3
-
Upload
srilestarifajerin -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of 3
1
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
PENELITIAN
Pengaruh HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % Dalam
Larutan Nacl 0,9 % Terhadap pH, Strong Ion Difference Dan Klorida Pada
Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal
Suriyadi*, Mohamad Sofyan Harahap**, Ery Leksana**
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Patut Patuh Patju, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang
ABSTRACT
Background: Colloid administration as preload on caesarian section with spinal
anesthesia is more effective than crystalloid administration. Colloid solvent-based-on
administration has been improved due to the effect of acid-base balance.
Purpose: To analyze the effect of HES 6% in balance solution and HES 6% in NaCl 0,9%
solution on pH, SID and chloride change in caesarian section delivery with spinal
anesthesia.
Methode: This is second stage experimental clinical trial, double blind randomized with
consecutive sampling, divided into two groups (n=24), HES 6% in balance solution and
HES 6% in NaCl 0,9% solution. T-test or Wilcoxon Signed Rank Test was performed to
compare pH, SID and chloride level in each group whereas Independent t-test or Mann
Whitney U-test was used to compare both.
Result: There was no significant difference on pH, SID and chloride level after
administration of HES 6% in balance solution and HES 6% in NaCl 0,9% on caesarian
section.
Conclusion: There is increasing on chloride concentration not significantly after
administration of HES in NaCl 0,9% solution, while pH and SID decrease after the
administration of two solution.
Keyword: HES 6%, balance solution, NaCl 0,9% solution, pH, SID, chloride level
ABSTRAK
Latar belakang penelitian: Pemberian koloid sebagai preload pada bedah sesar dengan
anestesi spinal lebih efektif dibandingkan kristaloid. Kebijakan pemilihan koloid
berdasarkan jenis pelarutnya mulai dikembangkan terkait dengan dampak terhadap
keseimbangan asam-basa.
Tujuan: Melihat perbedaan pengaruh pemberian preload HES 6% dalam larutan NaCl
0,9% dengan HES 6% dalam larutan berimbang terhadap perubahan pH, SID dan kadar
klorida pada pasien bedah sesar dengan anestesi spinal
Metode: Merupakan uji klinik eksperimental tahap II yang dilakukan secara acak
tersamar ganda, menggunakan consecutive sampling, dibagi dua kelompok (n=24),
kelompok HES 6% dalam larutan berimbang dan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9%. Uji
statistik t-test atau Wilcoxon signed rank test digunakan untuk membandingkan nilai
pHSID, dan kadar klorida pada masing-masing kelompok, sedangkan uji statistik
antarkelompok digunakan independent t-test atau Mann-Whitney U-test
2
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
Hasil: Nilai pH, SID, dan kadar klorida
sebelum dan sesudah operasi antara
kelompok HES 6 % dalam larutan
berimbang dan HES 6% dalam larutan
NaCl 0,9% terdapat perbedaan yang
tidak bermakna (p>0,05)
Kesimpulan: Terdapat penurunan pH,
penurunan SID dan peningkatan kadar
klorida pada kelompok HES 6% dalam
larutan NaCl 0,9% dibandingkan HES
6% terdalam larutan berimbang secara
tidak bermakna.
Kata Kunci: HES 6 %, larutan
berimbang, larutan NaCl 0,9 %, pH, SID,
klorida
_________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Anestesi spinal merupakan salah satu
teknik yang paling sering dipilih pada
operasi bedah sesar. Efek samping yang
paling sering dijumpai pada teknik
anestesi spinal adalah hipotensi sebagai
akibat blok simpatis dalam ruang
subarakhnoid. Hipotensi pada parturien
(kondisi tekanan intraabdominal tinggi)
menyebabkan insidensi penurunan
tekanan darah + 20 % lebih sering
dibandingkan pasien lain.1
Aliran darah uterus secara langsung
ditentukan tekanan darah maternal. Oleh
karena itu hipotensi yang tidak dikelola
dengan baik akan berpengaruh pada ibu
dan janin. Pengelolaan pencegahan
hipotensi dilakukan dengna memastikan
terpasangnya akses vena yang lancar
sebelum anestesi spinal, pemberian cairan
intravena untuk meningkatkan preload
dan pemberian vasopressor (efedrin).
