Laksus Ppi,Kpd, Ppp,,.
-
Upload
mithaitalia8 -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
description
Transcript of Laksus Ppi,Kpd, Ppp,,.
Laporan kasusG IIP1OOO1 DENGAN PLACENTA PREVIA,
KETUBAN PECAH DINI, DAN PARTUS
PRETERM IMINEN
Oleh : Ni Made Rini, S.Ked (08700024)
Pembimbing : dr. Hytriawan, Sp.OG
Skenario Ny. RN (26 tahun) GIIP1-1Ab000 merasa hamil 8 bulan, datang dengan
keluhan keluar darah dan lendir sekitar 5 jam yang lalu, perut terasa mulas,
disertai kenceng-kenceng, nyreri perut menjalar sampai pinggang belakang.
Sebelum keluar darah lendir, keluar air bening sedikit, 2 jam yang lalu
keluar air banyak, bening, setelah BAK.
Seminggu sebelumnya, MRS di klinik bersalin selama 2 hari karena
mengalami perdarahan, tidak nyeri, ketika itu perut keneceng-kenceng,
tidak keluar air, pemeriksaan dinyatakan buka 3, dilakukan USG hasilnya
plasenta letak rendah.
Landasan Teori
Definisi Placenta previa • Placenta Previa adalah keadaan dimana Placenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
Klasifikasi placenta previa • Placenta totalis atau komplit adalah placenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum
• Plasenta previa parsialis adalah placenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
• Placenta marginalis adalah placenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
• Placenta letak rendah adalah placenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap placenta letak normal
Klasifikasi placenta previa
Etiologi placenta previa • Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
• Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek. 2. Mioma uteri. 3. Kuretasi yang berulang. 4. Umur lanjut. 5. Bekas seksio sesarea. 6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakaian kokain.
Patofisiologi placenta previa • Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga atau mungkin
juga lebih awal, oleh karena mulai terbentuknya SBR, tapak placenta akan
mengalami pelepasan. Dengan melebarnya ishtmus uteri menjadi SBR, maka
placenta yang berimplantasi disitu sedikit banayak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan desidua sebagai tapak placenta. Demikian juga pada waktu servik
mendatar dan membuka ada bagian tapak placenta yang terlepas. Pada tempat
laserasi ini akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari
ruang intervilus dari placenta
Gambaran Klinis placenta previa 1. Pendarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri, dan biasanya
dan berulang (causeless, painless, recurrent beeding)2. Darah biasanya berwarna merah segar. 3. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak
dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
Diagnosis placenta previa • Anamnesis
– Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar terutama pada multigravida pada kehamilan 28 minggu/lebih atau pada kehamilan lanjut (trimester III).
– Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
• Inspeksi– Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak,
sedikit, darah beku, dan sebagainya.– Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat/anemis.
Diagnosis placenta previa • Palpasi abdomen
– Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.– Sering dijumpai kesalahan letak janin.– Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
• Pemeriksaan inspekulo– Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan asal perdarahan dan menyingkirkan
kemungkinan yang bukan plasenta previa (trauma, varises vagina, karsinoma porsio, polip, endoserviks)
• Penentuan lokasi Placenta secara ultrasonografi
• DSU (Doubel Set-Up) – yaitu VT di kamar operasi dengan persiapan operasi seksio sesarea. Pemeriksaan
ini harus dilakukan secara hati-hati, karena bahayanya sangat besar.
Komplikasi placenta previa • Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita placenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal seperti anemia bahkan syok.
• Oleh karena placenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblast dengan kemampuan infasinya menerobos kedalam miometrium bahkan sampai ke perineum dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan placenta perkreta.
• Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dalam kehamilan belum aterm.
