4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme...

14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Kelapa Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang. Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi morfologi maupun fisiologi karang. Kondisi perairan Pulau Kelapa selama September 2010 hingga Juli 2011 tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil kondisi fisika dan kimia di Pulau Kelapa Parameter Satuan September 2010 Januari 2011 Mei 2011 Juli 2011 Baku Mutu* a. Fisika Suhu °C 30,6 28,3 28 30 Alami: 28-30 (1) Kekeruhan NTU 0,43 0,7 0,28 0,32 <5 (2) Kecepatan Arus m/s 0,12 0,15 0,2 0,32 - Kecerahan % 100 100 100 100 - b. Kimia pH - 8,64 8,01 8,14 7 7-8,5 (3) Salinitas 30 29 32 32 Alami: 33-34 (4) Nitrat mg/l 0,001 0,138 0,025 0,007 0,008 Ortofosfat mg/l <0,010 0,007 0,005 <0,005 0,015 Ammonia mg/l 0,089 0,212 0,308 0,048 0,3 Sumber: *Lampiran III Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Keterangan : (1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2°C dari suhu alami. (2) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic. (3) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2. (4) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman. Suhu merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan karang. Suhu di perairan Pulau Kelapa berkisar antara 2830,6 °C. Kisaran suhu tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran suhu pada saat penelitian yang dilakukan oleh Iswara (2010). Suhu perairan Pulau Kelapa pada bulan Maret hingga September 2009 berkisar antara 28,3-29,3 °C. Menurut baku mutu air laut untuk biota laut, suhu di Pulau Kelapa masih tergolong normal (perubahan suhu yang terjadi tidak lebih dari 2 °C dari suhu alami). Berdasarkan Bappekab Administratif Kepulauan Seribu (2005) in Setyawan et al. (2011) suhu permukaan air laut di Pulau Kelapa berkisar antara 28,5-30,0 °C pada musim barat, dan 28,5-31,0 °C pada musim timur. Perairan Pulau Kelapa merupakan tempat yang sesuai untuk

Transcript of 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme...

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Kelapa

Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang.

Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi morfologi maupun fisiologi

karang. Kondisi perairan Pulau Kelapa selama September 2010 hingga Juli 2011

tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil kondisi fisika dan kimia di Pulau Kelapa

Parameter Satuan September

2010

Januari

2011

Mei

2011

Juli

2011 Baku Mutu*

a. Fisika

Suhu °C 30,6 28,3 28 30 Alami: 28-30(1)

Kekeruhan NTU 0,43 0,7 0,28 0,32 <5(2)

Kecepatan Arus m/s 0,12 0,15 0,2 0,32 -

Kecerahan % 100 100 100 100 -

b. Kimia

pH - 8,64 8,01 8,14 7 7-8,5(3)

Salinitas ‰ 30 29 32 32 Alami: 33-34(4)

Nitrat mg/l 0,001 0,138 0,025 0,007 0,008

Ortofosfat mg/l <0,010 0,007 0,005 <0,005 0,015

Ammonia mg/l 0,089 0,212 0,308 0,048 0,3

Sumber: *Lampiran III Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, Tentang Baku Mutu

Air Laut Untuk Biota Laut.

Keterangan : (1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2°C dari suhu alami. (2) Diperbolehkan

terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic. (3) Diperbolehkan terjadi perubahan

sampai dengan <0,2. (4) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata

musiman.

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas kehidupan karang. Suhu di

perairan Pulau Kelapa berkisar antara 28–30,6 °C. Kisaran suhu tersebut masih

lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran suhu pada saat penelitian yang

dilakukan oleh Iswara (2010). Suhu perairan Pulau Kelapa pada bulan Maret hingga

September 2009 berkisar antara 28,3-29,3 °C. Menurut baku mutu air laut untuk

biota laut, suhu di Pulau Kelapa masih tergolong normal (perubahan suhu yang

terjadi tidak lebih dari 2 °C dari suhu alami). Berdasarkan Bappekab Administratif

Kepulauan Seribu (2005) in Setyawan et al. (2011) suhu permukaan air laut di Pulau

Kelapa berkisar antara 28,5-30,0 °C pada musim barat, dan 28,5-31,0 °C pada

musim timur. Perairan Pulau Kelapa merupakan tempat yang sesuai untuk

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

tumbuhnya karang Acropora. Hal ini disebabkan, Genus Acropora dapat hidup pada

suhu musiman antara 16-40 °C dan suhu harian paling rendah sebesar 10 °C

(Kinsman 1964 in Supriharyono 2007).