Berdasarkan system review analgesia
spinal, didapatkan hasil bahwa
kemampuan cairan kristaloid sebagai
cairan preloading untuk mencegah
hipotensi tidak konsisten dan koloid
dalam hal ini lebih efektif daripada
kristaloid.2 Cairan koloid juga mampu
menurunkan kebutuhan pemakaian
efedrin sebagai vasopressor dan
menurunkan insidensi terjadinya mual
muntah hingga penurunan kesadaran.3
Penelitian Riley dkk, menunjukkan
bahwa hipotensi lebih sedikit terjadi pada
kelompok yang mendapatkan preload 500
mL HES 6 % dibandingkan kelompok
yang mendapatkan preload 1 liter Ringer
Laktat.4 Penelitian Ueyama (1999)
membandingkan kelompok yang diberi
preload Ringer Laktat 1,5 liter, koloid
HES 6 % 1 Liter, dan koloid HES 6%
500 ml, didapatkan hasil bahwa
kelompok yang mendapatkan preload
HES 6% 1 liter lebih sedikit mengalami
hipotensi dibandingkan kelompok
lainnya.5
Konsep berbasis pendekatan Stewart
menguraikan bahwa terdapat beberapa
independent variabel yang menentukan
keseimbangan asam-basa, antara lain:
tekanan parsial CO2 arteri (PaCO2) dan
Strong Ion Difference (SID) merupakan
variabel yang penting dalam pemberian
cairan infus.6,7
Pemberian cairan yang tidak
mengandung elektrolit berimbang
dikatakan mempunyai tendensi
memperberat kondisi asidosis yang
semula mungkin sudah ada karena proses
hipoperfusi.8
Penelitian Base dkk, menunjukkan kadar
klorida serum secara signifikan lebih
rendah setelah pemberian larutan
berimbang dibandingkan pemberian HES
dalam larutan NaCl 0,9% dan terkait
dengan keseimbangan asam-basa,
penggunaan HES dalam larutan
berimbang menunjukkan keuntungan
yang lebih jelas.9
3
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
Penelitian Nicholas dkk, menunjukkan
bahwa tingkat klorida pascaoperasi
meningkat lebih tinggi pada kelompok
HES dalam larutan NaCl 0,9%
dibandingkan kelompok HES dalam
larutan berimbang. Base excess standar
pascaoperasi menunjukkan penurunan
yang lebih besar pada kelompok HES
dalam NaCl 0,9 %, namun tidak
kelompok HES pada larutan berimbang.
Asidosis metabolik hiperkloremik terjadi
pada dua pertiga pasien kelompok HES
dalam NaCl 0,9 % namun tidak pada
kelompok HES dalam larutan
berimbang.10
Berdasarkan latar belakang tersebut
berkembang suatu pemikiran apakah
pemberian preload pada anestesi spinal
menggunakan cairan koloid yang
mengandung pelarut NaCl 0,9 % bila
dibandingkan cairan koloid yang
mengandung pelarut berimbang
menimbulkan perubahan kadar klorida
yang bermakna, serta mempengaruhi
keseimbangan asam basa yang dapat
dilihat dari nilai strong ion difference
(SID) dan pH pada pemeriksaan gas
darah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan pengaruh
pemberian HES 6 % dalam larutan NaCl
0,9% dan HES 6 % dalam larutan
berimbang terhadap komponen
keseimbangan asam basa dengan
parameter pH, SID, dan kadar klorida
pada operasi bedah sesar menggunakan
anestesi spinal.
