3

46
Penjelasan SKL Agama 3.1.1 Makna Asmau al-husna: Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui Kata ‘Alim terambil dari akar kata “’ilm” yang menurut pakar-pakar bahasa berarti “menjangkau sesuatu seusai dengan keadaannya yang sebenarnya”. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf “äin”, “lam”, “mim” dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. “Ïlmu, ia diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu objek. Allah SWT dinamai “’’Alim” atau “’Alim” Karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang sekecil apapun. Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui Secara bahasa, Al-Khabir diambil dari mashdar al-khibru, al- khubru, al-khibrah, al-khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap sesuatu. Sedangkan al- khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu. Sedangkan definisi yang disebutkan oleh para ulama adalah Dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala sesuatu, Dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara- perkara yang tampak. As-Sami’: Yang Maha Mendengar Semua ucapan, pikiran, desiran daun dan segala gerak- gerik makhluk tak luput dari jangkauanNya, semua terdengar

description

xxxxxxxxxxxx

Transcript of 3

Page 1: 3

Penjelasan SKL Agama

3.1.1 Makna Asmau al-husna:

Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui

Kata ‘Alim terambil dari akar kata “’ilm” yang menurut pakar-pakar bahasa berarti

“menjangkau sesuatu seusai dengan keadaannya yang sebenarnya”. Bahasa Arab

menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf “äin”, “lam”, “mim” dalam

berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak

menimbulkan keraguan. “Ïlmu, ia diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas

terhadap suatu objek. Allah SWT dinamai “’’Alim” atau “’Alim” Karena pengetahuan-Nya

yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang sekecil apapun.

Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui

Secara bahasa, Al-Khabir diambil dari mashdar al-khibru, al-khubru, al-khibrah, al-

khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap

sesuatu. Sedangkan al-khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu. Sedangkan definisi yang

disebutkan oleh para ulama adalah Dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala

sesuatu, Dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang

tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara-perkara yang tampak.

As-Sami’: Yang Maha Mendengar

Semua ucapan, pikiran, desiran daun dan segala gerak-gerik makhluk tak luput dari

jangkauanNya, semua terdengar dengan jelas meski terkadang ada yang menyembunyikan.

Allahlah yang mendengar semua yang terucap, terlintas dalam pikiran dan akal, apa yang

dirasakan dalam hati. Gemericiknya air, gemerisiknya dedaunan kala ditiup angin, bahkan

bunyi jejak langkah kaki semut Allah mendengarnya dengan jelas. As-Sami’ Yang Maha

Mendengar, adalah sifat kesempurnaan.

Al-Bashir: Yang Maha Melihat

Nama Allah, Al Bashiir bermakna Yang melihat segala, yang besar atau yang halus, yang

dekat atau yang jauh. 

3.1.2 Arti dalil tentang Asmau Al-Husna:

Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui

Page 2: 3

“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)kalimat-kalimat

Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,

meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (Q.s. Al-Kahfi 18:109).

Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui

�ير� ب �خ� ال �ح�ك�يم� ال و�ه�و�

“Dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)

As-Sami’: Yang Maha Mendengar

و�م�ن� ا و�اج� ز�� أ �م� ك �ف�س� ن

� أ م�ن� �م� �ك ل ج�ع�ل� ر�ض�� و�األ� م�او�ات� الس" ف�اط�ر�

م�يع� الس" و�ه�و� ي�ء& ش� �ه� �ل �م�ث ك �س� �ي ل ف�يه� �م� ؤ�ك �ذ�ر� ي ا و�اج� ز�� أ � �ع�ام ن

� األ�

�ص�ير� �ب الTidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi

Maha Melihat.” (asy-Syura: 11)

Al-Bashir: Yang Maha Melihat

�ر�ى ١٤ ي "ه� الل ن"� �أ ب �م� �ع�ل ي �م� ل

� أ“tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”

3.1.3 Isi kandungan dalil Asma Al-Husna

Al-‘Alim: Yang Maha Mengetahui

Allah mengetahui segala sesuatu, manusia tidak mungkin dapat mendekati

pengetahuan Allah. Kejelasan pengetahuan manusia tidak mungkin dapat mencapai kejelasan

ilmu Allah. Pensaksian manusia yang paling jelas terhadap sesuatu, hanya bagaikan

melihatnya di balik tabir yang halus, tidak dapat menembus objek yang disaksikan sampai ke

batas terakhir.

Page 3: 3

Ilmu Allah bukan hasil dari sesuatu, tetapi sesuatu itulah yang merupakan hasil dari

ilmu-Nya. Sedangkan ilmu manusia dihasilkan dari adanya sesuatu. Allah mengetahui tanpa

alat. Ilmu Allah kekal, tidak hilang dan tidak pula dilupakan-Nya.

Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui

Ia adalah yang menyingkap pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat rahasia, apa-

apa yang ada dalam hati, dan perkara-perkara yang tersembunyi. Allah mengetahui segala

sesuatu, baik itu yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah mengetahui segala perbuatan

makhluk dan segala yang tebersit dalam lubuk hati mereka. Dan tidak ada sesuatupun baik di

langit ataupun bumi yang tersembunyi serta luput dari pengetahuan Allah Subhanahu wa

Ta’ala.

As-Sami’: Yang Maha Mendengar

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan

bumi serta segala isinya, begitu juga yang ajaib dan mengherankan yang kita saksikan seperti

luasnya cakrawala yang membentang luas di atas kita tanpa ada tiang yang menunjangnya;

karenanya, Dia-lah yang pantas dan layak dijadikan sandaran dalam segala hal dan dimintai

bantuan dan pertolongan-Nya; bukan tuhan-tuhan mereka yang tidak berdaya dan yang tidak

dapat berbuat apa-apa. Dia-lah yang menjadikan bagi manusia dari jenisnya sendiri jodohnya

masing-masing; yang satu dijodohkan kepada yang lain sehingga lahirlah keturunan turun-

temurun memakmurkan dunia ini. Demikian itu berlaku pula pada binatang ternak yang

akhirnya berkembang biak memenuhi daratan bumi. 

