3
-
Upload
ummu-hanifah-amri -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of 3
Penjelasan SKL Agama
3.1.1 Makna Asmau al-husna:
Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui
Kata ‘Alim terambil dari akar kata “’ilm” yang menurut pakar-pakar bahasa berarti
“menjangkau sesuatu seusai dengan keadaannya yang sebenarnya”. Bahasa Arab
menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf “äin”, “lam”, “mim” dalam
berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak
menimbulkan keraguan. “Ïlmu, ia diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas
terhadap suatu objek. Allah SWT dinamai “’’Alim” atau “’Alim” Karena pengetahuan-Nya
yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang sekecil apapun.
Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui
Secara bahasa, Al-Khabir diambil dari mashdar al-khibru, al-khubru, al-khibrah, al-
khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap
sesuatu. Sedangkan al-khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu. Sedangkan definisi yang
disebutkan oleh para ulama adalah Dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala
sesuatu, Dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang
tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara-perkara yang tampak.
As-Sami’: Yang Maha Mendengar
Semua ucapan, pikiran, desiran daun dan segala gerak-gerik makhluk tak luput dari
jangkauanNya, semua terdengar dengan jelas meski terkadang ada yang menyembunyikan.
Allahlah yang mendengar semua yang terucap, terlintas dalam pikiran dan akal, apa yang
dirasakan dalam hati. Gemericiknya air, gemerisiknya dedaunan kala ditiup angin, bahkan
bunyi jejak langkah kaki semut Allah mendengarnya dengan jelas. As-Sami’ Yang Maha
Mendengar, adalah sifat kesempurnaan.
Al-Bashir: Yang Maha Melihat
Nama Allah, Al Bashiir bermakna Yang melihat segala, yang besar atau yang halus, yang
dekat atau yang jauh.
3.1.2 Arti dalil tentang Asmau Al-Husna:
Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (Q.s. Al-Kahfi 18:109).
Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui
�ير� ب �خ� ال �ح�ك�يم� ال و�ه�و�
“Dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)
As-Sami’: Yang Maha Mendengar
و�م�ن� ا و�اج� ز�� أ �م� ك �ف�س� ن
� أ م�ن� �م� �ك ل ج�ع�ل� ر�ض�� و�األ� م�او�ات� الس" ف�اط�ر�
م�يع� الس" و�ه�و� ي�ء& ش� �ه� �ل �م�ث ك �س� �ي ل ف�يه� �م� ؤ�ك �ذ�ر� ي ا و�اج� ز�� أ � �ع�ام ن
� األ�
�ص�ير� �ب الTidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (asy-Syura: 11)
Al-Bashir: Yang Maha Melihat
�ر�ى ١٤ ي "ه� الل ن"� �أ ب �م� �ع�ل ي �م� ل
� أ“tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”
3.1.3 Isi kandungan dalil Asma Al-Husna
Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui
Allah mengetahui segala sesuatu, manusia tidak mungkin dapat mendekati
pengetahuan Allah. Kejelasan pengetahuan manusia tidak mungkin dapat mencapai kejelasan
ilmu Allah. Pensaksian manusia yang paling jelas terhadap sesuatu, hanya bagaikan
melihatnya di balik tabir yang halus, tidak dapat menembus objek yang disaksikan sampai ke
batas terakhir.
Ilmu Allah bukan hasil dari sesuatu, tetapi sesuatu itulah yang merupakan hasil dari
ilmu-Nya. Sedangkan ilmu manusia dihasilkan dari adanya sesuatu. Allah mengetahui tanpa
alat. Ilmu Allah kekal, tidak hilang dan tidak pula dilupakan-Nya.
Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui
Ia adalah yang menyingkap pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat rahasia, apa-
apa yang ada dalam hati, dan perkara-perkara yang tersembunyi. Allah mengetahui segala
sesuatu, baik itu yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah mengetahui segala perbuatan
makhluk dan segala yang tebersit dalam lubuk hati mereka. Dan tidak ada sesuatupun baik di
langit ataupun bumi yang tersembunyi serta luput dari pengetahuan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
As-Sami’: Yang Maha Mendengar
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan
bumi serta segala isinya, begitu juga yang ajaib dan mengherankan yang kita saksikan seperti
luasnya cakrawala yang membentang luas di atas kita tanpa ada tiang yang menunjangnya;
karenanya, Dia-lah yang pantas dan layak dijadikan sandaran dalam segala hal dan dimintai
bantuan dan pertolongan-Nya; bukan tuhan-tuhan mereka yang tidak berdaya dan yang tidak
dapat berbuat apa-apa. Dia-lah yang menjadikan bagi manusia dari jenisnya sendiri jodohnya
masing-masing; yang satu dijodohkan kepada yang lain sehingga lahirlah keturunan turun-
temurun memakmurkan dunia ini. Demikian itu berlaku pula pada binatang ternak yang
akhirnya berkembang biak memenuhi daratan bumi.
Dengan demikian, teratur dan terjaminlah hidup dan kehidupan makhluk yang berada
di atas bumi ini. Makanan bergizi cukup, minuman yang menyegarkan lengkap dan lain-lain
nikmat yang wajib disyukuri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu
menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah. Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya
dalam segala hal. Dia Maha Mendengar. Dia mendengar segala apa yang diucapkan setiap
makhluk.