Kekeruhan merupakan indikasi peningkatan sedimentasi yang masuk ke

perairan. Kekeruhan di perairan Pulau Kelapa mengalami fluktuasi, pengamatan

yang dilakukan pada bulan Januari 2011 memiliki nilai kekeruhan yang paling tinggi

selama penelitian yaitu sebesar 0,70 NTU. Nilai kekeruhan tersebut lebih rendah,

bila dibandingkan dengan nilai kekeruhan yang diperoleh pada penelitian Iswara

(2010), yaitu berkisar antara 1,1-1,7 NTU. Meningkatnya sedimentasi yang masuk

ke perairan dapat mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan karang. Hal ini

disebabkan sedimen yang masuk ke perairan dapat menyebabkan kekeruhan.

Peningkatan kekeruhan menyebabkan penurunan sinar matahari sehingga dapat

mempengaruhi laju pertumbuhan karang (Pastorok and Bilyard 1985 in

Supriharyono 2007). Apabila laju sedimentasi lebih tinggi dibandingkan

kemampuan karang untuk membersihkan diri maka karang tersebut akan mati

(Suharsono 2008a). Sedimentasi yang tinggi menyebabkan tertutupnya polip karang

dan menghambat proses fotosintesis (Pastorok and Bilyard 1985 in Supriharyono

2007).

Arus dibutuhkan untuk membawa makanan dan dapat membersihkan karang

dari endapan-endapan (Nontji 1987 in Suhendra 2002). Perairan di Pulau Kelapa

memiliki kecepatan arus berkisar antara 0,12–0,32 m/s. Pengamatan yang dilakukan

di Pulau Kelapa oleh Seawatch-BPPT pada bulan November dan Desember 1998.

Mencatat kecepatan arus berkisar antara 0,6 cm/dtk hingga 77,3 cm/dtk, dengan

rata-rata kecepatan sebesar 23,6 cm/dtk. Arah arus didominasi ke timur atau timur

laut (Noor 2003). Karang pada umumnya menyukai tempat yang berarus

dibandingkan dengan tempat yang tenang. Tempat dengan arus tenang, membuat

karang berusaha keras untuk membersihkan diri dari sedimen dan miskin makanan.

Arus juga dapat memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang.

Terdapat kecenderungan bahwa semakin besar tekanan hidrodinamis seperti arus

dan gelombang maka bentuk karang lebih mengarah ke bentuk encrusting

(Supriharyono 2007).

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

Salinitas di Pulau Kelapa berkisar antara 29–32 ‰. Kisaran salinitas di Pulau

Kelapa berada di bawah standar baku mutu yang ditetapkan yaitu, berkisar antara

33-34 ‰. Karang dapat hidup subur pada kisaran salinitas antara 34-36 ‰

(Kinsman 1964 in Supriharyono 2007). Namun, kisaran salinitas di Pulau Kelapa

memungkinkan untuk karang dapat tumbuh, karang tidak dapat hidup pada perairan

yang memiliki salinitas di bawah 25 ‰ dan di atas 40 ‰. Karang banyak

ditemukan mati pada perairan yang memiliki salinitas di bawah 25 ‰ atau di atas 40

‰ (Buddemeier and Kinzie 1976).

Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama dari nitrogen di perairan dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga (Effendi 2003).

Kandungan nitrat tertinggi di Pulau Kelapa terjadi pada bulan Januari sebesar 0,138

mg/l. Nilai tersebut sudah berada di atas nilai baku mutu yang ditetapkan untuk

biota laut. Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada

perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/liter

dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan, yang dapat menyebabkan

pertumbuhan alga dan tumbuhan air meningkat secara pesat (blooming). Hal

tersebut dapat mempengaruhi laju pertumbuhan karang (Effendi 2003).

Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat digunakan oleh tumbuhan

akuatik secara langsung (Effendi 2003). Nilai ortofosfat yang terdapat di perairan

Pulau Kelapa berfluktuasi. Kandungan ortofosfat tertinggi terjadi pada bulan

Januari sebesar 0,007 mg/l. Nilai tersebut masih dalam kisaran baku mutu yang

ditetapkan untuk biota laut. Selain ortofosfat, kandungan amonia di perairan Pulau

Kelapa juga masih berada dalam kisaran baku mutu yang ditetapkan. Kandungan

amonia tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 0,308 mg/l.