Dengan demikian, teratur dan terjaminlah hidup dan kehidupan makhluk yang berada

di atas bumi ini. Makanan bergizi cukup, minuman yang menyegarkan lengkap dan lain-lain

nikmat yang wajib disyukuri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu

menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah. Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya

dalam segala hal. Dia Maha Mendengar. Dia mendengar segala apa yang diucapkan setiap

makhluk.

Al-Bashir: Yang Maha Melihat

Allah Maha melihat segala sesuatu yang ada di muka bumi. Dari segala sesuatu

sebesar biji zarah pun tak luput dari penglihatan Allah. Tidak ada hal yang tidak bisa dilihat

Allah.

3.1.4 Hikmah beriman kepada Allah

Dengan meneladani dan meyakini asmaul-husna, kita dapat menjadi manusia yang

lebih baik dan memperoleh hikmah, antara lain:

Page 4: 3

1. Memiliki keluhuran budi sesuai dengan asmaul-husna al-karim

2. Menjadi manusia yang dapat memberikan keamanan untuk makhluk lain sesuai

dengan asmaul-husna al-mu’min

3. Hidup optimis, karena Allah akan menolong makhluk-Nya yang mengalami masalah

dalam tugasnya sesuai dengan asmaul-husna al-wakiil.

4. Menjadi manusia yang teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran

sesuai dengan asmaul-husna (al-matin).

5. Mempersiapkan diri untuk berkumpul di padang mahsyar untuk mempertanggung

jawabkan perbuatannya di dunia, serta menjadi katalisator terbentuknya persatuan dan

kesatuan umat agar terbentuk kehidupan yang harmonis. Ini sesuai dengan asmaul-

husna al-jami’.

6. Menjadi manusia yang yakin bahwa Allah maha tau apa yang kita butuhkan, sehingga

kita menjadi manusia yang siap mendapat ujian syukur ataupun ujian sabar dari Allah

karena Allah mempunyai sifat al-‘adl.

7. Menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan karena

mempercayai Allah bersifat al-akhir.

3.6.1.1 Arti dalil Q.S Al-Baqarah ayat 42 dan Hadist

�م�ون� �ع�ل ت �م� نت� و�أ �ح�ق" ال � �م�وا �ت �ك و�ت �اط�ل� �ب �ال ب �ح�ق" ال � وا �س� �ب �ل ت � و�ال

“ Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan

yang benar padahal kamu mengetahuinya. “ ( Qs Al -Baqarah : 42 )

Hadist: Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Muhammad,

dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Artinya, janganlah

kalian menyembunyikan pengetahuan yang kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan

juga apa yang dibawanya, sedangkan kalian men-dapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang

berada di tangan kalian.”

3.6.1.2 Makna Kandungan Q.S Al-Baqarah ayat 42 dan Hadist

Melalui firman-Nya ini Allah Ta’ala melarang orang-orang Yahudi dari kesengajaan

mereka mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan, serta tindakan mereka

menyembunyikan kebenaran dan menampakkan kebatilan. Dengan demikian Dia melarang

mereka dari dua hal secara bersamaan serta memerintahkan kepada mereka untuk

Page 5: 3

memperlihatkan dan menyatakan kebenaran. Oleh karena itu, dari Ibnu Abbas, adh-Dhahhak

mengenai ayat ini, ia mengatakan, artinya janganlah kalian mencampuradukkan yang hak

dengan yang batil dan kebenaran dengan kebohongan.

Sementara Qatadah mengatakan, �اط�ل� �ب �ال ب �ح�ق" ال وا �س� �ب �ل ت � Dan janganlah“ و�ال

kamu mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan.” Artinya janganlah kalian

mencampuradukkan antara ajaran Yahudi dan Nasrani dengan Islam sedang kalian

mengetahui bahwa agama Allah adalah Islam.

Boleh juga ayat tersebut berarti, sedangkan kalian mengetahui bahwa dalam tindakan

penyembunyian pengetahuan tersebut mengandung bahaya yang sangat besar bagi manusia,

yaitu berupa penyesatan mereka dari petunjuk yang dapat men-jerumuskan mereka ke neraka

jika mereka benar-benar mengikuti kebatilan yang kalian perlihatkan kepada mereka, yang

dicampuradukkan dengan semacam kebenaran dengan tujuan agar kalian dapat dengan

mudah menyebarluaskannya ke tengah-tengah mereka. Al-Kitman artinya penyembunyian,

lawan penjelasan dan keterangan.

3.6.2.1 Arti dalil Q.S Al-Anfal ayat 27 dan Hadist

وتخونوا والرسول الله تخونوا ال امنوا الذين ياايها

تعلمون وانتم امنتكم“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul

(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan

kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).

Hadist: Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata: ”Oleh karena itu wahai ikhwan

kuatkanlah keimanan dan ruhiyah kalian, kuatkanlah ilmu dan tsaqaofah kalian serta

kuatkanlah fisik dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul amanah. Dan Allah

memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan segala bentuk kekuatan”.

3.6.2.2 Makna dalil Q.S Al-Anfal ayat 27 dan Hadist

Hidup ini tidak lain dari sebuah safari atau perjalanan panjang dalam melaksanakan

amanah dari Allah. Dalam hidupnya manusia dibatasi oleh empat dimensi, bumi tempat

beramal, waktu atau umur sebagai sebuah kesempatan beramal, nilai Islam yang menjadi

landasan amal dan potensi diri sebagai modal beramal. Maka orang yang bijak adalah orang

yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang

tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang

Page 6: 3

senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di

dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh

apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.