Al-Bashir: Yang Maha Melihat
Allah Maha melihat segala sesuatu yang ada di muka bumi. Dari segala sesuatu
sebesar biji zarah pun tak luput dari penglihatan Allah. Tidak ada hal yang tidak bisa dilihat
Allah.
3.1.4 Hikmah beriman kepada Allah
Dengan meneladani dan meyakini asmaul-husna, kita dapat menjadi manusia yang
lebih baik dan memperoleh hikmah, antara lain:
1. Memiliki keluhuran budi sesuai dengan asmaul-husna al-karim
2. Menjadi manusia yang dapat memberikan keamanan untuk makhluk lain sesuai
dengan asmaul-husna al-mu’min
3. Hidup optimis, karena Allah akan menolong makhluk-Nya yang mengalami masalah
dalam tugasnya sesuai dengan asmaul-husna al-wakiil.
4. Menjadi manusia yang teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran
sesuai dengan asmaul-husna (al-matin).
5. Mempersiapkan diri untuk berkumpul di padang mahsyar untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya di dunia, serta menjadi katalisator terbentuknya persatuan dan
kesatuan umat agar terbentuk kehidupan yang harmonis. Ini sesuai dengan asmaul-
husna al-jami’.
6. Menjadi manusia yang yakin bahwa Allah maha tau apa yang kita butuhkan, sehingga
kita menjadi manusia yang siap mendapat ujian syukur ataupun ujian sabar dari Allah
karena Allah mempunyai sifat al-‘adl.
7. Menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan karena
mempercayai Allah bersifat al-akhir.
3.6.1.1 Arti dalil Q.S Al-Baqarah ayat 42 dan Hadist
�م�ون� �ع�ل ت �م� نت� و�أ �ح�ق" ال � �م�وا �ت �ك و�ت �اط�ل� �ب �ال ب �ح�ق" ال � وا �س� �ب �ل ت � و�ال
“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan
yang benar padahal kamu mengetahuinya. “ ( Qs Al -Baqarah : 42 )
Hadist: Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Muhammad,
dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Artinya, janganlah
kalian menyembunyikan pengetahuan yang kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan
juga apa yang dibawanya, sedangkan kalian men-dapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang
berada di tangan kalian.”
3.6.1.2 Makna Kandungan Q.S Al-Baqarah ayat 42 dan Hadist
Melalui firman-Nya ini Allah Ta’ala melarang orang-orang Yahudi dari kesengajaan
mereka mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan, serta tindakan mereka
menyembunyikan kebenaran dan menampakkan kebatilan. Dengan demikian Dia melarang
mereka dari dua hal secara bersamaan serta memerintahkan kepada mereka untuk
memperlihatkan dan menyatakan kebenaran. Oleh karena itu, dari Ibnu Abbas, adh-Dhahhak
mengenai ayat ini, ia mengatakan, artinya janganlah kalian mencampuradukkan yang hak
dengan yang batil dan kebenaran dengan kebohongan.
Sementara Qatadah mengatakan, �اط�ل� �ب �ال ب �ح�ق" ال وا �س� �ب �ل ت � Dan janganlah“ و�ال
kamu mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan.” Artinya janganlah kalian
mencampuradukkan antara ajaran Yahudi dan Nasrani dengan Islam sedang kalian
mengetahui bahwa agama Allah adalah Islam.
Boleh juga ayat tersebut berarti, sedangkan kalian mengetahui bahwa dalam tindakan
penyembunyian pengetahuan tersebut mengandung bahaya yang sangat besar bagi manusia,
yaitu berupa penyesatan mereka dari petunjuk yang dapat men-jerumuskan mereka ke neraka
jika mereka benar-benar mengikuti kebatilan yang kalian perlihatkan kepada mereka, yang
dicampuradukkan dengan semacam kebenaran dengan tujuan agar kalian dapat dengan
mudah menyebarluaskannya ke tengah-tengah mereka. Al-Kitman artinya penyembunyian,
lawan penjelasan dan keterangan.
3.6.2.1 Arti dalil Q.S Al-Anfal ayat 27 dan Hadist
وتخونوا والرسول الله تخونوا ال امنوا الذين ياايها
تعلمون وانتم امنتكم“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).
Hadist: Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata: ”Oleh karena itu wahai ikhwan
kuatkanlah keimanan dan ruhiyah kalian, kuatkanlah ilmu dan tsaqaofah kalian serta
kuatkanlah fisik dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul amanah. Dan Allah
memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan segala bentuk kekuatan”.
3.6.2.2 Makna dalil Q.S Al-Anfal ayat 27 dan Hadist
Hidup ini tidak lain dari sebuah safari atau perjalanan panjang dalam melaksanakan
amanah dari Allah. Dalam hidupnya manusia dibatasi oleh empat dimensi, bumi tempat
beramal, waktu atau umur sebagai sebuah kesempatan beramal, nilai Islam yang menjadi
landasan amal dan potensi diri sebagai modal beramal. Maka orang yang bijak adalah orang
yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang
tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang
senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di
dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh
apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.
