PPP Guideline

download PPP Guideline

of 48

Transcript of PPP Guideline

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    1/48

    Republik Indonesia

    KERJASAMA

    PEMERINTAH DAN

    SWASTA (KPS)

    Panduan Bagi InvestorDalam Investasi

    Di Bidang Infrastruktur

    April 2010

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    2/48

    KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

    Gedung A.A. Maramis II

    Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4

    Jakarta Pusat 10710 - INDONESIA

    Tel. : +62 (21) 352 1974, 351 1462

    Fax. : +62 (21) 352 1985, 351 1644

    Website : www.ekon.go.id

    SANGKALAN

    Informasi yang terdapat dalam Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS): Panduan Investor dimaksudkan untuk

    memberikan panduan umum guna membantu investor untuk suksesnya mengembangkan proyek KPS dibidang

    infrastruktur.

    Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi berusaha untuk menyajikan informasi yang terbaik pada saat buku ini dicetak

    dan tidak bertanggung jawab atas perbedaan atau perubahan terhadap informasi atau data yang disajikan.

    DICETAK APRIL 2010

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    3/48

    KERJASAMA

    PEMERINTAH DAN

    SWASTA (KPS)

    Panduan Bagi InvestorDalam Investasi

    Di Bidang Infrastruktur

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    4/48ii KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar .................................................................................................................................. iii

    1 Kerangka Penanaman Modal Infrastruktur di Indonesia ....................................... 1

    1.1 Peran Infrastruktur KPS di Indonesia ....................................................................... 2

    1.2 Tujuan dari Panduan Ini ............................................................................................... 3

    1.3 Pihak-pihak Utama dalam Kerangka KPS ............................................................... 4

    1.4 Kerangka Hukum ............................................................................................................ 6

    1.5 Hal-hal Pokok dalam Program KPS di Indonesia .................................................. 13

    2 Proses Pengembangan dan Pelaksanaan KPS ........................................................ .... 15

    2.1 Tinjauan singkat mengenai Proses Pengembangan

    dan Pelaksanaan KPS ...................................................................................................... 16

    2.2 Pemilihan Proyek ............................................................................................................. 18

    2.3 Konsultasi Publik ............................................................................................................. 19

    2.4 Studi Kelayakan ............................................................................................................... 20

    2.5 Tinjauan Risiko ................................................................................................................. 22

    2.6 Bentuk Kerjasama ........................................................................................................... 23

    2.7 Dukungan Pemerintah ................................................................................................. 242.8 Pengadaan ....................................................................................................................... 25

    2.9 Pelaksanaan Proyek ........................................................................................................ 27

    2.10 Pemantauan ...................................................................................................................... 28

    3 Interaksi Antara Pemerintah dan Pihak-Pihak Swasta ............................................ 29

    4 Aplikasi Kerangka KPS Di Sektor-sektor Tertentu ..................................................... 33

    5 Tanya Jawab ................................................................. ............................................................... 37

    6 Informasi Penting ............................................................................................................... 41

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    5/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    KATA PENGANTAR

    M. Hatta Rajasa

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan ini menyampaikan Panduan Kerjasama

    Pemerintah dan Swasta. Panduan ini ditujukan untuk memberikan tinjauan kepada investor swasta

    tentang kerangka Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Kami mengharapkan sebagai investor yang

    potensial, anda mendapatkan informasi yang dapat membantu anda dan juga diharapkan panduan

    ini dapat menjadi suatu perangkat penting bagi anda untuk melakukan investasi di Indonesia.

    Infrastruktur merupakan hal yang diutamakan dan sejumlah penanaman modal swasta diper-

    lukan untuk membangun Indonesia menuju ke keadaan yang lebih baik. Tahun ini menandakan

    langkah penting bagi peningkatan infrastuktur Indonesia secara menyeluruh. Pemerintah telah

    memberikan komitmennya untuk melakukan percepatan proyek-proyek melalui KPS. Pemerintah

    akan terus secara proaktif melakukan peninjauan terhadap kebijakan-kebijakannya untuk

    meningkatkan tingkat partisipasi investor swasta. Untuk itu, sejumlah perubahan telah dilakukan

    dan peraturan perundang-undangan telah ditegakkan, untuk meyakinkan investor atas perhatian

    pemerintah yang kini lebih baik.

    Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia muncul sebagai salah satu

    pemimpin di kawasannya. Indonesia merupakan anggota Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara

    atau Association of the South East Asian Nations (ASEAN), dan memiliki penduduk sekitar 240 juta

    orang. Kami memiliki tujuan untuk dapat menghubungkan satu sama lain pulau-pulau di Indone-

    sia secara lebih baik agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi dan masyarakat yang merata,

    menyediakan akses infrastruktur yang memadai untuk memperluas lapangan kerja, memperbaiki

    tingkat kesejahteraan hidup, dan menciptakan pembangunan yang berkesinambungan.

    Kami percaya bahwa Indonesia, dan sektor-sektor yang ada, menawarkan banyak hal yang poten-

    sial bagi para investor . Pemerintah menyadari pentingnya untuk memperbaiki iklim dunia usaha.

    Perubahan-perubahan fundamental telah dilakukan pada tingkat-tingkat tertentu dan lintas

    sektor, guna memperkokoh kerangka pembangunan dan menjadikan Indonesia sebagai tempat

    yang do-able untuk berbisnis. Dengan iklim bisnis yang baru ini, pangsa pasar KPS dalam

    kegiatan infrastruktur diharapkan akan berkembang dengan pesat.

    Para Investor, saya menghimbau anda untuk menggunakan panduan ini agar dapat lebih mema-

    hami pelaksanaan KPS. Saya mengarapkan informasi yang disampaikan dalam panduan ini akan

    meningkatkan ketertarikan anda untuk melakukan investasi di negara yang telah muncul sebagai

    pemimpin di kawasan Asia Tenggara ini. Silahkan menggunakan kesempatan ini untuk dapat

    mengenal kami secara lebih baik, dan kami persilahkan juga untuk menghubungi sektor-sektorterkait guna mendapatkan informasi lebih lanjut.

    Selamat membaca,

    Menteri Koodinator Bidang Perekonomian

    Republik Indonesia

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    6/48

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    7/48PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) Investors uide

    KerangkaPenanaman ModalInfrastrukturdi Indonesia

    1.1 Peran Infrastruktur KPS di Indonesia

    1.2 Tujuan dari Panduan Ini

    1.3 Pihak-pihak Utama dalam Kerangka KPS

    1.4 Kerangka Hukum

    1.5 Hal-hal Pokok dalam Program KPS di Indonesia

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    8/482 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    PEREKONOMIAN Indonesia terbukti telah bangkit kembali

    sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1990an. Pada tahun

    2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertum-

    buhan GDP sebesar 4,5 persen, sementara banyak negara-

    negara lain yang mengalami kontraksi ekonomi.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang konsisten telah

    menyebabkan tingkat kebutuhan infrastruktur meningkat.

    Pemerintah memperkirakan bahwa untuk jangka waktu

    lima tahun yaitu dimulai 2010 sampai 2014, dibutuhkan in-

    vestasi senilai Rp. 1.430 triliun (sekitar USD 150 milyar)

    untuk sektor infrastruktur.

    Pemerintah telah menyadari peran penting sektor swasta

    untuk memenuhi kebutuhan ini dan karenanya telah

    menyediakan suatu sarana bagi pihak swasta agar dapat

    ikut berperan serta dalam pembangunan infrastruktur

    melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Secara

    khusus, Pemerintah mentargetkan penanaman modal di

    sektor swasta sebesar Rp. 980 triliun (kurang lebih USD 94

    milyar) berdasarkan kerangka KPS untuk jangka waktu

    2010-2014. Program KPS milik pemerintah ini mencakup

    rentang infrastruktur yang luas, termasuk:

    Bandar udara

    Pelabuhan laut dan sungai

    Jalan dan Jembatan

    Jalan Kereta Api

    Penyediaan air baku dan sistem irigasi

    Penyediaan air minum

    Penampungan Air Limbah

    Pembuangan Sampah Padat

    Teknologi Informasi dan Komunikasi

    Ketenagalistrikan

    Minyak dan Gas

    1 .1 PERAN INFRASTRUKTUR KPSDI INDONESIA

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    9/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    PANDUAN untuk Para Investor ini merupakan suatu tin-

    jauan terhadap kerangka Kerjasama Pemerintah dan Swasta

    (KPS) milik Pemerintah Indonesia. Panduan ini merupakan

    pemetaan kedepan (road map) terhadap pengembangan

    proyek-proyek KPS di Indonesia dengan menggarisbawahi

    prinsip-prinsip yang dianut oleh Pemerintah dan fasilitas

    yang disediakan untuk mitra swasta dalam kerangka KPS.

    Dengan memberikan tinjauan tentang bagaimana program

    KPS dioperasikan di Indonesia, Panduan ini dapat mengarahkan

    investor untuk melakukan tinjauan akan adanya peluang dalam

    proyek tertentu.

    Panduan ini tidak bermaksud untuk mengindentikasi

    peluang-peluang KPS secara spesik, tidak juga dengan

    cara apapun menyediakan uji tuntas yang harus dilakukan

    oleh investor swasta untuk mempertimbangkan peluang

    KPS. Panduan ini tidak menyediakan tinjauan hukum ten-

    tang peraturan-peraturan yang mengatur pengembangan

    dan pelaksanaan proyek KPS, maupun menyediakan rincian

    prosedur tentang pengembangan KPS atau panduan untuk

    melakukan kegiatan usaha di Indonesia pada umumnya.

    Para investor diharapkan tetap mengacu kepada bahan-

    bahan publikasi atau dokumentasi yang dikeluarkan oleh

    pihak Pemerintah mengenai hal-hal tersebut, sebagaimana

    dimuat dalam Panduan ini.

    Publikasi-publikasi ini dapat diperbaharui atau diterbitkan

    kembali, atau dilengkapi dengan dokumen-dokumen tam-

    bahan lainya dimasa mendatang.

    1 .2 TUJUAN DARI PANDUAN INI

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    10/484

    Badan Usaha yang merupakan badan hukum Indonesia

    yang dimiliki oleh para Sponsor Proyek, yang menan-

    datangani Perjanjian Kerjasama (PK) atau Cooperation

    Agreementdengan Badan Kontrak Pemerintah atau Go-

    vernment Contracting Agency (GCA), atau yang menda-

    patkan lisensi dari Pemerintah untuk menyediakan jasa

    tertentu atau infrastruktur berdasarkan KPS. Badan

    usaha dalam Panduan ini dan didalam peraturan-pera-

    turan pemerintah disebut juga sebagai Badan Usaha.

    Bank-bank Komersial Asing dan Domestikmenyedia-

    kan pendanaan berupa kredit untuk Proyek. Bank lokal

    tersebut dapat menyediakan pendanaan berupa kredit

    untuk proyek-proyek kecil, namun untuk proyek-proyek

    yang besar pada umumnya diperlukan pendanaan dari

    pihak asing. Oleh karena peringkat kredit Indonesia

    pada saat ini berada dibawah standar penilaian investasi

    (Ba2 berdasarkan penilaian Moodydan BB berdasarkan

    penilaian Standard and Poor), maka pendanaan asing

    melalui pinjaman pada umumnya memerlukan

    penguatan-penguatan kredit. Perlu dicatat bahwa,

    meskipun demikian, Pemerintah telah mentargetkan

    untuk dapat mencapai pemeringkatan investasi di

    tahun 2011.

    Bank Pembangunan Multilateral termasuk BankDunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan aliasinya

    seperti Asosiasi Penjamin Investasi Multilateral atau

    Multirateral Investment Guarantee Association (MIGA).

    Pada situasi tertentu, badan ini dapat menyediakan

    penambahan fasilitas kredit antara lain dalam bentuk

    jaminan risiko parsial ataupartial risk guarantees (PRGs)

    kepada perusahaan-perusahaan ataupun para kreditur

    proyek.

    PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) Investors uide

    ADA beberapa pihak yang ikut serta dalam proyek infrastruktur KPS. Berikut ini disampaikan Pihak-pihak utamadan hubungannya yang ada diantara mereka. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:

    1.3 P IHAK P IHAK UTAM ADALAM KERANGKA KPS

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    11/48

    atau propinsi, kabupaten atau kotamadya, sebagaimana di-

    maksudkan dalam peraturan pemerintah, yang me-

    ngadakan tender-tender atas suatu proyek dan menjadi

    mitra investor untuk proyek tersebut. CGA akan men-

    gadakan kontrak dengan Badan usaha untuk melaksanakan

    proyek melalui suatu Perjanjian Kerjasama (PK) atau Coope -

    ration Agreementatau akan menerbitkan izin untuk Badan

    usaha dalam rangka mengelola proyek KPS.

    Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruk-

    tur, KKPPI merupakan komite antar kementerian yang

    diketuai oleh Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian

    yang bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi

    atas kebijakan yang terkait dengan upaya percepatan

    penyediaan infrastrukur termasuk yang akan melibatkan

    pihak swasta. Berdasarkan peraturan yang berlaku, KPPI

    diwajibkan untuk memberikan persetujuan terhadap per-

    mintaan atas dukungan pemerintah (jaminan-jaminan)

    yang mendasari pertimbangan dan persetujuan Menteri

    Keuangan.

    Unit Pusat Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Pu-

    blic Private Partnership Central Unit (P3CU) merupakan

    unit dalam Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

    (Bappenas) yang dikepalai oleh Direktur Pengembangan

    Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Unit ini mempunyai se-

    jumlah fungsi termasuk diantaranya: memberikan bantuan

    kepada KKPPI untuk menyusun kebijakan dan melakukan

    penilaian atas permintaan dukungan bersyarat dari peme -

    rintah, membantu Pemerintah untuk mempersiapkan pener-

    bitan buku KPS yang memuat daftar proyek yang berpeluang

    bagi penanam modal swasta, yang mendukung Badan Kon-

    trak Pemerintah untuk melakukan persiapan proyek-pro-

    yeknya dan mengembangkan kemampuan dari badan-badan

    pemerintah dalam rangka pelaksanaan KPS.

    Kementerian Keuangan (Unit Pengelolaan Risiko).

    Kementerian Keuangan memberikan persetujuan atas

    pemberian jaminan pemerintah dan insentif-insentif pajak

    yang dapat ditawarkan oleh Pemerintah dalam proyek

    KPS. Unit ini merupakan bagian dari Kementrian yang

    bertanggung jawab untuk mengkaji setiap permintaan

    jaminan. Jaminan-jaminan yang telah disetujui akan

    dikelola oleh PT PII.

    Penasehat P3CU dan Kementerian Keuangan. Upaya-

    upaya dari P3CU dan Kementerian Keuangan, untuk

    mengembangkan suatu kerangka KPS yang baik dan untuk

    membantu Government Contracting Agencies dalam me-

    nyiapkan proyek-proyek yang menjanjikan, telah didukung

    oleh penasehat hukum, keuangan dan perekayasaan teknik

    yang pendanaannya dilakukan oleh berbagai badan multi-

    lateral dan bilateral.

    PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) Investors uide

    Para Sponsor Proyek merupakan para pemegang saham

    dari Badan usaha. Sponsor Proyek ini dapat terdiri dari

    investor lokal ataupun asing dan pada umumnya mereka

    bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan

    proyek selain dari penempatan modal. Mereka biasa

    disebut juga dalam Panduan ini sebagai pelaksana pem-

    bangunan atau disebut developers.

    Penjaminan Infrastruktur, yang dikenal sebagai PT Pen-

    jaminan Infrastruktur Indonesia (PII), telah didirikan oleh

    Pemerintah Indonesia untuk menyediakan penjaminan-

    penjaminan atas kewajiban-kewajiban pemerintah yang

    timbul berdasarkan perjanjian-perjanjian KPS.

    Dana Infrastruktur, yang dikenal sebagai Indonesian

    Infrastructure Fund (IIF), didanai oleh Pemerintah Indonesia

    (melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur), bank pem-

    bangunan multilateral, Korporasi Keuangan Internasional

    atau the International Finance Corporation (IFC) dan

    Pemerintah Jerman untuk memberikan kredit bagikegiatan infrastruktur di Indonesia. Pihak-pihak tersebut

    dapat menyediakan fasilitas kredit sebagian dari jumlah

    pinjaman uang dibutuhkan oleh debitur.

    Pihak Ketiga Pemberi Jasa, kemungkinan akan diikut

    sertakan oleh Badan usaha untuk berbagai macam kepen -

    tingan pembangunan dan pelaksanaan proyek, termasuk pe-

    rekayasaan teknik, pengadaan dan konstruksi (EPC), kegiatan

    operasional dan perawatan atau Operation and Maintenance

    (O&M) dan lain-lain. Jasa-jasa ini akan dituangkan dalam per-

    janjian-perjanjian tersendiri yang dibuat antara Badan usaha

    dan pemberi jasa tertentu tersebut.

    Para Pengguna dapat merupakan pembeli tunggal atau

    single off-taker seperti PT Perusahaan Listrik Negara

    (Persero), atau anggota dari perusahaan publik umum

    dalam hal ini proyek jalan tol dan jalan kereta api. Akan ada

    suatu perjanjian yang ditandatangani oleh off-taker seperti

    misalnya perjanjian pembelian tenaga listrik atau Power

    Puchase Agreement (PPA) dalam penyediaan

    ketenagalistrikan.

    Badan Yang Mengeluarkan Lisensi dan Perizinan meru-

    pakan badan-badan Pemerintah yang bertanggung jawab

    untuk melakukan pengelolaan lingkungan, investasi asing

    dan pendirian perusahaan sebagai contoh: Badan Koordi-

    nasi Penanaman Modal, BKPM), tenaga kerja dan imigrasi,

    dan badan-badan lainnya yang diperlukan oleh Badan

    usaha untuk memperoleh berbagai izin dan persetujuan

    untuk melaksanakan kegiatan operasinya.

    Badan Kontrak Pemerintah atau Government Contract-

    ing Agency (GCA) adalah kementerian, instansi pemerintah

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    12/486 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    INTERAKSI antara berbagai pihak diatur oleh tiga

    perangkat undang-undang dan beberapa peraturan seba-

    gai berikut dibawah ini: Peraturan KPS, peraturan khusus

    sektoral, dan peraturan umum lainnya yang mengatur ten-

    tang berbagai kegiatan usaha di Indonesia.

    Berdasarkan sistem hukum Indonesia, undang-undang me-

    ngatur hal-hal yang bersifat umum. Pelaksanaan dari suatu

    ketentuan hukum pada umumnya diatur dalam Peraturan

    Pemerintah dan Peraturan Menteri. Peraturan-peraturan ini

    pada umumnya mengatur tentang tahapan-tahapan dan

    prosedur khusus untuk melaksanakan ketentuan per -

    undang-undangan dan peraturan pemerintah terkait.

    Sedangkan, Peraturan Presiden (biasa juga disebut sebagai

    Perpres), diterbitkan sebagai dasar untuk melaksanakan ke-

    bijakan-kebijakan dan program-program Presiden, yang

    mana harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku. Peraturan Presiden juga terkadang merupakan

    panduan atas pelaksanaan lebih lanjut dari suatu peraturan

    maupun Peraturan Pemerintah yang sudah ada.

    Keberanekaan sektor telah menjadikan adanya kebe -

    ranekaan peraturan dan undang-undang yang berbeda pula.

    Sebagaimana dimaksud di bawah ini, hampir seluruh sektor

    infrastruktur diatur oleh ketentuan-ketentuan yang sudah

    ada sejak 2004 dengan visi modernisasi infrastruktur na-

    sional. Namun demikian, tidak semua peraturan perundang-

    undangan sektoral yag ada telah dilengkapi dengan

    Peraturan Pemerintahnya, ataupun meskipun sudah diter-

    bitkan Peraturan Pemerintahnya, namun Peraturan Men-

    terinya belum diselesaikan. Para investor harus mencermati

    status keberlakuan atas peraturan pada sektor yang dimi-

    natinya, oleh karena peraturan-peraturan tambahan seringkali baru diterbitkan kemudian dan untuk peraturan-

    peraturan yang adapun sering kali dilakukan beberapa

    perubahan.

    1.4 KERANGKA HUKUM

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    13/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Topik

    Ketentuan

    Umum KPS

    Prosedur

    Untuk

    Penyediaan

    Dukungan

    Pemerintah

    Peraturan

    Peraturan Presiden No. 67

    Tahun 2005 tentang Kerjasama

    Pemerintah dengan BadanUsaha dalam Penyediaan Infra-

    struktur

    Peraturan Presiden No. 13

    Tahun 2010 atas Perubahan

    Peraturan Presiden No. 67

    Tahun 2005 tentang Kerjasama

    Pemerintah dengan Badan

    Usaha dalam Penyediaan

    Infrastruktur

    Peraturan Menteri Keuangan

    No. 38 Tahun 2006 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Pengen-

    dalian Dan Pengelolaan Risiko

    Atas Penyediaan Infrastruktur

    Peraturan Menteri Koordinator

    Bidang Ekonomi No. 4 Tahun

    2006 tentang Metodologi

    Evaluasi Proyek Infratruktur KPS

    yang Memerlukan Dukungan

    Pemerintah

    Peratiuran Pemerintah No. 35

    Tahun 2009 tentang Penyertaan

    Modal Negara Republik Indone-

    sia Untuk Pendirian Perusahaan

    Perseroan (Persero) Di bidang

    Penjaminan Infrastruktur

    Butir-butir Penting

    Peraturan ini mengatur KPS untuk proyek-proyek infrastruktur tertentu. Dalam

    hal ini termasuk mengenai, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, jalan, penye-

    diaan air bersih /sistem pengairan, air minum, air limbah, limbah padat, informasidan komunikasi teknologi, ketenagalistrikan, dan minyak & gas.

    Proyek-proyek ini dapat dilaksanakan baik berdasarkan yang dimohonkan

    ataupun tidak dimohonkan namun pada umumnya penyeleksian terhadap suatu

    Badan usaha harus dilakukan melalui proses tender terbuka. Proyek yang

    Solicited diidentikasi dan disiapkan oleh Pemerintah, sedangkan untuk proyek

    yang Unsolicited diidentikasi dan diajukan kepada Pemerintah oleh suatu

    Badan Usaha.

    Lembaga Kontraktor Pemerintah dapat diadakan baik di tingkat regional

    ataupun nasional. Proyek KPS dapat dilaksanakan berdasarkan perijinan Peme -

    rintah ataupun melalui Perjanjian Kerjasama (PK). Pemerintah dapat memberikan

    dukungan perpajakan dan / atau non-pajak untuk meningkatkan kelayakan

    suatu proyek infrastruktur. Proyek ini harus terstruktur untuk dapat menga-

    lokasikan risiko yang mampu dikelola secara maksimal oleh pihak pelasana.

    Peraturan Menteri Keuangan No. 38 Tahun 2006 menjabarkan kondisi-kondisi

    dan proses untuk mengusahakan adanya dukungan pemerintah, antara lain

    penjaminan-penjaminan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, pemer-

    intah dapat memberikan jaminan terhadap tiga jenis risiko, yaitu: Risiko Politik,

    Risiko Kinerja Proyek, dan Risiko Permintaan. Risiko Kinerja Proyek termasuk

    risiko-risiko yang terjadi akibat keterlambatan dalam proses pembebasan

    lahan, peningkatan biaya perolehan tanah, perubahan dalam spesikasi kon-

    trak kerja, penundaan atau adanya penurunan kontrak penyesuaian atas tarif,

    keterlambatan memperoleh ijin untuk memulai kegiatan. Risiko Permintaan

    mengacu terhadap pendapatan riil yang berada di bawah pendapatan mini-

    mum yang dijamin karena adanya permintaan yang lebih rendah dari kontrak.