Amanah pertama yang harus dilakukan adalah Amanah Fitrah manusia, dimana

mahluk lain enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, ma’rifah dan

iman kepada Allah atas dasar niat, kemauan, usaha dan orientasi. Amanah berikutnya adalah

Amanah Syahadah (Kesaksian). Pertama, berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi

agamanya. Kedua, berupa kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia.

Ketiga, berupa kesaksian agar menerapkan manhaj dan syariah Islam di bumi Allah.

Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Pertanyaan akan

ditujukan atas amanah yang dibebankan kepada kita. Barangsiapa yang menunaikan amanah

sekecil apapun, niscaya akan dilihat Allah. Dan barangsiapa yang melalaikan amanah sekecil

apaupun niscaya akan dilihat. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggungjawab itu. Karena

tempat yang ditinggali adalah bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah,

potensi yang ada adalah anugerah Allah dan nilai Islam adalah tolok ukur dari pelaksanaan

amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang menghadap Allah.

Oleh karena itu sekecil apapun amanah yang dilaksanakan, maka memiliki dampak

positif berupa kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki

dampak negatif berupa keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga

mengenai umat manusia secara umum. Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan

cara yang halal dan baik, maka akan memberikan dampak positif berupa ketenanggan jiwa

dan kebahagiaan bagi keluarganya. Lebih dari itu dia mampu memberi sedekah dan infak

kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang mengaggur dan malas akan

menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, terlantarnya keluarga, kekisruhan, keributan

dan beban bagi orang lain.

3.7.1 Arti dalil Q.S Al-Ahqaf ayat 13 dan Hadist

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian

mereka tetap istiqamah,maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada

(pula) berduka cita. "Istiqamah" ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang

saleh.

Page 7: 3

Hadist: Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu :

"Istiqomah mengandung 3 macam arti : Istiqomah dengan lisan (yaitu bertahan terus

mengucapkan kalimat syahadat), istiqomah dengan hati (artinya terus melakukan niat yang

jujur) dan istiqomah dengan jiwa (senantiasa melaksanakan ibadah dan ketaatan secara terus-

menerus).

3.7.2 Makna dalil Q.S Al- Ahqaf ayat 13 dan Hadist

Ayat ini menerangkan keadaan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah

SWT, yaitu orang-orang yang mengakui dan mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah",

kemudian ia beristikamah, yakni tetap dalam pengakuan itu. Tidak dicampurinya sedikit pun

juga pengakuan itu dengan perbuatan-perbuatan syirik. Dia menetapi dan mengikuti garis-

garis yang telah ditentukan agama, mengikuti perintah-perintah Allah dengan sebenar-

benarnya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Maka orang yang semacam itu tidak ada

suatu kekhawatiran pun terhadap diri mereka di Hari Kiamat nanti karena Allah menjamin

keselamatan mereka. Mereka tetap bersedih hati terhadap yang mereka tinggalkan di dunia

setelah mereka wafat, begitu juga terhadap sesuatu yang luput dan hilang dan mereka selama

hidup di dunia itu serta tidak ada penyesalan sedikitpun pada diri mereka.

3.8.1 Ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar

Hadas terbagi menjadi dua yaitu : 

Hadas Besar

Yaitu cara mensucikannya dengan mandi besar atau kalau tidak ada air bisa dengan

cara bertayamum, adapun bertayamum karena hadasbesar/junub caranya adalah sama sperti

bertayamum ketika wudhu tidak air "peringatan" dilarang tayamum karna hadas besar/junub

dengan cara mengguling-gulingkan badan kita ke tanah

Yang menyebabkan hadas besar yaitu ada lima :

1. Hubungan kelamin yaitu bertemunya dua alat  kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Keluar Mani di sengaja atau tidak di sengaja (mimpi basah) 

3. Haid atau datang bulan khusus untuk perempuan. Yaitu keluar darah "secara wajar'

dari rahim wanita beberapa hari dari tiap-tiap bulan

4. Melahirkan bagi perempuan

5. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim wanita sehabis melahirkan 

Page 8: 3

Hadas Kecil 

Cara mensucikannya adalah dengan ber-wudhu. Atau tayamum (bersuci

menggunakan debu dengan syarat-syarat tertentu). 

Yang menyebabkan hadas kecil yaitu ada dua :

1. Keluarnya sesuatu dari kubul atau lubang depan seperti Kencing dll

2. Keluarnya sesuatau dari dubur atau lubang belakang, seperti BAB, Kentut dll

3.8.2 Pembahagian najis dan contohnya

Menurut bahasa, najis artinya kotor. Menurut istilah, najis adalah segala sesuatu yang

dianggap kotor menurut syara’ (Hukum Islam). Suatu benda atau barang yang terkena najis

disebut mutanajjis. Benda mutanajjis dapat disucikan kembali, misalnya pakaian yang kena

air kencing dapat dibersihkan dengan cara menyucinya. Berbeda dengan benda najis, seperti

bangkai, kotoran manusia dan hewan tidak dapat disucikan lagi, sebab ia tetap najis.

Kotoran adalah segala sesuatu yang kotor atau tidak bersih. Tidak semua yang kotor

selalu dikatakan najis, misalnya daki di badan, ketombe di kepala, noda air kopi atau sirop,

dan sebagainya.

Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita temukan pada badan,

pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan. Najis bentuknya

konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang

selesai berhubungan badan dengan istri (jima’), ia dalam keadaan hadats besar. Ketika ia

kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing,

maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan dengan berwudhu atau tayamum dan

hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut hilang, maka sudah

membuat benda tersebut suci.

