3referad Bab i

download 3referad Bab i

of 14

Transcript of 3referad Bab i

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    1/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Latar BelakangFraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian

    masyarakat, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian

    korbannya mengalami fraktur.Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang

    banyak menyebabkan fraktur.Sering sekali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat

    mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang

    mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya sehingga

    pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.

    Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan

    umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau

    kecelakaan. Sedangkan pada Usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada

    wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan

    hormon.1

    Tibia adalah yang paling sering patah tulang panjang dan merupakan tulang yang

    paling sering patah dalam kecelakaan kendaraan bermotor. Insiden fraktur tibialistertinggi pada orang dewasa adalah di antara laki-laki berusia 15 sampai 19

    tahun. Fraktur tibialis adalah lebih rendah umum ekstremitas fraktur stres, mewakili

    sekitar satu-setengah dari stres semua patah tulang pada anak-anak dan orang

    dewasa. Stres fraktur tibia sangat umum dalam olahraga yang melibatkan berlari dan

    melompat, sekitar 10% dari stres patah tulang pada orang dewasa terjadi pada

    fibula.2,3

    Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, bisa patah tulang di beberapa

    tempat (patah kominuta atau segmental), dan istirahat di kulit (fraktur terbuka) lebih

    mungkin. Sebuah fraktur spiral yang paling umum pada balita (umur 1 sampai 3

    tahun) dan biasanya disebabkan oleh suatu kekuatan memutar dari jatuh atau dari

    penyalahgunaan. Fraktur juga bisa akibat dari trauma rendah energi seperti fraktur

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    2/14

    stres atau dari dampak berulang-ulang seperti di jogging. Fraktur dari rendah

    energi trauma sering stabil dan minimal mengungsi. Cedera tinggi energi (pukulan

    langsung, luka tembak, kecelakaan kendaraan bermotor) lebih cenderung

    menyebabkan trauma pada jaringan lunak sekitarnya (otot, ligamen, pembuluh darah,

    dan saraf).4,5

    Ekstrapolasi dari Kejadian Rate untuk Fraktur ke Negara dan Daerah, Tabel

    berikut ini mencoba untuk ekstrapolasi tingkat kejadian untuk fraktur ke populasi

    berbagai negara dan wilayah. Sebagaimana dibahas di atas, ekstrapolasi kejadian ini

    untuk fraktur ini hanya perkiraan dan mungkin memiliki relevansi yang sangat

    terbatas pada kejadian sebenarnya fraktur di setiap wilayah.6

    Dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

    Fraktur di Asia Tenggara (ekstrapolasi Statistik)

