3._Apriori_Knowlegde

18
FILSAFAT ILMU A PRIORI KNOWLEDGE Oleh: KELOMPOK VI 1. Kompiang Martina Dinata 1491662023 2. I Putu Arya Mulyawan 1491662024 3. I Gede Bayu Wirayudha 1491662033

description

filsafat

Transcript of 3._Apriori_Knowlegde

FILSAFAT ILMU

A PRIORI KNOWLEDGE

Oleh:

KELOMPOK VI1. Kompiang Martina Dinata

1491662023

2. I Putu Arya Mulyawan 14916620243. I Gede Bayu Wirayudha1491662033Magister Akuntasi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2015A PRIORI KNOWLEDGE

1. Pengetahuan, Penalaran dan Pengalaman

Pengetahuan yang hanya bisa dijustifikasi dengan pengalaman disebut a posteriori atau pengetahuan empirisme. Pengetahuan yang dimana pengalaman tidak bisa dijustifikasi disebut a priori knowledge (pengetahuan apriori). Beberapa filsuf yang mengatakan pengetahuan tidak memerlukan pengalaman, antara lain: (a) contoh perhitungan matematika yang sederhana seperti 2 + 2 = 4 adalah benar dan contoh yang lebih rumit seperti teori Pythagoras yaitu jumlah dari dua sisi yang lebih pendek sama dengan besarnya sisi yang lebih panjang; (b) kebenaran dari suatu definisi, contohnya bujangan adalah laki-laki yang belum menikah; (c) metafisik menyebutkan bahwa tidak ada seluruhnya yang berwarna merah dan hijau, semua hal pasti ada penyebabnya dan Tuhan itu ada; dan (d) kebenaran dari etika moral contohnya pembunuhan itu salah.

Ada perasaan dimana pengalaman berkaitan dengan semua keyakinan. Untuk mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang belum menikah, saya perlu tahu arti dari kata bujangan, belum menikah dan laki-laki, untuk dapat memahami arti dari kata tersebut dapat diperoleh melalui pelajaran dan instruksi serta praktek-praktek yang melibatkan beberapa jenis pengalaman. Pengalaman tidak berperan dalam a priori knowledge, hal itu berkaitan dengan pemahaman bahasa mengenai pengucapan arti dari kata tersebut. Apakah pengalaman diharuskan untuk terjustifikasi dalam mempercayai arti kata bujangan dan laki-laki yang belum menikah tersebut adalah satu tipe orang yang sama, dan menerima bahwa kita harus memiliki pengalaman untuk dapat memahami konsep dari arti kata tersebut. Jawabannya adalah tidak, kita tidak perlu meminta teman kita yang masih bujangan untuk menjelaskan bahwa apakah dia sudah menikah, kita terjustifikasi dalam mempercayai bahwa mereka belum menikah. 2. Rasionalisme dan Empirisme

Orang-orang yang rasionalis lebih menekankan pada pentingnya a priori knowledge (Pengetahuan apriori) dan hal tersebut akan berguna untuk memperkenalkan kunci rasionalis dari seorang pemikir dan melihat peran apriori dalam epistemologinya. Descartes adalah seseorang epistemologi yang paling berpengaruh terhadap Filsafat Barat. Dia yang pertama kali menimbulkan keraguan skeptis menyatakan bahwa kita tidak mungkin memiliki pengetahuan tentang dunia sama sekali. Kemudian dia menggunakan seluruh pemikiran apriori dengan mencoba untuk membuktikan bahwa Tuhan itu juga ada. Tuhan adalah sesuatu hal yang baik, hal itu merupakan sesuatu yang kita bisa tahu dari apriori, secara epistemis Tuhan tidak akan membiarkan kita untuk menjadi makhluk yang miskin dan dengan demikian kita memiliki keyakinan dibenarkan tertentu tentang dunia empiris. Dalam a priori knowledge, memperoleh suatu pembenaran mengenai keyakinan empiris.