Pembagian Najis dan Macam-Macam Najis berdasarkan Pembagiannya:

Dalam ilmu fikih, najis dibagi menjadi empat, yaitu:

a.  Najis berat atau najis mugallazhah, yaitu najis yang harus dicuci sampai tujuh kali dengan

air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang suci atau air yang dicampur dengan

tanah. Contohnya air liur anjing.

b. Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan cara menggunakan

air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.

Page 9: 3

Najis mutawassithah dibagi menjadi:

• Najis ‘ainiyah, yaitu najis yang masih terlihat zatnya, warnanya, rasanya, maupun baunya.

Cara menyucikannya dengan menghilangkan zat, warna, rasa dan baunya.

• Najis hukmiyah, yaitu najis yang kita yakini adanya tetapi tidak nyata zatnya, baunya,

rasanya, dan warnanya, seperti air kencing yang sudah mengering.

c. Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan dengan memercikkan

atau menyiram air di tempat yang terkena najis. Contohnya: air kencing bayi yang belum

makan apa-apa kecuali air susu ibu.

Najis yang dimaafkan atau najis ma‘fu, yaitu najis yang dapat disucikan cukup dengan

air, jika najisnya kelihatan. Apabila tidak kelihatan tidak dicuci juga tidak apa-apa, karena

termasuk najis yang telah dimaafkan. Misalnya najis bangkai hewan yang tidak mengalir

darahnya, darah atau nanah yang sedikit, debu dan air di lorong-lorong yang memercik

sedikit yang sukar menghindarkannya.

3.8.3 Tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar

Hadas Besar:

1. Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syar`i, kecuali dengan dua hal :

Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits

Umar bin Khaththab radhiallahu anhu: “bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi

wasallam bersabda : “Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya.”{HR. Al-

Jamaah} Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa

niat tidak dianggap syari. Yang perlu diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan

amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.

2. Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah

subhanahu wa Taala: “Dan apabila kalian junub maka mandilah.{Al-Maidah :6}

Dan juga firman Allah subhanahu wa Taala : “Mereka bertanya kepadamu tentang

haid , katakanlah haid itu kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri

kalian dari wanita (istri)yang sedang haiddan janganlah engkau mendekati mereka,

sampai mereka bersuci (mandi).”{Al-Baqarah : 222}

Page 10: 3

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah

:

1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.

2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan

tersebut digosokan ke bumi.

3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua

kaki (dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci

kedua kaki.

4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.

5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali

6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri

sambil membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta

menggosok bagian tubuh yang mungkin digosok.

7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala

berwudhu).

8. membersihkan/mengeringkan airyang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan

handuk atau lainnya.

Hadas kecil:

Wudhu:

Yang dimaksud dengan wudhu dalam syariat Islam adalah menggunakan air dengan

cara tertentu, pada bagian anggota tubuh tertentu yang telah ditentukan oleh syariat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak diterima shalat salah seorang di

antara kalian yang berhadats, kecuali ia telah berwudhu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Terdapat sebuah hadits yang terkenal yang menjelaskan secara rinci bagaimana tata

cara wudhu yang dilakukan oleh Nabi, yaitu hadits yang diriwayakan oleh Humron budak

‘Utsman bin ‘Affan. Berdasarkan hadits tersebut dan hadits-hadits lainnya, terdapat sepuluh

poin tata cara wudhu yang sempurna yang diajarkan oleh Nabi. Berikut 10 sifat tersebut yang

harus dilakukan secara berurutan:

(1) berniat dalam hati untuk menghilangkan hadats,

(2) membaca “BismillÄh”,

Page 11: 3

(3) mencuci kedua telapak tangan sebanyak tiga kali,

(4) mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke mulut dan hidung

untuk digunakan berkumur, dilakukan sebanyak tiga kali,

(5) mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam mulut dan hidung tersebut dengan

menggunakan tangan kiri,

(6) membasuh seluruh bagian wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot bagi yang

memiliki jenggot,

(7) membasuh tangan kanan dan tangan kiri sampai batas sikut dan disertai dengan menyela

jari jemari,

(8) mengusap kepala dari arah depan ke belakang dengan sekali usapan,

(9) mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga,

(10) membasuh kedua telapak kaki sampai batas mata kaki dan menyela-nyela jari jemari

kaki.

3.8.4 Pembahagian Air

Pembagian Air di dalam Ajaran Islam sendiri jika ditinjau dari segi hukumnya maka bisa

dibagi menjadi 4 Golongan yang antara lain,

1. Air Suci dan Mensucikan, Pengertianya adlh Air Muthlak yaitu Air yg masih murni dan

dapat digunakan untuk bersuci dg tidak mahruh.

2. Air Suci dan Mensucikan, tetapi Makruh untuk digunakan yg artinya Air Musyammas atau

Air yg dipanaskan dg matahari di tempat logam yg bukan emas.

3. Air Suci tetapi tidak mensucikan, seperti Air Musta’mal yg telah digunakan untuk bersuci

menghilangkan hadats atau menghilangkan najis kalau tidak berubah rupa-nya, rasa-nya dan

bau-nya.

Page 12: 3

4. Air Mutanajis yaitu Air yg terkena najis atau kemasukan najis sd jumlahnya kurang dari

dua kullah. Maka Air yg semacam itu tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jikka lebih dari

2 (dua) kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersucii. ( 2 Kullah sama dg 216

liter, jika berbentuk bak, maka besarnya = Panjang 60 cm dan dalam / tinggi 60 cm).

Kemudian ada satu macam air lagi yg suci dan mensucikan tetapi haram untuk dipakainya

yaitu air yg diperoleh dari mencuri atau Ghashab yg diambil tanpa ijin terlebih dahulu dari

pemilik air tersebut. 