    Peraturan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi No. 4 Tahun 2006, men-

    syaratkan bahwa suatu permintaan atas dukungan kontingen setidaknya harus

    dimuat pada bagian studi kelayakan. Hal ini lebih tegas diatur dari pada pen-

    gaturan awal studi kelayakan sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri

    Keuangan No.38 tahun 2006. Kedua peraturan tersebut menentukan bahwa

    dokumen lain harus diajukan untuk meminta dukungan, termasuk format ker-

    jasama, rencana anggaran, hasil dari konsultasi publik dan lainnya.

    Pemerintah telah mendirikan PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT. PII)

    untuk mengelola jaminan-jaminan tersebut. Dengan upaya ini maka diharapkan

    dapat mengurangi pengeluaran biaya pembangunan proyek infrastruktur KPS

    dengan meningkatkan kualitas proyek KPS dan kredibilitas, serta membantu Pe-

    merintah untuk mengelola risiko pajak dengan lebih baik dengan adanya pen-

    jamian ini. PT. PII akan membuat kerangka kerja yang komprehensif dan

    konsisten untuk dapat menilai suatu proyek dan membuat keputusan sehu -

    bungan dengan pemberian jaminan dari pemerintah untuk proyek-proyek KPS.

    PERATURAN KPSTerdapat lima dasar peraturan dalam kategori ini.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    14/488 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    SEKTOR HUKUM DAN PERATURAN

    Setiap sektor infrastruktur diatur oleh undang-undang tersendiri dan peraturan-peraturan pelaksananya. Tabel

    di bawah ini menunjukkan tentang undang-undang pokok dan peraturan pemerintah dimasing-masing sektor.

    Selain itu, terdapat beberapa peraturan menteri yang tidak tercantum disini yang memberikan petunjuk

    tentang pelaksanaan undang-undang pokok dan peraturan pemerintah tersebut.

    Sektor

    Pelabuhan

    (Pengo-

    perasian

    Terminal)

    Infrastruktur

    Kereta Api

    (Rel kereta api,

    Stasiun dan

    Fasilitas Kereta

    Api lainnya)

    Bandar udara

    Undang-undang dan

    Peraturan Pemerintah

    Undang-undang No. 17 Tahun

    2008 tentang Pelayaran

    Peraturan Pemerintah No. 61

    Tahun 2009 tentang Ke-

    pelabuhan

    Peraturan Pemerintah No. 20

    Tahun 2010 Angkutan Di

    Perairan

    Undang-undang No. 23 Tahun

    2007 tentang Perkeretapian

    Peraturan Pemerintah No. 50

    Tahun 2009 tentang Pelak-

    sanaan Perekeretapian

    Peraturan Pemerintah No. 72

    Tahun 2007 tentang Lalu Lin-

    tas dan Angkutan Kereta Api

    Undang-undang No. 1 Tahun

    2009 tentang Transpotasi Udara

    Butir-butir Penting

    Pengoperasian pelabuhan (terminal) terbuka untuk Badan

    Usaha. PT. Pelindo (Perusahaan operator pelabuhan milik Ne-

    gara) tidak lagi memonopoli sektor ini. Pemerintah harus

    mendirikan suatu Otorita Pelabuhan sebagai regulator berbagai

    kegiatan di Pelabuhan. Otoritas Pelabuhan dapat diadakan

    untuk satu atau lebih pelabuhan, dan akan bertanggung jawab

    untuk menerbitkan ijin konsesi, untuk kemudian mengatur

    layanan yang dilakukan oleh Badan Usaha.

    Badan Usaha dapat berpartisipasi dalam pembangunan

    dan pengoperasian infrastruktur rel kereta api (rel kereta

    api, stasiun dan fasilitas kereta api lainnya). PT. Kereta Api

    Indonesia tidak lagi memonopoli. Konsesi untuk melak-

    sanakan pembangunan dan pengoperasian infrastruktur

    kereta api akan diberikan oleh: Menteri: untuk infrastruktur lintas antar propinsi;

    Gubernur: untuk infrastruktur lintas kota yang masih

    dalam satu propinsi;

    Walikota/Bupati: untuk infrastruktur dalam satu kota-

    madya/kabupaten.

    PT. Angkasa Pura (Perusahaan operator Bandara milik Negara)

    tidak lagi memonopoli sektor ini. Pemerintah sedang memper-

    siapkan Peraturan Pelaksanaan untuk pengoperasian Bandara.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    15/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Ketenagal-

    istrikan

    (Pembangkit

    Listrik,

    Transmisi

    dan Pendis-

    tribusian)

    Air Minum

    (Pengolahan

    Air, Transmisidan Pendis-

    tribusian)

    Jalan Tol

    Undang-undang No. 30

    tentang Ketenagalistrikan

    Undang-undang No. 27

    Tahun 2003 tentang Panas

    Bumi

    Peraturan Pemerintah No.

    59 Tahun 2007 tentang

    Kegiatan Usaha Panas Bumi

    Peraturan Pemerintah No. 3

    Tahun 20005 atas

    Perubahan Peraturan

    Pemerintah No. 10 Tahun

    1989 tentang Ketentuan

    dan Pemanfaatan

    Ketenagalistrikan

    Undang-undang No. 7 Tahun

    2004 tentang Sumber Daya

    Air

    Peraturan Pemerintah No. 16

    Tahun 2005 Pengembangan

    Sistem Penyediaan Air

    Minum

    Undang-undang No. 38 Tahun

    2004 tentang Jalan

    Peraturan Pemerintah No. 15Tahun 2005 Tentang Jalan Tol

    Peraturan Pemerintah No. 44

    Tahun 2009 atas Perubahan

    Peraturan Pemerintah No. 15

    Tahun 2005

    Undang-undang No. 22 Tahun

    2009 tentang Lalu Lintas Dan

    Angkutan Jalan

    PT PLN, Perusahaan Listik Negara, tidak lagi memonopoli

    infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkit tenaga listrik,

    transmisi, dan pendistribusian). Namun, PLN tetap

    melakukan fungsinya selaku off-taker dari pembangkit

    tenaga listrik yang dihasilkan. Badan Usaha dapat berpar-

    tisipasi dalam sektor ini melalui tender yang kompetitif.

    Mereka (Badan Usaha) akan berkompetisi dalam penga-

    juan tarif. Pembangkit listrik, transmisi, pendistribusian dan

    konsesi panas bumi akan menjadi kegiatan yang berlisensi

    dengan pemisahan off-taker atau perjanjian layanan an-

    tara pengguna dan Badan Usaha. Pemberi otoritas lisensi

    adalah sebagai berikut:

    Menteri: untuk proyek pembangkit tenaga listrik yang

    terhubung dengan jaringan listrik nasional, atau untuk

    konsesi panas bumi lintas propinsi;

    Gubernur: untuk infrastruktur lintas kotamadya/kabu-

    paten dalam satu propinsi;

    Walikota/Bupati: untuk infrastruktur kelistrikan atau

    konsesi panas bumi di dalam satu kotamadya/kabu-

    paten.

    Suatu Badan Usaha dapat memperoleh konsesi untuk penye-

    diaan air minum untuk daerah yang tidak dilayani oleh Perusa-

    haan Daerah Air Minum. Penunjukkan Badan Usaha untukmelakukan layanan ini harus dilaksanakan melalui berdasarkan

    proses tender. GCA akan menetapkan tarif dan mengatur per-

    syaratan-persyaratan bagi Badan Usaha dalam PK. Pemerintah

    telah membentuk Badan Pendukung Pengembangan Sistim

    Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) untuk, antara lain, mem-

    bantu Pemerintah Daerah dalam pengembangan sistim

    penyediaan air minum melalui skema KPS.PPP basis.

    Kegiatan usaha jalan tol tidak lagi di monopoli oleh PT.

    Jasa Marga (perusahaan jalan tol milik Negara). Pemerin-

    tah telah mendirikan badan pengawas, yakni Badan

    Pengatur Jalan Tol, untuk melaksanakan tender dan

    menetapkan tarif jalan tol.

    Sektor Undang-undang dan

    Peraturan PemerintahButir-butir Penting

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    16/4810 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Topik

    Daftar Negatif

    untuk

    penanaman

    modal

    Pemanfaatan

    Aset Negara

    Kerjasama

    dengan Peme-

    rintah Daerah

    Dana

    Infrastruktur

    Undang-undang & Peraturan

    Peraturan Presiden No. 77

    Tahun 2007 tentang Daftar

    Bidang Usaha Yang Tertutup

    dan Terbuka dengan

    Persyaratan Di Bidang

    Penanaman Modal

    Peraturan Presiden No. 111

    Tahun 2007 atas Perubahan

    Peraturan Pemerintah No. 77

    Tahun 2007

    Peraturan Pemerintah No. 6

    Tahun 2006 tentang

    Pengelolaan Barang Milik

    Negara/Daerah

    Peraturan Pemerintah No. 50

    Tahun 2007 tentang Tata Cara

    Pelaksanaan Kerjasama Daerah

    Peraturan Presiden No. 9 Tahun

    2009 tentang Lembaga

    Pembiayaan

    Butir-butir Penting

    Batas kepemilikan asing di dalam perusahaan yang melakukan kegiatan

    usaha infrastruktur ini ditentukan sebagai berikut:

    Pembangkit Tenaga Listrik: 95% (Namun, untuk pembangkit tenaga

    listrik yang kurang dari 10 MW saat ini diperuntukan bagi usaha kecil

    dan menengah dan karena itu tertutup bagi investasi asing)

    Transmisi Kelistrikan: 95%

    Pendistribusian Tenaga Listrik: 95%

    Jalan Tol: 95%

    Penyaluran Pipa Air Minum: 95%

    Pelabuhan: 49%

    Saat ini Pemerintah sedang melakukan perubahan atas peraturan ini.

    Aset Negara dapat di manfaatkan oleh Badan Usaha untuk menjalankan

    proyek-proyek infrastruktur. Dalam hal ini termasuk aset negara dimana

    Badan Usaha menjalankan usahanya berdasarkan suatu konsesi yang

    diberikan, atau aset dibangun oleh suatu Badan Usaha untuk kepen -

    tingan Pemerintah dan kemudian dioperasikan oleh Badan Usaha terse-

    but, sebagaimana selanjutnya disebut dengan skema Built TransferOperate (BTO). Penunjukkan suatu Badan Usaha untuk memanfaatkan

    aset Negara harus dilakukan melalui proses tender yang kompetitif.

    Kerjasama antara pemerintah daerah dengan Badan Usaha harus

    disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bila kerjasama tersebut

    mengakibatkan adanya pemanfaatan aset pemerintah daerah.

    Kegiatan usaha lembaga pembiayaan infrastruktur milik negara harus

    mencakup, antara lain: pemberian pinjaman, pembiayaan kembali, dan

    penyetoran modal.

    Pemerintah telah mendirikan PT. Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI) sebagai pe-

    rusahaan Negara untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur dengan meng-

    gunakan pinjaman, ekuitas, dan pembiayaan mezzanine. PT. SMI selanjutnya

    mendirikan perusahaan, PT. Indonesia InfrastructureFinance, dengan pemegang

    saham lainnya termasuk diantaranya Bank Dunia, ADB dan the International

    Finance Corporation (IFC), dan Pemerintah Jerman. PT. SMI dalam melakukan

    kegiatannya memfokuskan pada usaha kecil dan menengah, sedangkan PT. IIF

    lebih memfokuskan pada proyek-proyek infrastruktur yang lebih besar.