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup Karang

Tingkat kelangsungan hidup karang memberikan pengaruh terhadap

kelestarian ekosistem terumbu karang. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup

karang, menjadi indikasi terjadi kerusakan karang. Kerusakan karang dipengaruhi

oleh berbagai faktor, yaitu faktor biologi, faktor fisik, dan faktor manusia. Faktor

biologi yang dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang ialah adanya

predasi dan penyakit, sedangkan faktor fisik yang dapat menyebabkan kerusakan

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

karang ialah adanya kenaikan suhu perairan. Faktor manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan bagi terumbu karang antara lain penambangan,

sedimentasi, serta aktivitas pariwisata (Harriot dan Fisk 1988). Tingkat

kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi disajikan pada Gambar 11 dan

Lampiran 2.

Gambar 11. Tingkat kelangsungan hidup karang jenis A. austera (n1=45; n2=45;

n3=38; n4=35), A. brueggemanni (n1=41; n2=38; n3=26; n4=24), dan

A. humilis (n1=30; n2=29; n3=29; n4=23) (September 2010-Juli 2011)

Persentase tingkat kelangsungan hidup karang A. austera mengalami

penurunan pada bulan Mei hingga Juli 2011. Penurunan ini diduga akibat pengaruh

lingkungan, seperti peningkatan arus serta kandungan amonia pada perairan.

Kematian karang spesies A. austera terjadi akibat adanya persaingan dengan alga

dan spons, serta sedimentasi dan lepas dari modul. Persentase terbesar diakibatkan

oleh alga dan lepasnya frgmen karang yaitu sebesar 40%, sedangkan 10% kematian

karang disebabkan adanya sedimentasi dan spons (Lampiran 3).

Karang A. brueggemanni memiliki persentase tingkat kelangsungan hidup

yang terus menurun dari awal hingga akhir pengamatan. Persentase kematian

karang sebesar 52,94% terjadi akibat persaingan dengan alga, dan 47,06% akibat

hilang atau lepasnya fragmen dari modul karang. Sama halnya dengan karang A.

Humilis kematian karang terjadi akibat persaingan dengan alga dan lepasnya

fragmen dari modul, yaitu sebesar 85,71% dan 14,29% (Lampiran 3).

Penurunan persentase tingkat kelangsungan hidup ketiga spesies ini

diakibatkan oleh persaingan dengan alga (Gambar 12). Hoegh dan Guldberg (1997)

in Tomascik et al. (1997) menyatakan bahwa banyaknya alga disuatu perairan

0

20

40

60

80

100

120

Acropora

austera

Acropora

brueggemanni

Acropora

humilis

SR

(%

)

Spesies Karang

September

2010Januari 2011

Mei 2011

Juli 2011

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

diakibatkan oleh peningkatan nutrien. Peningkatan nutrien dapat menyebabkan

terganggunya proses kalsifikasi, laju pertumbuhan, jumlah zooxanthellae, dan

jumlah populasi karang. Persaingan karang dengan alga disebabkan peningkatan

kandungan nutrien di daerah Pulau Kelapa, terutama pada bulan Januari dan Mei

2011. Menurut Castro dan Huber (2007) kompetisi antara karang dengan alga dan

invertebrata sessile ialah untuk mendapatkan tempat. Selain adanya persaingan

antara karang dengan alga, persaingan juga terjadi antara karang dengan spons.

Predasi karang dengan adanya Drupella sp dan ikan juga ditemukan pada fragmen

karang. Namun, pada penelitian ini pradasi tidak menyebabkan kematian pada

karang.

Gambar 12. Persaingan antara karang dengan alga

Sumber: Doc. PKSPL-IPB

Penurunan tingkat kelangsungan hidup karang juga terjadi akibat karang yang

hilang atau lepas dari modul transplantasi. Lepasnya fragmen karang dari modul

dapat disebabkan oleh adanya aktivitas di daerah transplantasi, seperti snorkling

maupun diving serta penangkapan ikan dengan alat yang tidak ramah lingkungan.

Adanya arus maupun gelombang juga dapat menyebabkan fragmen karang hilang

atau lepas dari modul.

