35147550 Makalah Genter Aging
-
Upload
nuzhah-al-idrus -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of 35147550 Makalah Genter Aging
Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak
seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap
mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara
alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi
penurunan karena proses penuaan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses
menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak
maupun menurunnya
Hipotesis penuaan
Ada banyak hipotesis proses penuaan yang berkembang selama beberapa dekade
terakhir. Di antara hipotesis-hipotesis tersebut adalah hipotesis evolusi, hipotesis regulasi gen,
hipotesis telomere, hipotesis stres oksidatif, hipotesis neuroendokrin, dan hipotesis
neuroendokrin-imun. Argumentasi hipotesis evolusi adalah bahwa proses penuaan merupakan
produk non-adaptif dari pelemahan progresif seleksi alam yang terjadi seiring dengan
bertambahnya umur. Hipotesis regulasi gen menyatakan bahwa gen-gen berperan penting
dalam siklus hidup organisme. Menurut hipotesis telomere, proses penuaan terjadi karena
pemendekan telomere selama pembelahan sel. Hipotesis stres oksidatif menyatakan bahwa
akumulasi berbagai spesies reaktif, termasuk radikal-radikal bebas, menyebabkan kerusakan
pada sel-sel, yang pada akhirnya menyebabkan penuaan. Banyak dari teori penuaan yang
masuk dalam hipotesis neuroendokrin dan neuroendokrin-imun mengandung gagasan bahwa
aksis hipothalamus-hipophysis adrenal terlibat di dalam proses penuaan. Dari berbagai teori
tersebut (hipotesis “evolusi”, hipotesis regulasi gen, hipotesis telomere, hipotesis stres oksidatif,
hipotesis neuroendokrin, dan hipotesis neuroendokrin-imun), penulis akan membahas tentang
mekanisme dan penelitian tentang hipotesis telomere.
Pengertian telomere
pada kromosom 14, dalam bentuk gen disebut TEP1. Hasil dari gen tersebut adalah
protein yang merupakan bagian terbesar dari enzim telomerase. Kekurangan telomerase dapat
menyebabkan penuaan, sedangkan kelebihan enzim tersebut dapat menyebabkan beberapa
sel tertentu abadi. Dimulai dari pengamatan oleh James Watson, pada tahun 1972 yang
menyadari bahwa enzim mengkode DNA, yang disebut polymerase tidak dapat mulai
mengkode dari paling ujung awal untai DNA. Mereka perlu menambahkan beberapa kode baru
diawal untai DNA. Oleh karena itu kode gen menjadi lebih pendek setiap kali digandakan
(ridley, 1999).
Kromosom ialah DNA molekul yang panjang, besar, dan padat, dapat dikode kecuali
bagian paling ujung akhirnya. Di ujung akhir kromosom terdapat kode ‘tak berarti’ yang berulang
yaitu, T T A G G G sampai 2000 kali. Bagian tersebut disebut juga telomere. Keberadaannya
memungkinkan pengkodean DNA tanpa harus memotong sens yang memiliki kode gen penting
(ridley, 1999).
Seperti prinsip foto kopi, ketika penggandaan berlangsung hasil foto kopi tidak akan
sama persis seperti aslinya, pasti terjadi perubahan letak atau pergeseran yang dapat
mengakibatkan informasi atau tulisan didalam naskah asli terpotong. jika terus digandakan
kemungkinan pergeseran menjadi semakin tinggi, sama halnya seperti gen. telomere dapat
dianalogikan seperti kertas ekstra supaya pergeseran tidak mengakibatkan terpotongnya kode
gen pada saat mengkopian.
Kode gen yang terpotong itu lah yang dikatakan “penuaan” kode gen yang tidak lengkap
dapat menghasilkan hasil yang tidak sempurna yang dapat mengakibatkan berbagai fungsi
organ tubuh menurun. Pengembangan lebih lanjut penghambat-telomerase dapat mencegah
pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga dapat mengembalikan sel menjadi normal kembali.