    KETENTUAN UMUM DAN PERATURAN LAINNYA

    Terdapat beberapa ketentuan dan peraturan pemerintah yang mengatur beberapa aspek, seperti halnya penanaman

    modal asing, pelestarian lingkungan hidup serta penggunaan dan pembebasan tanah. Beberapa ketentuan tersebut

    terdapat di bawah ini. Namun terdapat beberapa peraturan menteri terkait yang tidak termasuk disini. Investor dapat

    mengakses website www.indonesia.go.id untuk memperoleh salinan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah danPeraturan Presiden, dan dapat mengakses websites masing-masing kementerian untuk memperoleh salinan Peraturan

    Menteri.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    17/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Pengelolaan

    Lingkungan

    Hidup

    Pembebasan

    Tanah

    Pemanfaatan

    Kawasan

    Hutan untuk

    Pembangunan

    Infrastruktur

    Undang-undang No. 32 Tahun

    2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Peraturan Pemerintah No. 27Tahun 1999 tentang Analisis

    Dampak Lingkungan

    Undang-undang No. 5 Tahun

    1960 tentang Peraturan Dasar

    Pokok-Pokok Agraria

    Undang-undang No. 20 Tahun

    1961 tentang Pencabutan Hak-

    hak Tanah dan Benda-benda Yang

    ada Diatasnya

    Peraturan Presiden No. 36 Tahun

    2005 tentang Pengadaan Tanahbagi Pelaksananan Pembangunan

    Untuk Kepentingan Umum

    Peraturan Presiden No. 65 Tahun

    2006 tentang Perubahan atas

    Peraturan Presiden No. 36 Tahun

    2005

    Peraturan Kepala BPN No. 3

    Tahun 2007 tentang Ketentuan

    Pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun

    2005 tentang Pengadaan

    Pembangunan Untuk

    Kepentingan Umum

    sebagaimana telah diubah

    dengan Perpres No. 65 Tahun

    2005

    Undang-undang No. 41 Tahun

    1999 tentang Kehutanan

    Peraturan Pemerintah No. 10

    Tahun 2010 tentang Tata Cara

    Perubahan Peruntukan dan

    Fungsi Kawasan Hutan

    Peraturan Menteri Kehutanan

    No. P.43/Menhut II/2008 tentang

    Pedoman Pinjam Pakai Kawasan

    Hutan

    Proyek-proyek infrastruktur dengan lingkup tertentu memerlukan

    analisis dampak lingkungan (AMDAL) sebelum proyek tersebut

    diimplementasikan. Analisa ini harus mendapat persetujuan dari

    badan pemerintah yang berwenang sebagaimana tercantum di dalamperaturan-peraturan yang ada.

    Berdasarkan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010, dukungan peme -

    rintah dapat berupa pembebasan tanah untuk proyek tersebut,

    dimana hal ini harus dilakukan sebelum tender proyek dilakukan.

    Tergantung pada kelayakan pembiayaan proyek, Badan Usaha dapat

    diminta untuk membayar sebagian atau seluruh kebutuhan biaya pem-

    bebasan tanah yang diperolehnya kepada GCA. Kebutuhan dana terse-

    but akan dimuat dalam dokumen tender.

    Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden No. 65

    Tahun 2006 mengatur prosedur bagi Pemerintah dalam rangka pe-

    nguasaan tanah. Untuk mempercepat pembebasan tanah, pemerintah

    akan membentuk panitia untuk pembebasan tanah, dimana selanjut-

    nya panitia akan menunjuk penilai tanah yang independen untuk

    menentukan harga tanah. Dalam hal panitia pembebasan tanah dan

    pemilik tanah tidak dapat menyepakati nilai kompensasi, maka Peme -

    rintah dapat menetapkan nilai kompensasi dan menitipkan kompen-

    sasi ini di Pengadilan Negeri, sehingga memberikan hak kepada

    pemerintah untuk menggunakan lahan tersebut. Peraturan ini juga

    menyatakan bahwa dalam hal pemerintah telah menetapkan suatu

    kawasan tertentu untuk pelaksanaan proyek infrastruktur, maka pihak

    yang bermaksud untuk membeli tanah di kawasan tersebut harus ter-

    lebih dahulu memperoleh persetujuan dari Pemerintah.

    Kawasan hutan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang bukan

    kegiatan kehutanan berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu

    sebagaimana diatur oleh Menteri Kehutanan.

    Topik Undang-undang & Peraturan Butir-butir Penting

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    18/4812 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Topik

    Tata Ruang

    dan Wilayah

    Penyelesaian

    Perselisihan

    Peraturan

    Perusahaan dan

    Tanggungjawab

    Sosial

    Perusahaan

    Penilaian yang

    layak dari BUMN

    Batas

    Maksimum

    Pemberian

    Kredit Bank

    Undang-undang & Peraturan

    Undang-undang No. 26 Tahun

    2007 tentang Tata Ruang dan

    wilayah

    Peraturan Pemerintah No. 26Tahun 2008 tentang Tatar

    Ruang dan Wilayah Nasional

    Undang-undang No. 30 Tahun 1999

    tentang Arbitrase dan Alternatif

    Penyelesaian Sengketa

    Undang-undang No. 40 Tahun 2007

    tentang Perseroan Terbatas

    Undang-undang No. 19 Tahun 2003

    tentang Badan Usaha Milik Negara

    Undang-undang No. 7 Tahun

    1992 tentang Perbankan

    Undang-undang No. 10 Tahun

    1998 tentangAmendemen

    Undang-undang no. 7 Tahun

    1992

    Butir-butir Penting

    Pemerintah pusat akan mempersiapkan Tata Ruang dan Wilayah

    Nasional, pemerintah provinsi akan mempersiapkan Tata Ruang

    dan Wilayah Provinsi, dan pemerintah kabupaten akan mem-

    persiapkan Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten. Penggunaanlahan akan disesuaikan dengan rencana tata Ruang dan

    Wilayah. Pemerintah akan mengendalikan penggunaannya

    melalui perijinan, zonasi, insentif, dis-insentif dan penalti.

    Para Pihak di dalam perjanjian mempunyai hak untuk menentukan

    prosedur penyelesaian sengketa dan forum untuk menyelesaikan

    perselisihannya, seperti arbitrase baik di Indonesia ataupun di luar

    wilayah Indonesia, atau di Pengadilan Indonesia. Peraturan tidak mem-

    bedakan antara arbitrase nasional dan arbitrase internasional,

    meskipun prosedur untuk pelaksanaan putusan arbitrase nasional dan

    arbitrase internasional berbeda. Peraturan ini tidak saja berdasarkan

    pada ketentuan hukum UNCITRAL, tetapi mencakup dari beberapa

    prinsip hukum.

    Pemerintah telah meratikasi Konvensi New York Tahun 1958 tentang

    Pengakuan dan Pelaksaan Putusan Arbitrase Asing. Berdasarkan kon-

    vensi ini, putusan arbitrase asing dapat diterapkan di Indonesia.

    Peraturan ini mengatur tentang prosedur pendirian perseroan terbatas.

    Peraturan ini mensyaratkan dalam perseroan terbatas harus dimiliki oleh

    minimal 2 pemegang saham. Peraturan ini juga mengatur bahwa

    perseroan yang menjalankan kegiatan usaha pemanfaatan sumber daya

    alam atau yang kegiatan usahanya memberikan pengaruh tehadapdampak lingkungan hidup, harus melaksanakan program tanggung

    jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

    Pelaksanaan CSR akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

    Pemerintah dapat mengalihkan kewajibannya untuk memberikan

    layanan kepada publik, kepada perusahaan-perusahaan milik Negara.

    Dalam hal tugas/kewajban tersebut bukan untuk kepentingan komer-

    sial, Pemerintah akan memberikan kompensasi kepada setiap perusa-

    haan Negara tersebut. Dengan adanya hal ini, maka Pemerintah

    berkewajiban berupaya agar seluruh badan usaha milik Negara dapat

    memberikan layanan kepada publik sebagaimana dilakukan oleh

    Pemerintah.

    Fasilitas pemberian kredit dari perbankan untuk badan usaha atau

    kelompok badan usaha harus tidak melewati batas maksimum pem-

    berian kredit. Batas Maksimum Pemberian Kredit adalah sebesar 30%

    dari modal dasar bank tersebut, namun Bank Sentral dapat menen-

    tukan batas maksimum pemberian kredit lebih rendah dari 30% dari

    modal dasar bank tersebut.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    19/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    SELEKSI YANG KOMPETITIF DAN

    KETERBUKAAN

    Penunjukan proyek infrastruktur secara langsung tidak lagi

    diperbolehkan. Persaingan melalui tender telah diwajibkan

    untuk semua proyek KPS. Proses-proses dan faktor-faktor

    yang harus dilakukan dan dipertimbangkan dalam tender

    yang kompetitif telah diatur didalam peraturan KPS dan se-

    jumlah peraturan perundang-undangan serta peraturanpelaksana.

    PERAN PEMERINTAH DAERAH

    Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia mengambil

    langkah besar untuk mendelegasikan kewenangan yang

    lebih besar kepada pemerintah daerah: kota, kabupaten

    dan propinsi. Otonomi daerah kini secara nyata tercermin

    dalam semua peraturan khusus sektoral dan peraturan KPS.Pada umumnya, Government Contracting Agency (GCA) akan

    menjadi unit pemerintah yang mengatur sesuai letak

    geogras proyek dijalankan. Misalnya, untuk proyek

    dengan cakupan kota, yang menjadi GCA-nya adalah

    administrasi kota yang diwakili oleh Walikota; untuk proyek

    yang terbatas untuk kabupaten, GCA-nya merupakan

    badan kabupaten yang diwakili oleh Bupati; untuk proyek

    lintas kabupaten tetapi masih terletak dalam suatu propinsi,

    pemerintah propinsi akan bertindak sebagai GCA yang

    dalam hal ini diwakili oleh Gubernur; dan untuk proyek

    lintas propinsi, pemerintah pusat yang diwakili oleh Menteri

    atau kepala suatu instansi pemerintah yang akan menjadiGCA-nya. Pemerintah, melalui P3CU, secara aktif berusaha

    untuk memperkuat kemampuan pemerintah daerah untuk

    dapat melakukan persiapan dan pelaksanaan proyek-

    proyek KPS.

    INDONESIA mempunyai sejarah yang panjang tentang

    pengembangan infrastruktur KPS. Misalnya, pada tahun

    1990an, Pemerintah mempromosikan perusahaan peng-

    hasil tenaga listrik atau Independent Power Producers (IPPs)

    dan program Kerja Sama Operasi (KSO) untuk ekspansi

    telekomunikasi, dan sejumlah proyek jalan tol dibangun

    berdasarkan KPS. Namun demikian, hal-hal sebagaimana

    dimaksud di atas dilakukan berdasarkan penunjukkan

    tanpa adanya kompetisi. Tingkat kesuksesan proyek-proyek

    terdahulu sangat terbatas, dalam beberapa kasus bahkanmengalami perselisihan dan kontrak harus dirundingkan

    kembali.

    Dalam satu dasawarsa terakhir ini, terdapat tiga perubahan

    kebijakan fundamental di Indonesia yang telah membentuk

    program KPS pada saat ini dan mengatasi kekurangan-

    kekurangan pengaturan KPS terdahulu.

    PEMERATAAN DAN KETERBUKAANLAPANGAN KEGIATAN

    Beberapa peraturan perundang-undangan sebagaimana

    dimaksud di atas telah menghapuskan peran monopoli dari

    badan usaha yang dimiliki atau dikelola oleh negara dalam

    kegiatan infrastruktur. Meskipun dalam beberapa sektor,

    suatu perusahaan milik negara merupakan off-takersecara

    de facto atas proyek KPS, namun pada umumnya tidak ada

    persyaratan bagi investor swasta harus bermitra dengan pe-

    rusahaan milik negara (meskipun dalam beberapa proyek

    di daerah, GCA mensyaratkan bahwa tender yang dilakukanoleh Sponsor Proyek dalam pendirian badan usaha dimiliki

    secara minoritas oleh perusahaan milik negara, biasanya

    perusahaan pembangunan daerah). Berdasarkan daftar

    negatif investasi sebagaimana dimaksud di atas, para in-

    vestor asing dan lokal dapat menempatkan modal di semua

    sektor infrastruktur sesuai dan dengan memperhatikan

    peraturan khusus sektoral dan proses KPS yang lebih umum

    sebagaimana diatur dalam peraturan-peraturan KPS.