3.8.5 Tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas besar berdasarkan syariat Islam

(sama dengan 3.8.3)

3.9.1 Pengertian shalat wajib berjamaah

Kata "jama'ah" berarti kumpul. Sholat berjamaah dari segi bahasa artinya sholat yang

dikerjakan bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Sedangkan menurut pengertian syara'

adalah sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang

diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya manjadi ma'mum.

Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang dan dapat dilaksanakan

di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya. Tempat yang paling utama untuk

mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid, demikian juga shalat jama'ah. Makin banyak

jumlah jama'ahnya makin utama dibandingkan dengan shalat jama'ah yang sedikit pesertanya.

3.9.2 Kandungan serta dalil tentang shalat berjamaah

Shalat seorang bersama dengan seorang lainnya lebih baik daripada sholat seorang

diri, shalat seseorang bersama dua orang lebih lebih baik daripada sholat seseorang bersama

satu orang. Jika jama'h itu lebih banyak pesertanya maka jama'ah itu lebih disenangi oleh

Allah Ta'ala." (HR. Abu Dawud dan Nasai dari Ubay bin Ka'ab).

3.9.3 Penjelasan dalil tentang shalat berjamaah

Shalat berjama'ah sangat besar manfaatnya karena di samping dapat mempererat

persaudaraan juga dapat menambah syiar Islam. Sholat berjama'ah juga mempunyai derajat

yang lebih tinggi dibandingkan dengan sholat sendirian.

3.9.4 Syarat dan ketentuan shalat wajib berjamaah

Page 13: 3

Shalat berjamaah yaitu shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama, yang satu menjadi imam dan yang lain makmum.

ج�ة� د�ر� �ن� ر�ي و�ع�ش� Bع� ب �س� ب Cالف�ذ �ة� ص�ال م�ن� ف�ض�ل&� أ �ع�ة� الج�ما �ة� ص�ال

Artinya: Shalat berjamaah itu lebih utama (baik) dikerjakan daripada shalat sendirian

dengan 27 derajat. ( H.R. Bukhari dan Muslim )

Hukum mengerjakan shalat berjamaah adalah sunat muakkad.Shalat yang dimaksud

adalah shalat fardu yang lima waktu ,akan lebih baik lagi apabila dikerjakan secara bersama-

sama ( berjamaah ) di masjid.

3.9.5 Penjelasan ketentuan shalat wajib berjamaah

Yang dimaksud dengan Imam dalam shalat berjamaah yaitu orang yang berada di

bagian paling depan dalam shalat berjamaah.Dengan kata lain,Imam menjadi pemimpin

shalat.

, � �م �ما اإل م�ن� Jل� �ك ل �ح� �ص�ل ي � �ف�ظ�ها و�ل � �م �ما اإل �ة� �ص�ال ب � م�و�م� الم�أ �ة� ص�ال �ط� ر�ب Cع�ى ر� الش" � �ها و�م�ع�نا

�ة� �ن �الق�ر�ي ب � ح�د�ه�ما� أل "ن� �ع�ي �ت و�ي � م�و�م

� و�الم�أ

ج�ة� د�ر� �ن� ر�ي و�ع�ش� Bع� ب �س� ب �د� �ف�را �ن اإل م�ن� ف�ض�ل�� أ و�ه�ى�

Pengertian berjama’ah shalat menurut pandangan agama ialah memiliki ikatan

terhubung antara makmun dan imam, subsidi silang antara yang memimpin dan yang

dipimpin juga sesama yang dipimpin. Ungkapan shalat berjama’ah adalah sangat baik dari

imam dan makmum, dan ungkapan menyatakan berjama’ah itu ditentukan khusus untuk

seorang imam dan makmum dengan adanya tanda berjama’ah.Shalat berjamaah itu lebih

utama daripada shalat sendirian dengan selisih dua puluh tujuh tingkatan.

Syarat-syarat menjadi Imam shalat berjamaah:

a. Orang yang lebih banyak hafalan suratnya,dibanding dengan orang     (makmum ) yang    

lain.

b. Yang lebih banyak mengerti tentang shalat yang hendak dikerjakan.

c. Yang lebih tua usianya.

d. Tidak boleh mengikuti shalatnya orang lain.

e. Laki-laki lebih berhak menjadi imam,dibanding perempuan.

Pengertian Makmum dan Syarat-syaratnya

Yang dimaksud dengan makmum yaitu orang yang berdiri dibelakang imam dalam shalat

berjamaah.

Page 14: 3

Ketentuannya:

a. Niat mengikuti shalat iamam.

b. Makmum mengikuti imam dalam semua gerakan shalat.

c. makmum mengetahui ( melihat ) imam dalam setiap gerakan shalat.

d. Imam dan Makmum harus berada dalam satu tempat.

e. Tempat berdiri makmum tidak boleh melebihi ( lebih depan ) daripada   Imam.

f. Shalat yang dikerjakan sama dengan shalat yang dikerjakan Imam.

g. Laki-laki tidak boleh menjadi makmum apabila imamnya perempuan.

3.12.1 Sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai menjadi rasul

Muhammad bin Abdullāh (lahir di Mekkah, 20 April 570 – meninggal di Madinah, 8

Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir bagi umat Muslim.

Muhammad menciptakan ajaran dan ilmu pengetahuan berupa agama Islam. Yang kemudian

menjadi agama terbesar di dunia ini. Pengaruh dari nabi Muhammad SAW, membuat seorang

penulis buku Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh

paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

Silsilah keluarga Muhammad

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b

bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin

Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[15]

Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam

bin Nuh.

Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin Abdullah

bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushaybin Kilab bin Murrah bin

Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin

Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin

al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin

Ibrahim bin Tarih(Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin

Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh binYarda bin Mahlil

bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.

Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu

riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah

Page 15: 3

Adnan terjadi perbedaan pendapat. Maksud dari Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-

Nadhr bin Kinanah

Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa yaitu ada

serombongan pasukan Gajah yang dipimpin Raja Abrahah (Gubernur kerajaan Habsyi di

Yaman) hendak menghancurkan Kakbah karena negeri Makkah semakin ramai dan bangsa

Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu padat umat manusia untuk haji. Ini

membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha membelokkan umat manusia agar tidak lagi ke

Makkah. Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang bernama Al-Qulles. Namun tak

seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu. Abrahah marah besar dan akhirnya

mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang Kakbah. Didekat Makkah pasukan bergajah

merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor Unta Abdul Muthalib

Keadaan kota Makkah sepi tentara Abrahah dengan leluasa masuk Makkah dan siap

untuk menghancurkan Kakbah. Namun kejadian tersebut telah digagalkan oleh Allah SWT

dengan mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil itu

dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus

ke badan sampai mati. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5. (QS

105 :1-5). Pasukan bergajah hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT.

Pada masa itu tepatnya hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah lahir bayi

yang diberi nama Muhammad dari kandungan ibu Aminah dan yang ber-ayahkan Abdullah.

Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun

Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah.

Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika

itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun

ilmu pengetahuan. Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya, Abdullah, meninggal

dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad

masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan

seorang budak perempuan bernama Ummu Aimanyang kemudian mengasuh Nabi.

Masa Menyusui

Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul

Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-

Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.

Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun.

Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.

Page 16: 3

Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW hingga Masa Kerasulannya

Kebiasaan di kalangan pemuka pada saat itu apabila mempunyai bayi, maka bayi

yang baru lahir itu dititipkan kepada kaum ibu pedesaan. Dengan tujuan agar dapat

menghirup udara segar dan bersih serta untuk menjaga kondisi tubuh ibunya agar tetap sehat.

Menurut riwayat, setelah Muhammad dilahirkan disusui oleh ibunya hanya beberapa

hari saja, Tsuaibah menyusui 3 hari setelah itu oleh Abdul Munthalib disusukan kepada

Halimah Sa’diyah istri Haris dari kabilah Banu Saad.

Semenjak kecil Muhammad memiliki keistimewaan yaitu badannya cepat besar, umur

5 bulan sudah dapat berjalan dan umur 2 th sudah lancar berbicara serta umur 9 th sudah

menggembalakan kambing dan wajahnya memancarkan cahaya.

Muhammad diasuh Halimah selama 6 th. Pada usia 4 th Muhammad didekati oleh malaikat

Jibril dan menelentangkannya lalu membelah dada dan mengeluarkan hati serta segumpal

darah dari dada nabi Muhammad SAW lalu Jibril mencucinya kemudian menata kembali ke

tempatnya dan Muhammad tetap dalam keadaan bugar.

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah khawatir dan

mengembalikan Muhammad ke ibundanya. Pada usia 6 th nabi diajak Ibunya untuk berziarah

ke makam ayahnya di Yatsrib dengan perjalanan 500 km. Dalam perjalanan pulang ke

Makkah Aminah sakit dan akhirnya meninggal di Abwa yang terletak antara Makkah dan

Madinah.

Nabi Muhammad lantas ditemani Ummu Aiman ke Makkah dan diantarkan ke tempat

kakeknya yaitu Abdul Munthalib. Sejak itu Nabi menjadi yatim piyatu tidak punya ayah dan

ibu. Abdul Munthalib sangat menyayangi cucunya ini (Muhammad) dan pada usia 8 th 2 bl

10 hari Abdul Munthalib wafat. Kemudian Nabi diasuh oleh pamannya yang bernama Abu

Thalib.

Abu Thalib mengasuh menjaga nabi sampai umur lebih dari 40 th. Pada usia 12 th

nabi diajak Abu Thalib berdagang ke Syam. Di tengah perjalanan bertemu dengan pendeta

Bahira. Untuk keselamatan nabi Bahira meminta abu Thalib kembali ke Makkah.

Ketika Nabi berusia 15 th meletus perang Fijar antara kabilah Quraisy bersama

Kinanah dengan Qais Ailan. Nabi ikut bergabung dalam perang ini dengan mengumpulkan

anak-anak panah buat paman-paman beliau untuk dilemparkan kembali ke musuh.

Pada masa remajanya Nabi Muhammad biasa menggembala Kambing dan pada usia

25 th menjalankan barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW

dipercaya untuk berdagang dan ditemani oleh Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW jujur

dan amanah serta keuntungannya melimpah ruah.

Page 17: 3

Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang

dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk

menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum

dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering

menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang

dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen

penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur

dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah.

Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang

pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah

Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah mempercayakannya untuk mengatur barang

dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah

sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih

dari biasanya.

Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka

menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati

umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad.

Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi

halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih

menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan

mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih

memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.

Memperoleh Gelar

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy

(suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya

"orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa

kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh ,kemudian menambahkan

kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan

keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.

Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim",

karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal

dunia sebelum mencapai usia dewasa.

Page 18: 3

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan

Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak

meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan

memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-

sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar

Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".

Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan

keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh

dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-

orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan

berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di

kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan

kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".

Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad

SAW, antara lain :

- Ahmad

- Al-Mahi

- Al-Hasyir

- Al-'Aqib

- Muqaffi

- Nabiyyuttaubah

- Nabiyyurrahmah.

Pengertian nama-nama nabi Muhammad Saw :

Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.

Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,

Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan

beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.

Al-'Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.

Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi.

Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma'shum dalam artian bersih dari dosa,

namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali sehari,

dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.

Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam

peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.