Amanah pertama yang harus dilakukan adalah Amanah Fitrah manusia, dimana
mahluk lain enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, ma’rifah dan
iman kepada Allah atas dasar niat, kemauan, usaha dan orientasi. Amanah berikutnya adalah
Amanah Syahadah (Kesaksian). Pertama, berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi
agamanya. Kedua, berupa kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia.
Ketiga, berupa kesaksian agar menerapkan manhaj dan syariah Islam di bumi Allah.
Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Pertanyaan akan
ditujukan atas amanah yang dibebankan kepada kita. Barangsiapa yang menunaikan amanah
sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barangsiapa yang melalaikan amanah sekecil
apaupun niscaya akan dilihat. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggungjawab itu. Karena
tempat yang ditinggali adalah bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah,
potensi yang ada adalah anugerah Allah dan nilai Islam adalah tolok ukur dari pelaksanaan
amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang menghadap Allah.
Oleh karena itu sekecil apapun amanah yang dilaksanakan, maka memiliki dampak
positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki
dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga
mengenai umat manusia secara umum. Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan
cara yang halal dan baik, maka akan memberikan dampak positif berupa ketenanggan jiwa
dan kebahagiaan bagi keluarganya. Lebih dari itu dia mampu memberi sedekah dan infak
kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang mengaggur dan malas akan
menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, terlantarnya keluarga, kekisruhan, keributan
dan beban bagi orang lain.
3.7.1 Arti dalil Q.S Al-Ahqaf ayat 13 dan Hadist
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah,maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita. "Istiqamah" ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang
saleh.
Hadist: Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu :
"Istiqomah mengandung 3 macam arti : Istiqomah dengan lisan (yaitu bertahan terus
mengucapkan kalimat syahadat), istiqomah dengan hati (artinya terus melakukan niat yang
jujur) dan istiqomah dengan jiwa (senantiasa melaksanakan ibadah dan ketaatan secara terus-
menerus).
3.7.2 Makna dalil Q.S Al- Ahqaf ayat 13 dan Hadist
Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah
SWT, yaitu orang-orang yang mengakui dan mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah",
kemudian ia beristikamah, yakni tetap dalam pengakuan itu. Tidak dicampurinya sedikit pun
juga pengakuan itu dengan perbuatan-perbuatan syirik. Dia menetapi dan mengikuti garis-
garis yang telah ditentukan agama, mengikuti perintah-perintah Allah dengan sebenar-
benarnya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Maka orang yang semacam itu tidak ada
suatu kekhawatiran pun terhadap diri mereka di Hari Kiamat nanti karena Allah menjamin
keselamatan mereka. Mereka tetap bersedih hati terhadap yang mereka tinggalkan di dunia
setelah mereka wafat, begitu juga terhadap sesuatu yang luput dan hilang dan mereka selama
hidup di dunia itu serta tidak ada penyesalan sedikitpun pada diri mereka.
3.8.1 Ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar
Hadas terbagi menjadi dua yaitu :
Hadas Besar
Yaitu cara mensucikannya dengan mandi besar atau kalau tidak ada air bisa dengan
cara bertayamum, adapun bertayamum karena hadasbesar/junub caranya adalah sama sperti
bertayamum ketika wudhu tidak air "peringatan" dilarang tayamum karna hadas besar/junub
dengan cara mengguling-gulingkan badan kita ke tanah
Yang menyebabkan hadas besar yaitu ada lima :
1. Hubungan kelamin yaitu bertemunya dua alat kelamin laki-laki dan perempuan.
2. Keluar Mani di sengaja atau tidak di sengaja (mimpi basah)
3. Haid atau datang bulan khusus untuk perempuan. Yaitu keluar darah "secara wajar'
dari rahim wanita beberapa hari dari tiap-tiap bulan
4. Melahirkan bagi perempuan
5. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim wanita sehabis melahirkan
Hadas Kecil
Cara mensucikannya adalah dengan ber-wudhu. Atau tayamum (bersuci
menggunakan debu dengan syarat-syarat tertentu).
Yang menyebabkan hadas kecil yaitu ada dua :
1. Keluarnya sesuatu dari kubul atau lubang depan seperti Kencing dll
2. Keluarnya sesuatau dari dubur atau lubang belakang, seperti BAB, Kentut dll
3.8.2 Pembahagian najis dan contohnya
Menurut bahasa, najis artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah segala sesuatu yang
dianggap kotor menurut syara’ (Hukum Islam). Suatu benda atau barang yang terkena najis
disebut mutanajjis. Benda mutanajjis dapat disucikan kembali, misalnya pakaian yang kena
air kencing dapat dibersihkan dengan cara menyucinya. Berbeda dengan benda najis, seperti
bangkai, kotoran manusia dan hewan tidak dapat disucikan lagi, sebab ia tetap najis.
Kotoran adalah segala sesuatu yang kotor atau tidak bersih. Tidak semua yang kotor
selalu dikatakan najis, misalnya daki di badan, ketombe di kepala, noda air kopi atau sirop,
dan sebagainya.
Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita temukan pada badan,
pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan. Najis bentuknya
konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang
selesai berhubungan badan dengan istri (jima’), ia dalam keadaan hadats besar. Ketika ia
kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing,
maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan dengan berwudhu atau tayamum dan
hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut hilang, maka sudah
membuat benda tersebut suci.