    1.5 HAL HAL POKOK DALAMPROGRAM KPS DI INDONESIA

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    20/48

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    21/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    ProsesPembangunan Pelaksanaan KPS

    2.1 Tinjauan singkat Proses

    Pengembangan dan Pelaksanaan KPS

    2.2 Pemilihan Proyek

    2.3 Konsultasi Publik

    2.4 Studi Kelayakan

    2.5 Tinjauan Risiko

    2.6 Bentuk Kerjasama2.7 Dukungan Pemerintah

    2.8 Pengadaan

    2.9 Pelaksanaan Proyek

    2.10 Pemantauan

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    22/4816 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    1. Pemilihan Proyek merupakan proses dimana GCA akan

    mengindentifikasi dan memprioritasikan proyek-proyek

    infrastruktur KPS yang berpotensi.

    2. Konsultasi Publik adalah upaya yang dilakukan oleh

    GCA untuk mendapatkan saran dari publik pada umum-

    nya dan calon developers dan pemberi pinjaman untuk

    membantu pembentukan rancangan proyek.

    3. Studi Kelayakan adalah rancangan teknis, komersial

    dan kontraktual proyek yang memadai untuk memfa-

    silitasi tender proyek kepada mitra-mitra pihak swasta.

    Studi Kelayakan akan dilakukan oleh GCA yang harusdiselesaikan sebelum proyek ditenderkan.

    4. Tinjauan Risiko adalah pengidentifikasian berbagai

    risiko dalam proyek dan hal-hal yang dapat mengurangi

    risiko tersebut, dan usulan pengalihan risiko tersebut

    oleh berbagai pihak kepada PK. Pada umumnya, tin-

    jauan risiko ini dilakukan dan merupakan bagian dari

    Studi Kelayakan.

    5. Bentuk Kerja Sama merupakan tinjauan agar kemi-

    traan KPS di-strukturkan untuk mengoptimalkan nilai

    bagi publik dan pada saat yang bersamaan tidak me-

    ngurangi minat dari mitra swasta. Pada umumnya,

    Bentuk Kerja Sama ini dilakukan sebagai bagian dari

    Studi Kelayakan.

    6. Dukungan Pemerintah merupakan determinasi atas

    jumlah dan posisi pemerintah yang dapat dikon-

    tribusikan oleh pemerintah terhadap suatu proyek,

    dalam suatu mekanisme, misalnya insentif pajak,

    pembebasan tanah, dukungan/jaminan bersyarat,

    pembiayaan langsung dan lain-lain. Pada umumnya,Dukungan Pemerintah dilakukan bertujuan untuk

    mengetahui potensi kelayakannya secara perbankan

    terhadap suatu proyek.

    7. Pengadaan merupakan pengembangan dari paket

    tender, dan proses tender secara keseluruhan yang

    dimulai sebelum proses kualifikasi sampai dengan

    penandatanganan kontrak.

    7.Pengadaan

    8.Pelaksanaan

    2.Konsultasi

    Publik

    3.Studi

    Kelayakan

    4.TinjauanRisiko

    5.Bentuk

    Kerjasama

    6.DukunganPemerintah

    9.Pemantauan

    1.PemilihanProyek

    PROYEK BERDASARKAN INISIASI PEMERINTAH SOLICITED

    Untuk proyek yang berdasarkan inisiasi Pemerintah (Solicited) harus melalui sembilan tahapan sebagaimana di uraikan

    dibawah ini:

    2 .1 T INJAUAN SINGKAT PROSESPENGEMBANGAN DANPELAKSANAAN KPS

    Baik terhadap Proyek KPS yang dilakukan berdasarkan inisiasi

    pemerintah (Solicited) maupun swasta (Unsolicited), mengikutiketentuan umum yang diterapkan dalam proses pengembangandan pelaksanaannya. Namun demikian, ketentuan Pemerintahdan Badan Usaha dibedakan sesuai dengan pendekatan yangakan dilakukan.

    PROSES Investasi KPS terdiri dari 9 tahapan sebagaimana diuraikan dibawah ini. Masing-masing tahapan akan dijelaskan

    dalam brosur ini.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    23/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    PROYEK BERDASARKAN INISIASI

    SWASTA(Unsolicited)

    Badan Usaha dapat mengembangkan proyek berdasarkan

    inisiasi swasta apabila proyek tersebut:

    Belum termasuk/terdaftar dalam rencana pokok (master

    plan) di sektor terkait;

    Dapat secara teknis terintegrasi dengan rencana pokok

    dari sektor terkait;

    Secara ekonomi dan nansial dinilai layak; dan

    Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah dalam bentuk

    kontribusi skal, misalnya tidak perlu bantuan secara

    langsung.

    Proses pengembangan Proyek berdasarkan inisiasi swasta

    (Unsolicited) sama dengan Proyek berdasarkan inisiasiPemerintah (Solicited), kecuali pada tahap (1) sampai (6)

    dilakukan oleh pihak swasta yang memprakarsai proyek

    tersebut (pemrakarsa proyek), bukan oleh GCA.

    Apabila GCA menerima proposal konsep proyek berikut

    dokumentasi yang terkait, CGA akan melakukan pengadaan

    dalam jumlah yang sama dengan proyek dengan permo-

    honan, kecuali pemrakarsa proyek menerima salah satu for-

    mulir kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Perpres

    13/2010. Berdasarkan peraturan tersebut, pemrakarsa

    proyek dapat menerima poin tambahan pada tahap

    evaluasi, hak untuk mencocokkan penawaran dari penawar

    peringkat pertama atau mendapatkan kompensasi nansial

    untuk pekerjaan dan kekayaan intelektual sebagai hasil dari

    Studi Kelayakan. Untuk memanfaatkan salah satu dari dua

    formulir pertama dari kompensasi yang terdaftar, pem-

    rakarsa proyek harus berpartisipasi dalam tender. Formulir

    ketiga dari kompensasi tersebut hanya tersedia jika pem-

    rakarsa proyek tidak berpartisipasi dalam tender.

    8. Pelaksanaan termasuk pendirian Perusahan Proyek

    oleh Sponsor Proyek, pembiayaan, kegiatan konstruksi,

    pelaksanaan awal dan pengoperasian proyek oleh

    Badan usaha.

    9. Pemantauan adalah pemantauan terhadap kinerja

    Badan Usaha oleh GCA sebagaimana diatur dalam PK.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    24/4818 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    PROJECT SELECTION

    2. Denisi daripada kriteria dan bobot terkait untuk me-

    nyaring dan mendahulukan proyek-proyek untuk

    pengembangan KPS. Ini termasuk faktor-faktor seperti

    prioritisasi GCA, kemampuan nansial dan ekonomi,

    dampak sosio-ekonomi, bantuan pemerintah yang

    diperlukan, risiko dan penanganan risiko, kesiapan

    proyek dan lain lain.

    3. Setelah proyek dan kriteria telah ditentukan, GCA akan

    memprediksikan dampak kuantitatif dan kualitatif dari

    setiap proyek dalam hal kriteria tertentu. Ini merupakan

    tahap awal dalam proses pengembangan proyek, oleh

    karenanya analisis pendukung akan dibatasi sedapatnya

    dan estimasi merupakan hal yang bersifat kira-kira.

    4. GCA menghitung nilai yang relative untuk setiap kriteriapada setiap proyek.

    5. Nilai tersebut akan diambil, dikumpulkan dan diban-

    dingkan dengan proyek-proyek yang bersifat prioritas.

    GCA kemudian akan melakukan persiapan terhadap

    proyek-proyek yang terpilih.

    Untuk proyek-proyek berdasarkan inisiasi swasta (Unso-

    licited), pemrakarsa proyek harus melakukan analisis yang

    serupa sebagai dasar diskusi dengan GCA. Ini akan mem-

    bantu menentukan ketertarikan GCA terhadap proyek yangdiusulkan tersebut.

    Hasil daripada proses pemilihan proyek oleh GCA di seluruh

    Indonesia akan dikumpulkan dan diterbitkan menjadi

    sebuah Buku KPS oleh P3CU.

    PEMILIHAN sproyek terdiri dari proyek identikasi dan

    prioritisasi. Indonesia mempunyai kebutuhan infrastruktur

    yang tinggi, tetap tidak semua proyek diperlukan dan cocok

    untuk dikategorikan sebagai proyek KPS. Mengingat

    sumber daya Pemerintah dan mitra-mitra swasta yang

    terbatas, pemilihan proyek menentukan kemana sumber

    daya yang terbatas ini seharusnya digunakan.

    Tujuan daripada tahap pemilihan proyek ini adalah untuk

    mengindentikasi proyek-proyek yang dapat menarik

    mitra-mitra swasta dan memaksimalkan keuntungan

    publik, dengan memperhatikan kebijakan dan tujuan

    Pemerintah, serta sumber daya yang terbatas dan kesiapan

    proyek tersebut. Proses pemilihan proyek penting bagi para

    penanam modal untuk meyakinkan mereka bahwa suatu

    proyek tertentu mempunyai alasan ekonomis dan politisyang membuatnya tidak mudah untuk dihentikan,

    dialihkan atau secara menyeluruh diamandemen.

    Proyek yang berpotensi yang teridentikasi oleh GCA akan

    dicantumkan dalam rencana pokok GCA dan akan men-

    jadi proyek dengan permohonan. Dalam kasus-kasus ter-

    tentu, proyek dapat diidentikasi dan didahukukan melalui

    metodologi perencanaan, seperti perencanaan sistem biaya

    terendah untuk memproduksi listrik. Namun demikian,

    dalam kasus-kasus lainnya, sesuatu GCA dapat memiliki

    banyak pilihan atas proyek-proyek yang berpotensi namun

    tidak didasari oleh perencanaan yang matang. P3CU mem-promosikan penggunaan sarana-sarana seperti Multi Crite-

    ria Analysis (MCA) oleh GCA agar secara sistematis

    menyaring dan mendahukukan proyek-proyek KPS. MCA

    terdiri dari tahap-tahap dibawah ini:

    1. Denisi daripada kandidat proyek infrastruktur ber-

    dasarkan rencana pengembangan, strategi dan kebi-

    jakan GCA.

    2.2 P EM IL IHAN P ROYEKPemerintah Indonesia memberikan proyek-proyek KPS kepada mitra-

    mitra dari pihak swasta berdasarkan beberapa alasan. Proyek-proyek

    tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Buku KPS milik Pemerintah,

    yang P3CU perbaharui dan diumumkan kepada publik setiap tahun.

    Pengembang dapat mengusulkan proyek-proyek berdasarkan inisiasi

    swasta (Unsolicited), tetapi mereka diwajibkan untuk menunjukan

    alasan yang kuat terhadap proyek yang diusulkan tersebut.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    25/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Periode Sebelum Penunjukan Proyek

    Sebelum proyek KPS diberikan kepada suatu mitra swasta

    secara sah, GCA (atau kontraktornya) akan melakukan

    konsultasi publik mengenai penerimaan secara umum

    proyek tersebut oleh para pihak yang tekait, dan penja-

    jakan pasar atau market sounding untuk mendapatkan

    saran dari calon mitra-mitra swasta tentang bagaimana

    proyek dapat distrukturisasi secara optimal. Hal ini pada

    umumnya akan menjadi bagian dari Studi Kelayakan dan

    secara ideal akan dilakukan sedini mungkin dalam siklus

    proyek sehingga pandangan dan saran para pihak yang

    berpengaruh dapat diikut sertakan ke dalam rancangan

    dan perencanaan proyek.

    Untuk proyek-proyek berdasarkan inisiasi swasta (Unso-

    licited), pemrakarsa proyek diharapkan akan melaksanakan

    konsultasi sebelum dan sesudah pengesahan.