Empiris menerima bahwa beberapa kebenaran dapat diketahui apriori, tetapi seperti kebenaran tidak menarik, informatif, atau tautologousPara empiris untuk mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang belum menikah, kita tidak hanya belajar sesuatu tentang arti dari kata-kata bujangan memiliki arti yang sama sebagai laki-laki yang belum menikah. Pengetahuan ini disebut apriori karena dapat diperoleh kebenaran hanya dengan memahami konsep-konsep yang relevan, anda tidak perlu mengalami semua kejadian yang ada didunia. Para empiris menyatakan bahwa semua kebenaran apriori disebut analitik (menurut Immanuel Kant). Kebenaran yang analitik berbeda dengan kebenaran yang sintetik. Kebenaran yang sintetik tidak hanya tergantung pada apa yang kita maksud, tetapi juga kita juga harus memahami bagaimana hal itu bisa terjadi. Jenis koala pemakan daun eucalyptus bukanlah bagian dari jenis Koala. Namun hal ini suatu kebenaran dikarenakan kami menemukan apa yang dilakukan oleh koala tersebut. Hal itu merupakan kebenaran yang sintetik. Kami seharusnya tidak menyamakan perbedaan antara empiris dan apriori dengan analitik dan sintetik. Perbedaan epistemologis yang pertama adalah hal itu berfokus pada sumber untuk membenarkan keyakinan kita. Perbedaan yang terakhir adalah hal itu berfokus pada suatu kebenaran yang memiliki arti dari konsep yang relevan. Meskipun perbedaan dari suatu pembenaran dan arti adalah dua hal yang berbeda aspek dari segi bahasa dan pemikiran, para empiris menyatakan bahwa mereka membagi pengetahuan mereka dengan cara yang sama dan semua hanya pengetahuan empiris kita adalah sintetik. 3. Sintetis Apriori

Saya tahu bahwa 'jika ada sesuatu yang seluruhnya merah, maka tidak bisa menjadi seluruhnya hijau', dan untuk mengetahui hal ini saya tidak harus mengamati benda berbagai warna, atau mencoba untuk melukis hal-hal yang berwarna merah dan hijau. Saya bisa tahu bahwa pernyataan ini benar hanya dengan berfikir tentang hal itu. Hal ini merupakan kebenaran apriori. Dengan demikian klaim kita mempertimbangkan menjadi sebuah kebenaran sintetik apriori. Kebenaran matematika tidak analitik: itu bukan bagian dari makna 12 yang sama dengan 7+5. Jika demikian, maka 12 juga berarti 6+6, dan dan jumlah tak terbatas dari kombinasi seperti yang lainnya. Ini tidak masuk akal bahwa kita harus memahami seperti satu set kebenaran matematika untuk memahami '12'. Meskipun sifat apriori matematika bisa ditantang. John Stuart Mill berpendapat bahwa itu adalah disiplin empiris dan karena itu dia senang menerima bahwa hal itu memberikan kita kebenaran sintetik (Mill, 1884). Hal ini karena matematika adalah apriori.

Sintetik-apriori menarik dan kontroversial karena melalui penalaran saja kita bisa mengetahui kebenaran tentang sifat matematika, moralitas, dan dunia. Para rasionalis menyatakan bahwa kita tidak hanya memiliki pemahaman apriori ketika itu benar untuk menerapkan konsep-konsep kita, tetapi juga pikiran itu sendiri dapat memberikan kita wawasan tentang sifat dari dunia. Wawasan ke dalam sifat penting dari hal-hal atau situasi dari jenis yang relevan, dalam cara bahwa realitas dalam hal tersebut harus (Bonjour, 2005). Argumen rasionalis menggunakan penalaran deduktif untuk menarik kesimpulan tentang dunia dapat diketahui secara benar berdasarkan pengalaman. Kesimpulannya hal ini dengan sendirinya merupakan apriori. Melalui intuisi dan penalaran rasionalis memperoleh pengetahuan, antara lain, metafisika, moralitas dan Tuhan.