Penanganan placenta previa • Penanganan Aktif • Perawatan Konservatif
Penanganan AktifTujuan : Segera melahirkan anak (terminasi persalinan)
Langsung seksio sesarea tanpa Double Set Up (DSU)Tindakan ini dilakukan pada :–Gawat janin dengan perkiraan berat janin >1500gr– Perdarahan aktif dan banyak dengan evaluasi bertahap (perdarahan profuse >500cc dalam 30’)–Hb 6gr% atau kurang, bayi hidup, EFW >1500gr, perdarahan terus
Double Set Up (DSU) Dilakukan pada: a. Kehamilan atermb. Kehamilan Premature dengan EFW>2000grc. Perawatan konservatif gagal (Perdarahan masih merembes ke luar vagina,
Perdarahan bercak akan tetapi menyebabkan penurunan Hb>2gr% dengan pemeriksaan serial 3 kali/tiap 6 jam)
Penanganan AktifTujuan : Segera melahirkan anak (terminasi persalinan)
• Pada DSU ditentukan :a. Placenta previa totalis lakukan SCb. Placenta previa lateralis lakukan amniotomi (bila telah ada
pembukaan)c. Tidak teraba placenta inspekulo untuk mekihat asal
perdarahan, bila berasal dari OUE tetap dilakukan amniotomi, bila bukan dari OUE lakukan USG untuk mengetahui letak palcenta dan keadaan janin.
Perawatan Konservatif• Tindakan ini dilakukan pada :
– Bayi premature (EFW< 2000gr).– DJJ (+).– Perdarahan sedikit atau berhenti
Perawatan KonservatifCara perawatan konservatif :
1) Observasi selama 24 jam di kamar bersalin.
2) Keadaan umum penderita diperbaiki, transfusi darah diusahakan Hb > 10gr%.
3) Diberikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin, menjaga kemungkinan
perawatan konservatif gagal. Suntikan diberikan intra muskuler 2 kali selang 24
jam dengan dosis : deksametason 16 mg/hari atau betamason 12mg/hari iv.
***** (betametason 2 x 12 mg interval 24 jam atau dexametason 4x 6 mg
interval 12 jam)
4) Bila perdarahan berhenti, penderita pindah ke ruang bersalin tirah baring
selama 2 hari, kemudian mobilisasi.
Perawatan Konservatif5) Observasi : Hb setiap hari, T/N, DJJ, perdarahan setiap 6 jam
6) Perawatan konservatif gagal bila terjadi perdarahan ulang (penanganan
aktif).
7) Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan
mobilisasi. Sebelum pulang dilakukan USG untuk memastikan letak placenta
dan inspekulo untuk menentukan kelainan pada serviks vagina.
9) Nasehat waktu pulang :
• Istirahat
• Dilarang koitus/manipulasi vagina
Ketuban Pecah Dini • Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
• Ketuban pecah, 1 jam kemudian tidak ada tanda-tanda inpartu.
• Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Etiologi Pecah Dini • Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
– korioamnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh– inkompetensia cerviks, kanalis servikalis yang terllau terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri– Kelainan letak, sehingga tidak ada bagian trendah anak yang menutup
PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah– Trauma, yang menyebabkan tekanan intauterin (intraamniotik) mendadak
meningkat
Patofisiologi Ketuban Pecah Dini • Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan
oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
• Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenaerasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Gambaran klinis Ketuban Pecah Dini • Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes
Diagnosis Ketuban Pecah Dini • Bila air ketuban keluar banyak dan mengandung mekonium / verniks maka
diagnosis dengan inspeksi mudah ditegakkan, tapi bila keluar cairan sedikit
maka diagnosa harus didasarkan pada :
– Anamnesa (kapan keluar air, warna, bau, adakah partikel dalam cairan)
– Inspeksi (keluar cairan pervaginam)
– Inspekulo (bila fundus ditekan atau bagian trendah digoyangkan keluar
cairan dari OUE dan terkumpul di forniks posterior)
– Periksa dalam (ada cairan dalam vagina, selaput ketuban sudah tidak
utuh lagi)
– Pemeriksaan lab (kertas lakmus: reaksi basa, mikroskopik : tampak
lanugo verniks kaseosa)
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini • Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan
pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi
ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini • Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
• Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisisn bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini • Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini • Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
• Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini • Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra uterin).
• Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Aktif• Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal seksio sesarea. • Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri :– Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
– Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
Definisi Partus preterm iminen • adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (20 sampai 37 minggu)
Etiologi dan faktor resikio Partus preterm iminen • Persalinan premature merupakan kelainan proses
yang multifaktorial
• Kombinasi keasdaan obstetri, sosisodemografi dan faktor medic mempunyai pengaruh terjadinya persalinan prematur.
• Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.