    Periode Sesudah Penunjukan Proyek

    Setelah melakukan pengesahan atas pemberian proyek

    KPS, mitra swasta harus dapat memimpin proses kon-

    sultasi publik yang berjalan. Ini diperlukan untuk

    mengurangi timbulnya masalah pada saat tahap

    konstruksi, untuk mendukung upaya pengambilalihan

    tanah (apabila tanah belum dibebaskan), dan untuk

    menyediakan masukan-masukan kepada pihak-pihak

    berkepentingan pada saat tahap pelaksanaan. Konsul-

    tasi ini mencakup hal-hal yang lebih luas bagi pihak-

    pihak bekepentingan, termasuk program CSR yang

    mana kemungkinan akan dikelola oleh mitra swasta.

    KONSULTASI publik merupakan proses GCA untuk

    mendapatkan saran-saran yang diperlukan dan mengenai

    rancangan suatu proyek tertentu dari para pihak diluar

    pemerintah. Ini termasuk pihak publik dan pihak yang

    berkepentingan lainnya seperti calon sponsor dan pemberi

    pinjaman proyek. Konsultasi publik ini bertujuan untuk

    meningkatkan esiensi, transparansi dan peran serta publik

    dalam proyek KPS dan agar proyek-proyek dapat ditender,

    didanai dan dilaksanakan secara baik. Banyak sektor

    tertentu dan peraturan KPS yang mendasari, dan dalam

    kasus tertentu yang mewajibkan, konsultasi publik.

    Konsultasi publik dilakukan sepanjang persiapan dan

    implementasi proyek. Pihak terkait bertanggung jawab atas

    konsultasi ini tergantung pada tahapan proyek.

    PROJECT SELECTION2.3 KONSULTASI PUB LIKProyek-proyek infrastruktur KPS yang ditawarkan oleh Pemerintah

    Indonesia telah direncanakan berdasarkan saran-saran dari pihak

    pemerintah dan calon mitra swasta dan pemberi pinjaman. Keterikatan

    awal pihak-pihak yang berkepentingan ini membantu memastikan

    bahwa proyek tersebut akan berjalan lancar.

    Mitra-mitra swasta diharapkan untuk melanjutkan konsultasi publik dan

    program tanggung jawab social perusahaan atau corporate social responsi-

    bility (CSR) miliknya selama tahap pengembangan dan pelaksanaan proyek.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    26/4820 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    FEASIBILITY STUDY

    TANGGUNGjawab untuk mempersiapkan studi kelayakan

    tergantung pada, apakah suatu proyek tertentu merupakan

    proyek Solicited ataupun Unsolicited. Untuk proyek Solicited,

    GCA diwajibkan untuk melakukan Studi Kelayakan atau

    Feasibility Study (FS). Untuk proyek Unsolicited, pemrakarsa

    proyek diwajibkan untuk menyiapkan FS, dan berhak untuk

    meminta agar biaya-biaya Studi Kelayakan tersebut

    dibayarkan oleh pemenang tender dalam hal pemrakarsa

    proyek tidak berpartisipasi dalam tender proyek tersebut.

    Sebagian dari peraturan-peraturan khusus sektoral

    mengatur tentang isi suatu Studi Kelayakan. Misalnya,

    Menteri Pekerjaan Umum telah menerbitkan peraturan-

    peraturan yang mengatur tentang muatan Studi Kelayakan

    tentang jalan. Sementara itu, peraturan-peraturan khusus

    sektoral dapat diberlakukan untuk proyek-proyek tertentu,

    dengan menggunakan persyaratan minimum yang berlaku

    umum terhadap Studi Kelayakan KPS sebagaimana diatur

    dalam peraturan-peraturan lintas sektoral yang berlaku,

    seperti Perpres 67/2005, Perpres 13/2010 dan Peraturan

    Menteri Keuangan 38/2006.

    Beberapa peraturan membedakan antara pra-studi ke-

    layakan dan studi kelayakan. Pra-studi kelayakan secara

    umum diartikan sebagai studi yang dibuat tidak terlalu

    rinci, kemungkinan secara keseluruhan hanya terdiri 25

    sampai 100 halaman dan sebagian besar diperoleh dari

    data sekunder. Sedangkan dilain pihak, studi kelayakan

    pada umumnya terdiri dari ratusan halaman dan diperoleh

    dari data primer atau merupakan kompilasi dari data

    primer. Studi kelayakan menyediakan pembahasan yang

    lebih detail mengenai rancangan proyek.

    Beberapa peraturan yang berlaku saat ini, mewajibkan

    adanya studi kelayakan untuk proyek-proyek Solicited dan

    Unsolicitedyang memerlukan dukungan dari pemerintah.

    Pra- studi kelayakan diperlukan bagi semua proyek KPS.

    Panduan ini menggunakan istilah Studi Kelayakan yang

    dapat berarti studi kelayakan atau pra-studi kelayakan

    berikut dokumentasi lainnya yang disertakan dan yang

    terkait.

    Studi Kelayakan terdiri dari rancangan dasar proyek berikut

    analisa keuangan dan dokumentasi lainnya sebagaimana

    diatur dalam peraturan-peraturan yang berlaku: bentuk

    kerja sama yang diusulkan serta tingkatan dan jenis

    dukungan pemerintah yang diperlukan, rencana pelak-

    sanaan, hasil dari konsultasi publik dan lain-lain, seba-

    gaimana disebutkan dalam Panduan ini.

    Oleh karena itu, Studi Kelayakan dilakukan untuk meme-

    nuhi peraturan-peraturan yang berlaku, menyediakan dasarpertimbangan untuk menentukan keputusan dijalankan-

    nya proyek KPS dan menentukan besarnya dukungan pe-

    merintah yang diperlukan. Namun demikian, Studi

    Kelayakan bukan merupakan pengaturan tentang hal-hal

    yang perlu diajukan oleh badan usaha ketika akan

    mengikuti tender proyek. Sementara dokumen-dokumen

    tender yang terkait harus mengacu kepada hasil Studi Ke-

    layakan, peserta tender pada umumnya mempunyai kele-

    luasaan untuk mengajukan solusi yang inovatif untuk dapat

    mengurangi biaya dan/atau meningkatkan kualitas. Apabila

    dimungkinkan, dokumen-dokumen tender tersebut me-

    muat hasil yang diharapkan dari suatu proyek dan tidak

    sekedar memuat saran-saran yang diperlukan.

    Proses penyiapan Studi Kelayakan untuk proyek-proyek KPS

    dengan permohonan adalah sebagai berikut. Proyek tanpa

    permohonan juga mengikuti proses yang sama, tetapi

    dalam hal ini pemrakarsa proyek adalah pihak yang

    bertanggung jawab dan bukan GCA:

    GCA mengindentikasi proyek-proyek yang diprio-

    ritaskan, termasuk prol pokok dari proyek. Proyek ini

    selanjutnya dapat dikaji dan diprioritasi lebih lanjut oleh

    P3CU, khususnya apabila GCA memerlukan dukungan

    pemerintah, atau bantuan teknis atau dukungan

    promosi dari P3CU;

    GCA menunjuk Konsultan Studi Kelayakan. Pengadaan

    konsultan ini dapat dilakukan oleh P3CU berdasarkan

    permintaan GCA . Pengadaan konsultan ini harus sesuai

    dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003. Acuan

    2.4 STUDI KELAYAK ANPeraturan mengenai KPS di Indonesia mewajibkan dilakukannya studi

    kelayakan atau pra-studi kelayakan untuk proyek infrastruktur KPS

    sebelum mengikuti proses tender. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

    memastikan terhadap rancangan hukum, teknis dan komersial apa saja

    yang diperlukan oleh proyek-proyek yang ditawarkan kepada pihak swasta.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    27/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    Pelaksanaan atau Terms of Reference (TOR) untuk

    Konsultan Studi Kelayakan harus memuat sedikitnya

    cakupan sebagaimana dimaksud dibawah ini;

    Konsultan Studi Kelayakan menyediakan Studi Ke-

    layakan, yang harus memuat cakupan:

    Pengkajian mengenai perundang-undangan dan

    peraturan-peraturan yang berlaku sehubungan

    dengan rancangan dan pelaksanaan proyek yang

    berkelanjutan;

    Mengidentikasi dan menentukan spesikasi opsi

    rancangan teknis secara rinci yang mencantumkan

    perkiraan biaya proyek dan konsisten pada tingkat

    kerinciannya sebagaimana diinginkan dalam suatupra-studi kelayakan atau studi kelayakan, mana yang

    diberlakukan;

    Konsultasi Publik dan penjajakan pasar awal menge-

    nai persepsi dari pihak yang berkepentingan atas

    pilihan proyek yang digunakan untuk pilihannya

    tersebut;

    Evaluasi awal terhadap masalah pendanaan untuk

    memilih proyek yang akan dijalankan. Evaluasi ini

    pada umumnya termasuk analisis tentang per-

    mintaan dan penentuan tarif untuk setiap opsi dan

    analisa tentang keuntungan dan kerugian sosial

    yang diperlukan dalam melakukan penilaian secara

    ekonomis;

    Tinjauan Terhadap Risiko, termasuk persiapan cara

    penghitungan risiko untuk proyek yang berpeluang;

    Mengindentikasi dan menilai bentuk kerja sama

    untuk pelaksanaan proyek yang mempunyai

    peluang untuk dapat diimplementasikan, dengan

    memperhatikan hasil tinjauan terhadap risiko.Tinjauan terhadap bentuk kerjasama akan mem-

    pengaruhi analisis keuangan yang digunakan;

    Identikasi atas pilihan pendanaan untuk proyek yang

    berpeluang berdasarkan bentuk kerja sama yang

    dipilih, dan evaluasi atas pendanaan proyek tersebut

    untuk menilai kemampuan secara nansial dan

    kelayakannya secara perbankan, serta menentukan

    bentuk dan besarnya dukungan pemerintah yang

    diperlukan, jika ada;

    Studi terhadap dampak lingkungan dan analisissosial lainnya tentang kesehatan, keselamatan dan

    lingkungan dapat dimasukkan sebagai cakupan

    Studi Kelayakan, atau dibuat secara terpisah;

    Konsultasi publik yang terakhir atau nal dan penja-

    jakan pasar (market sounding) dilakukan untuk

    mengkonrmasi rancangan proyek yang diusulkan;

    Persiapan rencana pelaksanaan menjelaskan proses

    tahapan sampai tingkatan yang tinggi yang diper-

    lukan untuk mencapai operasi komersial, waktu

    serta tanggung jawab masing-masing; dan,

    Kompilasi Studi Kelayakan yang bersifat nal terma-

    suk didalamnya adalah dokumentasi dari akitivitas-

    aktivitas sebagaimana dimaksud di atas.

    GCA mengavaluasi Studi Kelayakan secara menyeluruh

    untuk memastikan bahwa hal tersebut telah sesuai

    dengan acuan-acuan dari Konsultan Studi Kelayakan,

    sebagaimana yang disyaratkan dalam Perpres 67/2005,

    Perpres 13/2010, Peraturan Menteri Keuangan 38/2006

    dan peraturan-peraturan lainnya yang berlaku, dan

    untuk menentukan apakah pihaknya akan untuk men-

    jalankan proyek tersebut. Evaluasi ini dapat dilakukan

    dengan bekerja sama dengan P3CU, khususnya apabila

    Konsultan Studi Kelayakan ditunjuk pula oleh P3CU atas

    permintaan CGA;

    Apabila GCA menyetujui Studi Kelayakan, maka

    dukungan pemerintah (apabila diperlukan) dapat di-

    mohonkan. Apabila dukungan pemerintah ini tidak

    diperlukan, GCA dapat langsung melanjutkan ke tahap

    pelaksanaan tender dari badan usaha untuk melak-

    sanakan kerjasama proyek;

    Studi Kelayakan pada umumnya merupakan salah satu

    diantara informasi yang disediakan untuk peserta

    tender.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    28/4822 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    P3CU bekerjasama dengan GCA memastikan bahwa risiko

    proyek secara jelas dapat diidentikasikan dan dialihkan kepada

    berbagai pihak dalam proyek. Tinajauan terhadap risiko ini pada

    umumnya dilakukan pada saat Studi Kelayakan, dan hasil dari

    pengalihan risiko yang dimuatkan dalam rancangan PK harus

    dijadikan sebagai bagian dari dokumen-dokumen tender. Tin-

    jauan ini dilakukan secara menyeluruh dan mencakup seluruh

    aspek atas proyek tersebut dalam setiap tahapannya.