Pembagian Najis dan Macam-Macam Najis berdasarkan Pembagiannya:
Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Najis berat atau najis mugallazhah, yaitu najis yang harus dicuci sampai tujuh kali dengan
air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang suci atau air yang dicampur dengan
tanah. Contohnya air liur anjing.
b. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan cara menggunakan
air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Najis mutawassithah dibagi menjadi:
• Najis ‘ainiyah, yaitu najis yang masih terlihat zatnya, warnanya, rasanya, maupun baunya.
Cara menyucikannya dengan menghilangkan zat, warna, rasa dan baunya.
• Najis hukmiyah, yaitu najis yang kita yakini adanya tetapi tidak nyata zatnya, baunya,
rasanya, dan warnanya, seperti air kencing yang sudah mengering.
c. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan dengan memercikkan
atau menyiram air di tempat yang terkena najis. Contohnya: air kencing bayi yang belum
makan apa-apa kecuali air susu ibu.
Najis yang dimaafkan atau najis ma‘fu, yaitu najis yang dapat disucikan cukup dengan
air, jika najisnya kelihatan. Apabila tidak kelihatan tidak dicuci juga tidak apa-apa, karena
termasuk najis yang telah dimaafkan. Misalnya najis bangkai hewan yang tidak mengalir
darahnya, darah atau nanah yang sedikit, debu dan air di lorong-lorong yang memercik
sedikit yang sukar menghindarkannya.
3.8.3 Tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar
Hadas Besar:
1. Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syar`i, kecuali dengan dua hal :
Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits
Umar bin Khaththab radhiallahu anhu: “bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda : “Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya.”{HR. Al-
Jamaah} Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa
niat tidak dianggap syari. Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan
amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.
2. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah
subhanahu wa Taala: “Dan apabila kalian junub maka mandilah.{Al-Maidah :6}
Dan juga firman Allah subhanahu wa Taala : “Mereka bertanya kepadamu tentang
haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri
kalian dari wanita (istri)yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka,
sampai mereka bersuci (mandi).”{Al-Baqarah : 222}
Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah
:
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan
tersebut digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua
kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci
kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri
sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta
menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala
berwudhu).
8. membersihkan/mengeringkan airyang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan
handuk atau lainnya.
Hadas kecil:
Wudhu:
Yang dimaksud dengan wudhu dalam syariat Islam adalah menggunakan air dengan
cara tertentu, pada bagian anggota tubuh tertentu yang telah ditentukan oleh syariat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak diterima shalat salah seorang di
antara kalian yang berhadats, kecuali ia telah berwudhu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Terdapat sebuah hadits yang terkenal yang menjelaskan secara rinci bagaimana tata
cara wudhu yang dilakukan oleh Nabi, yaitu hadits yang diriwayakan oleh Humron budak
‘Utsman bin ‘Affan. Berdasarkan hadits tersebut dan hadits-hadits lainnya, terdapat sepuluh
poin tata cara wudhu yang sempurna yang diajarkan oleh Nabi. Berikut 10 sifat tersebut yang
harus dilakukan secara berurutan:
(1) berniat dalam hati untuk menghilangkan hadats,
(2) membaca “BismillÄh”,
(3) mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali,
(4) mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke mulut dan hidung
untuk digunakan berkumur, dilakukan sebanyak tiga kali,
(5) mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam mulut dan hidung tersebut dengan
menggunakan tangan kiri,
(6) membasuh seluruh bagian wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot bagi yang
memiliki jenggot,
(7) membasuh tangan kanan dan tangan kiri sampai batas sikut dan disertai dengan menyela
jari jemari,
(8) mengusap kepala dari arah depan ke belakang dengan sekali usapan,
(9) mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga,
(10) membasuh kedua telapak kaki sampai batas mata kaki dan menyela-nyela jari jemari
kaki.
3.8.4 Pembahagian Air
Pembagian Air di dalam Ajaran Islam sendiri jika ditinjau dari segi hukumnya maka bisa
dibagi menjadi 4 Golongan yang antara lain,
1. Air Suci dan Mensucikan, Pengertianya adlh Air Muthlak yaitu Air yg masih murni dan
dapat digunakan untuk bersuci dg tidak mahruh.
2. Air Suci dan Mensucikan, tetapi Makruh untuk digunakan yg artinya Air Musyammas atau
Air yg dipanaskan dg matahari di tempat logam yg bukan emas.
3. Air Suci tetapi tidak mensucikan, seperti Air Musta’mal yg telah digunakan untuk bersuci
menghilangkan hadats atau menghilangkan najis kalau tidak berubah rupa-nya, rasa-nya dan
bau-nya.
4. Air Mutanajis yaitu Air yg terkena najis atau kemasukan najis sd jumlahnya kurang dari
dua kullah. Maka Air yg semacam itu tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jikka lebih dari
2 (dua) kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersucii. ( 2 Kullah sama dg 216
liter, jika berbentuk bak, maka besarnya = Panjang 60 cm dan dalam / tinggi 60 cm).
Kemudian ada satu macam air lagi yg suci dan mensucikan tetapi haram untuk dipakainya
yaitu air yg diperoleh dari mencuri atau Ghashab yg diambil tanpa ijin terlebih dahulu dari
pemilik air tersebut.