Etiologi dan faktor resikio Partus preterm iminen • Banayak kausus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan pembukaan servik, yaitu :• Akibat aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada
ibu maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin.
• Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksis ascenden dari traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
• Perdarahan desidua
• Peregangan uterus patologis
• Kelainan pada uterus atau serviks.
Gejala klinis Partus preterm iminen a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakitb. Rasa berat dipanggulc. Kejang uterus yang mirip dengan dismenoread. Keluarnya cairan pervaginame. Nyeri punggung
Duagnosis Partus preterm iminen • Beberapa criteria dapat dipakai sebagai diagnosis partue preterm
iminen, yaitu:• Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3
kali dalam wakti 10 menit• Adanya nyeri punggung bawah• Perdarahan bercak• Perasaan menekan daerah serviks• Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya
2 cm dan penipisan 50 – 80%• Persentasi janin rendah sampai mencapai spina isciadika• Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya
persalina preterm• Terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu
• Menejemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor.
– Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bila selaput ketuban sudah pecah
– Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan sudah mencapai 4 cm
– Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinanmakin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbnagkan bila TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.
– Penyebab/ komplikasi persalinan preterm. Preeklamsi, amnionitis, perdarahan aktif, fetal distress
– Kemampuan neonatal intensive care facilities.
PENATALAKSANAAN
• Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya:
– Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm– Tunda persalinan 2-3 hari untuk memberikan
obat pematangan paru janin– Biarkan terjadi persalinan
PENATALAKSANAAN
Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik • Nifedipin 10 mg PO diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberiakn lagi apabila ada kontraksi berulang.
• Obat beta mimetic : terbutalin, ritrodin, isokpurin, dan salbutamol
• Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometacin)– Dosis sulfat magnesikus 4-6 gram /iv pemberian bolus 20-30 menit, infuse 2-4
gram/jam (maintenence)
• Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolitik perlu membatasi aktifitas atau tirah baring
PENATALAKSANAAN Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm :
– Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
» Betametason 2 x 12 mg im dengan jarak pemeberian 24 jam» Deksametasoen 4 x 6 mg im dengan jarak pemberian 12 jam
– Bila perlu dilakukan pencegahan infeksi• Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
resiko terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Antibiotika yang dapat diberikan adalah :» Eritromicin 3 x 500 mg selama 3 hari PO» Ampisislin 3 x 500 mg selama 3 hari PO
PENATALAKSANAAN
Status presen
IDENTITAS
• Nama : Ny. RN• Umur : 26 tahun• Nama Suami : Tn. Hermanto• Alamat : Blado Wetan• Pekerjaan : Ibu rumah tangga• Kelas : III• No. Register :468024• Masuk Tanggal :5 Januari 2013 (17.30)
ANAMNESIS• Anamnesis tanggal 5 januari 2013 pukul 17.30 WIB
• Keluhan utama :– keluar darah campur lendir.– Terlambat haid 8 bulan.
ANAMNESIS• Riwayat perjalanan penyakit :
– Pasien merasa hamil 8 bulan– Tadi siang (13.00) keluar air bening sedikit, selanjutnya
keluar darah campur lendir dan perut terasa kenceng-kenceng
– Perut tersa mules, nyeri perut menjalar sampai punggung bawah.
– Pukul 16.00, keluar air byor banyak, setelah pipis, warna bening, tidak bau.
• Kuarng lebih 1 minggu yang lalu, MRS di klinik bersalin selama 2 hari karena mengalami perdarahan, tidak nyeri, ketika itu perut keneceng-kenceng, tidak keluar air, pemeriksaaan dinyatakan buka 3, dilakukan USG hasilnya plasenta letak rendah
PEMERIKSAAN FISIK• Keadaan umum : cukup• Kesadaran : Compos mentis• a/i/c/d : -/-/-/-• gizi : baik• tensi : 120/80 mmHg• nadi : 88 x/menit• suhu : 36,60C• pernapasan : 20 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK• Leopold I :
– teraba bagian janin yang menonjol dan empuk– tinggi fundus uteri 3 jari bawah procecus xipoideus (26 cm)
• Leopold II :– Perut bagian kanan, teraba bagian kecil janin– Perut bagian kiri, teraba bagian panjang, keras, dan rata
• Leopold III :– Teraba bagian bulat dan keras– Bagian terendah belum masuk PAP
• Leopold IV :– Teraba bagian bulat dan keras– Bagian terendah belum masuk PAP
PEMERIKSAAN FISIKCortenen : 137 x/menit, Teratur• Genetalia eksterna :
– Fluor (-)– Fluxus : cairan jernih.