    Penjajakan pasar (market soundings) pada tahap awal menye-

    diakan informasi untuk mengidentikasi risiko-risiko yang

    besar pada suatu proyek. Hal ini kemudian akan dibahas secara

    lebih menyeluruh pada saat Studi Kelayakan dan persiapan CA.

    Contoh-contoh sebagian beberapa risiko pokok yang teriden-

    tikasi dalam proyek KPS di Indonesia dan pengelolaan dan pe-

    ngurangan risiko pada umumnya terdiri dari sebagai berikut:

    Pembebasan TanahTanah tidak selalu siap untuk digunakan di dalam pem-

    bangunan infrastruktur dan perolehannya sangat memer-

    lukan waktu yang lama dan tambahan biaya. Pemerintah

    saat ini berupaya untuk mendapatkan pendanaan dan

    mekanisme yang memungkinkan bagi Pemerintah untuk

    dapat melakukan pembelian tanah sebelum proyek di-

    mulai, yang mana Badan usaha dapat membayarkan kem-

    bali di kemudian hari. Khusus untuk proyek jalan tol,

    Pemerintah dpat menawarkan jaminan untuk menutupi

    tambahan biaya sebagai akibat dari mundurnya pembe-

    basan tanah atau naiknya biaya pembebasan tanah terse-

    but diatas batas tertentu (land capping). Selain itu,

    Pemerintah dapat menawarkan penjaminan untuk menu-tupi biaya tambahan yang mungkin terjadi karena adanya

    keterlambatan dalam proses pembebasan tanah atau

    adanya kenaikan biaya pembebasan tanah bila pengam-

    bilalihan tanah ini adalah tanggung jawab Badan Usaha.

    Tarif

    Pertimbangan politik dapat mempengaruhi perkembangan

    tarif pada masa mendatang yang dapat mengurangi tingkat

    tarif yang diperlukan untuk pengembalian biaya secara penuh.

    PK pada umumnya akan mengatur bagaimana tarif ditetapkan

    dan disesuaikan sejalan dengan waktu, dan Pemerintah dapat

    memberikan jaminan untuk menutupi kewajiban ini.

    Permintaan

    Penggunaan infrastruktur dapat saja tidak sesuai dengan

    perencanaan awal, yang akhirnya akan menyebabkan berku-

    rangnya pendapatan. Misalnya, sebagian proyek jalan tol dan

    jalan kereta api dianggap tidak layak secara nansial karena

    kurangnya arus transportasi dan penumpang, atau ketidak-

    layakan ini dapat juga dikarenakan oleh hal-hal yang tidak ter-

    tentu diluar perkiraan. Pemerintah, berdasarkan peraturan KPS

    yang berlaku, dapat menyediakan penjaminan apabila terjadi

    penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh tingkat peng-

    gunaan yang berada dibawah tingkat yang telah disepakati.

    Risiko Negara dan Risiko Politik

    Peringkat kredit Indonesia kini masih dibawah peringkat

    investasi. Penanam modal asing dapat melihat ini sebagaihambatan dari sisi keuangan internasional. Namun demikian,

    dalam 5 tahun kebelakang ini, Indonesia telah menunjukkan

    perubahan yang positif dan kondisi politik yang relatif stabil.

    Pemerintah dan bank-bank multilateral beserta aliasinya

    dapat menawarkan berbagai jenis jaminan dan asuransi

    untuk menangani suatu risiko.

    Kelayakan Kredit Pembeli Utama (Off-taker)

    Pembeli utama atau Off takerberjanji untuk membeli hasil

    proyek, seperti pembangkit listrik yang sedang mengalami ke-

    sulitan keuangan dimana hal ini menandakan adanya kemam-

    puan dalam melakukan pembayaran waktu yang telah

    ditentukan. Pembeli atau Off takeryang dimiliki negara sepertiPLN mempunyai rekam jejak yang baik untuk membayar pe-

    masok maupun kreditur asing, tetapi Sponsor Proyek dan

    pemberi pinjaman pada umumnya meminta jaminan tamba-

    han untuk mengurangi risiko pembayaran. Undang-undang

    Nomor 19 Tahun 2003 mengatur bahwa off-taker milik Negara,

    tidak akan terpengaruhi secara keuangan karena adanya ke-

    wajiban mereka untuk memberikan layanan kepada publik,

    dan Menteri Keuangan kini tengah menyiapkan jaminan

    dalam bentuk lain yang dapat mengurangi risiko tersebut.

    PROJECT SELECTION2 .5 T INJAUAN TERHADAP R IS IKOPemerintah Indonesia menyadari bahwa pengelolaan risiko yang jelasdiperlukan untuk mencapai kesuksesan dari proyek KPS. Peraturan-peraturan KPS di Indonesia mewajibkan risiko untuk dapat dialihkankepada pihak-pihak yang dapat mengelola risiko tersebut dengan sebaik-baiknya, dan bahwa tentang pengaturan pengalihan risiko ini merupakankesatuan dalam PK.

    Pemerintah memiliki beraneka macam instrumen untukmembantu mengurangi risiko-risiko tersebut dengan carapengelolaannya yang terbaik.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    29/48

    2. Parameter yang dapat mempengaruhi keberhasilan

    harus dapat diidentikasi. Ini termasuk diantaranya

    faktor sosial, kelembagaan, teknis dan ekonomi.

    3. Sejumlah metode pelaksanaan dievaluasi secara kuali-

    tatif yang relatif untuk menentukan metode mana yang

    paling menjanjikan.

    4. Mekanisme pengurangan risiko harus dapat dipertim-

    bangkan sehingga dapat mengubah atau memperbaiki

    kelayakan suatu metode pelaksanaan.

    5. Metode-metode pelaksanaan yang paling baik kemu-

    dian dievaluasi secara kuantitatif dengan menggunakan

    model nansial untuk menentukan metode mana yang

    mempunyai nilai bersih saat ini (Net Present Value) dalam

    batasan penghasilan yang paling tinggi. Batasan peng-

    hasilan diterapkan untuk mencerminkan kesiapan dari

    pengguna akhir untuk melakukan pembayaran ataumeniadakan biaya yang dibayarkan off-taker.

    Analisis sebagaimana dimaksud di atas dapat membantu

    untuk mengindentikasi metode pelaksanaan pengem-

    bangan proyek yang paling optimal, namun tidak dapat

    menjamin bahwa proyek ini layak secara perbankan

    (bankability). Bankability, misalnya kemampuan proyek

    untuk mendapatkan pembiayaan melalui pemberian

    kredit, dianggap sebagai bagian dari tahap berikutnya

    yaitu Dukungan Pemerintah. Kemampuan nansial pada

    umumnya diukur oleh Net Present Value dan Internal Rate

    of Return, namun bankabilitydiukur secara matrik, seperti

    Debt Service Cover Ratio.

    KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    KPS dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk

    termasuk diantaranya Build-Own-Operate (BOO), Build-Own-

    Transfer (BOT), Operate and Maintain, Lease-Develop-Operate

    (LDO).Tidak ada batasan tentang cara pelaksanaan KPS

    dalam suatu proyek di Indonesia, meskipun dengan syarat

    cara yang dipakai tersebut harus dapat menfasilitasi

    pengalihan risiko-risiko tertentu kepada pihak yang dinilaipaling baik dalam proses pengelolaannya.

    Di sejumlah negara, keputusan untuk melaksanakan suatu

    proyek berdasarkan KPS dan pemilihan pelaksanaan KPS

    adalah ditentukan berdasarkan analisis Value for Money

    (VfM). Analisis VfM yang tradisional menentukan apakah

    dengan pendekatan KPS, penyaluran jasa dan infrastruktur

    dapat dilakukan secara lebih efektif dan esien dalam hal

    biaya dibandingkan dengan pendekatan sektor publik yang

    standar, sebagaimana dimaksud dengan Pembanding

    Sektor Publik atau Public Sector Comparator (PSC).

    Meskipun demikian, pendekatan tradisional ini berasal

    pada asumsi yang tidak mencerminkan kondisi sebenarnya

    di Indonesia. Contohnya, analisis tradisional VfM menggu-

    nakan PSC secara implisit yang mengasumsikan bahwa

    pembangunan infrastruktur oleh sektor public/pemerintah

    merupakan pilihan yang realistis. Namun hal itu mungkin

    tidak berlaku di Indonesia karena adanya keterbatasan

    terhadap dana dan kapasitas dari pemerintahnya.

    Oleh karena itu, pendekatan alternatif yang telah

    dianjurkan untuk Indonesia sebagai berikut, berdasarkan

    yang telah dilakukan oleh Bank Pembangunan Inter-

    Amerika atau Inter-American Development Bank:

    1. Harus diberikan ruang lingkup yang luas mengenai cara

    pelaksanaan proyek yang seluruhnya dikuasi publik

    menjadi seluruhnya oleh swasta.

    2.6 BENTUK KERJASAMAProyek-proyek KPS di Indonesia dapat memanfaatkan segala bentuk

    kerjasama pemerintah dan swasta. Pemilihan bentuk kerjasama untuk

    proyek tertentu dilakukan berdasarkan hasil tinjauan risiko dan

    metoda Value of Money (VfM) yang dimodifikasi.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    30/4824 KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    ADA beberapa bentuk dukungan yang Pemerintah Indonesia

    dapat sediakan untuk proyek KPS termasuk diantaranya sebagai

    berikut:

    1. Dukungan Langsung

    GCA dapat memberikan kontribusi berupa fasilitas sik

    tertentu kepada proyek, pendanaan untuk biaya-biaya

    permodalan tertentu atau menyediakan subsidi-subsidi

    terhadap proyek. Kedua bentuk dukungan langsung yang

    terakhir ini, disediakan melalui anggaran belanja nasional

    atau daerah, yang harus disetujui terlebih dahulu oleh DPR

    atau DPRD. Dukungan langsung ini diperlukan saat proyek

    infrastruktur secara ekonomis dapat dilaksanakan namun

    tidak demikian berdasarkan kelayakan keuangannya.

    2. Pembebasan Tanah

    Salah satu bentuk dukungan yang penting untuk

    diberikan oleh GCA adalah dalam proses pembebasantanah untuk kebutuhan proyek. Pemenang tender di-

    wajibkan untuk membayar kembali biaya tanah tersebut

    kepada GCA, dan menutup biaya tersebut dengan peng-

    hasilan yang diterimanya dari proyek. Persyaratan seperti

    ini akan dimuat dalam dokument tender.

    3. Dukungan Bersyarat

    Dukungan Bersyarat merupakan jaminan oleh Pemerintah

    Pusat untuk membiayai suatu badan usaha dalam hal

    munculnya risiko tertentu. Pemerintah menawarkan jaminan-

    jaminan sebagaimana dimaksud di atas terhadap risiko-risiko

    yang dapat dikelola dengan baik dan mempunyai nilaiekonomis.

    Peraturan yang berlaku menyediakan jaminan-jaminan yang

    melingkupi risiko politik, risiko pelaksanaan proyek, dan risiko

    permintaan, risiko pelaksanaan Proyek termasuk diantaranya

    risiko-risiko yang disebabkan oleh keterlambatan pembe-

    basan tanah, biaya pembebasan tanah yang meningkat, pe-

    rubahan-perubahan pasca perjanjian mengenai spesi-

    kasi-spesikasi pelaksanaan, keterlambatan atau penurunan

    tarif yang lebih rendah daripada kontrak, atau keterlambatan

    dalam mendapatkan izin beroperasi. Risiko permintaan be-

    rarti risiko yang disebabkan oleh tingkat penghasilan nyata

    yang berada dibawah nilai jaminan penghasilan minimal

    karena rendahnya pemintaan dibandingkan kontrak.