Para empirisis menawarkan salah satu dari dua interpretasi alternatif item dugaan pengetahuan apriori. Mereka juga mengklaim bahwa pengetahuan tersebut tidak apriori, dan karena itu harus dibenarkan oleh pengalaman, atau bahwa pengetahuan apriori kita peroleh hanya menyangkut arti dari konsep kita, sesuatu yang masuk akal berdasarkan dari pengalaman4. Bukti Diri dan KepastianDalam bagian ini kita akan mengeksplorasi dua bagian yang secara tradisional telah diambil sebagai karakteristik a priori knowledge (pengetahuan apriori), karakteristik yang membedakan pengetahuan tersebut dari yang bersifat empiris. Pertama, a priori knowledge adalah bukti diri (self-evident), ada aspek pengalaman dan kepercayaan untuk ini. Ada perasaan tertentu atau fenomenologi terkait dengan penangkapan kebenaran tersebut, ada suatu kejelasan maupun kebenaran akan hal tersebut. Filsuf telah mencoba untuk menangkap aspek kami berpikir apriori menggunakan metafora visual. Kebenaran tersebut memiliki kejelasan dan kecerahan bagi pikiran penuh perhatian (Locke) atau mereka merasa jelas dan tegas melalui alasan alami (Descartes). Pengertian epistemologis diklaim harus jelas bahwa kita dibenarkan untuk dmeyakini mereka hanya dalam kebaikan memahami klaim tersebut. Apabila kita memahami klaim tidak ada yang merah diseluruh dan hijau, maka itu adalah semua yang diperlukan bagi kita untuk dibenarkan dalam memiliki keyakinan seperti itu. Kebenaran empiris tertentu mungkin terlihat jelas -misalnya, bahwa Birmingham adalah utara London- tapi lebih dari pemahaman tentang pernyataan ini diperlukan untuk percaya. Selain itu juga harus memiliki beberapa bukti empiris untuk mendukung klaim ini. Namun, ada beberapa dari kebenaran apriori yang tidak memerlukan bukti yang jelas, sebagai contoh mari kita berpikir tentang teorema Pythagoras. Saya tidak memiliki rasa bahwa ini adalah jelas benar. Ini bisa diklaim. Bagian kedua, sebagai karakteristik a priori knowledge adalah kepastian (certainty): kita tidak hanya percaya bahwa klaim apriori benar. Saya percaya cangkir saya berwarna kuning atau 2+2=4 dan semuanya itu benar. Namun ada masalah dalam membedakan klaim apriori dengan cara ini, jika kita salah dalam penalaran apriori akan membuat klaim empiris kita tentang dunia bisa keliru. 5. Innate Knowledge (Pengetahuan yang dibawa sejak lahir)

Para rasionalis mengklaim bahwa beberapa dari pengetahuan kita adalah bawaan lahir, yaitu bahwa hal tersebut tidak didapat melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak lahir. Plato beragumen bahwa kita memiliki innate knowlegde (pengetahuan yang dibawa sejak lahir) mengenai kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki innate knowledge mengenai Tuhan. Namun, para empiris berargumen bahwa semua pengetahuan kita mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman dan sebelum mengalaminya pikiran kita ada sebuah kertas kosong.

John Locke menawarkan sebuah argumen untuk penyelesaian ini, jika kita memiliki innate knowledge, dan fakta yang relevan bisa diketahui oleh semua orang, ini jelas bahwa hal tersebut bukan innate knowledge. Banyak anak kecil, orang idiot, anak liar, dan orang dewasa yang buta huruf yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kebaikan, Tuhan atau berbagai kebenaran apriori lainnya bisa dikatakan innate (bawaan).

Para rasionalis bisa menerima bahwa beberapa orang tidak bisa mengerti secara eksplisit suatu kebenaran, namun mereka terlihat secara tidak sadar memiliki pengetahuan tersebut. Film LEnfant Sauvage berdasarkan kasus aktual dari seorang anak yang dibesarkan oleh serigala. Satu bagian dari film yang memberi kesan bahwa dia memiliki innate moral knowledge walaupun tidak di tampilkan secara eksplisit. Dia kadang-kadang dihukum di dalam lemari. Dalam suatu kesempatan hal tersebut dilakukan pada bocah tersebut, walaupun dia tidak melakukan kesalahan, dan ketika hal tersebut terjadi dia berontak lebih keras daripada biasanya. Hal ini memberikan kesan bahwa anak tersebut tahu diperlakukan tidak adil, sesuatu yang tidak dia pelajari dari alam. Innate knowledge dimiliki dari lahir dan pendidikan yang tepat memungkinkan kita untuk menjadi sadar memiliki pengetahuan tersebut.