• His : 2. 10. 10”• Pervaginan blood slym (-)• Ketuban (+) ngerembes• Tidak dilakukan VT, karena riwayat Ante Partum
bleeding.
Resume follow up
5 Januari 2013Pasien baru G2P10001 Usia Kehamilan 32 minggu tunggal hidup dengan observasi ketuban pecah dini dan observasi partus preterm iminen.
• His : (+) kadang-kadang• Fluxus : (-)• DJJ : 130-145 x /menit.• Terapi :
– Infus D5% drip MgSO4 40% 30 tpm– Inj. Transamin 3 x 1– Inj. Dexametason 1 x 15 mg– Inj. Cefotaxim 1 x 1gram
6 Januari 2013G2P10001 Usia Kehamilan 32 minggu tunggal hidup dengan ketuban pecah dini dan partus preterm iminen
• His : (+) kadang-kadang• Fluxus : (-)• DJJ : 128-140 x /menit.• Planing :
– Terapi tetap– Pindah ke melati – USG (besok)
7 Januari 2013G2P10001 Usia Kehamilan 32 minggu tunggal hidup dengan ketuban pecah dini, partus preterm iminen dan placenta previa parsial.
• His : (+) kadang-kadang (1.10. 5”- 2.10.10”)
• Fluxus : bloodslym, darah, cairan.
• DJJ : 128-140 x /menit.• Planing :
– infuse D5% drip MgsO4 40% 20 tpm
USG :
•Janin tunggal, hidup, presentasi
kepala, punggung di kiri.
•Cairam amnion cukup
•Placenta previa partial
•Umur kehamilan 31-32 minggu
•EFW 2000 gram.
8 Januari 2013G2P10001 Usia Kehamilan 32 minggu tunggal hidup dengan ketuban pecah dini, partus preterm iminen dan placenta previa parsial.
• His : (+) kadang-kadang (1.10. 5”- 2.10.10”)• Fluxus : bercak darah beberapa kali• DJJ : 135-141 x /menit.• Planing :
– infuse D5% drip MgsO4 40% 20 tpm – injeksi transamin 3 x 1– Injeksi cefotaxim 1x 1– Injeksi dexamatason 1x 15 mg
9 Januari 2013G2 P10001 , preterm, tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala, punggung kiri, dengan ketuban pecah dini, partus preterm iminen dan ante partum bleeding karena placenta previa parsialis.
• His : (+) kadang-kadang (1.10. 5”- 2.10.10”) Fluxus : stolsel perdarahan segar berkali –kali dengan tolal sekitar 600 ccDJJ : 135-141 x /menit.Planing :– infuse D5% drip MgsO4 40% 20 tpm – injeksi transamin 1 ampul / IV– Pasang tampon– Kateter menetap– Transfusi darah 2 kolf– Pro SC
10 januari 2013P11002 post sectio caesaria atas indikasi ante partum bleeding karena placenta previa parsialis. Hari ke-1
• KU cukup• Hari ke-1TFU 2 jari bawah pusat• Kontaksi uterus baik• Pervagina : lochia rubra• Planing : Injeksi transamin iv, cefotaxim iv,
ketorolac iv, ondansetron iv, ranitidine iv,
11.00 : P11002 post sectio caesaria atas indikasi ante partum bleeding karena placenta previa parsialis. Hari ke-0• Neonatus perempuan,
AS 7-8. BB 2100 gram, PB 44 cm
• Ku : cukup• Kesadaran : cm• TD 100/ 60 mmhg• Kontraksi uetrus baik• TFU I jari bawah pusat• Pervagina : locia rubra
• Planing :• Drip synto 20 ui 20 tpm• Inj. Ketorolac 3x1• Injeksi ranitidin 3 x1• Inj. Cefotaxim 3x1• Inj. Gentamicin 3 x1• Inj transamin 3x 1• Dower kateter
10 januar I 2013P11002 post sectio caesaria atas indikasi ante partum bleeding karena placenta previa parsialis. Hari ke-1
• Ku : cukup• Kesadaran : cm• TD 100/ 60 mmhg• Kontraksi uetrus baik• TFU 2 jari bawah pusat• Pervagina : locia rubra• Flatus (+)
• Planing :• Inj. Ketorolac 3x1• Injeksi ranitidin 3 x1• Inj. Cefotaxim 3x1• Inj. Gentamicin 3 x1• Inj transamin 3x 1• Dower kateter• Diat NSTKTP
11 Januari 2013P11002 post sectio caesaria atas indikasi ante partum bleeding karena placenta previa parsialis. Hari ke-2
• KU cukup• TFU 2 jari bawah pusat• Kontaksi uterus baik• Pervagina : lochia rubra• Planing : Injeksi transamin iv, cefotaxim iv,