    GCA mengajukan permintaan berupa suatu dukungan

    bersyarat yang dapat diberikan berdasarkan hal-hal yang

    ditemukan dalam Studi Kelayakan. Permintaan tersebut dikaji

    oleh KKPPI dengan dukungan dari P3CU, dievaluasi oleh RMU,

    disetujui oleh Menteri Keuangan dan dikelola oleh PT PII.

    4. Insentif Pajak

    Untuk jenis proyek tertentu, Pemerintah melalui Menteri Ke-

    uangan, dapat menyediakan insentif pajak bagi mitra-mitra

    swasta.

    5. Kawasan Ekonomi KhususBerdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

    Kawasan Ekonomi Khusus, Pemerintah dapat menyediakan in-

    sentif pajak dan perizinan untuk melakukan kegiatan-kegiatan

    usaha di Kawasan Ekonomi Khusus seperti sebagai berikut:

    Fasilitas Pajak Penghasilan

    Pengurangan Pajak Bumi Bangunan

    Fasilitas berupa pengurangan pajak terhadap barang

    impor yang masuk Kawasan Ekonomi Khusus.

    Fasilitas untuk mendapatkan izin usaha.

    Badan Usaha dapat mengusulkan suatu daerah untuk di-

    jadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Pemerintah kinisedang menyiapkan Peraturan Pemerintah untuk melak-

    sanakan Undang-undang tersebut.

    Pemerintah akan menentukan jenis dan tingkat dukungan

    pemerintah untuk setiap proyek tertentu berdasarkan analisis

    dukungan minimal yang diperlukan untuk mencapai tingkat

    kelayakan nansial dan bankability atas suatu proyek dengan

    bentuk kerjasama tertentu. Dukungan terhadap sebuah proyek

    akan dicatat dalam dokumen tender.

    PROJECT SELECTION2.7 DUKUNGAN P EMERINTAHPemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai macam mekanisme

    dukungan terhadap proyek infrastruktur KPS. Mekanisme dukunganyang tersedia untuk berbagai proyek tertentu, tergantung pada temuan-temuan yang ada dalam Studi Kelayakan berikut pengalihan risiko

    terkait dan pilihan bentuk kerjasama.

    Berbagai bentuk mekanisme dukungan terhadap suatu proyek tertentu

    akan dicantumkan pada dokumen tender.

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    31/48KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    GCA memilih mitra swastanya untuk pelaksanaan Proyek KPS

    melalui proses tender yang kompetitif. Proyek Solicited

    maupun Unsolicitedwajib mengikuti ketentuan ini. Meskipun

    demikian, suatu tender untuk proyek berdasarkan inisiasi

    swasta (Unsolicited), pemrakarsa proyek dapat menerima poin

    tambahan pada saat evaluasi tender, hak untuk menyamakanpenawaran dari peserta tender peringkat pertama, atau kom-

    pensasi dari GCA atau pemenang tender atas usaha dan

    kekayaan intelektual yang diperoleh dari Studi Kelayakan

    yang disiapkan apabila tidak mengikuti tender tersebut.

    Proses pengadaan tender dilakukan dalam tahap-tahap

    sebagai berikut:

    Persiapan Proyek

    Persiapan proyek dilakukan berdasarkan hasil Studi Kelayakan.

    Persiapan ini terdiri dari dokumen-dokumen tender, sistem

    evaluasi dan rancangan PK yang akan dilampirkan bersama

    dengan dokumen-dokumen tender, dan pendirian PanitiaPengadaan Tender atau Procurement Committee (PC). Segala

    dukungan Pemerintah harus telah diperoleh sebelum proses

    tender dan dicatat di dokumen-dokumen tender.

    Pra-kualifikasi

    GCA secara luas mengumumkan tender yang akan datang

    dan mengumumkannya untuk menarik minat para calon

    mitra-mitra swasta. PC mengevaluasi mitra-mitra yang

    berminat tersebut dengan mengacu kepada kriteria yang

    telah ditetapkan di awal, dan membuat daftar para peserta

    yang diperkenankan untuk mengikuti proses berikutnya

    dengan menyerahkan proposal yang komprehensif.

    Tender dan Evaluasi

    PC membagikan dokumen-dokumen tender kepada para pesertatender yang telah dipilah tersebut. Dokumen-dokumen tender ini

    mencantumkan tentang segala dukungan pemerintah yang akan

    disediakan dalam rangka proyek. Peserta tender akan diberikan

    90 sampai dengan 180 hari untuk menyiapkan dan menyerahkan

    proposal. PC kemudian membandingkan proposal-proposal ini

    mengacu pada kriteria sebagaimana dimaksud dalam dokumen-

    dokumen tender.

    Negosiasi

    Setelah GCA mengesahkan hasil evaluasi, PC mengundang

    peserta tender peringkat pertama untuk melakukan negosiasi

    atas CA. GCA mempunyai hak untuk menyatakan gagalnyanegosiasi apabila tidak terdapat cukup kemajuan dalam penca-

    paian kesepakatan. Apabila hal ini terjadi, GCA kemudian akan

    membatalkan tender atau mengalihkannya kepada peserta ten-

    der peringkat kedua.

    Pemberian Kontrak

    Setelah PC dan peserta tender tersebut mencapai kesepakatan,

    GCA mengesahkan hasil kesepakatan dan PC mengumumkan

    kontrak mereka secara luas.

    2.8 PENGADAANSemua proyek KPS Indonesia harus dilakukan lewat proses pengadaan

    yang kompetitif yang didahului oleh suatu proses yang struktural yang

    pada umumnya termasuk proses pra-kualifikasi.

    PersiapanProyek

    Pra-Kualifikasi:PemilihanPeserta Lelang

    Pelelangan danEvaluasi:PemilihanBadan Usaha

    Negosiasidengan PesertaLelang Prioritas

    PemberianKontrak

    GCA melakukan

    pengembangan

    proyek (pre-F,

    konsultasi

    publik,

    penjajakan

    pasar, dukungan

    pemerintah,

    analisa resiko,

    etc.)

    GCA mendirikan

    PC untukmelakukan

    pengadaan

    PC

    mempersiapkan

    dokumentasi

    pengadaanGCA

    Dimulai dari

    pengumuman

    public awal

    sampai dengan

    daar kandidat

    pre-kualifikasi

    yang dirafikasi

    oleh GCA

    PQ dapat memulai

    pada saat proyek

    telah disiapkan,

    termasukkomitmen atas

    dukungan

    pemerintah

    Kandidat dapat

    diberikan

    kesempatanuntuk

    mempertanyakan

    hasil PQ

    Dimulai dari

    penyaringankandidat

    pre-kualifikasisampai

    dengan peserta lelang

    prioritas telah

    dievaluasi, diberi

    peringkatdan

    dirafikasi oleh GCA

    Semua peserta

    lelang/kandidat pre-

    kualifikasidiundang

    untuk mengajukanproposal penuh

    Peserta lelangakan

    diberikan kesempatan

    untuk

    mempertanyakan

    hasil pelelangan

    Dimulai dari

    rafikasi peserta

    lelang prioritas

    sampai kontrak

    ditandatangani

    atauGCA

    menyatakan

    bahwa negosiasi

    gagal

    Dalam kondisi

    tertentu,

    jaminan lelangdapat menjadi

    milikGCA

    apabila

    negosiasigagal

    SaatGCA dan

    peserta lelang

    yang dipilih telah

    menandatangani

    kontrak, PC akan

    mengumumkan

    Pemberitahuan

    PemenangLelang

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    32/4826

    12. Pengawasan terhadap Badan Usaha dalam pelak-

    sanaan pengadaan;

    13. Penggunaan dan kepemilikan aset infrastruktur

    pada saat proyek berlangsung;

    14. Pengembalian asset infrastruktur dan/atau mana-

    jemen infrastruktur kepada GCA;

    15. Keadaan Memaksa;

    16. Pernyataan dan jaminan dari masing-masing pihak

    bahwa Perjanjian Kerjasama ini mengikat dan telah

    sesuai dengan peraturan perundang-undangandan ketentuan yang berlaku;

    17. Penggunaan bahasa Indonesia dalam PK. Apabila

    PK dibuat dalam lebih dari satu bahasa, maka ba-

    hasa Indonesia yang berlaku;

    18. Hukum yang berlaku adalah hukum Indonesia.

    Badan Usaha diwajibkan menjamin pendanaan proyek

    selama 12 bulan sejak ditandatanganinya PK, dengan

    menandatangani perjanjian-perjanjian pinjaman untuk

    mendanai pembiayaan proyek dan penarikan dananya

    dilakukan pada saat pelaksanaan awal konstruksi. GCA

    dapat memperpanjang jangka waktu ini untuk masa 12

    bulan berdasarkan kriteria yang ditetapkannya, dengan

    ketentuan bahwa perpanjangan waktu itu tidak di-

    sebabkan oleh kelalaian dari Badan Usaha. Apabila

    Badan Usaha tidak dapat menjamin pendanaan dalam

    jangka waktu sebagaimana dimaksud, PK dinyatakan

    berakhir dan jaminan harus ditarik kembali.

    1. Ruang lingkup proyek

    2. Jangka waktu proyek

    3. Jaminan Pelaksanaan, jika ada. Apabila pembe-

    basan tanah dilakukan oleh Badan Usaha, jaminan

    pelaksanaan yang diberikan adalah jaminan biaya

    pembebasan tanah yang dibebankan kepada

    Badan Usaha;

    4. Tarif awal dan mekanisme penyesuaiannya;

    5. Hak dan kewajiban para pihak, termasuk peng-

    alihan risiko;

    6. Standar pelayanan jasa

    7. Pengalihan saham, jika ada, yang dilakukan

    diantara Sponsor Proyek kepada pihak lainnya

    sebelum dilakukannya kegiatan operasional

    proyek. Pengalihan saham sebagaimana dimaksud

    hanya dapat dilakukan atas persetujuan GCA

    berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh

    GCA, dan tidak dapat mengakibatkan penundaan

    pelaksanaan proyek.

    8. Sanksi-sanksi apabila salah satu pihak melanggar

    ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut;

    9. Pengakhiran perjanjian atau penghentiannya

    10. Penyampaian laporan keuangan Badan Usaha

    yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan CA,

    yang telah di lakukan audit tahunan oleh auditor

    independen dan diumumkan di media massa yang

    berskala nasional;

    11. Mekanisme penyelesaian perselisihan sengketa,

    menitik beratkan pada langkah-langkah musya-

    warah untuk mufakat, mediasi, dan arbitrase/-

    pengadilan;

    KERJASAMA PEMER INTAH DAN SWASTA (KPS) Panduan Investor

    JENISJENIS PERJANJIAN KERJASAMA PK

    Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010, PK harus memuat syarat dan ketentuan sebagai berikut:

  • 8/13/2019 PPP Guideline

    33/48

    Jaminan-jaminan tersebut, termasuk yang ditawarkan oleh

    bank-bank multilateral atau aliasinya, dapat didokumen-

    tasikan pada tahap ini.

    Peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan

    tentang beberapa sektor infrastruktur mengatur bagaimana

    perusahaan yang beroperasi diatur, dan khususnya,

    bagaimana tarif bagi pengguna akhir dan subsidi diterap-

    kan. Bahkan untuk aktivitas seperti pembangkit listrik, yang

    mana terdapat pembeli tunggal dari hasil proyek, denisi

    tarif pengguna akhir dan subsidi merupakan pertimbangan

    penting dalam kelayakan kredit dari pembeli. Misalnya,

    Pemerintah berkewajiban untuk memberikan subsidi atas

    kewajiban jasa publik perusahaan milik negara yang diaki-

    batkan oleh lebih rendahnya tingkat tarif pengguna akhir

    daripada biaya pemasokan.

    Tergantung pada jenis proyeknya, suatu Badan usaha dapatdiwajibkan untuk mengimplementasikan tanggung jawab

    sosial korporasi atau Corporate Social Responsibility (CSR)

    sebagaimana diatur dalam Undang-undang 40 Tahun 2007.

    Pemerintah Indonesia t