 109◦
01’ 18,4” BT sampai 7◦ 43’ 31,2” LS
(PPS Cilacap. 2009). Batas wilayah Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes
2) Sebelah Timur : Kabupaten Kebumen
3) Sebelah Barat : Propinsi Jawa Barat
4) Sebelah Selatan : Samudera Hindia/Indonesia
Kabupaten Cilacap dengan luas wilayah 225.361 km, secara geografis
berada di selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan perairan
Samudera Hindia. Panjang garis pantai keseluruhan 201,9 km, yang terdiri dari
garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ± 105 km, serta
garis pantai di perairan Segara Anakan ± 96,9 km. Kabupaten Cilacap terbagi atas
24 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahannya mencapai 284 desa/kelurahan.
Kecamatan yang memiliki wilayah pantai mencapai 11 kecamatan dengan jumlah
desanya mencapai 72 desa/kelurahan. Melihat luas wilayah dan wilayah yang
memiliki daerah pantai maka Kabupaten Cilacap baik langsung maupun tidak
langsung memiliki potensi pengembangan yang cukup besar di bidang perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya.
Kabupaten Cilacap adalah daerah di selatan Jawa yang ditunjang dengan
aksesibilitas yang mudah ke kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bogor,
Bandung, Yogyakarta, Semarang maupun Surabaya. Aksesibilitas tersebut
memudahkan dalam pemasaran produk-produk perikanannya.
Lahan di Kabupaten Cilacap terbagi atas lahan sawah dan bukan lahan
sawah. Lahan sawah lebih banyak yaitu 150.787,91 ha (70.50%) sedangkan lahan
bukan sawah sebesar 63.062,37 ha (21.50%). Lahan sawah sendiri terdiri atas
irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa atau non
pekerjaan umum (PU), tadah hujan dan pasang surut serta lainnya. Lahan bukan
sawah terdiri atas pekarangan, kebun, ladang, padang rumput, hutan rakyat, hutan
Negara, perkebunan, sementara tidak diusahakan dan lain-lain (rawa, tambak dan
19
19
kolam). Wilayah Kabupaten Cilacap memiliki ketinggian 0-198 m dari permukaan
laut.
Pembanguan PPS Cilacap berasal dari gagasan pembangunan PPI
Sentolokawat pada tahun 1980, namun gagasan ini menemui hambatan karena
lokasinya berdekatan dengan dermaga, dan lalu lintas kapal tangker Pertamina.
Kondisi ini mengakibatkan lokasi pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap di
pindahkan ke Kelurahan Tegal Kamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten
Cilacap, Jawa tengah (PPS Cilacap,2010).
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap dimulai pada tahun
1991/1992 dan selesai pada tahun 1994. Uji coba operasional dilakukan pada
tanggal 20 Mei 1994 sampai dengan 24 Mei 1995. Pada 18 November 1996
Pelabuhan Perikanan Cilacap diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia.
Pelabuhan Perikanan Cilacap pada awalnya ditetapkan dengan status pelabuhan
tipe B sehingga namanya adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap (PPNC).
Sesuai dengan perkembangan PPN Cilacap maka pada tahun 2001 pelabuhan
perikanan ini meningkat statusnya menjadi pelabuhan tipe A sehingga namanya
menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC).
4.2 Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
4.2.1 Unit pelaksana teknis (UPT)
Menurut SK Menteri Kelautan Perikanan No: Kep 261/MEN/2001,
pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan yang membawahi
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001):
1) Bagian Tata Usaha
2) Bidang Pengembangan
3) Bidang Tata Pelayanan
4) Kelompok Jabatan Fungsional
Jumlah karyawan yang bekerja di UPT PPSC tahun 2010 sebanyak 71
orang yang terbagi dalam beberapa bidang. Pengawas Perikanan merupakan
kelompok jabatan fungsional yang ada di PPSC. Kelompok jabatan fungsional
dipimpin oleh seorang pemangku jabatan fungsional senior yang ditunjuk oleh
Kepala Pelabuhan.
20
20
4.2.2 Perusahaan umum (Perum) prasaranacCabang Cilacap
Kegiatan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap melalui salah satu instansi yaitu Perum Prasarana Perikanan
Samudera Cabang Cilacap. Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Cilacap
mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan pelayanan barang atau
jasa dan pengusahaan secara komersial pelabuhan perikanan (PPS Cilacap, 2009).