ketorolac iv, ondansetron iv, ranitidine iv, DC aff, diet NSTKTP
12 Januari 2013P11002 post sectio caesaria atas indikasi ante partum bleeding karena placenta previa parsialis. Hari ke-3
• KU cukup• TFU 2 jari bawah pusat• Kontaksi uterus baik• Luka operasi : kering • Pervagina : lochia rubra• Planing :
– Pasien boleh pulang– Asam mefenamat 3 x 500 mg– Ciprofloxacin 3 x 500 mg– Kontrol ke poli tanggal 14 januari 2013
Analisi s kasus
Pasien mengatakan sekitar pukul 13.00 (5/1/23) keluar sedikit air bening selanjutnya keluar darah campur lendir, dan perut tearsa kenceng–kenceng disertai mules, pasien juga merasa nyeri perut menjalar sampai punggung bawah. his sebayak 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 10 detik. Ketika dilakukan pemeriksaan sudah tidak ditemukan adanya pengeluaran darah ataupun lendir dari vagina
• Dari hasil anamnesa ini, dapat mengarah pada keadaan partus preterm iminen. Sesuai dengan teori, partus preterm iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (20 sampai 37 minggu). Partus prterm iminen menunjukkan gejala adanya kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit, rasa berat dipanggul, kejang uterus yang mirip dengan dismenorea, keluarnya cairan pervaginam dan nyeri punggung. Partus preterm iminen dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
• Setelah keluar sedikit air bening pada pukul 13.00, pada pukul 16.00, kembali keluar air banyak, bening, tidak bau, keadaan ini terjadi setelah buang air kecil. Pada pemeriksaan didapatkan air ketuban masih ngerembes, tidak ada bau pesing yang menunjukkan cairan yang keluar bukan urine
•Hal ini mengarah pada adanya keadaan ketuban pecah dini. Menrut teori, ada beberapa batasan ketuban pecah dini. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
• Dari anamnesa juga didapatkan bahwa kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien sempat opname di klinik bersalin selama 2 hari karena mengalami perdarahan, tidak terasa nyeri, ketika itu perut keneceng-kenceng, tidak keluar air, dari meperiksaan dinyatakan buka 3 , dilakukan USG hasilnya plasenta letak rendah.
Dari anamnesa ini dapat mengarahkan faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini dan partus preterm iminen. Placenta previa dapat menyebabkan terhalangnya bagian terbawah janin untuk fiksasi ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan letak janin, misalnya letak kepala mengapung. Pada Kelainan letak, tidak ada bagian trendah anak yang menutup PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah sehingga beresiko untuk terjadinya ketuban pecah dini
Pada placenta previa sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu jika banyak Placenta yang lepas, kadar progesterone turun dan dapat terjadi his.
Pada tanggal 7 januari 2013 dilakukan USG, didapatkan hasil Janin tunggal, hidup, presentasi kepala, punggung di kiri, Cairam amnion cukup, Placenta previa partial, Umur kehamilan 31-32 minggu. Dengan perkiraan berat janin 200 gram.
Pada tanggal 8 januari 2013 mulai pukul 17.00 pasien mengalami perdarahan ngerembes, darah segar, tidak nyeri, dan tidak terlalu banyak, disertai keluarnya cairan, terjadi his kurang lebih sekali dalam 10 menit selama 5 detik. Perdarahan berhenti dan his hilang setela diinjeksi trasamin1 ampul dan diberi tokolitik berupa infuse D5% drip MgsO4 40% 20 tpm.