Enzim telomerase
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, sel tersebut tidak mampu menggandakan
bagian paling akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat membelah diri. Hal tersebut
menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi lebih pendek dari sel awal. Bila keadaan ini
berlanjut terus-menerus seiring dengan pembelahan sel, untai DNA menjadi terlalu pendek dan
kestabilan genom terganggu. Keadaan ini mengancam kelanjutan hidup sel, dan dapat
mengaktifkan program bunuh diri sel (apoptosis), atau sel berhenti membelah dan memasuki
tahap senescent. Pemendekan telomer seiring dengan pembelahan sel telah berhasil
dihubungkan secara ilmiah dengan penuaan.
Sel-sel dewasa pada manusia tidak memiliki aktivitas telomerase. Telomerase hanya ditemukan
pada sel induk, yang menyebabkan sel induk dapat membelah diri berkali-kali tanpa mengalami
pemendekan telomer. Tanpa adanya aktivitas telomer, sel akan mengalami pemendekan setiap
membelah diri, sehingga organ dan jaringan yang sering membelah (kulit, jaringan pencernaan)
akan mengalami pemendekan telomer yang jauh lebih cepat daripada sel-sel yang jarang
membelah diri (sel otak).
Tidak adanya aktivitas telomerase pada kebanyakan sel-sel manusia diperkirakan
merupakan suatu mekanisme alami pertahanan terhadap ancaman tumor. Karena telomerase
menjaga kelestarian telomer yang berhubungan dengan kemampuan membelah diri yang tak
terbatas, kehadiran telomerase pada jenis sel dan saat yang tidak tepat justru dapat
menimbukan tumor
Penelitian tentang telomer
Kromosom mengandung genom pada molekul DNA-nya. Pada awal tahun 1930-an,
Hermann Muller (peraih hadiah Nobel tahun 1946) dan Barbara McClintock (peraih Nobel tahun
1983) telah meneliti bahwa struktur pada akhir kromosom, yang disebut telomer, diperkirakan
mencegah kromosom untuk melekat satu sama lain. Mereka menduga bahwa telomer memiliki
peran protektif, tetapi bagaimana cara kerjanya masih tanda tanya.
Saat peneliti mulai memahami bagaimana gen di-copy, pada tahun 1950-an, masalah
lain muncul. Ketika sebuah sel membelah, molekul DNA, yang mengandung empat basa yang
membentuk kode genetik, di-copy, basa demi basa, oleh enzim polymerase. Namun, pada satu
dari dua ujung DNA, permasalahan timbul yaitu pada bagian paling akhir dari ujung DNA tidak
dapat di-copy. Oleh karena itu, kromosom akan memendek setiap kali sel terbelah. Kedua
masalah ini dapat dipecahkan saat penerima Nobel tahun ini menemukan apa fungsi telomer
dan menemukan enzim yang meng-copy-nya.
Pada awal fase karir penelitiannya, Elizabeth Blackburn memetakan urutan DNA. Saat
mempelajari kromosom Tetrahymena, sebuah organisme siliata uniseluler, dia mengidentifikasi
sebuah urutan DNA yang diulang-ulang beberapa kali pada ujung kromosom. Fungsi urutan ini,
CCCCAA, masih belum jelas. Pada waktu yang sama, Jack Szostak telah membuat penelitian
bahwa sebuah molekul DNA linier, sebuah tipe monokromosom, didegradasi secara cepat saat
dimasukan ke sel ragi.