3.8.5 Tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar berdasarkan syariat Islam
(sama dengan 3.8.3)
3.9.1 Pengertian shalat wajib berjamaah
Kata "jama'ah" berarti kumpul. Sholat berjamaah dari segi bahasa artinya sholat yang
dikerjakan bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Sedangkan menurut pengertian syara'
adalah sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang
diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya manjadi ma'mum.
Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang dan dapat dilaksanakan
di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya. Tempat yang paling utama untuk
mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid, demikian juga shalat jama'ah. Makin banyak
jumlah jama'ahnya makin utama dibandingkan dengan shalat jama'ah yang sedikit pesertanya.
3.9.2 Kandungan serta dalil tentang shalat berjamaah
Shalat seorang bersama dengan seorang lainnya lebih baik daripada sholat seorang
diri, shalat seseorang bersama dua orang lebih lebih baik daripada sholat seseorang bersama
satu orang. Jika jama'h itu lebih banyak pesertanya maka jama'ah itu lebih disenangi oleh
Allah Ta'ala." (HR. Abu Dawud dan Nasai dari Ubay bin Ka'ab).
3.9.3 Penjelasan dalil tentang shalat berjamaah
Shalat berjama'ah sangat besar manfaatnya karena di samping dapat mempererat
persaudaraan juga dapat menambah syiar Islam. Sholat berjama'ah juga mempunyai derajat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sholat sendirian.
3.9.4 Syarat dan ketentuan shalat wajib berjamaah
Shalat berjamaah yaitu shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama, yang satu menjadi imam dan yang lain makmum.
ج�ة� د�ر� �ن� ر�ي و�ع�ش� Bع� ب �س� ب Cالف�ذ �ة� ص�ال م�ن� ف�ض�ل&� أ �ع�ة� الج�ما �ة� ص�ال
Artinya: Shalat berjamaah itu lebih utama (baik) dikerjakan daripada shalat sendirian
dengan 27 derajat. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Hukum mengerjakan shalat berjamaah adalah sunat muakkad.Shalat yang dimaksud
adalah shalat fardu yang lima waktu ,akan lebih baik lagi apabila dikerjakan secara bersama-
sama ( berjamaah ) di masjid.
3.9.5 Penjelasan ketentuan shalat wajib berjamaah
Yang dimaksud dengan Imam dalam shalat berjamaah yaitu orang yang berada di
bagian paling depan dalam shalat berjamaah.Dengan kata lain,Imam menjadi pemimpin
shalat.
, � �م �ما اإل م�ن� Jل� �ك ل �ح� �ص�ل ي � �ف�ظ�ها و�ل � �م �ما اإل �ة� �ص�ال ب � م�و�م� الم�أ �ة� ص�ال �ط� ر�ب Cع�ى ر� الش" � �ها و�م�ع�نا
�ة� �ن �الق�ر�ي ب � ح�د�ه�ما� أل "ن� �ع�ي �ت و�ي � م�و�م
� و�الم�أ
ج�ة� د�ر� �ن� ر�ي و�ع�ش� Bع� ب �س� ب �د� �ف�را �ن اإل م�ن� ف�ض�ل�� أ و�ه�ى�
Pengertian berjama’ah shalat menurut pandangan agama ialah memiliki ikatan
terhubung antara makmun dan imam, subsidi silang antara yang memimpin dan yang
dipimpin juga sesama yang dipimpin. Ungkapan shalat berjama’ah adalah sangat baik dari
imam dan makmum, dan ungkapan menyatakan berjama’ah itu ditentukan khusus untuk
seorang imam dan makmum dengan adanya tanda berjama’ah.Shalat berjamaah itu lebih
utama daripada shalat sendirian dengan selisih dua puluh tujuh tingkatan.
Syarat-syarat menjadi Imam shalat berjamaah:
a. Orang yang lebih banyak hafalan suratnya,dibanding dengan orang (makmum ) yang
lain.
b. Yang lebih banyak mengerti tentang shalat yang hendak dikerjakan.
c. Yang lebih tua usianya.
d. Tidak boleh mengikuti shalatnya orang lain.
e. Laki-laki lebih berhak menjadi imam,dibanding perempuan.
Pengertian Makmum dan Syarat-syaratnya
Yang dimaksud dengan makmum yaitu orang yang berdiri dibelakang imam dalam shalat
berjamaah.
Ketentuannya:
a. Niat mengikuti shalat iamam.
b. Makmum mengikuti imam dalam semua gerakan shalat.
c. makmum mengetahui ( melihat ) imam dalam setiap gerakan shalat.
d. Imam dan Makmum harus berada dalam satu tempat.
e. Tempat berdiri makmum tidak boleh melebihi ( lebih depan ) daripada Imam.
f. Shalat yang dikerjakan sama dengan shalat yang dikerjakan Imam.
g. Laki-laki tidak boleh menjadi makmum apabila imamnya perempuan.
3.12.1 Sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai menjadi rasul
Muhammad bin Abdullāh (lahir di Mekkah, 20 April 570 – meninggal di Madinah, 8
Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir bagi umat Muslim.