Tingkat kelangsungan hidup ketiga spesies tersebut, tergolong rendah bila

dibandingkan dengan beberapa penelitian tentang tingkat kelangsungan hidup

karang genus Acropora. Penelitian yang dilakukan Iswara (2010) di Pulau Kelapa

menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup karang genus Acropora yang

terdapat pada transplan sebesar 78,44%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Sadarun (1999) di Pulau Pari tingkat kelangsungan hidup karang jenis A.

austera sebesar 83,33% dan A. tenuis sebesar 90%. Karang Acropora jenis lainnya

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

memiliki tingkat kelangsungan hidup sebesar 100% (A. hychintus, A. divaricata, A.

nasuta, A. yongei, A. aspera, A. digitifera, A. valida, dan A. Glauca). Perbedaan

tingkat kelangsungan hidup karang, diduga adanya perubahan lingkungan dan

perbedaan jenis karang yang diteliti.

4.3. Pertumbuhan Rata-rata Transplantasi Karang

Penambahan ukuran rata-rata fragmen karang transplantasi per bulan

memiliki nilai yang berbeda-beda untuk tiap spesies. Pada karang A. austera dan A.

humilis ukuran rata-rata lebar fragmen karang memiliki nilai yang lebih besar bila

dibandingkan dengan ukuran rata-rata tingginya (Tabel 3). Perbedaan ini diduga

akibat perbedaan bentuk pertumbuhan ketiga spesies ini.

Tabel 3. Ukuran rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) fragmen karang transplantasi A. austera (n1=45;

n2=45; n3=38; n4=35), A. brueggemanni (n1=41; n2=38; n3=26; n4=24), dan

A. humilis (n1=30; n2=29; n3=29; n4=23)

Spesies Karang Ukuran

Waktu Pengukuran

September

2010

Januari

2011 Mei 2011 Juli 2011

Acropora austera Lebar (cm) 30,6±12,79 36,0±11,39 40,3±11,57 40,7±11,58

Tinggi (cm) 21,5±6,82 23,1±6,96 26,5±6,34 27,2±5,67

Acropora brueggemanni Lebar (cm) 12,4±6,59 13,8±6,43 15,0±6,07 15,5±5,71

Tinggi (cm) 12,2±5,53 13,2±5,45 14,6±4,41 16,2±5,39

Acropora humilis Lebar (cm) 14,1±4,69 15,9±3,94 17,4±4,25 18,8±4,70

Tinggi (cm) 11,3±4,74 11,5±3,30 12,7±3,09 13,7±2,85

Spesies A. austera memiliki bentuk pertumbuhan arborecent. Pertumbuhan

ukuran lebar karang dapat mencapai 40,7 cm, sedangkan ukuran tinggi hanya

mencapai 27,2 cm. Hal ini, disebabkan percabangan karang ini cenderung

melengkung menjauhi percabangan yang lainnya, sehingga ukuran rata-rata lebar

karang jenis ini lebih besar.

Karang A. humilis memiliki bentuk corymbose. Perkembangan ukuran rata-

rata lebar karang ini lebih besar, dibandingkan dengan ukuran tingginya. Karang

dengan bentuk pertumbuhan corymbose lebih banyak menggunakan energi yang

didapat untuk tumbuh ke samping (Sadarun 1999).

Karang jenis A. brueggemanni memiliki bentuk pertumbuhan prostrate atau

branching (Veron 2000). Ukuran rata-rata tinggi dan lebar karang A. brueggemanni

memiliki pertambahan sama. Namun, pada pengamatan terakhir ukuran rata-rata

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

tinggi memiliki pertumbuhan yang lebih besar. Hal ini diduga bentuk pertumbuhan

karang branching, umumnya menggunakan energi untuk tumbuh ke arah atas.

Selain bentuk pertumbuhan karang, persaingan juga merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Persaingan tersebut terjadi

di antara koloni-koloni karang (Nybakken 1988). Menurut Castro dan Huber

(2007) karang yang pertumbuhannya lebih cepat dapat menutupi cahaya bagi karang

yang pertumbuhannya lambat. Pada pertumbuhan rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) selama sebelas

bulan (Gambar 13), ukuran karang yang lebih kecil memiliki nilai pertumbuhan

yang kecil juga.