Noam Chomsky (1972) meneruskan sebuah hipotesis empiris yang menekankan pada jenis penting lainnya dari kapasitas innate (bawaan lahir). Dia mencatat bahwa anak kecil belajar bahasa asli mereka dalam waktu yang relatif singkat mengingat kompleksitas yang harus mereka pelajari dan terbatasnya pelajaran yang mereka dapatkan. Dia berargumen bahwa anak kecil hanya bisa melakukan hal tersebut karena mereka sudah mengetahui fitur tertentu dari struktural bahasa. Di sini, kita tidak boleh melupakan perhatian utama kita yaitu pertanyaan mengenai apakah kita bisa memiliki pengetahuan nyata yang terjustifikasi secara independen dari pengalaman kita. Anak kecil tidak memiliki kapasitas untuk mengekspresikan hal tersebut, dan walaupun sebagai orang dewasa, kita tidak mampu untuk mengartikulasikan aturan dari tata bahasa universal atau aturan dari bahasa kita sendiri (kecuali kita adalah ahli bahasa dan mempelajari hal tersebut). Chomsky mengklaim tidak menekankan pada pengetahuan nyata. Kita bisa berfikir mengenai perbedaan antara knowledge how dan knowledge that. Kita mungkin memiliki kapasitas atau kemampuan bawaan lahir (tahu bagaimana) untuk berbicara dan mengerti bahasa, tetapi kita mungkin tidak memiliki innate knowledge mengenai fakta tertentu. Sama halnya dengan kita mungkin memiliki kemampuan innate untuk objek individual dan untuk melihat beberapa hal seperti dibelakang atau didepan yang lainnya, tapi saya tidak memiliki innate knowledge bahwa cangkir kopi saya di depan komputer saya. Alam bukan memberikan kita pengetahuan, tetapi benih dari pengetahuan. (Seneca, 1925,cxx).

Hal ini penting untuk di catat bahwa masalah bawaan lahir berbeda dari apriori. Innate tidak menekankan justifikasi, itu hanya gagasan sementara mengenai apakah konsep-konsep, keyakinan atau kapasitas tertentu dimiliki sejak lahir. Kategori apriori memilih kebenaran bahwa kita dibenarkan untuk meyakini tanpa memperhatikan pengalaman kita. DAFTAR PUSTAKA

OBrien, Dan. 2006. An Introduction to The Theory of Knowledge. Cambridge, UK: Polity Press

1. Di sekolah saya belajar tentang teorema pythagoras dengan memotong segitiga dan kartu kotak keluar dari dalam rangka untuk mengukur wilayahnya.Teorema ini adalah sebuah kebenaran a priori, satu hal yang saya tahu memikirkan pengalaman, apakah benar?Jawaban:Benar, pengetahuan yang dijustifikasi dengan pengalaman disebut aposteriori atau empirical knowledge. Pengetahuan yang dimana pengalaman tidak digunakan untuk justifikasi disebut pengetahuan apriori. Didalam soal diatas, si subyek belajar tentang teorema phytagoras dengan memotong segitiga dan kartu kotak dari dalam rangka untuk mengukur wilayahnya. Hal ini termasuk kedalam aposteriori knowledge, karena si subyek didalam soal melakukan penelitian atau mencari tahu tentang phytagoras, sehingga pengetahuannya tentang phytagoras dijustifikasi dengan pengalamanya yaitu dengan menyusun potongan segitiga dari kartu dan mengukur luasnya.2. Melalui bukti yang panjang dan rumit dapat dipastikan bahwa ada jumlah tak terbatas pada bilangan prima (bilangan bulat yang hanya dibagi oleh satu dan diri mereka sendiri). Apakah ini pembuktian diri? Ini adalah sesuatu yang kita dapat mengetahui apriori? Apakah kita yakin bahwa hal ini benar?Jawaban:Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1, yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri. Misal 2 dan 3 adalah bilangan prima . 4 bukan bilangan prima karena dapat dibagi 2. Sepuluh bilangan prima yang pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 dan 29. Untuk mendapatkan kebenaran tentang hal ini tentu saja kita memerlukan bukti yang panjang dan rumit untuk memastikan bahwa bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1, yang factor pembaginya adaah 1 dan bilangan itu sendiri dengan kata lain diperlukan empirical knowledge untuk membuktikannya. Sehingga pengetahuan tentang bilangan prima dapat dikatakan sebagai apriori knowledge. Untuk meyakinkan bahwa hal ini benar tentu saja perlu pengalaman atau empirical knowledge tentang bilangan prima. Apabila kita tidak memiliki empirical knowledge tentang bilangan prima, kita tidak dapat menjustifikasi bahwa bilangan 2 atau 3 atau 4 adalah bilangan prima.3. Didalam sebuah episode sitcom Friends (1994-2004), disana diceritakan tentang pertarungan antara Ross dan Chandler untuk mengetahui siapa yang terkuat. Ross mengklaim dengan mengatakan Aku akan memperbaiki ini- aku akan memperbaiki ini seperti teori Apakah kesalahan epistemilogi disini?Jawaban:Rasa epistemologi ada dimana klaim itu jelas adalah bahwa kita dibenarkan untuk meyakini mereka ketika sudah terbukti jelas. Selain itu juga harus memiliki beberapa bukti empiris untuk mendukung klaim ini. Didalam soal diatas si Ross mengklaim bahwa ia akan melakukan perbaikan. Namun atas klaim tersebut si Ross belum ada bukti yang jelas atau empiris bahwa ia melakukan perbaikan. Disinilah letak kesalahan epistemologinya.4. Dapatkah apriori dengan penalaran sendiri memberikan kami pengetahuan substantif apapun tentang dunia?Jawaban:Pengetahuan apriori diperoleh melalui intuisi dan penalaran. Pembenaran yang dimiliki oleh pengetahuan tersebut tidak tergantung pada pengalaman dunia. Pada bagian terakhir ini kita akan beralih ke klaim rasionalis bahwa beberapa pengetahuan kita merupakan bawaan, yaitu tidak diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak lahir. Banyak pemikir mengklaim bahwa kita memiliki pengetahuan seperti: Plato berpendapat bahwa kita memiliki pengetahuan bawaan kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki pengetahuan bawaan tentang Tuhan. Empiris, bagaimanapun, berpendapat bahwa semua pengetahuan kita tentang dunia harus diperoleh melalui pengalaman dan sebelum kita memperoleh pengalaman, pikiran kita adalah 'halaman kosong'. Sebuah strategi rasionalis yang berbeda adalah untuk mengklaim bahwa para pemikir memiliki disposisi bawaan untuk memperoleh beberapa jenis pengetahuan.Namun, klaim seperti itu perlu diuji oleh kaum empiris. Mereka semua berkomitmen untuk mengklaim bahwa kita tidak memiliki pengetahuan bawaan saat lahir. Hal ini konsisten dengan klaim bahwa bayi memiliki kecenderungan untuk memperoleh beberapa jenis pengetahuan saat mereka tumbuh dewasa. Keyakinan persepsi juga dapat dianggap karena kita memiliki kapasitas bawaan untuk mendapatkan mereka: kita dilahirkan dengan alat sensorik dan secara genetik diberikan untuk mengembangkan mekanisme persepsi dan keyakinan pembentukan tertentu. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan perseptual bawaan untuk objek individual dan untuk memahami kedalaman relatif mereka dalam bidang visual kita.