Perum Prasarana Perikanan Samudera merupakan sebuah BUMN di
lingkungan pelabuhan perikanan yang ditetapkan dengan PP No.2 Tahun 1990
dan mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan
melalui penyediaan fasilitas, barang dan jasa yang diberikan kepada masyarakat di
dalam kawasan pelabuhan perikanan serta sebagai stabilisator dan dinamisator
dalam melaksanakan fungsi pelayanan umum bersama sektor KUD dan swasta
lainnya (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994 diacu dalam Christianti, 2005).
Peraturan pemerintah selanjutnya diatur kembali dengan PP No.23 Tahun 2000
untuk menyesuaikan dengan PP No.13 Tahun 1998 tentang perusahaan umum.
Perum Prasarana Perikanan Samudera berpusat di Jakarta, yaitu didalam kawasan
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, Muara Baru, Jakarta.
Perum pusat ini membawahi kantor-kantor cabang yaitu, PPS Nizam Zachman
Jakarta, PPS Cilacap, PPN Pekalongan, PPN Belawan, PPN Palabuhanratu, PPN
Berondong, PPN Lampulo, PPP Banjarmasin, PPP Pemangkat dan PPP Perigi.
4.3 Keadaan Perikanan di PPS Cilacap
4.3.1 Unit penangkapan ikan
Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat di
pisahkan dalam keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan, meliputi kapal, alat
tangkap dan nelayan.
1) Kapal
Kapal-kapal yang memanfaatkan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
meliputi berbagai macam kapal perikanan kayu maupun besi, serta kapal riset.
Pada umumnya armada penangkapan ikan adalah kapal motor. Kapal dengan
ukuran 0-5 GT disebut kapal motor tempel (tradisional) dan kapal yang berukuran
5 – 200 GT tergolong kapal motor. Kapal ini sudah termasuk kapal modern karena
21
21
motornya diletakkan di dalam kapal dan memiliki alat navigasi yang baik. Kapal
ini terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-
50 GT, 50 -100 GT. Frekuensi jumlah kapal masuk dan grafik perkembangan
jumlah kapal masuk periode 2005-2009 disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 1.
Tabel 3 Frekuensi jumlah kapal berdasarkan ukuran kapal (GT) di PPS Cilacap
Tahun 2005-2009.
KATEGORI DAN
UKURAN KAPAL
TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
Motor
Tempel
Sub Jumlah 299 308 324 325 341
Kap
al M
oto
r
Ukura
n k
apal
Moto
r
Sub Jumlah
381
366
360
393
456
5 - 10 GT
4
2
5
5
2
10 - 20 GT
69
71
53
62
53
20 - 30 GT
161
198
209
225
285
30 - 50 GT
50
31
26
28
54
50 - 200 GT
97
64
67
73
62
JUMLAH 680 674 684 718 797 (Sumber : UPT PPS Cilacap, 2009)
Tabel 3 menggambarkan dengan jelas komposisi kapal yang masuk ke areal
PPS Cilacap pada kurun waktu tahun 2005-2009. Jumlah kapal masuk yang
terbanyak adalah pada tahun 2009 sebesar 797 kapal. Dari Tabel 3 diketahui
bahwa jumlah kapal yang masuk tahun 2005 yaitu sebanyak 680 unit dan tahun
2006 yaitu sebanyak 674 unit. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar
0,89%. Penurunan beberapa aktifitas operasional di PPS Cilacap ini diakibatkan
oleh perpindahan kapal-kapal ke pelabuhan lain karena pelabuhan di Cilacap
belum lengkap fasilitasnya. Namun, pada tahun 2007, jumlah kapal sudah
mengalami kenaikan. Kenaikan drastis terjadi pada tahun 2008 ke tahun 2009,
yaitu sebesar 9.9%. Hal ini disebabkan karena PPS Cilacap sudah mengalami
perbaikan infrastruktur. Jumlah kapal terbanyak pada tahun 2009, yaitu sebanyak
797 unit.