Pada tanggal 9 januari 2013 mulai pukul 01.30 pasien mengalami
perdarahan merah segar, bercampur cairan dengan volume total kurang
lebih 600 cc, kadang mengalir kadang ngerembes. Pasien mengeluh
sakit di bagian punggung, kemudian sesak dan dada terasa berat,
dipasang oksigen dengan aliran 3 lpm, gerak janin masih terasa dan DJJ
masih dalam batas stabil berkisar antara 130-146 kali per menit. His
hilang timbul kurang lebih 1.10. 15 “. Keadaan umum lemah, kesadaran
kompos mentis, 110/80 mmHg, N : 100 x/menit, RR : 24 x/menit, pasien
nampak anemis, akral hangat, CRT 1 detik. Pada palpasi diluar his,
perut tidak tegang. Perdarahan berhenti pada pukul 05.00 setelah
dipasang 2 buah tampon
Adanya perdarahan merah segar, tanpa sebab,tanpa rasa nyeri, dan riwayat perdarahan seminggu sebelumnya menunjukan terjadinya perdarahan berulang (pailess, recurrent bleeding), keadaan ini semakin dipertegas dengan hasil USG pada tanggal 7 januari 2013, yang menyataka adanya placenta previa partial. Dari semua data yang diperoleh, maka pasien mengalami perdarahan ante partum akibat placenta previa partial.
Pada pukul 11.00 dilakukan tindakan sectio caesaria, dibawah SAB, Bayi lahir jenis kelamin perempuan, apgar score 7-8, BB 2100 gram, PB 44 cm, LD 28 cm, LA 26 cm, T : 35,8oC, anus (+), caput (-), cacat (-), ketuban jernih, PRM (+) 3 hari. Bayi dirawat oleh bagian perinatologi. Keadaan ibu setelah SC relative stabil, dan dilakukan perwatan rutin post partus dengan section caesaria berupa perwatan luka operasi dan terapi medikamentosa berupa Ketorolac 3 x 1, Ondansetron 3 x 1, Ranitidine 3 x 1, Cefotaxim 3 x 1, Gentamicin 3 x 1, Transamin 3 x 1. Pada hari ketiga ibu boleh pulang dengan luka operesi yang sudah mulai kering.
Kesimpulan
Placenta previa
Paparan asap
rokok
Ketuban pecah
dini
Partus preterm iminen
Perdarahan ante
partum
Fikasasi bagian terbawah janin ke PAP terhalang kelainan letak janin (letak kepala mengapung) tidak ada bagian trendah yang menutup PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
Cairan amnion mengalir keluar dan volume uterus menurun,
Produksi prostaglandine, sehingga merangsang proses persalinan, HIS mulai terjadi (bila pasien belum inpartu) ; menjadi semakin kuat ( bila sudah inpartu).
kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal pada selaput ketuban, sehingga selaput ketuban menjadi rapuh
jika banyak Placenta yang lepas kadar progesterone turun dapat terjadi his
terbentuknya SBR tapak placenta mengalami pelepasanlaserasi akibat perdarahan
• Secara umum prinsip penatalaksanaan Ketuban pecah dini, Partus preterm iminen adalah tindakan konservatif dan tindakan aktif.
• Pada kasus ini telah diupayakan tindakan konservatif yaitu – pemberian Infus D5% drip MgSO4 40% 25 ml 30 tpm
sebagai tokolitik.– Inj. Transamin 3 x 1 mencegah atau menghentikan
perdarahan. – Dexametason 1 x 15 mg diulang dalam 24 jam, untuk
mematangkan paru janin. – Inj. Cefotaxim 1 x 1gram, untuk mencegah terjadinya
infeksi.
• Selama observasi di rumah sakit, pasien kembali mengalami perdarahan ante partum akibat placenta previa partial,
• jumlah perdarahan kurang lebih 600 cc, keadaan pasien lemah dan nampak anemis, dari hasil USG didapatkan tafsiran berat janin 2000 gram
• sehingga diputuskan tindakan aktif, yaitu terminasi kehamilan dengan section caesaria.
TRIMAKASIH
Rin_o24