METODE
Jenis penelitian ini adalah uji klinik
eksperimental tahap II dengan desain
acak tersamar ganda. Penelitian ini
dilakukan sejak November 2010 hingga
Januari 2011 pada pasien bedah sesar di
Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Kariadi
Semarang. Pemeriksaan laboratorium pH,
strong ion difference, kadar klorida
dilakukan menggunakan sampel darah
pasien 1 jam sebelum dan setelah
diberikan cairan preload untuk diperiksa
pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP
dr. Kariadi Semarang. Larutan berimbang
didefenisikan sebagai larutan isotonik
yang mengandung komposisi elektrolit
(Na+, K
+, Cl
-, Ca
++ dan laktat) yang
menyerupai komposisi cairan
ekstraseluler. Larutan NaCl adalah
larutan isotonik yang mengandung
komposisi elektrolit Na+ dan Cl
-.
Kriteria inklusi adalah parturien berusia
19 hingga 35 tahun, status fisik ASA I-II,
menjalani operasi SC cito dan elektif
dengan anestesi spinal, BMI normal
(18,5-24,9), dan setuju mengikuti
penelitian yang diperoleh menggunakan
consecutive sampling yang dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok 1
menggunakan cairan HES 6 % dalam
larutan berimbang sebagai cairan preload
anestesi spinal pada operasi bedah sesar
dan Kelompok 2 menggunakan cairan
HES 6 % dalam larutan NaCl 0,9 %
sebagai cairan preload anestesi spinal
pada operasi bedah sesar.
Kriteria eksklusi adalah pasien
mendapatkan pemberian cairan koloid
>500 mL, transfusi darah selama
perlakuan, durante operasi mengalami
komplikasi anestesi maupun
pembedahan.
Analisis menggunakan uji normalitas
data dan analisis inferensial untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan
independent t-test dan Mann Whitney U
test.
Etika penelitian dilakukan informed
consent tertulis dengan penjelasan tujuan
dan manfaat penelitian. Segala
konseskuensi khususnya mengenai
pembiayaan ditanggung oleh peneliti.
Pasien dengan pembedahan elektif
4
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
dengan anestesi spinal tetap diberikan
pengelolaan anestesi sesuai standar yang
berlaku. Data pribadi penderita dijamin
kerahasiaannya. Tidak terdapat conflict of
interest dengan pihak mana pun.
HASIL
Karakteristik umum subjek penelitian
terlihat pada tabel 1
Tabel 1. Karakteristik Umum Subjek penelitian
No Variabel HES 6% dalam
larutan berimbang
HES 6 % dalam
larutan NaCl 0,9 %
p
1
2
3
Umur (tahun)
Body Mass Index
Status ASA
ASA I
ASA II
26,830 + 4,449
22,40 (18,90-24,80)
13 (27,1)
11 (22,9)
27,250 + 4,465
22,35(18,60-24,80)
12 (25)
12 (25)
0,748*
0,929*
0,773**
*uji independent t-test, **uji kai-kuadrat
Uji normalitas Shapiro-Wilk
digambarkan pada tabel di atas, di mana
karakteristik umum umur dan BMI pada
masing-masing kelompok memiliki
distribusi yang normal (p>0,05), sehingga
uji statistik dilakukan dengan
independent t-test. Karakteristik status
ASA dengan skala nominal digunakan uji
kai-kuadrat. Hasilnya didapatkan data
homogen (p>0,05) dari semua variabel
Tabel 2. Uji normalitas masing-masing kelompok
Variabel P
HES 6 % dalam larutan berimbang HES 6 % dalam larutan NaCl 0,9 %
Pre Post Pre Post
pH
SID
Klorida
0,176*
0,053*
0,148*
0,417*
0,053*
0,482*
0,206*
0,023**
0,146
0,526*
0,039**
0,283*
*distribusi normal
**distribusi tidak normal
Berdasarkan uji normalitas data
sebagaimana terlihat dalam tabel, bahwa
nilai pH dan klorida HES 6 % dalam
larutan berimbang maupun HES 6%
dalam larutan NaCl 0,9 % terlihat
distribusi normal (p>0,05), maka
digunakan uji paired t-test. Nilai SID
pada kelompok HES 6% dalam larutan
5
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
berimbang didapatkan distribusi normal
(p>0.05) sehingga digunakan paired t test
sedangkan kelompok HES 6 % dalam
larutan NaCl 0,9 % didapatkan distribusi
tidak normal (p<0.05) sehingga
digunakan wilcoxon signed rank test.