Gambar 13. Pertumbuhan rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) selama sebelas bulan transplantasi

karang jenis A. austera, A. brueggemanni, dan A. humilis

Pertumbuhan karang jenis A. austera selama sebelas bulan, ukuran lebar

mencapai 7,1±4,01 cm, sedangkan untuk ukuran tinggi sebesar 6,5±3,76 cm.

Karang A. austera memiliki nilai pertumbuhan lebar yang lebih besar bila

dibandingkan dengan nilai pertumbuhan tingginya. Pertumbuhan karang

dipengaruhi oleh sifat biologi percabangan karang itu sendiri, karang branching

arborescent memiliki pertambahan tinggi yang lebih besar bila dibandingkan dengan

pertambahan lebar. Hal ini disebabkan pertumbuhan koloninya cenderung

mengarah ke atas (Sadarun 1999). Akan tetapi, pada penelitian ini pertumbuhan

lebar karang A. austera lebih besar, bila dibandingkan dengan nilai pertumbuhan

tingginya. Hal ini diduga peletakan fragmen karang di kedalaman yang dangkal

yaitu 3 m. Berdasarkan Nybakken (1988) pertumbuhan karang ke atas dibatasi oleh

udara.

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

Acropora

austera

Acropora

brueggemanni

Acropora humilis

Per

tum

bu

han

(cm

/11b

ula

n)

Spesies Karang

Lebar

Tinggi

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

Karang jenis A. humilis memiliki ukuran lebar sebesar 5,1±2,92 cm dan untuk

ukuran tinggi sebesar 3,1±1,92 cm. Bentuk pertumbuhan karang memberikan

pengaruh pada arah pertumbuhan karang. Menurut Sadarun (1999) karang dengan

bentuk pertumbuhan corymbose lebih banyak menggunakan energi yang didapat

untuk tumbuh ke samping. Karang spesies A. austera dan A. humilis memiliki

nilai pertumbuhan lebar yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai

pertumbuhan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Iswara (2010) di tempat yang

sama selama enam bulan, memiliki nilai pertumbuhan lebar yang lebih besar. Nilai

pertumbuhan mutlak karang Aropora spp. untuk panjang (lebar karang) lebih besar

yaitu 5,9 cm dan tingginya sebesar 4,2 cm. Hal ini diduga akibat peletakan fragmen

karang transplantasi pada kedalaman yang dangkal. Selain itu, faktor persaingan

relung diduga mengakibatkan pertumbuhan ke arah lebar lebih besar (Castro dan

Huber 2007).

Karang jenis A. brueggemanni untuk ukuran lebar mencapai 4,0±2,66 cm dan

untuk ukuran tinggi 4,2±2,89 cm. Pertumbuhan tinggi karang A. brueggemanni

lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan lebarnya. Hal ini diduga akibat

ukuran karang A. brueggemanni lebih kecil bila dibandingkan dengan karang A.

austera dan A. Humilis. Faktor persaingan untuk mendapatkan sinar matahari, yang

digunakan oleh alga zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis,

mengakibatkan pertumbuhan ke arah atas lebih besar.

4.4. Laju Pertumbuhan Rata-rata Transplantasi Karang

Laju pertumbuhan yang dihitung meliputi, laju pertumbuhan lebar dan

tinggi dari fragmen karang yang hidup dari awal pengamatan hingga akhir

pengamatan. Laju pertumbuhan dihitung untuk mengetahui perkembangan karang

setiap bulan. Masing-masing karang yang ditransplantasi memiliki laju

pertumbuhan yang berfluktuasi setiap bulan. Hal ini diduga adanya perubahan

lingkungan di sekitar lokasi penelitian yang memberikan pengaruh terhadap laju

pertumbuhan karang. Pengaruh yang diberikan dapat berpengaruh secara langsung

maupun tidak langsung. Laju pertumbuhan karang pada tiap pengamatan dapat

dilihat pada Gambar 14, 15, 16, dan Lampiran 4.

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

Gambar 14. Laju pertumbuhan rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) karang A. humilis (n=23)

(atas: lebar; bawah: tinggi)

Laju pertumbuhan karang A. humilis menunjukkan penurunan untuk laju

pertumbuhan lebar pada bulan Januari-Mei 2011. Laju pertumbuhan yang awalnya

0,58±0,38 cm/bulan menjadi 0,39±0,38 cm/bulan, kemudian meningkat menjadi

0,59±0,62 cm/bulan. Laju pertumbuhan tinggi karang A. humilis mengalami

peningkatan, dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan secara berturut-turut

0,26±0,64 cm/bulan, 0,28±0,52 cm/bulan, dan 0,48±0,68 cm/bulan (Gambar 14).