Blackburn mempresentasikan hasilnya pada sebuah konferensi pada tahun 1980. Ia mengajak
Jack Szostack kemudian Jack dan Blackburn memutuskan untuk melakukan eksperimen
menembus batas spesies yang sangat jauh berbeda. Melalui DNA Tetrahymena, Blackburn
mengisolasi urutan CCCCAA. Szostac memasangkannya dengan minikromosom dan
memasukkannya ke dalam sel ragi. Hasilnya, yang telah dipublikasikan pada tahun 1982,
sangat mengejutkan – urutan telomer DNA melindungi minikromosom dari degradasi. DNA
telomer dari satu organisme, Tetrahymena, melindungi kromosom suatu organisme yang
sangat jauh berbeda, ragi. Hal ini memperlihatkan sebuah keberadaan mekanisme dasar yang
tidak diketahui sebelumnya. Kemudian, hal in menjadi bukti bahwa telomer DNA dengan urutan
khasnya terdapat pada seluruh tumbuhan dan hewan, dari amuba hingga manusia.
Carol Greider, seorang mahasiswa S1, dan supervisor Blackburn memulai
menginvestigasi sebuah kemungkinan bahwa pembentukan telomer DNA dipengaruhi oleh
suatu enzim yang belum diketahui. Pada hari Natal tahun 1984, Greider menemukan tanda-
tanda aktivitas enzim pada ekstrak sel. Greider dan Blackburn menamakannya enzim
telomerase, memisahkannya, dan menunjukkan bahwa enzim juga mengandung RNA seperti
halnya protein. Komponen RNA dibuktikan mengandung urutan CCCCAA. Enzim ini berperan
sebagai cetakan saat telomer dibentuk, saat komponen protein dibutuhkan untuk proses
konstruksi contohnya aktivitas enzim. Telomerase memegang telomer DNA, menyediakan alat
yang membuat polymerase DNA dapat meng-copy keseluruhan panjang kromosom tanpa
kehilangan bagian paling akhir.
Peneliti saat ini mulai meneliti apa peran telomer di sel. Kelompok Szostak
mengidentifikasi sel ragi dengan mutasi yang menyebabkan pemendekan bertahap dari
telomer. Beberapa sel tumbuh dengan buruk dan berhenti membelah. Blackburn dan
asistennya membuat mutasi pada RNA telomerase dan meneliti efek yang sama pada
Tetrahymena. Pada kedua kasus tersebut, hal ini menimbulkan penuaan sel prematur –
penurunan fungsi sel akibat penuaan. Sebaliknya, telomer fungsional malah mencegah
kerusakan kromosom dan memperlambat penuaan sel. Selanjutnya, kelompok Greider
memperlihatkan bahwa penuaan sel manusia diperlambat oleh telomerase. Penelitian tentang
ini telah banyak dan saat ini diketahui bahwa urutan DNA pada telomer menarik protein yang
membentuk penutup protektif di sekeliling akhir yang rapuh dari pita DNA.
Penelitian ini memiliki dampak yang besar pada komunitas ilmuwan. Banyak ilmuwan
berspekulasi bahwa telomer memendek dapat merupakan alasan penuaan, tidak hanya sel
individual tapi juga pada organisme secara umum. Akan tetapi proses penuaan telah berubah
menjadi kompleks dan saat ini dipikirkan bergantung pada beberapa faktor yang berbeda,
telomer salah satu diantaranya. Penelitian di wilayah ini akan semakin banyak.
Kebanyakan sel normal tidak membelah terlalu sering, oleh karena itu kromosom tidak punya
risiko memendek dan tidak membutuhkan aktivitas telomerase yang tinggi. Sebaliknya sel
kanker memiliki kemampuan untuk membelah tidak terbatas dan juga memelihara telomernya.
Bagaimana sel kanker menghindar dari penurunan fungsi seluler karena penuaan? Satu
penjelasan menjadi dengan penemuan bahwa sel kanker sering memiliki aktivitas telomerase
yang meningkat. Beberapa penelitian belum dilakukan pada wilayah ini, termasuk percobaan
klinis untuk mengevaluasi vaksin yang melawan langsung sel dengan aktivitas telomerase
meningkat.
Beberapa penyakit menurun saat ini diketahui menjadi penyebab defek pada telomer,
contohnya anemia aplastik kongenital. Penyakit turunan tertentu dari kulit dan paru-paru juga
disebabkan oleh efek telomerase.
Pro dan kontra