22
22
(Sumber : UPT PPS Cilacap, 2009)
Gambar 1 Grafik perkembangan jumlah kapal berdasarkan GT di PPS Cilacap
tahun 2005-2010
Pada gambar 1 terlihat bahwa kapal yang paling banyak frekuensi
penggunaanya pada setiap tahunnya adalah kapal dengan ukuran 0-5 GT. Kapal
ini sering digunakan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan ikan setiap
harinya. Untuk kapal modern yang jumlahnya sedikit adalah kapal dengan ukuran
5-10 GT dan kapal yang paling banyak frekuensi penggunaanya adalah dengan
ukuran 20-10 GT. Kapal-kapal besar (≥20 GT) di PPS Cilacap cenderung lebih
banyak jumlahnya dibandingkan kapal-kapal tradisional ukuran ≤ 20 GT. Kondisi
ini sesuai dengan pernyataan bahwa kapal tradisional terbuat dari kayu dan
beroperasi di daerah penangkapan yang relatif dekat dan hasil tangkapannya
dipasarkan secara lokal, sedangkan kapal-kapal besar terbuat dari kayu atau besi
dengan daerah penangkapan yang jauh hingga mencapai wilayah ZEEI,
dilengkapi sistem komunikasi dan peralatan penangkapan cukup modern, hasil
penangkapan dipasarkan regional dan ekspor (Darmawan, 2006).
Armada penangkapan yang berukuran ≥ 20 GT paling sering masuk ke PPS
Cilacap karena merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan, sedangkan
armada penangkapan berukuran < 5 GT merupakan kapal-kapal tradisional yang
intensitas rata-rata masuk ke pelabuhan juga tergolong sedikit. Terdapat beberapa
alasan armada penangkapan berukuran ≥ 20 GT lebih banyak masuk yaitu karena
23
23
letak PPS Cilacap strategis, serta mudah untuk memenuhi perbekalan, suku
cadang kapal, dan yang tersedianya sarana dan prasarana di PPS Cilacap yang
lengkap untuk menangani hasil tangkapan maupun perbaikan kapal. Armada
penangkapan berukuran < 20 GT yang masuk PPS Cilacap semakin berkurang
karena armada tersebut tidak memanfaatkan pelabuhan ini untuk mendaratkan
hasil tangkapan yang akan dipasarkan secara lokal dengan mempertimbangkan
penghematan bahan bakar dan bahan makanan (Darmawan, 2006).
2) Alat Tangkap
Berdasarkan Tabel 4, kapal-kapal yang terdapat di PPS Cilacap
mengoperasikan berbagai alat tangkap antara lain Rawai Tuna, Jaring Insang
dasar, Jaring Insang Hanyut, Jaring Insang Monofilament, Jaring Klitik, Jaring
Tiga Lapis, Payang, Arad dan Bubu.
Tabel 4 Jumlah unit penangkapan menurut alat penangkapan di PPS Cilacap
(Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)
Pada Tabel 4 terlihat bahwa pada tahun 2009 jumlah alat penangkap ikan
yang digunakan mencapai 797 unit. Angka tersebut paling tinggi dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Jumlah armada longline terus mengalami kenaikan
dalam kurun waktu 2006-2009. Begitu pula dengan kapal tradisional yang
JENIS ALAT PENANGKAP IKAN
TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
JUMLAH - TOTAL 680 674 684 718 797
Rawai Tuna - Tuna Long Line 161 128 156 170 188
Ja
rin
g I
nsa
ng
-
Gil
lnet
s
Jaring Insang Dasar - Bottom Set Gill nets 14 14 15 12 17
Jaring Insang Hanyut - Drift Gill nets 63 196 184 183 213
Jaring Klitik - Entangling Set Gill nets 21 27 30 33 35
Jaring Insang Monofilamen -
Monofilament Drift Gill nets
49 62 60 87 98
Jaring Tiga Lapis - Trammel net 327 199 115 178 192
Pu
ka
t K
an
ton
g
- S
ein
e N
et Payang - Pelagic Danish Seine 6 8 10 4 4
Arad - Demersal Danish Seine 39 40 50 38 38
Bubu - Portabel Trap - - 64 13 12
24
24
mengalami perkembangan, termasuk alat tangkap jaring insang dasar, jaring
insang hanyut, Jaring klitik, dan jaring insang monofilamen yang mengalami
kenaikan secara perlahan-lahan pada tahun 2008 dan alat tangkap jaring tiga lapis
mengalami kenaikan pada tahun 2007. Sedangkan, pada alat tangkap payang, arad
dan bubu mengalami penurunan pada kurun waktu 2007-2009, bahkan alat
tangkap bubu baru digunakan pada tahun 2007.
Disebabkan banyak armada yang tidak beroperasi karena umur teknis
sudah tua sedangkan peremajaan armada baru sangat terbatas. Selain itu, nelayan
beralih menggunakan alat tangkap lain yang lebih optimal dalam penangkapan.