Page 19: 3

Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda

beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar

tersebut adalah Allah Swt.

Sifat-Sifat Rasulullah SAW

Rasulullah SAW mempunyai sifat yang baik yaitu:

a). Siddiq

Siddiq artinya jujur dan sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat bohong (kidzib)

Rasulullah sangat jujur baik dalam pekerjaan maupun perkataannya. Apa yang dikatakan dan

disampaikan serta yang diperbuat adalah benar dan tidak bohong. Karena akhlak Rasulullah

adalah cerminan dari perintah Allah SWT.

b). Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Sangat tidak mungkin Rasulullah bersifat Khianat

atau tidak dapat dipercaya. Rasulullah tidak berbuat yang melanggar aturan Allah SWT.

Rasulullah taat kepada Allah SWT. Dan dalam membawakan risalah sesuai dengan petunjuk

Allah SWT tidak mengadakan penghianatan terhadap Allah SWT maupun kepada umatnya.

c). Tabligh

Tabligh artinya menyampaikan. Rasulullah sangat tidak mungkin untuk

menyembunyikan (kitman). Setiap wahyu dari Allah disampaikan kepada umatnya tidak ada

yang ditutup- tutupi atau disembunyikan walaupun yang disampaikan itu pahit dan

bertentangan dengan tradisi orang kafir. Rasulullah menyampaikan risalah secara sempurna

sesuai dengan perintah Allah SWT.

d). Fathonah

Fathonah artinya cerdas. Sangat tidak mungkin Rasul bersifat baladah atau bodoh.

Para Rasul semuanya cerdas sehingga dapat menyampaikan wahyu yang telah diterima dari

Allah SWT. Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT maka sangat tidak mungkin Rasul itu

bodoh. Apabila bodoh bagaimana bisa menyampaikan wahyu Allah.

Masa Ketika Menjadi Rasul

Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan

kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua

Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali

sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan

dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut

yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon

kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.

Page 20: 3

Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17

Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah

pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad

diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak

dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad

membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari

segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar

manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)”

Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus

pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah

(penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun

syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua

Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya

panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta

istrinya agar memberinya selimut.

Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak

Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin

Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci

Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata,

bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan

bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan

mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.

Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu

23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi,

sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang

mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi

bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan).

Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama

ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan

peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang

diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi

dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya,

Page 21: 3

dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat

tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya

mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam

kehidupan bermasyarakat.

Mendapatkan Pengikut

Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya

menyebarkan Islam secara terbatas di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini

untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang

sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks

ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.

Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa

awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat

dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal.

Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka menyiarkan agama

Islam.

Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kedua mulailah beliau dakwah secara

sembunyi-sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat-sahabat beliau seorang demi

seorang masuk Islam.

Orang-orang yang pertama-tama masuk Islam adalah:

a). Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)

b). Ali Bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)

c). Zaid Bin Haritsah (Anak angkat Nabi SAW)

d). Abu Bakar Ash-Shidiq (Sahabat Dekat Nabi SAW)

Orang-orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Ash-Shidiq yaitu:

a). Utsman Bin Affan

b). Zubair Bin Awwam

c). Saad Bin Abi Waqqash

d). Abdurahman Bin Auf

e). Thalhah Bin “Ubaidillah

f). Abu Ubaidillah Bin Jarrah

g). Arqam Bin Abil Arqam

h). Fatimah Binti Khathab

Page 22: 3

Mereka itu diberi gelar “As-Saabiqunal Awwaluun” Artinya orang-orang yang

terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam dan mendapat pelajaran tentang Islam

langsung dari Rasulullah SAW di rumah Arqam Bin Abil Arqam.

3.12.2 Sejarah perjuangan Nabi Muhammad priode mekkah

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab

meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat

yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang

disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut

sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun

Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk

masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat

serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah

Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat

tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang

tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar

Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW

pada waktu kecil).

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang

kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:

۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah

۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris

۞    Utsman bin Affan

۞    Zubair bin Awam

۞    Sa’ad bin Abu Waqqas

۞    Thalhah bin Ubaidillah.

Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang

namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi

awal).

2. Dakwah secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni

setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara

Page 23: 3

terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan

makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama

Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi

merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid

bin Haritsah.

2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada

dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk

Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi

SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari

kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).

Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar

kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara

lain:

۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.

۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.

۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang

pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.

Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun

berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum

Salamah.

Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini,

terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul

Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi

dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan

para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.

3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW

Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-

sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:

Page 24: 3

1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran

persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi

hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan

perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.

2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan

sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa

ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.

3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan

agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.

4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah

Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW

bermacam-macam antara lain:

۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-

Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum

kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.

۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di

antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan

melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan

melakukan penyembahan terhadap berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW

menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita

untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan

jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.

Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di

Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin

Khattab.

Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.

Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.

Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.

Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan

pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat.

Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun

duka cita).