Penurunan laju pertumbuhan lebar karang A. humilis diduga akibat

bertambahnya nutrien yang masuk ke perairan di sekitar Pulau Kelapa. Berdasarkan

data kualitas air yang didapat selama penelitian, terjadi peningkatan kandungan

amonia di perairan. Bulan Januari dan Mei 2011 diperoleh hasil kandungan amonia

yang lebih tinggi sebesar 0,212 mg/l dan 0,308 mg/l, sedangkan hasil yang di dapat

pada bulan September 2010 sebesar 0,089 mg/l dan bulan Juli 2011 sebesar

0,048 mg/l. Meningkatnya nutrien dalam perairan dapat mengakibatkan

pertumbuhan karang menjadi lebih lambat (Wallece 1985 in Bikerland 1988).

Pertumbuhan fitoplankton akan meningkat pada daerah yang kaya nutrien.

Pertumbuhan fitoplankton dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk ke

-0,80

-0,40

0,00

0,40

0,80

1,20

1,60

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011P

ert

um

bu

han

(cm

/bu

lan

)

-0,80

-0,40

0,00

0,40

0,80

1,20

1,60

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011

Pe

rtu

mb

uh

an (

cm/b

ula

n)

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

perairan. Persaingan relung juga akan terjadi dengan bertambahnya

keanekaragaman hewan bentik lainnya (Bikerland 1988).

Peningkatan kekeruhan juga dapat menghambat laju pertumbuhan karang.

Bulan Januari 2011 kekeruhan di perairan mencapai 0,7 NTU. Peningkatan

kekeruhan menandakan pertambahan sedimen yang masuk ke perairan. Sedimen

yang masuk ke perairan memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung bagi

pertumbuhan karang. Pengaruh langsung terjadi apabila sedimen yang masuk ke

perairan merupakan sedimen yang berukuran besar yang dapat menutup polip

karang. Pengaruh tidak langsung ialah sedimen yang masuk ke perairan dapat

menyebabkan kekeruhan, sehingga mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang

masuk ke perairan. Hal tersebut dapat menurunkan laju pertumbuhan karang

(Pastorok dan Bilyard 1985 in Supriharyono 2007). Laju pertumbuhan tinggi karang

A. humilis terus mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan tinggi diduga tidak

terpengaruh oleh meningkatnya nutrien yang terjadi pada bulan Januari 2011.

Gambar 15. Laju pertumbuhan rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) karang A. brueggemanni

(n=24) (atas: lebar; bawah: tinggi)

Laju pertumbuhan lebar karang A. brueggemanni mengalami penurunan pada

pengamatan terakhir. Laju pertumbuhan karang di awal pengamatan mencapai

0,41±0,51 cm/bulan dan meningkat pada pengamatan berikutnya, menjadi 0,47±0,53

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011

Pe

rtu

mb

uh

an (

cm/b

ula

n)

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011

Pe

rtu

mb

uh

an (

cm/b

ula

n)

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

cm/bulan, kemudian menurun menjadi 0,24±1,22 cm/bulan. Laju pertumbuhan

tinggi terus mengalami peningkatan pada setiap pengamatan. Laju pertumbuhan

tinggi pada awal pengamatan mencapai 0,16±0,20 cm/bulan dan pada akhir

pengamatan mencapai 0,79±1,34 cm/bulan (Gambar 15).

Penurunan laju pertumbuhan lebar karang A. brueggemanni diduga akibat

meningkatnya suhu di sekitar perairan. Suhu di sekitar perairan Pulau Kelapa pada

bulan September 2010 mencapai 30,6 °C. Bulan Januari 2011 suhu mencapai 28,3

°C dan bulan Mei 2011 suhu menunjukkan angka terendah selama pengamatan yaitu

sebesar 28 °C. Namun, pada pengamatan terakhir yang dilakukan bulan Juli 2011

suhu perairan di sekitar Pulau Kelapa mengalami peningkatan hingga 30 °C.

Perubahan suhu juga dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi,

perombakan bentuk luar dari karang, dan sebaran karang (Kurniawan 2011).

Perubahan suhu tersebut diduga menyebabkan kecepatan metabolisme yang

menurun sehingga laju pertumbuhan karang mengalami penurunan.