Muhammad menciptakan ajaran dan ilmu pengetahuan berupa agama Islam. Yang kemudian
menjadi agama terbesar di dunia ini. Pengaruh dari nabi Muhammad SAW, membuat seorang
penulis buku Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh
paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Silsilah keluarga Muhammad
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b
bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[15]
Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam
bin Nuh.
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushaybin Kilab bin Murrah bin
Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin
Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin
al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin
Ibrahim bin Tarih(Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin
Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh binYarda bin Mahlil
bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu
riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah
Adnan terjadi perbedaan pendapat. Maksud dari Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-
Nadhr bin Kinanah
Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa yaitu ada
serombongan pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah (Gubernur kerajaan Habsyi di
Yaman) hendak menghancurkan Kakbah karena negeri Makkah semakin ramai dan bangsa
Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu padat umat manusia untuk haji. Ini
membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha membelokkan umat manusia agar tidak lagi ke
Makkah. Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang bernama Al-Qulles. Namun tak
seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu. Abrahah marah besar dan akhirnya
mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang Kakbah. Didekat Makkah pasukan bergajah
merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor Unta Abdul Muthalib
Keadaan kota Makkah sepi tentara Abrahah dengan leluasa masuk Makkah dan siap
untuk menghancurkan Kakbah. Namun kejadian tersebut telah digagalkan oleh Allah SWT
dengan mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil itu
dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus
ke badan sampai mati. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5. (QS
105 :1-5). Pasukan bergajah hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT.
Pada masa itu tepatnya hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah lahir bayi
yang diberi nama Muhammad dari kandungan ibu Aminah dan yang ber-ayahkan Abdullah.
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun
Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah.
Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika
itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun
ilmu pengetahuan. Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya, Abdullah, meninggal
dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad
masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aimanyang kemudian mengasuh Nabi.
Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul
Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-
Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun.
Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.
Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW hingga Masa Kerasulannya
Kebiasaan di kalangan pemuka pada saat itu apabila mempunyai bayi, maka bayi
yang baru lahir itu dititipkan kepada kaum ibu pedesaan. Dengan tujuan agar dapat
menghirup udara segar dan bersih serta untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar tetap sehat.
Menurut riwayat, setelah Muhammad dilahirkan disusui oleh ibunya hanya beberapa
hari saja, Tsuaibah menyusui 3 hari setelah itu oleh Abdul Munthalib disusukan kepada
Halimah Sa’diyah istri Haris dari kabilah Banu Saad.
Semenjak kecil Muhammad memiliki keistimewaan yaitu badannya cepat besar, umur
5 bulan sudah dapat berjalan dan umur 2 th sudah lancar berbicara serta umur 9 th sudah
menggembalakan kambing dan wajahnya memancarkan cahaya.
Muhammad diasuh Halimah selama 6 th. Pada usia 4 th Muhammad didekati oleh malaikat
Jibril dan menelentangkannya lalu membelah dada dan mengeluarkan hati serta segumpal
darah dari dada nabi Muhammad SAW lalu Jibril mencucinya kemudian menata kembali ke
tempatnya dan Muhammad tetap dalam keadaan bugar.
Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah khawatir dan
mengembalikan Muhammad ke ibundanya. Pada usia 6 th nabi diajak Ibunya untuk berziarah
ke makam ayahnya di Yatsrib dengan perjalanan 500 km. Dalam perjalanan pulang ke
Makkah Aminah sakit dan akhirnya meninggal di Abwa yang terletak antara Makkah dan
Madinah.
Nabi Muhammad lantas ditemani Ummu Aiman ke Makkah dan diantarkan ke tempat
kakeknya yaitu Abdul Munthalib. Sejak itu Nabi menjadi yatim piyatu tidak punya ayah dan
ibu. Abdul Munthalib sangat menyayangi cucunya ini (Muhammad) dan pada usia 8 th 2 bl
10 hari Abdul Munthalib wafat. Kemudian Nabi diasuh oleh pamannya yang bernama Abu
Thalib.
Abu Thalib mengasuh menjaga nabi sampai umur lebih dari 40 th. Pada usia 12 th
nabi diajak Abu Thalib berdagang ke Syam. Di tengah perjalanan bertemu dengan pendeta
Bahira. Untuk keselamatan nabi Bahira meminta abu Thalib kembali ke Makkah.
Ketika Nabi berusia 15 th meletus perang Fijar antara kabilah Quraisy bersama
Kinanah dengan Qais Ailan. Nabi ikut bergabung dalam perang ini dengan mengumpulkan
anak-anak panah buat paman-paman beliau untuk dilemparkan kembali ke musuh.
Pada masa remajanya Nabi Muhammad biasa menggembala Kambing dan pada usia
25 th menjalankan barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW
dipercaya untuk berdagang dan ditemani oleh Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW jujur
dan amanah serta keuntungannya melimpah ruah.
Perkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang
dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk
menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum
dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang
dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen
penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur
dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah.
Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang
pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah
Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah mempercayakannya untuk mengatur barang
dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah
sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih
dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka
menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati
umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad.
Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi
halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih
menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan
mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih
memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh Gelar
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy
(suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya
"orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa
kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh ,kemudian menambahkan
kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan
keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim",
karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal
dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan
Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak
meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan
memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-
sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar
Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan
keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh
dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-
orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan
berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di
kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan
kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".
Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad
SAW, antara lain :
- Ahmad
- Al-Mahi
- Al-Hasyir
- Al-'Aqib
- Muqaffi
- Nabiyyuttaubah
- Nabiyyurrahmah.
Pengertian nama-nama nabi Muhammad Saw :
Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.
Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,
Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan
beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.
Al-'Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.
Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi.
Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma'shum dalam artian bersih dari dosa,
namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali sehari,
dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.
Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam
peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda
beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar
tersebut adalah Allah Swt.
Sifat-Sifat Rasulullah SAW
Rasulullah SAW mempunyai sifat yang baik yaitu:
a). Siddiq
Siddiq artinya jujur dan sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat bohong (kidzib)
Rasulullah sangat jujur baik dalam pekerjaan maupun perkataannya. Apa yang dikatakan dan
disampaikan serta yang diperbuat adalah benar dan tidak bohong. Karena akhlak Rasulullah
adalah cerminan dari perintah Allah SWT.
b). Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat Khianat
atau tidak dapat dipercaya. Rasulullah tidak berbuat yang melanggar aturan Allah SWT.
Rasulullah taat kepada Allah SWT. Dan dalam membawakan risalah sesuai dengan petunjuk
Allah SWT tidak mengadakan penghianatan terhadap Allah SWT maupun kepada umatnya.
c). Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Rasulullah sangat tidak mungkin untuk
menyembunyikan (kitman). Setiap wahyu dari Allah disampaikan kepada umatnya tidak ada
yang ditutup- tutupi atau disembunyikan walaupun yang disampaikan itu pahit dan
bertentangan dengan tradisi orang kafir. Rasulullah menyampaikan risalah secara sempurna
sesuai dengan perintah Allah SWT.
d). Fathonah
Fathonah artinya cerdas. Sangat tidak mungkin Rasul bersifat baladah atau bodoh.
Para Rasul semuanya cerdas sehingga dapat menyampaikan wahyu yang telah diterima dari
Allah SWT. Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT maka sangat tidak mungkin Rasul itu
bodoh. Apabila bodoh bagaimana bisa menyampaikan wahyu Allah.
Masa Ketika Menjadi Rasul
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan
kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua
Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali
sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan
dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut
yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon
kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17
Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah
pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad
diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak
dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad
membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)”
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah
(penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua
Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya
panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta
istrinya agar memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak
Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin
Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci
Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata,
bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan
mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu
23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi,
sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang
mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi
bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama
ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan
peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang
diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi
dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya,
dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat
tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya
mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam
kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya
menyebarkan Islam secara terbatas di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini
untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang
sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks
ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa
awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat
dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal.
Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka menyiarkan agama
Islam.
Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kedua mulailah beliau dakwah secara
sembunyi-sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat-sahabat beliau seorang demi
seorang masuk Islam.
Orang-orang yang pertama-tama masuk Islam adalah:
a). Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)
b). Ali Bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)
c). Zaid Bin Haritsah (Anak angkat Nabi SAW)
d). Abu Bakar Ash-Shidiq (Sahabat Dekat Nabi SAW)
Orang-orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Ash-Shidiq yaitu:
a). Utsman Bin Affan
b). Zubair Bin Awwam
c). Saad Bin Abi Waqqash
d). Abdurahman Bin Auf
e). Thalhah Bin “Ubaidillah
f). Abu Ubaidillah Bin Jarrah
g). Arqam Bin Abil Arqam
h). Fatimah Binti Khathab
Mereka itu diberi gelar “As-Saabiqunal Awwaluun” Artinya orang-orang yang
terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam dan mendapat pelajaran tentang Islam
langsung dari Rasulullah SAW di rumah Arqam Bin Abil Arqam.
3.12.2 Sejarah perjuangan Nabi Muhammad priode mekkah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk
masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat
serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat
tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang
tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar
Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW
pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang
namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi
awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara
terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama
Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid
bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi
SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari
kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar
kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang
pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum
Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini,
terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi
dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan
para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-
sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi
hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan
perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan
sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa
ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan
agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum
kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita
untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan
jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab.
Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.
Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat.
Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun
duka cita).