5. Jelaskan bagaimana analogi berikut relevan dengan masalah bawaan pengetahuan. Jika jiwa seperti tablet kosong kemudian kebenaran akan dalam kita sebagai bentuk Hercules dalam sepotong marmer ketika marmer sepenuhnya netral untuk Apakah ini mengasumsikan bentuk ini atau lainnya. Namun, jika ada vena di blok yang ditandai keluar bentuk Hercules daripada bentuk lain, kemudian bahwa blok akan lebih bertekad untuk yang membentuk dan Hercules akan bawaan di dalamnya, dengan cara, bahkan melalui tenaga kerja akan diperlukan untuk mengekspos pembuluh darah dan memoles mereka ke dalam kejelasan, menghapus segala sesuatu yang mencegah mereka terlihat. (Leibniz, 1981,p.52). Apa jenis marmer terbaik mewakili manusia pemikir?Jawaban :Para rasionalis mengklaim bahwa beberapa dari pengetahuan kita adalah bawaan lahir, yaitu bahwa hal tersebut tidak didapat melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak lahir. Plato beragumen bahwa kita memiliki innate knowlegde (pengetahuan yang dibawa sejak lahir) mengenai kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki innate knowledge mengenai Tuhan. Namun, para empiris berargumen bahwa semua pengetahuan kita mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman dan sebelum mengalaminya pikiran kita ada sebuah kertas kosong.John Locke menawarkan sebuah argumen untuk penyelesaian ini, jika kita memiliki innate knowledge, dan fakta yang relevan bisa diketahui oleh semua orang, ini jelas bahwa hal tersebut bukan innate knowledge. Banyak anak kecil, orang idiot, anak liar, dan orang dewasa yang buta huruf yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kebaikan, Tuhan atau berbagai kebenaran apriori lainnya bisa dikatakan innate (bawaan). Innate tidak menekankan justifikasi, itu hanya gagasan sementara mengenai apakah konsep-konsep, keyakinan atau kapasitas tertentu dimiliki sejak lahir. Kategori apriori memilih kebenaran bahwa kita dibenarkan untuk meyakini tanpa memperhatikan pengalaman kita. Dalam soal diatas bahwa manusia memiliki pengetahuan bawaan sejak lahir, namun diperlukan pengetahuan tambahan atau pengetahuan empiris untuk menjustifikasi atau meyakini kebenaran sesuatu hal. 11