Tabel 3. Perbedaan pengaruh pemberian HES 6 % dalam larutan berimbang
dan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9 % terhadap perubahan nilai pH, SID, dan klorida
HES 6 % dalam
larutan berimbang
HES 6 % dalam
larutan NaCl 0,9 % p
pH pre
pH post
p
7,40 + 0,025
7,40 + 0,023
0,831*
7,40 + 0,030
7,40 + 0,026
0,435*
0,759*
0,773*
SID pre
SID post
p
37,92 + 1,28
37,88 + 1,23
0,885*
37,96 + 1,40
37,54 + 1,14
0,199**
0,908***
0,329***
Klorida pre
Klorida post
p
102,96 + 2,88
102,67 + 2,51
0,480*
102,5 + 2,04
103,13 + 1,75
0,109*
0,528*
0,467*
*uji dengan paired t-test
*uji dengan Wilcoxon Signed Rank Test
*** uji dengan Mann Whitney U Test
Dari tabel di atas kita lihat bahwa, rerata
nilai pH, SID, dan klorida sebelum dan
sesudah operasi antara kelompok HES 6
% dalam larutan berimbang dan HES 6%
dalam larutan NaCl 0,9 % terdapat
perbedan yang tidak bermakna (p>0,05).
PEMBAHASAN
Karakteristik kedua kelompok penelitian
yaitu umur, BMI, status fisik (ASA)
setelah diuji tidak ada perbedaan
bermakna (Tabel 1) sehingga layak untuk
dibandingkan.
Pada tabel 3 terlihat pH sebelum dan
sesudah operasi pada kelompok HES 6 %
dalam larutan berimbang dan HES 6 %
dalam larutan NaCl 0,9 % tidak ada
perbedaan bermakna (p>0,05)
Bila dalam tubuh terdapat penambahan
asam, pH akan turun karena asam
ditangkap oleh unsur basa dari sistem
penyangga sehingga perubahan pH dapat
dinetralkan. Demikian juga sebaliknya
bila dalam tubuh terdapat penambahan
basa, pH akan naik, basa akan diikat oleh
asam dari sistem penyangga, sehingga
kenaikan pH dapat dikurangi. pH yang
konstan dipelihara secara bersama oleh
sistem penyangga (buffer) tubuh, paru-
paru dan ginjal.6
Pada tabel 3 terlihat bahwa nilai SID
sebelum dan sesudah operasi pada
6
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
kelompok HES 6 % dalam larutan
berimbang dan HES 6 % dalam larutan
NaCl 0,9% tidak terdapat perbedaan yang
bermakna (p>0,05).
Pada keadaan hiperkloremia, setiap
peningkatan klorida akan menurunkan
SID. Secara normal SID selalu positif,
maka akan sama jika setiap penurunan
SID akan menurunkan [OH-]. Penurunan
[OH-] menyebabkan asidosis.
12 Pada
pemberian NaCl 0,9% tidak terjadi
perbaikan SID karena mempunya
komposisi klorida yang sama dengan
natrium.13
Menurut Stewart, status asam-basa cairan
tubuh ditentukan oleh PCO2, SID,
konsentrasi total asam lemah nonvolatil
(albumin, fosfat).11
Difusi CO2 melewati membran sangat
mudah dan cepat, sehingga setiap
perubahan yang terjadi pada PCO2 akan
cepat diatasi oleh perubahan ventilasi.