Gambar 16. Laju pertumbuhan rata-rata (𝑥 ± 𝑠𝑑) karang A. austera (n=35)

(atas: lebar; bawah: tinggi)

Laju pertumbuhan lebar karang A. austera terus menurun setiap pengamatan.

Laju pertumbuhan karang pada awal pengamatan mencapai 0,75±0,58 cm/bulan, dan

-0,60

-0,30

0,00

0,30

0,60

0,90

1,20

1,50

1,80

2,10

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011Pe

rtu

mb

uh

an (

cm/b

ula

n)

-0,60-0,300,000,300,600,901,201,501,802,10

September 2010-Januari 2011

Januari-Mei 2011 Mei-Jul 2011Pe

rtu

mb

uh

an (

cm/b

ula

n)

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

laju pertumbuhan pada pengamatan kedua menjadi 0,72±0,67 cm/bulan.

Pengamatan terakhir laju pertumbuhan menjadi 0,63±0,91 cm/bulan. Penurunan

laju pertumbuhan lebar karang A. austera diduga akibat perubahan lingkungan yang

terjadi selama pengamatan. Perubahan lingkungan yang terjadi ialah peningkatan

nutrien pada bulan Januari hingga Mei 2011 dan adanya kenaikan suhu pada bulan

Mei hingga Juli 2011. Laju pertumbuhan tinggi karang A. austera terus mengalami

peningkatan hingga akhir pengamatan. Laju pertumbuhan tinggi pada awal

pengamatan mencapai 0,41±0,51 cm/bulan dan mencapai 0,82±1,13 cm/bulan di

akhir pengamatan (Gambar 16). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sadarun (1999) di Pulau Pari, bahwa laju pertumbuhan tinggi dari karang A.

austera lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan lebar. Laju

pertumbuhan tinggi dapat mencapai 4,58 hingga 4,63 cm/bulan, sedangkan untuk

laju pertumbuhan lebar berkisar antara 1,63 hingga 1,78 cm/bulan. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa ketiga jenis Acropora yang diteliti, memiliki laju

pertumbuhan tinggi yang terus meningkat. Perubahan lingkungan yang terjadi

selama penelitian diduga tidak memberikan pengaruh besar bagi laju pertumbuhan

tinggi. Menurut Sadarun (1999) pertambahan tinggi dipengaruhi oleh sifat biologi

percabangan karang.

Laju pertumbuhan rata-rata karang A. austera mencapai nilai yang lebih tinggi

dibandingkan dengan karang jenis A. humilis dan A. brueggemanni. Laju

pertumbuhannya sebesar 0,70±0,06 cm/bulan untuk lebar dan 0,68±0,17 cm/bulan

untuk tinggi. Karang A. brueggemanni memiliki laju pertumbuhan rata-rata lebar

sebesar 0,38±0,12 cm/bulan dan 0,48±0,32 cm/bulan untuk tinggi. Laju

pertumbuhan rata-rata karang A. humilis sebesar 0,52±0,11 cm/bulan untuk lebar

dan 0,34±0,12 cm/bulan untuk tinggi (Lampiran 4). Selain A. humilis, A.

brueggemanni, dan A. austera, penelitian laju pertumbuhan dari genus Acropora

telah banyak dilakukan. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sadarun

(1999), Johan (2000), Herdiana (2001), Aziz (2001), Alhusna (2002), Kaleka

(2004), Alfaridy (2010), dan Iswara (2010) (Tabel 4).

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

Tabel 4. Penelitian laju pertumbuhan karang Acropora

Lokasi Spesies Lama

Penelitian

Laju Pertumbuhan

(mm/bulan)

SR

(%) Pengamatan

Substrat

dan

perlakuan

1 2 3 4 5 6 7

Pulau Pari (Sadarun

1999)

Acropora tenuis

5 bulan

T=32,6-33,3 90

Pertambahan

tunas dan perambatan

pada substrat

keramik

Substrat keramik,

patok

bambu. Fragmen

dibersihkan.

A. austera T=45,8-46,3 83,33

A. hyachintus T=43,8-44,4 100

A. divaricata T=31,9-32,2 100

A. nasuta T=47,9-48,1 100

A. yongei T=48,8-49,1 100

A. aspera T=33,0-33,3 100

A. digitifera T=21,1-24,3 100

A. valida T=49,0-41,2 100

A. glauca T=20,1 100

Zona Windward,

Leeward, dan

goba Pulau Pari (Johan

2000)

A. formosa

6 bulan

3,7 89 Jumlah cabang

dan perambatan

pada substrat

keramik

Substrat

keramik.