    Timor Timur 5620 1,019,2522

    Indonesia 1.314.997 238,452,9522

    Laos 33.463 6,068,1172

    Malaysia 129.719 23,522,4822

    Pilipina 475.597 86,241,6972

    Singapura 24.010 4,353,8932

    Thailand 357.714 64,865,5232

    Vietnam 455.861 82,662,8002

    International Data Base, 2004

    http://www.wrongdiagnosis.com/w/wrist_fracture/stats-country.html

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.mdguidelines.com/trauma&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhL0mMFoM_YQjiDCL1teq2P2SK5Dwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/east-timor.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhh9SfjmWlsyPVmyheySkMX107kOjAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/east-timor.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhh9SfjmWlsyPVmyheySkMX107kOjAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/indonesia.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj8g_KjCLc3TViIRExO82-h_C3tOghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/laos.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiOGuLYk-iNFAcDp5BnqZkseSV1qwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/laos.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiOGuLYk-iNFAcDp5BnqZkseSV1qwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/malaysia.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiEc82CQdAf2jtIjeDpq7xMXqh-YAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/malaysia.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiEc82CQdAf2jtIjeDpq7xMXqh-YAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/philippines.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhjxJOrzkt3rIkcxrCLo4lT9hU9g6Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/singapore.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhibQ1nrkOv5FupFjU5UGY97lOZXWAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/singapore.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhibQ1nrkOv5FupFjU5UGY97lOZXWAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/thailand.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhY6cySvOQPTvzOocBDLOiwjRFTMAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/vietnam.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj_3Kjc4tQNfU2KiwRQOTf1s03jLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/vietnam.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj_3Kjc4tQNfU2KiwRQOTf1s03jLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/thailand.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhY6cySvOQPTvzOocBDLOiwjRFTMAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/singapore.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhibQ1nrkOv5FupFjU5UGY97lOZXWAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/philippines.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhjxJOrzkt3rIkcxrCLo4lT9hU9g6Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/malaysia.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiEc82CQdAf2jtIjeDpq7xMXqh-YAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/laos.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiOGuLYk-iNFAcDp5BnqZkseSV1qwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/indonesia.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj8g_KjCLc3TViIRExO82-h_C3tOghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.wrongdiagnosis.com/travel-health/east-timor.htm&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhh9SfjmWlsyPVmyheySkMX107kOjAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.mdguidelines.com/trauma&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhL0mMFoM_YQjiDCL1teq2P2SK5Dw
  • 7/31/2019 3referad Bab i

    3/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. AnatomiA. Anatomi Tibia

    Tibia merupakan tulang medial tulang bawah yang besar dan berfungsi

    penyanggah berat badan.Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caput

    fibulae, dibawah dengan talus dan ujung distal fibula.Tibia mempunyai ujung atas

    yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus.Pada ujung atas

    terdapat ujung condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebut plateau tibia

    lateral dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan

    dipisahkan oleh minisci lateralis dan medialis.Permukaan atas fecies articulares

    condylorum tibiae terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior; diantara

    ledua area ini terdapat eminentia intercondylus.

    Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis

    yang kecil dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis

    terdapat insertio m.semimembranosus.

    Copus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyatiga margines dan tiga facies.Margines anterior dan medial, serta facies medial

    diataranya terletak subkutan.Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering.

    Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang

    merupakan tempat lekat ligamentum patellae. Margo anterior dibawah membulat, dan

    melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus

    memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea. Facies posterior dan

    corpus tibiae menunjukkan linea ublique yang, disebut linea musculi solei, untuk

    tepatnya m.soleus.

    Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat

    permukaan sendi berbentuk pelana untuk m.os talus untuk memanjang kebawah dan

    medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies lateral dari malleolus medialis

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    4/14

    bersendi dengan talus. Pada facies lateralis ujung bawah tibia terdapat lekukan yang

    lebar dan kasar untuk bersendi dengan fubula.Musculi dan ligamenta penting melekat

    pada tibia.

    Arteri:

    1.arteri tibialis anterior

    2.arteri tibialis posterior

    3.arteri peroneus

    Saraf:

    1.n.tibialis anterior dan n.peroneus mempersarafi otot ekstensor dan abductor

    2.n.tibialis posterior dan n.poplitea untuk mempersarafi otot fleksor dan otottriceps surae.

    7

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    5/14

    Gambar 1.Anatomi Cruris

    (Sumber: di kutip dari kepustakaan 1)

    B. Definisi FrakturFraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan

    atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang parsial.7

    C. Etiologi FrakturFraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-

    ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).7

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    6/14

    Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,

    yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau

    penarikan.Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung.Trauma

    langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat

    itu.Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur

    berjauhan.Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada

    tulang.Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur

    dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalautulang itu lemah (misalnya oleh

    tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).7,8

    D.

    Klasifikasi Fraktur1. Klasifikasi Etiologis:

    a) Fraktur traumatik: terjadi karena trauma yang tiba-tibab) Fraktur patologis: terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibatkelainan

    patologis di dalam tulang

    c) Fraktur stres: terjadi karena adanya trauma yang terus menerus padasuatu tempattertentu

    2. Klasifikasi Klinis:

    a) Fraktur tertutup (simple fracture)Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungandengan

    dunia luar.

    b) Fraktur terbuka (compound fracture)Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengandunia luar

    melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentukfrom within (dari dalam)

    ataufrom without(dari luar).

    Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat:

    a) Derajat I : Terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul lukakecil (1 cm), biasa disebabkanbenturan dari luar

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    7/14

    c) Derajat III: Luka lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringanlunak banyak yangikut rusak(otot,saraf,pembuluhdarah)

    d) Derajat III dibagi lagi menjadi:Derajat IIIa : Adekuat penutupan kulit dari tulang fraktur. Fraktur berhubungan

    dengan ukuran dari luka.

    Derajat IIIb :Kerusakan soft tissue yang hebat dengan stripping periosteal dan

    bone exposed. Biasanya berhubungan dengan kontaminasi yang massif.

    Derajat IIIc :Fraktur terbuka yang berhubungan dengan kerusakan arteri yang

    memerlukan repair.7,8

    E.

    Gambaran Klinis Fraktur1. Anamnesis

    Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur), baik yang

    hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk

    menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena

    fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada

    daerah lain.

    Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau

    jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan

    pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya

    datang karena adanyanyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak,

    deformitas,kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain.7,9

    2. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan:

    a)Syok, anemia atau perdarahanb)Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau

    organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen

    c)Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    8/14

    3. Pemeriksaan lokal adalah sebagai berikut :

    a)Inspeksi (Look)Bandingkan dengan bagian yang sehat

    Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan

    Ekspresi wajah karena nyeri

    Lidah kering atau basah

    Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

    Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur

    tertutup atau terbuka

    Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

    Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekanLakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

    Perhatikan kondisi mental penderita

    Keadaan vaskularisasi

    b)Palpasi (Feel)Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh

    sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

    Temperatur setempat yang meningkat

    Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

    kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

    Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

    Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,

    arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang

    terkena.Refilling(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah

    trauma, temperatur kulit

    Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya

    perbedaan panjang tungkai.

    c)Pergerakan (Move)Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif

    dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    9/14

    penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga

    uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

    menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

    d)Pemeriksaan NeurologisPemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris

    serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau

    neurotmesis.

    e)Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta

    ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis:

    Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendiUntuk konfirmasi adanya fraktur

    Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

    pergerakannya

    Untuk menentukan teknik pegobatan

    Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

    Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

    Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

    Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

    f) Pemeriksaan radiologis lainnyaPemeriksaan khusus dengan:

    Tomografi, misalnya fraktur vertebra atau kondilus tibia

    CT-Scan

    MRI

    Radioisotop scanning.7,9

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    10/14

    F. Prinsip dan Metode Penanganan Fraktur1. Penatalaksanaan awal

    Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, makadiperlukan:

    a)Pertolongan pertamaPada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalahmembersihkan

    jalan napas, menutup luka dengan verban yangbersih dan imobilisasi fraktur pada

    anggota gerak yang terkenaagar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.

    b)Penilaian klinisSebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaianklinis, apakah luka

    itu luka tembus tulang, adakah traumapembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-

    alat dalam lainnya.

    c)Resusitasi2. Terapi pada fraktur terbuka

    Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukanpenanganan

    segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumahsakit:

    a)Pembidaianb)Menghentikan perdarahan dengan perban tekanc)Menghentikan perdarahan dengan perban klem.

    Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40%

    dari fraktur terbuka merupakan polytrauma.Tindakan life-saving harus selalu di

    dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

    Tindakan terhadap fraktur terbuka:

    1)Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaiananggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    11/14

    2)Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakanreposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6 jam

    (golden period 4 jam)

    3)Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.Tindakan reposisi terbuka:

    1) Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.

    2) Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/sensitifity test.

    3) Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan dicukur.

    4) Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3

    harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi.

    5) Tutup luka dengan doek steril6) Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

    7) Desinfeksi anggota gerak

    8) Drapping

    9) Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular vital

    termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti reposisi terbuka, kalau perlu

    perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka dengan baik.

    10) Fiksasi:

    fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya (unstablefracture) minimal dengan Kischner wire

    Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti padaoperasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden period

    untuk fraktur terbuka grade 1-2

    Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai(karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau

    sirkular)

    Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan,biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat sayatan

    kontra lateral.