Konsekuensinya adalah konsentrasi [H+]
di semua cairan kompartemen tubuh
mudah berubah atau diatur dan perubahan
pada PCO2 tidak akan menyebabkan
terjadinya perbedaan konsentrasi [H+]
pada masing-masing kompartemen
sehingga CO2 tidak berkontribusi dalam
menyebabkan perbedaan status asam basa
antarmembran.
Protein terbanyak terdapat intrasel dan
plasma kecuali interstitial. Albumin
karena bermolekul besar tidak dapat
melewati membran kecuali saat
kebocoran/kerusakan membran. Dengan
dasar ini, tiap perubahan konsentrasi [H+]
antarmembran bukan berasal dari
pergerakan protein. Konsentrasi fosfat
dalam plasma sedikit sekali dan diatur
sepenuhnya oleh regulasi kalsium
sehingga transfer fosfat melewati
membran juga tidak berkontribusi secara
bermakna dalam interaksi asam basa. SID
merupakan variabel terpenting dalam
pengaturan asam basa antarmembran.
Ion-ion kuat dapat melewati membran
melalui mekanisme channel ion (pasif)
atau pompa transpor (aktif). Ion-ion kuat
ini juga dpat bergerak mengikuti atau
melawan perbedaan konsentrasi.
Kadar klorida sebelum dan sesudah
operasi pada kelompok HES 6% dalam
larutan berimbang dan HES 6% dalam
larutan NaCl 0,9% tidak terdapat
perbedaan bermakna (p>0,05), namun
terdapat kecenderungan adanya
peningkatan kadar klorida setelah operasi
pada kelompok HES 6% dalam larutan
NaCl 0,9%.
Klorida adalah elektrolit utama yang
berada dalam cairan ekstraseluler dan
merupakan elektrolit bermuatan negatif
berkompetisi dengan bikarbonat dalam
mengikat natrium yang berperan dalam
menjaga keseimbangan elektrolit. Bila
kadar bikarbonat serum menurun, klorida
akan meningkat menyebabkan asidosis
metabolik hiperkloremik.
Ginjal berperan dalam mengeluarkan
asam dari tubuh (misalnya, jika pH urin
lebih rendah dalam plasma, H+ akan
diekskresi oleh ginjal). Namun,
berdasarkan teori Stewart, mekanisme
tersebut bukan terjadi melalui mekanisme
ekskresi H+, melainkan regulasi tubuh
terhadap SID (terutama Cl- melalui
tubulus ginjal). Ion klorida akan difiltrasi
namun tidak direabsorbsi, sehingga nilai
SID dalam plasma dijaga tetap seimbang.
Amoniagenesis di ginjal berfungsi
menghasilkan NH4+
agar Cl- dapat
diekskresikan dalam bentuk NH4Cl.11
Contoh lain adalah interaksi asam basa
antarmembran di lambung. Cairan
lambung bersifat asam bukan karena
transpor H+ ke dalam lambung,
melainkan pergerakan ion klorida. Ion
7
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
klorida akan diekskresi ke dalam
lambung dari plasma sehingga SID cairan
lambung menjadi kecil dan karena SID
kecil maka [H+] akan lebih banyak dari
[OH-], maka pH akan turun, sehingga
berdaasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan dengan menjaga SID tetap
normal dapat diasumsikan pH tubuh juga
normal.11
Kelemahan penelitian ini adalah tidak
memeriksa secara keseluruhan asam basa
Stewart seperti penilaian terhadap kadar
albumin dan unmeasured anionin.
Penelitian ini juga hanya dilakukan pada
operasi bedah sesar dengan perdarahan
kurang dari 500 ml, hal ini berhubungan
dengan etika dan keselamatan pasien
karena belum ada penelitian sebelumnya.
SIMPULAN
Dari penelitian ini didapatkan hasil
bahwa terdapat penurunan pH dan SID
pada kelompok HES 6% dalam larutan
NaCl 0,9% dibandingkan HES 6 % dalam
larutan berimbang secara tidak bermakna.