3) Nelayan
Nelayan dalam sistem perikanan tangkap termasuk elemen penting dari
sebuah unit penangkapan disamping kapal penangkapan ikan dan alat tangkap
yang digunakan. Semakin berkembangnya industri perikanan di PPS Cilacap
merupakan suatu indikator terhadap peningkatan permintaan produk perikanan
baik pasar lokal maupun tujuan ekspor. Hal ini turut mendorong perkembangan
jumlah nelayan di PPS Cilacap.
Tabel 5 Jumlah nelayan penuh berdasarkan alat tangkap yang diopersaikan di PPS
Cilacap
(Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)
KATEGORI NELAYAN
TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
JUMLAH 7,006
7,120
6,879
6,476
7,084
Rawai Tuna - Tuna Long Line 2,254
1,792
2,184
2,550
2,660
Jari
ng
Insa
ng
-
Gill
net
s
Jaring Insang Dasar - Bottom Set Gill nets 168
168
180
156
204
Jaring Insang Hanyut - Drift Gill nets 1,704
2,352
2,208
2,379
2,616
Jaring Klitik - Entangling Set Gill nets 225
243
270
116
158
Jaring Insang Monofilamen - Monofilament Drift Gill nets
603
558
540
261
196
Jaring Tiga Lapis - Trammel net 1,863
1,791
1,035
760
1,020
Pu
kat
Kan
ton
g -
Sei
ne
Net
Payang - Pelagic Danish Seine 72
96
120
40
60
Arad - Demersal Danish Seine 117
120
150
152
114
Bubu - Portabel Trap - - 192
62
56
25
25
Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan
di PPS Cilacap, jumlah nelayan yang paling banyak mengoperasikan alat tangkap
longline terdapat pada tahun 2006 yang berjumlah 2 660 orang, selanjutnya
armada jaring insang hanyut (drift gill nets) sebesar 2 616 orang dan armada
jaring tiga lapis (trammel Net) sebesar 1.020 orang. Alat tangkap Payang paling
sedikit dioperasikan oleh nelayan pada setiap tahunnya. Jumlah nelayan bisaanya
berfluktuasi sesuai dengan alat tangkap yang dioperasikan. Kapal dengan alat
tangkap longline ≥ 30 GT dalam pengoperasianya membutuhkan nelayan sekitar
15 orang, alat tangkap gill net ≥ 20 GT membutuhkan nelayan sebanyak 10 orang,
alat tangkap pukat kantong sekitar 7 orang, dan alat tangkap bubu sebanyak 3
orang.
4) Produksi Hasil Tangkapan
Jenis ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
sangat bervariasi baik dilihat dari jenis spesies maupun daerah asal. Produksi ikan
di PPS Cilacap berasal dari dua sumber yaitu darat dan laut. Bersumber dari laut
merupakan jenis ikan yang tercatat secara harian melalui pelelangan ikan. Adapun
ikan yang berasal dari darat merupakan jenis ikan yang masuk wilayah PPS
Cilacap melalui jalur darat. Data ini terekam secara kontinyu dalam setiap
harianya di pos masuk. Perkembangan produksi ikan yang didaratkan dari laut dan
darat disajikan pada Tabel 6.
Ikan yang didaratkan dari laut merupakan ikan hasil tangkapan oleh kapal-
kapal penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Samudera Hindia bagi kapal-
kapal besar dan sekitar wilayah perairan teritorial Indonesia bagi kapal-kapal
tradisional. Kelompok jenis ikan tuna tujuan pemasarannya sebagian besar untuk
ekspor terdiri dari ikan tuna, marlin, meka, cakalang, cucut. Kelompok ikan dari
jenis non tuna dengan tujuan pemasarannya untuk ekspor dan lokal, terdiri dari
ikan tenggiri, bawal, cumi-cumi, kakap.
Ikan yang didaratkan melalui darat merupakan ikan yang disengaja
didatangkan dari daerah pesisir pantai selatan dan utara pulau Jawa seperti
Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangen, Indramayu, Tuban, Gresik. Ikan tersebut
diangkut ke luar daerah dan wilayah Jakarta dengan menggunakan truk yang
26
26
dikemas dalam kotak kayu atau drum plastik. Jenis ikan yang dibongkar terdiri
dari ikan air tawar dan sebagian lagi jenis udang hasil budidaya tambak.