3.12.3 Penjelasan dakwah Rasulullah periode Mekkah
(sama dengan 3.12.3)
3.3.1 Terjemahan Q.S A-Rahman ayat 33 dan hadist
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.”[1]
3.3.2 Terjemahan Q.S Al-Mujadillah ayat 11
ح�و�ا ف�اف�س� �م�ج�ل�س� ال ف�ى ح�و�ا �ف�س" ت �م� �ك ل �ل� ق�ي �ذ�ا ا �و�آ �م�ن ا �ن� "ذ�ي ال Xه�ا �آي ي
�و�ا �م�ن ا �ن� "ذ�ي ال الله� ف�ع� �ر� ي و�ا ز� �ش� ف�ان و�ا ز� �ش� ان �ل� ق�ي �ذ�ا و�ا �م� �ك ل الله� ح� �ف�س� ي
ـ �ر& �ي ب خ� �و�ن� �ع�م�ل ت �م�ا ب الله� و� Bج�ت د�ر� �م� �ع�ل ال �و�ا �و�ت ا �ن� "ذ�ي ال و� �م� �ك م�ن
المجادلةArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
al-Mujadilah: 11)
3.3.3 Hukum Bacaan Tajwid daam Q.S A-Rahman ayat 33
Hukum Bacaan Alasan
mad tabi’i
izhar qamariyyah
ikhfa’
ikhfa’ syafawi
izhar
ikhfa’
qalqalah
Huruf alaf berada setelah fathah
Alif lam bertemu dengan huruf jin
Nun mati bertemu huruf sin
Mim mati bertemu huruf hamzah
Nun mati bertemu huruf hamzah
Huruf qaf dalam keadaan sukun
Mim mati bertemu mim
idgam syamsiyah
mad tabii
Alif lam bertemu dengan huruf sin
Wau sukun berada setelah dama
3.3.4 Hukum bacaan Q.S Al-Mujadillah ayat 11
Mad jaiz munfasil (Mad asli bertemu hamzah) pada bacaan ه�اX ي� أ �ا ي
2. Mad asli (Kasrah bertemu ya sukun) pada bacaan ق�يل�
3. Al qamariyah (Al bertemu mim pada bacaan) ال�س� �م�ج� ال
4. Tarqiq (Lafaz jalalah sebelumnya kasrah) pada bacaan ه�" الل ف�ع� �ر� ي
5. Mad badal (Hamzah bertemu huruf mad dalam satu kata) pada bacaan و� آم�ن
6. Mad ‘arid lissukun (Mad asli) yang diwaqafkan pada bacaan &ير� ب خ�
7. Ikhfa pada bacaan وا ز� انش�
8. Izhar syafawi pada bacaan و� �م� �ك ل
9. Alif lam qamariah pada bacaan ال�س� �م�ج� ال
10. Izhar syafawi pada bacaan ف�س"ح�و� ت �م� �ك ل
11. Lafal jalalah pada bacaan ه�" الل
12. Ikhfa pada bacaan وا ز� ف�انش�
13. Ikhfa pada bacaan م�نك�م
14. Alif lam qamariah pada bacaan ذ�ين�" و�ال
3.3.5 Kandungan Q.S Al-Mujadillah ayat 11
Kesimpulan isi atau kandungan ayat 11 aurah Al-Mujadilah antara lain sebagai berikut:
a. Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis
zikir, dan segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.
b. Apabila disuruh bangun untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridai Allah, maka
penuhilah suruhan tersebut dengan segera dan dengan cara yang sebaik-baiknya.
c. Allah SWT mengangkat orang-orang beriman atas orang-orang yang tidak beriman
beberapa derajat tingginya, dan Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu
pengetahuan atas orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa
derajat tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajar orang-orang beriman,
teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu pengetahuan.
Penjelasan
a. Ayat Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya antara lain berkaitan dengan adab
atau tatakrama yang harus diterapkan dalam majelis-majelis yang baik dan diridai Allah
SWT. Misalnya majelis ta’lim, majelis ilmu pengetahuan dan teknologi, majelis zikir, dan
majelis salat jum’at berjamaah.
b. Adab atau tata krama yag dimaksud yaitu memberikan kelapangan kepada orang-orang
yang akan mengunjungi yang berada dalam majelis-majelis tersebut dengan cara, seperti;
mempersilakan orang lain yang datang belakangan untuk duduk di samping kita sekiranya
masih kosong, menciptakan suasana nyaman, mewujudkan rasa persaudaraan, saling
menghormati dan saling menyayangi, serta tidak boleh menyuruh orang lain yang lebih dulu
menempati tempat duduknya untuk pindah ke tempat lain tanpa alasan yang diberikan oleh
syara.
c. Mukmin/mukminah apabila diperitah Allah SWTndan rasul-nya untuk bangun
melaksanakan hal-hal yang baik yang di ridai-nya, seperti salat, menuntut ilmu, berjuang di
jalan Allah, dan membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah tersebut hendaknya
segera ndilaksanakan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan syara.
d. Ilmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan. Perbuatan ibadah yang tidak
dikerjakan sesuai dengan ilmu tentang ibdah tersebut, tentu tidak akan di terima Allah SWT.
3.3.6 Kandungan Q.S A-Rahman ayat 33
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi)
ke penjuru langit dan bumi, arti perintah Allah ini hanya sekedar tantangan Allah untuk
menguji dan melemahkan jin dan manusia. Jika mereka kuasan untuk keluar penjuru langit
dan bumi dan semacamnya itu hanya ketentuan dan kekuasaan dari Allah S.W.T.
Mereka pun tidak mampu menembus (melintasi) kecuali dengan kekuatan, dan
mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi dan
juga mereka tidak kuasa. Dan yang dimaksud سلطان di sini adalah Dzat yang mempunyai
kekuatan dan menguasai untuk memerintah.
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara
ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah
untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan;
kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu
pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini,
dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-bangsa
yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali
melakukan pendaratan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam
bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan
kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada
abad pertengahan.
Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat
ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu
pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan,
manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu
menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah,
diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan
ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang
lebih baik. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah
saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn
Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga
menegaskan: “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa
yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu”. Nasihat Imam Syafi‘i tersebut
mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat
dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah
diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam
Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam
syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan
kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
Ungkapan Imam Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik
menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus
dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu
yang lama.