Selain itu, juga terdapat peningkatan
kadar klorida pada kelompok HES 6 %
dalam larutan NaCl 0,9% dibandingkan
kelompok HES 6% dalam larutan
berimbang secara tidak bermakna.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran
yang dapat diberikan peneliti antara lain
HES 6% dalam larutan berimbang dan
HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% dalam
jumlah 500 mL dapat digunakan sebagai
cairan preload tanpa mempengaruhi nilai
pH, SID, dan klorida secara bermakna,
walaupun tampak adanya kecenderungan
terjadinya peningkatan klorida pada
penggunaan HES 6% dalam larutan NaCl
0,9%. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan dasar pertimbangan untuk
memilih jenis cairan koloid sebagai
cairan preload pada bedah sesar dengan
anestesi spinal serta perlu dilakukan studi
serupa dengan sampel jumlah cairan yang
lebih banyak serta jenis operasi yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Birnbach DJ, Browne IM. Anesthesia for
obstetrics. In: Miller RD. Miller‟s
anesthesia. 6th ed. Pennsylvania:
Elsevier Churcill Livingston, 2005; 326-
29.
2. Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S.
Cairan koloid. Panduan tatalaksana
terapi cairan perioperatif. Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Reanimasi Indonesia. 2009; 130-31.
3. Abdelrachman RS, Elzeftawy AE, et al.
Comparison of colloid versus crystalloid
preload for preventation of hypotension
during spinal anesthesia for elective
section caesarian. Tanta Medical
Sciences Journal Vol (2) No (1) January
2007; pp. 131-41 ISSN:1687-5788.
4. Rilley ET, Cohen SE, Rubenstein AJ,
Flanagan B. Prevention of hypotension
after spinal anesthesia for caesarean
section: six persent hetastarch versus
lactated ringer solution. AnestAnalg
1995; 81(4):838-42.
5. Ueyama H, Le H, Tanigami H, Mashimo
T, Yoshiva I. Effect of crystalloid and
colloid preload on blood volum in the
parturient undergoing spinal for elective
caesarian section. Anesthesiology 1999;
91; 1571-6.
6. Zander R. Fluid management.
Bibliomed, Melsungen (Germany) 2006.
www.physioklin.de/immages/stories/pdf/
literatur/Z/fluidmanagement060728.pdf
(accesed 6 November 2006).
7. Ery Leksana. SIRS, sepsis,
keseimbangan asam basa, shock dan
terapi cairan. SMF/Bag. Anestesi dan
Terapi Intensif RSUP dr. Kariadi/Fak.
Kedokteran UNDIP Semarang. 2006
8. Brill SA, Stewart TR, Brundage SI,
Schreiber MA. Base deficit does not
predict mortality when secondary to
hyperchloremic acidosis. Shock 2002;
17: 459-62.
9. Base E, Standl T, Mahl C, Jungheinrich
C. Comparisson of 6 HES in balanced
electrolyte solution versus 6 % HES
saline solution in cardiac surgery.
Critical care
2006.www.ccforum.com/content/10/SI/p
176 (accesed 6 November 2006).
8
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
10. Nicholas J. Wilkes, Rex Woolf, Marjorie
Mutch, Susan V. Mallett. The effect of
balanced versus salin-based hetastarch
and crystalloid solutions on acid-base
and electrolyte status and gastric
11. mucosal perfusion in erderly surgical
patients. Anest-Analg 2001; 93:811-816.
12. Finucane BT. Compllications of regional
anaesthesia. Churchill Livingstone. New
York. 2000.
13. Price LA, Wilson LM. Gangguan pada
volume cairan, osmolaritas dan
elektrolit. Dalam: Patofisiologi konsep
klinis proses penyakit. Edisi 1. Jakarta:
EGC; 1994: 302-23.
14. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis. Edisi ke 2.
Jakarta: CV Sagung Seto, 2002: p146-5