Tabel 6 Produksi perikanan yang didaratkan di PPS Cilacap Tahun 2005-2009
(Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)
Jenis Ikan TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
JUMLAH (Ton) 2,176.26 6,475.15 5,880.46 9,172.18 6,995.43
Sub Total 1,575.61 5,883.60 5,026.13 4,908.91 4,114.72
1 Tuna Albakor / Albacore 116.05 136.08 105.85 180.79 72.51
2 Tuna kecil madidihang / Yellowfin
baby tuna
36.86 12.04 172.82 19.64 9.76
3 Tuna kecil mata besar / Big eye
baby tuna
61.84 186.78 149.61 253.07 49.18
4 Tuna Madidihang / Yellowfin tuna 160.67 87.15 231.56 165.54 217.51
5 Tuna Mata Besar / Big eye tuna 123.09 260.14 612.95 1,013.71 1,295.05
6 Tuna Sirip Biru Selatan /South tern
bluefin tuna
- 9.07 1.07 15.31 13.84
7 Setuhuk Hitam / Black marlin 56.39 102.23 112.51 164.05 145.62
8 Setuhuk Loreng / Indo facific blue
marlin
18.94 7.42 9.72 13.36 19.16
9 Setuhuk Putih / Striped marlin 21.11 49.01 69.56 98.36 77.42
10 Layaran / Sailfish 44.17 44.93 45.27 33.88 48.45
11 Ikan Pedang / Swordfish 35.13 33.25 59.56 100.44 81.33
12 Ikan Tumbuk / Layaran Jarum /
Short bill spearfish
4.81 9.07 4.11 5.92 1.59
13 Alu-alu / Military seapike 1.99 - - - -
14 Bawal Hitam / Black pomfret 0.02 - - - -
15 Bawal Putih / Silver pomfret 0.11 - 2.48 181.87 89.10
16 Bilis / Hamilton anchovy 0.01 - - 121.83 117.29
17 Cakalang / Skipjack tuna 876.07 4,652.54 3,269.17 2,272.35 1,835.76
18 Lisong/tongkol / Bullet tuna 15.14 270.65 161.68 239.75 9.24
19 Lurik / Eastern little tuna 15.93 8.82 11.44 4.80
20 Cucut Botol / Crocodille shark - 0.08 0.34 1.11 20.38
21 Cucut Buas / Tiger Shark 0.38 0.43 0.67 0.35 0.14
22 Cucut Cakilan / Shortfin mako 2.55 6.17 7.08 8.84 4.57
23 Cucut Coboy / Oceanic whitetip
shark
0.03 0.13 1.26 0.26 0.54
24 Cucut Depok / Shark ray 0.17 0.51 - - -
25 Cucut Gabel / Black fin ghost shark 0.07 - 0.07 7.04 1.48
26 Cucut Hiu / Shark - - - - -
27
27
4.4 Musim dan Daerah Operasi Penangkapan Ikan
Musim penangkapan memegang peranan penting dalam aktifitas
penangkapan ikan. Musim penangkapan tersebut diperngaruhi oleh faktor alam.
Kondisi alam sangat berdanpak pada aspek oseanografi sehingga musim
berpengaruh dalam hal perolehan sumberdaya ikan. Di bidang perikanan, nelayan
mengenal dua musim penangkapan yaitu musim barat dan musim timur. Kedua
jenis musim ini memiliki karakteristik sendiri dalam kejadiannya.
Musim barat ditandai dengan cuaca yang buruk, seperti angin yang bertiup
sangat kencang diiringi oleh gelombang besar dan terjadi hujan lebat bahkan
badai sehingga nelayan enggan pergi melaut. Musim timur ditandai dengan relatif
tenangnya perairan, serta tidak begitu kecangnya tiupan angin. Musim timur
merupakan waktu yang baik bagi nelayan untuk melaut. Datangnya musim barat
bisaanya bersamaan dengan datangnya musim penghujan, sedangkan musim timur
bersamaan dengan datangnya musim kemarau (Gredorio, 2004 dalam Nuramin,
2005). Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai Februari. Musim barat
merupakan waktu yang sulit bagi kapal-kapal perikanan mendapatkan hasil
tangkapan. Musim timur yang terjadi antara bulan Juni sampai Oktober, adalah
kebalikan dari musim barat. Saat inilah alam bersahabat dengan kapal perikanan
sehingga mampu melakukan operasi penangkapan dengan aman karena cuaca
yang baik. Namun kedua musim tersebut sudah dapat diatasi oleh nelayan karena
pengalaman melaut nelayan yang banyak sehingga dapat membantu dalam proses
penangkapan ikan.