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    12/14

    Untuk Grade III perlu antara lain :

    Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K nail/wire

    dan acrylic cement).Usahakan agar alignment dan panjang anggota gerak sebaik-

    baiknya.

    Apabila hanya dipasang gips, pasanglah gips sirkuler dan kemudian gips dibelah

    langsung (split) setelah selesaioperasi.

    3. Buat x-ray setelah tindakan.10

    G. PrognosisPrognosis dari fraktur tibia dan fibula untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi

    fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa semula, namunhal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan

    bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.10

    H. Komplikasi Fraktur Tibia1. Komplikasi Dini

    a)InfeksiFraktur terbuka selalu menghadapi resiko; perforasi yang kecilsekalipun harus

    diterapi dengan seksama dan debridemen harusdilakukan sebelumm luka ditutup.

    Laserasi yang besarmembutuhkan eksisi yang lebar dan luka harus dibiarkan

    terbukasampai resiko infeksi telah lewat.11

    b)Cedera VaskularFraktur pada setengah bagian proksimal tibia dapat merusak arteripopliteus.

    Keadaan ini merupakan kedaruratan tingkat pertama,memerlukan eksplorasi dan

    perbaikan.11

    c)Sindroma KompartemenFraktur sepertiga bagian proksimal cenderung menyebabkanpendarahan dan

    perluasan jaringan lunak dalam kompartemenfasial kaki, sehingga menyebabkan

    ischemia otot. Gips yang ketatpada kaki yang bengkak dapat mempunyai efek yang

    sama.Dekompresi lewat operasi pada semua kompartemen perludilakukan. Fraktur itu

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    13/14

    kemudian diterapi seperti fraktur terbukatingkat III dan memerlukan fikstator luar dan

    penundaanpenutupan luka.12

    2. Komplikasi Lanjut.

    a)MalunionSedikit pemendekan (sampai 1,5 cm) biasanya tidak banyakmembawa akibat,

    tetapi rotasi dan deformitas angulasi, selainburuk, mengakibatkan cacat karena lutut

    dan pergelangan kakitidak dapat bergerak dalam bidang yang sama. Dalam

    jangkapanjang deformitas dapat menyebabkan predisposisi untukosteoartritis pada

    lutut atau pergelangan kaki.Angulasi harus dicegah di semua stadium, angulasi bila

    lebih dari 7derajat pada bidang manapun tak dapat diterima; penjajaran rotasiharus

    sempurna.Angulasi kebelakang (akibat fraktur dibiarkan melengkungkebawah disaatmemasang gips) sering terjadi, jika disertaipergelangan ekuinus yang kaku, akan

    berbahaya, karena kalaupasien mencoba memaksa mengangkat kaki saat berjalan

    tibiacenderung mengalami fraktur ulang. Hal ini dapat terjadi secarapelan-pelan dan

    mengakibatkan non union.Deformitas belakangan, jika tamppak jelas, harus dikoreksi

    denganosteotomi tibia.12,13

    b)Delayed unionPenyatuan akan lambat jika fraktur terbuka (terutama jika disertaiinfeksi) jika

    pergesearan awal banyak, jika tibia mengalami frakturpada dua tempat, atau jika

    fraktur bersifat kominutif. Penyatuandapat dipercepat dengan pembebanan tetapi

    kalau kelambatantampak terlalu lama, pencangkokan tulang dan fiksasiintramedullary

    diindikasikan. Kalau fraktur fibula telahmenyambung dan tibia dibebat secara

    terpisah, maka 2,5 cm fibuladapat di eksisi dan cangkokan tulang peluncur dipasang

    padafraktur tibia.12,13

    c)NonunionSekali nonunion terjadi, pasien harus memakai bebat permanenatau fraktur harus

    di operasi.Non union hipertrofi dapat diterapidengan pemasangan paku intramedulla

    atau pemasangan platekompresi.Selain itu non union atrofi memerlukan

    pencangkokan tulang. Kalau fibula telah menyatu, segmen yang kecil harus dieksisi

    untuk memungkinkan kompresi pada fragmen tibia.14

  • 7/31/2019 3referad Bab i

    14/14