Page 25: 3

3.12.3 Penjelasan dakwah Rasulullah periode Mekkah

(sama dengan 3.12.3)

3.3.1 Terjemahan Q.S A-Rahman ayat 33 dan hadist

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru

langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan

kekuatan.”[1]

3.3.2 Terjemahan Q.S Al-Mujadillah ayat 11

ح�و�ا ف�اف�س� �م�ج�ل�س� ال ف�ى ح�و�ا �ف�س" ت �م� �ك ل �ل� ق�ي �ذ�ا ا �و�آ �م�ن ا �ن� "ذ�ي ال Xه�ا �آي ي

�و�ا �م�ن ا �ن� "ذ�ي ال الله� ف�ع� �ر� ي و�ا ز� �ش� ف�ان و�ا ز� �ش� ان �ل� ق�ي �ذ�ا و�ا �م� �ك ل الله� ح� �ف�س� ي

ـ �ر& �ي ب خ� �و�ن� �ع�م�ل ت �م�ا ب الله� و� Bج�ت د�ر� �م� �ع�ل ال �و�ا �و�ت ا �ن� "ذ�ي ال و� �م� �ك م�ن

المجادلةArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-

lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.

al-Mujadilah: 11)

3.3.3 Hukum Bacaan Tajwid daam Q.S A-Rahman ayat 33

Hukum Bacaan Alasan

mad tabi’i

izhar qamariyyah

ikhfa’

ikhfa’ syafawi

izhar

ikhfa’

qalqalah

Huruf alaf berada setelah fathah

Alif lam bertemu dengan huruf jin

Nun mati bertemu huruf sin

Mim mati bertemu huruf hamzah

Nun mati bertemu huruf hamzah

Huruf qaf dalam keadaan sukun

Mim mati bertemu mim

Page 26: 3

idgam syamsiyah

mad tabii

Alif lam bertemu dengan huruf sin

Wau sukun berada setelah dama

3.3.4 Hukum bacaan Q.S Al-Mujadillah ayat 11

Mad jaiz munfasil (Mad asli bertemu hamzah) pada bacaan ه�اX ي� أ �ا ي

2. Mad asli (Kasrah bertemu ya sukun) pada bacaan ق�يل�

3. Al qamariyah (Al bertemu mim pada bacaan) ال�س� �م�ج� ال

4. Tarqiq (Lafaz jalalah sebelumnya kasrah) pada bacaan ه�" الل ف�ع� �ر� ي

5. Mad badal (Hamzah bertemu huruf mad dalam satu kata) pada bacaan و� آم�ن

6. Mad ‘arid lissukun (Mad asli) yang diwaqafkan pada bacaan &ير� ب خ�

7. Ikhfa pada bacaan وا ز� انش�

8. Izhar syafawi pada bacaan و� �م� �ك ل

9. Alif lam qamariah pada bacaan ال�س� �م�ج� ال

10. Izhar syafawi pada bacaan ف�س"ح�و� ت �م� �ك ل

11. Lafal jalalah pada bacaan ه�" الل

12. Ikhfa pada bacaan وا ز� ف�انش�

13. Ikhfa pada bacaan م�نك�م

14. Alif lam qamariah pada bacaan ذ�ين�" و�ال

3.3.5 Kandungan Q.S Al-Mujadillah ayat 11

Kesimpulan isi atau kandungan ayat 11 aurah Al-Mujadilah antara lain sebagai berikut:

a.       Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis

zikir, dan segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.

b.      Apabila disuruh bangun untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridai Allah, maka

penuhilah suruhan tersebut dengan segera dan dengan cara yang sebaik-baiknya.

c.       Allah SWT mengangkat orang-orang beriman atas orang-orang yang tidak beriman

beberapa derajat tingginya, dan Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu

pengetahuan atas orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa

derajat tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajar orang-orang beriman,

teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu pengetahuan.

Penjelasan

a.       Ayat Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya antara lain berkaitan dengan adab

atau tatakrama yang harus diterapkan dalam majelis-majelis yang baik dan diridai Allah

Page 27: 3

SWT. Misalnya majelis ta’lim, majelis ilmu pengetahuan dan teknologi, majelis zikir, dan

majelis salat jum’at berjamaah.

b.      Adab atau tata krama yag dimaksud yaitu memberikan kelapangan kepada orang-orang 

yang akan mengunjungi yang berada dalam majelis-majelis tersebut dengan cara, seperti;

mempersilakan orang lain yang datang belakangan untuk duduk di samping kita sekiranya

masih kosong, menciptakan suasana nyaman, mewujudkan rasa persaudaraan, saling

menghormati dan saling menyayangi, serta tidak boleh menyuruh orang lain yang lebih dulu

menempati tempat duduknya untuk pindah ke tempat lain tanpa alasan yang diberikan oleh

syara.

c.       Mukmin/mukminah apabila diperitah Allah SWTndan rasul-nya untuk bangun

melaksanakan hal-hal yang baik yang di ridai-nya, seperti salat, menuntut ilmu, berjuang di

jalan Allah, dan membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah tersebut hendaknya

segera ndilaksanakan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan syara.

d.      Ilmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan. Perbuatan ibadah yang tidak

dikerjakan sesuai dengan ilmu tentang ibdah tersebut, tentu tidak akan di terima Allah SWT.

3.3.6 Kandungan Q.S A-Rahman ayat 33

Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus (melintasi)

ke penjuru langit dan bumi, arti perintah Allah ini hanya sekedar tantangan Allah untuk

menguji dan melemahkan jin dan manusia. Jika mereka kuasan untuk keluar penjuru langit

dan bumi dan semacamnya itu hanya ketentuan dan kekuasaan dari Allah S.W.T.

Mereka pun tidak mampu menembus (melintasi) kecuali dengan kekuatan, dan

mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi dan

juga mereka tidak kuasa. Dan yang dimaksud سلطان di sini adalah Dzat yang mempunyai

kekuatan dan menguasai untuk memerintah.

Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara

ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah

untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan;

kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu

pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era modern sekarang ini,

dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-bangsa

yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali

melakukan pendaratan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi.

Page 28: 3

Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam

bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya merupakan

kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada

abad pertengahan.

Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat

ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu

pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan,

manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu

menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?

Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah,

diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan

ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang

lebih baik. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah

saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn

Majah)

Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga

menegaskan: “Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa

yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu”. Nasihat Imam Syafi‘i tersebut

mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat

dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah

diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam

Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:

“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam

syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan

kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”

Ungkapan Imam Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik

menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus

Page 29: 3

dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu

yang lama.