Fragmen dibersihkan.

A. donei 1,6 97

A. acuminata 4,2 90

Selatan Pulau

Pari

(Herdiana

2001)

A. micropthalma

5 bulan

P = 90 ; L = 139 / P

= 103 ; L = 82,2

83,33 /

66,67 Posisi

penanaman

(vertikal dan

horizontal)

Substrat

semen,

jaring, dan

besi.

Fragmen

dibersihkan. A. intermedia

P = 104 ; L = 154 / P

= 127 ; L = 213

83,33

/ 79,17

Selatan Pulau Pari (Aziz

2001)

A. intermedia

6 bulan

T = 2,5 ; P = 2,5 66,67

Rasio

pertumbuhan lebar dan

tinggi koloni

karang

Substrat semen,

jaring, dan

besi. Fragmen

dibersihkan.

Millepora tenela T = 2,8 ; L = 4,7 100

Trachypillia geoffroyi T = 6 ; L = 9 33,33

Wellsophyllia radiata T = 7 ; L = 12 66,67

Selatan Pulau Pari (Alhusna

2002)

A. formosa

5 bulan

1. P = 8,3 ; L1 = 2,1 ;

L2 = 2,3 100

Perbandingan laju

petumbuhan

koloni induk

(1) dan koloni

transplan (2)

Substrat semen,

jaring, dan besi.

Fragmen

dibersihkan.

2. P = 14,1 ;

L1 = 16,7 ;

L2 = 14,3

Hydnopora

rigida

1. P = 4,6 ;

L1 = 2,1 ; L2 = 2,5

100 2. P = 5,4 ;

L1 = 6,1 ;

L2 ; 5,1

Perairan

Tabolong, Kupang (Kaleka

2004)

A. valensiennesi

2 bulan

P = 7 100 Laju

pertumbuhan,

pertambahan tunas, tingkat

ketahanan hidup

Substrat beton.

A. brueggenanni P = 6,25 100

A. formosa P = 6,7 100

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Nitrat tidak bersifat toksik bagi organisme akuatik. Kadar nitrat pada perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat

1 2 3 4 5 6 7

Bali (Alfaridy 2010)

Acropora spp.

Stasiun 1 L = 5 ; T = 3 -

Laju pertumbuhan

Substrat berupa

batu besar. Fragmen

dibersihkan.

(3 bulan)

Stasiun 1 L = 9 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 2 L = 5 ; T = 3 -

(3 bulan)

Stasiun 2 L = 10 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 3 L = 4 ; T = 3 -

(3 bulan)

Stasiun 3 L = 8 ; T = 3 -

(5 bulan)

Stasiun 4 L = 4 ; T = 2 -

(3 bulan)

Stasiun 4 L = 8 ; T = 2 -

(5 bulan)

Acropora spp.

6 bulan

(per dua

bulan)

P= 19; T=14 78,44%, Laju

pertumbuhan

dan tingkat

kelangsungan

hidup

Substrat

berupa

modul

dari

beton.

Fragmen

dibiarkan

alami.

Pulau Kelapa

(Iswara 2010)

Hydnopora rigida P=17; T=11 74,19%

Pocillopora

verrucosa

P=14; T=10 61,11%

Laju pertumbuhan karang pada penelitian ini dapat dikatakan cukup rendah

bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan dari penelitian sebelumnya (Tabel 4).

Penelitian tentang A. austera yang dilakukan oleh Sadarun (1999) memiliki laju

pertumbuhan yang lebih besar yaitu berkisar antara 4,58 hingga 4,63 cm/bulan.

Selain A.austera, A. brueggemanni pada penelitian Kaleka (2004) juga memiliki laju

pertumbuhan lebar atau panjang yang lebih besar yaitu, 0,62 cm/bulan. Perbedaan

laju pertumbuhan ini diduga akibat perbedaan faktor lingkungan di sekitar lokasi

transplantasi. Berdasarkan Nybakken (1988) laju pertumbuhan koloni karang

berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan spesies, umur

koloni karang, dan daerah suatu terumbu karang.

Tabel 4. (Lanjutan)