4.5 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap merupakan pelabuhan yang
memiliki fasilitas memadai di Indonesia. Keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut
mampu mempermudah segala kegiatan atau aktifitas yang berada dalam kawasan
pelabuhan. Salah satu strategi kebijakan yang ditempuh PPS Cilacap yaitu berupa
pelayanan jasa dengan menyediakan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut
terbagi dalam tiga klasifikasi yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan
fasilitas tambahan. Ketiga klasifikasi ini berada pada kondisi fisik yang cukup
baik namun dalam pemanfaatannya perlu dioptimalkan sesuai fungsinya.
28
28
4.5.1 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok dapat dikatakan sebagai fasilitas fisik yang utama di
pelabuhan perikanan, guna melindungi tempat dari gangguan alam, tempat tambat
labuh dan bongkar muat sehingga kapal dapat keluar masuk pelabuhan dengan
aman. PPS Cilacap memiliki fasilitas pokok dapat di lihat pada tabel 7
Tabel 7 Fasilitas pokok di PPS Cilacap
No Nama Fasilitas Ukuran Jumlah/
Unit
Kapasitas
Keterangan
1 Alur masuk
(Panjang/Lebar/Dalam)
757 m/90 m/-3 s/d -
6 m
1 -
2 Kolam pelabuhan
(Luas/Kedalaman)
19,2 ha/-2 s/d -3
luwas
1 -
3 Dermaga 1632,8 m2 13 110 kapal
4 Breakwater 1127,57 m 2 -
5 Revertment 3032,38 m - -
6 Lahan industry 12,73 ha - -
7 Lahan yang telah dimanfaatkan 5,17 ha - -
8 Jalan 1637 m - -
9 Jembatan 30 m - -
10 Drainase 244 m - - (Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)
4.5.2 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional yaitu fasilitas untuk meninggikan nilai guna fasilitas
pokok dengan cara memberikan pelayanan yang diperlukan. Dapat pula dairtikan
sebagai fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional
pelabuhan perikanan. Tanpa adanya fasilitas fungsional kegiatan operasional
pelabuhan perikanan seperti bongkar muat, operasi kapal-kapal nelayan,
penanganan hasil tangkapan tidak akan berjalan. Fasilitas fungsional di PPS
Cilacap diantaranya dapat dilihat pada Tabel 8.
29
29
Tabel 8 Fasilitas fungsional di PPS Cilacap
No Nama Fasilitas Ukuran Jumlah/
Unit
Kapasitas/
Keterangan
1 Kantor administrasi 993 m2 1 75 pegawai
2 TPI 1684 m2 2 -
3 Bengkel dan Dock 5 rel 3195 m2 2 -/500 GT
4 Tangki air & instalasi 89 m3 1 Beton
5 Jaringan listrik :- genset 100 kva 3 Insidentil used
- PLN 75,5 kva 1 -
6 Line Telepon - 7 -
7 SPBU/SPBB milik KUD :
- Luas Lahan
5000 m2
1
-
- Tangki Solar - 2 95 Kapal (solar)
- Tangki Bensin - 1 16 Kapal (bensin)
8 Pengolahan Ikan 120 m2 - -
(Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)
4.5.3 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan memberikan kemudahan
bagi masyarakat. Fasilitas ini mendukung kegiatan operasional pelabuhan
perikanan. PPS Cilacap memiliki fasilitas tambahan/fasilitas pendukung dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Fasilitas penunjang di PPS Cilacap
No Nama Fasilitas Ukuran Jumlah/
Unit
Kapasitas/
Keterangan
1 Pos penjagaan 64 m2 2 -
2 Pagar keliling 3632,5 m - -
3 Gerbang - 2 -
4 Balai pertemuan dan shelter
nelayan
400 m2 1 -
5 Shelter nelayan 120 m2 1 -
6 Kantor waskan 200 m2 1 8 Orang
7 Pos Pemeriksaan Terpadu Kapal 96 m2 1 -
8 Mushola 26 m2 1 14 Orang
9 Mess pelabuhan - 17 -
10 Kendaraan operasional - 17 -
11 Kapal Pengawasan - 1 -
12 Kapal kebersihan kolam - 1 -
13 Tempat Parkir 196 m2 1 Roda dua
(Sumber: UPT PPS Cilacap, 2009)